• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Penembangan Agropolitan di kabupaten Pandeglang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Penembangan Agropolitan di kabupaten Pandeglang"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN

DIKABUPATENPANDEGLANG

Dian

Atikah

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANJCAN/AGRIBISNIS

FAKULATAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF IDDAYATULLAH

(2)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN

DIKABUPATENPANDEGLANG

Oleh: DIANATIKAH

100092020328

Skiipsi

Sebagai Salab Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Saijana pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas !slain Negeri SyarifHidayatullab Jakarta

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PER.TANIAN/AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGEIU SY ARIF IDDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN U,TIAN

Skripsi yang berjudul ''Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang". Telah cliuji clan dinyatakan lulus dalam Siclang Munaqosyah Fakultas Sains clan Teknologi Universitas lsbm Negeri Syarif Hiclayatullah Jakarta. pacla hari Sabtu tanggal 23 Oktober 2004. Skripsi ini telah cliterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata I (SI) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis.

Penguji II

c

Tim Penguji Penguji I ,

セBGG@

セセBBG@

Prof. Dr.H. Aki Baihaki, M.Sc

iイセェᆪQ、、ゥョL@

MM

an Teknologi

(4)

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh :

Nama : Dian Atikah

NIM : 100092020328

Program Stucli Juclul Skripsi

: Sosial Ekonomi Pertanian

: Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar smjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis. Fakultas Sains dar. Teknologi UJN Syarif Hiclayatullah Jakarta.

Pembimbing I,

セWjQ@

Jakarta. Januari 2005 Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing II,

Ir. Mudatsir Najamuddin, MM

ョヲNセLセ[ᆪ@

Mengetanui,

nsyah Jaya Putra, !VI.Sis '0 317 956

Ketua J urusan

(

セセjHj@

(5)

RlNGKASAN

DIAN ATIKAH, Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang. (Dibawah bimbingan Mudatsir Najamuddin dan Yudha Heryawan Asnawi) .

...,..., ... ....,....,....,...,...,.,.. .... ...,,..., .... ..., ...

BBBBBBBBGGュBBBBBBBBGBGセセᄋセセAAAAAAAAAAAAAAAャセセAAAAAAAャNNNLセセ@

Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998. Pertumhuhan ekonomi negatif ini diperburnk dengan meningkatnya inflasi secara tajarn, dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000). Walaupun harnpir selurnh sek'tor ekonomi terpurnk, namun pada kenyataannya masih ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu >ektor pertanian.

Dalarn mempercepat pembangunan pertanian diperlukan komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat maupun swasta. Untuk itu diperlukan terobosan program yang melibatkan berbagai pihak yang perlu dilakukan secara terarah dan terkoordinasi. Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan.

Departemen Pertanian bekerjasama dengan Departemen Pemukiman dan

Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait mengembangkan

program kawasan agropolitan sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian No. 144/0T.210/NV/2002 tanggal 6 Mei 2002.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (I) mengetahui faktor-faktor eksternal

yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agropolitan di

Kabupaten Pandeglang, (2) mengetalrni faktor-faktor internal yang menjadi

kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang, (3) mernmuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan agropolitan.

Pemilihan Kabupaten Pandeglang sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa Kabupaten Pandeglang mernpakan salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten

Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003. Data yang dikumpulkan dalan1

penelitian adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis lingkungan eksternal digunakan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan lingkungan internal digunakan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE). Sedm1gkan, untuk pernmusan alternatif strategi dan prioritas strategi menggunakan analisis matriks SWOT dan matriks QSPM.

(6)

terhadap produk agribisnis. Faktor yang menjadi ancaman adalah tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi, perdagangan bebas dan standarisasi produk, persaingan antar wilayah, kondisi keamanan yang tidak stabil.

Faktor internal yang menjadi kekuatrn dalam pengembangan agropolitan di

Kabupaten Pandeglang adalah komitmen/kebijakan peme1intah Kabupaten

Pandeglang, lahan pertanian pertanian yang cu.1<:up luas, sarana dan prasarana yang memadai, posisi Kabupaten Pandeglang yang strategis dan koordinasi antar dinas terkait dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Faktor yang menjadi kelemahan adalah sumberdaya mrumsia, ketersediaan dana untuk

pengembangan agropolitan, belum tersedianya lembaga penelitian dan

pengembangan, kurangya penyampaian hasil penelitian dan infomrnsi pasar, kurangya penggunaan teknologi tepat guna dan kualitas produk yang masih rendah.

Pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang berdasarkan analisis matriks EFE dan IFE diperoleh skor EFE sebesar 2.648. Nilai ini menunjukan bahwa posisi pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang sedang dalam usaha memanfaatkan peluang ekstemal dan menghindari ancaman. Sedangkan, skor IFE sebesar 2.703, menunjukan posisi Kabupaten Pandeglru1g dalrun keadaan sedang memanfaatkan kekuatan dan kelemahan internal.

Penetapan altematif strategi berdasarkan analisis matriks SWOT yru1g dapat diterapkan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang untuk strategi (S-0), yaitu strategi pengembangan pasar dan penetrasi pasar melalui kemitraan, melakukru1 ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dengan adanya lahan pertanian yang cukup luas untuk meningkatkan produksi pertanian. pembangunan pusat pasar pertanian (subtem1inal agribisnis) yang berada di sentra procluksi pertanian rakyat untuk menunjang strategi pengembru1gan pasar. Strategi (W-0), yaitu strategi pengembangan dan diversifikasi produk, strategi pengembangru1 lembaga ekonomi rakyat seperti usaha skala nunah tangga, kelompok asosiasi untuk menunjang strategi pengembangru1 produk, membuat profil .investasi untuk pengusaha yruig berminat memberikan kredit usaha, meningkatkan etos kerja dru1 jiwa kewirausahru1 pelaku agribisnis. Strategi (S-T), yaitu membuat database potensi agribisnis Kabupaten Pandeglruig sehingga dapat memperluas pasar clomestik clan intemasional. Stratcgi (W-T), yaitu peningkatan kesaclaran clalan1 penerapkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk khususnya pacla pengolahan hasil penyimpanan dan grading produk untuk rnenunjang pengembangan procluk.

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARY A SENDIRI YANG BEL UM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Oktober 20041

DianAtikah

(8)
(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan ridho-Nya telah memberi petunjuk kepada penulis untuk menyelcsaikan penulisan skripsi dengan judul "Analisis Strategi Pengembangan Agropolitan di Kabupaten Pandeglang". Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada Rasullah Muhammad SAW, para keluarga dan sahabatnya. Amiin

Penulis menyadari skripsi ini tidak akan pemah ada tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, iziukanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

2. Bapak Drs. Ujang Maman, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

3. Bapak Ir. Mudatsir Najamuddin, MM sebagai Ketua Jurnsan Agribisnis, dosen pembimbing dan penguji skripsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan meluangkan waktu dalam penyusunan skr:ipsi.

4. Bapak Drs.Yudha Heryawan Asnawi, MM sebagai dosen pembimbing dan penguji sla·ipsi yang telah memberikan pengarahan, saran dan meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Prof. Dr. H. Aki Baihaki, M.Sc, sebagai penguji skripsi yang telah memberikan saran dan koreksiannya pada penulis.

(11)

7. Staf Tata Usaha: Ibu Opa, Ibu Yus, Mbak Fitro, Pak Sainih, Pak Gun, Pak Muksin dan Staf Perpustakaan Faknltas Sains dan tᄋセォョッャッァゥN@

8. Special Thanks to Miss. Rizki yang sering direpoti

9. Pegawai Dinas Pemerintahan Kabupaten Pandeglang: Bapak Drs. H. Enjang

Sadina, M.Si, Ir. Supriyana, Dipl,HE, Ir. Atep Asmita Walujadi, MM,

Ir. Yepi Suherman, MM, Ir.Winarno, Boyke Pribadi, S.Si, H. Undang,

Ibu Ambar dan Ibu Kunti yang telah memberikan data serta informasi untuk

penulisan slaipsi.

I 0. Teman-teman jurusan Sosek angkatan 2000 : Ema, Eli, Nia, Aulia, Nella,

Afifah, Hilyati, Yati, Dini, Wahyu, Ina, Tanti, Fauza, Heni, Mila, Lubena,

Abu, Ajay, Fadli, Gopur, Arman, Yusuf, Nova!, J(Jmis, Jerry, Rino, David.

Terima kasih untuk persahabatan dan uhkuwah yang te1jalin selama kuliah.

Semoga persahabatan dan uhkuwah ini akan terus terjalin.

11. Teman-teman "Pondokan Mahasiswi" terkhusus Halimah, Puri, Ertin, Nure,

Eroh, Lilis, Kak Winda dan Kak Weni untuk empat tahun kebersamaannya.

Tedma kasih telah menyertai penulis selama menjalani hidup di Ciputat. 12. Ida dan Sufi, sukron atas tausiyah, jazakumullah khairon katsiran.

Untuk segala bantuannya penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah

SWT agar dapat memberikan balasan dan limpahan karunia, Amiin.

Wasalamu'alaikum Wr. Wb

Jakarta, Oktober 2004

(12)

DAFT AR ISi

KA TA PENGANTAR ... i

DAFT AR ISi ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFT AR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I. I Latar Belakang ... I 1.2 Perumusan Masai ah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penel itian ... ; ... 7

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB II TINJAUAN PUST AKA ... 9

2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1. I Konsep Agribisnis ... 9

2.1.2 Agribisnis Perkotaan ... 12

2.1.3 Konsep Agropolitan ... 15

2.1.4 Lingkungan oイァ。ョゥウ。セゥ@ ... 20

2.1.5 Manajemen Strategi ... 24

2.1.6 Model Manajemen Strategi ... 25

2.1. 7 Jen is Alternatif Strategi ... 27

2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3 .2 Metode Penelitian ... 3 1 3.3 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

3.4.1 Analisis Matriks EFE dan !FE ... 33

3 .4.2 Matriks SWOT ... 3 7 3 .4.3 Matriks QSPM ... 40

(13)

BAB IV KEADAAN UMUM WILA Y AH PENELITIAN

4.1 Batas Administrasi dan Kondisi Geografis ... 43

4.2 Topografi ... 43

4.3 Penggunaan Lahan ... 44

4.4 Keadaan Sosial Ekonomi ... 45

4.4.1 Perekonomian ... 45

4.4.2 Penduduk ... 4 7 4.5 Komoditas Unggulan ... 48

4.6 Visi dan Misi Kabupaten Pandcglang ... 48

BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG 5.1 Aspek Hukum ... 50

5.2 Aspek Sosio Geografis ... 50

5.3 Aspek Sosio Ekonomi.. ... 52

5.4 Potensi Kecamatan Menes Sebagai Kawasan Agropolitan ... 53

5.5 Sarana dan Prasarana yang tersedia ... 54

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Visi dan Misi Agropolitan Kabupaten Pandeglang ... 55

6.2 Analisis Lingkungan Ekstemal Kabupaten Pandeglang ... 56

6.2.1 Peluang Pengembangan Agropolitan ... 57

6.2.1.1 Pasar Domestik dan lnternasional ... 57

6.2.1.2 Kemitraan dengan Pihak Swasta dan Pihak Lainnya ... 57

6.2.1.3 Kredit Usaha Kecil dan Menengah ... 58

6.2.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Nasional ... 61

6.2.1.5 Otonomi Daerah ... 62

6.2.1.6 Pertumbuhan Penduduk ... 63

6.2.1.7 Konsumsi Masyarakat terhadap J'roduk Agribisnis ... 65

6.2.2 Ancaman Pengembangan Agropolitan ... 66

6.2.2.1 Tingkat Inflasi dan Suku Bunga yang Tinggi ... 66

6.2.2.2 Perdagangan Bebas dan Standarisasi Produk ... 69

6.2.2.3 Persaingan Antar Wilayah ... 69

6.2.2.4 Kondisi Keamanan yang Tidak Stabil.. ... 70

6.3 Analisis Lingkungan Internal Kabupatcn Pandeglang ... 71

6.3.1 Kekuatan Pengembangan Agropolitan ... 71

6.3.1.1 Komitmen Pemerintah Kabupaten Pandeglang ... 71

6.3.1.2 Laban Pertanian yang Cukup Luas ... 72

6.3.1.3 Sarana dan Prasarana ... 78

(14)

6.3.2 Kelemahan Pengembangan Agropolitan ... 81

6.3.2.1 Sumberdaya Manusia ... 81

6.3.2.2 Dana Pengembangan Agropolitan ... 83

6.3.2.3 Lembaga Penelitian dan Pengembangan ... 85

6.3.2.4 Penyampaian Hasil Penelitian dan Informasi Pasar ... 85

6.3.2.5 Teknologi Tepat Guna dan Kualitas Produk ... 86

6.4 Perumusan Altematif dan Prioritas Strategi ... 87

6.4.1 Analisis Matriks External Factor Evaluation (EFE) ... 87

6.4.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (!FE) ... 90

6.4.3 Matriks SWOT ... 91

6.4.4 Matriks QSPM ... 99

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... I 00 7.2 Saran ... I 03

DAFT AR PUST AKA ... I 04

(15)

DAFT ART ABEL

Hal

Tabel I : Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal ... 36

Tabel

2:

Matriks EFE dan !FE ... 38

Tabel

3:

Matriks QSPM ... 41

Tabel 4: Luas Laban Kering dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ... 44

Tabel

5:

Luas Lahan Sawah dan Penggunaannya di Kab. Pandeglang ... 45

Tabel

6:

Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kab. Pandeglang Tahun 2002 ... 46

Tabel 7: Penduduk Kab. Pandeglang Menurut Ke!. Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2002 ... 4 7 Tabel 8: Kawasan Pertanian Kebun Melinjo di Kabupaten Pandeglang ... 52

Tabel 9: Portofolio Kredit Pertanian per Grup Bank ... 58

Tabel I 0: Porto folio Kredit Pertanian UKM ... 59

Tabel 11: Posisi Krcdit Usaha Kecil pada Bank Umum di Kab. Pandeglang Tabun 2002 ... , ... 60

Tabel 12: Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 1999-2003 ... 61

Tabel 13: Jumlab Penduduk (Juta) dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tabun 1999-2003 ... 64

Tabel 14: Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting di Indonesia Tahun 1999, 2002 dan 2003. ... 65

Tabel 15: Suku Bunga Rupiah Menurut Kelompok Bank Tahun 1999-2003 ... 67

Tabel 16: Laju Inflasi Kola Besar di Jawa dan Nasional Tahun 1999-2003 ... 68

[image:15.595.40.458.153.550.2]
(16)

Tabel 18: Luas Lahan Panen, Produktivitas, Produksi Sayuran di Kabupaten

Pandeglang Tahun 2003 ... 74

Tabel 19: Jumlah Tanaman Buah-Buahan di Kab. Pandeglang Tahun 2003 ... 75

Tabel 2C: Jumlah Populasi Temak di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ... 76

Tabel 21: Luas Areal, Jumlah Produksi dan Petani Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ... 77

Tabel 22: Jenis Perikanan Air Tawar, Luas Fokok, Luas Tangkap dan Nilai

Produksi di Kabupaten Pandeglang Tahun 2002 ... 77

Tabel 23: Penyebaran Mata Pencaharian Petani Kabupaten Pandeglang

Tahun 2003 ... 82

Tabel 24: Jumlah Pengrajin Emping pada Daerah Sentra Produksi Melinjo ... 83

Tabel 25: Matriks Evaluasi Eksternal (EFE) Kabupaten Pandeglang dalam

Pengembangan Agropolitan ... 88

Tabel 26: Matriks Evaluasi Internal (!FE) Kabupaten Pandcglang dalam

Pengembangan Agropolitan ... 91

Tabel 27: Alternatif Perumusan Strategi Pengembangan Agropolitan di

[image:16.595.40.446.168.480.2]
(17)

GAMBAR

Hal

Gamba.r I: Sistem Agribisnis ... 11

Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan ... 16

Gambar 3: Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan ... 19

Gamba.r 4: Lingkungan Ekstemal dan Internal Organisasi ... 23

Gamba.r 5: Model Manajemen Strategi ... 26

Gan1bar 6: Kerangka Pemikiran Konseptual.. ... 30

Gambar 7: Matriks SWOT ... 38

Gambar 8: Kuadran SWOT ... 39

[image:17.595.38.457.146.501.2]
(18)

LAMPIRAN

Hal

Lampiran I: Surat Menteri Pertanian RI Tentang Pengembangan Agropolitan . I 06

Lampi ran 2: Tim Teknis Pokja Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang . I 07

Lampiran

3:

Potensi Komoditas Unggulan Penentuan Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ... I 08

Lampiran

4:

Pedoman Indikator Penetapan Kawasan Agropolitan ... I 09

Lampiran 5: Penetapan Kawasan Agropolitan Kee. Menes Kah. Pandeglang ... 110

Lampi ran

6:

Rekapitulasi Pelaksanaan Pengembangan Ka wasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ... 111

Lampiran 7: Site Plan Pusat Penjualan Hasil Pertanian Asosiasi Pengrajin Emping Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ... 112

Lampiran

8:

Site Plan Pasar Agropolitan ... 113

Lampiran 9: Peta Kawasan Agropolitan Kabupaten Pandeglang ... 114

Lampiran I 0: Penentuan Bobot Faktor Eksternal dan Internal ... 115

Lampiran 11 : Penentuan Rata-rata Bobet Faktor Ekstemal dan Internal ... 116

Lampi ran 12: Penentuan Rata-rata Rating Faktor Eksternal dan Internal ... 117

Lampiran 13: Penentuan Prioritas Strategi Berdasarkan lv!atriks QSPM ... 118

Lampiran 14: Sarana dan Prasarana di Kawasan Agropolitan ... 119

(19)

1.1 Latar Belakang

BABI

PENDAHULUAN

Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tadinya

sebesar 4,9% pada tahun 1997 menurun menjadi minus 13,2% pada tahun 1998.

Pertumbuhan ekonomi negatif ini diperburuk dengan meningkatnya inflasi secara

tajam dari 10,30% pada tahun 1997 menjadi 77,50% pada tahun 1998 (BPS, 2000).

Walaupun hampir seluruh sektor ekonomi terpuruk, namun pada kenyataannya masih

ada sektor ekonomi yang cukup mampu bertahan selama krisis, yaitu sektor

pertanian.

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian baik

dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun dalam hal penyerapan

tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB sekitar 17 ,3

persen pada tahun 2002, menempati posisi kedua setelah sektor industri pengolahan.

Dalam hal penyerapan tenaga ke1ja, sektor pertanian juga mempunyai peranan yang

sangat strategis. Dari 90,8 juta penduduk yang beke1ja pada tahun 2002, sekitar

46,3 persennya bekerja di sektor pertanian (BPS, 2003). Sclain itu, sektor ini juga

berperan dalam penyedia bahan baku bagi keperluan industri.

Pertumbuhan pertanian yang meningkat akan memberikan dampak pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

International Food Policy Research Institute (IFPRI) menunjukan bahwa

(20)

pe1tumbuhan kegiatan ekonomi senilai US$ 2.32. Studi irni menunjukan apabila

terjadinya peningkatan produksi pertanian sebesar I% akan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi sebesar 2,32 %. A1tinya jika sektor pi:rtanian tidak produktif,

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan pada suatu :negara akan menurun

Clements dalam Daryanto (2003 : 32).

Untuk meningkatkan pembangunan pertanian diperlukan peran serta

masyarakat khususnya pelaku usaha pertanian baik itu individu maupun kelompok

juga pemerintah dan swasta. Melalui peran serta masyarakat selain dapat

meningkatkan pembangunan pe1tanian juga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi khususnya di wilayah pedesaan.

Pembangunan pertanian di pedesaan sangat potensial untuk dikembangkan

karena basis pertumbuhan pe1tanian berada di daerah pedesaan. Daerah pedesaan

yang memiliki ketersediaan lahan pe1tanian yang cukup luas juga sebagai pemasok

hasil produksi pe1tanian dengan adanya daerah-daerah di pedesaan yang

menghasilkan bahan baku pertanian dimana sebagian b•esar mata pencaharian

masyarakatnya adalah bertani.

Dalam mempercepat pembangunan pedesaan dan pertanian diperlukan

komitmen dan tanggung jawab dari segenap aparatur pemerintahan, masyarakat

maupun swasta, sehingga pembangunan pertanian dapat dilakukan dengan

pembangunan sektor lainnya. Untuk mengatasi tantangan dan ancaman dalam

pengembangan agribisnis dan pedesaan, maka diperlukan terobosan program yang

(21)

Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan

yang diharapkan dapat mendorong berkembangya kegiatan pembangunan agribisnis

di desa-desa sekitarnya.

Pembangunan pertanian dengan pengembangan agropolitan di pedesaan

melalui pengembangan sistem agribisnis diharapkan dapat merubah cara pandang

masyarakat di desa untuk melihat pertanian bukan hanya sebagai mata pencaharian

yang hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Tetapi menjadikan pertanian

sebagai bisnis (usaha). Dengan cara ini diharapkan dapat m1:ningkatkan pendapatan

masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah pedesaan. Selain itu,

dapat meningkatkan produktivitas lahan maupun hasil pertanian di daerah pedesaan.

Pengembangan agropolitan berupaya untuk mengoptimalkan potensi yang ada di

pedesaan.

Pendekatan konsep pengembangan agropolitan difokuskan untuk

menggerakan pembangunan daerah penghasil bahan baku pertanian atau sentra

produksi hasil pertanian di pedesaan. Hasil pertanian tersehut akan dijual maupun

diolah lebih lanjut untuk menghasilkan diversifikasi produk yang dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat yaitu kebutuhan pangan terutama masyarakat perkotaan.

Peluang memasarkan produk pertanian yang dihasilka.n di pedesaan akan

menciptakan hubungan timbal balik antara kegiatan pertanian di desa dan di kota.

Penciptaan lapangan ke1ja di desa akan meningkat seiring dengan adanya

peningkatan kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap produk pe1tanian. Motivasi

(22)

peluang usaha di desa yang telah tersedia melalui terciptanya sistem agribisnis di

pedesaan. Hal ini akan meningkatkan pendapatan dan kese_iahteraan masyarakat di

pedesaan khususnya di kawasan pengembangan agropolitan dan meningkatkan

pendapatan asli daerah karena pertumbuhan ekonomi di daerah meningkat. Keadaan

yang tercipta dari pengembangan agropolitan ini merupakan tujuan yang ingin

dicapai oleh pemerintah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan

pertanian dan kesejateraan pelaku pertanian terutama di daerah pedesaan.

Untuk itu Departemen Pertanian bekerjasama dengan Departemen

Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan departemen lainnya yang terkait

mengembangkan program kawasan agropolitan sesuai dengan surat Menteri

Pertanian No. 144/0T.210/A/V/2002 tanggal 6 Mei 2002. Berdasarkan surat

tersebut, pada tahun 2002 telah dirintis pengembangan program agropolitan

dengan memulai program rintisan pada 8 kawasan di 8 kabupaten di Indonesia

yaitu : Agam (Sumatera Barat), Rejang Lebong (Bengkulu), Cianjur (Jawa Barat),

Kulonprogo (DI Yogyakarta), Bangli (Bali), Barru (Sulawesi Selatan), Boalemo

(Gorontalo ), dan Kutai Timur (Kalimantan Timur).

Tahun 2003 lokasi program ini berkembang ke seluruh Propinsi tepatnya 52

kabupaten di Indonesia. Salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai kawasan

agropolitan pada tahun 2003 adalah Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten.

Kabupaten Pandeglang mempunyai potensi pada sektor pertanian dengan agroklimat

yang mendukung untuk mengembangkan sektor agribisnis serta kegiatan sebagian

(23)

pertanian. Hal ini termasuk dalam syarat penetapan kawasan agropolitan. Oleh

karena itu, Kabupaten Pandeglang dipilih sebagai kawasan agropolitan.

Kondisi yang dihadapi Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan

agropolitan saat ini belum maksimalnya produksi pertanian, karena masih banyak

pelaku agribisnis yang bersifat subsisten (hanya bersifat untuk memenuhi kebutuhan

sendiri), teknologi yang digunakan dalam pengolahan pada industri rumah tangga

masih sangat sederhana begitupun dalam masalah pengemasan produk.

Masalah yang tidak kalah penting adalah ketierbatasan dana untuk

pengembangan agropolitan, akses jaringan pemasaran produk agribisnis juga mutu

produk agribisnis yang masih rendah yang menyebabkan harga dipasaran yang

rendah dan jiwa kewirausahaan dari pelaku agribisnis yang masih rendah.

Untuk dapat mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi, beberapa hal

yang perlu dipertimbangkan adalah potensi dan keunggulan sumberdaya yang

dimiliki dan strategi yang akan digunakan. Sehingga perlu direkomendasikan

alternatif perumusan strategi dan prioritas strategi dalam rangka pengembangan

agropolitan yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kawasan

(24)

1.2 Perumusau Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

l. Apa faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman untuk

pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '?

2. Apa faktor-faktor internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan untuk

pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang '?

3. Apa alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan

agropolitan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor ekstenal yang menjadi peluang dan ancaman

dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pande:glang.

2. Untuk rnengetahui faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan

kelernahan dalam pengernbangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.

3. Merurnuskan alternatif strategi dan prioritas strategi yang dapat dilakukan

(25)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Kabupaten Pandeglang

dalam menentukan alternatif strategi yang dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang.

2. Penelitian ini untuk melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah

serta menambah wawasan dan pengetahuan.

3. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai bahan referensi dan

pembanding penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri dari tujuh bab dengan susunan dari isi tiap-tiap

bab sebagai berikut :

BAB! PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Terdiri dari kerangka teori mengenai konsep agribisnis, agribisnis perkotaan, konsep

agropolitan, lingkungan organisasi, manajemen strategi, model manajemen strategi

dan alternatif pilihan strategi; kerangka pemikiran konseptual.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari lokasi dan waktu penelitian, metode penelitian, jenis dan sumber data

(26)

BAB IV GAMBA RAN UMUM WILA Y AH PENELITIAN

Terdiri dari batas administrasi pemerintahan dan kondisi geografis, topografi,

penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi, komoditas unggulan, visi dan misi

Kabupaten Pandeglang.

BAB V EKSISTENSI PENGEMBANGAN AGROPOLITAN DI KABUPATEN PANDEGLANG

Terdiri dari aspek hukum pengembangan agropolitan, aspek sosio geografis, sosio

ekonomi, potensi Kecamatan Menes sebagai kawasan agropolitan dan sarana

prasarana yang tersedia dalam pengembangan agropolitan.

BAB VI BASIL DAN PEMBAHASAN

Terdiri dari analisis visi dan misi agropolitan Kabupaten Pandeglang, analisis

lingkungan ekstemal dan internal Kabupaten Pandeglang, perumusan alternatif

strategi dan prioritas strategi untuk pengembangan agropolitan.

BAB VII PENUTUP

(27)

2.1 Kerangka Teori

2.1.J Konsep Agribisnis

BABU

TINJAUAN PUSTAKA

Agribisnis atau konsep agribisnis pengertiannya sangat beragam mulai yang

sempit sampai sangat luas. Agribisnis, secara sempit, hanya dinyatakan sebagai

kegiatan budidaya pertanian, pemasaran pupuk, pestisida atau pemasaran produk

pengolahan hasil pertanian. Sedangkan, agribisnis secara luas didefinisikan sebagai

suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian

dalam arti luas (Soekartawi, 1999:2).

Pengertian pertanian dalam arti luas yang terdapat dalam definisi agribisnis

tersebut merupakan kegiatan usaha baik pe1tanian, pcrkebunan, peternakan,

kehutanan yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang

oleh kegiatan pertanian. Sedangkan, menurut Golbert dan Davis dalam Didu

(200 I :2) agribisnis adalah seluruh operasi yang terjadi dalam kegiatan manufaktur

dan distribusi yang bersumber dari pertanian; produksi on farm (usaha tani),

penyimpanan dan distribusi komoditas serta produk yang dihasilkan.

Dua ha! yang perlu diperhatikan dari definisi agribisnis tersebut, pertama

menurut Soekartawi (1999: 2) tampak bahwa penekanan definisi agribisnis adalah

(28)

usaha (bisnis) yang bersifat mikro ini mencakup aspek manajerial untuk produksi,

pemasaran, keuangan, sumberdaya manusia atau dengan kata lain bagaimana

organisasi usaha beroperasi secara efisien dalam arti produktivitas dan probabilitas

yang tinggi. Karena itulah agribisnis dapat dinyatakan sebagai kegiatan individu atau

kelompok untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa sektor pertanian yang

dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan.

Definisi kedua menurut Golbert dan Davis dalan1 Didu (2001 :2) yang

menekankan bahwa agribisnis adalah kegiatan pertanian yang dimulai dari hilir

sampai hulu termasuk faktor-faktor pendukungya. Keselurnhan kegiatan agribisnis

sering dinyatakan sebagai sistem agribisnis dan aspek-aspek yang tercakup di

dalamnya dinyatakan sebagai subsistem.

Soehardjo dalam Gumbira Sa' id (200 I: 21) membagi sistem agribisnis dalam

empat subsistem, yaitu : (!) subsistem hulu (input pertanian), mencakup aktivitas

yang terkait dengan pengadaan dan penyaluran sarana produksi berupa: bibit!benih,

pupuk, pestisida/insektisida, serta sarana dan prasarana produksi, (2) subsistem

produksi atau budi daya, mencakup aktivitas proses produksi seperti kegiatan

penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan, (3) subsistem hilir, mencakup aktivitas

pengolahan hasil pertanian, berupa penanganan pasca panen, penyimpanan,

pengemasan, ( 4) subsistem pemasaran, mencakup aktivitas yang terkait dengan

proses perdagangan dan distribusi produk pertanian. Agribisnis juga membutuhkan

lembaga pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi,

penyuluhan dan layanan informasi, penelitian (litbang), dan pengembangan kebijakan

(29)

Secara skematis sistem agribisnis dapat ditunjukkan dalam gambar I .

..

..

Subsistem I Subsistem II Subsistem III

]

Subsistem IV (Pengadaan dan

Penyaluran Sarana (Produksi Primer) (Pengolahan) (Pemasaran) Produksi)

...

l

Lembaga Penunjang Agribisnis

Bank, R&D, Asuransi, Pendidikan,Kebijakan Pemerintah,dll

Gambar I : Sistem Agribisnis dan Lembaga P<munjang (Soehardjo dalam Gumbira Sa'id, 200 l)

"'

Sistem agribisnis dapat terlaksana apabila tidak ada gangguan pada salah satu

subsistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di

dalamnya karena tidak ada subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya.

Lembaga-lembaga penunjang dalam sistem agribisnis berada di luar sektor pertanian,

sehingga sektor pertanian terkait dengan sektor lainnya.

Konsep agribisnis, khususnya di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu

jalan keluar untuk memajukan sektor pertanian sekaligus meningkatkan kesejahteraan

pelakunya, terutama petani dan pelaku ekonomi rakyat lainnya, sehingga kajian

agribisnis juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, kajian

[image:29.595.41.437.135.479.2]
(30)

Pendekatan makro sistem agribisnis dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi,

politik, sosial budaya, hankam dan teknologi, baik nasional, regional, maupun

internasional. Analisis makro ini melihat agribisnis sebagai unit sistem dari suatu

komoditi tertentu yang membentuk sektor ekonomi secara regional maupun nasional.

Untuk membangun sistem agribisnis ini peran pemerintah sebagai penuntun,

pendorong, pengawas dan pengendali sistem sangat diperlukan.

Program pengembangan agropolitan merupakan wujud dari peran pemerintah

untuk membangun sistem agribisnis yang bertujuan untuk meningkatkan

pertumbuhan agribisnis maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat khususnya di

pedesaan.

2.1.2 Agribisnis Perkotaan

Agribisnis perkotaan pada dasarnya tidak berbeda dengan konsep agribisnis

pada umumnya, namun karakteristik agribisnis perkotaan S•endiri dipengaruhi oleh

karakteristik dari wilayah atau kawasan perkotaan.

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan juga jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan

kegiatan ekonomi(www.Jabar.go.id).

Lahan pertanian di wilayah perkotaan cenderung berkurang dari waktu ke

waktu, seiring dengan pertambahan penduduk yang tinggi akibat terjadinya migrasi

(31)

pertanian. Keadaan ini menyebabkan kegiatan agribisnis di perkotaan arahnya lebih

cenderung kepada subsistem off farm. Hal ini disebabkan pemilikan lahan yang

relatif sempit dalam usaha taninya, pengelolaan sumberdaya alam serta produksi

secara efisien, komoditi yang bernilai ekonomi tinggi serta berorientasi pasar sesuai

permintaan pasar atau dengan kata lain padat modal.

Subsistem on farm yang tergeser di perkotaan イョ\セュ「・イゥォ。ョ@ keuntungan,

peluang dan kesempatan pada subsistem agribisnis lainnya. Untuk itu diperlukan

pengenalan teknologi yang lebih intensif, baik pada subsistem on farm maupun

subsistem off farm. Menurut Pambudy (2001: 113) subsistem agribisnis yang akan

berkembang dengan berkembangnya perkotaan adalah

I. Bisnis pengolahan

Minat penduduk perkotaan untuk mengkonsumsi produk·produk back to nature,

harus diikuti oleh perubahan profesionalisme hisnis pengolahan agribisnis. Oleh

karena itu, secara teknis, teknologi budidaya dan pengolahan merupakan jawaban

utama untuk mengembangkan produk agribisnis tersebut.

2. Bisnis pemasaran

Banyak produk yang ditawarkan produsen, baik produk primer maupun

sekunder, membutuhkan strategi pemasaran yang efektif untuk menjangkau

masyarakat perkotaan. Hal ini karena masyarakat perkotaan umumnya lebih

responsif terhadap perubahan kualitas produk-produk agribisnis tersebut.

(32)

lebih banyak dan professional. Sehingga, pertumbuhan perangkat-perangkat

pemasaran seperti perusahaan jasa pengantar sangat mungkin memiliki

keuntungan komparatif dan kompetitif dengan berkembangnya perkotaan.

3. Bisnis sarana produksi

Subsistem ini merupakan unit bisnis hulu dari sistem agribisnis misalnya pupuk,

obat-obatan dan bibit yang khusus melayani agribisnis perkotaan. Sebenarnya,

bisnis ini cenderung akan bergeser menjauhi kota tetapi dilakukan di pinggiran

kota, menyerupai subsistem on farm. Namun bisnis ini memiliki kesempatan

adaptasi dengan kondisi perkotaan, karena beberapa a.ktivitas yang memang

memiliki keunggulan untuk berada di kota, sepe1ti unit peralatan dan obat-obatan.

4. Subsistem lembaga penunjang

Para penentu kebijakan dan lembaga pendukung lain yang berpartisipasi aktif

dalam sistem agribisnis sangat dituntut untuk mengantisipasi setiap perubahan

yang terjadi dan dapat berfungsi secara professional menjadi fasilitator dan

koordinator.

Perkembangan perkotaan memberikan kemungkinan bagi mereka memiliki

fasilitas dan sumberdaya berkualitas, sehingga dalam melakukan pengawasan

dan pengambil keputusan akan lebih akurat. Jaringan k<:rja yang cepat akibat

perkembangan perkotaan, seperti komputer lebih memudahkan pengembangan

subsistem ini menjadi lembaga service yang sangat dibutuhkan oleh subsistem

(33)

2.1.3 Konsep Agropolitan

Dalam buku yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian (2003:5)

agropolitan dimtikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian.

Dengan kata lain agropolitan adalah pertanian di daerah kota yang mampu memacu

berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang dapat melayani, mendorong,

menarik kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis).

Kota pertanian dapat merupakan kota menengah atau kecamatan atau

pedesaaan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi serta dapat

mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaaan dan desa-desa hinterland atau

wilayah sekitamya melalui pengembangan ekonomi, tidak 1erbatas pada pelayanan

sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian

(on farm dan off.farm), industri kecil, pariwisata,jasa pelayanan, dan lain-lain.

Kota pertanian (agropolitan) berada dalam pemasok hasil pertanian (sentra

produksi pertanian). Kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap

mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya, dengan batasan tidak ditentukan

oleh batasan administrasi pemerintahan ( desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten),

tetapi ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan demikian,

bentuk dan luasan kawasan agropolitan dapat meliputi satu wilayah desa/kelurahan

atau kecamatan atau beberapa kecamatan dalam kabupaten/kota atau dapat menembus

wilayah kabupaten/kota dapat juga meliputi wilayah yang dapat menembus wilayah

(34)

Kota pertanian dalam konsep agropolitan ini bukan membentuk kota baru

pertanian tetapi merupakan program pengembangan suatu daerah pertanian menjadi

kawasan terpadu. Kawasan terpadu yang dimaksud di sini adanya kegiatan

agribisnis. Konsep agropolitan dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan (www.Rudyct trypot, 2004)

Keterangan :

0

·· ..

...

Kota Sedang/Besar

Kota Kecil/Pusat Regional

Sentra Produksi

Pengumpul Bahan Baku

Penghasil Bahan Baku

Jalan dan dukungan Sarana Prasarana

Batas Kawasan Budidaya

Batas Kawasan Agropolitan

DPP Desa Pusat Pertumbuhan

[image:34.595.33.446.140.510.2]
(35)

Menurul Nasoetion dalam Sudaryanto dan Rusastra (2000:56), konsep

t.,!;ropolitan terdiri dari beberapa hal, yaitu:

I. Pengembangan kota-kota berukuran kecil sampai sedang d'engan jumlah penduduk

maksimum 600.000 jiwa dan luas maksimum 30.000 ha (setara dengan kola

kabupaten).

2. Daerah belakang (pedesaan) dikembangkan berdasarkan konsep perwilayahan

komoditas yang menghasilkan satu komoditas/bahan menr.ah utama dan beberapa

komoditas penunjang sesuai denp,an kebutuhan.

3. Pada daerah pusat pe1tumbuhan (kota) dibangun agroindustri terkait, terdiri atas

bcbcrapa pcrusahaan. sehingga tPrdapat kompetisi yang sehat.

4. Wilayah pedesaan didorong untuk membentuk satuan-satuan usaha yang optimal,

yang selanjutnya diorganisasikan dalam wadah koperasi, perusahaan kecil dan

menengah.

Ciri-ciri kawasan agropolitan menurut Depaitemen Pertanian (2003: 6) adalah

sebagian kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian

atau agribisnis, adanya keterkaitan antara kota dengan desa yang liersifat

interdependensi, dan suasana kchidupan masyarakat di kawasan agropolitan yang

mirip dcngan suasana di perkotaan.

Bcberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan suatu kawasan

sebagai ka\vasan agropolitan :

I. Budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan J,esa terjamin. Memiliki

(36)

komoditi pertanian yang dapat dipasarkan (komoditi unggulan) serta berpotensi

atau telah berkembang divesifikasi usaha komoditas unggulan.

2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk

mendukung perkembangan sistem dan 11Saha agribisnis.

3. Memiliki berbagai sarana dan prasarana umum yang memadai (transportasi, listrik,

telekomunikasi, lernbaga perbankan, diklatlpenyuluhan, penelitian dan

pengembangan, dan lain-lain).

4. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial

maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin. (www.Bapeda

Banten.go.id).

Pengembangan kawasan agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis

pertanian di kmvasan agribisnis, dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan untuk

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribsnis yang berdaya saing, berbasis

kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi digerakan oleh masyarakat dan

difasilitasi oleh Pemerintah.

Pendampingan kepada masyarakat sangat diperlukan untuk membantu

program pengembangan agropolitan selain dari pemerintah sendiri yang dilakukan

secara terarah dan terkoordinasi. Pendampingan atau pemberian konsultasi kepada

masyarakat, terutama petani dan pelaku agribisnis lainnya dilakukan oleh tim

pemandu yang terdiri dari petugas/penyuluh pertanian, tokoh masyarakat. Bagan

organisasi pendampingan agropolitan dapat dilihat pada gambar 3.

(37)

BセャI[ヲゥGZfZBGyGGGBGGGGG@

セ@

Kooru1-·

-セ@ Hub.Iiri

Palm= fu :'lnpl Kootl

SW:Pdga

[image:37.595.45.451.100.473.2]

-<:-.·)>

Fa<ilit&i&kaja-"'""

Gambar 3 : Bagan Organisasi Pendampingan Agropolitan(www.Deptango.id, 2004)

Program agropolitan merupakan program pembangunan wilayah pertanian

yang konsep pembangunannya berasal dari pemerintah pusat yaitu Departemen

Pertanian khusus untuk wilayah di tingkat Kabupaten. Berdasarkan buku Pedoman

Pengembangan Kawasan Agropolitan (Departemen Pertanian, 2003:34) kelancaran

dan keberhasilan program ini hams dilakukan dengan baik melalui fasilitas dan

kerjasama baik antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten. Untuk itu di setiap

tingkatan dibentuk tim kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari dinas/instansi terkait

dalam program agropolitan. Pokja ini bertindak sebagai pos simpul koordinasi

(posko ). Posko sebagai pengolah informasi agar tugas, fungsi pokja berjalan dengan

baik. Untuk memberikan bimbingan kepada masyarakat baik pada subsistem on

farm maupun off farm dilakukan oleh pemandu lapangan yang diketuai oleh

!coordinator lapangan. Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai

penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di Japangan.

(38)

koordinator lapangan. Koordinator lapangan dan pemandu bertugas sebagai

penyuluh pertanian yang membantu tim pokja di lapangan.

2.1.4. Lingkungan Organisasi

Organisasi menu rut Robbins dan Coulter ( 1999:4-8) adalah pengaturan

orang-orang secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan, lingkungan

organisasi merupakan kumpulan semua faktor yang terdapat baik di dalam maupun di

luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi dalam mencapai

sasaran dan tujuannya.

Lingkungan organisasi dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu lingkungan

eksternal dan internal. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

lingkungan jauh dan lingkungan industri.

Lingkungan jauh organisasi/perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang ada

di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan industri lebih mengarahkan pada

aspek persaingan dimana organisasi/perusahaan berada. Sedangkan, lingkungan

internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam organisasi.

Lingkungan industri dalam penelitian ini tidak dibahas karena yang menjadi

fokus penelitian ini adalah program pengembangan wilayah yang berbasis agribisnis

dengan tujuan utama dari pogram ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Analisis lingkungan industri lebih kepada

analisis untuk mengetahui bagaimana kedudukan perusahaanlorganisasi dengan

(39)

tujuan akhirnya adalah keuntungan usaha, peningkatan penjualan dan pangsa pasar

yang dapat diserap perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing.

Faktor-faktor utama yang diperhatikan dalam lingkunganjauh adalah:

I. Faktor politik dan ekonomi

Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah meryadi faktor penting bagi

para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan

berdampak negatifbagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya.

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi kegiatan suatu

usaha. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk iklim berbisnis. Oleh

karena itu, pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya agar lebih baik.

2. Kondisi sosial dan budaya

Kondisi sosial masyarakat selalu berubah-rubah. Perusahaan/organisasi harus

dapat mengantisipasi perubahan sosial dan budaya yang dapat mempengaruhi

kondisi perusahaan/organisasi. Kondisi sosial dan budaya sepe1ti gaya hidup,

adat istiadat, dan kebiasaan orang-orang di luar perusahaan/organisasi.

3. Teknologi

Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang pesat, baik di bidang bisnis

maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis. Sctiap kegiatan usaha yang

diinginkan untuk berjalan terus-menerus hams selalu mengikuti perkembangan

(40)

teknologi yang dapat diterapkan pada produk atau jasa. Contoh teknologi dalam

bidang agribisnis seperti sistem kultur jaringan.

Analisis Jingkungan internal bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan organisasi. Faktor-faktor fungsional dalam organisasi adalah :

I. Fungsi Manajemen

Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan yang

mernpakan fungsi dari manajemen sangat diper!ukan dalam suatu organisasi

sehingga dapat melakukan kegiatan organisasi secara terarah untuk mencapai

lujuan yang diinginkan.

2. Keuangan

Dana dibutuhkan dalam operasional orgamsas1. Faktor-faktor yang perlu

diperhitungkan adalah : kemampuan organisasi memperoleh dana jangka pendek

dan jangka panjang, hubungan baik dengan penanarn modal dan pemegang

saham, struktur modal kerja, harga jual produk, dan sistcm akntansi yang handaL

Alokasi dana suatu organisasi digunakan untuk kebutuhan investasi, modal kerja,

biaya tetap dan biaya variabel untuk kegiatan !!Saha suatu organisasi/ per=haan.

3. Sumberdaya Manusia

Manusia merupakan sumberdaya terpenting bag1i perusahaanlorganisasi.

Sumberdaya mmmsia yang berkualitas akan mendukung kemajuan suatu

organisasi/perusahaan. Organisasi/perusahaan perlu melakukan

pelatihan-pelatihan pada karyawannya untuk meningkatkan etos kerja karym.van tersebut.

(41)

proses, output berupa informasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Lingkungan organisasi digambarkan pada gambar 4.

Lingkungan Jauh :•_

-Hukum

Lingkungan lndustri :

Pemerintahan Politik

Suppliers Pesaing

----Lingkungan

iョエ・イセ@

Manajemen, Keuangan ) SDM, Produksi

Pemasaran R&D

Sistem lnformasi

Pembeli arang Subtitusi

Demografi Sosial,Budaya

Stakeholder

Ekonomi Teknologi

Gan1bar 4: Lingkungan ekstemal dan internal organisasi (Umar, 2003)

Lingkungan organisasi perlu dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor

peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi kinerja dan

kemajuan organisasi. Perubahan yang terjadi karena pengaruh dari lingkungan

(42)

eksternal dan internal organisasi dilakukan dengan menerapkan konsep manajemen

strategi dalam sebuah organisasi.

2.1.5. Manajemen Strategi

Manajemen menurut Hamel dan Prahald dalam Umar (2003:31) adalah proses

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan agar diselesaikan secara efisien

dan efektif melalui orang lain. Sedangkan, strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

Dengan demikian, strategi dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari

apa yang terjadi.

Jauch dan Glueck (1998:9) mendefinisikan strategi sebagai rencana yang

disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan

dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan

utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

Jadi, strategi dapat diartikan sebagai penentuan rencana atau taktik yang berfokus

pada tujuan jangka panjang disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana

agar tujuan tersebut dapat dicapai.

David (2004:5) mengartikan manajemen strategi sebagai seni dan

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan

(43)

strategi selalu berorientasi tindakan, bergerak sepanjang waktu dan kegiatan-kegiatan

yang terns berjalan merespon perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan

bisnis.

Manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson (1997:20) sebagai

sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan pernmusan (formulasi) dan

pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang 、ゥイ。ョᄋセ。ョァ@ untuk mencapai

sasaran-sasaran perusahaan.

Manajemen strategi secara umum dapat diartikan sebagai pemyataan yang

fokus pada aktivitas kegiatan usaha apa yang akan dilakukan di masa depan dengan

membuat serangkaian keputusan dan tindakan yang dilakukan melalui perumusan

visi, misi serta tujuan organisasi lalu mengimplementasikan dan mengevaluasi

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat mencapai sasaran yang ingin

dicapai. Manajemen strategi didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi

seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan eksternal dan

internal sehingga dapat melakukan perubahan tepat waktu.

2.1.6. Model Manajemen Strategi

Model manajemen strategi merupakan alat untuk menggambarkan,

mempelajari dan menerapkan proses manajemen strategi di dalam suatu

organisasi/perusahaan. Dengan kata lain, model manajemen strategi merupakan

(44)

organisasi. Salah satu model manajemen strategi dapat diHhat pada gambar 5 di

bawah ini.

Develop Craft a

u-,

Monitor,

a Strategic Set Strategy to And Evaluate,

Vision and Objective Achieve セ・」オエ・@ and Take

Mision Objective ·ategic

Corrective

Action

Revise as Revise as Improve/ Gprove/ Recyleas

[image:44.595.12.473.152.477.2]

Needed Needed Change hange Needed

Gambar 5: Model Manajemen Strategi (Thompson, 2001)

Model manajemen strategi menurut Thompson (2001:7) terdiri dari

mengembangkan visi dan misi strategi, menetapkan tujuan, menentukan dan

menjalankan strategi untuk mencapai tujuan, melaksanakan strategi serta melakukan

evaluasi basil kerja dan bagaimana memperbaiki kegiatan yang telah dilakukan jika

tujuan yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana dengan mengubah strategi. Model

ini tidak menjamin sukses, tetapi menggambarkan pendekatan yang jelas dan praktis

untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi.

Manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Suatu perubahan

dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa perubahan pada

(45)

atau mengembangkan pelaksanaan dan evaluasi strategi harus dilaksanakan secara

terus-menerus, bukan hanya di akhir tahun atau setengah tahun sekali.

2.1.7. Jenis AlternatifStrategi

Organisasi atau perusahaan mempunyai stategi dalam berusaha. Strategi

orgamsas1 m1 berbeda-beda antara industri, antar perusahaan atau organisasi, dan

antar situasi.

Alternatif strategi ditetapkan setelah para pengambil keputusan menganalisis

SWOT Hasil dari analisis tersebut mendorong pengambil kebijakan untuk

menampilkan beberapa macam strategi yang mungkin dapat dipakai. David

(2004:46-57) membagi alternatif strategi tersebut sebagai ba1ikut:

a. Strategi intensif/pertumbuhan terdiri dari kegiatan yang berupa penetrasi

pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar

berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada

di pasar lewat usaha pemasaran yang lebih gencar. Strategi pengembangan

pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa yang sudah ada ke wilayah

geografi barn. Pengembani,>an produk adalah stratei,>i yang mencari

peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau

jasa yang sudah ada.

b. Strategi diversifikasi merupakan strategi yang bertujuan untuk memperluas

usaha dengan cara menambah pmduk atau jasa barn. Strategi ini umumnya

dilakukan karena perkembangan usaha yang dilakukan sudah maju.

(46)

c. Strategi penghematan lebih merupakan kemunduran dan kegagalan dari

kemajuan. Strategi ini dilakukan karena terpaksa, ketika sasaran yang

dikehendaki tidak dapat direalisasikan dengan tujuan efisiensi ke1ja.

d. Strategi akusisi dan merger. Akusisi dilakukan jika satu organisasi

memperoleh tambahan satu atau lebih unit kerja yang semula berada di luar

kegiatan operasionalnya. Merger merupakan penggabungan dua atau lebih

organisasi menjadi satu.

e. Strategi likuidasi berarti menghentikan semua aktivitas organisasi. Strategi

ini dilakukan karena suatu organisasi tersebut tidak mampu lagi melanjutkan

usahanya, mengalami kemunduran usaha.

2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Analisis dan pemilihan strategi, termasuk membuat keputusan-keputusan

didasarkan pada infonnasi obyektif. Untuk mendapatkan strategi yang dianggap

baik, perencanaan strategi berpedoman pada model manajem1:n strategi yang dimulai

dengan mengembangkan visi, misi, tujuan, bersama-sama dengan informasi hasil

analisis lingkungan ekstemal dan internal, sehingga dapat dijadikan dasar untuk

menghasilkan dan mengevaluasi altematif strategi dan prioritas strategi.

Penelitian ini bert{.\juan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal

pengembangan agropolitan sehingga dapat merumuskan altematif strategi dan

(47)

Pertama yang hams diketahui adalah v1s1, m1s1, tujuan pemerintahan

Kabupaten Pandeglang yang berhubungan dengan Pengembangan Agropoiitan di

Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya, mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat

menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan

agropolitan Kabupaten Pandeglang. Hal 1111 diperlukan untuk melakukan tahap

analisis lingkungan eksternal dan internal.

Hasil identifikasi fak"tor-faktor strategis tersebut kemudian dipetakan dalam

matriks EFE dan JFE lalu dilakukan pembobotan dan peringkat pada faktor-faktor

strategis baik faktor eksternal maupun internal dalam pengembangan agropolitan di

Kabupaten Pandeglang. Hasil pembobotan dikalikan peringkat diperoleh skor.

Untuk mengetahui alternatif strategi dalam pcngembangan agropolitan

dilakukan melalui analisis SWOT. Sedangkan, untuk prioritas strategi yang dapat

direkomendasikan dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang

menggunakan matriks QSPM. Secara ringkas kerangka pemikiran konseptual dapat

dilihat dalam gambar 6.

(48)

Visi dan Misi Pengembangan

Agropolitan Kabupaten Pandeglang

]

Analisis Faktor EksternaJ dan Internal Penge1nbangan Agropolitan

Visi dan Misi

Kabupaten

J,

J_

Pandeglang

F. Eksternal F. Internal

(Analisis PEST) (Analisis Fungsional)

Politik dan Pemerintahan Manajemen, SDM

Ekonomi Keuangan, Produksi

Sosial,Budaya Penelitian dan

Teknologi Pengembangan

Sistem Informasi Manajemen

1:

1

Ekstemal Factor Evaluation

IL"

GMmセGBGGB@

Matrixs Matrixs

(EFE Matriks) (JFE Matrixs)

J,

r

Matriks

セ@

!

[image:48.595.28.432.136.596.2]

Prioritas Strategi Pengembangan Agropolitan (Matriks QSPM)

(49)

BAB HI

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktn Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten, selama

tiga bulan, dari Bulan Mei sampai Juli 2004. Pemilihan lokasi berdasarkan

pertimbangan bah\va Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu kaw-asan yang

ditetapkan sebagai kawasan program agropolitan berdasarkan SK Bupati Kabupaten

Pandeglang Nomor 520/Kep.378-Huk/2003.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

menggunakan pendekatan konsep-konsep manajemen strategi. Metode deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang diteliti

tanpa membuat perbandingan, atau menglmbungkan dengan variabel yang lain

(Sugiyono, 2002 : 11 ).

3.3. Jenis d:m Samber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pnmer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan dafi:ar pertanyaan (kuisioner)

(50)

Responden dalam penelitian ini terdiri dari :

I. Drs. H. Endjang Sadina., M.Si (Ketua Pengembang:rn Agropolitan Kabupaten

Pandeglang, Asisten Setda Bi dang Ekonomi).

2. Ir. Supriyana, Dipl,HE (Kepala Bappeda Kab. Pandeglang)

3. Ir. Atep Asmita Walujadi, MM (Kepala Dinas Pertanian Kab. Pandeglang)

4. Ir. Yepi Suherman (Kasubdin Peru:mian dan Kehutanan Kab. Pandeglang)

5. Ir. Winarno (Kepala Seksi Penyebaran Ternak Kab. Pandeglang)

6. Boyke Pribadi, S.Si (Akademisi, FE. Universitas Sultan Agung Tirtayasa)

7. H. Undang (Sekretaris Asosiasi Pengrajin Emping)

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Pertanian, BPS serta studi

literatur lainnya. Untuk membantu memaparkan hasil analisis, infonnasi akan

disajikan dalam bentuk tabel maupun matriks sesuai den!o,>an hasil yang diperoleh.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan infom1asi yang terkumpul diolah dan dfanalisis secara kualitatif

maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengembangkan alternatif

strategi dalam pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Dalam

penelitian ini penentuan alternatif strategi mengunakan matriks SWOT dan untuk

prioritas strategi menggunakan matriks QSPM.

(51)

Perumusan strategi ini dilakukan melalui tiga tahap: pada tahap pertama

menggunakan analisis matriks EFE dan IFE, tahap kedua menggunakan matriks

SWOT untuk perumusan strategi, tahap ketiga untuk mengetahui prioritas strategi

menggunakan matriks QSPM.

3.4.1. Analisis Matriks Eksternal (EFE) dan Matriks Internal (JFE)

Analisis matriks E>:ternal Factor Evaluation (EFE) dan internal Factor

Evaluation (IFE) merupakan input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

Analisis matriks EFE dan IFE didapat melalui ana!isis lingkungan eksternal dan

internal. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menganalisis faktor politik,

ekonomi, sosial, budaya, demoi,>rnfi dan teknologi atau disebut (PEST) dan

analisis lingkungan internal dengan menggunakan analisis fungsional yang terdiri

dari fungsi manajemen, keuangan, prnduksi, sumberdaya manusia dan sistem

informasi manajemen.

I. Identiiikasi Faktor Ek.sternal dan Internal Organisasi

Identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan mendaftarkan semua variabel

yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan agrnpolitan di Kabupaten

Pancleglang. Semua peluang cliclaftarkan terlebih clahulu, baru kemudian didaftarkan

(52)

ldentifikasi fal1:or internal dilakukan dengan rnendaftarkan sernua variabel

yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Semua kekuatan

didaftarkan terlebih dahulu, baru kemudian didaftarkan kelemahan. Data eksternal

dan internal diperoleh dari wawancara dengan pihak yang mengetahui dan memahami

pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang. Hasil kedua identifikasi

faktor-faktor ekstemal dan internal selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.

2. Penentuan Bobot Setiap Variabel.

Penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan identifikasi faktor eksternal

dan internal kepada pihak-pihak yang mengetahui clan memahami masalah

pengembangan agropolitan di Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan metode

Paired Comparison (Kinnear, 1991: 250).

1v1etode ini digunakan untuk n1emherika_n peniiaian lerhadap bobol sctiaµ

faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukan bobot setiap variabel

digunakan skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan untuk ー\セョァゥウゥ。ョ@ kolom adalah:

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripacla indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada label l .

(53)

Tabel I. Penilaian Bobot Faktor Ekstemal dan Internal Pengembangan Agropolitandi Kabuoaten Pandeglam

Faktor Eksternal A B

---

Total

____ 3

A

-B

:=J

---Total

Faktor Internal A B

---

Total

-A

B

---Total

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai sctiap variabel

terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rum us :

Ketcrangan :

O:i

= bobot variabc! ォ」セゥ@

'lJ

= nilai variable kc-i

n :i = 1,2.3 ... n

I

n = banyaknya variabe!

i=i

Kinnear ( 1990:250)

3. Penentuan Peringkat

Penentuan peringkat oleh pihak manaJemen organisasi dilakukan terhadap

variabel-variabel dari basil analisis lingkungan organisasi. Untuk mengukur

masing-masing variabel terhadap kondisi lingkungan organisasi digunakan skala 1.2.3 dan 4

terhadap masing-masing faktor eksternal dan internal sehingga dapat diketahui

seberapa efcktif stratcgi organisasi saat ini.

[image:53.595.32.447.100.513.2]
(54)

Untuk matriks EFE, skala nilai peringkat yang digunakan adalah :

I = Rendah, respon kurang

2 = Sedang, respon sama dengan rata-rata

3 = Tinggi. respon diatas rata-rata

4 = Sangat tinggi, respon superior

Untuk matriks JFE, skala nilai peringkat yang digunakan yait11 :

1 =Kelemahan utama

2=Kelemahan kecil

3= Kekuatan kecil

4=Kekuatan utama

Nilai dari pembobotan tersebut dikaLkan dengan peringkat pada tiap faktor

dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan ;ecara vertikal untuk memperoleh nilai

pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan nilai analisis

organisasi dalam matriks.

Matriks EFE, total nilai yang dibobot antara 1.0 - 4.0 dengan rata-rata 2.5.

Total nilai 4.0 menunjukan organisasi sccara efektif mcmanfoatkan pcluang yang ada

dan meminimalkan ancaman eksternal. Sedangkan. total nilai 1.0 tidak dapat

memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada ( David, 2004: 132).

Matriks JFE, total nilai yang dibobot antara 1.0-4.0 dengan rata-rata 2.5.

Total nilai di atas 2.5 menunjukan kondisi internal organisasi yang kuat. Sedangkan.

jika di bawah 2.5 menunjukan posisi internal yang lemah. Tabel matriks EFE dan

(55)

Tabel 2 Matriks EFE dan Matriks !FE

Faktor Eksternal Bo bot Rating Total Nilai

Peluan2 1. 2. dst An ca man 1.

2. dst

--Faktor Internal Bo bot Ra tin!:! Total Nilai

Kekuatan f

-1.

2. dst Kelemahan 1.

2. dst

3.4.2 Analisis Matriks SWOT

Analisis SWOT mernpakan alat pencocokan yang penting untuk membantu

pihak-pihak dalam organisasi menghasilkan empat tipe strategi : strategi SO, strategi

WO, strategi ST, strategi WT. Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal

kunci mempakan

Gambar

Tabel I : Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal ......................................
Tabel 2C: Jumlah Populasi Temak di Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 ............ 76
Gambar 2: Konsep Pengembangan Agropolitan ..................................................
Gambar I : Sistem Agribisnis dan Lembaga P<munjang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang kami kembangkan yaitu Case Based Reasoning diagnosis Hama dan Penyakit Tanaman nilam menggunakan metode Nearest Neighbor (Adawiyah, 2018) dengan

Keadaan sosial ekonomi keluarga ternyata mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak.Apabila perekonomian keluarga cukup maka lingkungan material anak

Tahap-tahap kegiatan pada setiap siklus PTK adalah tahap perencanaan (rencana tindakan), implementasi (pelaksanaan tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi yang diikuti

(2) Perangkat Desa yang meninggalkan tugas selama 60 (enam puluh) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana

Kemudian jika pengguna sudah keluar dari toilet dan sensor PIR tidak lagi mendeteksi, maka lampu mati dan Motor Servo akan menarik flapper sehingga air bisa mengalir.. Setelah

Petugas Apotekmenginput ulang Menyimpan data obat ke sistem dan menampilkan verifikasi. Kondisi Akhir Data obat tersimpan ke dalam sistem. Input obat hanya dapat dilakukan

Nilai inisial untuk optimisasi lokal dengan Solver didapatkan dari dari 7 kombinasi variabel yang memenuhi batasan pada optimisasi global. Dari hasil optimisasi

Berdasarkan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas tentang peningkatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas II SDN Keper Krembung melalui model