NISHI SUMATORA KOKUMIN NO ASOBI NO
“GASHIAN”
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
MAHDI REZA NIM 062203077
Pembimbing Pembaca
Alimansyar, S.S Hj. Muhibbah, S.S
NIP.132 313 750 NIP.
Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian pendidikan Non-Gelar Fakultas Sastra USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
NISHI SUMATORA KOKUMIN NO ASOBI NO
“GASHIAN”
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
MAHDI REZA NIM 062203077
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA
BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN
Disetujui Oleh
:Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi D3 Bahasa Jepang Ketua,
Adriana Hasibuan,S.S., M,Hum. NIP. 131662152
PENGESAHAN
Disetujui Oleh :
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan, untuk Melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III Bidang Studi Bahasa Jepang
Pada : Tanggal : Hari :
Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. NIP. 132098531
Panitia :
No Nama Tanda Tangan
1. Adriana Hasibuan,S.S.,M.Hum. ( )
2. Alimansyar, S.S ( )
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, sebagai syarat
untuk memenuhi tugas akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara. Tugas karya ini berjudul “GASIANG PERMAINAN
RAKYAT SUMATERA BARAT”.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini tidak seutuhnya sempurna, baik dari
segi isi maupun redaksi. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
kepada pembaca sekalian dan penulis juga mengharapkan partisipasi pembaca dalam
bentuk kritik dan saran agar tulisan ini lebih bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Dalam kertas karya ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak yang cukup benilai harganya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alimansyar, S.S selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada
penulis, sampai kertas karya ini dapat diselesaikan.
5. Seluruh Staff pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
6. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, (Almh) Ibunda Meliarti dan
Ayahanda M. Ilyas S yang telah memberikan doa dan dukungannya. Juga
kepada kakanda-kakanda tercinta Ika Asmara dan Lia Jelita yang telah
menyalurkan dana segarnya. Terimakasih atas semua dukungan dan doa yang
telah dipanjatkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
7. Tidak lupa penulis juga ingin mengucapkan rasa banyak terimakasih kepada
Megaria Sukmawati Putri dan juga anak-anak gang sempit; Faisal azhari, Yudi
Suganda, Ahmad Fadly, Finda, Paima Leonard Silaen, Rifki Rifauzi, Bayu
Samudera, Filio Tito Utama, Uci Agustina, Husnul Khotimah Lubis, Dicky,
Idrus Sardi (BAKA), dan segenap keluarga besar Hinode. Akhir kata penulis
memohon maaf kepada para pembaca atas segala kesalahan ataupun
kekurangan dalam pengerjaan kertas karya ini, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT.
Medan, Juli 2009 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ………. iii
BAB I PENDAHULUAN……….1
1.1Alasan Pemilihan Judul………... 1
1.2Tujuan Penulisan………..1
1.3Pembatasan Masalah………....………2
1.4Metode Penelitian………...……...2
BAB II GAMBARAN UMUM……….3
2.1 Permainan Tradisional……….3
2.2 Latar Belakang……….4
2.2.1 Latar Belakang Sosial Budaya………4
2.2.2 Latar Belakang Sejarah Perkembangannya………5
BAB III “GASIANG” PERMAINAN RAKYAT SUMATERA BARAT……….……6
3.1 Peserta / Pelaku……….……..6
3.2 Peralatan dan Perlengkapan Permainan……….…….7
3.3 Jalannya Permainan……….……8
3.4 Perannya Masa Kini……….………..11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……….12
4.1 Kesimpulan………12
4.2Saran………...……12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Di setiap daerah diseluruh Indonesia terdapat banyak permainan rakyat
tradisional yang beranekaragam. Masing-masing daerah memiliki permainan rakyat
tradisional yang khas. Ada juga yang memiliki kesamaan dalam permainan rakyat
tradisional ini. Tetapi di masing-masing daerah memiliki ciri khas perminan yang
berbeda-beda, baik itu bentuk maupun cara bermainnya. Salah satu daerah di
Indonesia yang memiliki banyak permainan rakyat tradisional yaitu daerah
Sumatera Barat.
Gasing adalah salah satu dari sekian banyak permainan rakyat tradisional yang
tersebar secara luas di daerah Sumatera Barat, baik di desa maupun di kota. Jenis
permainan ini sangat populer dan digemari, terbukti dengan tersebar luasnya
permainan ini dikalangan masyarakat banyak.
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk membahas tentang
gasiang ini, kemudian menuangkan hasil bahasannya kedalam kertas karya ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat “Gasiang Permainan Rakyat Sumatera
Barat” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperkenalkan salah satu permaianan rakyat yang ada di Sumatera
Barat.
2. Untuk menambah wawasan baik terhadap pembaca maupun penulis tentang
3. Melengkapi persyaratan untuk dapat lulus dari D3 Bahasa Jepang
Universitas Sumatera Utara.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai gambaran umum tentang
Gasiang, seperti cara bermain, peserta, dan perlengkapannya.
1.4 Metode Penelitian
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu
pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku sebagai referensi yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini.
Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum untuk kemudian didekskripsikan ke dalam
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Permainan Tradsional
Gasiang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti “gasing” dalam bahasa
Indonesia. Gasiang yaitu alat permainan yang terbuat dari kayu dan dapat diputarkan
dengan tali.
Gasiang termasuk permainan yang berlangsung secara musiman dan dilakukan
secara periodik atau pada waktu-waktu tertentu. Artinya dalam satu periode bisa
bertahan selama satu bulan atau lebih dan sesudah itu tidak dimainkan lagi, sama saja
dengan musim layang-layang. Tapi pada waktu dan peristiwa main itu muncul kembali,
hampir serempak anak-anak memainkannya, setelah diselingi dengan permainan dalam
bentuk yang lain.
Berhubung jenis permainan ini adalah permainan anak-anak usia sekolah, maka
waktu penampilannya terutama disaat anak-anak libur atau pada hari-hari besar lainnya.
Pada masa-masa tersebut kelihatanlah anak-anak berkelompok-kelomok dengan
asyiknya bermain di pekarangan rumah atau di halaman-halaman sekolah yang terdekat.
Pada umumnya waktu yang tepat bagi mereka untuk bermain adalah pada sore hari
menjelang waktu Ashar dan Magrib.
Salah satu keuntungan dari sifat rekreatif, kompetitif permainan ini adalah
mendidik anak-anak hidup bermasyarakat sambil menjalin hubungan kerja sama antar
sesamanya. Disamping itu juga mereka secara tidak langsung diajar berkompetisi secara
Dalam perkembangannya, permainan gasing digunakan sebagai sarana
menanamkan nilai kerjasama dan kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan,
sportivitas, nilai prestise, dan nilai ekonomi.
2.2 Latar Belakang
Permainan ini berlaku umum dan dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa melihat
latar belakang sosialnya. Oleh karena itu tidak ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebelum melakukan permainan ini. Dengan kata lain permainan ini berlaku untuk semua
orang.
2.2.1 Latar Belakang Sosial Budaya
Indonesia yang terdiri bermacam-macam suku bangsa dan kebudayaan,
merupakan perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial
budaya. Corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya
bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya seluruhnya.
Permainan gasiang merupakan permainan masyarakat dan suku-suku
bangsa di Indonesia yang sudah ada sejak dahulu kala, tetapi mungkin cara,
bahan dan namanya saja yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah. Kalau
memang permainan ini ada pada seluruh suku bangsa di Indonesia, maka
gasiang merupakan unsur yang sama dalam kebudayaan kita. Di Sumatera Barat
permainan ini pada masa dahulu dan sekarang sama saja, penyelenggaraannya
tidak dilakukan oleh golongan-golongan tertentu saja dalam masyarakat, tetapi
semua golongan boleh melakukannya tanpa membedakan kelas-kelas sosial
anak-anak usia sekolah tanpa memandang derajat dan tingkat, kaya, miskin,
petani, pengusaha, bangsawan, semuanya boleh ikut serta.
2.2.2 Latar Belakang Sejarah Perkembangannya
Khusus dalam main gasiang, generasi sekarang menghadapi tantangan
yang berat untuk mengungkapkan sejarahnya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya data yang diperlukan baik secara tertulis maupun
peninggalan-peninggalan yang ada. Oleh karena itu satu-satunya sumber yang dapat
membantu memecahkan masalah tersebut adalah informasi yang diperoleh dari
orang tua- orang tua yang masih hidup.
Di antara mereka ada yang mengalami secara langsung atau menghayati
dan memahami, sehingga dari informasi itu diperoleh sedikit pengetahuan yang
dapat memberi tafsiran tentang main gasiang tersebut. Dari pengalaman masa
lalu itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis permainan ini telah lama usianya.
Bahkan sebagai salah satu bentuk tingkah laku masyarakat sudah barang tentu,
permainan itu lahir bersamaan dengan masyarakat pendukungnya. Namun yang
jelas fakta telah membuktikan bahwa permainan itu sampai sekarang hidup
BAB III
“GASIANG” PERMAINAN RAKYAT
SUMATERA BARAT
3.1 Peserta / Pelaku
Main gasiang ini selain sifat rekreatif yaitu sebagai hiburan bagi pesertanya,
juga bersifat kompetitif, dipertandingkan. Tetapi sifat kompetitifnya tidaklah
bertujuan memperebutkan juara dan memperoleh hadiah-hadiah tertentu dalam
permainan, tetapi hanya bersifat ketangkasan dalam memainkan gasiang itu saja.
a. Jumlah Pelaku
Jumlah pelakunya dalam main gasiang tidak terbatas melainkan tergantung
pada anak yang ingin ikut bermain. Tetapi dalam pengamatan yang sering
dilakukan, maka peserta paling minimal dua orang.
b. Usia Pelaku
Mengenai usia anak-anak yang ikut main gasiang berumur dari 6 sampai 14
tahun. Jadi dalam kelompok anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar
sampai Sekolah Menengah Pertama, yang masih haus dalam segala bentuk
permainan. Dengan pengertian bahwa permainan ini tidak dilarang bagi
orang-orang dewasa. Siapa saja boleh mencoba bermain gasiang.
c. Jenis Kelamin
Permainan ini hanya kebanyakan dilakukan oleh anak laki-laki, jarang anak
perempuan yang ikut main. Ini disebabkan karena untuk membuat gasiang
memerlukan keterampilan khusus yang membutuhkan tenaga. Begitu juga ketika
juga mengandung bahaya, kalau tidak hati-hati dalam melemparkannya akan
kena gasiang itu sendiri yang bagian bawahnya di beri paku yang runcing.
3.2 Peralatan dan Perlengkapan Permainan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didaerah Sumatera Barat ini
terdapat berjenis-jenis bentuk gasiang yang dibuat dari berbagai bahan antara lain:
1. Gasiang dari kayu
2. Gasiang dari buah pinang
3. Gasiang dari seng
4. Gasiang dari bambu
5. Gasiang dari tengkorak
Dari berbagai jenis bentuk gasiang yang disebut diatas, kecuali gasiang
tengkorak semuanya adalah permainan untuk anak-anak. Permainan ini tidak
memerlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya :
- Sepotong kayu yang keras untuk dibuat gasiang
- Paku untuk bagian bawah gasiang
- Tali atau benang kasar untuk memainkannya
- Cat untuk memberi warna gasiang itu
- Tempat bermain ditanah yang keras dan tidak ditumbuhi rumput, luasnya
paling kurang 2x2 meter persegi.
Sebelum bermain tentu saja harus ada persiapan, baik berupa sarana maupun
prasarana. Sarananya adalah gasiang dan benang untuk memainkannya.
Prasarana adalah tempat bermain yaitu lapangan tanah yang tidak berbatu, dan
tidak berumput, serta datar. Dan terakhir yang penting adalah anak-anak yang
akan ikut bermain gasiang. Biasanya anak-anak yang ikut bermain itu sebelum
bertanding harus melatih diri sendiri, bagaimana cara melemparkan gasiang
supaya hidup. Tanpa latihan tentu mengalami kesulitan dalam bermain. Orang
yang tidak pandai memainkan gasiang, akan menyebabkan gasiang itu sering
mati dan kurang lama hidupnya (berputar). Oleh sebab itu latihan adalah penting
sebelum kita ikut main yang sesungguhnya.
b. Aturan Permainan
Adapun aturan permainannya adalah sebagai berikut:
1. Peserta harus memiliki gasiang.
2. Harus ada lingkaran yang luasnya paling kurang 30cm, tempat untuk
meletakkan gasiang.
3. Peserta tidak boleh panas hati dalam permainan.
4. Mempunyai gasiang cadangan.
c. Tahap-tahap permainan
Mula-mula dibuat sebuah lingkaran yang luasny 30cm. Dalam lingkaran
tersebut diletakkan sebuah kerikil atau putik jambu. Semua peserta boleh mulai
melemparkan gasiangnya ke sasaran putik jambu tersebut. Barang siapa yang
dapat mengeluarkan putik jambu yang ada dalam lingkaran itu, pada tahap
tersebut dialah yang menang, maka seluruh gasiang yang lain harus dimasukkan
Pemenang tersebut mulailah menghantamkan gasiangnya ke tumpukan
gasiang lawannya yang berada dalam lingkaran itu.biasanya dalam beberapa kali
lemparan saja, sudah ada gasiang yang kena dan terlempar ke luar dari garis
lingkaran itu. Kalau dalam lemparan itu gasiang lawannya kena dan keluar
semuanya, maka gasiang tersebut harus dimasukkan kembali semuanya.
Siapa gasiangnya yang tidak keluar dari sejumlah gasiang yang ada dalam
lingkaran itu, maka gasiang yang tinggal tersebutlah yang dihantam
bersama-sama. Siapa diantara lawan yang waktu memukul itu gasiangnya mati, dengan
arti kata tidak mau berputar, maka gasiang tersebut harus dimasukkan ke dalam
lingkaran tadi. Kalau dalam permainan itu ada gasiang yang pecah kena hantam,
maka peserta tersebut harus menukar gasiangnya dengan yang baru, kalau ingin
ikut terus bermain juga. Oleh sebab itu seorang peserta main gasiang harus
memiliki paling kurang dua buah gasiang. Demikianlah permainan itu berjalan
terus menerus sampai anak-anak tersebut menjadi bosan dan menghentikan
permainan atas kesepakatan bersama. Biasanya sesudah main itu,anak-anak
tersebut akan meneliti gasiang mereka masing-masing, berapa kali gasiang
tersebut kena hantam dalam permainan tersebut. Ini bisa saja dilihat berapa jejak
paku yang membekas pada gasiang mereka. Yang paling banyak jejak paku pada
gasiangnya, itulah yang dianggap kalah. Jadi permainan gasiang hanya sekedar
hiburan untuk anak-anak.
Ada juga main gasiang yang dipertandingkan lama hidupnya atau lama
berputarnya dalam satu kali lemparan. Kalau gasiang itu cepat matinya, maka
dengan taruhan. Taruhannya ada yang gasiang, kadangkala ada pula berupa
uang.
Siapa yang kalah harus menyerahkan gasiangnya kepada lawannya.
d. Konsekuensi kalah menang
Tidak ada konsekuensi bagi peserta yang kalah dalam permainan ini.
Permainan gasiang hanya merupakan hiburan saja untuk anak-anak dalam
memanfaatkan waktu senggangnya, serta mendidik mereka hidup bermasyarakat
tanpa memandang derajad dan tingkat. Hanya saja dalam permainan gasiang
yang mempertandingkan lama hidupnya, kadangkala diikuti dengan
taruhan-taruhan tersebut hanya berupa gasiang atau uang ala kadarnya.
Siapa yang kalah akan menyerahkan gasiangnya kepada yang menang.
3.4 Peranannya Masa Kini
Menurut data yang ada di masyarakat sekarang ini tampak dengan jelas
mana diantara jenis permainan yang telah musnah, setengah berkembang dan yang
hidup secara populer. Hal ini tergantung pada nilai-nilai yang ada pada permainan
itu sendiri. Artinya semakin tinggi nilai yang terkandung didalamnya dan
bermanfaat bagi masyarakat pendukungnya maka permainan ini akan berperan
terhadap masyarakat sekitarnya.
Dari penjelas diatas Gasiang masih tetap digemari walaupun banyak jenis
permainan baru yang muncul. Hal ini disebabkan karena jenis permainan ini
merupakan bagian dari nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Oleh karena itu peranannya sangat besar dalam masyarakat, terutama untuk
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Indonesia memiliki banyak permainan rakyat tradisional, salah satunya yang
ada di Sumatera Barat.
2) Gasing digunakan sebagai sarana menanamkan nilai kerjasama dan
kekompakan, nilai kejujuran, nilai keterbukaan, sportivitas, nilai prestise,
dan nilai ekonomi.
3) Merupakan salah satu permainan rakyat yang ada di Sumatera Barat, yang
dapat dimainkan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang latar belakang
sosial.
4) Gasiang merupakan alat permainan yang terbuat dari kayu atau plastik, yang
dimainkan dengan menggunakan seutas tali.
4.2 Saran
1) Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu
permaianan rakyat yang ada di Sumatera Barat yaitu Gasiang.
2) Penulis mengharapkan agar kita bisa lebih menghargai dan melestarikan
kebudayaan kita.
3) Penulis mengharapkan agar kita tidak terpengaruh dengan budaya barat
DAFTAR PUSTAKA
1. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Permainan Rakyat
Daerah Sumatera Barat, PD. Grafika Padang, 1981/1982.