• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Pythium Spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana Tabaccum L.) Di Rumah Kaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Pythium Spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana Tabaccum L.) Di Rumah Kaca"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BIO

VA-MIKORIZA

DAN PEMBERIAN ARANG

TERHADAP JAMUR

Pythium

spp. PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum

L.) DI RUMAH KACA

SKRIPSI

Oleh :

WINDA ARISANDI NST 030302005

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH BIO

VA-MIKORIZA

DAN PEMBERIAN ARANG

TERHADAP JAMUR

Pythium

spp. PADA TANAMAN

TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum

L.) DI RUMAH KACA

SKRIPSI

Oleh :

WINDA ARISANDI NST 030302005

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr) (Ir. Zulnayati)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Winda Arisandi Nasution, Pengaruh Bio VA-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccumL.) Di Rumah Kaca .

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTP Nusantara II dan di Labaoratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai April 2008.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama Bio VA-Mikoriza

yang terdiri M0 (Kontrol) dan M1 (BioVA-Mikorizadengan dosis 5 g/tan). Faktor kedua pemberian arang yaitu A0 (Kontrol), A1 (arang cangkang kelapa sawit dengan dosis 8 g/tan), A2 (arang sekam padi dengan dosis 8 g/tan), A3 (arang batok kelapa dengan dosis 8 g/tan), A4 (arang serbuk gergaji dengan dosis 8 g/tan). Parameter pengamatan adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), persentase serangan (%), dan produksi daun (g/tan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BioVA-Mikorizaberpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), persentase serangan (%),dan produksi daun (g/tan) sedangkan arang yang paling efektif bagi pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, persentase serangan dan produksi daun adalah arang cangkang kelapa sawit (A1). Interaksi antara Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase serangan jamur

Pythiumspp.

Persentase serangan pada perlakuan Bio VA-Mikoriza, terendah terdapat pada M1 sebesar 5,00% dan tertinggi terdapat pada M0 sebesar 80,00%. Pada perlakuan arang rataan persentase serangan terendah terdapat pada A1 sebesar 29,17% dan tertinggi terdapat pada A0 sebesar 62,50%. Interaksi antara Bio

VA-Mikorizadan pemberian arang terhadap persentase serangan terendah terdapat pada M1A1, M1A2, M1A3, M1A4 sebesar 0,00% dan tertinggi terdapat pada M0A0 sebesar 100,00%.

(4)

ABSTRACT

Winda Arisandi Nst, The Effect of Bio VA-Mycorrhiza And Charcoal Treatment To Fungy Pythium spp. On Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabaccumL.) in Green House .

This research was conducted in Green House of Deli Tobacco Research PTP Nusantara II and the laboratory of Departement of Plant Pest and Diseases, Faculty Of Agriculture, University of North Sumatera, Medan with approximately ± 25 metres height from the sea level. This research was conducted from February to April 2008.

This research used factorial Block Randomized Design consisting of two factors and three replications. First factor was Bio VA-Mycorrhizaconsisting MO (Control) and M1 (Bio VA-Mycorrhiza with dose 5 g/plant). The second factor was charcoal treatment, that was A0 (Control), A1 (oil palm charcoal with dose 8 g/plant), A2 (rice husk charcoal with dose 8 g/plant), A3 (coconut shell charcoal with dose 8 g/plant), A4 (saw dust charcoal with dose 8 g/plant). The parameter are high of plant (cm), amount of leaves (sheets), disease severity (%), and leaf production (g/plant).

The result of research showed that Bio VA-Mycorrhiza was very significant different to high of plant (cm), amount of leaves (sheets), disease severity (%), and leaf production (g/tan) but the effective charcoal for the height of plant, amount of leaves, disease severity, and leaf production was oil palm charcoal (A1). Interaction between Bio VA-Mycorrhiza and Charcoal Treatment were very significant different to disease severity of fungyPythiumspp.

Disease severity in Bio VA-Mycorrhiza, the lowest was M1 (5,00%) and the highest was M0 (80,00%). On the charcoal treatment, the lowest disease severity average was on A1 (29,17%) and the highest was on A0 (62,50%). Interaction between Bio VA-Mycorrhiza and charcoal treatment to the lowest disease severity were on M1A1, M1A2, M1A3, M1A4 (0,00%) and the highest was on M0A0 (100,00%).

(5)

RIWAYAT HIDUP

Winda Arisandi Nst, lahir tanggal 11 April 1985 di Medan, putri dari Ayahanda tercinta Basaruddin Nst dan Ibunda tersayang Dra. Syarifah Lubis. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan dan pengalaman

1. Tahun1997 lulus dari SD Negeri 060876 Medan 2. Tahun 2000 lulus dari SLTP Negeri 12 Medan 3. Tahun 2003 lulus dari SMU Negeri 10 Medan

4. Tahun 2003 diterima di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB 5. Tercatat sebagai anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan

Tanaman) Departemen HPT-FP USU periode 2003-2008

6. Tahun 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU

7. Tahun 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Penyakit Penting Tanaman Perkebunan, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU

8. Tahun 2006/2007, 2007/2008 sebagai asisten Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU 9. Tahun 2006/2007, 2007/2008 sebagai asisten Laboratorium Penyakit

(6)

10. Tahun 2006/2007, 2007/2008 sebagai asisten Laboratorium Hama dan Penyakit Pasca Panen, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU

11. Tahun 2007/2008 sebagai asisten Laboratorium Pengelolaan HamaTerpadu, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU 12. Tahun 2007/2008 sebagai asisten Laboratorium Dasar Perlindungan

Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian FP Panca Budi

13. Mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di PTP Nusantara III Kebun Bangun, Pematang Siantar dari tanggal 04 Juni-04 Juli 2007

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG TERHADAP JAMUR Pythium spp. PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabaccum L) DI RUMAH KACA . Skripsi ini bertujuan untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Zulnayati selaku anggota komisi pembimbing dan ucapan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dsaran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2008

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Botani Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacumL.) ... 6

Syarat Tumbuh ... 8

Tanah ... 8

Iklim ... 9

Penyakit Busuk Batang pada Tembakau (Pythiumspp.) ... 10

Biologi penyakit ... 10

Gejala Penyakit ... 12

Daur hidup ... 13

Faktor yang mempengaruhi ... 13

Pengendalian ... 14

BioVA-Mikoriza ... 15

Arang ... 18

BAHAN DAN METODE ... 20

Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat ... 20

Metode Penelitian ... 20

Pelaksanaan Penelitian ... 22

Pembuatan bedengan ... 22

Persiapan bibit tembakau ... 23

(9)

Susunan polibeg ... 24

Pemberian Arang dan BioVA-Mikoriza... 24

Penanaman ... 24

Penyiraman ... 24

Pemeliharaan ... 25

Penyisipan ... 25

Tambah media 1x ... 25

Tambah media 2x ... 25

Pemupukan ... 25

Pengendalian hama dan penyakit lain ... 26

Penyediaan sumber inokulumPythiumspp. ... 26

SuspensiPythiumspp. ... 26

Inokulasi suspensiPythiumspp. ... 27

Peubah amatan ... 27

1. Persentase kerusakan (%) ... 27

2. Jumlah daun (helai) ... 28

3. Tinggi tanaman (cm) ... 28

4. Pemanenan ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Hasil ... 29

1. Tinggi tanaman (cm) ... 29

2. Jumlah daun (helai) ... 31

3. Persentase serangan (%) ... 32

4. Produksi (g/tan) ... 34

Pembahasan ... 36

1. Tinggi tanaman (cm) ... 36

2. Jumlah daun (helai) ... 39

3. Persentase serangan (%) ... 42

4. Produksi (g/tan) ... 45

KESIMPULAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bentuk Klamidospora pada JamurPythiumspp. ... 11 Gambar 2. Gejala SeranganPythiumspp. Pada Tanaman Tembakau ... 12 Gambar 3.Glomus sp.... 15 Gambar 4. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap tinggi tanaman

tembakau Deli (cm) dari pengamatan 7-49 hst ... 36 Gambar 5. Histrogam pengaruh pemberian arang terhadap tinggi tanaman

tembakau Deli (cm) dari pengamatan 7-49 hst ... 37 Gambar 6. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizadan pemberian arang

terhadap tinggi tanaman tembakau Deli (cm) dari pengamatan

7-49 hst ... 39 Gambar 7. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap jumlah daun

tanaman tembakau Deli (helai) dari pengamatan 7-49 hst ... 40 Gambar 8. Histrogam pengaruh pemberian arang terhadap jumlah daun

tanaman tembakau Deli (helai) dari pengamatan 7-49 hst ... 41 Gambar 9. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizadan pemberian arang

terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli (helai) dari

pengamatan 7-49 hst ... 42 Gambar 10. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap persentase serangan

(%)Pythiumspp. pada tanaman tembakau Deli dari pengamatan 17-44 hst ... 43 Gambar 11. Histrogam pengaruh pemberian arang terhadap persentase serangan

(%)Pythiumspp. pada tanaman tembakau Deli dari pengamatan 17-44 hst ... 44 Gambar 12. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizadan pemberian arang

terhadap persentase serangan (%)Pythiumspp. pada tanaman

tembakau Deli dari pengamatan 17-44 hst ... 45 Gambar 13. Histrogam pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap produksi

(g/tan) pada tanaman tembakau ... 46 Gambar 14. Histrogam pengaruh pemberian arang terhadap produksi

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Tinggi Tanaman (cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 29 Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Tinggi Tanaman

(cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 30 Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Tinggi Tanaman

(cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 30 Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Jumlah Daun

(helai) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 31 Tabel 5. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Jumlah Daun

(helai) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 31 Tabel 6. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Jumlah Daun

(helai) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 32 Tabel 7. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Persentase

Serangan (%)Pythiumspp. Pada Tanaman Tembakau Deli

Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 33 Tabel 8. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Persentase

Serangan (%)Pythiumspp. Pada TanamanTembakau Deli

Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 33 Tabel 9. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Persentase

Serangan (%)Pythiumspp. Pada TanamanTembakau Deli

Pada Setiap Waktu Pengamatan ... 34 Tabel 10. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Produksi

Tembakau Deli (g/tan) ... 34 Tabel 11. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Produksi

Tembakau Deli (g/tan) ... 35 Tabel 12. Uji Beda Rataan Pengaruh BioVA-MikorizaTerhadap Produksi

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 7 hst ... 51

Lampiran 2. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 14 hst ... 52

Lampiran 3. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 21 hst ... 53

Lampiran 4. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 28 hst ... 55

Lampiran 5. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 35 hst ... 57

Lampiran 6. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 42 hst... 59

Lampiran 7. Rataan Tinggi TanamanTembakau Deli Pengamatan 49 hst ... 61

Lampiran 8. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 7 hst ... 63

Lampiran 9. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 14 hst ... 64

Lampiran 10. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 21 hst ... 65

Lampiran 11. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 28 hst ... 67

Lampiran 12. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 35 hst ... 69

Lampiran 13. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 42 hst ... 71

Lampiran 14. Rataan Jumlah Daun Tembakau Deli Pengamatan 49 hst ... 73

Lampiran 15. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke II ... 76

Lampiran 16. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke III... 79

Lampiran 17. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke IV... 82

Lampiran 18. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke V ... 85

Lampiran 19. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke VI... 88

Lampiran 20. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke VII ... 91

Lampiran 21. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke VIII... 94

Lampiran 22. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke IX... 97

Lampiran 23. Rataan Persentase SeranganPythiumspp. Tanaman Tembakau Deli Pengamatan Ke X... 100

Lampiran 24. Rataan Produksi Tanaman Tembakau Deli ... 103

Lampiran 25. Bagan Penelitian... 105

Lampiran 26. Bagan Perlakuan... 106

Lampiran 27. Deskripsi Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tobacum L.)... 107

(14)

ABSTRAK

Winda Arisandi Nasution, Pengaruh Bio VA-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccumL.) Di Rumah Kaca .

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTP Nusantara II dan di Labaoratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai April 2008.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama Bio VA-Mikoriza

yang terdiri M0 (Kontrol) dan M1 (BioVA-Mikorizadengan dosis 5 g/tan). Faktor kedua pemberian arang yaitu A0 (Kontrol), A1 (arang cangkang kelapa sawit dengan dosis 8 g/tan), A2 (arang sekam padi dengan dosis 8 g/tan), A3 (arang batok kelapa dengan dosis 8 g/tan), A4 (arang serbuk gergaji dengan dosis 8 g/tan). Parameter pengamatan adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), persentase serangan (%), dan produksi daun (g/tan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BioVA-Mikorizaberpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), persentase serangan (%),dan produksi daun (g/tan) sedangkan arang yang paling efektif bagi pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, persentase serangan dan produksi daun adalah arang cangkang kelapa sawit (A1). Interaksi antara Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang berpengaruh sangat nyata terhadap persentase serangan jamur

Pythiumspp.

Persentase serangan pada perlakuan Bio VA-Mikoriza, terendah terdapat pada M1 sebesar 5,00% dan tertinggi terdapat pada M0 sebesar 80,00%. Pada perlakuan arang rataan persentase serangan terendah terdapat pada A1 sebesar 29,17% dan tertinggi terdapat pada A0 sebesar 62,50%. Interaksi antara Bio

VA-Mikorizadan pemberian arang terhadap persentase serangan terendah terdapat pada M1A1, M1A2, M1A3, M1A4 sebesar 0,00% dan tertinggi terdapat pada M0A0 sebesar 100,00%.

(15)

ABSTRACT

Winda Arisandi Nst, The Effect of Bio VA-Mycorrhiza And Charcoal Treatment To Fungy Pythium spp. On Deli Tobacco Plant (Nicotiana tabaccumL.) in Green House .

This research was conducted in Green House of Deli Tobacco Research PTP Nusantara II and the laboratory of Departement of Plant Pest and Diseases, Faculty Of Agriculture, University of North Sumatera, Medan with approximately ± 25 metres height from the sea level. This research was conducted from February to April 2008.

This research used factorial Block Randomized Design consisting of two factors and three replications. First factor was Bio VA-Mycorrhizaconsisting MO (Control) and M1 (Bio VA-Mycorrhiza with dose 5 g/plant). The second factor was charcoal treatment, that was A0 (Control), A1 (oil palm charcoal with dose 8 g/plant), A2 (rice husk charcoal with dose 8 g/plant), A3 (coconut shell charcoal with dose 8 g/plant), A4 (saw dust charcoal with dose 8 g/plant). The parameter are high of plant (cm), amount of leaves (sheets), disease severity (%), and leaf production (g/plant).

The result of research showed that Bio VA-Mycorrhiza was very significant different to high of plant (cm), amount of leaves (sheets), disease severity (%), and leaf production (g/tan) but the effective charcoal for the height of plant, amount of leaves, disease severity, and leaf production was oil palm charcoal (A1). Interaction between Bio VA-Mycorrhiza and Charcoal Treatment were very significant different to disease severity of fungyPythiumspp.

Disease severity in Bio VA-Mycorrhiza, the lowest was M1 (5,00%) and the highest was M0 (80,00%). On the charcoal treatment, the lowest disease severity average was on A1 (29,17%) and the highest was on A0 (62,50%). Interaction between Bio VA-Mycorrhiza and charcoal treatment to the lowest disease severity were on M1A1, M1A2, M1A3, M1A4 (0,00%) and the highest was on M0A0 (100,00%).

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika. Asal mula tembakau liar tidak diketahui dengan pasti karena tanaman ini sangat tua dan telah dibudidayakan berabad-abad lamanya. Tanaman tembakau telah menyebar ke seluruh Amerika Utara, sebelum masa kedatangan orang kulit putih. Pada tahun 1556, tanaman tembakau diperkenalkan di Eropa, dan mula-mula hanya digunakan untuk keperluan dekorasi dan kedokteran/medis saja. Jean Nicot, yang pertama kali melakukan eksploitasi tanaman ini di Perancis. Kemudian, tanaman tembakau menyebar dengan sangat cepat di seluruh Eropa, Afrika, Asia, dan Australia (Matnawi, 1997).

Tembakau telah terkenal sebagai komoditi ekspor sejak dua setengah abad yang lalu, yakni ketika penguasa kolonial yang kemudian digantikan oleh pemodal swasta mengusahakan untuk pasaran Eropa. Kira-kira dua abad sejak diperkenalkannya tembakau oleh bangsa Portugis di Nusantara, tanaman tembakau merupakan tanaman untuk konsumsi kelompok elit, dan kemudian secara bertahap meluas menjadi konsumsi rakyat kebanyakan (PedmodanDjatmiko, 1991).

(17)

Di dunia pertembakauan internasional, Indonesia telah terkenal karena jenis tembakau cerutu. Sebab sejak 2,5 abad yang lalu, Indonesia sudah mengekspor jenis tembakau ini. Tembakau cerutu yang paling terkenal yaitu tembakau Deli. Di samping tembakau deli, yang termasuk jenis tembakau cerutu yaitu tembakau besuki dan tembakau vorstenlanden. Di pasaran internasional, tembakau Deli lebih dikenal sebagai tembakau sumatera, sedangkan tembakau besuki dan tembakau vorstenlanden lebih dikenal dengan nama tembakau jawa (Tim Penulis, 1993).

Tembakau Deli saat ini masih merupakan primadona tembakau cerutu, kegunaannya lebih diutamakan untuk pembungkus cerutu, bahkan daun tembakau Deli lebih terkenal sebagai pembungkus dan pembalut cerutu nomor satu di dunia, sehingga tetap dibutuhkan oleh pabrik penghasil cerutu berkualitas tinggi. Tembakau Deli termasuk tembakau kelas elit serta mempunyai keistimewaan antara lain memiliki ciri, rasa, dan aroma khas yang tidak dapat digantikan posisinya dengan tembakau jenis lain (Erwin, 2000).

Perkembangan penanaman tembakau di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan perkembangan perdagangan di dunia luar. Di samping itu karena pengaruh iklim dan tanah di daerah-daerah pertanaman dan cara-cara bercocok tanam, banyak terdapat tipe-tipe atau jenis-jenis tembakau antara lain : tembakau susur, tembakau untuk sigaret kretek, rokok lintingan, tembakau sigaret putih, dan tembakau cerutu yang hasilnya dipasarkan di Eropa untuk industri cerutu (AbdullahdanSoedarmanto, 1990).

(18)

pengendalian seperti pemilihan varietas tahan, pengaturan jarak tanam, perawatan benih dan pengendalian secara kimia telah dilakukan agar tanaman terhindar dari penyakit (Mujokodkk, 1999).

Tanaman tembakau Deli sangat peka terhadap penyakit, seperti penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri maupun virus. Penyakit tumbuhan menyebabkan kerugian yang cukup besar di setiap musim tanam. Kemunculan penyakit dapat terjadi pada berbagai fase mulai dari persemaian sampai saat panen, bahkan penyakit dapat terjadi pula pada periode lepas panen. Salah satu jenis penyakit tanaman yang menyerang pertanaman tembakau adalah penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamurPythiumspp. (Erwin, 2000).

Pythium ini tergolong kedalam kelas Phycomycetes. Penyakit ini sering disebut sebagai penyakit hangus batang atau damping off yang dapat menyebabkan turunnya produksi sampai 20 %, karena tidak baiknya bibit. Jamur ini pada umumnya berkembang di daerah tropika. Sumber penyakit pada umumnya terdapat di dalam tanah yang dipergunakan, atau terikut oleh aliran air hujan dan sebagainya (Erwin, 2000).

Usaha pengendalian penyakit tanaman akhir-akhir ini lebih banyak ditekankan pada pengendalian secara biologi. Salah satu mikroba yang berpotensi sebagai agen antagonis patogen tular tanah termasuk Pythium spp. adalah jamur Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) (Hersanti, 1997).

Penggunaan agen biologi sebagai pengendali patogen tular tanah memerlukan kondisi tanah yang cukup mendukung. Menurut Kobayashi dan

Branch (1989) dalam Hersanti (1997), kombinasi perlakuan antara jamur MVA dengan arang kelapa sawit pada tanaman ketimun lebih aktif dalam menekan layu

(19)

VA-Mikorizaadalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. Bio VA-Mikorizadapat membantu dan mempermudah akar tanaman dalam menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Sehubungan dengan uraian diatas, untuk mengetahui lebih lanjut dalam menekan serangan jamur Pythium spp. maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengendalikan penyakit ini di lapangan pada tanaman tembakau Deli.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian beberapa jenis arang terhadap jamur Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli di rumah kaca.

2. Untuk mengetahui jenis arang yang efektif dalam membantu pertumbuhan Bio VA-Mikoriza untuk menekan jamur Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli.

Hipotesis Penelitian

1. BioVA-Mikorizaefektif dalam menekan pertumbuhan jamurPythiumspp. 2. Pemberian arang efektif menekan pertumbuhan jamurPythiumspp.

3. Interaksi antara Bio VA-Mikoriza dan beberapa jenis arang efektif dalam menekan perkembangan jamurPythiumspp. pada tanaman tembakau Deli.

(20)

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L)

Tembakau termasuk golongan tanaman semusim, dalam dunia pertanian tergolong dalam tanaman perkebunan. Tembakau diklasifikasikan sebagai berikut; Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Personatae Famili : Solanaceae Genus : Nicotiana

Spesies :Nicotiana tabaccum.L. (Matnawi, 1997).

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur terkadang dapat tumbuh sepanjang 7,5 cm. Selain akar tunggang terdapat bulu-bulu akar dan akar serabut. Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap air yang berlebihan karena dapat mengganggu pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997).

(22)

bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang sekitar 5 cm (Cahyono, 1998).

Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya berbentuk tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Ketebalan daun ynag berbeda-beda, tergantung varietas budidaya. Daun tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun yang terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 1998).

Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing-masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet yang panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya sedangkan yang lain berwarna putih. Bunga tembakau akan mekar secara berurutan dari yang paling tua ke paling muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup kemungkinan terjadi peryerbukan silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan biji-biji untuk perkembangbiakan (Cahyono, 1998).

Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang membesar. Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah ini dihubungkan oleh sebatang tangkai putik dengan sebuah kepala putik diatasnya (Cahyono, 1998).

(23)

jadi masak, biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila disemaikan, sehingga biji-biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi kira-kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah. Untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (AbdullahdanSoedarmanto, 1998).

Jika diurutkan ke bawah, tembakau termasuk sub-famili Nicotianae dan genus Nicotiana. Dari sekian banyak species, yang mempunyai arti ekonomi paling tinggi diantaranya spesiesNicotiana tabacumdanNicotiana rustica. Kedua spesies tembakau ini bisa dibedakan dari bentuk dan warna bunganya. Lebih teliti lagi, kedua spesies ini dapat dibedakan dengan menggunakan mikroskop. Walaupun keduanya dalam keadaan diploid mempunyai jumlah kromosom yang sama (48), tetapi di bawah mikroskop bentuknya mudah dibedakan. Beberapa spesies lainnya cukup dikenal baik, tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi terlalu tinggi dan lebih banyak dikenal sebagai tanaman hias (Akehurst, 1991).

Syarat Tumbuh

Tanah

(24)

juga yang ditanam pada tanah-tanah sedimenter dan tanah alluvial yang endapannya mengandung bahan drastis (Tim Penulis, 1993).

Sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah alluvial adalah liat berpasir dengan kandungan pasir 50% dengan tekstur debu. Strutur tanah yang baik untuk budidaya tembakau adalah gembur. Karena tanah yang demikian itu memudah pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan peredaran udara di dalam tanah sehingga dapat mencegah menggenangnya air (Matnawi, 1997).

Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendaki ketinggian tempat penanaman yang berbeda-beda. Jenis tembakau cerutu menghendaki daun yang tipis dan elastis. Daerah - daerah yang cocok untuk penanaman tembakau cerutu adalah daerah dataran rendah. Misalnya, daerah Klaten dengan ketinggian tempat 120 300 m dpl., daerah Deli dengan ketinggian tempat 120 200 m dpl (Tim Penulis, 1993).

Iklim

Keadaan temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan jenis tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang rendah. Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur yang cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21 - 32,30 C. Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan

tembakau Deli adalah 270C (Cahyono, 1998).

(25)

mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500 2000 mm. Untuk pengelolahan tembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan penanamannya di usahakan pada waktu musim kemarau (Matnawi, 1997).

Kelembapan udara baik untuk di ketahui guna memperhitungkan saat merajalelanya perkembangan cendawan seperti penyakit patik. Kelembaban udara berpengaruh pula pada lamanya pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara yang baik untuk tembakau Deli berkisar antara 62 85% (Matnawi, 1997).

Penyakit Busuk Batang pada Tembakau (Pythiumspp.) Biologi Penyakit

Penyakit rebah semai atau hangus batang (busuk batang) pada tembakau disebabkan oleh jamurPythiumspp. yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisio : Mycota Subdivisio : Eumycotina Kelas : Phycomycetes Ordo : Peronosporales Family : Pythiaceae Genus : Pythium Spesies :Pythiumspp. (Erwin, 2000).

Jamur Pythium spp. mempunyai miselium kasar, lebarnya kadang-kadang

(26)

lonjong), jamur juga membentuk sporangium yang bentuknya tidak teratur seperti batang atau bercabang-cabang, yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering

disebut presporangium dan ukurannya dapat mencapai 800 x 20 m, sedangkan

Oospora memiliki dinding yang agak tebal dan halus, diameter 17-19 m. Hifa

Pythium spp. adalah hialin, tidak bersepta dan umumnya memiliki lebar 4-6 m.

Pada agar kentang jamur membentuk banyak klamidospora bulat yang berukuran

21-39m (Semangun, 2000).

Sporangia panjangnya bervariasi dari 50-1000m dan umumnya memiliki

cabang multi. Sporangia hanya berkecambah dengan produksi vexicle yang membebaskan zoospora. Oogonia berbentuk spherical dan terminal dengan

diameter 22-27m (Erwin, 2000).

Gambar 1. Bentuk Klamidospora pada jamurPythiumspp. a : Miselium ; b : Klamidospora

Sumber : Foto Langsung

Gejala Penyakit

a

(27)

Di Deli selain di pembibitan jamurPythiumspp. juga menyerang tanaman tembakau muda yang baru saja di pindah ke lapangan, dan menimbulkan penyakit yang disebut batang terbakar parasiter (parasitaire stengel verbranding, Bld.) (Semangun, 2000).

Di kebun, penyakit busuk batang timbul pada hari-hari pertama sesudah pemindahan. Pangkal batang berlekuk sepanjang 1-15 cm dan membusuk. Tanaman yang sakit busuk batang ini biasanya tidak menunjukkan gejala kelayuan yang jelas. Kulit batang sama sekali rusak dan empelur batang berlubang. Kalau batang belum berkayu tanaman akan rebah, karena batang yang terserang mudah sekali patah. Akhirnya tanaman busuk basah menjadi suatu massa berwarna gelap atau hitam (Semangun, 2000).

Akar tanaman yang terinfeksi jamur Pythium spp. akan berwarna coklat muda dan akan terlihat berair. Pengamatan mikroskopis dari jaringan korteks umumnya menunjukkan adanya jamur oospora dan beberapa tanaman akan mengalami penggulungan dan klorotik (Erwin, 2000).

Gambar 2. Gejala SeranganPythiumspp. Pada Tanaman Tembakau a : Jaringan yang sakit

Sumber : Foto Langsung

(28)

Daur Hidup

Temperatur optimum untuk Pythium spp. yang menyerang tanaman tembakau bervariasi cukup besar yaitu berkisar 24 350 C, pH optimum yang

diinginkan adalah 5,5. Jamur ini bersifat polifag sehingga dapat mempunyai beberapa jenis tanaman inang antara lain lamtoro (Leucana leucocephala), bayam (Amaranthus sp.), kucingan (Mimosa pudica), kerokot (Portulaca oleracea) (Erwin, 2000).

Pythium spp. terdapat di dalam tanah sebagai saprofit atau dalam bahan-bahan organik yang mengalami perombakan atau sebagai parasit fakultatif yang lemah dan dapat bertahan untuk masa waktu tertentu tanpa adanya makanan. Sporangium akan berfungsi sebagai struktur survival jangka panjang (Erwin, 2000).

Faktor Yang Mempengaruhi

Pada tanah yang mengandung air tinggi dan bibit yang rapat merupakan hal yang tidak dikehendaki untuk proses petumbuhan yang cepat dari jaringan tembakau. Demikian halnya pH tanah antara 5,4 sampai 7,5 mendukung atau merangsang untuk berkembangnya rebah semai. Di samping itu faktor-faktor lain seperti bibit yang lambat tumbuh atau yang terluka oleh kadar garam tinggi dan infeksi nematoda dapat meningkatkan kerusakan pada tanaman tembakau oleh patogen ini (Lucaset al. 1985).

(29)

yang lemah. Jamur Pythium ini mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap suhu antara 15 300C (Mehrotra, 1983).

Pengendalian

Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit

Pythiumspp. sebagai berikut :

1. Untuk media pembibitan diusahakan tanah yang mudah menyerap air, agar kelembaban tanah tidak terlalu tinggi, terutama pada musim hujan.

2. Sanitasi, dengan membuang bibit yang sakit untuk menghindari penularan lebih lanjut, juga membuang bibit disekitar pembibitan yang sakit dengan radius 1 m atau lebih.

3. Jarak tanam bibit agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban di pembibitan.

4. Penyemprotan dengan fungisida terutama yang mengandung bahan aktif metalaxyl. Rekomendasi penggunaan fungisida harus diikuti dengan benar. (Erwin, 2000).

(30)

BioVA-Mikoriza

Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur. Mikoriza secara umum terbagi atas 2 (dua) golongan, yaitu : ektomikoriza dan endomikoriza. Pembagian ini didasarkan pada tempat mikoriza bersimbiosis pada akar. Ektomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi permukaan luar tanaman dan di antara sel-sel apeks akar. Endomikoriza : merupakan mikoriza yang menginfeksi bagian dalam akar tanaman di dalam dan di antara sel-sel apeks akar (Wikipedia, 2007).

Gambar 3.Glomussp. a : Spora ; b : Hifa Sumber : Delviandkk(2006)

Bio VA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. Bio VA-Mikoriza ini digunakan untuk membantu dan mempermudah akar tanaman menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan VA-Mikorizalebih tahan terhadap kekeringan.

Ada 4 manfaat mikoriza yaitu :

a

(31)

1. Berfungsi melarutkan mineral tanah khususnya fosfat yang sangat dibutuhkan tanaman.

2. Membantu proses penyerapan mineral dan air ke dalam akar tanaman. 3. Menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman antimikrobial.

4. Digunakan cukup hanya sekali pada saat tanaman disemai, jumlah

VA-Mikorizaterus bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Sifat tahan pada tanaman terbentuk sebelum patogen menginfeksi inang, artinya mikoriza sudah terlebih dulu mengkolonisasi akar. Ketahanan ini berupa perubahan struktur akar dan terbentuknya penghalang infeksi patogen. Akar terselimuti oleh hifa eksternal, terjadi pada epidermis, terbentuknya lignifikasi atau berubahnya struktur kimia lapisan eksodermis akar sehingga akar dapat terhindar dari serangan patogen tanah seperti jamurPythiumspp. (Rompas, 1997). Bio VA-Mikoriza yang digunakan berasal dari akar tanaman pinus (Pinus mercusii). Komposisi dari Bio VA-Mikoriza ini terdiri dari tanah yang berasal dari daerah sekitar perakaran tanaman Pinus, tepung tongkol jagung, dan spora dari jamurGlomussp. (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Hubungan timbal baik antara cendawan mikoriza dengan tanaman inangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya (simbiosis mutualistis). Karenanya inokulasi cendawan mikoriza dapat dikatakan sebagai

(32)

bahan induk. Sedangkan secara langsung, cendawan mikoriza dapat meningkatkan serapan air, hara dan melindungi tanaman dari patogen akar dan unsur toksik. Ada 5 hal yang dapat membantu perkembangan tanaman dari adanya mikoriza ini yaitu :

1. Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah

2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadap infeksi patogen akar.

3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan kelembaban yang ekstrim

4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh lainnya seperti auksin

5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Pemberian inokulum mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tumbuhan dan kemampuan tanaman memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi jamur MVA dapat memperluas bidang serapan akar, berkat adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melebihi jangkauan bulu akar. Selain itu MVA dapat pula meningkatkan kandungan klorofil, penyerapan air, dan zat perangsang tumbuh. Terpacunya produksi substansi-substansi zat perangsang tumbuh, menjadikan tanaman lebih toleran terhadap shock, terutama untuk tanaman yang dipindahkan ke lapangan (Rompas, 1997).

(33)

lebih tinggi terhadap keracunan logam berat, kekeringan, suhu, pH tanah, dan serangan beberapa patogen tular tanah (SoenartiningsihdanTalanea, 1997).

Peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen juga dipengaruhi oleh adanya beberapa jamur MVA yang dapat menghasilkan antibiotik, misalnya fenol, quinone dan berbagai phytoalexine. Tanaman yang terinfeksi jamur MVA dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding dengan yang tidak terinfeksi MVA. Juga mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak disbanding tanaman yang tidak terinfeksi MVA. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan ketahanan melalui eksudat akar. Eksudat akar yang terinfeksi jamur MVA berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi jamur MVA. Perubahan eksudat akar sangat mempengaruhi mikroorgainsme dalam rhizosfer dan bentuk perubahannya dapat mengakibatkan meningkatkan ketahanan tanaman, sehingga dapat menguntungkan tanaman karena tanaman dapat terhindar serangan patogen tanah. Dosis yang umum digunakan adalah sebesar 20 gram/tanaman (SoenartiningsihdanTalanea, 1997).

Arang

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi (TryanadanSarma, 2007).

(34)

tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara (TryanadanSarma, 2007).

Arang kelapa sawit mempunyai kemampuan menjadi media tumbuh yang baik bagi beberapa jamur antagonis, sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik, dan mampu menekan jamur penyebab penyakit tumbuhan (Hersanti, 1997).

Pemberian arang kelapa sawit dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, suasana pH tanah yang lebih sesuai, dan porositas tanah yang lebih baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangan populasi Mikoriza lebih baik. Dosis arang kelapa sawit yang diberikan untuk membantu pertumbuhan Mikoriza adalah sebesar 37,5 gram/ tanaman (Hersanti, 1997).

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara luas dan secara umum jumlahnya cukup banyak, di berbagai daerah pertanian. Sekam padi mengandung 11,5% air, 20,03% abu dan 44,31 selulosa. Bio

(35)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tembakau Deli (BPTD) PTP Nusantara II dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan April 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman tembakau var F1-45, Bio VA-Mikoriza, arang cangkang kelapa sawit, arang sekam padi, arang batok kelapa, arang serbuk gergaji, PDA, tanaman yang terserangPythiumspp., alkohol 96 %, Clorox 0,1%, dan Aquades.

Adapun alat yang digunakan adalah cawan petri, erlenmeyer, handsprayer, objek glass, plastik, kukusan, polibeg, dan plank.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor 1 : BioVA-Mikoriza(M)

M0 : Kontrol (tanpa perlakuan)

(36)

Faktor 2 : Pemberian Arang (A)

A0 : Kontrol (tanpa perlakuan)

A1 : Arang cangkang kelapa sawit dengan dosis 8 g/tan A2 : Arang sekam padi dengan dosis 8 g/tan

A3 : Arang batok kelapa dengan dosis 8 g/tan A4 : Arang serbuk gergaji dengan dosis 8 g/tan Kombinasi Perlakuan :

M0A0 M0A1 M0A2 M0A3 M0A4 M1A0 M1A1 M1A2 M1A3 M1A4 Jumlah kombinasi perlakuan (tanaman) = 10

Jumlah ulangan (r) = (t-1) (r-1) 15 (10-1) (r-1) 15 9(r-1) 15

9r 15 + 9 r 24 : 9 r 2,66

r 3 Jumlah ulangan = 3

(37)

Ukuran plot : 1600 cm2

Jarak antara plot : 70 cm Jarak antara blok : 100 cm Jarak antara polibeg : 40 x 40 cm

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk =+i+j+ ()ij+ijk

Keterangan :

Y k = Respon tanaman yang diamati

 = Nilai tengah umum (rataan)

i = Pengaruh taraf ke i dari faktor A

j = Pengaruh taraf ke j dari faktor B

() = pengaruh interaksi taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j dari faktor B

k = pengaruh sisa (galat percobaan ) taraf ke i dari faktor A dan taraf ke j

dari faktor B pada ulangan ke k (Sastrosupadi, 2000)

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan bedengan

(38)

cm bagian depan dan 80 cm bagian belakang. Atap payungan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan bawah terdiri dari plastik transparan putih dan lapisan atas terdiri dari atap lalang.

Pada bedengan persemaian permukaan harus rata dan halus, diberi alas dengan plastik tembus air, diisi dengan media campur dengan komposisi tanah : kompos : pasir sebanyak 5 : 3 : 2, pada setiap sisi diberi bambu untuk menahan media campuran. Tinggi media campuran 6 cm. Pada bedengan jarangan permukaan bedengan harus miring bagian depan dengan tinggi bedengan 30 cm dan bagian belakang 40 cm, permukaan bedengan diberi lembaran plastik yang tidak tembus air. Arah depan bedengan pada bagian yang tinggi menghadap ke timur dan arah belakang menghadap ke barat.

Persiapan bibit tembakau

Benih tembakau varietas F1-45 terlebih dahulu direndam di ruangan yang tidak langsung terkena sinar matahari selama 3 hari agar kulitnya melunak dan mudah untuk berkecambah. Setelah 3 hari benih tersebut ditaburkan secara merata pada media persemaian. Setelah berumur 16-20 hari bibit siap untuk dipindahkan ke plat bibit hingga bibit berumur 40 hari dan siap untuk dipindahkan ke lapangan.

Persiapan media tanam

Tanah top soil, pasir dan kompos yang akan digunakan (2:1:1) diayak terlebih dahulu. Diletakkan pada tempat yang terlindung. Media campuran tersebut kemudian disterilkan (sterilisasi uap panas) dengan cara memanaskannya

(mengkukus) pada suhu  1100 C, selama 30 menit. Media yang telah

(39)

polibeg ukuran 25 kg setinggi 2/3 dari polibeg. Disusun rapi menjadi 3 bagian, yaitu ulangan I, II dan III dengan masing-masing plot terdapat 4 polibeg.

Susunan polibeg

Sebelum polibeg disusun, areal atau rumah kaca yang akan digunakan harus diukur agar susunan polibeg tampak rapi dan lurus. Jarak tanam, tanaman tembakau yang ada di polibeg disesuaikan berdasarkan ukuran polibeg yang

digunakan. Susunan polibeg di rumah kaca harus sudah di susun  10 hari sebelum tanaman tembakau ditanam.

Pemberian Arang dan BioVA-Mikoriza

Pengaplikasian arang dilakukan pada saat pengisian tanah kedalam polibeg dengan dosis 8 g/polibeg. Setelah 3 hari dilakukan pengaplikasian Bio

VA-Mikoriza dengan dosis 5 g/polibeg. Aplikasi dilakukan 7 hari sebelum dilakukan penanaman.

Penanaman

Tanaman tembakau yang telah berumur 40 hari di pembibitan kemudian ditanam kedalam polibeg yang telah tersedia. Sebelum penanaman dilakukan penyiraman pada media tanam 1 hari sebelum penanaman.

Penyiraman

Kebutuhan air untuk tembakau yang ditanam di polibeg merupakan suatu hal yang mendasar karena media yang terbatas. Interval dan volume penyiraman harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman dilakukan sebanyak 3 kali bila cuaca panas dan 2 kali bila cuaca mendung setiap harinya. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handsprayer.

(40)

Bibit yang pertumbuhannya abnormal atau mati diganti dengan bibit yang diambil dari persemaian atau tanaman cadangan yang umurnya sama. Penyisipan bibit untuk tanaman yang dilakukan 3 hari setelah tanam dilakukan sampai tanaman berumur 7 hari. Hal ini perlu karena semua bibit tanaman harus sehat, tanaman sisispan disiapkan di pololibeg-polibeg lain sebagai cadangan. Tanaman sisipan harus sama umurnya dengan tanaman utama.

b. Tambah Media 1 x

Tambah media 1x dilaksanakan pada tanaman berumur 7-10 hari dengan tambah media 4 kg topsoil kedalam polibeg. Media tambahan ini telah disiapkan didalam goni pada saat pengisian media ke polibeg.

c. Tambah media 2x

Tambah media 2x dilaksanakan pada tanaman berumur 16-20 hari dengan menambah media 6 kg kedalam polibeg atau secukupnya.

d. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 3 kali (30 g/tan) selama masa penanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK (12,5 : 7,5 : 10) dan pupuk KNO3. Pupuk NPK dengan dosis 2/3 (20 g/tan) yang diberikan dua kali, pertama

pada saat bibit tembakau akan ditanam ke polibeg yang diberikan pada lubang tanam sebanyak 1/3 (10 g/lubang tanam), pemupukan kedua dilakukan pada saat tambah media 1x pada umur 7-10 hari sebanyak 1/3 (10 g/tan) ditabur disekitar tanaman (melingkar). Pupuk KNO3 diberikan pada umur tanaman 16-20 hari

(pada saat tambah media 2x) sebanyak 1/3 (10 g/tan) diberikan dengan cara ditabur di sekitar tanaman (dibuat melingkar).

(41)

Jika terdapat serangan hama pada tanaman maka akan dilakukan pengendalian hama dengan cara mekanis yaitu dengan cara mengutip hama atau menyemprotnya dengan insektisida sesuai dosis anjuran. Sedangkan bila terdapat serangan penyakit lain maka akan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan fungisida sesuai rekomendasi dan dosis yang dianjurkan.

Penyediaan sumber inokulumPythiumspp.

Sumber inokulum diambil dari tanaman tembakau yang terserang patogen

Pythium spp. Bagian tanaman yang terinfeksi dibersihkan dengan aquades steril. Bagian batang yang terserang di potong-potong (0,5 x 0,5 cm) lalu disterilisasi permukaannya dengan khlorox 0,1 % selama dua menit. Kemudian dibilas permukaannya dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Selanjutnya potongan batang tersebut di keringkan di atas kertas saring. Potongan tersebut kemudian ditanamkan diatas media PDA. Setelah miselium tumbuh, miselium tersebut diperiksa dengan menggunakan mikroskop kemudian miselium dari jamur

Pythium spp. diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni. Biakan murni yang digunakan adalah biakan yang telah berumur lima hari.

SuspensiPythiumspp.

Biakan murni dari Pythiumspp. diberi aquades steril sebanyak 10 ml, lalu diguncang-guncang dengan menggunakan shaker selama 15 menit agar bagian permukaan atas dari media terlepas dan tercampur dengan larutan air. Setelah itu suspensi disaring dengan menggunakan kertas saring. Larutan inilah yang kemudian diinokulasikan ke tanaman tembakau.

Inokulasi suspensiPythiumspp.

(42)

dilakukan dengan cara disemprotkan (dikalibrasikan) dengan menggunakan handsprayer sampai tanah tersebut basah. Kalibrasi penyemprotan suspensi

Pythium spp. Harus sama banyaknya pada setiap tanaman. Inokulasi dilakukan pada saat tanaman tembakau berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Peubah Amatan

1. Persentase kerusakan (%)

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tanaman tembakau yang terserang jamur Pythium spp. Pengamatan pertama dilakukan 3 hari setelah inokulasi suspensi Pythium spp. dengan interval 3 hari sekali. Persentase kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus :

P = a X 100% a + b

Dimana :

P = Persentase serangan

a = Jumlah tanaman yang terserang b = Jumlah tanaman yang sehat (Abadi, 2003)

2. Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pertama kali pada saat tanaman telah berumur satu minggu setelah dipindahkan ke lapangan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati jumlah daun tanaman tembakau setiap minggunya. Data diambil setiap minggu sampai panen selesai.

3. Tinggi tanaman (cm)

(43)

pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya. Data diambil setiap minggu sampai panen selesai.

4. Pemanenan

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian arang Terhadap Jamur Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacumL.) Di Rumah Kaca adalah sebagai berikut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

a. Pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap tinggi tanaman tembakau Deli

Data pengamatan tinggi tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 7-49 hst dapat dilihat pada lampiran 1-7. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Bio VA-Mikoriza memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7-14 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan 21 hst dan berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 28-49 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Tinggi Tanaman

(cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 M0 5.35 10.86 17.16 b 30.94 B 41.32 B 42.89 B 43.57 B M1 5.33 10.91 17.62 a 37.81 A 53.76 A 71.81A 76.44 A Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % (notasi huruf kecil) dan taraf 1 % (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

b. Pengaruh pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli

(45)

berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 28 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Arang Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 A0 5.28 10.88 16.80 b 27.34 D 37.92 46.04 b 51.96 b A1 5.77 11.03 17.81 a 41.58 A 51.32 65.35 a 67.46 a A2 5.43 10.92 17.59 a 37.62 AB 51.25 61.45 a 63.07 a A3 5.36 10.83 17.46 a 34.47 BC 49.66 57.64 a 59.54 ab A4 4.88 10.77 17.30 ab 30.87 CD 47.55 56.29 ab 58.01 ab Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % (notasi huruf kecil) dan taraf 1 % (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

c. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli

Data pengamatan tinggi tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 7-49 hat dapat dilihat pada lampiran 1-7. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pengaruh BioVA-Mikoriza dan pemberian arang berpengaruh nyata hanya pada pengamatan 28 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian Arang Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 M0A0 5.28 10.84 16.49 20.81 d 28.95 31.41 31.93 M0A1 5.68 10.85 17.50 35.87 b 46.10 53.92 54.94 M0A2 5.61 10.90 17.44 37.83 b 46.41 48.25 48.97 M0A3 5.49 10.96 17.29 31.49 bc 44.58 41.25 41.81 M0A4 4.71 10.74 17.11 28.72 c 40.54 39.61 40.22 M1A0 5.29 10.91 17.10 33.87 bc 46.88 60.66 71.98 M1A1 5.86 11.21 18.12 47.29 a 56.54 76.77 79.97 M1A2 5.24 10.94 17.74 37.40 b 56.09 74.64 77.16 M1A3 5.23 10.69 17.64 37.45 b 54.74 74.02 77.27 M1A4 5.05 10.79 17.49 33.03 bc 54.57 72.98 75.79 Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

(46)

a. Pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli Data pengamatan jumlah daun tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 7-49 hst dapat dilihat pada lampiran 8-14. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Bio VA-Mikoriza memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7-14 hst tetapi berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 28-49 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Jumlah Daun (helai) Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 M0 3.60 5.42 6.57 a 8.00 B 11.13 B 11.27 B 12.00 B M1 3.63 5.55 6.68 a 8.37 A 13.15 A 15.05 A 17.02 A Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % (notasi huruf kecil) dan taraf 1 % (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

b. Pengaruh pemberian arang terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli Data pengamatan jumlah daun tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 7-49 hst dapat dilihat pada lampiran 8-14. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pemberian arang memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7, 14 dan 35 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan 21 dan 42 hst serta berpengaruh sangat nyata pada pengamatan ke 28 dan 49 hst.

Tabel 5. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Arang Terhadap Jumlah Daun (helai) Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 A0 3.50 5.38 6.63 ab 7.83 C 11.54 12.75 bc 13.50 C A1 3.79 5.63 6.79 a 8.58 A 12.67 13.79 a 15.92 A A2 3.63 5.58 6.67 ab 8.33 AB 12.42 13.67 ab 15.17 AB A3 3.63 5.50 6.54 b 8.13 BC 12.25 13.04 abc 14.12 BC A4 3.54 5.33 6.50 b 8.04 BC 11.83 12.54 c 13.54 C Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

(47)

c. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli

Data pengamatan jumlah daun tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 7-49 hst dapat dilihat pada lampiran 8-14. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang berpengaruh nyata pada pengamatan 28 hst saja sedangkan pada pengamatan lainnya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli, hal ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :

Tabel 6. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Jumlah Daun (helai) Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 7 14 21 Pengamatan (hst)28 35 42 49 M0A0 3.50 5.17 6.58 7.50 d 10.25 10.75 10.75 M0A1 3.75 5.58 6.75 8.25 bc 11.75 12.08 13.75 M0A2 3.58 5.58 6.67 8.17 bc 11.50 12.08 13.08 M0A3 3.67 5.58 6.42 8.08 c 11.33 11.00 11.83 M0A4 3.50 5.17 6.42 8.00 c 10.83 10.42 10.58 M1A0 3.50 5.58 6.67 8.17 bc 12.83 14.75 16.25 M1A1 3.83 5.67 6.83 8.92 a 13.58 15.50 18.08 M1A2 3.67 5.58 6.67 8.50 b 13.33 15.25 17.25 M1A3 3.58 5.42 6.67 8.17 bc 13.17 15.08 17.00 M1A4 3.58 5.50 6.58 8.08 c 12.83 14.67 16.50 Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

3. Persentase Serangan (%)

a. Pengaruh Bio VA-Mikoriza terhadap persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli

(48)

Tabel 7. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Persentase Serangan (%) Pythiumspp. Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 17 20 23 26 Pengamatan (hst)29 32 35 38 41 44 M0 0.00 6.67A 11.67A 21.67A 26.67A 38.33A 46.67A 61.67A 71.67A 80.00A M1 0.00 0.00B 0.00B 0.00B 0.00B 0.00B 0.00B 0.00B 5.00B 5.00B

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan

b. Pengaruh pemberian arang terhadap persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli

Data pengamatan persentase serangan jamur Pythium spp. tanaman tembakau Deli mulai pengamatan 20-44 hst dapat dilihat pada lampiran 15-23. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pemberian arang memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 26 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan 29-35 hst serta berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 20, 23 dan 38-44 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Arang Terhadap Persentase Serangan (%) Pythiumspp. Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan Pengamatan (hst)

17 20 23 26 29 32 35 38 41 44

A0 0.00 12.50A 16.67A 20.83 29.17a 37.50a 41.67a 45.83A 62.50A 62.50A A1 0.00 0.00B 0.00B 4.17 4.17b 8.33b 12.50b 20.83B 25.00C 29.17C A2 0.00 0.00B 0.00B 4.17 8.33b 12.50b 16.67b 25.00B 29.17BC 33.33BC A3 0.00 0.00B 0.00B 8.33 8.33b 16.67ab 20.83b 29.17B 33.33BC 41.67BC A4 0.00 4.17AB 12.50A 16.67 16.67ab 20.83ab 25.00ab 33.33AB 41.67B 45.83B

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (notasi huruf kecil) dan taraf 1 % (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

c. Pengaruh BioVA-Mikorizadan pemberian arang terhadap persentase serangan

Pythiumspp. pada tanaman tembakau Deli

(49)

Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 26 hst dan berpengaruh nyata pada pengamatan 29-35 hst dan 41-44 hst, serta berpengaruh sangat nyata pada pengamatan 20-23 hst dan pengamatan 38 hst, hal ini dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian Arang Terhadap Persentase Serangan (%) Pythium spp. Pada Tanaman Tembakau Deli Pada Setiap Waktu Pengamatan

Perlakuan 17 20 23 26 Pengamatan (hst)29 32 35 38 41 44 M0A0 0.00 25.00A 33.33A 41.67 58.33a 75.00a 83.33a 91.67A 100.00a 100.00a M0A1 0.00 0.00B 0.00B 8.33 8.33c 16.67bc 25.00b 41.67B 50.00c 58.33d M0A2 0.00 0.00B 0.00B 8.33 16.67bc 25.00bc 33.33b 50.00B 58.33c 66.67cd M0A3 0.00 0.00B 0.00B 16.67 16.67bc 33.33b 41.67b 58.33B 66.67c 83.33bc M0A4 0.00 8.33B 25.00A 33.33 33.33ab 41.67b 50.00b 66.67B 83.33b 91.67ab M1A0 0.00 0.00B 0.00B 0.00 0.00c 0.00c 0.00c 0.00C 25.00d 25.00e M1A1 0.00 0.00B 0.00B 0.00 0.00c 0.00c 0.00c 0.00C 0.00e 0.00f M1A2 0.00 0.00B 0.00B 0.00 0.00c 0.00c 0.00c 0.00C 0.00e 0.00f M1A3 0.00 0.00B 0.00B 0.00 0.00c 0.00c 0.00c 0.00C 0.00e 0.00f M1A4 0.00 0.00B 0.00B 0.00 0.00c 0.00c 0.00c 0.00C 0.00e 0.00f

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (notasi huruf kecil) dan taraf 1 % (notasi huruf besar) menurut Uji Jarak Duncan

4. Produksi Tembakau (g/tan)

a. Pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap produksi pada tanaman tembakau Deli Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 24. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa Bio VA-Mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi daun tembakau Deli, hal ini dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Produksi Daun Tembakau Deli (g/tan)

Perlakuan Rataan Produksi (g/tan) M0 10.00 B

M1 20.79 A

(50)

b. Pengaruh pemberian arang terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 24. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian arang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi daun tembakau Deli, hal ini dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11. Uji Beda Rataan Pengaruh Pemberian Arang Terhadap Produksi Daun Tembakau Deli (g/tan)

Perlakuan Rataan Produksi (g/tan) A0 11.74 D

A1 18.06 A A2 17.40 A A3 15.70 B A4 14.09 C

Keterangan : Angka dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan

c. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap produksi pada tanaman tembakau Deli

Hasil pengamatan produksi tembakau Deli dapat dilihat pada lampiran 24. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa pengaruh Bio VA-Mikorizadan pemberian arang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi daun tembakau Deli, hal ini dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian Arang Terhadap Produksi Daun Tembakau Deli (g/tan)

Perlakuan Rataan Produksi (g/tan)

M0A0 4.98 F

(51)

Pembahasan

1. Tinggi Tanaman (cm)

a. Pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap tinggi tanaman tembakau Deli

Dari data tinggi tanaman pengamatan 28-49 hst pada tabel 1, diperoleh bahwa M0 (kontrol) berbeda sangat nyata terhadap M1 (Bio VA-Mikoriza). Pada pengamatan ke 28-49 hst tinggi tanaman terendah terdapat pada M0 (kontrol) yaitu sebesar 30,94 cm; 41,32 cm; 42,89 cm dan 43,57 cm dan tertinggi terdapat pada M1 (Bio VA-Mikoriza) yaitu sebesar 37,81 cm; 53,76 cm; 71,81 cm dan 76,44 cm. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa BioVA-Mikorizamembantu dalam pertumbuhan tinggi tanaman karena menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman antimikrobial. Hal ini sesuai dengan literatur dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI (2006) yang menyatakan bahwa ada beberapa manfaat mikoriza yaitu berfungsi melarutkan mineral tanah khususnya fosfat yang sangat dibutuhkan tanaman, membantu proses penyerapan mineral dan air ke dalam akar tanaman dan menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman antimikrobial. Untuk melihat perbedaan yang nyata diantara kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

(52)

b. Pengaruh pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli

Dari data tinggi tanaman pengamatan 28 hst pada tabel 2, diperoleh bahwa A0 (kontrol) berbeda sangat nyata terhadap A1 (arang cangkang kelapa sawit), A2 (arang sekam padi), A3 (arang batok kelapa), dan A4 (arang serbuk gergaji). Dari pengamatan 28 hst, tinggi tanaman terendah terdapat pada A0 (kontrol) yaitu sebesar 27,34 cm dan tertinggi pada A1 (arang cangkang kelapa sawit) yaitu sebesar 51,32 cm. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa pemberian arang khususnya arang cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, suasana pH tanah yang lebih sesuai dan porositas tanah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hersanti (1997) yang menyatakan bahwa pemberian arang kelapa sawit dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, suasana pH tanah yang lebih sesuai dan porositas tanah yang lebih baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangan populasi Bio VA-Mikoriza lebih baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Histogram pengaruh pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli (cm) dari pengamatan 7 - 49 hst

(53)

c. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli

(54)

0.00

Gambar 6. Histogram pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap tinggi tanaman tembakau Deli (cm) dari pengamatan 7-49 hst

2. Jumlah daun (helai)

a. Pengaruh BioVA-Mikorizaterhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli Dari data jumlah daun pengamatan 28-49 hst pada tabel 4, diperoleh bahwa M0 (kontrol) berbeda sangat nyata terhadap M1 (Bio VA-Mikoriza). Pada pengamatan 28-49 hst jumlah daun terendah terdapat pada M0 (kontrol) yaitu sebesar 8,00 helai; 11,13 helai; 11,27 helai dan 12,00 helai dan tertinggi terdapat pada M1 (Bio VA-Mikoriza) yaitu sebesar 8,37 helai; 13,15 helai; 15,05 helai dan 17,02 helai. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa Bio VA-Mikoriza membantu dalam pembentukan daun karena Bio VA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI (2006) yang menyatakan bahwa

(55)

khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan VA-Mikoriza lebih

Gambar 7. Histogram pengaruh Bio VA-Mikoriza terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli (helai) dari pengamatan 7-49 hst

(56)

dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.

0.00

Gambar 8. Histogram pengaruh pemberian arang terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli (helai) dari pengamatan 7-49 hst

c. Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli

(57)

sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan literatur dari Hersanti (1997) yang menyatakan hal tersebut diatas. Perbedaan jumlah daun dari interaksi Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini.

0.00

Gambar 9. Histogram pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian arang terhadap jumlah daun tanaman tembakau Deli (helai) dari pengamatan 7-49 hst

3. Persentase serangan (%)

a. Pengaruh Bio VA-Mikoriza terhadap persentase serangan Pythium spp. pada tanaman tembakau Deli

Gambar

Gambar 1. Bentuk Klamidospora pada jamur Pythium spp.a : Miselium ; b : KlamidosporaSumber : Foto Langsung
Gambar 2. Gejala Serangan Pythium spp. Pada Tanaman Tembakaua : Jaringan yang sakitSumber : Foto Langsung
Gambar 3. Glomus sp.
Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Bio VA-Mikoriza dan Pemberian ArangTerhadap Tinggi Tanaman (cm) Tembakau Deli Pada Setiap WaktuPengamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program yang digunakan dalam implementasi website Sistem Informasi Pembagian Ruang Kelas Siswa Baru Menggunakan Metode K-Means Clustering ialah browser Mozilla

Beberapa permasalahan teknis pada jaringan pipa bawah laut muncul terutama terkait dengan kondisi alam dan buatan, seperti kondisi geologi yang berhubungan dengan jalur pipa

Berdasarkan latar belakang di atas maka Tujuan Program ini adalah menghasilkan Model Scientific Hybrid Learning menggunakan aplikasi Brilian (Buku model, modul

Lingkungan Kerja Fisik dan Lingkungan Kerja Non Fisik secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT.Toyota Auto 2000 Sukun

13 Data yang dimaksud adalah hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat (bapak Amin, Darso, Suprat) dan beberapa orang yang secara langsung atau tidak

12 Untuk menjaga tidak terjadi penghakiman oleh media massa, dulu dalam Pasal 3 ayat (7) kode etik jurnalistik PWI menyebutkan: Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan

Pemilihan sistem ini bertujuan untuk memilih komponen kritis pada suatu mesin. Penentuan komponen kritis ini melihat komponen mana saja yang memiliki data kerusakan yang

Analisis data yang dilakukan dengan pendekatan komparatif yaitu dengan membandingkan antara pengukuran kinerja yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pengukuran