GAMBARAN
SELF-ESTEEM
DAN GAYA HIDUP
DEWASA MUDA PENGHUNI APAR.TEMEN
Disusun Oleh :
Rahma Wulan Shafrini
103070029113
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
jakjセrta@
Skripsi
diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
RAHMA WULAN SHAFRINI NIM: 103070029113
Di bawah Bimbingan
Pembimbing II
DR. Lily Surayya E.P., M.Env.Stud. NIP.150375182
セセカ@
)/7'26
Gazi Saloom. M.Si.
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HllDAYATULLAH
JAKARTA
1428 HI 2007
Skripsi yang berjudul GAMBARAN SELF-ESTEEM DAN GAYA HIDUP DEWASA MUDA PENGHUNI APARTEMEN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 22 Januari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 22 Januari 2008
Sidang Munaqasyah
gkap Anggota, Sekertaris Merangkap Anggota
(
M.Si Dra. Zahrdm
Anggota:
Penguji II Poogoji
n
i-{f
セN_MM
セセM
Neneng Tati Sumiati. M.Si.Psi NIP. 150300679
Pembimbing I
DR. Lily Surayya E.P., M.Env.Stud. NIP. 150375182
lkhwan Lutfi, M. Si
Pembimbin9 II
I\izb1Zrha$i1an dan k!lgagalan dalam hidup tide,k tllrgantung
pada siapa diri kita t(ltapi t!lrgantung bagaimana kita
m!lnghargai diri kita.
flo onJZ ean makJZ goa jnfJZrjor wjfhoat goarpJZrmh;a;jon
(tidak ada s(lorang pun yang m1Zmbuat anda m1Zrasa r1Zndah
diri tanpa PllfS!ltujuan anda).
Jlwaja
ini al1u
peMendialiflan
Ufltuli
(B) Desember 2007
(C) Rahma Wulan Shafrini
(D) Gamba ran Self-esteem dan Ga ya Hid up Dewasa Muda Penghuni Apartemen
(E) iv+138
(F) Dewasa muda yang baru memasuki dunia perkuliahan mungkin merasa lebih dewasa, lebih banyak pelajaran yang dapat dipilih, lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama teman-teman sebaya, lebih banyak kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup, menikmati kemandirian yang lebih luas dari pengawasan orang tua dan tantangan intelektual oleh tugas akademik (kuliah). Orang dewasa muda yang melanjutkan pendidikan universitasnya, memilih untuk tinggal jauh dari orang tua, dan salah satu pilihannya memilih apartemen sebagai tempat tinggalnya juga mengandung penghargaan terhadap diri sendiri. Salah satu keuntungan apartemen adalah menawarkan berbagai kenyamanan yang juga mengutamakan kemudahan seperti akses ke lokasi yang mudah dijangkau, baik ke pusat bisnis, hiburan, olahraga, perbelanjaan, pendidikan, hingga klinik
Self-esteem adalah suatu perasaan di mana seseoran(J merasa dirinya berharga dan merasa bangga terhadap dirinya. Orang yang memiliki self-esteem yang positif mempunyai pandangan yang jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka. Self-esteem ウ・ウ・ッイ。ョAセ@ akan sangat mempengaruhi seluruh aspek dalam hidupnya. Begitu pula dengan gaya hidup yang dimiliki oleh para subjek. Gaya hidup dipahami sebagai cara dari masing-masing subjek menjalankan kehidupannya untuk dipersepsikan oleh orang lain. Self-esteem memiliki enam aspek, yaitu Menj<:1lani hidup penuh kesadaran, Penerimaan diri, Bertanggung jawab terhadap diri sendiri, Bertindak tegas, Menjalani hidup penuh tujuan, lntegritas personal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap self-esteem dan gaya hidup yang dimiliki oleh mahasiswa penghuni apartemen berusia dewasa muda. Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara dan observasi yang dilakukan paling sedikit dua kali. Wawancara dilakukan dengan metode deep interview yang bertujuan untuk mengungkap segala hal yang sedang diteliti. Pertanyaan dibuat sejumlah 68 dengan teknik probbing atau penggalian
apartemen minimal 1 tahun. Pengambilan subjek dilakukan secara snowball sampling. Keempat subjek memiliki jurusan kuliah yang berbeda-beda. Alasan tinggal di apartemen yang mereka kemukakan juga bervariasi.
Hasil yang didapat oleh penulis bahwa self-esteem orang dewasa muda penghuni apartemen mengalami perubahan. Hal tersebut mereka rasakan bukan karena di mana mereka tinggal namun lebih banyak dikarenakan oleh lingkungan dan pergaulan dengan teman sehari-hari. Alasan mereka memilih untuk tinggal di apartemen sebagai tempat kos karena letal< apartemen yang bersebelahan dengan kampus dan bersebrangan dengan pusat perbelanjaan.
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu disarankan agar pada penelitian selanjutnya waktu yang digunakan lebih lama dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih mendalam.
layak penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kesehatan, serta kasih sayangNya yang tak terhingga kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat ters•elesaikan dengan baik. Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari 、ッイッョセQ。ョ@ dan bantuan berbagai pihak yang telah membantu kelancaran selama proses penulisan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut. Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada:
1. Dra. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. Lily Surayya Ekaputri P., M.Env.Stud., Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, saran-saran, dorongan, dan kemudahan lainnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Gazi Saloom, M.Si., Pembimbing II yang telah membenkan saran-saran, pengarahan, dorongan semangat serta kemudahan lainnya sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis begitu banyak ilmu sebagai dasar dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ayah dan lbu, Zulkifli Umar & Agustina Rahayu, orang tua yang sangat hebat, yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan materi, dan menjadi inspirasi penulis untuk terus maju.
6. Para petugas perpustakaan-perpustakaan yang telah banyak membantu. 7. !bu lntan dan !bu Arianti Patria selaku Tenant Relc:1tion Officer dan
General Affair dari Apartemen Golf Karawaci Tangerang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Apartemen Golf Karawaci, sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lancar.
8. Untuk Mieke, Fery, dan Surya. Terima kasih atas bantuannya yang telah menjadi penghubung penulis dengan para subjek penelitian.
9. HL, JN, KT, dan JM yang telah menjadi subjek penelitian, terima kasih alas wal<tu dan bantuannya sehingga memudahkan pelaksanaan
penelitian.
sayang, perhatian, do'a, keikhlasan, dan dukungan dari segala macam segi. Semoga semuanya tetap selalu ada dan kita bisa membangun impian bersama.
13. Ina, Fanny, Nia, Lietha, Zora, Andien, Ajeng, Dwi lndriastuti, kalian adalah sahabat-sahabat terbaikku, tempat berbagi segala suka dan duka. I love
you all.
14. Teman-teman seperjuangan, kelas C angkatan 2003, lntan, lka, lrin, Fira, Alq, Ridwan "Joni", Dedi, lndah, Fiqih, Meda, Fatma, Titi, Yoga, Adang, juga Ashry Rizqan. Terima kasih atas dorongan semangat dan do'anya. 15. Keluarga Bp. M. Kabul, terima kasih atas pemberian dukungan dan
do'anya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masil1 terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis menerima kritikan maupun saran-saran yang dapat membangun.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembacanya, dan dunia psikologi sesuai dengan tujuan penulisan.
Jakarta, Desember 2007
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Motto ... iv
Lembar Persembahan ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar lsi... ... . .. . .. . .. . ... .. . ... . . .... .. . .. .... .. . ... .. . ... .. . .. ... . ... .. . .. ... . .. .... .. ix
Daftar T abel... xi
DaftarBagan ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang Masalah ... 1
1 .2 ldentifikasi Masalah ... 6
1.3 Pembatasan dan Perumasan Masalah ... 7
·1.4 Tujuan Penelitian ... 11
1.5 Sistematika Penulisan ... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI. .... 14
2. 1 Self-Esteem ... 14
2.1.1 Definisi Self-Esteem ... 14
2.1.2 Aspek-aspek dalam Self-Esteem ... 24
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Esteem ... 26
2.2 Dewasa Muda ... 29
2.2.1 Definisi Dewasa Muda ... 29
2.2.2 Rentang Usia Dewasa Muda ... 31
2.2.3 Ciri-ciri Dewasa Muda ... 31
2.2.4 Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda ... 34
2.3 Apartemen ... 35
2.3.1 Definisi Apartemen ... 35
2.4 Gaya Hidup ... 37
2.4.1 Definisi Gaya Hidup ... 37
2.4.2 Pengukuran Gaya Hidup ... 39
2.4.3 Segmentasi Gaya Hidup ... 42
1. Kategorisasi Gaya Hid up AIO ... 41
2. Blue print wawancara gambaran self-esteem ... 52
3. Blue print wawancara segmentasi gaya hidup ... 53
4. Gamba ran um um subjek... .. 56
5. Gamba ran subjek berdasarkan jenis kelamin ... 57
6. Gambaran subjek berdasarkan usia ... 58
7. Persentase gaya hidup ... 58
8. Faktor-faktor self-esteem ... 59
[image:10.595.45.444.143.511.2]1. Self-seteem dan gaya hid up dewasa muda penghuni apartemen ... 46
2. Alur gambaran self-esteem dan gaya hidup HL ... 74
3. Alur gambaran self-esteem dan gaya hidup JN ... 93
4. Alur gambaran self-esteem dan gaya hid up KT ... 107
1. Pernyataan kesediaan ... 142
2. Lembar Observasi. ... 143
3. Surat izin penelitian ... 144
1.1
Latar Belakang
Setiap individu memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menjadikan setiap individu juga memiliki dan
mengembangkan gaya hid up yang berbeda-beda. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berfungsi sebagai karakteristik, di mana secara individu melekat yang dibentuk dan terbentuk melalui interaksi sosial, selama individu tersebut mengalami perpindahan siklus hidup seperti emosi, motivasi, persepsi, pembelajaran, aktivitas pemasairan, budaya, nilai, demografi, status sosial, dan kelompok.
Kenniston (1970) dalam Santrock (1995) berpendapat bahwa kaum muda tidak menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya suatu saat akan menentukan masa dewasanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
secara sosial. Hal ini berlawanan dengan perjuangan remaja untuk menclefinisikan dirinya.
Bagi mereka yang menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas atau sederajatnya , pindah dari rumah dan mendapatkan karir, masa transisi menuju masa dewasa nampak telah terjadi. Kemampuan untuk membuat keputusan adalah salah satu ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada dewasa muda. Yang dimaksudkan adalah membuat keputusan tentang karir, nilai-nilai, relationship, dan tentang gaya hidup.
kepentingan sendiri, kesempatan untuk mengeksplorasi tempat baru, mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi (Santrock, 1905).
Usia dewasa muda memiliki ciri yang menonjol nampak clalam adanya peletakkan dasar dalam banyak aspek kehidupannya, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan dengan remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi. Namun demikian, hal penyesuaian diri merupakan hal yang utama dalam usia dewasa muda. H.S. Becker, dalam
Personal Changes in Adult Life menyatakan bahwa dewasa muda merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Manusia dewasa muda diharapkan memainkan peranan-peranan baru, serta mengembangkan sikap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam memelihara peranan-peranannya yang baru tersebut (Mappiare, 1983).
Orang dewasa muda yang melanjutkan pendidikan universitasnya, memilih untuk tinggal jauh dari orang tua, dan salah satu pilihannya memilih
apartemen sebagai tempat tinggalnya mengandung penghargaan terhadap diri sendiri. Salah satu keuntungan apartemen adalah meriawarkan berbagai kenyamanan yang juga mengutamakan kemudahan seperti akses ke lokasi yang mudah dijangkau, baik ke pusat bisnis, hiburan, olat1raga,
perbelanjaan, pendidikan, hingga klinik (2006,
http://www.republika.eo.id/koran). Namun, tinggal di apartemen kita harus melakukan segala sesuatunya secara mandiri dan sadar bahwa kita juga harus selalu menghargai privasi orang lain (tetangganya).
Dalam masyarakat tedapat opini bahwa bila seseorang tinggal di apartemen merupakan orang yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas. Selain itu masyarakatjuga menilai bahwa kehidupan di apartemen sangat
sebagai seorang individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, sukses, bahagia, berharga, layak berpikir, dan menghadapi tuntur.an hidup dengan tinggal di apartemen yang dapat dengan bebas melakukan semua ha! yang diinginkannya.
Oleh karena itu, menurut Goble (1987), self-esteem atau dalam Bahasa Indonesia diartil<an sebagai harga diri, meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih
muda yang hidup sendiri atau jauh dari orang tua, mengambil keputusan secara mandiri, mengatur jadwal dan kepentingan sendiri, kesempatan untuk mengeksplorasi tempat baru, mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi menambah sifat khas tersendiri dari setiap individu, termasuk di antaranya memilih tempat tinggal.
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di alas, penulis mengicientifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana self-esteem dan gaya hidup dewasa muda penghuni apartemen?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self-esteem dan gaya hidup
orang dewasa muda penghuni apartemen?
3. Mengapa mahasiswa dewasa muda memilih apartemen sebagai salah satu dari gaya hidupnya?
4. Gaya hidup apa yang dipilih dan dikembangkan oleh orang dewasa muda penghuni apartemen?
1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya dan terarahnya penelitian rnengenai self-esteem dan gaya hidup orang dewasa muda penghuni apartemen maka penulis perlu melakukan pembatasan masalah.
Berdasarkan pendapat dari Coopersmith
(1967)
bahwa individu yangmempunyai self-esteem positif yaitu individu yang memiliki sifat-sifat mandiri, kreatif, yakin pada penilaian serta gagasan-gagasannya sendiri, berani, bersikap berdikari secara sosial (berani menentukan sesuatu sendiri), memiliki kestabilan psikologis, tidak cemas dan lebih bero1·ientasi pada keberhasilan. lndividu semacam ini memandang dirinya kompeten dan memiliki harapan besar di masa depan yang biasanya lalu menumbuhkan motivasi yang tinggi.
Sedangkan orang-orang yang memiliki self-esteem yang ni9gatif adalah mereka yang kurang percaya pada diri mereka sendiri dan lebih segan-segan dalam menyatakan diri mereka dalam suatu kelompok, khususnya jika mereka memiliki gagasan-gagasan baru atau ide-ide kreatil'. Mereka
self-esteem yang negatif kurang stabil dalam menjalin ィオ「オョAセ。ョMィオ「オョァ。ョ@ antar pribadi dan sering kurang aktif dalam masalah-masalah kemasyarakatan (Goble, 1987).
Menurut Menurut Susianto (1993), gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Ga.ya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingl<ah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilal<u tertentu. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentul< image1 di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang diproyeksikannya. Untuk
merefleksil<an image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Oleh karena itu, Susianto (1993) membagi 6 segmentasi gaya hidup. Segmentasi tersebut adalah sebagai berikut:
Segmen 1: Hura-hura
Segmen 2: Hedonis
Subjek dalam segmen ini adalah orang-orang yang seba·;;iian besar
perhatiannya ditujukan pada lingkungan di luar rumah. Mereka tidak punya minat pada sanak saudara ataupun keadaan rumah. Jika ada sedikit masalah, subjek tersebut langsung keluar rumah. Mereka ingin menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu mereka tidak segan-segan untuk membeli barang yang mahal dan wal<tu luangnya mereka gunakan untuk 'main''. Mereka berasal dari keluarga yang sangat mampu dan mereka mendapat uang saku dan fasilitas yang serba kecukupan.
Segmen 3: Rumahan
Pada kelompok ini adalah individu yang banyak menghabiskan waktu di rumah. Penuh perhatian pada keluarga dan lingkungan rumah, kurang aktif dalam bergaul. Biasanya banyak menghabiskan waktu luangnya untuk membaca. Waktu luangnya atau pada saat liburan banyak digunakan bersama keluarga mencari ketenangan yang jauh dari keramaian kota. lndividu tersebut penuh perhitungan dalam membelanjakan uangnya. Segmen 4: Sportif
Segmen 5: Kebanyakan
Tipe orang pada segmen ini adalah orang-orang yang cenderung hati-hati dalam bertingkah laku. Mereka adalah orang-orang yang cenderung tidak ingin bertentangan dengan mayoritas, sehingga mereka l<Urang berani untuk menjadi inisiator.
Segmen 6: Sosial
Subjek dalam kelompok ini adalah orang-orang yang peka terhadap
kebutuhan orang lain. Banyak melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial. Mereka adalah orang-orang yang produktif, sampai waktu luangpun dipakai untuk kegiatan yang bermanfaat.
Mahasiswa dewasa muda, berusia antara 18-25 tahun dengan alasan yang diungkapkan oleh Jeffrey Arnett (2000) dalam Santrock (2002), rentang usia 18-25 tahun dapat dikatakan usia keluar dari remaja, individu sudah
meninggalkan ketergantungannya sebagai anak-anak tetapi belum
1.3.2. Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah penulis ingin melihat:
1. Bagaimana gambaran self-esteem dan gaya hidup mahasiswa penghuni apartemen?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi self-esteem dan gaya hidup
mahasiswa penghuni apartemen?
3. Mengapa mahasiswa dewasa muda memilih apartemen sebagai salah satu dari gaya hidupnya?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor dari self-esteem dan gaya hidup mahasiswa dewasa muda penghuni apartemen.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat praktis yang dapat diambil adalah dapat memberikan
informasi dan masukan bagi penghuni apartemen mengenai self-esteem dan gaya hidup orang dewasa muda khususnya penghuni apartemen, selain itu mahasiswa dewasa muda dapat mengembangkan self-esteem yang positif. Serta sebagai bahan pertimbangan bagi orang dewasa rnuda, khususnya mahasiswa, untuk membuat keputusan dalam pemilihan 9aya hidup.
1.5. Sistematika Penulisan
Pada penulisan ini penulis menggunakan APA (American Psychological Association) Style sesuai dengan acuan pedoman dan penyusunan skripsi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2004. Hasil penelitian ditulis dan disusun menjadi lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam penulisan bab ini, penulis melakukan pembahasan mengenai latar belakang penelitian yang di dalamnya mencantumkan identifikasi masalah, pembatasan masalah, selanjutnya masalah tersebut dirumuskan dalam perumusan masalah dan terakhir dijelaskan tujuan peneliti;:in, manfaat penelitian serta sistematika penulisan pada penelitian ini.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian self-esteem, faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem dan enam pilar self-esteem, pengertian dewasa muda, ciri-ciri dewasa muda dan tugas-tugas perkembangannya, pengertian gaya hidup dan segmentasi gaya hidup, serta pengertian dari apartemen.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai langkah-langkah yang diambil delam penelitian meliputi pendekatan penelitian, metode penelitian, populasi,
pengambilan sampel dan teknik pengambilan sampel, metode dan instrumen pengumpulan data.
BAB 4: ANALISIS DATA
Membahas gambaran umum dan hasil penelitian, yaitu dengan menyajikan data yang diperoleh, analisis, dan interpretasi data.
BAB 5 : PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Pertama yang akan dibahas mengenai definisi self-esteem, aspek-aspek self-esteem, dan faktor-faktor yang mempen!Jaruhi self-esteem.
Selanjutnya diuraikan secara singkat mengenai definisi dewasa muda, pembagian usia dewasa muda, ciri-ciri, serta tugas-tugas perkembangan dewasa muda, serta definisi apartemen.
Dijelaskan pula definisi gaya hidup dan segmentasinya. Pada bagian akhir akan dirumuskan kerangka berpikir dari penulis mengenai self-esteem
dewasa muda penghuni apartemen berdasarkan gaya hidup.
2.1.
Self-Esteem
2.1.2. Definisi Self-Esteem
Dari beberapa buku didapat beberapa definisi self-esteem yang dirumuskan para ahli, di antaranya sebagai berikut:
Seorang individu dapat merasa bahwa ia tidak hanya sebagai seorang manusia tetapi juga sebagai seorang manusia yang berharga.
Frey clan Carlock (1984) mengungkapkan mengenai ウ・ャヲM・セウエ・・ュZ@
"Self-esteem ada/ah suatu pengevaluasian, mengacu pada ha!
negatif, ha/ positif, ha/ netral, penilaian ambigu yan9 mana self-esteem
merupakan bagian dari self-concept."
Sedangkan Johnson dan Swindley (1999) secara singkat menjelaskan bahwa:
"Self-esteem adalah perasaan berharga mengenai diri sendiri; nilai
yang ada di dalam diri."
Hal senada juga diungkapkan oleh Minchinton (1993),
"Self-esteem adalah nilai yang ada pada diri kita. Self-esteem
merupakan penilaian dari keberhargaan diri sebagai manusia,
berdasarkan pada setuju atau tidak setuju dari diri kita dan peri/aku
kita."
menimbulkan perasaan percaya diri tetapi juga bisa menyebabkan perasaan rendah diri.
Goble (1987), menjelaskan bahwa harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan.
Konsep self-esteem seperti yang sudah dijelaskan sebelurnnya oleh Frey dan Carlock berkaitan juga dengan konsep diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1980), self-esteem merupakan salah satu komponen konsep diri, tepatnya komponen sikap individu terhadap dirinya sendiri. Jadi self-esteem merupakan bagian dari konsep diri seseorang.
Misalnya, dua orang mungkin sama-sama memiliki konsep diri bahwa wajahnya berjerawat dan bertubuh gendut. Namun yang satu dapat menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa saja, sementara yang satunya lagi merasa tidak senang dengan keadaannya tersebut. Hal ini jelas menunjukkan bahwa adanya penilaian yang berbeda-beda pada setiap individu walaupun keadaannya relatif sama. Perasaan berharga atau tidak berharga, suka atau tidak suka yang ditimbulkan dari penilaian itulah yang disebut self-esteem. Coopersmith (1967) dalam Gilmore (1 Gl74)
"By self-esteem we refer to the evaluation which the individual makes and customarily maintains with regard to himself; it expresses an attitude of approval or disapproval, and indicates the extent to which the individual believes himself to be capable, significant, successful, and worthy. In short, self-esteem is a personal judgment of worthiness that is expressed in the attitudes the individual hold toward himself. It is subjective experience which the individual conveys to others by verbal reports and other overt expressive behavior."
Dari uraian di alas terlihat bahwa self-esteem mengindikagi pada diri individu menilai seberapa jauh ia meyakini bahwa dirinya mampu, bermakna, berhasil, dan bermanfaat. Self-esteem juga merupakan pengalaman subjektif yang disarnpaikan kepada orang lain dalarn bentuk kata-kata maupun perilaku ekspresif lainnya.
Untuk menerangkan self-esteem seseorang, menurut Branden (2001), harga diri merupakan perpaduan antara kepercayaan diri (self-confidence) dan penghormatan diri (se/f-respecQ. Harga diri menggarnbarkan keputusan seseorang secara implisit atas kemampuannya dalam mengatasi tantangan-tantangan kehidupan dan hak-haknya untuk menikmati kebahagiaan.
rasa memiliki, sebagai penentu perilaku dan perasaan berharga dalam hubungan kemanusiaan.
Seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri serta lebih mampu, maka ia juga lebih produktif. Harga diri yang stabil, karenanya juga yang paling sehat, tumbuh dari penghargaan yang wajar dari orang-orang lain, bukan karena nama, kemahsyuran, serta sanjungan kosong (Goble, 1987). Branden (2007) dalam bukunya yang berjudul "Enam Pilar
Penghargaan Diri" (terj) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara harga diri yang sehat dengan karakter orang lain yang secara
langsung mendukung pencapaian dan kebahagiaan seseorang. Harga diri yang sehat jug a berhubungan dengan rasionalitas, realistis., intuitif, kreatif, mandiri, fleksibel, kemampuan untuk mengelola perubahan, keinginan untuk mengakui kesalahan, kebaikan dan sikap kooperatif. Sedangkan harga diri yang tidak sehat berhubungan dengan ketidakrasionalan, tidak realistis, keras kepala, takut terhadap sesuatu yang baru, memberontak, mengeluh
berlebihan, atau memusuhi orang lain.
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) dalam situs internet
(http://www.bopsdmk.depkes.go.id/?show=detailnews) menulis bahwa
(kuat) dan weak (lemah). Orang yang mempunyai self-es.teem yang kuat akan mampu membina relasi yang baik dan sehat dengan orang lain,
bersikap sopan dan menjadikan dirinya menjadi orang yang berhasil. Ciri-cini orang yang memiliki self-esteem yang kuat adalah:
1. Self Confidence (percaya diri),
yaitu menghadapi segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa.
2. Goal Oriented (mengacu has ii akhir),
yaitu ketika ingin melaksanakan sesuatu selalu memikirkan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuanny,9 itu dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan akan muncul serta memikirkan alternatif lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Apreciative (menghargai),
yaitu merasa cukup dan selalu bisa menghargai yang ada disekelilingnya serta dapat membagi kesenangannya dengan orang lain.
4. Contented (puas/ senang),
yaitu bisa menerima dirinya apa adanya dengan segala kelemahan dan kelebihannya serta mempunyai toleransi yang tinggi atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain.
kemampuannya sendiri dalam membentuk satu l1ubungan antar individu agar nyaman dan baik untuk dirinya. Bahkan seringkali menghukum dirinya sendiri atas ketidakmampuannya dan terlarut dalam penyesalan. Sikap yang tidak tegas dalam melakukan berbagai tindakan akibat adanya rasa takut membuat orang lain tersinggung, merasa diperintah atau digurui yang membuat diri menjadi benci dan merasa dikucilkan.
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki self-esteem yang lemah, adalah: 1. Critical (selalu mencela), yaitu biasanya selalu mencela orang lain,
banyak keinginannya dan seringkali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mau mengakui kekurangannya.
2. Self centered (mementingkan diri sendiri), yaitu biasanya egois, tidak
peduli dengan kebutuhan orang lain atau perasaan orang lain, segala sesuatunya berpusat pada dirinya sendiri, tidak ada tenggang rasa
dengan lainnya yang akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi. Perilaku ini akan menjauhkan dirinya dan orang-orang disekelilingnya.
4. Diffident (malu-malu), yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak pernah bisa membuktikan kelebihannya dan seringkali gaga! dalarn melakukan sesuatu. Hal-hal serta kesalahan kecil seringkali
diperhitungkan terlalu serius dan dilihat sebagai bukti fcetidakmarnpuan dirinya. Walaupun rnemiliki bakat dan kemampuan seperti orang lain, tapi gaga! untuk bisa mernperlihatkan tanggung jawabnya dan juga gaga! dalam memanfaatkan kelebihannya karena sudah mernbayangkan kegagalan yang ada dihadapannya.
pun akan melihat dan memberilcan perlakuan yang sama seperti yang diinginkannya.
Coopersmith
(1967)
menemukan bahwa individu yang mempunyaiself-esteem yang tinggi memiliki sifat-sifat mandiri, kreatif, yakin pada penilaian serta gagasan-gagasannya sendiri, berani, berdikari secara sosial (berani menentukan sesuatu sendiri), memiliki kestabilan psikologis, tidak cemas dan lebih berorientasi pada keberhasilan. lndividu semacam ini memandang dirinya kompeten dan memiliki harapan besar di masa depan yang biasanya lalu menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi. Orang-orang yang memiliki self-esteem tinggi biasanya /ebih bahagia dan lebih efektif dalam kehidupan sehari-l1ari (dalam Goble,
1987).
Seseorang memiliki self-esteem atau harga diri yang sehat, individu tersebut mengenal dan dapat menerima dirinya sendiri dengan segala
dengan orang lain, melihat diri mereka sebagai orang yang berhasil. Rasa harga dirl seseorang akan berkembang apabila ia mengetahul bahwa orang lain menghargainya dan suka berbagi pengalaman dengannya (Berne, 1988).
Sebaliknya, seseorang yang memiliki self-esteem yang rendah menurut Berne (1988) adalah individu yang bersikap inferioritas, canggung, lemah, pasif, dan tergantung pad a orang lain. Penilaian diri yang negatif akan menimbulkan rasa putus asa, perasaan sia-sia atau gaga/ dan perasaan rendah diri dalam menghadapi orang lain. Selanjutnya dijelaskan bahwa orang yang memiliki harga diri yang rendah kurang percaya pada dirinya sendiri dan lebih segan-segan menyatakan diri mereka dalam suatu
kelompok, khususnya jika mereka memiliki gagasan-gagasan baru atau ide-ide kreatif. Mereka cenderung mendengarkan daripada berpartisipasi, mereka sangat peka dan sibuk dengan pikiran dan perasaan mereka sendiri. Mereka kurang berhasil dalam menjalin hubungan-hubungan antar pribadi dan sering kurang aktif dalam masa/ah-masalah kemasyarakatan (Goble, 1987).
Menu rut Branden (2001 ), self-esteem hanya dapat dimiliki jika ada
2.1.2. Aspek-aspek dalarn
Self-EsteemMinchinton (1993) dalam bukunya yang berjudul Maximun Self-esteem menguraikan tiga aspek dari self-esteem, yaitu:
1. Perasaan tentang diri sendiri
Seorang individu menerima apapun yang ada pada dirinya, merasa nyaman dengan dirinya, apapun keadaannya. Self-est13em yang tinggi digambarkan dengan penerimaan diri oleh individu tersebut dan mengapresiasikan nilai-nilai sebagai manusia seutuhnya. Self-esteem yang rendah terbentuk dari keyakinannya bahwa dirinya memiliki
keberhargaan diri yang kecil, sehingga rnembuat individu tersebut takut untuk mencoba suatu ha!.
2. Perasaan tentang kehidupan
Self-esteem tinggi dinyatakan dengan menerima tanggung jawab dan memiliki perasaan untuk mengontrol setiap bagian dari kehidupan.
Seseorang tidak menyalahkan dirinya sendiri atas semua permasalahan. lndividu tersebut membuat harapan yang realistis dan tujuan yang dapat diraih. Self-esteem yang rendah terwujud dari kehidupan dan apa yang ada di dalarnnya sering di luar kendali. Seseorang dengan self-esteem yang rendah selalu rnerasa tidak berdaya dan lemah.
3. Hubungan dengan orang lain
nilai-nilai yang ia miliki pada orang lain karena ia tidak membutuhkan penerimaan dari orang lain untuk membuatnya merasa berguna. Self-esteem rendah mencerminkan kekurangan kehormatan yang mendasar untuk orang lain. Tidak bertoleransi kepada orang lain dan yakin orang lain akan mengikuti kemauannya.
Branden (2007), menggunakan istilah 6 Pilar Self-Esteem dalam menjelaskan aspek-aspek dari self-esteem. Enam pilar tersebut, yaitu:
1. Menjalani hidup penuh kesadaran.
Secara sadar dan peka terhapdap segala sesuatu yang menjadi bagian dari tingkah laku, tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasararan hidup sebaik mungkin apapun dengan kemampuan yang dimiliki oleh kita sesuai dengan apa yang kita lihat dan ketahui.
2. Penerimaan diri.
Penolakan terhadap hubungan yang tidak menguntungk:an bagi diri individu, yaitu dengan menerima, berprihatin dengan tidak mendorong perilaku yang tidak diinginkan tetapi mengurangi terjadinya pengulangan. 3. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
4. Bertindak tegas.
Kesediaan l.!ntuk tegas terhadap prinsip diri sendiri, m1:mjadi diri sendiri secara terbuka, dan membawa diri dengan penuh menghargai terhadap hubungan antar manusia.
5. Menjalani hidup penuh makna atau tujuan.
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk pencapaian sasaran hidup yang sudah dipilih; sasaran belajar, menghidupi keluarga, bekerja, memulai usaha baru, menyelesaikan masalah, menjaga hubungan keharmonisan.
6. lntegritas personal.
lntegritas dari harapan-harapan kita sendiri, kepercayaan, kualitas hidup, keyakinan, dan perilaku.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Esteem
Menurut Brecht (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem adalah sebagai berikut:
1. Orang tua
Orang tua adalah sumber yang sangat mempengaruhi kualitas
self-esteem anak-anaknya. Dengan maksud-maksud yang baik, banyak orang tua yang penuh perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak self-esteem anak-anak mereka tanpa mereka sadari.
Menurut Coopersmith dalam Goble (1987), keluarga-keluarga mandiri mengungkapkan perbedaan-perbedaan pendapat ataupun
l<etidaksetujuan secara terbuka cenderung memiliki keyakinan-keyal<inan yang teguh, tetapi juga mempu dan tegas dalam memirnpin. Mereka tidak akan pernah menoleransikan perlakukan-perlakuan yang sembrono atau tidak sopan.
2. Tingkah laku sosial
Dengan siapa seorang individu bergaul dapat sangat mi;mpengaruhi self-esteem. Self-esteem dapat ditingkatkan melalui kelompok, teman-teman, yang menerima diri kita apa adanya (Brecht, 2000).
3. Budaya
perempuan dibandingkan kaum laki-laki sangat mempengaruhi pandangan seseorang tentang dirinya.
4. Prestasi
jika seorang individu telah mengembangkan suatu poia tertentu untuk berprestasi dalam sejumlali bidang, maka ia cenderung akan percaya bahvva dirinya mampu, bisa, dan akan merasa senang dengan dirinya. Kemampuan untuk menetapkan tujuan yang rea!istis dan penghargaan terhadap diri sendiri apa setiap langkah pencapaiannya juga merupakan pendorong meningkatnya self-esteem.
5. Diri sendiri
Sumber paling penting yang mempengaruhi self-esteem adalah diri sendiri. Seorang individu dapat meningl<atkan atau menurunkan harga dirinya kapanpun ia inginkan (Brecht, 2000). Hal ini sajalan dengan pendapat yang diungkapkan o!eh Branden (2001), jika harga diri
merupakan penilaian bahwa, suatu pikiran yang meyakini dirinya sendiri -" maka tidak seorang pun yang dapat membangkitkan pengalaman seperti ini kecuali diriku sendiri."
1-..
セセᄋMᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋMᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋᄋQ@l
iJIN
• ., .. ,.;"'
-_ _,., uJ11\\riゥャャヲヲA
Q
[ゥᄋセイ
, f,'lQ
ᄋQ@
2.2. Dewasa Muda
2.2.1. Definisi Dewasa Muda
H.S. Becker, dalam
Personal Changes in Adult Life
menyatakan bahwa dewasa muda merupakan suatu masa penyesuaian terhadap po/a-po/a kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Manusia dewasa muda diharapkan memainl<an peranan-peranan baru, sertamengembangkan sikap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam memelihara peranan-peranannya yang baru tersebut (Mappiare, 1983).
Pengertian dewasa muda dalam beberapa buku psikologi perkembangan menggunakan istilah adulthood. Hurlock (1980) menggunakan istilah adult yang berasal dari kata kerja latin yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan." Oleh karena itu orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.
Kemudian Hurlock (1980) mendefinisikan masa dewasa muda atau dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan dan harapan-harapan sosial baru. Orang-orang dewasa muda
pencari nafkah, dan rnengernbangkan sikap-sikap baru, k1ainginanan-keinginan, dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mappiare (1983) bahwa dewasa boleh dikenakan kepada individu-individu yang telah rnerniliki kekuatan tubuh secara rnaksirnal dan siap bereproduksi dan telah diharapl<an, rnerniliki
kesiapan kognitif, afektif, dan psikornotor, serta dapat diharapkan rnernainkan peranannya bersarna dengan individu lain dalarn rnasyaral<at.
Santrock (1995) dalarn bul<unya yang berjudul Life-Span Development rnenjelaskan bahwa kaurn rnuda (dewasa rnuda) rnerniliki pribadi yang rnandiri dan terlibat secara sosial. Sefain itu, kaurn rnuda sudah dapat mernbuat keputusan mengenai karir, nilai-nilai, keluarga, dan hubungan.
Menurut Papalia dan Olds (1986) rnendefinisikan dewasa rnuda sebagai berikut:
" ... mereka membuat ban yak keputusan yang akan mempengaruhi sisa hidup mereka, mengenai kesehatan mereka, kebahagiaan mereka, dan kesuksesan mereka. Orang-Orang kebanyakan meningga/kan rumah orangtua mereka, memiliki pekerjaan yang pertama, menikah, mempunyai dan mengasuh anak-anak. Semuanya itu adalah transisi yang utama."
Selanjutnya Feldman ( 1996) rnenjelaskan secara sederhana bahwa
fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog
menetapkan usia sekitar
20
tahun sebagai awal masa dewasa danberlangsung sampai sekitar usia
40-45
tahun (dalam Mubin dan Cahyadi,2006).
Penyesuaian diri dalam masa dewasa muda biasanya menemui banyak kesulitan dan mengapa banyak anak muda dalam kategori ini merasakan tahun-tahun awal masa dewasa sedemikian sulit, sehingga mereka mencoba memperpanjang ketergantungan mereka dengan mempertahankan status siswa atau mahasiswa (Hurlock,
1980).
2.2.2. Rentang Usia Dewasa Muda
Jeffrey Arnett
(2000)
mengungkapkan bahwa usia18-25
tal1un dapat dikatakan usia keluar dari remaja, dengan kata lain individu tersebut sudah dapat disebut sebagai usia dewasa muda (dalam Santrock,2002).
2.2.3. Ciri-ciri Dewasa Muda
Usia dewasa muda memiliki ciri yang menonjol nampak dalam adanya
ketegangan emosi. Namun demikian, hal penyesuaian diri merupakan hal yang utama dalam usia dewasa muda.
Sebagai kelanjutan dari masa remaja, masa dewasa muda memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (Mappiare, 1983)
1. Usia produktif
Menjadi orang tua sebagai ayah atau ibu merupakan satu di antara peranan yang sangat penting dalam hidupnya. Apabila seseorang telah mulai memasuki hidup berumah tangga dalam akhir masa remaja, maka orang dewasa yang bersangkutan mempersiapkan diri mengambil peranannya sebagai orang dewasa sejak usia dua puluhan sampai akhir tiga puluhan.
2. Usia memantapkan letak kedudukan
Masa dewasa muda merupakan usia pemantapan letak kedudukan. Hurlock mengatakannya sebagai periode "pengaturan" (settle down). Dengan pemantapan kedudukannya seseorang berkembang pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat.
3. Usia banyak masalah
Dalam masa dewasa muda banyak persoalan yang baru dimulai.
permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan teman hidup, permasalahan yang berhubungan dengan hal-hal keuangan. 4. Tegang dalam hal emosi
Ketegangan-ketegangan emosi yang terjadi pada masa dewasa muda adalah ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan-persoalan pernikahan, jabatan, keuangan, dan sebagainya. Ketegangan emosi terseb11t muncul secara be1iingkat, selaras dengan intensitas persoalan yang dihadapinya dan sejauh mana seseorang dapat mengatasi masalah-ma1:.alah yang dihadapinya tersebut.
Dari uraian mengenai ciri-ciri dewasa muda yang diungkapkan oleh Mappiare di alas, Hurlock (1980) menambahkan ciri-ciri dewasa muda, yaitu: masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, penyesuaian diri dengan cara hidup baru, dan masa k.reatif.
Seseorang yang matang menurut Anderson memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (dalam Mubin dan Cahyadi, 2006)
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego.
2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien.
4. Mempunyai sikap yang objektif.
5.
Menerima kritik dan saran. 6. Bertanggung jawab.7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistis dan baru.
2.2.4. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda
Tugas-tugas perkembangan dewasa muda dipusatkan pada
harapan-harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri, membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1980).
Sependapat dengan Hurlock,
R.
J.
Havinghurst (1953) dalam Mappiare (1983), menemukan rumusan tugas-tugas perkembangan clalam masa dewasa muda, sebagai berikut:1. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau isteri). 2. Belajar hidup bersama dangan suami atau isteri.
3. Mulai hid up dalam keluarga atau hidup berkeluarga. 4. Belajar mengasuh anak.
6. Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
7. Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak.
8. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilaii-nilai pahamnya.
Dari rumusan mengenai tugas-tugas perkembangan dewasa muda di atas, penulis memilih beberapa dari tugas-tugas perkembangan tersebut yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu memilih teman bergaul sebagai calon pasangan hidup, mulai hidup dalam keluarga atau berkeluarga, bertanggung jawab sebagai warga negara secara layak, dan memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.
2.3. Apartemen
2.3.1.
Definisi ApartemenDi
Indonesia apartemen, kondominium, flat dikenal dengan istilah rumah susun. Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 1985 pasal 1 ayat 1: "Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi da/am bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama."juridis dari bangunan gedung bertingkat, yang mengandung sistem
kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang digunakan untuk hunian atau bukan hunian, secara mandiri ataupun secara terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan.
Menurut Sidharta, Djamali, Sabarini, Parthiana, dan Gunawan (1980), rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibagi dalam bagian-bagian di mana setiap bagian distrukturkan sedemikian rupa hingga masing-masing bagian itu secara fungsional mewujudkan suatu kesatuan yang berdiri sendiri sebagai suatu perumahan yang lengkap.
Dari pengertian rumah susun yang diutarakan kemudian muncul istilah apartemen yang menurut Soebagjo (1993) pada dasarnya adalah suatu sistem yang terdiri dari kepemilikan yang terpisah-pisah atati unit-unit individual dalam bangunan berunit majemuk.
Menurut Komarudin (1997), saat ini di Indonesia dikenal dengan beberapa tipe rumah susun, antara lain:
1. Rumah susun mewah yang penghuninya sebagian besar tenaga kerja asing.
3. Rumah susun sederhana yang dihuni oleh masyarakat golongan berpenghasilan menengah ke bawah.
4. Rumah susun murah yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah ke bawah.
Jadi, pada prinsipnya apartemen, kondominium, flat pada dasarnya adalah rumah susun mewah.
2.4. Gaya Hidup
2.4.1. Definisi
Gaya HidupMenurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995):
"Lifestyle adalah suatu ringkasan membangun po/a teladan dalam
hidup yang digambarkan o/eh individu dalam meluangkan waktu dan
uangnya. Gaya hidup mencerminkan aktivitas, mine.if, dan pendapat
seseorang."
Hal ini hampir sama dengan definisi yang diungkapkan oleh Mowen (1998): "Lifestyle menandakan bagaimana seorang individu hidup, bagaimana
mereka membelanjakan uang mereka, dan bagaimana mereka
Alfred Adler menemukan istilah lifestyle pada 50 tahun yang lalu untuk
menunjukkan seseorang membentuk dirinya dan jalan yang diambil untuk meraihnya. Selanjutnya Loudon dan Bitta (1993) mendefinisikan lifestyle:
" .... suatu po/a teladan yang unik dari hidup seseorang yang mempengaruhi dan cerminan perilaku konsumsi se.seorang."
Menurut Susanto (2006), gaya hidup adalah perilaku sesef)rang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Gaya hidup adalah frame of reference yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu. tQセイオエ。ュ。@
bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, ウ・ィゥョァセQ。@ gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang diproyeksikannya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yan(I sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Takwin (2006) berpendapat bahwa gaya hidup dipahami gebagai adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Kepribadian dianggap sebagai penentu gaya hidup. Oleh karena itu, kepribadian setiap manusia adalah unik, begitu pula dengan gaya hidup. Gaya hidup clipahami sebagai tata cara yang mencerminkan sikap-sikap dan nilai dari seseorang (clalam Alfathri Adlin, 2006).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan gaya hidup adalah pola tingkah laku individu yang unik yang berkaitan dengan penggunaan waktu dan uang yang merupakan cara individu menjalani hidupnya, berkaitan dengan citra diri seseorang, dan bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain.
2.4.2. Pengukuran Gaya Hidup
Dengan mengukur gaya hidup peneliti bidang pemasaran clapat lebih
Menurut Engel dkk (1995), pendekatan yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada konsumen dengan mengukur gaya hidupnya adalah sebagai berikut:
1. Analisis Psikografis
Psikografis adalah teknik utama yang digunakan oleh peneliti perilaku konsumen sebagai ukuran operasional dari gaya hidup. Engel dkk (1995) mendefinisikan psychographics adalah suatu istilah yang sering
digunakan sebagai pengganti pengukuran AIO, atau pernyataan untuk menguraikan aktivitas, minat, dan opini dari konsumen.
2. AIO (activities, interests, and opinions)
Beberapa peneliti menggunakan 'A' untuk mengartikan Attitudes, tetapi aktifitas merupakan pengukuran gaya hidup yang lebih baik karena aktifitas mengukur apa yang dilakukan oleh individu.
Komponen AIO didefinisikan oleh Reynolds dan Darden (dalam Engel dkk, 1995) sebagai berikut:
Dari uraian di atas terlihat bahwa aktifitas sebagai tindakan nyata seseorang walaupun aktifitas ini biasanya dapat diamati, alasan オョエオセZ@ aktifitas tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Interest atau minat adalah tingkat
kesenangan akan topik yang menyertai perhatian khusus rnaupun
[image:53.595.35.422.177.618.2]terus-menerus pada seseorang. Opini adalah jawaban lisan atau tertulis yang diberikan individu sebagai respon terhadap stimulus sema<:am pertanyaan yang diajukan, juga digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi serta kepercayaan dari mengenal maksud orang lain.
Tabel 2.1. Kategori Gaya Hid up AIO (Engel dkk, QYAセUL@ ha! 453)
AKTIFITAS MINAT OPINI
Pekerjaan Keluarga Diri pribadi
Ho bi Rumah lsu sosial
Kegiatan sosial Pekerjaan Politik
Liburan Komunitas Bisnis
Hi bu ran Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Mode Pendidikan
Komunitas Makanan Prociuk
Berbelanja Media Masa depan
Olahraga Prestasi Kebudayaan
"
Sumber: Joseph T. Plummer, ·rhe Concept and Appftcation of Life Style Segmentatron, Journal of Merketing 38
2.4.3
Segmentasi Gaya HidupSusianto (1993) membuat segmentasi atau pengelompokkan gaya hidup berdasarkan 6 segmen. Segmentasi tersebut adalah sebagai berikut: Segmen 1: Hura-hura
Tipe orang pada kelompok ini adalah mereka yang selalu terlibat dengan orang lain. Mereka lebih menyukai kegiatan yang sifatnya "hura-hura" dibandingkan dengan kegiatan sosial yang sifatnya membantu orang lain. Dalam mengikuti suatu kegiatan mereka tidak ingin serius terlibat. Mereka senang dengan keramaian kota.
Segmen 2: Hedonis
Subjek dalam segmen ini adalah orang-orang yang mengarahkan
aktivitasnya untuk mencapai kenikmatan hidup. Sebagian besar perhatiannya ditujukan pada Jingkungan di Juar rumah. Jika ada sedikit rnasalah, subjek tersebut langsung keluar rumah. Mereka mudah rnendapatkan teman tetapi masih "memilih-millh" dalam berteman, ingin menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu mereka tidak segan-segan untuk membeli barang yang mahal dan waktu luangnya mereka gunakan untuk "main". Mereka dai'i keluarga yang sangat mampu dan mereka mendapat uang saku dan fasilitas yang serba kecukupan.
Segmen 3: Rumahan
dalam bergaul. Biasanya banyak menghabiskan waktu luangnya untuk membaca. Waktu luangnya atau pada saat liburan banyak digunakan
bersama keluarga mencari ketenangan dari keramaian kola. lndividu tersebut pernuh perhitungan dalam membelanjakan uangnya.
Segmen 4: Sportif
Tipe orang dalam segmen ini adalah tipe orang yang senang berolahraga. Mereka menyediakan waktu khusus dan berusaha mendapat prestasi dalam berolal1raga, berusaha untuk tampil mandiri, tidak teralu mementingkan penampilannya. Mereka juga terbuka terhadap kritikan dan cukup punya perhatian pada keadaan rumah.
Segmen 5: Orang Kebanyakan
Tipe orang pada segmen ini adalah orang-orang yang bertipe cenderung hati-hati dalam bertingkah laku. Mereka adalah orang-orang yang cenderung tidak ingin bertentangan dengan mayoritas, sehingga mereka kurang berani untuk menjadi inisiator.
Segmen 6: Sosial
Subjek dalam kelompok ini adalah orang-orang yang peka terhadap
2.5. Kerangka Berpikir
Setiap individu memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menjadikan setiap individu juga meimiliki penghargaan alas dirinya sendiri dan mengembangkan gaya hidup yanu berbeda-beda. Penghargaan diri orang dewasa muda yang memilih tinggal jauh dari orang tua, mereka dapat mengambil keputusan secara mandiri, mengatur jadwal dan kepentingan sendiri, kesempatan untuk mengeksplorasi tempat baru, mencoba hal-hal baru, dan adanya privasi menambah sifat khas tersendiri dari setiap individu, termasuk di antaranya memilih aparternen sebagai ternpat tinggal.
Konsep penghargaan terhdap diri sendiri ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Goble
(1987),
menjelaskan bahwa harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan.Menurut Minchinton
(1993)
salah satu aspek dalam self-esteem adalah hubungan dengan orang lain, dengan kata lain individu melakukan sosialisasi dengan orang lain. Takwin (2006) memahami gaya hidup s13bagai adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial untuk memenuhi kebutuhanOleh karena itu, pemilihan gaya hidup seorang individu beirkaitan dengan penghargaan diri yang dimiliki oleh setiap individu. Bagaimana seorang individu menghargai dirinya sendiri berdasarkan gaya hidup yang ia pilih dan ia jalani. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
self-e•steem
dan gaya hidup orang dewasa muda penghuni apartemen, serta mengapa mahasiswa dewasa muda memilih apartemen sebagai salah satu dari gaya hidupnya.Dari gambaran di atas tampak cukup jelas bahwa pemilihan gaya hidup akan memberikan beberapa pengaruh terhadap
self-esteem
pacla dewasa muda,seperti meningkatnya rasa percaya diri, kemandirian, yakin pada penilaian
dan gagasan-gagasannya, membina hubungan yang sehat dengan orang lain, serta berani menentukan sesuatu sendiri, sehingga individu tersebut memandang dirinya sebagai manusia yang berkompeten dan merasa dirinya sebagai manusia yang berharga.
Bagan 2.1 Self-Esteem dan Gaya Hidup Dewasa Muda Penghuni Apartemen
DEWASA DNGGALDI
MUDA 'ARTE MEN
SELF-ESTEEM
' '
SELF-ESTEEM
セfMesteem@
POSIT IF NEGATIF
- Percaya diri - Rendall diri
- Merasa berharga - Merasa tidak berharga
- Memiliki kebanggaan - Tidak memiliki
kebanggaan
• Hura-hura • Hedonis
GAYA • Rumar1an
HIDUP • Sportif
Pembahasan dalam bab ini meliputi penjabaran mengenar jenis penelitian. metode pengumpulan data, subjek penelitian, dan prosedur pengumpulan data. Di mana data yang diperoleh dalam penelitian ini akan menjawab pertanyaan penelitian, yaitu bagaimana gambaran self-esteem dan gaya hidup orang dewasa muda penghuni apartemen.
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
3.1.2. Metode Penelitian
Self-esteem dan gaya hidup yang dimiliki oleh orang dewasa muda penghuni apartemen yang terjadi pada individu biasanya sangat bersifat subjektif, maka dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian eksploratif dengan menggunakan metode studi kasus yang merupakan salah satu bagian dari penelitian kualitatif. Di dalam studi kasus, data atau hasilnya tidak disajikan menggunakan angka-angka atau data statistik, melainkan mengolah dan menghasilkan data yang sifatnya deskriptif.
Studi kasus sangat bermanfaat ketika penulis merasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu, ataupun situasi-situasi unik secara mendalam, dan dapat rnenggambarkan secara lengkap berbagai gejala dan proses prilaku manusia serta peristiwa-peristiwa khusus.
seperti itu (Sevilla, 1993). Kekurangannya adalah penelitian ini memerlukan waktu yang agak lama dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas.
3.1.3. Definisi Operasional dan lndikator
Berdasarkan landasan teori yang ada maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah self-esteem dan gaya hidup.
Berdasarkan konsep-konsep teori pada bab sebelumnya maka penulis merumuskan definisi operasional yang merupakan pengert.ian secara operasional mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Self-Esteem atau harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri, yang ditandai dengan menghormati diri sendiri, bertanggung jawab, bersikap tegas, dan perasaan berharga yang melnjadi penentu perilaku.
Aspek yang menjadi definisi self-esteem berasal dari Branden (2007). yaitu menjalani hidup penuh kesadaran (sadarterhadap tujuan, tingkah laku, dan nilai hidup), penerimaan diri (menerima diri apa adanya),
bertanggung jawab terhadap diri sendiri, bertindak tegas (tegas terhadap prinsip sendiri secara terbuka), menjalani hidup penuh tujuan, dan
2. Gaya hidup adalah pola tingkah laku individu yang unik, berkaitan dengan penggunaan waktu dan uangnya, serta citra diri seseorang yang ingin dipersepsikan oleh orang lain.
Berdasarkan pendapat dari Susianto (1993), teradapat 6 segmen gaya hidup, yaitu: hura-hura, hedonis, rumahan, sportif, orang kebanyakan, dan sosial.
3.2.
Pengambilan Subjek
Penulis menggunakan 4 orang untuk dijadikan subjek pene,Jitian.
Pengambilan subjek pada penelitian ini dilakukan secara non-probability sampling, dilakukan dengan sistem bola salju atau berantai (snowball sampling). Pada teknik bola salju ini pengambilan sampel dilakukan secara
berantai dengan meminta informasi tentang calon subjek penelitian pada orang yang sudah diwawancara atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya (Nasution, 1995).
Subjek yang diambil mempunyai ciri-ciri karakteristik yan9 sudah ditentukan, kriteria tesebut sebagai berikut:
1. Mahasiswa pribumi berusia 18-25 tahun 2. Tinggal jauh dari orang tua
3. Belum menikah
4. Sudah menghuni apartemen selama 1 tahun.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini ingin mengetahui self-esteem dan gaya hidup para subjek, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, yaitu wawancara yang menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan opened-closed-probing, bertujuan untuk menjaga agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian (Suharsimi, 2002). Wawancara tersebut bersifat fleksibel, banyak mengupas informasi, dan dapat diadaptasi dengan situasi individual. Semua hal tersebut merupakan kelebihan dari wawancara.
dapat diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam proses wawancara.
Hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah penampilan fisik subjek, sikap terhadap pewawancara, ekspresi verbal, serta ekspresi non-verbal.
3.3.2. lnstrumen Pengumpulan Data
Arikunto Suharsimi (2002) menjelaskan bahwa lnstrumen penelitian adalah ala! atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam men!Jumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Untuk mempermudah penulis dalam pengumpulan data, maka pe•nulis menggunakan alat bantu dalam mengumpulkan data, yaitu pedoman wawancara, lembar observasi, dan tape recorder.
[image:64.595.38.435.570.665.2]Berikut adalah
blue print
tentang gambaranself-esteem:
Tabel 3.1
Blue print
wawancara gambaranse/f-13steem
No. Komponen lndikator
1. Menjalani hidup penuh a. Menyadari dan menghargai fakta-fakta
kesadaran realistis.
b. Menyadari kelebihan clan kekurangan diri.
d. Membuka diri atas kritikan dari orang lain
- -
·-2. Penerimaan diri. a. Menerima fakta-fakta diri sendiri b. Memaafkan dan menghargai diri
sendiri.
d. Menilai dan mencintai diri sendiri. --e. Memegang kendali atas emosi diri. 3. Bertanggung jawab a. Bertanggung jawab atas
terhadap diri sendiri. memprioritaskan waktu.
b. Bertanggung jawab atas perbuatan dan tinal<ah laku.
c. Bertanggung jawab atas pilihan nilai-nilai.
-4.
Bertindak tegas. a. Tegas terhadap prinsip diri sendiri. b. Bebas mengungka12kan 12endaQat. d. Membawa diri dengan menghargai hubungan antar manusia.5. Menjalani hidup penuh a. Memiliki produktivitas (berkompetisi, _J_tujuan. prestasi, bekeria, membuka usaha). b. Pencapaian sasaran belaiar (cita-cita).
c. Disiolin diri.
6. 11ntegrasi personal. a. Haraoan-haraoan diri vana realistis.
I
b. Kepercavaan diri. c. Keberhargaan dalam l1idup.--Untuk memperoleh data mengenai segmentasi gaya hidup, penulis menggunakan pedoman wawancara mengenai segmentasi gaya hidup. Adapun blue printwawancara segmentasi gaya hidup adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Blue print wawancara segmentasi gaya hidup
No
· - - " ' ' MMMMMᄋᄋᄋMMMMMセMMMMMᄋM-·---ゥョ」エゥォ。エッイMMMMMセL@
Komponen
1. Aktivitas sehari-hari a. Selalu terlibat dengan orang lain. b. Senang pada keramaian kota.
[image:65.595.34.437.111.477.2],-;:;
Ho bi a. Beraktivitas untuk mencapai
12.
kenikmatan hidUQ.
-b. Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan sosial.
c. Mengikuti organisasi cli dalam maupun di luar kami::ius.
d. Senang dan menyediakan waktu
MMMMセMᄋM khusus untuk berolah ra1ia.
3. Peran teman dan a. Banyak menghabiskan waktu di rumah
keluarga (apartemen)
b. Memiliki kedekatan emosional dengan teman dekat atau sahabat.
c. Penuh perhatian pada keluarga dan memiliki kedekatan emo8ional dengan anggota l<eluarga.
4. Waktu luang a. Meluangkan waktu untuk kegiatan yang bermanfaat.
b. Berkegiatan di akhir pekan bersama teman atau keluarga.
c. Melakukan perawatan tubuh secara khusus.
5.
Menggunakan uang a. Penuh perhitungan dalam menaaunakan uangb. Tidak segan membeli barang mahal dan bermerk agar menjacli pusat perhatian.
c. Mengalokasikan dana tertentu untuk perawatan tubuh secara セZィオウオウN@
Pedoman wawancara berlaku sebagai acuan dalam proses wawancara agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian, mengingatkan kernbali pada aspek-aspek yang perlu digali dari subjek, serta memudahkan penulis untuk
mengelompokkan dalam melakukan analisis data. Pedoman wawancara ini disusun berdasarkan konsep-konsep teoritis yang berkaitan dengan
Lembar observasi digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting, menerangkan lebih lanjut data yang berpengaruh dalam proses wawancara. Hal-hal yang dicatat dalam lembar observasi adalah identitas subjek, tempat berlangsungnya wawancara, lamanya wawancarci berlangsung hal-hal yang terjadi selama wawancara yang mungkin berpengaruh kepada hasil
wawancara, penampilan subjek secara keseluruhan, respon-respon subjek dalam menyampaikan informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, serta sikap subjek terhadap pewawancara.
4.1. Gambaran Umum Subjek
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek
I
KarakteristikI
SubjekSubjek 1 Subjek 2 Subjek 3 Subjek4
!
Nama HL JN KT JM'
I
r-··--- - ..
!
Usia 19 tahun 20 tahun 20 tahun 22 tahuni
i
Anak Anak ke 3 Anak ke 2 Anak ke 2 Anak ke 3I
ke .... dari. ... dari 3 dari 2 dari 4 dari 3'
1 bersaudara
-i: Agama Kristen Islam Kristen Kristen
i
i
Jenis kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki" ...
!
Jurusan Akutansi Jurnalistik Design Design' Interior Interior
i
i
Semester5
37
7
i
セ@
: Tempat Denpasar Sukabumi Pontianak Bog or
1 tinggal asal
· Alasan Dekat Dekat Dekat Tidak sengaja
tinggal di dengan dengan dengan
apartemen kampus kampus kampus
i Lama tinggal 2 tahun 1 tahun 3 tahun 3 tahun
'
c_.__ _ _ _ _ _ _
[image:68.595.32.439.150.634.2]--Dari tabel di atas dilihat bahwa dari keempat subjek penelitian berasal luar Kota Jakarta. Selain itu terdapat 2 orang yang sedang menjalankan kuliahnya pada semester VII serta berasal dari fakultas dan jurusan yang sama. Secara keseluruhan terdapat 3 orang subjek memiliki alasan memilih dan tinggal di apartemen berdasarkan letak yang startegis (dekat dengan kampus) dan 1 orang memiliki alasan memilih dan tinggal di apa1iemen atas
ketidaksengajaan.
[image:69.595.35.416.183.492.2]1. Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1.
Laki-laki 12. Perempuan 3
-·----Total 4
2. Subjek Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Gambaran subjek berdasarkan usia
No. Usia Jumlah
-1. 18-21 tahun 3 2. 21-25 tahun 1
---··--- ----·-セMMMMMセ@
Total
4
Dari tabel di atas dilihat bahwa berdasarkan usia subjek penelitian, secara keseluruhan subjek penelitian ini didominasi oleh usia 18 s;ampai 21 tahun sebanyak 3 orang, sedangkan untuk usia 21 sampai 25 tallun sebanyak 1 orang.
4.2. Presentasi Data
1. Persentase Segmentasi Gaya Hidup dan Self-Esteem
Tabel 4.4 Persentase Gaya Hidup
No_ Segmentase Jumlah
1. Hura-hura 1
2.
Hedon is 13. Rumahan
2
4_
Sportif 05. Orang kebanvakan 0
6. Orang untuk orang lain 0
Total
4
[image:70.595.33.417.139.621.2]hidup yang persentasenya rendah adalah gaya hidup hura-hura dan hedonis (masing-masing satu orang).
Tabel 4.5 Faktor-faktor Self-Esteem
No. Faktor HL JN KT JM
1. Orang tua (keluarga)
-
v
-
v
2.
Tingkah laku sosialv
v
v
v
3. Budaya
-
-
-
-4. Prestasi
v
-
-
-5.
Diri sendiri-
-
v
-Dari bagan tersebut menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi self-esteem adalah faktor tingkah laku sosial, dalam hal ini mencakup lingkungan sekitar, kelompok, teman-teman sepergaulan, dan kegiatan pertemanan yang dilakukan subjek, serta faktor dominan
selanjutnya yang mempengaruhi self-esteem adalah faktor orang tua atau keluarga.
4.3. Analisis Subjek
4.3.1.
Analisis Subjek 1yaa .... hehehehe .... Aku baru bangun niy pas ditelpon tadi. Yuk ... masuk.
Duduk dulu yaa ... "
la masuk kembali ke kamarnya u