BERGABUNGNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Universitas lslam Negeri Syarif Hidayataullah Jakarta
Diajukan oleh :
Nama: Panji Noor Hamzah
NIM: 108083000070
Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRAK
Skripsi ini memaparkan mengenai bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Selain itu, skripsi ini juga menjelaskan mengenai sejarah terbentuknya negara Kroasia yang dulunya merupakan bagian dari Yugoslavia. Setelah merdeka dari Yugoslavia pada 1991, Kroasia mulai tertarik untuk bergabung ke dalam Uni Eropa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan stabilitas negaranya yang mengalami masalah selama proses pemisahan diri dari Yugoslavia. Untuk lebih jelasnya, dipaparkan juga secara kronologis mengenai proses masuknya Kroasia sebagai anggota Uni Eropa, yang dimulai ketika menjadi negara kandidat pada 2003 dan secara resmi menjadi anggota ke-28 Uni Eropa pada 2013. Lebih lanjut, skripsi ini juga berupaya menjawab pertanyaan penelitian dengan menganalisa data yang telah diperoleh mengenai isu di dalam skripsi ini. Teori yang digunakan kebijakan luar negeri, kepentingan nasional, dan regionalisme. Teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisa bergabungnya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Adanya kebijakan Kroasia ini ditujukan untuk mencapai kepentingan nasionalnya dalam bidang ekonomi dan politik. Pada skripsi ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah untuk menggambarkan serta menganalisa permasalahan dalam skripsi ini. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat melalui buku, surat kabar, dokumen penting, jurnal, tesis, disertasi dan situs internet resmi yang dapat dipertanggung jawabkan.
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan nikmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“BERGABUNGNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA TAHUN 2013”. Skripsi
ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Program Studi Hubungan Internasional.
Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan
dukungan dan motivasi bagi penulis, baik tenaga, ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Orang tua tercinta, Ayahanda Amir Hamzah dan Ibunda Yurna Berti yang selalu
memberikan doa terbaik dan kasih sayangnya. Terimakasih yang tak terhingga untuk semuanya.
Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kebahagiaan.
Bapak Andar Nubowo, DEA., selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan
waktunya untuk membimbing penulis dengan kesabaran dalam memahami permasalahan di
dalam skripsi ini. Terimakasih untuk semua masukan yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Bapak Armein Daulay M.Si., selaku penasehat akademik penulis yang telah memberikan
dukungan serta doa kepada penulis. Terimakasih untuk waktu yang diluangkan dan nasehat yang
diberikan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
Kak Mutiara Pertiwi, MA., yang telah bersedia menjadi tempat berkonsultasi mulai dari
skripsi ini akan ditulis hingga selesai. Masukan dan dukungan yang telah diberikan sangat
bermanfaat bagi penulis.
Bapak/Ibu Dosen jurusan hubungan internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu
Bapak Nazaruddin Nasution, SH, MA., Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si., Bapak Drs. Aiyub
Nuerdin, Bapak Arisman, M.Si., Bapak Teguh Santosa, Bapak Afrimadona, Ibu Eva Mushoffa,
Ibu Rahmi, Pak Jajang, Pak Amali dan juga seluruh staf Dosen di jurusan Hubungan
Internasional FISIP UIN Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih
karena telah mengajarkan dan membagi ilmunya kepada penulis selama masa menuntut ilmu di
jurusan HI FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Auliyaul Hamidah, yang selalu memberikan dukungan, nasihat, dan doa. Terimakasih
yang tak terhingga untuk semua kebaikan dan kesabaran dalam memberikan support kepada
penulis. Terimakasih juga telah meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman jurusan HI angkatan 2008, Terimakasih kepada Fajri, Zein, Hakim, Eris,
Fahmi, Awi, Riandika, Yasser, Waldi, Faisal, Heri, Bayu, Azmi, Ningsih, Mimi, Meidya, Maria,
Yeye, Rahma, Diyah, Didah, Teh Nurul, Teh Uli, Elisha, Amanda, Fitri, Filli, Ochi, Nayla,
Hanifah, Rina, Ika, Ahla, Amel, Neti, Miftah, Teh Midah, dll yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.
Jakarta, 15 Juni 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Pertanyaan Penelitian………. 6
C. Kerangka Pemikiran……….….. 6
D. Metode penelitian………... 12
E. Sistematika Penulisan………... 13
BAB II SEJARAH TERBENTUKNYA NEGARA KROASIA A. Sejarah Terbentuknya Negara Kroasia……… 16 B. Profil Negara Kroasia………..………….….. .23
BAB III PROSES MASUKNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA A. Uni Eropa A.1. Sejarah Terbentuknya Uni Eropa………. 25
B. Proses Masuknya Kroasia Menjadi Anggota Uni Eropa B.1. Tahun 2000-2004 : Kroasia Mengadopsi Copenhagen Criteria dan Acquis Communautaire……….………. 33
B.3. Tahun 2009-2013 : Kroasia Secara Resmi Menjadi Anggota Uni Eropa……….… 41
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI BERGABUNGNYA
KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
A. Faktor Internal
A.1. Public Opinion………….………. 43
A.2. Tawaran Insentif Ekonomi bagi Kroasia………...…….. 45
A.3. Peningkatan Stabilitas Politik………..…..….. 50
B. Faktor Eksternal
B.1. Kebijakan Perluasan Uni Eropa………... 54
B.2. Kepentingan Rusia di Kawasan……….………... 61
BAB V ANALISA DAN KESIMPULAN
A. Analisa………..………… 65
B. Kesimpulan………….……….. 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1.: Letak Geografis Negara Kroasia………..… 1
Gambar II.1 : Peta Wilayah Yugoslavia beserta Enam Negara Bagiannya……… 20
Gambar III.1. Peta Kawasan Uni Eropa………... 31
Gambar III.2. Skema Ordinary Legislative Procedure……… 32
Gambar IV.1. : Proses Enlargement Uni Eropa dari tahun 1952-2007……… 56
Gambar IV.2 : Luas Wilayah UNI Eropa………. 57
Gambar IV.3: Jumlah Penduduk Uni Eropa Tahun 2007……….……… 58
Gambar IV.4. : Candidate Countries and Potential Candidate of European Union……….….. 59
DAFTAR SINGKATAN
ASEAN Association of Shoutheast Asian Nations
CFSP Common Foreign and Security Policy
CIS Commonwealth Independent State
EC European Communities
ECSC European Coal and Steel Community
EDC European Defense Community
EEC European Economic Community
ENP European Neighborhood Policy
EU European Union
EURATOM European Atomic Energy Community
GDP Gross Domestic Product
GNB Gerakan Non Blok
HAM Hak Asasi Manusia
HKoV Hrvatska Kopnena Vojska/Angkatan Darat
HRM Hrvatska Ratna Mornarica/Angkatan Laut dan pasukan penjaga pantai
ICTY The International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia
JHA Justice and Home Affairs
JNRC Joint Nuclear Research Center
KTT Konferensi Tingkat Tinggi
MFEA the Ministry of Foreign and European affairs
NAFTA The North American Free Trade Area
NAM Non Aligned Movement
NOF Narodni Front
SAA Stabilization and Association Agreement
TEC Treaties establishing European Community
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kroasia adalah suatu negara berbentuk republik dengan sistem pemerintahan parlementer
demokratis yang terletak di antara Eropa Tengah, Balkan, dan Mediterania. Kota terbesar adalah
Zagreb yang juga merupakan ibu kota negara. Negara ini berbatasan dengan Hongaria di Timur
Laut, Serbia di Timur, Bosnia-Herzegovina dan Montenegro di Tenggara, Laut Adriatik di Barat
Daya dan Slovenia di Barat Laut.1 Berikut ini adalah peta geografis Kroasia:2
Gambar 1.1.: Letak Geografis Negara Kroasia
1
Ivana Crljenko, 2013, Croatia Land and People, The Miroslav Krleža Institute of Lexicographyin association with the Ministry of Foreign and European Affairs of the Republic of Croatia : Zagreb, www.croatia.eu hal. 3
2
2 Dalam sejarahnya, Kroasia merupakan negara bagian dari Republik Sosialis Federal
Yugoslavia. Setelah kematian Presiden Josip Broz Tito pada tahun 1980, Yugoslavia mengalami
krisis ekonomi dan sosial. Dampak dari krisis tersebut adalah terjadinya ketidakstabilan di
negara-negara yang termasuk dalam kawasan Yugoslavia, salah satunya adalah Kroasia. Lebih
lanjut, pada April hingga Mei 1990 dilakukan pemilihan umum pertama yang diikuti oleh
berbagai partai yang ada di Kroasia. Partai yang memenangkan pemilu tersebut adalah partai
Croatian Democratic Union (HDZ). Pemimpin partai HDZ, Franjo Tuđman, terpilih menjadi Presiden Kroasia. Secara resmi, negara ini melepaskan diri dan memperoleh kemerdekaan pada
25 Juni 1991, kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 8 Oktober 1991. Namun
demikian, baru pada tahun 1992 Kroasia memperoleh pengakuan dari PBB sebagai negara
merdeka yang berdaulat.3
Kroasia terbagi menjadi dua puluh provinsi, sementara kota Zagreb memiliki otonomi
sendiri. Negara seluas 56.594 km² ini memiliki iklim campuran benua Eropa dan Mediterania.
Bahasa resmi yang digunakan di Kroasia adalah bahasa Kroasia. Bahasa-bahasa minoritas juga
kadang masih digunakan di tingkat pemerintahan daerah, diantaranya yaitu bahasa Ceko,
Hongaria, Italia, Rutheria, Serbia dan Slovakia. Jumlah penduduk Kroasia tercatat sebesar 4,28
juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduknya sekitar 0,05% per tahunnya. Mata uang
Kroasia adalah Kuna (HRK) yang berlaku sejak tahun 1994.4
Setelah merdeka dari Yugoslavia pada tahun 1991, Kroasia memiliki ketertarikan untuk
bergabung menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini sejalan dengan perluasan yang dilakukan Uni
Eropa pada tahun 1990-an di negara Balkan Barat yang beranggotakan Kroasia,
3
Op.cit. Ivana Crljenko, hal. 57-58
4 Ana Grdović, dkk., 2011,A Foreign Researcher’s Guide to
3 Herzegovina, Macedonia, Kosovo, Serbia, Montenegro dan Albania. Hal inilah yang kemudian
meyakinkan Kroasia untuk bergabung dengan Uni Eropa. Pada 2001 Kroasia menandatangani
perjanjian Stabilitation and Association Agreement dengan Uni Eropa. Selain itu, pada akhir
tahun 2001, Kroasia juga menandatangani European Free Trade Association (EFTA) dengan
negara lainnya seperti Slovenia, Hongaria, Macedonia, Bosnia-Herzegovina, Turki, Polandia,
Republik Ceko, Slovakia, dan Bulgaria.5
Secara umum, terdapat empat tahap yang menjadi persyaratan dalam proses masuknya
anggota baru ke dalam Uni Eropa. Pertama, sebuah negara harus mengajukan permohonan
keanggotaan. Kedua, peninjauan Uni Eropa terhadap negara yang mengajukan, untuk melihat
apakah mereka memenuhi standar Uni Eropa atau tidak. Ketiga, Dewan Eropa menyetujui
penerimaan negara pemohon dan menetapkannya sebagai negara kandidat. Setelah itu, yang
keempat adalah ketika negosiasi selesai, perjanjian aksesi akan ditandatangani dan diratifikasi
oleh semua negara anggota, serta Lembaga Uni Eropa dan negara kandidat itu sendiri.6
Bergabungnya Kroasia ke Uni Eropa memerlukan proses yang cukup panjang, dimulai
sejak tahun 2003. Pada 21 Februari 2003, Kroasia mulai mengajukan aplikasi keanggotaan Uni
Eropa. Pada awal tahun 2004 Komisi Eropa merekomendasikan bahwa Kroasia menjadi calon
anggota resmi, kemudian status kandidat negara anggota diberikan kepada Kroasia pada
pertengahan tahun 2004. Lebih lanjut, pada bulan Oktober 2005, Uni Eropa sepakat untuk mulai
meninjau aplikasi Kroasia untuk keanggotaannya. 7
Dengan adanya hal tersebut, maka Uni Eropa mulai menggunakan pedoman The
Copenhagen Criteria yang isinya adalah negara kandidat harus menekankan nilai-nilai politik,
5
www.un.org, 19 November 2014, Croatia, Country Profile, Johannesburg Summit 2002 Croatia, hal. 3
6
Jenny, 2013, Just the Facts – Croatian Accession to the EU, dalam http://www.europeanmovement.ie/just-the-facts-croatian-accession/ diakses pada 20 November 2014
7
4 menjamin demokrasi, aturan hukum, hak asasi manusia, dan perlindungan bagi kaum minoritas,
serta kebutuhan ekonomi pasar. Selain itu, The Copenhagen Criteria juga berfungsi sebagai
seperangkat aturan yang menentukan apakah suatu negara memenuhi syarat atau tidak untuk
bergabung dengan Uni Eropa.8
Setelah melalui proses tersebut, Uni Eropa mulai memeriksa bahwa suatu negara harus
mengadopsi hukum Uni Eropa, termasuk akumulasi undang-undang, tindakan hukum, dan
keputusan pengadilan yang dikenal dengan Acquis Communautaire. Untuk menjadi anggota Uni
Eropa, suatu negara harus mematuhi Acquis Communautaire yang bersifat mengikat, mematuhi
setiap peraturan, serta mengubah hukum nasional negara tersebut dengan mengadopsi hukum
Uni Eropa. Hal ini berarti negara kandidat harus menyiapkan atau mengubah badan administratif
atau peradilan agar sesuai dengan syarat yang diberikan oleh Uni Eropa.9 Setelah itu, dimulailah
negosiasi antara negara kandidat dengan Uni Eropa.
Dalam proses negosiasi untuk menjadi anggota Uni Eropa, Kroasia mengalami beberapa
hambatan yang menyebabkan tertundanya proses aksesi. Penyebabnya adalah sejumlah isu
seputar hubungan Kroasia dengan The International Criminal Tribunal for the Former
Yugoslavia (ICTY), suatu badan pengadilan hukum PBB yang berurusan dengan kejahatan
perang yang terjadi selama konflik di wilayah Balkan ditahun 1990-an. Hubungan Kroasia
dengan ICTY mengalami kerenggangan karena pemerintah Kroasia tidak bersikap tegas dalam
menyerahkan Jenderal Ante Gotovina ke dalam tahanan untuk diinterogasi oleh ICTY. Ante
Gotovina merupakan orang yang berperan sebagai aktor intelektual dalam konflik di Balkan.
8
Nicolai Wammen, 2013, 20 Years that Changed Europe The Copenhagen Criteria and the Enlargement of the European Union, Conference Report, Copenhagen, hal. 5
9
5 Namun demikian, masalah ini diselesaikan pada tahun 2005 setelah Ante Gotovina dibawa ke
ICTY untuk diinterogasi. Jaksa kepala ICTY, Carla Del Ponte kemudian menyatakan bahwa
Kroasia menjadi lebih kooperatif dengan ICTY. Hal tersebut kemudian melancarkan kembali
proses negosiasi aksesi Kroasia ke dalam Uni Eropa hingga tahun 2008.10
Namun demikian, pada akhir tahun 2008 Slovenia menolak pencalonan Kroasia karena
masih ada masalah perbatasan yang belum diselesaikan antara kedua negara tersebut. Kondisi ini
membuat pembahasan pencalonan Kroasia akhirnya terpaksa terhenti selama 10 bulan. Keadaan
ini berusaha diredam dengan kesepakatan Kroasia dan Slovenia untuk menggunakan mediasi
internasional. Akhirnya, Slovenia menyetujui pencalonan Kroasia sebagai anggota Uni Eropa.
Pada bulan September 2009, proses negosiasi antara Uni Eropa dengan Kroasia kembali dibuka.
Setelah menunda negosiasi selama sepuluh bulan, sengketa itu akhirnya diselesaikan ketika
Slovenia mengumumkan bahwa mereka akan menarik keberatan untuk negosiasi Kroasia dengan
Uni Eropa.11
Kroasia menyelesaikan negosiasi aksesi setelah penandatanganan Perjanjian Aksesi pada
tahun 2011 dan mengadakan referendum nasional pada tahun 2012, dengan 66,27% pemilih di
Kroasia setuju untuk bergabung dengan Uni Eropa. Keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa akan
resmi setelah 27 anggota Uni Eropa dan Kroasia meratifikasi Perjanjian Aksesi tersebut. Dengan
demikian, tepat pada 1 Juli 2013 Kroasia resmi menjadi anggota Uni Eropa.12
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang
melatarbelakangi bergabungnya Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa. Isu ini merupakan
10
Arabella Thorp, 2011, Croatia : the Closing Stages of EU Accession, International Affairs and Defence Section, SN/IA/6157, House of Commons Library, hal. 3
11
Ibid.
12
6 hal yang menarik untuk diteliti karena proses masuknya Kroasia mengalami hambatan-hambatan
yang kemudian menunda proses aksesi tersebut. Pada dasarnya kebijakan Kroasia ini diarahkan
untuk mencapai kepentingan politik dan ekonomi Kroasia. Oleh karena itulah, kebijakan Kroasia
menjadi salah satu isu penting yang dapat menentukan masa depan Kroasia.
B. Pertanyaan Penelitian
Faktor apa saja yang mempengaruhi bergabungnya Kroasia untuk menjadi anggota Uni
Eropa?
C. Kerangka Pemikiran
Teori Kebijakan Luar Negeri
Konsep kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan seperangkat rencana dan
komitmen yang menjadi pedoman bagi perilaku pemerintah dalam berhubungan dengan
aktor-aktor lain di lingkungan eksternal yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
suatu negara. Selanjutnya, rencana dan komitmen tersebut diterjemahkan ke dalam langkah atau
tindakan yang nyata berupa mobilisasi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
efek dalam pencapaian tujuan.13 Berbeda dengan pendapat Rosneau, Holsti mendefinisikan
kebijakan luar negeri sebagai tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan
untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu
dalam kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain.14
Selanjutnya, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara
yang terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah semua kondisi yang berasal
13 James N. Rosenau, 1969, International Politics and Foreign Policy a Reader in Research and Theory,
London: a Division of Macmillan Publishing Co., Inc., hal. 27-32
14
7 dari negara yang bersangkutan, seperti:15 a) kepentingan ekonomi dan keamanan
(economic/security needs). b) geografi dan karakteristik topografi (geographical and
topographical characteristic). c) atribut nasional (national attributes), faktor ini dapat diartikan
sebagai karakteristik umum dari sebuah negara bangsa. d) struktur pemerintah/philosofi
(government structure and philosophy), yaitu struktur yang digunakan oleh suatu negara. e) opini
publik (public opinion), hanya diberlakukan bagi masyarakat yang memiliki kebebasan penuh
untuk menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. f) Birokrasi (bureaucracy), mengenai proses
kebijakan luar negeri suatu negara. Terakhir adalah g) pertimbangan etik (ethical consideration),
mengacu pada tindakan apa yang dilakukan oleh suatu negara untuk dapat mencapai tujuannya.
Di sisi lain, faktor eksternal terdiri dari: pertama, struktur sistem internasional (structure
of the system),yang mengacu pada tatanan internasional. Kedua, karakteristik/struktur ekonomi
internasional (characteristics/structure of world economy), mengacu pada perkembangan sistem
perekonomian dunia.Ketiga, kebijakan dan tindakan aktor lain (the policies and actions of other
state), yaitu respon dari pihak lain atau negara lain terhadap isu internasional yang sedang
terjadi. Keempat, masalah global dan regional yang berasal dari pihak swasta (global and
regional private problems arising from private activities), mengacu pada masalah-masalah yang
dilakukan oleh pihak swasta.Kelima, hukum internasional dan opini publik (international law
and world opinion).16
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.
Namun demikian, untuk menganalisanya, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan atau
menjelaskan satu atau beberapa faktor saja yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Ini
15
Ibid., hal 271
16
8 merupakan cara yang sederhana untuk menganalisa kebijakan luar negeri.17 Dengan demikian,
melalui faktor internal dan eksternal dalam konsep kebijakan luar negeri tersebut, maka
difokuskan pada faktor internal yaitu kepentingan ekonomi, politik dan keamanan. Sedangkan
faktor eksternal difokuskan pada struktur dalam karakteristik/struktur internasional.
Teori Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional (national interest) merupakan keseluruhan nilai-nilai yang meliputi
aspek ekonomi, politik dan sosial yang dimiliki oleh negara. Selain itu, kepentingan nasional
menjadi tujuan mendasar dan faktor utama dalam perumusan kebijakan luar negeri. Daniel S.
Papp mengatakan bahwa dalam national interest terdapat beberapa aspek, seperti ekonomi,
ideologi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas dan legalitas.18 Lebih lanjut, kepentingan
nasional merupakan konsepsi yang sangat umum tetapi merupakan unsur yang menjadi
kebutuhan sangat vital bagi negara karena menjadi tujuan mendasar serta faktor paling
menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri.
Dengan demikian, kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para
pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan
menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy)
perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi
apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai kepentingan nasional.19 Dengan demikian, dalam
mewujudkan kepentingan nasional, suatu negara berusaha melindungi dan mempertahankan
9 dirinya dari pihak lain yang dapat mengancam kelangsungan dan pemenuhan kebutuhan suatu
negara.
Selain uraian di atas kepentingan nasional juga dapat diidentifikasi dengan melihat
jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya, yaitu: a) Core values merupakan
kepentingan yang dianggap paling vital bagi negara dan menyangkut eksistensi suatu negara.
Karena merupakan kepentingan yang sangat tinggi nilainya maka suatu negara bersedia untuk
berperang dalam mencapainya. Contohnya ialah melindungi daerah-daerah wilayahnya, menjaga
dan melestarikan nilai-nilai hidup (ideology) yang dianut suatu negara. b) Middle-range
objectives, meliputi segala macam keinginan yang hendak dicapai masing-masing negara,
namun mereka tidak bersedia berperang karena masih terdapat kemungkinan lain untuk
mencapainya. Cara yang ditempuh misalnya melalui jalan perundingan atau kerjasama, biasanya
mencakup kebutuhan memperbaiki perekonomian suatu negara. c) Long-range goals, merupakan
kepentingan nasional yang bersifat ideal, misalnya keinginan mewujudkan perdamaian dan
ketertiban dunia.20
Teori Regionalisme
Munculnya regionalisme dalam perpolitikan dunia mendapat reaksi positif dan optimis
dari para aktor internasional, khususnya negara. Regionalisme didasari oleh perdamaian,
keamanan dan pembangunan. Lebih lanjut, regionalisme juga bertujuan untuk meningkatkan
hubungan antarnegara yang letak geografisnya berdekatan dan latar belakang sejarah yang sama.
Pengertian regionalisme mengacu pada kerjasama transnasional dalam bidang ekonomi, politik,
20
10 dan sosial di wilayah tersebut. Regionalisme mengacu pada upaya memperkuat hubungan
antarnegara.21
Sejarah munculnya regionalisme ditandai oleh dua faktor, yaitu pertama, dengan melihat
faktor daya ikat (kohesi) yang membuat negara-negara tertarik untuk melakukan kerjasama
regional. Kedua, dengan melihat lahirnya sebuah institusi regional sebagai wujud dari kerjasama
regional di suatu kawasan tertentu. Kedua faktor ini bersifat berkesinambungan. Kohesi atau
daya ikatlah yang menjadi faktor penentu terwujudnya kerjasama yang memuncak pada
pembentukan institusi regional dan juga menentukan apakah institusi regional tersebut dapat
bertahan atau tidak.22
Dilihat dari periodesasinya, regionalisme terbagi menjadi Regionalisme Klasik (Old
Regionalism) dan Regionalisme Baru (New Regionalism). Regionalisme Klasik merupakan
regioanlisme yang muncul sekitar tahun 1960-an seiring dengan berakhirnya Perang Dunia II
(PD II) dan akan dimulainya Perang Dingin (Cold War). Ciri dari Regionalisme Klasik
diantaranya adalah bersifat high politics, seperti pembentukan aliansi keamanan. Hal ini
dianggap penting karena PD II mengakibatkan kerusakan parah yang dialami oleh hampir semua
negara di dunia. Oleh karena itu, untuk meredam konflik agar tidak menyebar dan menyeret
semua negara dalam satu kawasan, mereka bersepakat untuk membentuk aliansi keamanan.23
Namun demikian, Regionalisme Klasik tidak dapat bertahan lama, bahkan mengalami
kemunduran. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hal ini adalah munculnya reaksi dari
negara-negara yang ingin melepaskan diri dari pengaruh AS maupun Uni Soviet dengan cara
21
11 membentuk organisasi atau gerakan Non-Blok. Selain itu, menjelang era 1990-an seiring dengan
berakhirnya Perang Dingin, negara-negara di dunia tidak lagi menghendaki kerjasama yang
bersifat high politics. Negara-negara tersebut lebih menginginkan kehidupan yang aman, damai,
dan sejahtera. Oleh karena itu, mereka mulai melakukan berbagai kerjasama yang mengarah
pada faktor ekonomi (low politics). Inilah yang dimaksud dengan Regionalisme Baru (new
regionalism). Fawcett berpendapat bahwa ada empat faktor yang mendorong tumbuhnya
Regionalisme Baru, yakni: (1) berakhirnya Perang Dingin, (2) Perubahan ekonomi dunia, (3)
Hilangnya anggapan tentang negara “Dunia Ketiga”, (4) Demokratisasi.24
Dengan adanya proses regionalisme maka secara otomatis terjadi integrasi. Integrasi
merupakan suatu kondisi ketika dominasi sistem politik yang lebih besar menjadi semakin
meningkat dengan adanya penambahan unit-unit baru. Menurut Ernest B. Haas integrasi
internasional didefinisikan sebagai kondisi ketika aktor-aktor politik internasional diminta untuk
mengarahkan loyalitas, harapan, dan kegiatan politik mereka ke institusi pusat yang memiliki
atau mengambil alih yurisdiksi dari negara bangsa.25 Sedangkan menurut Martin Griffiths,
integrasi didefiniskan dalam empat hal, yakni: (1) Pergerakan menuju pergerakan kerjasama
antar-negara, (2) Transfer otoritas kepada institusi supranasional, (3) Peningkatan penyamaan
nilai, serta (5) Perubahan menuju masyarakat global untuk membentuk masyarakat politik yang
baru.26
Selain uraian di atas, terdapat beberapa kondisi yang menjadi pendorong integrasi.
Pertama, asimilasi sosial berupa toleransi perbedaan budaya, identitas bersama atas tujuan
26Martin Griffiths dan Terry O’ Callaghan, 2002,
12 kebijakan luar negeri, dan kedekatan hubungan antarpemerintah dan antarbangsa secara umum.
Kedua, kesamaan nilai, terutama di antara kaum elite yang akan mempengaruhi masalah
perencanaan, pelaksanaan, dan pembuatan keputusan. Ketiga, keuntungan yang akan diperoleh
oleh anggotanya karena tidak ada satu negara manapun yang mau mengalihkan atau memberikan
sebagian kedaulatannya kepada institusi tertentu tanpa ada keuntungan yang diharapkan.
Keempat, kedekatan hubungan di masa lampau. Kedekatan latar belakang di antara
negara-negara dapat mempengaruhi terjadinya integrasi di antara mereka. Dengan adanya kesamaan
latar belakang dan sejarah, maka akan semakin mudah proses integrasi untuk dilakukan. Kelima,
pandangan akan pentingnya integrasi itu sendiri. Keenam, ekspektasi pertimbangan biaya.
Integrasi bisa berlangsung jika keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dibandingkan dengan
biaya proses integrasi. Ketujuh, pengaruh eksternal yang menjadi katalisator tumbuhnya
integrasi. Misalnya, pembentukan aliansi keamanan yang disebabkan oleh adanya ancaman dari
pihak tertentu.27
D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif didefinisikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.28 Metode ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai
permasalahan terkait kebijakan Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa. Lebih lanjut,
penelitian ini menggunakan data dari berbagai sumber kepustakaan seperti buku, jurnal, hasil
penelitian, dan surat kabar. Oleh karena itu, maka data yang akan digunakan dalam penelitian ini
27
Budiono Kusumohamidjojo, 1993, Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi Politik Internasional, dan Tatanan Dunia 2, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
28
13 adalah data sekunder. Selain itu, penelitian ini juga akan menggunakan data dari situs-situs
internet (website) yang dapat dipertanggungjawabkan dan relevan dengan permasalahan dalam
penelitian ini.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan
pengumpulan data dari buku yang berasal dari berbagai perpustakaan, seperti Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Badan Pusat
Pengkajian Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri RI, dan sebagainya.
Selama proses penelitian ini berlangsung, data yang akan digunakan merupakan data
yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Selanjutnya, data yang sudah terkumpul akan dianalisa
dengan menggunakan teori, sehingga hasil penelitian ini akan dapat dipahami dan mudah
dimengerti. Dalam hal ini, proses pengolahan data yang telah dikumpulkan diawali dengan
menganalisa data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber secara berkesinambungan.
Analisis data bertujuan untuk membuat data itu dapat dimengerti, sehingga penelitian yang
dihasilkan bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dilakukan setelah
data yang dibutuhkan terkumpul. Setelah itu, akan dilakukan verifikasi data yang bertujuan untuk
menjamin kebenaran data yang diperoleh. Lebih lanjut, data yang telah diverifikasi akan
direduksi dengan cara memilih, menyederhanakan, dan memfokuskan data yang diperoleh
sehingga menghasilkan jawaban yang benar dari pertanyaan penelitian.29
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembatasan dalam skripsi sini, maka terdapat susunan bab per bab
secara berkesinambungan. Sistematika penulisan ini bertujuan agar skripsi ini dapat dipahami
29
14 sebagai satu kesatuan yang terstruktur dengan baik dan benar. Oleh karena itu, sistematika
penulisan ini terbagi menjadi lima bab. Bab pertama yaitu pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, pertanyaan penelitian, kerangka pemikiran yang didalamnya terdapat teori
Neoliberalisme, konsep kebijakan luar negeri, konsep kepentingan nasional, regionalisme, dan
integrasi. Selain itu, terdapat juga metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab dua adalah sejarah terbentuknya negara Kroasia yang meliputi dua pembahasan yaitu
mengenai sejarah terbentuknya negara Kroasia dan profil negara Kroasia. Oleh karena itu, dari
kedua bagian tersebut maka akan terlihat dengan jelas sejarah terbentuknya negara Kroasia yang
dulunya merupakan negara bagian dari Yugoslavia, namun pada 1991 Kroasia resmi menjadi
sebuah negara yang merdeka.
Bab tiga mengenai proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa. Dalam bab tiga
ini terdapat dua bagian utama yang meliputi sejarah terbentuknya Uni Eropa. Selain itu, pada
bagian selanjutnya yaitu proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa membahas
mengenai kronologis proses masuknya Kroasia yang diawali pada 2003 hingga resmi menjadi
anggota ke-28 Uni Eropa pada 2013.
Bab empat mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi bergabungnya Kroasia menjadi
anggota Uni Eropa. Bab empat ini memiliki dua bagian utama yaitu mengenai faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari public opinion, tawaran insentif ekonomi bagi Kroasia, dan
peningkatan stabilitas politik. Sedangkan, dalam faktor ekternal terdapat penjelasan mengenai
kebijakan perluasan Uni Eropa di wilayah Balkan yang menjadi daya tarik bagi negara-negara di
kawasan tersebut untuk bergabung ke dalam Uni Eropa, salah satunya adalah Kroasia. Selain itu,
15 Dengan adanya hal tersebut maka akan terlihat faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi
keanggotaan Kroasia dalam Uni Eropa.
Bab lima adalah analisa dan kesimpulan. Dalam bab terakhir ini, pada bagian analisa
memaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang dianalisa dengan menggunakan kerangka
pemikiran yang ada. Selain itu, pada bagian kedua yaitu kesimpulan memaparkan menganai
16 BAB II
SEJARAH TERBENTUKNYA NEGARA KROASIA
Bab ini akan menjelaskan secara kronologis sejarah terbentuknya negara Kroasia.
Pembahasan bab ini akan dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai
sejarah terbentuknya negara Kroasia. Selanjutnya, bagian kedua berisi tentang profil negara
Kroasia. Dengan demikian, dari pembahasan tersebut akan terlihat jelas mengenai bagaimana
sejarah terbentuknya negara Kroasia.
A. Sejarah Terbentuknya Negara Kroasia
Sejak 1918, Kroasia telah menjadi bagian dari negara federal Yugoslavia. Di dalam
Yugoslavia terdapat enam negara republik yaitu Slovenia, Kroasia, Bosnia, Herzegovina, Serbia,
Montenegro dan Makedonia. Selain itu, terdapat dua daerah otonomi khusus yaitu Kosovo dan
Vojvodina. Yugoslavia beribukota di Beogard dan hingga 1941 Serbia memiliki peran yang
penting dalam pemerintahan Yugoslavia.30
Pada 17 April 1941, Jerman dan sekutunya yaitu Italia dan Hongaria, melakukan invasi
militer ke Yugoslavia. Dalam kurun waktu 11 hari, Bosnia terintegrasi ke dalam negara Kroasia
merdeka atau yang dikenal dengan Independent State of Croatia (Nezavisne Drzave
Hrvatske/NDH). NDH ini didirikan oleh Kolonel Slavko Kvaternik pada 10 April 1941.
Keputusan untuk mendirikan NDH ini atas persetujuan pemimpin kelompok nasional Kroasia
Ustasha yaitu Ante Pavelic. Alasan utama pengintegrasian Bosnia ke dalam Kroasia tersebut
30
17 dikarenakan anggapan Ustasha terhadap Bosnia yaitu “Bosnia as the heart of the Croat state”
dan muslim Bosnia dianggap sebagai “Flower of the Croat nation”.31
Perlu diketahui bahwa nama Ustasha berasal dari bahasa Kroasia yaitu Ustati yang berarti
bangkit melawan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kelompok nasionalis Ustasha
merupakan sekumpulan orang yang memiliki tekad untuk melawan penguasa atau pemerintahan
yang tidak sesuai dengan ideologi mereka, sehingga mereka melakukan perlawanan. Tujuan dari
perlawanan tersebut untuk merubah keadaan menjadi seperti keinginan mereka. Lebih lanjut,
gerakan kelompok Ustasha didirikan oleh Ante Pavelic selama masa pengasingannya di Italia
dan Hungaria. Didirikannya kelompok ini sebagai respon atas kediktatoran Raja Alexanders di
Yugoslavia pada 1929. Ideologi yang digunakan oleh kelompok Ustasha ialah fasisme, tujuannya
adalah untuk mencapai kemerdekaan Kroasia. Selain itu, kelompok ini juga menekankan
pentingnya kemurnian ras, sehingga mereka mendukung aksi genosida terhadap Serbia.32
Kelompok ini merupakan kelompok nasionalis terkuat di Yugoslavia yang melakukan
penyerangan terhadap Serbia.
Di bawah otoritas NDH, terjadi beberapa konflik antar kelompok yang terdiri dari
pasukan Jerman-Italia, Ustasha, Pasukan militer Serbia dan Pasukan militer Bosnia. Terjadinya
konflik internal tersebut dikarenakan adanya sebuah kebijakan NDH mengenai pembersihan
wilayah NDH dari penduduk Serbia dan Yahudi. Oleh karena itu, pada pertengahan 1941,
sepertiga dari delapan ratus ribu orang Serbia di Bosnia-Herzegovina tewas, dan sisanya
digabungkan menjadi kelompok agama Katolik. Adanya hal tersebut, dikarenakan NDH
31
Onder Cetin, 2010, 1941 Resolutions of El-Hidaje in Bosnia and Herzegovina as a Case of Traditional, Conflict Transformation, European Journal of Economic and Political Studies, Vol. 3 No. 2, hal. 74
32
18 memiliki harapan ingin menjadi sebuah negara yang terdiri dari dua agama yaitu Islam dan
Katolik.33
Selain itu, pada 22 Juli 1941, wakil kepala negara NDH menyatakan bahwa kebijakan
NDH dalam menaklukkan penduduk Serbia dilakukan dengan cara sebagian penduduk Serbia
akan dibunuh. Lebih lanjut, sebagian lagi akan dipindahkan ke daerah lain dan sisanya akan
bergabung menjadi pemeluk agama Katolik. Dalam melakukan aksi pembersihan etnis, NDH
telah membunuh 500.000 orang Serbia, 46.000 Yahudi, dan 25.000 Gypsies.34
Menyikapi peristiwa tersebut, masyarakat Islam Bosnia yang dikenal dengan Ulama
El-Hidaje menerbitkan sebuah resolusi pada akhir 1941 yang menyatakan bahwa muslim Bosnia di
bawah otoritas NDH. Selain itu, pemimpin Muslim Bosnia menegaskan tiga hal utama selama
terjadinya perang yaitu: keamanan, kebebasan dalam memeluk agama masing-masing orang,
serta pemberian otonomi.35
Lebih lanjut, terjadinya konflik internal di Kroasia menyebabkan kondisi sosial, politik
dan ekonomi Yugoslavia menjadi tidak stabil. Hal ini membuktikan bahwa cukup sulitnya
menciptakan perdamaian selama peran kelompok nasionalis tidak dapat dikendalikan.36
Implikasi dari hal tersebut adalah munculnya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok
berhaluan komunis yang dipimpin oleh Josip Broz Tito. Kelompok ini kemudian bekembang
menjadi sebuah kelompok nasionalis yang berhasil memaksa Jerman untuk meninggalkan
19 Yugoslavia pada April 1945. Hal ini dilakukan agar konflik internal khususnya kekuasaan NDH
yang dibentuk oleh Jerman dapat dikendalikan, sehingga tercipta perdamaian di Yugoslavia.37
Setelah lepas dari penguasaan Jerman, pada November 1945, Yugoslavia mengadakan
pemilu untuk menentukan keangotaan Majelis Konstituen Yugoslavia. Hasilnya, partai Narodni
Front (NOF) yang dipimpin oleh Josip Broz Tito muncul sebagai pemenangnya. Dengan adanya
hal tersebut, maka pada 29 November 1945, Majelis Konstituen mendeklarasikan terbentuknya
Republik Rakyat Federal Yugoslavia.38
Pada tahun 1946, Majelis Konstituen Yugoslavia mengesahkan Undang-Undang dengan
konsep seperti Undang-Undang yang digunakan oleh Uni Soviet. Hal ini dikarenakan Yugoslavia
dan Uni Soviet memiliki dasar ideologi yang sama yaitu Komunisme. Melalui Undang-Undang
yang telah disusun maka terbentuklah 6 negara bagian yaitu Bosnia-Herzegovina, Kroasia,
Makedonia, Montenegro, Serbia, dan Slovenia.39 Berikut terdapat peta wilayah Yugoslavia
beserta enam negara bagiannya.
37
Aleksa Djilas, 1995, Tito's Last Secret: How Did He Keep the Yugoslavs Together?, Diakses dalam http://www.foreignaffairs.com/articles/51216/aleksa-djilas/tito-s-last-secret-how-did-he-keep-the-yugoslavs-together pada tanggal 21 Desember 2014
38
David Anderson, 1995, The Colapse of Yugoslavia: Background and Summary, Forreign Affairs Defence and Trade Group, Research paper No. 14 1995-96 hal. 4-5
39
20 Gambar II.1 : Peta Wilayah Yugoslavia beserta Enam Negara Bagiannya40
Pada 1980-an, pemimpin Yugoslavia yaitu Josip Broz Tito wafat tanpa calon pemimpin
yang langsung menggantikannya. Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya konflik internal
yang disebabkan oleh kepentingan masing-masing wilayah yang berbeda. Konflik internal yang
terjadi cukup lama ini berlangsung hingga tahun 1990. Lebih lanjut, pada April 1990 Yugoslavia
mengadakan pemilu. Tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya konflik internal yang
terjadi. Selain itu, dengan adanya pemilu maka pemerintahan yang berkuasa diharapkan dapat
40
21 menstabilkan kondisi sosial, politik dan ekonomi di masing-masing wilayah. Hasil dari pemilu
dimenangkan oleh partai nasionalis di bawah pimpinan Slobodan Milosevic.41
Pada 22 Januari 1990 pemerintah Kroasia memilik rencana untuk memisahkan diri dari
Yugoslavia. Hal ini mendapat penolakan dari pemerintah Yugoslavia. Namun demikian, tanpa
menghiraukan hal tersebut pada 19 Mei 1991, Kroasia mengadakan referendum untuk
mendirikan negara Kroasia merdeka, hasilnya adalah 93,24% penduduk Kroasia menyetujui
rencana tersebut. Dengan demikian, pada 25 Juni 1991 Kroasia memproklamirkan
kemerdekaannya secara sepihak. Kroasia kemudian memisahkan diri dari Yugoslavia yang
diikuti dengan pembuatan mata uang sendiri, pembentukan angkatan bersenjata serta penentuan
tapal batas wilayah negaranya. Akibatnya, terjadi konflik antara Kroasia dan pemerintah
Yugoslavia yang dipicu oleh tentara Serbia. Dalam hal ini, Serbia mempertahankan Kroasia
dengan cara mengontrol wilayah bagian Timur Kroasia. Sementara itu, PBB juga mengirimkan
pasukan perdamaiannya ke wilayah tersebut.42
Sama halnya dengan Kroasia, Bosnia juga berencana memisahkan diri dari Yugoslavia
sejak tahun 1990. Menyikapi hal tersebut Serbia kemudian mendirikan daerah otonomi di Bosnia
yang dipimpin Radovan Karadzic. Dalam kepemimpinannya di daerah otonom, Radovan sering
memperingatkan penduduk Bosnia untuk menghentikan niatnya dalam upaya memisahkan diri
dari Yugoslavia. Namun demikian, Bosnia tetap mengusahakan kedaulatannya sehingga pada 6
April 1992, Uni Eropa mengakui kemerdekaan Bosnia. Menyikapi hal ini, maka tentara Serbia
melakukan penyerangan ke Bosnia, hal yang sama dilakukan seperti di Kroasia yaitu tentara
41
Janine S. Hiller, dan Snjezana Puselj Drezga, 1996, Progress And Challenges Of Privatization: The Croatian Experience dalam Jurnal U. Pa. J. Int'l Econ. L.Vol.17:1, hal. 387
42
22 Serbia mulai melakukan pembersihan etnis untuk penduduk non-Serbia.43 Implikasi dari
penyerangan tersebut adalah tewasnya 22.000 orang yang terdiri dari 15.000 penduduk Kroasia
dan 7.000 penduduk Serbia.44
Penyerangan yang dilakukan oleh tentara Yugoslavia dan Serbia terhadap Kroasia terjadi
hingga 1992 yang kemudian dimenangkan oleh Kroasia.45 Dengan adanya hal tersebut maka
Kroasia sejak 1991 resmi menjadi sebuah negara yang merdeka. Namun demikian, Serbia dan
Yugoslavia tetap tidak menerima keputusan tersebut. Yugoslavia di bawah kepemimpinan
Milosevic berusaha melemahkan kondisi politik, sosial dan ekonomi Kroasia dengan melakukan
penyerangan hingga tahun 1994. Pada Agustus 1995, pasukan Kroasia berhasil merebut kembali
wilayah Krajina sekitar Bihac dalam waktu empat hari. Selain itu, pimpinan Kroasia Franjo
Tudjman mengungkapkan bahwa Kroasia akan menguasai kembali daerah Slavona Timur yang
telah dikuasai oleh tentara Serbia.46
Dalam hal ini, kemenangan Kroasia melawan serangan Yugoslavia dan Serbia karena
adanya dukungan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, runtuhnya Uni Soviet menjadikan
Amerika dan sekutunya memiliki wewenang atas perpolitikan internasional. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan menyebarkan nilai-nilai HAM (Hak Asasi Manusia) dan demokrasi.
Hal inilah yang digunakan oleh Eropa Timur, khususnya Hungaria memberikan kontribusi untuk
pertahanan dan pengakuan Kroasia.47
43
Joe Sacco, 2000,Zona Aman Gorazde, Perang di Bosnia Timur 1992-1995, PT Mizan Pustaka, Bandung, hal. 38-41
44
Antonija Petricusic, 2008, Nation-Building in Croatia and the Treatment of Minorities: Rights and Wrongs,Journal of L’Europe en formation, hal. 137
45
Ivo Banac, 2011, Independent Croatia: History, Issues and Policy, International Relations Quaterly, Delkelet Europa – Shouth –East Europe, Vol. 2 No.1
46
Op.cit., Janine S. Hiller dan Snjezana Puselj Drezga, hal. 389
47
23 B. Profil Negara Kroasia
Pada Juni 1991, Kroasia resmi menjadi negara merdeka. Kroasia merupakan negara
kesatuan Republik dalam sistem parlementer. Luas wilayah yang dimiliki adalah 56.594 km
persegi, dan luas wilayah laut 575 km persegi. Bahasa nasional yang digunakan adalah bahasa
Kroasia. Lebih lanjut, mayoritas penduduk Kroasia memeluk agama Katolik yaitu sebanyak
81,3%, sedangkan 4,4% beragama ortodoks, 1,5% beragama Islam dan 7,8% beragama lainnya.
Secara pengelompokan etnis, maka etnis Kroasia terdiri dari 90,4%, Serbia 4,4%, dan etnis
lainnya sekitar 4,4% termasuk Bosnia, Hungaria, Ceko dan Albania. Selain itu, Kroasia juga
memiliki situs kebudayaan yang telah diakui oleh UNESCO (The United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) yaitu Taman Nasional Plitvice dan Kota Dubrovnik.48
Sistem pemerintahan yang digunakan oleh Kroasia adalah sistem Parlementer sejak tahun
1990. Jumlah anggota parlemen Kroasia adalah 100 hingga 160 orang yang dipilih secara
langsung untuk masa jabatan empat tahun. Pembentukan struktur internal parlemen telah di atur
dalam tata tertib yang disahkan oleh kepala negara.Parlemen memiliki peran sangat penting
dalam menjalankan perpolitikan di Kroasia.49
Tugas parlemen adalah memutuskan pemberlakuan amandemen dan konstitusi,
memberlakukan hukum dan APBN, mengambil keputusan untuk menyatakan perang atau damai,
membuat strategi pertahanan dan keamanan nasional, melakukan pengawasan terhadap sipil dan
angkatan bersenjata, memutuskan perubahan tapal batas negara, dan mengangkat serta
memberhentikan pejabat negara. Selain itu, parlemen juga dapat memberikan amnesti dalam
kasus tindak pidana. Lebih lanjut, Ombudsman diberi wewenang oleh parlemen Kroasia untuk
48 http://www.kemlu.go.id/zagreb/Books/Facts%20Figure-Croatia-3_01.jpg
diakses pada 18 Januari 2015
49 http://www.sabor.hr/Default.aspx?sec=713
24 melindungi hak-hak konstitusional dan hukum warga negara serta lembaga-lembaga.
Ombudsman dipilih oleh parlemen Kroasia untuk jangka waktu delapan tahun.50
Sumber perekonomian negara Kroasia ditentukan oleh sumber daya alam, tekhnologi dan
perindustrian seperti kapal, konstruksi, petrokimia, dan industri makanan. Selain itu, sumber
ekonomi lainnya berasal dari bidang pariwisata dengan sekitar 10 juta tamu asing yang
berkunjung ke Kroasia setiap tahunnya. Namun demikian, permasalahan yang dihadapi oleh
Kroasia sama seperti negara lainnya yaitu tingginya tingkat pengangguran. Dalam perdagangan
internasional, Kroasia memiliki mitra dagang seperti Italia, Jerman, Slovenia, Austria, Bosnia,
Herzegovina, dan Serbia.51
Produk utama Kroasia adalah pertanian dan peternakan yaitu gandum, jagung, gula,
bunga matahari, kentang, kubis, bawang, tomat, lada, apel, jeruk, zaitun, anggur. Sedangkan
untuk peternakan terdiri dari sapi dan babi yang hasil perahan susunya juga dapat dikonsumsi.
Selain itu, Kroasia juga memproduksi bahan kimia danplastik, peralatan mesin, logam,
elektronik, produk baja, aluminium, kertas, produk kayu, bahan bangunan, tekstil, dan minyak
bumi.52
Dalam bidang militer angkatan bersenjata Kroasia terdiri dari Angkatan Darat (Hrvatska
Kopnena Vojska, HKoV), Angkatan Laut dan pasukan penjaga pantai (Hrvatska Ratna
Mornarica, HRM), Angkatan Udaradan Komando Pertahanan Udara (Hrvatsko Ratno
Zrakoplovstvosaya Protiv Zracna Odbrana), serta Pendidikan dan Komando Pelatihan serta
Komando Logistik.53
50
Ibid.
51
Ivana Crljenko, dkk., 2013, Croatia land and people, The Miroslav Krleža Institute OF LEXICOGRA
PHYA CIP catalogue record for this book is available in the Online Catalogue ofthe National and University Library in Zagreb, hal. 89
52https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/hr.html
diakses 23 Januari 2015
53
25 BAB III
PROSES MASUKNYA KROASIA MENJADI ANGGOTA UNI EROPA
Bab III ini akan menjelasakan mengenai proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni
Eropa yang terdiri dari dua pembahasan utama. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai
sejarah pembentukan Uni Eropa. Selain itu, dalam bagian kedua akan dijelaskan secara
kronologis proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa yang dimulai dari tahun 2001
hingga 2013. Dengan demikian, dari kedua pembahasan tersebut dapat menjelaskan mengenai
proses masuknya Kroasia menjadi anggota Uni Eropa pada tahun 2013.
A. Sejarah Terbentuknya Uni Eropa
Berakhirnya perang Dunia II memunculkan perubahan hubungan antarnegara dalam
politik internasional. Salah satu perubahannya adalah munculnya organisasi-organisasi
internasional yang bergerak di bidang ekonomi, politik maupun sosial. Selain itu, terdapat pula
organisasi regional seperti Uni Eropa, NAFTA (The North American Free Trade Area), dan
ASEAN (Association of Shoutheast Asian Nations) . Adanya kerjasama yang dibangun
antarnegara ini secara umum dapat memberi implikasi positif terhadap perkembangan
masing-masing negara anggota. Salah satu contoh organisasi regional yang akan dibahas adalah
organisasi Uni Eropa. Dalam hal ini, Uni Eropa merupakan sebuah organisasi internasional di
bidang ekonomi dan politik.
Uni Eropa adalah sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang politik dan
ekonomi, terdiri dari 28 anggota negara yang terletak di sekitar benua Eropa. Sebagai sebuah
organisasi Uni Eropa di dasarkan kepada sebuah aturan dan hukum yang mengikat. Dalam
26 Perancis, membuat sebuah rencana untuk mengendalikan hasil sumber daya batu bara dan baja
milik perancis dan Jerman. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek lebih lanjut dari Perang
Dunia II. Kedua negara kemudian berencana untuk membentuk European Coal and Steel
Community (ECSC). Dikarenakan rencana ECSC ini dianggap belum jelas oleh sebagain negara
maka Inggris tidak ikut berpasrtisipasi dalam ECSC.54
Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Perancis, Robert Schuman mendukung
pembentukan ECSC ini yang kemudian dikenal dengan Schuman Plan pada 9 Mei 1950. Hal ini
tidak berpengaruh bagi Inggris, karena Perdana Menteri Inggris Harold Macmillan mengatakan
bahwa Schuman Plan merupakan gagasan yang belum jelas atau disebut sebagai “a plan to have
a plan”. Berbeda dengan Inggris, enam negara lainnya seperti Belgia, Perancis, Italia, Luksemburg, Belanda dan Jerman menandatangani perjanjian Paris pada 18 April 1951. Perlu
diketahui bahwa perjanjian Paris ini merupakan awal diresmikannya pembentukan ECSC yang
berlaku pada 23 Juli 1952. Jean Monnet terpilih menjadi pimpinan ECSC.55
Perjanjian Paris ini berisikan penghapusan berbagai hambatan perdagangan antarnegara
anggota dan menciptakan suatu pasar bersama sehingga produk, pekerja, dan modal dari sektor
batu bara dan baja dari negara-negara anggota dapat bergerak dengan bebas tanpa adanya
hambatan.56 Dalam perkembangannya, ECSC berhasil mengembangkan kerjasama ekonomi
antarnegara anggota termasuk kerjasama di bidang energi dan transportasi. Pada dasarnya, tujuan
54
James Maxine dan Matthew Purvis, 2014, The European Union, House of Lords Library Notes, London, LLN 2014/015, hal. 1-2
55
Ibid. hal.2
56 http://europa.eu/legislation_summaries/institutional_affairs/treaties/treaties_ecsc_en.htm
27 utama didirikannya ECSC ini adalah untuk menghindari munculnya Jerman sebagai ancaman
terhadap perdamaian di kawasan tersebut.57
Dalam perkembangannya ECSC menjadi sebuah organisasi regional yang sukses sehingga
membuat negara anggota optimis untuk membentuk sebuah organisasi regional di benua Eropa.
Hal ini dibuktikan dengan didirikannya European Defense Community (EDC). Keenam negara
anggota ECSC menandatangani EDC pada 1952. Namun demikian, gagasan ini gagal untuk
diwujudkan karena Majelis Nasional Perancis atau yang dikenal dengan French National
Assembly tidak menyetujui pembentukan EDC. Implikasi dari kegagalan tersebut maka keenam
negara anggota berupaya untuk menciptakan gagasan baru yang berhubungan dengan
pembangunan ekonomi serta penggunaan energy nuklir untuk kemajuan kawasan Eropa. Oleh
karena itu, dibentuklah European Economic Community (EEC) dan European Atomic Energy
Community (EURATOM).58
Pada 1-2 Juni 1955, pertemuan anggota ECSC dilakukan Messina, Italia. Pertemuan ini
dihadiri oleh enam menteri luar negeri masing-masing negara anggota yaitu Belgia, Perancis,
Luksemburg, Belanda dan Jerman. Dalam pertemuan ini menghasilkan keputusan untuk
memperluas kerjasama ke seluruh bidang ekonomi.59 Sesuai dengan tujuan ECSC yang ingin
mengembangkan kerjasama antarnegara anggota ke seluruh bidang ekonomi maka pada 25
Maret 1957 di Roma, yang dihadiri oleh seluruh negara anggota dibentuklah EURATOM.
Tujuan dibentuknya EURATOM adalah kesadaran akan pentingnya tenaga nuklir sebagai
kekuatan di masa depan. Melalui EURATOM berfungsi untuk memenuhi kebutuhan serta
57
Opcit., Nuraeni S., dkk., hal. 139
58
Utz P. Toepke, 1981, The European Economic Community -- A Profile,Northwestern Journal of International Law & Business Volume 3 Issue 2, hal. 641-642
59 http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/1955/index_en.htm
28 mengontrol pasokan semua bahan dan lisensi produksi serta desain reaktor yang dikembangkan
oleh Joint Nuclear Research Center (JNRC).60
Lebih lanjut di tahun yang sama yaitu 1957, negara anggota ECSC juga membentuk EEC
yang didasarkan atas perjanjian Roma. Tujuan utama didirikannya EEC ini adalah memperluas
prinsip ECSC melalui dua hal yaitu, pertama: Tercapainya suatu custom unions yang ditandai
dengan penghapusan custom duties, import quotas, dan berbagai hambatan perdagangan lainnya
di antara negara anggota. Kedua, harmonisasi kebijakan nasional mengenai barang, jasa, pekerja,
dan modal.Selain itu, EEC juga berharap dapat meningkatkan integrasi Eropa, sesuai dengan
penjelasan pada isi perjanjian Roma yaitu “an ever closer union between the peoples of Europe”.61 Kedua perjanjian yaitu EURATOM dan EEC ini mulai berlaku pada 1 Januari 1958.
Setelah melakukan beberapa pertemuan, maka ditetapkan pada 8 April 1965 ECSC,
EURATOM dan EEC digabung menjadi European Community atau yang dikenal dengan
Masyarakat Eropa. Adanya hal ini berdasarkan pada perjanjian Brussel. Tiga pilar utama yang
disepakati oleh negara anggota yaitu: pertama, sejak 1 Juli 1967 ketiga organisasi tersebut yaitu
ECSC, EURATOM dan EEC digabung menjadi satu organisasi di bawah satu komisi untuk
memudahkan manajemen kebijakan bersama. Kedua, pembentukan Dewan Menteri Uni Eropa
yang akan menggantikan Special Council of Ministers di ketiga organisasi sebelumnya dan
melakukan pergantian masa jabatan selama enam bulan sekali. Selanjutnya yang ketiga,
membentuk Badan Audit European Community untuk menggantikan Badan Audit ECSC,
EURATOM dan EEC.62
60Mervyn O’ Driscoll, 2002,
The European Parliament and the Euratom Treaty:past, present and future,
Energy and Research Series, European Parliament L-2929 Luxembourg, hal. vii
61
Wil James, 2011, History of the European Union, dalam http://www.civitas.org.uk/eufacts/OS/OS3.htm diakses pada 23 Maret 2015
62
29 Dalam perkembangannya, pada 1 Januari 1973, Denmark, Irlandia dan Inggris
menandatangani kesepakatan untuk bergabung dalam European Community. Dengan demikian,
total jumlah negara anggota adalah Sembilan negara. Organisasi European Community memberi
kesempatan kepada negara-negara yang berada di benua Eropa untuk bergabung dengan
beberapa syarat utama yaitu menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi. Syarat lainnya adalah
menghormati nilai-nilai hak asasi manusia dan mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan dan
peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi European Community. Hal ini tercantum dalam
Joint Declaration of Fundamental Rights yang disepakati oleh seluruh negara anggota pada 15
April 1977.63
Pada 1 Januari 1981, Yunani bergabung menjadi anggota baru dalam European
Community. Selanjutnya, pada tanggal 14 Juni 1985, Belanda, Belgia, Jerman, Luksemburg dan
Perancis menandatangani Schengen Agreement, dimana mereka sepakat untuk secara bertahap
menghapuskan pemeriksaan di perbatasan mereka dan menjamin pergerakan bebas manusia,
baik warga mereka maupun warga negara lain. Perjanjian ini kemudian diperluas dengan
memasukkan Itali (1990), Portugal dan Spanyol (1991), Yunani (1992), Austria (1995),
Denmark, Finlandia, Norwegia dan Swedia (1996).64 Selanjutnya pada 1 Januari 1986, Spanyol
dan Portugal resmi menjadi anggota European Community.
Berdasarkan White Paper yang disusun oleh Komisi Eropa dibawah kepemimpinan
Jacques Delors pada tahun 1984, Masyarakat Eropa mencanangkan pembentukan sebuah Pasar
Tunggal Eropa. Single European Act, yang ditandatangani pada bulan Pebruari 1986, dan mulai
30 Desember 1992. Treaty on European Union (TEU) yang ditandatangani di Maastricht pada
tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku tanggal 1 November 1993, mengubah European
Communities (EC) menjadi European Union (EU). TEU mencakup, memasukkan dan
memodifikasi traktat-traktat terdahulu (ECSC, Euratom dan EEC). Jika Treaties establishing
European Community (TEC) memiliki karakter integrasi dan kerjasama ekonomi yang sangat
kuat, maka TEU menambahkan karakter lain yaitu kerjasama dibidang Common Foreign and
Security Policy (CFSP) dan Justice and Home Affairs (JHA).65
Melalui uraian di atas, setelah adanya penambahan anggota baru yang totalnya adalah 12
anggota maka pada 7 Februari 1992 disepakatilah perubahan dari European Community menjadi
European Union (Uni Eropa). Kesepakatan ini ditandatangani di Maastricht dan berlaku pada 1
November 1993. Hasil utama dari pertemuan tersebut adalah peningkatan keamanan bersama
serta kerjasama di bidang hukum. Selain itu, negara anggota juga sepakat untuk memberikan
wewenang yang lebih besar terhadap Parlemen Eropa untuk memutuskan ketentuan-ketentuan
melalui mekanisme co-decision procedure.66 Dengan demikian, organisasi regional Uni Eropa
secara resmi terbentuk pada 1992 dan hingga saat ini masih banyak negara yang tertarik untuk
bergabung menjadi anggotanya. Untuk lebih jelasnya berikut peta kawasan Uni Eropa.
65
Ibid.
66
31 Gambar III.1. Peta Kawasan Uni Eropa67
Bertitik tolak dari uraian di atas, setiap organisasi memiliki struktur yang berfungsi untuk
pembagian tugas dan tanggung jawab sehingga akan mudah mencapai kepentingan bersama.
67
33 Dari gambar di atas terlihat bahwa prosedur pembentukan hukum di awali oleh Komisi
Eropa yang mengajukan proposal untuk meminta pendapat dari parlemen nasional yang terdiri
dari pemerintah, pengusaha, organisasi sipil masyarakat dan individu. Selain itu, Komisi Eropa
juga meminta pendapat kepadan Komite Ekonomi dan Sosial Eropa dan Komite Regional.
Pendapat – pendapat tersebut kemudian dikumpulkan dan disampaikan kepada Parlemen dan Dewan Eropa. Setelah itu, Parlemen dan Dewan Eropa mulai membaca dan mendiskusikan
proposal tersebut. Apabila proposal memenuhi persyaratan dan mendapat kesepakatan dari
seluruh pihak maka proposal tersebut dapat diadopsi. Namun demikian, apabila tidak tercapai
kesepakatan di antara kedua pihak maka akan dilakukan siding kosiliasi, sehingga terdapat
kesepakatan bahwa proposal tersebut akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya. Pada tahap terkahir
ini, jika Parlemen dan Dewan Eropa setuju maka proposal akan di adopsi jika tidak maka
proposal batal untuk diadopsi.68
B. Proses Masuknya Kroasia Menjadi Anggota Uni Eropa
B.1. Tahun 2000-2004 : Kroasia Mengadopsi Copenhagen Criteria dan Acquis
Communautaire
Secara umum, proses masuknya Kroasia ke dalam Uni Eropa dilakukan dengan
mematuhi semua peraturan yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa, memiliki persetujuan dari
lembaga Uni Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa, serta memiliki persetujuan dari warga
negara mereka.69 Dalam sejarahnya Kroasia mulai tertarik untuk menjadi anggota Uni Eropa
yaitu pada 24 November 2000, Kroasia dan Uni Eropa membentuk rancangan Stabilization and
Association Agreement (SAA) untuk Balkan Barat. Dengan adanya kesepakatan tersebut
68
Ibid.
69 http://ec.europa.eu/enlargement/policy/conditions-membership/index_en.htm
34 diharapkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi dan politik di wilayah Balkan Barat.
Kesepakatan SAA ini dilakukan dengan bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa terhadap
Kroasia. Dengan demikian, untuk pertama kalinya Uni Eropa memberikan bantuan keuangan
kepada Kroasia sebesar 4.65 Billion Euro pada tahun 2000-2006.70
Bertitik tolak dari uraian di atas, pada Februari 2003, Kroasia mengajukan permohonan
untuk menjadi anggota Uni Eropa. Sikap Kroasia ini kemudian memunculkan banyak spekulasi
yang berasal dari masyarakat Kroasia dan Uni Eropa mengenai apakah Kroasia bisa menjadi
anggota Uni Eropa?.71 Upaya Kroasia untuk menjadi anggota Uni Eropa kemudian membuahkan
hasil pada April 2004 yaitu ketika Komisi Eropa menerima permintaan pengajuan keangggotaan
Kroasia. Lebih lanjut, dua bulan kemudian pada Juni 2004 Uni Eropa memberikan status
kandidat kepada Kroasia.72 Dengan adanya hal tersebut maka Kroasia harus menyetujui
Copenhagen Criteria.
Seluruh negara kandidat harus memenuhi kriteria penting dalam proses aksesi yang
tercantum dalam Copenhagen Criteria yang dibentuk pada Juni 1993. Dalam hal ini, isi dari
Copenhagen Criteria adalah negara kandidat harus memiliki:73 pertama, stabilitas lembaga yang
menjamin demokrasi, supremasi hukum, hak asasi manusia, dan menghormati perlindungan bagi
kaum minoritas. Kedua, keberadaan ekonomi pasar yang berfungsi dan kemampuan untuk
menghadapi tekanan kompetitif atas kekuatan pasar di Uni Eropa. Ketiga, negara kandidat harus
70
Thibault Boutherin, 2013, Croatia’s accession to the European Union: thoughts on Europe at a crossroad, European issues,Fondation Robert Schuman/European Issues, hal. 2
71
Katarina Ott, 2006, Croatian Accession To The European Union, Institutional Challenges of participation, Institute of Public Finance, Zagreb, Vol. 4 hal. 5
72
Hrvoje Butkovic dan Visnja Samardzija, 2014, Challenges of Continued EU Enlargement to the Western Balkand-Croatia’s Experience, Institute for Development and International Relations (IRMO), Vol. 14 No. 4, hal. 96
73
35 memiliki dan mematuhi kewajiban keanggotaan termasuk patuh dengan tujuan politik, ekonomi
dan moneter Uni Eropa.
Copenhagen Criteria yang telah ditetapkan oleh Dewan Eropa dirancang untuk
meminimalisir resiko bagi anggota baru yang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan
ekonomi sehingga memberatkan Uni Eropa. Selain itu, Copenhagen Criteria ini juga bertujuan
untuk memastikan bahwa negara-negara yang akan bergabung telah siap untuk mengikuti
seluruh aturan Uni Eropa tanpa terkecuali. Kedua tujuan inilah yang memiliki peran penting
dalam proses perluasan organisasi regional Uni Eropa.74
Dengan menyetujui Copenhagen Criteria ini maka secara otomatis Kroasia harus
melakukan banyak peningkatan terhadap kondisi internal negaranya dalam upaya menjaga
stabilitas politik negaranya. Upaya yang dilakukan Kroasia adalah adanya lembaga hukum yang
dapat menjamin nilai-nilai demokrasi, HAM dan hak minoritas. Selain itu, Kroasia juga
berkomitmen untuk berpartisipasi dalam upaya memerangi korupsi di negaranya. Hal ini
dilakukan dengan cara membentuk kerangka hukum dan lembaga yang dapat menangani
kasus-kasus korupsi.75
Secara keseluruhan kasus korupsi yang terjadi di Kroasia ini biasanya meliputi sektor
peradilan, kesehatan, lembaga pendidikan dan pelayanan administrasi publik. Sebuah survei
dilakukan di Kroasia pada tahun 2008, yang megungkapkan bahwa 51,6% responden meyatakan
telah diminta membayar suap oleh pejabat negara atas pelayanan yang telah diberikan
pemerintah. Selain itu, 21,8% memberikan uang suap kepada dokter dan perawat. Sisa responden
74
Heather Grabbe, 2002, European Union Conditionally and the Acquis Communautaire, International Political Science Review, Vol. 23 No. 3 hal. 251
75