UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI M E D A N
SKRIPSI
SISTEM AKUNTANSI PIUTANG DAGANG
PADA PEDAGANG BESAR FARMASI
PT.TRIDO ABED UTAMA MEDAN
Oleh:
NAMA : SERLY
NIM : 060522107
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI M E D A N
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : SERLY
N I M : 060522107
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : SISTEM AKUNTANSI PIUTANG DAGANG PADA PEDAGANG BESAR FARMASI PT. TRIDO ABED UTAMA MEDAN.
Tanggal ... Plt. Ketua Departemen Akuntansi
( Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak )
Tanggal ... Dekan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI M E D A N
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : SERLY
N I M : 060522107
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : SISTEM AKUNTANSI PIUTANG DAGANG PADA PEDAGANG BESAR FARMASI PT. TRIDO ABED UTAMA MEDAN.
Medan, Menyetujui Pembimbing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI M E D A N
Telah diuj pada Tanggal
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak Pembimbing : Drs. Syahelmi, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Sistem Akuntansi
Piutang Dagang pada Pedagang Besar Farmasi PT. Trido Abed Utama Medan”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan
skripsi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara..
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan 25 Oktober 2010
Penulis,
Serly
KATA PENGANTAR
Segala pujian, hormat dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Sistem Akuntansi Piutang Dagang pada Pedagang
Besar Farmasi PT. Trido Abed Utama”, disusun guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
pengarahan, bimbingan, dan bantuan dan kerja sama semua pihak yang telah turut
mambantu daam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM., Ak., selaku sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak., selaku dosen pembimbing, yang
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, MSi, Ak., dan Bapak Iskandar Muda, SE,
MSi, Ak., selaku dosen pembanding I dan dosen pembanding II, yang
5. Pimpinan PT. Trido Abed Utama Medan, seuruh staff dan karyawan PT.
Trido Abed Utama Meda, terima kasih atas bantuannya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta M. Siahaan dan T. br. Manik yang senantiasa
memberikan motivasi, baik segi dana dan doa.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kelemahan-kelemahan yang semata-mata merupakan kelemahan penulis.
Penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun sehingga dapat
dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya. Penulis berharap
semoga skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi semua pihak
khususnya di bidang akuntansi.
Medan 25 Oktober 2010
Penulis,
Serly
ABSTRAK
Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akuntansi yang diterapkan PT. Trido Abed Utama, yang meliputi pengawasan dan pengendalian terhadap piutang dengan menggunakan sistem akuntansi secara komputerisasi untuk menunjang efektivitas dan keancaran kegiatan operasional perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang sistem akuntansi piutang dagang. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua macam yakni teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan bagian keuangan, piutang, kasir, pembuat faktur, dan operation manager. Dalam penelitian ini, penulis membahas prosedur penjualan kredit, proses penagihan piutang dagang, pencatatan piutang dagang, dan pelaporan piutang dagang dalam neraca. Dari analisis hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan: sistem akuntansi piutang dagang PT. Trido Abed Utama sudah dapat dikatakan baik, dimana adanya prosedur-prosedur yang standard dan pemisahan fungsi yang jelas dalam menjalankan sistem tersebut. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperbaiki: human error merupakan kelalaian yang dilakukan oleh karyawan, kelalaian yang dilakukan misalnya kesalahan penanggalan sehingga jatuh tempo piutang dagang tidak tepat, kesalahan harga atau kuantitas sehingga terjadi kesalahan nominal piutang dagang.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the accounting procedures of credit sales and account receivable collections implemented in PT Trido Abed Utama and to examine wheter the procedures has given adequete internal control. The research method used is Descriptive Method and Comperative Method, while the types of data used Qualititative data which consist of primary data and secondary data. Data collections techniques are inquiries, bibliography, and documentation. The responded of. this researches are employee of sales administration, wiraniaga, counter sales manager, employee of staff accounting, cashier and operation manager. In this research, writer analyzed the accounting procedure of credit sales and account receivable collection implemented in this company. From the analyze, writer can take the conclusion that : implementation of internal control to credit sales and account receivable collection by PT Trido Abed Utama is general adequate enough. However, there are some matter which require to be repaired : dissociation of function of sale and credit gift, special use collector to bill for to debitor which delay payment the its receivable payment, related risk estimating with the presentation of financial statement to the manner born, and monitoring to internal control.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTACT ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Singkat tentang Sistem Akuntansi ... 5
1. Pengertian Sistem Akuntansi ... 5
2. Rerangka Sistem Akuntansi... 6
3. Unsur-Unsur Dari Sistem Akuntansi Utama ... 7
B. Pengertian Piutang dan Klasifikasi Piutang... 9
C. Sistem Akuntansi Piutang Dagang ... 13
1. Prosedur Penjualan Kredit. ... 13
2. Pengakuan dan Penilaian Piutang Dagang. ... 16
4. Pengawasan Internal Piutang Dagang. ... 19
5. Penghapusan Piutang Dagang... 19
6. Metode Pencatatan Piutang Dagang dengan Komputer 21 7. Penyajian Piutang Dagang dalam Neraca. ... 24
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
E. Kerangka Konseptual ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Tempat, dan Waktu Peneltian. ... 28
B. Jenis dan Sumber Data. ... 28
C. Teknik Pengumpulan Data. ... 29
D. Teknik Analisis Data. ... 30
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian. ... 31
1. Sejarah Singkat PT. Trido Abed Utama Medan ... 31
2. Struktur Organisasi PT. Trido Abed Utama Medan ... 33
3. Sistem Akuntansi Piutang Dagang pada Perusahaan .... 36
B. Analisis Hasil Penelitian. ... 45
1. Penggolongan Piutang. ... 45
2. Prosedur Penjualan Kredit. ... 46
3. Pengakuan dan Penilaian Piutang Dagang ... 47
4. Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Dagang ... 47
5. Pengawasan Internal Piutang Dagang ... 48
7. Metode Pancatatan Piutang dengan Komputer ... 54
8. Penyajian Piutang Dagang Dalam Neraca. ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 2.2 Penyajian Piutang pada Neraca ... 24
Tabel 2.6 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 28
Tabel 4.1 Analisa Umur Piutang PT. Trido Abed Utama 2008 ... 49
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Tahapan Dalam Sistem Akuntansi ... 6
Gambar 2.2 Rerangka Sistem Akuntansi ... 7
Gambar 2.3 Flowchart Pencatatan Piutang Harian ... 22
Gambar 2.4 Flowchart Proses Harian Pemutakhiran Piutang ... 23
Gambar 2.5 Flowchart Proses Pembuatan Laporan Bulanan Piutang ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Struktur Organisasi PT. Trido Abed Utama Medan ... 60
Lampiran ii Daftar Piutang PT. Trido Abed Utama Medan ... 61
ABSTRAK
Peneitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akuntansi yang diterapkan PT. Trido Abed Utama, yang meliputi pengawasan dan pengendalian terhadap piutang dengan menggunakan sistem akuntansi secara komputerisasi untuk menunjang efektivitas dan keancaran kegiatan operasional perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang sistem akuntansi piutang dagang. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang terdiri dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada dua macam yakni teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan bagian keuangan, piutang, kasir, pembuat faktur, dan operation manager. Dalam penelitian ini, penulis membahas prosedur penjualan kredit, proses penagihan piutang dagang, pencatatan piutang dagang, dan pelaporan piutang dagang dalam neraca. Dari analisis hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat disimpulkan: sistem akuntansi piutang dagang PT. Trido Abed Utama sudah dapat dikatakan baik, dimana adanya prosedur-prosedur yang standard dan pemisahan fungsi yang jelas dalam menjalankan sistem tersebut. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperbaiki: human error merupakan kelalaian yang dilakukan oleh karyawan, kelalaian yang dilakukan misalnya kesalahan penanggalan sehingga jatuh tempo piutang dagang tidak tepat, kesalahan harga atau kuantitas sehingga terjadi kesalahan nominal piutang dagang.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the accounting procedures of credit sales and account receivable collections implemented in PT Trido Abed Utama and to examine wheter the procedures has given adequete internal control. The research method used is Descriptive Method and Comperative Method, while the types of data used Qualititative data which consist of primary data and secondary data. Data collections techniques are inquiries, bibliography, and documentation. The responded of. this researches are employee of sales administration, wiraniaga, counter sales manager, employee of staff accounting, cashier and operation manager. In this research, writer analyzed the accounting procedure of credit sales and account receivable collection implemented in this company. From the analyze, writer can take the conclusion that : implementation of internal control to credit sales and account receivable collection by PT Trido Abed Utama is general adequate enough. However, there are some matter which require to be repaired : dissociation of function of sale and credit gift, special use collector to bill for to debitor which delay payment the its receivable payment, related risk estimating with the presentation of financial statement to the manner born, and monitoring to internal control.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penjualan barang ataupun jasa merupakan sumber pendapatan perusahaan.
Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat
melakukannya secara tunai ataupun secara kredit. Sudah barang tentu perusahaan
akan lebih menyukai transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai, karena
perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan
kembali untuk mendatangkan pendapatan selanjutnya. Di pihak lain para
konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualan
secara kredit, karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan
kredit pada kebanyakan perusahaan biasanya jauh lebih besar dari penjualan tunai.
Dari penjualan kredit tersebut maka akan timbul akun piutang.
Penjualan kredit merupakan kebijakan pihak manajemen perusahaan dengan
maksud untuk memperluas pangsa pasar atau juga agar tidak kehilangan pasar
lama, karena para konsumen umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat
melakukan penjualan secara kredit. Piutang dalam neraca digolongkan menjadi
beberapa kelompok. Berdasarkan sumber terjadinya piutang, piutang dapat
digolongkan ke dalam piutang dagang dan piutang lain-lain. Sedangkan
berdasarkan ada tidaknya dokumen tertulis yang berisi tentang kesanggupan
piutang wesel, dan berdasarkan tujuan penyajiannya di neraca ada piutang lancar
dan piutang jangka panjang.
Piutang dagang berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama,
selain itu juga nilai rupiah dari piutang tersebut relative besar. Sehingga piutang
yang timbul akibat dari penjualan kredit tersebut harus dapat tertagih dalam
jangka waktu umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya.
Piutang sebagai salah satu aktiva lancar yang dimiliki perusahaan adalah
salah satu jenis aktiva yang perlu diawasi dengan baik. Dengan adanya piutang
yang dalam suatu perusahaan maka perlu diadakan sistem akuntansi yang baik.
Sistem akuntansi piutang bertujuan untuk mencatat mutasi piutang perusahaan
kepada setiap debitur, yang terjadi karena transaksi penjualan kredit, retur
penjualan, penerimaan kas dari piutang , dan penghapusan piutang.
Sumber pendapatan pada PT. Trido Abed Utama terdiri atas penjualan obat
dan alat kesehatan secara kredit dan tunai, dan penerimaan lain-lain. Penjualan
obat dan alat kesehatan secara kredit merupakan sumber pendapatan yang paling
besar nilainya pada perusahaan ini. Dari penjualan secara kredit tersebut maka
akan muncul akun yang dinamakan piutang dagang. Pencatatan piutang dagang
dalam perusahaan juga mempengaruhi nilai persediaan dalam neraca, karena
piutang timbul akibat adanya penjualan kredit, dan retur penjualan kredit.
Piutang dagang dalam perusahaan ini dianggap sebagai asset terbesar dan
sumber dana yang besar juga, maka diperlukan suatu sistem akuntansi piutang
yang baik untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan dan
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
pentingnya peranan sistem akuntansi piutang dagang dalam pengendalian piutang
dalam perusahaan. maka penulis bermaksud untuk membuat sebuah tulisan dari
hasil penelitan yang dilakukan dalam bentuk skripsi dengan judul: “Sistem
Akuntansi Piutang Dagang Pada Pedagang Besar Farmasi PT. Trido Abed Utama
Medan.”
B. Perumusan Masalah.
1. Apakah sistem akuntansi piutang dagang pada perusahaan berlangsung
sesuai dengan Standar Sistem Akuntansi?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi saat terjadi piutang tak tertagih pada
perusahaan?
3. Bagaimana penyajian piutang dagang pada neraca perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem akuntansi yang
dterapkan di Perusahaan, yang meliputi pengawasan dan pengendalian terhadap
piutang dengan menggunakan sistem akuntansi secara komputersasi untuk
2. Manfaat Penelitian.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis sendiri.
Antara lain sebagai media penerapan pembelajaran yang selama ini telah
diterima dari para dosen dan diharapkan dapat memperdalam pengetahuan
penulis terutama mengenai penerapan salah satu materi akuntansi dalam
hal ini adalah mengenai piutang.
b. Bagi perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangann pemikiran yang
berguna bagi perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis.
c. Bagi Lingkungan Akademis
Antara lain dapat digunakan sebagai bahan referensi atau menjadi bahan
masukan dalam penelitian selanjutnya yang sejenis ataupun penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Singkat Tentang Sistem Akuntansi 1. Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dari
definisi akuntansi tersebut, unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir,
catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta laporan.
Menurut Fees dan Niswonger (2000:182), “Sistem akuntansi adalah metode
dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan
melaporkan informasi mengenai keuangan dan operasi usaha.”
Menurut Kieso (2001), definisi sistem akuntansi adalah sebahgai berikut:
sistem akuntansi adalah sistem pengumpulan dan pemerosesan data transaksi serta penyebaran informasi keuangan kepada phak-pihak yang berkepentingan, yang memiliki beberapa persyaratan, antara lain:
1. sifat transaksi yang berhubungan, 2. ukuran luas perusahaan,
3. volume data yang harus ditangani.
4. kebutuhan dari pihak-pihak manajemen serta pihak lain.
Selain definisi sistem akuntansi diatas, hal lain yang perlu diketahu untuk
memahami sistem akuntansi itu adalah mengenai tujuan dari sistem akuntansi itu
sendiri. Menurut Mulyadi (2001), tujuan penyusunan tersebut sebagai berikut:
1. untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.
3. untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan,
4. untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan
akuntansi.
Dari tujuan diatas dapat dijelaskan bahwa biasanya perusahaan yang baru
memulai usahanya sangat memerlukan penyusunan sistem akuntansi yang
lengkap. Namun, adakalanya sistem akuntansi yang sudah ada tidak dapat
memenuhi kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian
maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena perkembangan perusahaan. Dengan memperbaiki pengawasan
akuntansi dan pengendalian intern maka pertanggungjawaban terhadap
penggunaan kekayaan organisasi dapat dilaksanakan dengan baik serta informasi
yang dihasilkan oleh sistem tersebut dapat dipercaya. Penyusunan sistem
akuntansi juga ditujukan untuk menghemat biaya operasional perusahaan.
Sistem akuntansi berkembang melalui suatu proses yang terdiri dari tiga
tahap sejalan dengan pertumbuhan dan perubahan perusahaan. Tahap pertama
dalam proses tersebut adalah analisis, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan para
pihak yang menggunakan informasi tentang perusahaan dan (2) melakukan
bagaimana menyediakan informasi tersebut. Dalam tahap kedua sistem tersebut
dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pemakai, terdiri dari
akun, jurnal dua kolom, dan buku besar. Tahap terakhir sistem diimplementasikan
dan digunakan untuk mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan. Setelah
digunakan untuk menganalisis dan memperbaiki sistem. Jika digambarkan maka
sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
Analisis Rancangan Implementasi
Umpan Balik
Gambar 2.1. Tahapan dalam sistem akuntansi
2. Rerangka Sistem Akuntansi.
Berbagai sistem dapat menghasilkan berbagai dokumen yang dipakai
sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi dilukiskan hubungannya
Umpan Balik
Gambar 2.2 Rerangka Sistem Akuntansi
3. Unsur-unsur dari Sistem Akuntansi Utama
Sistem Akuntansi yang disusun untuk suatu perusahaan dapat diproses
dengan cara manual (tanpa mesin pembantu) atau diproses dengan menggunakan
mesin mulai dari mesin pembukuan yang sederhana sampai dengan komputer.
Menurut Zaky (1991: 6): “Sistem Akuntansi utama terdiri dari empat unsur, yaitu
Klasifikasi Rekening, Buku Besar dan Buku Pembantu, Jurnal, dan Bukti
a. Klasifikasi Rekening.
Buku rekening adalah penggolongan rekening-rekening yang digunakan
dalam sistem akuntansi. Rekening ini terdiri dari rekening neraca (riel)
dan rekening rugi-laba (nominal). Daftar dari rekening yang digunakan
beserta dengan nomor kodenya disebut kerangka rekening.
b. Buku Besar dan Buku Pembantu.
Buku besar berisi rekening neraca dan rugi-laba yang digunakan dalam
sistem akuntansi. Buku besar ini merupakan dasar untuk menyusun
laporan keuangan, seperti neraca, laporan rugi-laba dan laporan-laporan
lainnya. Buku besar ini juga disebut juga sebagai buku pencatatan
terakhir. Buku pembantu berisi rekening yang merupakan rincian dari
suatu rekening buku besar. Misalnya rekening piutang dagang dalam
buku besar dibuatkan dengan membuat satu rekening piutang untuk
setiap langganan. Rincian ini dilakukan dengan membuat satu rekening
piutang untuk setiap langganan. Kumpulan rekening-rekening piutang
ini disebut buku pembantu piutang.
c. Jurnal.
Yang dimaksud dengan jurnal adalah catatan akuntansi transaksi pertama
kali. Catatan ini dibuat urut tanggal terjadinya transaksi. Biasanya
dibuatkan jurnal-jurnal khusus untuk mencatat transaksi-transaksi yang
d. Bukti Transaksi.
Merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat transaksi pada saat
terjadinya sehingga menjadi bukti tertulis dari transaksi yang terjadi
seperti faktur penjualan, bukti kas masuk, dan lain-lain. Bukti transaksi
ini dalam sistem akuntansi yang dikerjakan dengan tangan (manual)
digunakan sebagai dasar pencatatan dalam jurnal umum maupun
rekening-rekening.
B. Pengertian Piutang dan Klasifikasi Piutang.
Piutang merupakan suatu pos yang penting, yang dapat menunjukkan satu
bagian yang besar dari harta likuid perusahaan. menurut Skousen skk (2001: 361),
“Dalam pengertiannya yang paling luas putang (receivable) meliput i semua klaim
terhadap pihak lain untuk uang, barang, atau jasa. Tetapi untuk tujuan akuntansi,
istilah ini umumnya digunakan didalam pengertian yang sempit untuk merancang
klaim agar ditempatkan dengan kuitansi utang”. Piutang merupakan uang yang
terutang oleh pelanggan atas barang atau jasa yang telah kita berikan kepadanya.
Piutang menunjukkan kredit pelanggan dan informasi mengena pembayaran yang
telah dilakukan, yang bermanfaat bagi administrasi kebijakan kredit perusahaan
secara keseluruhan. Pada umumnya piutang bersumber dari aktivitas operasi
normal perusahaan yaitu penjualan kredit atas barang atau jasa kepada pelanggan.
tetapi selain itu masih banyak sumber-sumber yang dapat menimbulkan piutang.
Menurut Smith dan Skousen (2001), mereka membuat klasifikasi piutang sebagai
1. piutang dagang (trade receivables). Piutang dagang ini terdiri dari:
a. wesel tagih (notes receivable). Wesel tagih oleh suatu janji formal tertulis untuk membayar.
b. piutang usaha (account receivables). Merupakan piutang dagang yang tidak dijamin oleh “Rekening terbuka”. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasanya jatuh tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan berupa faktur dan kontrak-kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak mencakup bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang merupakan tipe piutang paling besar.
2. piutang bukan dagang (non trade receivable). Piutang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang bukan dagang datang dari berbagai transaksi seperti:
a. penjualan surat berharga atau pemilikan selain barang dan jasa.
b. uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan
dan perusahaan-perusahaan afiliasi.
c. setoran-setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan
instansi-instansi lainnya.
d. pembayaran dimuka atas pembelian-pembelian.
e. setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya,
f. tuntutan atas kerugian dan kerusakan, g. saham yang masih harus disetor, h. piutang dividen dan bunga.
Menurut Haryono (2001:52), “Piutang dapat digolongkan menjadi tiga jenis
piutang, Piutang Dagang, Piutang Wesel, dan Piutang Lain-lain”. Piutang dagang
berkaitan erat dengan operasi utama perusahaan, dan umumnya berjangka waktu
kurang dari satu tahun, piutang wesel lebih formal bila dibandingkan dengan
piutang dagang, debitur dalam piutang wesel membuat janji tertulis kepada
kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam surat janji tersebut
pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Piutang Lain-lain terdiri atas
piutang wesel, dalam kategori ini termasuk didalamnya piutang kepada karyawan
perusahaan, direksi perusahaan, dan piutang kepada cabang-cabang perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:PSAK No. 9 Pargraf 7), “Piutang
digolongkan dalam 2 kategori yaitu piutang usaha dan piutang lan-lain.” Piutang
Usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan
jasa dalam rangka kegatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari
transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang
lain-lain. Piutang Usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat ditagih
dalam satu tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Kadang-kadang seluruh piutang usaha diklasifikasikan sebagai aktiva lancar tanpa
memandang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha
normal, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Secara umum piutang dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu piutang
dagang dan piutang non dagang.
a. Piutang Dagang adalah jumlah hutang yang dimiliki oleh konsumen untuk
barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis
normal. Piutang dagang dklasifikasikan anas dua bagian, yaitu:
i. Putang Usaha, merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pelanggan atas
penjualan barang dan jasa secara kredt dalam usaha normal. waktu
pembayaran piutang usaha umumnya 30-60 hari.
ii. Wesel Tagih, adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal
b. Piutang Non Dagang adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar
kegiatan operasi perusahaan. Adapun yang termasuk dalam tipe piutang non
dagang adalah :
i. Piutang timbul dari transaksi pinjaman antara lain pinjaman karyawan
perusahaan.
ii. Piutang pendapatan : contohnya piutang sewa, piutang bunga, dan lain
sebagainya.
C. Sistem Akuntansi Piutang Dagang 1. Prosedur Penjualan Kredit
Piutang usaha muncul dari penjualan kredit disebabkan penjualan kredit
mengandung resiko yang tidak terdapat pada penjualan tunai berupa kemungkinan
tidak tertagihnya piutang, maka diperlukan prosedur yang kompleks dalam
penjualan kredit. Yang dimaksud dengan prosedur disini yaitu suatu urutan
kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam departemen atau
lebih yang dibuat untuk menjamin penenganan secara seragam terhadap transaksi
perusahaan yang terjadi.
Dalam penjualan kredit terdapat beberapa unsur yang dilakukan sebagai
berikut :
a. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembelian dan
menambahkan informasi penting pada saat surat order dari pembelian.
mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan
fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari
pembelian.
b.Prosedur Pengiriman barang
Dalam prosedur ini fungsi gudang ini menyiapkan barang yang diperlukan
oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada
pembelian sesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan
kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada saat penyerahan
barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari
pemegang kartu kredit diatas faktur penjualan kartu kredit.
c. Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan
kartu kredit ke dalam kartu piutang.
d.Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan kartu
kredit mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodic fungsi penagihan
membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pemegang kartu
kredit perusahaan, dilampirkan dengan faktur penjualan kartu kredit.
e. Prosedur Pencatatan Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi akuntasi mencatat transaksi penjualan kartu
Dari prosedur pejualan kerdit diatas melibatkan beberapa fungsi atau
kegiatan dari suatu perusahaan fungsi yang terkait dalam penjualan kredit
meliputi:
a. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli,
mengedit order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang
belum ada pada surat order tersebut, meminta otorisasi kredit,
menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan
dikirim, dan mengisi surat order pengiriman.
b. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status kredit
pelanggan dan memberikan otorisasi pemberian kredit kepada
pelanggan.
c. Fungsi Gudang
Dalam transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyimapan barang dan menyiapkan barang yang dipesan oleh
pelanggan.
d. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyerahkan barang atas dasar
surat order pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur
penjualan kepada pelanggan serta menyediakan copy faktur bagi
kepentingan pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi akuntansi.
f. Fungsi Akuntansi
Dalam Transaksi penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para debitur
serta membuat laporan penjualan.
2. Pengakuan dan Penilaian Piutang Dagang. Pengakuan Piutang Dagang
Pengakuan piutang dagang bertalian dengan pengakuan pendapatan. Karena
pendapatan pada umumnya dicatat ketika proses menghasilkan laba telah selesai
dan kas terealisasi atau dapat direalisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan
barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih ke pembeli.
Karena saat peralihan hak dapat bervariasi sesuai dengan syarat-syarat penjualan,
maka lazimnya piutang diakui pada saat barang dikirimkan kepada pelanggan.
Penilaian Piutang Dagang
Karakter utama piutang dagang adalah dapat ditentukannya tanggal jatuh
tempo dan jumlah yang akan diterimanya. Hal ini berarti piutang dagang tersebut
harus dinilai terlebih dahulu sebelum dilaporkan di neraca pada akhir suatu
periode. Menurut prinsip akuntansi, penilaian atas piutang didasarkan atas jumlah
dikurangi dengan jumlah piutang yang mungkin tidak dapat ditagih pada periode
yang akan datang.
Taksiran besarnya penyisihan untuk piutang ragu – ragu paling akurat jika
didasarkan pada umur dan sifat piutang yang masih ditagih pada tanggal neraca
dan harapan probabilistic mengenai ketertagihannya.
Dari pendapat diatas taksiran besarnya piutang tak tertagih adalah dengan
menggunakan umur dari perkiraan – perkiraan piutang yang belum diselesaikan
dalam satu siklus operasi normal. Dengan demikian bukan berarti piutang tak
tertagih setelah tanggal neraca tidak dapat diterima. Ada kemungkinan pelanggan
membayar kembali piutang tersebut.
3. Prosedur Penerimaan Kas dari Piutang Dagang
Sumber penerimaan kas suatu perusahaan biasanya berasal dari
pelunasan/pembayaran piutang oleh debitur, karena sebagian besar produk
perusahaan tersebut dijual melalui penjualan kredt. Biasanya penerimaan kas dari
penjualan tunai merupakan sumber penerimaan kas yang relatf kecil. Untuk
menjamin diterimanya kas oleh perusahaan, sistem penerimaan kas dari piutang
mengharuskan,
i. Debitur melakukan pembayaran dengan cek atau dengan cara
memindahbukukan melalui rekening bank (giro bilyet) jika perusahaan
menerima kas dalam bentuk cek dari debitur, yang cek nya atas nama
perusahaan akan menjamin kas yang diterima oleh perusahaan masuk ke
ii. Kas yang diterima dalam bentuk cek dari debitur harus segera disetor ke
bank dalam jumlah yang penuh.
Fungsi yang terkait dalam sistem penerimaan kas dari piutang usaha
menurut Mulyadi (2001: 487) adalah:
i. Fungsi Sekretariat
Dalam sistem penerimaan kas dari piutang, Fungsi sekretariat
bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat pemberitahuan
melalui pos dari para debitur perusahaan.
ii. Fungsi Penagihan.
Fungsi Penagihan bertanggung jawab untuk melakukan penagihan
kepada debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang.
iii. Fungsi Kas.
Fungsi ini bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari
piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke
dalam kartu piutang.
iv. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas
dari piutang ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang
ke dalam kartu piutang.
v. Fungsi Pemeriksaan Intern.
Fungsi ini bertanggung jawab dalam penghitungan kas yang ada di
4. Pengawasan Internal Piutang Dagang
Prinsip-prinsip pengendalian internal dapat digunakan untuk membentuk
pengendalian dalam rangka melindungi piutang. Sebagai contoh fungsi
persetujuan kredit, fungsi penjualan, fungsi akuntansi, dan fungsi penagihan harus
dipisahkan. Individu-individu yang bertanggung jawab menangani penjualan
harus dipisahkan dari indvidu-individu yang menangani akuntansi untuk piutang
dan persetujuan kredit. Dengan begitu, fungsi akuntansi dan persetujuan kredit
bertindak sebagai pemeriksaan independent atas fungsi penjualan. Karyawan yang
menangani akuntansi untuk piutang tidak boleh terlibat dalam penagihan piutang.
Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan
penyalahgunaan dana.
Contoh: penagihan piutang memiliki akses terhadap penerimaan kas dari
pelanggan, maka bagian tersebut dapat mencuri pembayaran kas oleh pelanggan
dan kemudian mengubah laporan bulanan pelanggan untuk mengindikasikan
bahwa pembayaran telah diterma. Pelanggan kecil kemungkinannya untuk
mengajukan keluhan dan pencurian ini tidak terdeteksi.
Ada lima sifat (characteristics) sistem pengendalliable) menurut Hartadi (1999:12):
a. Kualitas karyawan.
b. Rencana organisasi yang memberi pemisahan tanggungjawab fungsi
secara layak.
c. Sistem pemberian wewenang, tujuan dan teknik, dan pengawasan yang
wajar untuk mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya.
d. Pengendalian terhadap penggunaan aktiva dan dokumen serta formulir
yang penting.
e. Perbandingan catatan-catatan aktiva dan utang dengan yang senyatanya yang penting.
Struktur pengendalian intern satuan usaha terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang diterapkan untuk keyakinan (assurance) memadai bahwa tujuan
tertentu satuan usaha akan dicapai.
Menurut James A. Hall (2001:152), terdapat tiga model control internal yaitu terdiri dari:
a. control preventif. Prevensi (pencegahan) adalah garis pertama
pertahanan dalam struktur kontrol. Kontrol preventif adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi munculnya peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Kontrol preventif memaksa kesesuaian dengan tindakan-tindakan yang ditetapkan sebelumnya atau yang diinginkan dank arena itu menyaring peristiwa-peristiwa yang menyimpang. Pencegahan kesalahan dan kecurangan jauh lebih efektif dari segi biaya daripada pendeteksian dan pengkoreksian masalah setelah muncul.
b. Kontrol deteksi. Kontrol deteksi membentuk garis pertahanan kedua . termasuk kontrol ini adalah peralatan, teknik, dan prosedur yang didesain untuk mengidentifikasikan dan mengekspos peristwa-peristiwa yang tidak diinginkan yang terlepas dari kontrol preventif. Kontrol deteksi mengungkapkan jenis kesalahan spesifik dengan membandingkan data actual dan standar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Ketika kontrol detekdi mengidentifikasi suatu penyimpangan dari standar, ia akan membunyikan alarm untuk menarik perhatian pada masalah tersebut.
c. Kontrol korektif, kontrol korektif adalah tindakan-tindakan yang
diambil untuk membalikkan efek yang dideteksi di langkah-langkah.
d. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.
Penghapusan Piutang Dagang
Resiko utama dari piutang dagang adalah resiko tidak tertaginya piutang
usaha. Oleh karena itu setiap perusahaan biasanya menetapkan jumlah piutang
yang tidak dapat ditagihnya dari konsumen. Menurut Kieso dan Weygandt (2001 :
Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method) dan Metode penyisihan
(Allowance methode).
Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)
Apabila perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung, maka
jumlah kerugian piutang tidak perlu ditaksir dan dalam pembukuan tidak
digunakan rekening Cadangan Kerugian Piutang. Apabila suatu piutang diyakini
tidak akan dapat ditagih lagi, maka kerugian akibat pitang tersebut langsung
didebetkan ke dalam rekening Kerugian Piutang dan rekening Piutang Dagang
dikreditkan.
Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan kecil dimana transaksi –
transaksi setiap harinya khususnya penjualan kredit jarang terjadi. Adapun
kelemahan metode ini adalah piutang disajikan di neraca akan mencerminkan
keadaan tidak wajar karena disajikan dalam jumlah bruto sehingga menyalahi
prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan kelebihannya adalah metode ini
sederhana, biaya sedikit dan waktu tersita.
Metode penyisihan (Allowance methode)
Metode cadangan digunakan apabila kerugian putang yang biasa terjadi,
cukup besar jumlahnya. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
i. Kerugian piutang tak tertagih ditentukan jumlahnya melalui taksiran dan
ditandingkan (matched) dengan penjualan pada periode akuntansi yang
ii. Jumlah piutang yang ditaksir tidak akan dapat diterima dicatat dengan
mendebetkan rekening Kerugian Piutang dan Mengkreditkan rekening
Cadangan Kerugian Piutang.
iii. Kerugian piutang yang sesungguhnya terjadi dicacat dengan
mendebetkan rekening Cadangan Kerugian Piutang dan mengkreditkan
rekening piutang dagang pada saat suatu piutang dihapus dari
pembukuan.
Pada umumnya perusahaan yang berskala besar baik itu perusahaan industri,
dagang, maupun jasa membuat penyisihan atas piutang yang diperkirakan tidak
dapat ditagih, dimana besar kerugian yang sesungguhnya dialami belum dapat
diketahui dengan pasti. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kecermatan
catatan akuntansi yang tercermin dalam laporan keuangan.
5. Metode Pencatatan Piutang Dagang dengan Komputer
Metode pencatatn piutang dagang dengan komputer menggunakan dokumen
sumber yang mengubah putang yang dikumpulkan dan sekaligus diposting setiap
hari untuk memutakhirkan catatan piutang. dalam sistem komputer dibentuk dua
macam arsip: arsip transaksi (transaction file) dan arsip induk (master file).
Pencatatan piutang yang dilakukan secara harian disajikan pada Gambar 2.3.
Secara harian pula, arsip transaksi digunakan untuk memutakhirkan arsip induk
piutang seperti yang disajikan pada Gambar 2.4. Secara periodik, misalnya setiap
bulan, arsip induk piutang digunakan untuk menghasilkan berbagai macam
Gambar 2.3 Pengolahan Dokumen Sumber Untuk Menghasilkan Arsip Transaksi Piutang Harian.
Gambar 2.5 Proses Pembuatan Laporan Bulanan
6. Penyajian Piutang Dagang dalam Neraca
Piutang adalah salah satu pos neraca yang tergolong dalam aktiva lancar.
Agar laporan keuangan bermanfaat bagi pemakai, maka penyajian piutang di
neraca haruslah tepat. Piutang yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang
dalam satu tahun (satu siklus tahunan) digolongkan dalam aktiva lancar di neraca.
Sedangkan piutang yang tidak dapat dicairkan menjadi uang dalam satu
tahun,misalnya pinjaman jangka panjang (oleh nasabah bank) harus digolongkan
dalam pos investasi dan disajikan sesudah aktiva lancar.
Menurut IAI penyajian piutang pada neraca adalah : “Putang dinyatakan
dapat ditagih. Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca diikuti
dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak
dapat ditagih.”
Dengan demikian penyajian piutang dalam neraca dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.2 PT. Mandiri
Penyajian Piutang Dagang Pada Neraca Per 31 Desember 2008
Aktiva :
Aktiva Lancar :
Kas ... Rp. 5.000.000 Wesel Tagih ... Rp. 20.000.000 Piutang Dagang ... Rp. 50.000.000
Dikurangi Penyisihan piutang ragu – ragu ... Rp. (1.500.000)
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu.
Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam table 2.3
Tabel 2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Yang
E. Kerangka Konseptual
Berikut ini peneliti akan menyajikan kerangka konseptual dan penjelasannya
yang dilakukan dalam pembahasan penelitian.
Gambar 2.6 Kerangka Konseptual
Penjualan kredit PT. Trido Abed Utama merupakan kebijakan manajemen
perusahaan dalam meningkatkan pangsa pasar. Dari penjualan kredit tersebut
muncul akun yang dinamakan piutang dagang. Untuk mengendalikan nilai piutang
dagang yang jumlahnya relative besar di perusahaan maka dibutuhkan suatu
sistem yang baik. Sistem akuntansi piutang terdiri dari prosedur-prosedur mulai
dari prosedur penjualan kredit, penerimaan kas dari piutang dagang, pengawasan
internal piutang dagang, penghapusan piutang dagang, hingga penyajian piutang
dagang pada neraca.
Penjualan Kredit PT. Trido Abed Utama
Sistem Akuntansi Piutang Dagang PT.
Trido Abed Utama
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan pendekatan
deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang topik yang dibahas.
Lokasi penelitian berada di Jalan Setia Luhur no. 188/4 Medan dan jadwal
penelitian mulai dilakukan pada September 2009. Adapun jadwal penelitian ini
digambarkan pada table 3.1 di bawah ini:
No Kegiatan Waktu Penelitian
Sep‘09 Oct‘09 Nov’09 Des’09 Jan’10 Feb
B. Jenis dan Sumber Data.
Sumber dan Jenis data yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer, adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan yang merupakan data mentah yang kelak akan
diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan seperti
hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan
berupa hasil wawancara mengenai hal yang berhubungan dengan judul
penelitian.
2. Data Sekunder, adalah data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer ataupun oleh pihak lain sehingga
lebih informatif jika digunakan oleh pihak yang menggunakan misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, atau gambar. Data sekunder yang
diperoleh oleh penulis antara lain sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dan flowchart.
C. Teknik Pengumpulan Data.
1. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam yang antara
lain dapat dilakukan secara tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon. Wawancara yang dilakukan oleh penulis dari
bagian penagihan, penjualan, dan bagian pembukuan.
2. Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang
dilaksanakan perusahaan sehubungan dengan penelitian. Contoh data
yang diperoleh oleh penulis antara lain dokumen atau catatan mengenai
D. Teknik Analisis Data
Metode Analisis Deskripti yaitu suatu metode dimana penganalisaan data
dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
BAB IV Hasil Penelitian A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat PT. Trido Abed Utama Medan
PT. Trido Abed Utama didirikan tanggal 31 April 2000 di sebuah rumah
salah satu pemilik dari perusahaan ini yang berlokasi di kota Medan tepatnya di jl.
Ayahanda No. 40, dan saat iini berlokaso di Jl. Setia Luhur No.188/A Medan. PT.
Trido Abed Utama ini didirian oleh Bapak S. Togatorop dan Bapak W. Siregar.
Bapak S. Togatorop merangkap owner sekaligus direksi perusahaan ini, dimana
beliau berperan aktif di tempat ini. Sementara Bapak W. Siregar merangkap
owner sekaligus komisaris tetap dimana beliau juga sekaligus pengawas di
perusahaan ini. Perusahaan ini diberi nama PT. Trido Abed Utama dengan latar
belakang dari nama anak kedua orang pemilik perusahaan tersebut. Sementara
fokus perusahaan ini adalah dibidang farmasi.
Pada awalnya perusahaan ini adalah distributor obat-obatan yang hanya
melayani konsumen yang ada di daerah kota Medan dan sekitarnya dalam skala
kecil saja. Tetapi saat ini perusahaan telah berkembang dengan semakin besarnya
permintaan pasar terhadap produk – produk farmasi, dan mulai melakukan
ekspansi dengan cara mencari pangsa pasar baru dalam partai besar baik itu yang
berada di kota Medan maupun di luar Medan.
PT. Trido Abed Utama sebagai perusahaan yang bergerak di bidang farmasi
merupakan distributor dari perusahaan lain, khususnya berbagai jenis obat –
dari penjualan obat – obatan dan alat – alat kesehatan. Dalam menjalankan usaha
dagangannya perusahaan ini melakukan penjualan ke berbagai rumah sakit dan
apotik. Kegiatan penjualan dilakukan dengan tenaga salesman dengan sistem
penjualan yang dilakukan secara tunai maupun kredit.
Pelaksanaan operasional perusahaan telah menempatkan sarana maupun
fasilitas seperti bangunan kantor, gudang, alat pengangkutan, sistem komunikasi,
peralatan dan perlengkapan kantor, persediaan barang dan sumber daya manusia.
PT. Trido Abed Utama memiliki visi yang telah ditetapkan yaitu “Menjadi Distributor Pilihan dalam Bidang Farmasi untuk Badan – Badan Pemerintah, Maupun Perusahaan Swasta”.
Adapun misi pokok yang ditetapkan oeh PT. Trido Abed Utama yaitu :
1. Menyediakan Produk dan layanan yang berkualitas untuk memberikan
manfaat yang terbaik bagi pelanggan.
2. Meningkatkan keuntungan dari hasil usaha yang dilakukan oleh perusahaan,
ataupun staf – staf atau karyawan – karyawannya.
3. Meningkatkan shareholder value secara terus menerus.
2. Struktur Organisasi PT. Trido Abed Utama Medan.
Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan mana organisasi
dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan diantara fungsi – fungsi bagian maupun orang – orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab berbeda – beda.
Struktur organisasi perusahaan bergantung pada besarnya perusahaan dan
aktivitas yang dilakukan. Makin besar suatu perusahaan akan semakin luas dan
kompleks pula struktur organisasinya.
Struktur organisasi yang digunakan perusahaan ini adalah struktur organisasi
garis, yaitu struktur organisasi yang menjabarkan kerangka pembagian tugas dan
tanggung jawab fungsional masing – masing bagian dalam menjalankan aktivitas
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi ini maka akan diketahui
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada setiap bagian sehingga fungsi
masing – masing bagian dapat dibedakan dengan jelas.
Semua pelaksanaan kegiatan perusahaan dipimpin oleh seorang komisaris
utama. Komisaris utama bertindak sebagai pimpinan yang memegang kekuasaan
tertinggi dalam parusahaan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
perusahaan baik dalam maupun luar perusahaan. Komisaris utama yang
mengawasi dan membimbing setiap pribadi dari staff maupun karyawan dalam
melaksanakan aktivitas perusahaan dan mengambil kebijaksanaan dan keputusan
Uraian tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Komisaris Utama
Menetapkan kebijakan perusahaan
Bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.
Membuat peraturan-peraturan intern perusahaan.
Mengawasi tindakan direksi dan seluruh karyawan didalam kegiatan
operasional.
2. Direksi.
Memilih, mengangkat dan memberhentikan staff
Membantu komisaris dalam meneruskan kebijaksanaan perusahaan.
Mengawasi kegiatan operasional perusahaa.
3. Kepala Bagian Pembelian.
Melakukan pembelian atas barang dagangan.
Melakukan analisa supplier terhadap harga penawaran serta melakukan
negosiasi harga dengan pihak supplier.
Bertanggung jawab terhadap direksi.
4. Kepala Bagian Penjualan.
Mengawasi pelaksanaan promosi produk.
Mengikuti perkembangan harga pasar.
Bertanggung jawab terhadap direksi.
5. Kepala Bagian Gudang.
Menyimpan persediaan barang dagangan yang ada di dalam gudang
Menyelenggarakan catatan fisik persediaan fisik persediaan barang yang
disimpan.
Bertanggung jawab terhadap direksi.
6. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi.
Mengelola keuangan perusahaan.
Mengawasi pemakaian dana-dana baik penerimaan maupun pengeluaran.
Mengawasi kegiatan pembukuan perusahaan dan bertanggung jawab atas
pelaporan keuangan tersebut.
Bertanggung jawab terhadap direksi.
7. Kepala Bagian Pembukuan.
Mengawasi pelaksanaan pembukuan perusahaan setiap harinya.
Menyusun Laporan Keuangan setiap triwulannya.
Menyusun laporan budget.
Bertanggung jawab terhadap kepala bagian keuangan dan administrasi.
8. Kepala Seksi Personalia
Menyeleksi karyawan.
Menetapkan kenaikan golongan pegawai.
Melakukan absensi pegawai.
3. Sistem Akuntansi Piutang Dagang Pada PT. Trido Abed Utama Penggolongan Piutang.
PT. Trido Abed Utama Medan yang kegiatan utamanya melakukan
penjualan obat dan alat-alat kesehatan kepada apotik, rumah sakit ataupun badan
pemerintah, sebagian besar penjualan dilakukan secara kredit. Penjualan kredit ini
dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar atau takut kehilangan pasar lama.
Penjualan barang secara kredit tersebut merupakan salah satu penyebab timbulnya
piutang dagang.
Piutang dagang yang dimiliki oleh PT. Trido Abed Utama ini adalah cukup
besar sehinga harus benar – benar diawasi agar tidak terjadi penyimpangan.
Disamping piutang dagang PT. Trido Abed Utama juga memiliki piutang
karyawan.
Berikut ini akan diberikan penjelasan terhadap kedua piutang tersebut :
a. Piutang Dagang.
Piutang dagang adalah piutang yang terjadi akibat penjualan yang dilakukan
secara kredit dan merupakan hasil dari kegiatan usaha normal perusahaan dan
piutang dagang ini merupakan bagian yang paling besar dari jumlah piutang yang
ada dalam perusahaan ini.
Piutang ini terjadi sejalan dengan berlakunya waktu atau tahap penyelesaian
jasanya. Piutang dagang ini pada umumnya adalah piutang jangka pendek.
Piutang dagang dikelompokkan sebagai aktiva lancar seperti tagihan – tagihan
b. Piutang Karyawan
Piutang ini merupakan piutang yang terjadi dalam rangka membantu
karyawan dengan memberikan pinjaman. Piutang ini diberikan apabila sangat
dibutuhkan karyawan dan dinilai layak untuk diberikan.
Pembayaran dilakukan melalui angsuran dengan jalan melakukan
pemotongan gaji setiap bulannya dari karyawan yang bersangkutan. Para
karyawan yang telah melakukan pinjaman tidak dapat diberikan pinjaman lagi jika
pinjaman sebelumnya belum dilunasi.
Prosedur Penjualan Kredit
Piutang Dagang yang muncul pada PT. Trido Abed Utama karena adanya
penjualan secara kredit yang dilakukan oleh salesman yang diperintahkan oleh
bagian penjualan perusahaan. Prosedur penjualan kredit pada perusahaan
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Prosedur Pencatatan Surat Pesanan.
Penjualan pada perusahaan biasanya dilakukan dengan cara salesman
mendatangi pelanggan ataupun pelanggan yang datang langsung ke perusahaan.
Dari pesanan pelanggan yang dicatat oleh salesman ataupun langsung ke
perusahaan kemudian dibuatkan faktur penjualan oleh bagian fakturis.
2. Prosedur Pengiriman Barang.
Setelah surat pesanan diterbitkan faktur penjualan oleh bagian fakturis,
selanjutnya bagian gudang mengeluarkan dan mengirimkan pesanan barang yang
3. Prosedur Pencatatan Piutang
Setelah barang pesanan barang sampai kepada pelanggan, maka pelanggan
harus mencap stempel atau tanda tangan pada faktur penjualan sebagai tanda
barang telah diterima. Faktur penjualan yang sudah dtanda tangani oleh pelanggan
diarsip oleh bagian piutang untuk proses penagihan pada saat jatuh tempo.
4. Prosedur Penagihan.
Faktur penjualan yang sudah jatuh tempo dikeluarkan oleh bagian piutang
kepada kolektor atau salesman untuk dilakukan penagihan kepada pelanggan.
5. Prosedur Pelaporan Piutang.
Faktur yang dibayar oleh pelanggan kepada kolektor atau salesman
dilaporkan kepada bagian piutang untuk diproses ke bagian pencatatan atau
pembukuan. sedangkan faktur yang belum dibayar oleh pelanggan diarsip kembali
oleh bagian piutang untuk ditagih selanjutnya sesua dengan waktu maksimal yang
ditetapkan oleh perusahaan.
Fungsi yang terkait pada prosedur penjualan kredit pada perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertugas untuk mencatat surat pesanan pelanggan dan informasi
lain yang diminta pelanggan seperti permintaan harga. Fungsi ini juga bertugas
untuk meminta otorisasi ke bagian kredit untuk penjualan barang yang dilakukan
2. Fungsi Logitik
Fungsi ini bertugas untuk mengirimkan barang kepada pelanggan sesuai
dengan faktur yang diterbitkan dan mengembalikan faktur penjualan yang telah
distempel atau ditandatangani pelanggan sebagai tanda barang pesanan sudah
diterima oleh pelanggan sesuai dengan pesanan.
3. Fungsi Inkaso.
Fungsi ini bertugas untuk mengarsip faktur penjualan yang telah dicap
stempel atau tanda tangan pelanggan dan mengeluarkannya untuk ditagih oleh
kolektor atau salesman yang bersangkutan. Fungsi ini juga bertugas untuk
mengotorisasi penjualan barang yang dilakukan mengenai persetujuan kredit
penjualan, nilai kredit penjualan, dan jangka waktu kredit penjualan.
4. Fungsi Penagihan.
Fungsi ini bertugas untuk menagih piutang kepada pelanggan dan
merupakan bagian yang memiliki peranan penting dalam menangani proses
penagihan piutang dan manajemen piutang , karena secara langsung mengetahui
penyebab macetnya terjadinya pembayaran.
5. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertugas untuk mencatat penjualan kredit yang telah dilakukan
selama periode satu bulan dan mencatat piutang yang masih belum dapat tertagih
selama bulan bersangkutan. Fungsi ini juga bertugas mencatat umur piutang
selama bulan bersangkutan, juga melakukan penghapusan piutang dengan
persetujuan pimpinan perusahaan. Fungsi ini juga yang akan menyajikan saldo
Pengakuan dan Penilaian Piutang
1. Pengakuan Piutang Dagang
Piutang dagang timbul akibat adanya penjualan barang dagangan secara
kredit. Piutang dagang diakui pada saat barang dagangan telah diterima oleh
pelanggan. Faktur penjualan yang telah dicap stempel atau ditandatangani oleh
pelanggan merupakan bukti pada bagian kredit bahwa piutang dagang telah
disetujui oleh pelanggan.
2. Penilaian Piutang Dagang
Piutang dagang harus dinilai terlebih dahulu sebelum dilaporkan di neraca
pada akhir suatu periode. Piutang dagang yang disajikan pada neraca dilaporkan
sesuai nilai faktur penjualan yang belum dapat tertagih dikurangi dengan retur
penjualan. Berarti piutang dagang yang disajikan masih bernilai kotor atau belum
dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu.
Prosedur Penerimaan Kas Dari Piutang Dagang
Sumber utama penerimaan kas perusahaan ini yaitu berasal dari pelunasan
piutang oleh pelanggan. Karena hampir semua penjualan dilakukan secara kredit.
Kredit yang diberikan oleh perusahaan adalah 25 hari. Demi kelancaran
pencatatan piutang dagang yang telah dibayarkan pada saat jatuh tempo,
dibutuhkan suatu sistem yang baik, agar fungsi penagihan dapat menganalisa dan
mengfollow up piutang dagang yang telah jatuh tempo tetapi belum diterima atau
dibayarkan oleh pelanggan. Adapun sistem penerimaan kas dari piutang dagang
1. Piutang yang telah jatuh tempo dikeluarkan oleh bagian kredit kepada bagian
penagihan untuk ditagih. Bagian penagihan langsung datang kepada pelanggan
untuk menagih. Namun ada kalanya pelanggan yang telah direcord perusahaan
memiliki sistem pembayaran dengan cara cicilan. Jika pelanggan seperti itu,
maka bagian kredit harus mengeluarkan faktur tagihan sebelum jatuh tempo,
agar pada saat jatuh tempo faktur tersebut lunas.
2. Jika pelanggan membayar tagihan sesuai nilai yang difaktur maka faktur asli
diberikan kepada pelanggan, namun jika pelanggan memutuskan untuk
mencicil maka faktur asli belum boleh diberikan kepada pelanggan.
3. Tagihan yang berhasil ditagih dilaporkan oleh bagian penagihan setiap harinya
dan membuat laporan penerimaan tagihan ke dalam buku kas masuk. Faktur
penjualan asli yang tidak berhasil ditagih dikembalikan ke bagian kredit, untuk
di follow up ke pelanggan, dan mengkonfirmasi kembali waktu penagihan
berikutnya.
4. Nilai tagihan yang dicatat bagian penagihan ke buku kas masuk, oleh bagian
pencatatan dilakukan jurnal pelunasan piutang dagang ke dalam jurnal umum
5. Setelah dilakukan jurnal maka dibuat laporan piutang yang belum tertagih
untuk dilaporkan kepala bagian keuangan.
Pengawasan Internal Piutang Dagang
Sistem akuntansi penjualan dan sistem penerimaan kas yang telah dirancang
perusahaan, jika dijalankan dengan baik dan sesuai dengan prosedur merupakan
pemisahan fungsi yang merupakan suatu unsur pengawasan internal piutang
dagang. Pemisahan antara fungsi kredit dengan fungsi penjualan, fungsi
pancatatan dan fungsi penagihan. Selain pemisahan fungsi, perusahaan juga
memberikan wewenang kepada bagian kredit untuk menganalisa surat pesanan
pelanggan. Adapun yang perlu diperhatikan bagian kredit dalam pemberian
persetujuan penjualan kredit kepada pelanggan adalah sebagai berikut:
a. Pelanggan yang diberikan persetujuan pembelian secara kredit adalah
merupakan pelanggan lama pada perusahaan itu, jika pelanggan bukan
pelanggan lama maka pelanggan harus melakukan pembelian secara kas/tunai
dalam waktu tiga kali pembelian.
b. Pelanggan harus memiliki record yang baik di perusahaan, seperti tidak
menunggak-nunggak, cicilan tidak terlalu lama, pembelian ke perusahaan juga
dalam rata-rata yang konsisten.
c. Jika pelanggan membeli barang ke perusahaan dalam nilai yang tidak biasanya
atau dalam nilai yang meningkat dari yang biasanya maka perusahaan harus
menganalisa pelanggan tersebut. Bila perlu melakukan penelitian ke lapangan.
d. Bagian kredit harus mempertimbangkan jumlah kredit penjualan yang
diberikan dengan memberikan batas kredit pada setiap pelanggan, dengan
batas kredit yang berbeda-beda pula.
Penghapusan Piutang.
Perusahaan tidak melakukan penghapusan piutang terhadap penagihan yang
membayarnya. Penghapusan hanya dilakukan apabila perusahaan secara pasti
mengetahui bahwa suatu piutang tersebut benar – benar tidak bisa ditagih
Penyajian Piutang Dagang dalam Neraca
Piutang biasanya disajikan neraca setelah diposting terlebih dahulu ke buku
besar, demikian pula PT. Trido Abed Utama menyajikan piutangnya setelah
seluruh piutangnya dijumlahkan.
PT. Trido Abed Utama tidak menetapkan piutang ragu – ragu, yang
seharusnya dapaat dilakukan melalui penilaan umur piutang dan analisis piutang.
Penilaian umur piutang yang dibuat perusahaaan hanya dilakukan secara implicit
dalam rangka pelaksanaan operasional sebagai informasi untuk melakukan
penagihan yang berkesinambungan pada langganan, bukan untuk mencatat berapa
jumlah piutang yang tidak tertagih yang harus dibebankan pada perusahaan.
Metode Pencatatan Piutang Dagang dengan Menggunakan Komputer
Metode pencatatan pada perusahaan dengan menggunakan komputer.
Program komputer yang digunakan di perusahaan dinamakan Program OMSET
dengan menggunakan program access. Setiap surat pesanan pelanggan yang
masuk diproses menjadi faktur penjualan menggunakan program. Dari faktur
penjualan yang telah dimasukkan ke program secara otomatis tercatat sebagai
piutang yang dapat tertagih pada bagian piutang. Pada saat pelaggan ingin
melakukan pembelian barang sementara pelanggan masih memiliki kewajiban
secara harian memeriksa faktur penjualan yang telah dikeluarkan dengan
mengurutkan sesuai dengan nomor faktur. Dari nomor faktur tersebut maka akan
dinilai piutang yang akan ditagih pada saat jatuh tempo. Pada saat jatuh tempo,
bagian piutang mengeluarkan piutang yang akan ditagih kepada kolektor atau
salesman. Dari piutang dagang yang dapat ditagih oleh kolektor atau salesman,
bagian piutang melakukan pencatatan pelunasan piutang dagang ke dalam
program. Dari pencatatan pelunasan piutang dagang ke dalam program maka
bagian piutang dapat mengupdate piutang dagang yang tertagih, umur piutang
B. Analisis Hasil Penelitian
Setelah mengadakan penelitian terhadap PT. Trido Abed Utama dan
membandingkannya dengan uraian teoritis maka pada bab ini penulis akan
mengadakan analisis dan evaluasi
Penggolongan Piutang.
PT. Trido Abed Utama menggolongkan piutangnya kedalam dua kategori
yaitu piutang dagang dan piutang karyawan. Piutang dagang terjadi akibat
penjualan yang dilakukan secara kredit dan merupakan hasil dari kegiatan usaha
normal perusahaan tersebut dan piutang dagang ini merupakan bagian yang paling
besar dari jumlah piutang yangada di dalam perusahaan ini. Disamping piutang
dagang PT. Trido Abed Utama juga memiliki piutang karyawan yang terjadi
dalam rangka membantu karyawan dengan memberikan pinjaman. Piutang ini
diberikan apabila sangat dibutuhkan oleh karyawan dan dinilai layak untuk
diberikan.
Melihat pengelompokan piutang yang dilakukan oleh perusahaan tersebut
maka perusahaan telah mengikuti sistem pengelompokkan piutang di neraca
sesuai dengan Standart Akuntansi Keuangan, sehingga pihak – pihak yang
memerlukan Laporan keuangan khususnya neraca dapat denganmudah mengambil
Prosedur Penjualan Kredit
Prosedur penjualan kredit pada PT. Trido Abed Utama biasanya dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Salesman mendatangi langsung pelanggan, dan mencatat langsung surat
pesanan pelanggan kemudian memproses langsung untuk dapat disetujui oleh
bagian kredit perusahaan.
2. Setelah bagian kredit menyetujui surat pesanan pelanggan tersebut maka
fakturis mengeluarkan faktur penjualan dan menyerahkannya ke bagian
gudang.
3. Bagian Gudang mengeluarkan dan mengirimkan barang kepada pelanggan
sesuai dengan faktur penjualan yang telah dicetak fakturis.
4. Faktur penjualan yang sudah dicap stempel atau tanda tangan oleh pelanggan
dikembalikan ke bagian kredit untuk diarsip sampai pada tanggal jatuh tempo
penagihan.
Metode pencatatan yang ditetapkan perusahaan adalah Metode Posting
periodik – posting ditunda. Metod ini digunakanoleh perusahaan dengan alasan
karena penjulan kredit yang dilakukan perusahaan tidak rutin setiap harinya. Oleh
karena itu faktur penjualan tidak langsung diposting ke buku besar dan buku
pembantu piutang. Faktur penjualan kredit disimpan untuk beberapa minggu dan
pada akhir periode di posting ke buku besae dan buku pembantu piutang.
Penerapan metode posting periodik – posting ditunda pada perusahaan dapat