1 A. Latar Belakang
Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan peran kunci dalam menilai kompetensi mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan sebagai standar sejauh mana kompetensi sudah dicapai oleh mahasiswa (Nursalam & Efendi, 2008).
Oleh karena itu, evaluasi pada performa klinik perlu disusun dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk kemampuan yang profesional dibutuhkan suatu sistem evaluasi. Sehingga kompetensi yang harus dicapai setiap tahap dapat terpenuhi. Metode evaluasi klinik lapangan terdiri dari evaluasi tertulis, observasi, wawancara, dan salah satunya adalah penerapan OSCE / OSCA (Nursalam & Efendi, 2008).
Objective Structured Clinical Examination atau Original OSCE
Uji ini dilakukan melalui berbagai stasi pemeriksaan, setiap mahasiswa diberikan waktu lima menit untuk menyelesaikan tugas pemeriksaan disetiap stasi itu secara bergantian (Rush et al., 2014).
OSCE juga diadopsi oleh berbagai institusi pendidikan seperti Keperawatan (Oranye et all., 2012; Eswi et all., 2013; Rush et all., 2014; East et all., 2014), Kebidanan (Duke et all., 2015), Farmasi (Deborah, 2010), dan Kedokteran Gigi (Baharin, 2011; Zaric et all., 2015).
OSCA memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan diri mahasiswa 97,1%, ketrampilan klinis mereka 98,8%, pengetahuan mereka terhadap teori 97,7%, motivasi menjadi perawat yang unggul 97,1% (Rush et all., 2014). Sebaliknya Oranye et all., (2012) menyatakan bahwa 11,6 % mahasiswa gagal dalam melaksanakan OSCE, Eswi et all., (2013) menyatakan bahwa 20 % mahasiswa mengalami stress berat dalam melaksanakan OSCE, sedangkan Rush et all., (2014) menyatakan bahwa 73,6 % mahasiswa mengalami kecemasan dan telah mempengaruhi prestasi mereka dalam menghadapi ujian OSCA.
Pentingnya mengetahui kecemasan pada mahasiswa yang menghadapi OSCA. Maka dilakukan wawancara pada 10 mahasiswa semester II dan IV Sarjana Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dari 10 mahasiswa tersebut melaporkan bahwa walaupun sudah belajar dari rumah, menghafal urutan prosedur dengan benar dan lancar, tetapi ketika memasuki ruang ujian dan melaksanakan ujian mereka menjadi lupa karena cemas, menjadi panik karena waktu yang diberikan kurang, banyaknya materi yang harus dipelajari, menjadi bloking dan saat melakukan tindakan dosen berkomentar yang membuat mereka gugup, sehingga menyebabkan kegagalan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kecemasan mahasiswa Sarjana Keperawatan saat menghadapi ujian OSCA komprehensif di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik demografi mahasiswa Sarjana Keperawatan semester II dan IV di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
b. Untuk mengetahui kecemasan mahasiswa Sarjana Keperawatan semester II dan IV saat menghadapi ujian OSCA komprehensif di Universitas Muhammadiyah Surakarta dilihat dari respon afektifnya. c. Untuk mengetahui distribusi kecemasanmahasiswa Sarjana
Keperawatan semester II dan IV saat menghadapi ujian OSCA komprehensif di Universitas Muhammadiyah Surakarta dilihat dari gejala somatiknya.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pendidik untuk mengetahui kecemasan mahasiswa Sarjana Keperawatansaat menghadapi ujian OSCA komprehensif dan sebagai data dasar untuk pengembangan metode ujian OSCA komprehensif Keperawatan.
b. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para mahasiswa untuk mengetahui respon yang biasanya muncul saat melaksanakan ujian dan bisa lebih mempersiapkan diri ketika akan menghadapi ujian OSCA komprehensif.
c. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya khususnya pada penelitian tentang kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian OSCA komprehensif.
E. Keaslian Penelitian
1. Ripniatin (2013) meneliti “Hubungan Kepercayaan Diri dan Dukungan
Sosial dengan Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Ujian OSCA”.
teknik analisis data analisis regresi ganda, sampel penelitian 114 mahasiswa Diploma Kebidanan semester dua Politeknik Kesehatan Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kecemasan menghadapi ujian. Mahasiswa dengan kepercayaan diri tinggi memiliki kecemasan yang rendah saat menghadapi; (2) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi ujian OSCA. Mahasiswa dengan dukungan sosial tinggi cenderung memiliki kecemasan yang rendah saat menghadapi ujian OSCA; (3) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dan dukungan sosial dengan kecemasan menghadapi ujian. Mahasiswa dengan kepercayaan diri yang tinggi dan dukungan sosial yang tinggi memiliki kecemasan yang rendah saat menghadapi ujian OSCA. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang ini adalah terletak pada sampel penelitian yaitu mahasiswa Sarjana Keperawatan semester II dan IV di Universitas Muhammadiyah Surakarta, teknik pengumpulan data menggunakan istrumen Self-Rating Anxiety Scale (SAS) dari Dr. W.K Zung (1971).
2. Siti Nurus (2013) meneliti “Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa
Keperawatan saat Menghadapi Ujian Skill Lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Bertujuan untuk mengetahui gambaran