• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

NASIONAL DI SMP NEGERI 5 KOTA TANGERANG

SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

ARESY QURATUL AINI

NIM: 109104000008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2013

(3)

JAKARTA

Undergraduate Thesis, September 2013 Aresy Quratul Aini, NIM: 109104000008

The Relationship between Coping and The Confidence of Students in National Examinations in SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan xviii + 72 pages + 10 tables + 2 figures + 8 appendixes

ABSTRACT

National examination is one stressor that can cause stress for students. Students who use appropriate coping is predicted can increase their confidence to do national exams. This study aims to determine the relationship between coping and their confidence in national examinations.

This study was done in SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. The study sample was 84 students and taken by simple random sampling technique. This study uses associative design with quantitative approach. Data collection using research instrument such as questionnaires. The data analysis technique which used is the chi square statistics with the aid program in its processing application.

The results of this study indicate that students with adaptive coping (85,7%), maladaptive (14,3%), and students with high confidence (78,6%), moderate (21,4%), while students with low self-esteem doesn’t exist. Statistical test results showed that there was no relationship between coping and the confidence of students in the national exams with p value 0,664 or sig>0,05.

Researcher suggest the school to conduct counseling program by optimizing the role of nurses as counselor to prepare the optimal steps to boost confidence of students, especially to do national exams.

(4)

Skripsi, September 2013

Aresy Quratul Aini, NIM: 109104000008

Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan

xviii + 72 halaman + 10 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Ujian nasional merupakan salah satu stressor yang dapat menimbulkan stres pada siswa. Siswa yang menggunakan koping yang tepat diprediksi dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan koping dengan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 84 orang dan teknik yang digunakan dengan teknik simple random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data yang digunakan adalah chi square dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan koping adaptif sebanyak 85,7 %, maladaptif 14,3 %, dan siswa dengan kepercayaan diri tinggi sebanyak 78,6 %, sedang 21,4 %, sedangkan siswa dengan kepercayaan diri rendah tidak ada. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara koping dengan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional dengan P value sebesar 0,664 atau Sig>0,05.

Peneliti menyarankan agar pihak sekolah mengadakan program konseling dengan mengoptimalkan peran perawat sebagai conselor untuk menyiapkan langkah-langkah yang optimal untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, khususnya dalam menghadapi ujian nasional..

(5)

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN KOPING DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

DI SMP NEGERI 5 KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh: Aresy Quratul Aini NIM: 109104000008

Pembimbing I

Malina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP. 19790210 200501 2002

Pembimbing II

Ernawati, S.Kp, M.Kep Sp.KMB NIP. 19731106 200501 2003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

HUBUNGAN KOPING DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

DI SMP NEGERI 5 KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Aresy Quratul Aini

NIM: 109104000008

Pembimbing I

Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc NIP. 19790210 200501 2002

Pembimbing II

Ernawati, S.Kp, M.Kep Sp.KMB NIP. 19731106 200501 2003

Penguji I

Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc NIP. 19800802 200604 2001

Penguji II

Ernawati, S.Kp, M.Kep Sp.KMB NIP. 19731106 200501 2003

Penguji III

(7)

HUBUNGAN KOPING DENGAN KEPERCAYAAN DIRI

SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

DI SMP NEGERI 5 KOTA TANGERANG SELATAN

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Aresy Quratul Aini

NIM: 109104000008

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM NIP. 19790520 20091 1012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

Nama : ARESY QURATUL AINI Tempat, tanggal Lahir : Tangerang, 2 April 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Komplek Pondok Kacang Prima Blok I2 No. 15, Kecamatan Pondok Kacang Timur, Kelurahan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten 15225

HP : +6285777785909

E-mail : aresyaini@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar Negeri 08 Pondok Aren 1997 – 2003 2. SMP Negeri 1 Pondok Aren 2003 – 2006

3. SMA Negeri 2 Ciputat 2006 – 2009

4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 – Sekarang

ORGANISASI

1. PMR 2003 – 2005

2. Rohis 2006 – 2009

3. BEM FKIK 2010 – 2012

(9)

Skripsi ini Ku Persembahkan untuk

Mama dan Papa yang Sangat Ku Cintai

Dalam setiap irama tubuhmu kau selalu menyapa penuh semangat..

Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan kau selalu tersenyum…

Dalam kerinduan yang sangat kau tak

pernah lepas dari kasih sayang…

Kaulah pengantar luasnya pengetahuan

Kala ilmu ku hanya bagai tetesan air

Kaulah yang memenuhinya hingga bagai lautan

Kaulah bintang berkilau yang menyinari dunia

Andai ku bisa

Kan ku balas segenap cinta dan kasihmu

Andai ku mampu

Kan ku persembahkan permata seterang kilauanmu,

setulus kasihmu, dan sebijak nasihatmu

Ya Allah....

Ku tengadahkan tangan berharap kau membahagiakannya

Ya Rabbi...

Ku memohon berilah mereka mimpi yang selalu indah

Ya Rabbul Izzati...

Ku berharap padaMu anugerahkan mereka kecupan hangat

Seperti yang selalu ia berikan pada hati kami

(10)

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur tak terhingga penulis haturkan kepada my savior of live -Allah SWT- the only reason I do what I do and I live what I live yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta ridha-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di Smp Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan.”

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak baik moril maupun materiil, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi dan

Ibu Eni Nur’aini Agustini selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(11)

membimbing, memberikan saran dan kritiknya bagi penulisan skripsi ini. 6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tua, kakak, dan adik tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa dan semangat selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang telah memberi persetujuan awal kepada penulis untuk penelitian di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan.

9. Guru-guru SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang telah membantu penulis dalam pengambilan data.

10.Sahabat-sahabat terbaik ku (Febriyani Pamikatsih, Ike Yulianti, Musiskah, Siti Namira, Henditania Indrasetiawati) yang selalu ada dalam senang maupun susah, mendukung dan memberi semangat.

11.Teman-teman ku di Ilmu Keperawatan angkatan 2009 terutama Ummi, Eva, Desi, Sri, Walida, Inggar, Anggi dan Rus yang telah memberi kenangan dan semangat selama kebersamaan yang telah dilalui.

12.Kakak-Kakak dan Adik-adik ku seperjuangan di Ilmu Keperawatan yang telah memberikan semangat dan perhatiannya.

(12)

perbaikan skripsi ini kea rah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, September 2013

(13)

Halaman Judul ...i

Pernyataan Keaslian Karya ...ii

Abstract ...iii

Abstrak ...iv

Pernyataan Persetujuan ...v

Lembar Pengesahan ...vi

Daftar Riwayat Hidup ...viii

Lembar Persembahan ...ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi ...xiii

Daftar Tabel ...xvi

Daftar Bagan ...xvii

Daftar Lampiran ...xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Perumusan Masalah ...6

C.Pertanyaan Penelitian ...7

D.Tujuan Penelitian ...7

E. Manfaat Penelitian ...8

F. Ruang Lingkup Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Kepercayaan Diri ...10

1. Definisi Kepercayaan Diri ...10

2. Faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri ...12

3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri ...15

(14)

1. Definisi Mekanisme Koping ...22

2. Macam-Macam Koping ...23

3. Faktor yang Mempengaruhi Koping ...28

4. Hasil dari Koping (Coping Outcome) ...30

C.Remaja ...31

1. Definisi Remaja ...31

2. Ciri Masa Remaja ...32

D.Ujian Nasional ...36

E. Penelitian Terkait ...39

F. Hubungan antara Koping dengan Kepercayaan Diri ...40

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A.Kerangka Konsep ...43

B.Definisi Operasional ...44

C.Hipotesis Penelitian ...45

BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ...46

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ...46

C.Populasi dan Sampel ...47

D.Teknik Pengambilan Sampel ...49

E. Instrumen Penelitian ...50

F. Teknik Pengujian Instrumen ...52

G.Tahap Pengambilan Data ...54

H.Teknik Analisa Data ...55

I. Etika Penelitian ...56

BAB V HASIL PENELITIAN A.Profil SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan ...58

(15)

BAB VI PEMBAHASAN

A.Analisis Univariat ...63 B.Analisis Bivariat ...67 C.Keterbatasan Penelitian ...69 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ...70 B.Saran ...71 Daftar Pustaka

(16)

Halaman 2.1

3.1 4.1

4.2 4.3 4.4 5.1 5.2

5.3

5.4

Indikaator Perilaku dari Rasa Percaya Diri Definisi Operasional

Daftar Jumlah Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Penelitian Bobot Nilai

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Karakeristik Siswa berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Frekuensi Koping Siswa SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan dalam Menghadapi Ujian Nasional Distribusi Frekuensi Koping Siswa SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan dalam Menghadapi Ujian Nasional Hubungan Koping dengan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional

21 44 47

51 52 54 59 60

61

(17)

Halaman 2.1

3.1

Kerangka Teori

Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

(18)

Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas

(19)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seseorang dikatakan remaja (adolescence) bila berusia antara 10 sampai 19 tahun (World Health Organization, 2004). Remaja juga dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 sampai 22 tahun (Santrock, 2003). Banyaknya perubahan yang terjadi pada masa remaja, membuat mereka sering dilanda stres. Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan (Patel, 1996 dalam Nasir & Muhith, 2011).

(20)

dari lingkungan (Namara, 2000 dalam Suldo, Shaunessy, & Hardesty, 2008). Ujian merupakan penyebab utama dari stres akademik (Schafer, 1996 dalam Rafidah, et al., 2009).

Periode usia 13 hingga 15 tahun umumnya usia siswa pada tingkatan pendidikkan sekolah menengah pertama (kemdiknas.go.id). Siswa untuk naik ke tingkat pendidikkan selanjutnya, harus melalui suatu tes atau ujian. Ujian Nasional (UN) menurut Permendiknas Nomor 78 Tahun 2008 adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikkan dasar dan menengah (hukum.unsrat.ac.id).

UN sudah diselenggarakan sejak diberlakukannya kurikulum 1968, 1984, dan 1994, yang dulu dikenal sebagai Ujian Negara dari tahun 1945 sampai dengan 1970, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dari 1984 sampai 2001, Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun 2001 sampai 2005, yang selanjutnya berganti nama menjadi Ujian Nasional sejak 2005 sampai sekarang (Asiah & Rofieq, 2011). Kemdiknas menyatakan bahwa ujian nasional tahun ini mengalami sejumlah perubahan, seperti bertambahnya variasi soal yang sebelumnya berjumlah lima, kini menjadi dua puluh variasi soal, hingga digunakannya sistem barcode pada naskah soal dan lembar jawaban UN (LJUN). Komposisi bobot soal pun juga berubah, bila tahun lalu bobot soal mudah sebanyak 10%, sedang 80%, dan sulit 10%, tahun ini bobot soal sulit ditambah lagi 10 % sehingga komposisi bobot soal pada UN 2013 ini menjadi 10% soal mudah, 70% sedang, dan 20% sulit (kemdiknas.go.id).

(21)

(kemdiknas.go.id). Kriteria kelulusan ujian nasional tahun ini tidak mengalami perubahan dari tahun lalu, namun masih dianggap hal yang menakutkan bagi berbagai pihak, terutama bagi siswa itu sendiri yang akan menghadapinya. Ketakutan oleh bayangan tidak lulus ujian nasional membuat para siswa dilanda stres, seperti yang terjadi pada siswi di Bengkulu yang gagal mengikuti UN 2012 yang diduga mengalami gangguan kejiwaan yang disebabkan rasa takut yang berlebihan terhadap ujian nasional (sidomi.com).

UN dapat dikatakan sebagai stressor yang dapat menimbulkan stres pada siswa yang akan menghadapinya, sehingga diperlukan mekanisme koping yang adaptif untuk dapat mengatasi stres yang terjadi pada siswa. Mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku (Nasir & Muhith, 2011).

Mekanisme koping pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme koping berfokus pada masalah dan mekanisme yang berfokus pada emosi. Remaja yang menggunakan koping berfokus masalah akan mencoba untuk menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Remaja yang memiliki koping berfokus emosi, mereka cenderung bersifat emosional terutama dengan melakukan penilaian defensif, seperti menghindar, atau menyangkal bahwa hal itu tengah terjadi (Lazarus, 1966, 1990, 1993 dalam Santrock, 2003).

(22)

konsep diri yang positif yang termasuk dari inti pola kepribadian (Surya, 2010). Siswa yang memiliki kepercayaan diri, tidak tergantung pada orang lain dan akan percaya pada kemampuan yang dimilikinya (Rini, 2002). Kurang percaya diri pada siswa juga dapat ditunjukkan dengan beberapa perilaku, salah satunya yaitu mencontek saat menghadapi ujian atau tes (Hakim, 2002).

Pelaksanaan ujian nasional pada tahun-tahun sebelumnya, sering diwarnai dengan berbagai kecurangan yang dilakukan oleh siswa maupun oknum yang tidak bertanggung jawab. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerima 254 pengaduan. Pengaduan yang paling banyak mengenai isu kecurangan yaitu 54 pengaduan di antaranya adalah 27 pengaduan kebocoran, 20 pengaduan tentang kunci jawaban, 6 pengaduan jual beli soal, 2 pengaduan mengenai soal tertukar, dan 1 pengaduan soal yang rusak (tempo.co.id). Hal ini sangat disayangkan bila mengingat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menginginkan pendidikan yang bermutu bagi rakyat Indonesia (menkokesra.go.id).

(23)

konsentrasi yang buruk, dan dapat berdampak pada saat mengerjakan soal-soal ujian nasional. Siswa yang kurang percaya diri juga dapat berdampak pada masa depannya. Sukses dalam karier jarang datang pada orang yang kurang memiliki keyakinan diri, ketabahan, dan kurang percaya diri. Seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi atas kemampuan atau potensi yang dimilikinya, berarti orang tersebut memiliki ketahanan diri meniti karir menuju keberhasilan, sebaliknya jika tidak memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuannya akan membuat seseorang cenderung stagnan dan tidak maju-maju dalam karirnya (Yusuf, 2005).

Perawat memiliki beberapa peran, salah satunya adalah sebagai

counsellor. Seorang perawat sebagai counsellor dapat memberikan bimbingan/ konseling kepada klien (Doheny, 1982 dalam Kusnanto, 2004). Pemberian konseling ini juga dapat diberikan kepada para siswa untuk dapat menggunakan koping yang sesuai atau adapatif sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri pada siswa khususnya yang akan mengahadapi ujian nasional.

(24)

hadapi, sementara 49% siswa masih menggunakan mekanisme koping berfokus emosi.

Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian terkait hubungan antara koping dengan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian nasional. Peneliti juga berpikir bahwa koping dan kepercayaan diri penting untuk diteliti, sehingga peneliti ingin mengkaji lebih mendalam mengenai “Hubungan Koping dan Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan”.

B. Rumusan Masalah

(25)

masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara koping dan kepercayaan diri siswa dalam mengahadapi ujian nasional di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran koping siswa dalam menghadapi ujian nasional di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan?

2. Bagaimana gambaran kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara koping dan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara koping dan kepercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian nasional.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran koping siswa dalam menghadapi ujian nasional di SMP Negeri 5 kota Tangerang Selatan.

[image:25.596.120.536.92.489.2]
(26)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi diri untuk dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian nasional.

2. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai cara meningkatkan kepercayaan diri para siswa dan mempersiapkan langkah-langkah yang optimal dalam menghadapi ujian nasional. Lebih lanjut, diharapkan dapat mengoptimalkan peran perawat UKS untuk dapat berkolaborasi dengan BK dalam memberikan konseling kepada para siswa.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi keperawatan anak yang berguna dalam mengkaji mental dan psikis pada anak secara menyeluruh khususnya dalam bidang pendidikan.

4. Bagi Peneliti

(27)

F. Ruang Lingkup Penelitian

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepercayaan Diri

1. Definisi Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri termasuk dalam penerimaan diri positif. Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasan/frustasi dari kebutuhan penerimaan positif orang lain (Rogers, 1960 dalam Alwisol, 2009). Kepercayaan diri juga termasuk dalam kebutuhan rasa harga diri. Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa percaya diri terhadap kemampuan dan penampilannya menjadi lebih kompeten, produktif dalam semua aspek kehidupan, sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self-esteem dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya (Maslow, 1960 dalam Hamdali & Jaenudin, 2013).

[image:28.596.115.536.74.567.2]
(29)

Kepercayaan diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu untuk menentukan bagaimana harus berperilaku sesuai dengan apa yang dibutuhkan (Susanti, 2008). Seseorang yang memiliki kepercayaan diri akan lebih yakin untuk melakukan sesuatu atau masuk dalam suatu lingkungan (Shintia, 2011).

Rasa percaya diri yang sejati berarti memiliki beberapa hal yang meliputi integitas diri, wawasan pengetahuan, keberanian, sudut pandang yang luas, dan harga diri yang positif. Alasan utama seseorang merasa kurang percaya diri adalah karena tidak mengetahui apa sebenarnya yang bisa dilakukan dan tidak mempunyai cukup pengalaman (Lumpkin, 2005). Kepercayaan diri memampukan mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam situasi sulit, melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang belum pernah dilakukan, dan mengeluarkan bakat serta kemampuan sepenuhnya (Perry, 2005). Rasa percaya diri juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar (Rifki, 2008).

Weinberg dan Gould menjelaskan bahwa rasa percaya diri memberikan dampak positif pada hal-hal berikut ini (Setiadarma, 2000 dalam Yulianto & Nashori, 2006).

a. Emosi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih mudah mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan. b. Konsentrasi, seorang individu akan lebih memusatkan perhatiannya

(30)

c. Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya lebih baik.

d. Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustasi dalam berupaya meraih cita-cita dan cenderung tetap berusaha kuat secara optimal sampai usahanya berhasil.

e. Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya.

f. Momentum, individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka peluang bagi dirinya.

2. Faktor Pembentuk Rasa Percaya Diri

Percaya diri merupakan bagian dari karakteristik keperibadian seseorang, sedangkan proses pembentukannya atau peningkatan percaya diri sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis maupun aspek keterampilan teknis yang dimiliki seseorang (Surya, 2010).

a. Aspek psikologis

Aspek psikologis yang mempengaruhi dan membentuk percaya diri, yaitu gabungan unsur karakteristik citra fisik, citra psikologis, citra sosial, aspirasi, prestasi dan emosional, antara lain:

1) Self control (pengendali diri)

(31)

keyakinan, keberanian, perasaan dan emosi dalam diri seseorang.

Self control dalam diri memberi kekuatan dan menggerakkan percaya diri positif atau negatif.

2) Suasana hati yang sedang dihayati

Gambaran keadaan suasana hati (senang, bahagia, cemas, atau sedih) atau perasaan sangat mempengaruhi pembentukkan suara hati seseorang. Efek senang dan gembira merupakan sumber energi yang mempengaruhi pembentukkan suara hati positif dan berdampak meningkatkan power atau self control sehingga pematangan konsep percaya diri pun semakin mantap. Perasaan terpuruk, sedih, pesimis, cemas, marah, dan kesal sebaliknya akan membebani hati dan berdampak pada suara hati negatif yang mempengaruhi, menyedot, atau menurunkan power atau self control sehingga membuat orang tidak percaya diri.

3) Citra fisik

Kondisi fisik seseorang sangat mempengaruhi suasana hati maupun

self control diri seseorang. Penerimaan terhadap kondisi fisik cukup memuaskan akan memberikan suasana hati yang menyenangkan. Dampaknya pada pembentukkan suara hati pun positif dan mampu menggerakkan self control sehingga percaya diri yang terbentuk pun positif.

4) Citra sosial

[image:31.596.130.533.83.515.2]
(32)

lingkungan sosial terhadap diri seseorang. Penerimaan lingkungan yang baik dapat meningkatkan percaya diri secara positif, sebaliknya penerimaan lingkungan yang buruk terhadap seseorang, seperti remaja dianggap nakal, bodoh, jelek, dan sebagainya dapat membuat remaja menilai negatif dirinya, merasa tak berharga atau tak pantas dan rendah diri. Hal ini akan membuat remaja memiliki suara hati negatif dan rasa percaya diri menjadi sangat lemah. 5) Citra diri (self image)

Citra diri ini merupakan gambaran yang meliputi:

a) nilai profil diri, seperti tingkat kecerdasan, status sosial, ekonomi dan peranan dalam lingkungan sosial,

b) cita-cita ideal yang ingin dicapai dan seberapa besar pengaruh tokoh-tokoh ideal yang diidolakan, baik yang ada di lingkungan atau idola fantasi,

c) keberartian diri (kebanggaan diri) terhadap nilai peran diri di lingkungan.

Meningkatkan citra diri perlu meningkatkan kemampuan pribadi, nilai peran dalam lingkungan keluarga maupun pergaulan. Jika, kemampuan cukup baik dan nilai peran cukup, maka suara hati pun semakin mantap dan rasa percaya diri akan meningkat.

b. Aspek keterampilan teknis

(33)

Aspek keterampilan teknis akan membantu individu untuk mampu menyusun tahapan-tahapan untuk melakukan suatu kegiatan hingga dapat diwujudkan dan diselesaikan, yang meliputi pengetahuan taktis, metodis, dan imajinatif.

3. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Empat cara untuk meningkatkan rasa percaya diri remaja (Santrock, 2003), yaitu melalui:

a. Mengidentifikasi sumber rasa percaya diri

Mengidentifikasi sumber rasa percaya diri remaja merupakan langkah yang penting untuk memperbaiki tingkat rasa percaya diri. Penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa untuk meningkatkan rasa percaya diri secara signifikan harus dilakukan intervensi terhadap penyebab dari rendahnya rasa percaya diri. Remaja memiliki tingkat rasa percaya diri yang paling tinggi ketika mereka berhasil di dalam domain-domain diri yang penting, sehingga remaja harus didukung untuk mengidentifikasikan dan menghargai kompetensi-kompetensi mereka (Harter 1990b dalam Santrock, 2003).

b. Dukungan emosional dan penerimaan sosial

(34)

secara formal melalui program seperti kakak laki-laki asuh (Big Brothers) dan kakak perempuan asuh (Big Sisters). Dukungan orang dewasa dan teman sebaya menjadi faktor yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri remaja. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa dukungan orang tua dan teman sebaya sama-sama berhubungan dengan harga diri remaja secara keseluruhan (Robinson, 1995 dalam Santrock, 2003).

c. Prestasi

Prestasi juga dapat memperbaiki tingkat rasa percaya diri remaja (Bednar, Wells, & Peterson, 1989 dalam santrock, 2003). Rasa percaya diri remaja meningkat menjadi lebih tinggi karena mereka tahu tugas-tugas apa yang penting untuk mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan tugas-tugasnya tersebut atau yang serupa dengan tugas-tugasnya tersebut. Penekanan dari pentingnya prestasi dalam meningkatkan tingkat rasa percaya diri remaja memiliki banyak kesamaan dengan konsep teori belajar sosial kognitif Bandura mengenai kualitas diri (self-efficacy) yang merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif (Santrock, 2003).

d. Koping

(35)

yang mendukung fungsi integrasi seperti dengan memecahkan masalah (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Nasir & Muhith, 2011). Remaja menjadi lebih mampu menghadapi masalah secara nyata, jujur, dan tidak menjauhinya ketika remaja memilih mengatasi masalahnya dan bukan menghindarinya. Perilaku ini menghasilkan suatu evaluasi diri yang menyenangkan yang dapat mendorong terjadinya persetujuan terhadap diri sendiri yang bisa meningkatkan rasa percaya diri. Perilaku yang sebaliknya dapat menyebabkan rendahnya rasa percaya diri (Santrock, 2003).

4. Aspek Kepercayaan Diri

Ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri proposional (Rini, 2002), diantaranya adalah:

a. Percaya akan kompetensi/ kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat dari orang lain.

b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok.

c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain (berani menjadi diri sendiri).

d. Memiliki pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil). e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

(36)

menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/ mengharapkan bantuan orang lain).

f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya.

g. Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif juga memiliki ciri-ciri (Lauster, 2003), sebagai berikut:

a. Ambisius

Ambisi merupakan dorongan untuk mencapai hasil yang diperlihatkan kepada orang lain. Ambisi juga dimaksudkan untuk mempertinggi rasa harga diri sendiri dan memperkuat kesadaran atas diri sendiri menurut ilmu jiwa. Orang yang percaya diri cenderung memiliki ambisi yang tinggi. Mereka selalu berpikiran positif dan berkeyakinan bahwa mereka mampu berhasil dalam melakukan sesuatu.

b. Tidak tergantung pada orang lain

(37)

c. Optimis

Optimis adalah kecenderungan manusia yang utama. Manusia sadar dalam menghadapi masa depan yang belum diketahui. Akal pun tidak dapat memberikan sesuatu pengetahuan yang pasti tentang masa depan, individu membangun pengharapan yang diharapkan. Individu yang optimis akan selalu berpikiran positif dan terbuka, selalu beranggapan bahwa akan berhasil, serta dapat menggunakan kemampuan dan kekuatannya secara efektif.

d. Tidak mementingkan diri sendiri

Tidak mementingkan diri sendiri adalah keramahan manusia murni tanpa tujuan untuk mendapatkan balas jasa pujian maupun sanjungan atau mengharapkan tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dari orang lain. Orang yang percaya diri tidak hanya mementingkan kebutuhan pribadi akan tetapi peduli terhadap orang lain.

e. Toleransi

(38)

Sikap percaya diri juga dibagi menjadi empat ciri utama yang khas pada individu (Lidenfield,1997 dalam Shintia, 2011), yaitu:

a. Cinta diri, individu yang percaya diri mencintai dirinya dan peduli tentang dirinya karena perilaku dan gaya hidup individu untuk memelihara dirinya.

b. Pemahaman diri, individu sangat sadar diri dan individu ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya.

c. Tujuan yang jelas, hal ini disebabkan karena individu mempunyai pikiran yang jelas mengapa individu melakukan tindakan tertentu. Dengan memiliki sikap seperti ini individu dapat dengan mudah membuat keputusan.

d. Berpikir positif, individu yang percaya diri biasanya merupakan teman yang menyenangkan, salah satu sebabnya ialah karena individu biasa melihat kehidupan dari sisi yang cerah dan individu mengharap serta mencari pengalaman dari hasil yang bagus.

(39)

Tabel 2.1 Indikator Perilaku dari Rasa Percaya Diri Indikator Positif Indikator Negatif 1. Mengarahkan atau memerintah

orang lain

2. Menggunakan kualitas suara yang disesuaikan dengan situasi

3. Mengekspresikan pendapat

4. Duduk dengan orang lain dalam aktivitas sosial

5. Bekerja secara kooperatif dalam kelompok

6. Memandang lawan bicara ketika mengajak atau diajak bicara 7. Menjaga kontak mata selama

pembicaraan berlangsung 8. Memulai kontak yang ramah

dengan orang lain

9. Menjaga jarak yang sesuai antara diri sendiri dengan orang lain 10.Berbicara dengan lancar, hanya

mengalami sedikit keraguan

1. Merendahkan orang lain dengan cara menggoda, memberi nama panggilan, dan menggosip 2. Menggerakkan tubuh secara

dramatis atau tidak sesuai konteks 3. Melakukan sentuhan yang tidak

sesuai atau menghindari kontak fisik

4. Memberikan alasan-alasan ketika gagal melakukan sesuatu

5. Melihat sekeliling untuk memonitor orang lain

6. Membual secara berlebihan tentang prestasi, keterampilan, dan

penampilan fisik

7. Merendahkan diri sendiri secara verbal, depresiasi diri

8. Berbicara terlalu keras, tiba-tiba, atau dengan nada suara yang dogmatis

9. Tidak mengekspresikan pendapat atau pandangan, terutama ketika ditanya

10.Memposisikan diri secara submisif Sumber: R. C. Savin-→illiams dan D. H. Demo, “Conceiving or Misconceiving the Self: Issues in Adolescent Self-Esteem” in Journal of Early Adolescence, 3:121-140. (dalam Santrock, 2003)

5. Karakteristik Remaja Kurang Percaya Diri

Gejala perilaku tidak percaya diri di kalangan remaja, terutama yang berusia sekolah antara SMP dan SMA (Hakim, 2002), antara lain: a. Takut menghadapi ulangan.

[image:39.596.109.537.68.472.2]
(40)

f. Tumbuhnya sikap pengecut.

g. Sering mencontek saat menghadapi tes.

h. Mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi. i. Salah tingkah dalam menghadapi lawan jenis. j. Tawuran dan main keroyok.

B. Koping

1. Definisi Mekanisme Koping

Setiap individu yang mengalami stres dapat menimbulkan ketidaknyamanan akibat ketegangan fisik dan emosional. Hal ini akan membuat seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Hal-hal yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari koping (Nasir & Muhith, 2011).

(41)

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Nasir & Muhith, 2011), yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif, yaitu mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang, dan aktivitas konstruktif.

b. Mekanisme koping maladaptif, yaitu mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan.

2. Macam-Macam Koping

Dua strategi yang dapat dilakukan dalam koping (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Nasir & Muhith, 2011), yaitu:

a. Koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping)

(42)

1) Confrontative coping: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang agresif, tingkat kemarahan yang cukup tinggi, dan pengambilan risiko.

2) Seeking social support: usaha untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain.

3) Planful problem solving: usaha untuk mengubah keadaan yang dianggap menekan dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan analitis.

b. Koping Berfokus pada Emosi (emotion focused coping)

Emotion Focused Coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang dianggap penuh tekanan. Emotion focused coping ditujukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi stres. Seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan perilaku dan kognitif. Strategi yang digunakan dalam emotional focused coping

antara lain sebagai berikut:

1) Self control: usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang menekan

(43)

3) Positive reappraisal: usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan berfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat religius.

4) Accepting Responsibility: usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri, namun strategi ini menjadi tidak baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.

5) Escape/ avoidance: usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan.

Selain yang telah diuraikan di atas, ada ciri-ciri tertentu dari seseorang dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang dihadapi, (Stuart & Sundeen, 1995 dalam Nasir & Muhith, 2011), di antaranya adalah:

a. Gaya koping positif

Merupakan gaya koping yang mampu mendukung integritas ego. Berikut ini adalah macam gaya koping positif:

(44)

Pemecahan masalah ini digunakan sebagai cara untuk menghindari tekanan atau beban psikologis akibat adanya stressor yang masuk dalam diri seseorang.

2) Utilizing social support, merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi ketika masalah itu belum terselesaikan. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tidak semua orang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dihadapi. Sebagai makhluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah yang tidak mampu diselesaikannya sendiri, seharusnya tidak disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan dari orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan dalam bentuk masukkan dan saran dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain, maka semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya.

(45)

yang harus dihadapi tanpa menurunkan semangat dan motivasi untuk selalu berusaha menyelesaikan masalahnya.

b. Gaya koping negatif

Merupakan gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, dimana penentuan gaya koping akan merusak dan merugikan dirinya sendiri, yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut:

1) Avoidance, merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu pemecahan masalah ke dalam alam bawah sadar dengan menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental akibat masalah-masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindari masalah yang berujung pada penumpukkan masalah dikemudian hari. Bentuk pelarian diri diantaranya dengan beralih pada hal lain, seperti makan, minum, merokok, atau menggunakan obat-obatan dengan tujuan menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat, padahal hanya upaya untuk menunda masalah dan bukan menyelesaikan masalah. 2) Self-blame, merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah

yang dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan menyalahkan dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan ide yang berdampak pada penarikan diri dari struktur sosial.

(46)

kesedihan yang mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri, diset atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai. Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan seseorang terbuai dalam khayalan dan impian tanpa kehadiran fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan yang mendalam merupakan bentuk dari berduka yang disfungsional, dimana hal tersebut merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan jiwa.

3. Faktor yang Mempengaruhi Koping

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi tertentu (Christensen & Kenney, 2009), yaitu:

a. Karakteristik personal

Karakteristik personal yang mempengaruhi koping meliputi tahap perkembangan, nilai dan tujuan personal, kepercayaan mengenai diri, peran, dan tanggung jawab. Persepsi individu terhadap situasi dan pengalaman koping masa lalu terhadap situasi serupa adalah juga termasuk karakteristik individual yang mempengaruhi koping.

b. Sumber daya yang tersedia

(47)

c. Situasi

Situasi dapat menjadi jangka panjang atau jangka pendek, dan diklasifikasikan sebagai situasi fisik, psikologis/ intelektual, sosial, atau lingkungan. Situasi fisik dapat berupa penyakit, pembedahan, bekerja berlebihan, atau bahaya fisik. Situasi psikologis atau intelektual berupa stimulasi yang berlebihan, berjuang untuk keberhasilan, tidak ada tujuan yang ditetapkan, dan kebosanan. Situasi sosial meliputi banyaknya tuntutan peran, tekanan untuk menyesuaikan diri, dan isolasi. Situasi lingkungan meliputi cuaca, kondisi tempat tinggal yang padat, dan polusi.

d. Pola koping yang dikembangkan

(48)

4. Hasil dari Koping (Coping Outcome)

Koping yang efektif adalah koping yang membantu seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekananan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman, 1984 dalam Nasir & Muhith, 2011). Strategi koping perlu mengacu pada lima fungsi tugas koping yang dikenal dengan istilah coping task, agar koping dapat dilakukan dengan efektif (Cohen & Lazarus, dalam Taylor, 1991 dalam Nasir & Muhith, 2011) yaitu:

a. Mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan prospek untuk memperbaikinya.

b. Menoleransi dan menyusaikan diri dengan kenyataan yang negatif. c. Mempertahankan gambaran diri yang positif.

d. Mempertahankan keseimbangan emosional.

e. Melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain. Efektifitas koping bergantung pada keberhasilan pemenuhan

coping task (Taylor, 1991 dalam Nasir dan Muhith, 2011). Setelah koping dapat memenuhi sebagian atau semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping outcome yang dialami tiap individu. Coping outcome adalah kriteria hasil koping untuk menentukan keberhasilan koping. Beberapa coping outcome (Nasir & Muhith, 2011), adalah sebagai berikut:

(49)

(arousal) stres seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

b. Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia mengalami stres dan seberapa cepat ia dapat kembali. Koping dinyatakan berhasil bila koping yang dilakukan dapat membawa individu kembali pada keadaan seperti sebelum individu mengalami stres.

c. Efektifitas dalam mengurangi psychological distress. Koping dinyatakan berhasil jika koping tersebut dapat mengurangi rasa cemas dan depresi pada individu.

C. Remaja

1. Definisi Remaja

Seorang dikatakan remaja (adolescence) bila berusia diantara 10 sampai 19 tahun (WHO, 2004). Masa remaja juga diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Santrock, 2003).

(50)

reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001, dalam Jahja, 2011).

Masa remaja yang secara literatur berarti “tumbuh hingga

mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial, dan

kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Wong dkk, 2008). Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir (Santrock, 2003). Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas, berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun (Santrock, 2003; Jahja, 2011). Masa remaja akhir (late adolescence), yaitu usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga 18 tahun (Jahja, 2011).

Jadi dapat didefinisikan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menjadi dewasa berkisar usia belasan yaitu antara usia 11 tahun hingga 19 tahun yang ditandai dengan perubahan yang cepat baik biologis, psikologis, maupun sosial.

2. Ciri Masa Remaja

(51)

perubahan (Jahja, 2011). Beberapa perubahan yang terjadi masa remaja, di antaranya perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional (Wong dkk, 2008).

a. Perubahan Fisik

Terdapat lima perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh (Tanner, 1989 dalam Batubara, 2010). Perubahan fisk yang terjadi, yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat, serta kematangan seksual (Santrock, 2003).

Perubahan fisik yang terjadi secara cepat sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Jahja, 2011). Remaja menunjukkan perhatian yang besar terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mengembangkan gambaran pribadi mengenai seperti apa tubuh mereka (Santrock, 2003).

b. Perubahan Kognitif

(52)

termotivasi untuk memahami dunia dan menyesuaikan berpikirnya untuk mendapat informasi baru (Santrock, 2003).

Remaja dalam pandangan Piaget, secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka (Jahja, 2011). Dengan kata lain, pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi seperti kemungkinan kuliah dan bekerja, memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah (Wong dkk, 2008).

c. Perubahan Sosial

Proses untuk memperoleh kematangan pada remaja penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua (Wong dkk, 2008). Remaja menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab terkait dengan kemandirian (Jahja, 2011).

(53)

untuk perbandingan secara sosial dan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga (Santrock, 2003).

d. Perubahan Emosional

Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam Aghla, 2004). Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm & stress.

Segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya (Jahja, 2011).

Sebuah survei yang dilakukan pada 60 orang remaja, penyebab utama dari stres pada remaja dapat berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan dan harapan dari dalam diri sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah, masalah ekonomi, dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka seperti kematian, perceraian, atau penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya (Walker, 1985 dalam Walker 2002). Salah satu contoh penyebab stres yang sering terjadi pada remaja yang berasal dari lingkungan yaitu tekanan dari lingkungan sekolah (Namara, 2000 dalam Suldo, Shaunessy, & Hardesty, 2008).

(54)

(tekanan sebaya), berupa konflik, persaingan, diterima atau ditolak kelompok sebaya, lawan jenis juga dapat mempengaruhi stres siswa (Greenberg, 2002 dalam Arief 2012).

D. Ujian Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2008/2009, pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (kemdiknas.go.id).

(55)

2001 sampai 2005, yang selanjutnya berganti nama menjadi Ujian Nasional sejak 2005 sampai sekarang (Asiah & Rofieq, 2011). Ujian Nasional (UN) tahun ini mengalami sejumlah perubahan di antaranya bertambahnya variasi soal yang sebelumnya hanya berjumlah 5, kini menjadi 20 variasi soal, hingga digunakannya sistem barcode pada naskah soal dan lembar jawaban UN (LJUN), selain itu, komposisi bobot soal juga berubah. Bila tahun lalu bobot soal mudah sebanyak 10%, sedang 80%, dan sulit 10%, tahun ini bobot soal sulit ditambah lagi 10%, sehingga komposisi bobot soal pada UN 2013 ini menjadi 10% soal mudah, 70% sedang, dan 20% sulit (kemdiknas.go.id).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, pasal 6 ayat (2) menyatakan bahwa kriteria kelulusan peserta didik dari UN untuk SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK, Program Paket B, dan Program Paket C apabila nilai rata-rata dari semua Nilai Akhir (NA) paling rendah 5,5 dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0. NA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari gabungan Nilai Sekolah/Madrasah/Pendidikan kesetaraan dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan nilai UN, yaitu dengan pembobotan 40% nilai S/M/PK dari mata pelajaran yang diujikan secara nasional dan 60% dari nilai UN (kemdiknas.go.id).

(56)

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Satandar Nasional Pendidikan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukkan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia.

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukkan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara.

6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

(57)

10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

11.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

12.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

13.Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pendidikan Keagamaan Islam.

E. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terkait koping dan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian nasional adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Naviska (2012), menunjukkan bahwa 51 % siswa SMAN 1 Purwakarta menggunakan mekanisme koping berfokus masalah yang artinya sudah memiliki koping yang baik dalam mengatasi masalah Ujian Nasional yang mereka hadapi, sementara 49 % siswa SMAN 1 Purwakarta masih menggunakan mekanisme koping berfokus emosi.

(58)

Kota Tangerang Selatan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau P < 0,05. Adapun nilai R square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah sebesar 0,302 atau 0,2% dan sisanya sebesar 69,8% dapat disebabkan oleh faktor lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap kecemasan menghadapi UN.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rini (2013), menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan kecemasan. Hal ini berarti apabila self efficacy tinggi maka kecemasan menghadapi ujian nasional rendah, dan sebaliknya jika nilai self efficacy

rendah maka kecemasan dalam menghadapi ujian nasional tinggi.

4. Penelitian yang dilakukan Ratih (2012), menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan koping siswa dalam menghadapi ujian nasional dengan P = 0,000.

Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian terkait hubungan antara koping dengan kepercayaan diri dalam menghadapi ujian nasional. Oleh karena itu, peneliti merasa layak penelitian ini untuk diteliti lebih lanjut.

F. Hubungan antara Koping dengan Kepercayaan Diri

(59)

koping negatif atau maladaptif (Stuart & Sundeen, 1995, dalam Nasir & Muhith, 2011).

Kepercayaan diri adalah kemampuan mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam situasi sulit, melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang belum pernah dilakukan, dan mengeluarkan bakat serta kemampuan sepenuhnya (Perry, 2005). Aspek-aspek kepercayaan diri di antaranya ambisius, tidak tergantung pada orang lain, optimis, tidak mementingkan diri sendiri, dan toleransi (Lauster, 2003).

Mencermati uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa seorang siswa yang menggunakan mekanisme koping yang tepat, akan dengan sendirinya dapat meningkatkan rasa percaya diri. Siswa akan menghadapi masalahnya dan berusaha untuk menyelesikannya sehingga kepercayaan diri yang ada di dalam dirinya akan semakin meningkat. Oleh karena itu, semakin tepat koping yang digunakan, maka akan semakin tinggi kepercayaan diri siswa. Dengan demikian, diduga ada hubungan positif antara koping dengan kepercayaan diri siswa.

(60)

Gambar 2.1. Model Kerangka Teori Penelitian Hubungan antara Koping dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas IX dalam Menghadapi Ujian Nasional (Santrock,

2003; Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Nasir dan Muhith, 2011; Walker, 1985 dalam Walker 2002; Wong dkk, 2008)

Remaja

1. Perubahan fisik 2. Perubahan kognitif 3. Perubahan sosial 4.

Stres

Problem solving Utilizing social

support

Look ing for silver lining

Avoidance Self-blame Wishfull thinking Perubahan

emosional

 Hubungan dengan teman dan keluarga

 Tekanan dan harapan dari dalam diri sendiri dan orang lain

 Masalah ekonomi

 Tragedi yang ada dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, atau penyakit yang dideritanya atau anggota keluarganya

Tekanan di sekolah ujian

Koping

Adaptif Maladaptif

[image:60.596.131.538.68.574.2]
(61)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini mengkaji dua variabel yang terdiri dari satu variabel bebas (independen), yaitu koping dan satu variabel terikat (dependen), yaitu kepercayaan diri. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat digambarkan dalam bentuk konstelasi antar variabel seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Varibel Terikat Koping Kepercayaan

[image:61.596.117.538.67.489.2]
(62)

B. Definisi Operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel koping sebagai variabel independen dan kepercayaan diri sebagai variabel dependen.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur

Hasil Ukur Skala Independen:

Koping

Strategi/ upaya penyesuian diri untuk mengatasi

stressor

Menggunakan skala Likert

dengan 18 pernyataan. Kuesioner B Penilaian: 1. Adaptif, jika: Skor adaptif > Skor maladaptif 2. Maladaptif,

jika: Skor adaptif < Skor maladaptif Ordinal Dependen: Kepercayaan Diri

Suatu sikap optimis pada kemampuan diri sendiri untuk dapat mengeluarkan kemampuan yang dimiliki sepenuhnya sehingga dapat mengatasi segala hambatan untuk mencapai sukses Menggunakan skala Likert

dengan 18 pernyataan. Kuesioner C Penilaian: 1.Rendah, jika: Skor < 24 2.Sedang,

jika:

24 ≤ Skor < 48

3.Tinggi, jika:

48 ≤ Skor

[image:62.596.89.538.64.638.2]
(63)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(64)

METODE PENELITIAN

Sebuah penelitian mengandung metode yang harus dilalui sebagai syarat dalam penelitian. Bab ini menguraikan beberapa cara pelaksanaan penelitian dengan menyajikan metode-metode yang digunakan serta teknik analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif. Desain penelitian yang direncanakan adalah penelitian asosiatif/ hubungan dengan rancangan penelitian cross sectional. Pendekatan penelitian dengan kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik, bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya (Siregar, 2013). Penelitian asosiatif/ hubungan dengan cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2009).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

(65)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX yang mengikuti ujian nasional tahun 2013 di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 309 orang yang terbagi dalam 9 kelas.

Daftar jumlah siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang mengikuti ujian nasional tahun 2013 tercantum dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa kelas IX SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan yang Mengikuti Ujian Nasional Tahun 2013

No. Kelas Jumlah Siswa

1. 9.1 35 siswa

2. 9.2 35 siswa

3, 9.3 34 siswa

4. 9.4 33 siswa

5. 9.5 32 siswa

6. 9.6 35 siswa

7. 9.7 35 siswa

8. 9.8 34 siswa

9. 9.9 36 siswa

Jumlah 309 siswa

[image:65.596.128.533.96.643.2]
(66)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Sampel digunakan disebabkan karena adanya kendala tenaga, waktu, dan dana, sehingga peneliti membatasi banyaknya subjek penelitian disesuaikan dengan kemampuan yang ada pada dirinya (Arikunto, 2010). Hasil penelitian sampel berlaku bagi populasi, maka sampel yang diambil harus representative, yaitu mewakili populasi, dalam arti semua ciri-ciri atau karakteristik yang ada pada populasi tercermin dalam sampel (Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian harus memenuhi kriteria, sebagai berikut:

a. Siswa kelas IX yang akan mengikuti ujian nasional tahun 2013 b. Bersekolah di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan

c. Bersedia menjadi responden

Rumus yang digunakan dalam mengambil sampel menggunakan rumus uji beda dua proporsi (Dahlan, 2010), adalah sebagai berikut:

n1 = n2 = Keterangan:

Zα = deviat baku alfa, sebesar 1,96

Zβ = deviat baku beta, sebesar 0,84

P2 = 0,5 (proporsi maksimal karena tidak diketahui nilainya) Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,5 = 0,5

P1–P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna, sebesar 0,3 P1 = P2 + 0,3 = 0,5 + 0,3 = 0,8

(67)

P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = (0,8 + 0,5)/2 = 0,65 Q = 1 – P = 1 – 0,65 = 0,35

Penghitungan sampel dengan rumus uji beda dua proporsi, diperoleh sampel sebanyak:

n1 = n2 =

=

= 38,4 (dibulatkan menjadi 38)

Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 38 x 2 yaitu 76 siswa, namun untuk mengantisipasi kesalahan dalam pengambilan data maka peneliti menambah jumlah sampel 10% dari jumlah yang seharusnya sehingga jumlah responden menjadi 84 siswa.

D. Teknik Pengambilan Sampel

(68)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu dengan mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2009). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jumlah item dan alternatif jawaban maupun responnya sudah ditentukan (Widoyoko, 2012). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, antara lain:

1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang identitas responden berupa kelas, usia, dan jenis kelamin.

2. Kuesioner B berisi 26 pernyataan terkait koping yang digunakan oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional.

3. Kuesioner C berisi 21 pernyataan terkait kepercayaan diri yang diri siswa dalam menghadapi ujian nasional.

[image:68.596.126.533.87.473.2]
(69)

Tabel 4.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Indikator

Nomor Item

Favorable Unfavora

Gambar

gambaran koping
gambaran diri (Santrock, 2003). Rasa percaya diri juga diartikan sebagai
Gambaran keadaan suasana hati (senang, bahagia, cemas, atau
Tabel 2.1 Indikator Perilaku dari Rasa Percaya Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Kecemasan Menjelang Ujian Nasional (UN) pada Siswa Kelas XII Reguler SMA Negeri 1 Surakarta

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dan konsep diri dengan kepercayaan diri pada penyandang tunanetra

Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dan kepercayaan diri dengan keterbukaan diri pada perempuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri terhadap prestasi atlet Tae Kwon Do dan ada hubungan yang signifikan antara dukungan

Data tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial dengan kemandirian pada mahasiswa perantau di fakultas

Ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan sosial keluarga dan kepercayaan diri dengan kemandirian belajar.Namun generalisasi dari hasil penelitian ini

Hasil dari penelitian ini adalah 1 terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional, hal ini terlihat pada nilai signifikansi

Hal ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dan efikasi diri terhadap kecemasan menghadapi ujian pada siswa kelas XI SMAN 53