• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Di Atas Permukaan Tanah Terhadap Kesalahan Pengukuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Di Atas Permukaan Tanah Terhadap Kesalahan Pengukuran"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR ELEKTRODA

BOLA-BOLA DI ATAS PERMUKAAN TANAH TERHADAP KESALAHAN

PENGUKURAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh:

OKTAFIANUS ZEBUA

NIM : 060402023

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR ELEKTRODA BOLA-BOLA DI

ATAS PERMUKAAN TANAH TERHADAP KESALAHAN PENGUKURAN

Oleh

Oktafianus Zebua

NIM : 060402023

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing,

Ir. Bonggas L. Tobing NIP : 194708171975031002

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir. S. Tarmizi Kasim, M,sc NIP : 195405311986011002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus atas kasih dan

penyertaan-Nya yang begitu besar dalam kehidupan penulis termasuk dalam menyelesaikan Tugas

Akhir yang berjudul :

PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR ELEKTRODA BOLA-BOLA DI

ATAS PERMUKAAN TANAH TERHADAP KESALAHAN PENGUKURAN

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk

memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas

Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus dan

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir penulis

yang sangat besar bantuannya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan sebagai

Dosen wali penulis selama di kampus.

2. Bapak Ir. S. Tarmizi Kasim, M,Si sebagai Ketua Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro

(4)

4. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU.

5. Kedua orang tua saya yaitu Sarotὂdὂ Zebua dan Rosmafiti M arunduri. Kakak

penulis Elfi dan adik penulis Marliani dan Berkat yang memberi dukungan,

semangat dan doanya kepada penulis dengan segala pengorbanan dan kasih

sayang yang tidak ternilai besarnya.

6. Teman baik saya Folda atas segala dukungan maupun bantuannya dan Bonar.

7. Teman-teman stambuk 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu

persatu, atas kebersamaan dan dukungan yang diberikan.

8. Adik-adik stambuk 2009 (Ade, Alfin dll.) dan 2010 (Ando dan Doni) atas

dukungan doanya.

9. Asisten laboratorium tegangan tinggi yang membantu penulis dalam pengambilan

data di laboratorium yaitu Rumondang.

10.Teman- teman seperjuangan dan satu kos dari Jl. Tarigan No. 2b (Mindo dll).

Penulis meyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Kritik

dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat penulis

harapkan.

Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2011 Penulis

(5)

ABSTRAK

Salah satu alat ukur untuk mengukur tegangan tinggi adalah elektroda bola-bola.

Alat ukur ini mudah didapat karena harganya murah. Tembus listrik pada sela elektroda

bola-bola yang disusun secara vertikal dipengaruhi oleh ketinggian elektroda bola-bola

di atas permukaan tanah. Dalam Tugas Akhir ini akan dilihat kesalahan pengukuran

sebagai fungsi jarak elektroda bola-bola di atas permukaan tanah. Informasi tentang

kesalahan ini dapat menjadi acuan dalam menentukan ketinggian elektroda bola-bola di

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vi

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1Latar Belakang...1

I.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian...2

I.3 Batasan Masalah...2

I.4 Metodologi Penelitian...3

I.5 Sistematika Penulisan...4

BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN MENGGUNAKAN PERCIKAN SELA...6

II.1 Pendahuluan...6

II.2 Sela elektroda bola-bola...7

II.3 Elektroda bola...9

II.4 Tegangan peluahan muatan...10

(7)

BAB III PENGARUH OBJEK SEKITAR TERHADAP HASIL UKUR

ELEKTRODA BOLA-BOLA...15

III.1 Pendahuluan...15

III.2 Medan listrik...16

III.3 Kerapatan fluks listrik...19

III.4 Distribusi medan listrik di antara elektroda bola-bola...22

III.5 Kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola...23

III.6 Pengaruh objek sekitar terhadap tembus listrik elektroda bola-bola...25

III.7 Pengaruh tanah terhadap tegangan tembus elektroda bola-bola……...……28

BAB IV PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR EBB DI ATAS PERMUKAANTANAH TERHADAP KESALAHANPENGUKURAN....30

IV.1 Pendahuluan...30

IV.2 Pengukuran kesalahan ukur...32

IV.3 Pengolahan data ...35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...42

V.1 Kesimpulan...42

V.2 Saran...42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

2.1. Susunan elektroda bola-bola...6

3.1. Muatan titik Q1...14

3.2. Muatan titik Q1danQ2...14

3.3. Garis gaya...16

3.4. Garis medan di sekitar muatan titik………...16

3.5. Garis-garis medan di sekitar muatan-muatan berbeda polaritas………..16

3.6 Garis-garis medan di sekitar muatan-muatan sama polaritas………..….17

3.7 Fluks listrik di antara bola sepusat konsentris yang bermuatan...18

3.8 Distribusi medan listrik di antara elektroda bola-bola………..………...20

3.9 Garis fluks listrik di antar elektroda bola-bola……….………....21

3.10 Fluks listrik di antara bola-plat-bola……….…………....23

3.11 Fluks listrik yang menuju ke tanah……….………...25

3.12 Rapat fluks listrik dekat elektroda bola tegangan rendah………....25

4.1 Ketinggian alat ukur EBB di atas permukaan tanah...28

4.2 Rangkaian pengukuran kesalahan alat ukur EBB………...30

(9)

DAFTAR TABEL

2.1 Jarak ruang sekitar elektroda bola...7

2.2 Tegangan puncak lewat denyar ac, tegangan impuls negative ( 50% untuk

pengujian impuls), tegangan switching negative dan tegangan dc, dengan

satuelektrodaditanahkan………9

4.1 Kesalahan pengukuran menggunakan EBB berdiameter 5 cm pada ketinggian tertentu...32

4.2 Kesalahan pengukuran menggunakan EBB berdiameter 10 cm pada ketinggian tertentu...34

4.3 Hubungan jarak ketinggian EBB terhadap kesalahan pengukuran...36

(10)

ABSTRAK

Salah satu alat ukur untuk mengukur tegangan tinggi adalah elektroda bola-bola.

Alat ukur ini mudah didapat karena harganya murah. Tembus listrik pada sela elektroda

bola-bola yang disusun secara vertikal dipengaruhi oleh ketinggian elektroda bola-bola

di atas permukaan tanah. Dalam Tugas Akhir ini akan dilihat kesalahan pengukuran

sebagai fungsi jarak elektroda bola-bola di atas permukaan tanah. Informasi tentang

kesalahan ini dapat menjadi acuan dalam menentukan ketinggian elektroda bola-bola di

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tegangan tinggi dapat diukur dengan menggunakan alat ukur elektroda bola-bola.

Alat ukur ini terdiri dari dua elektroda bola yang berdiameter sama dan terbuat dari

tembaga atau kuningan yang permukaannya halus. Elektroda bola-bola ini dapat

disusun secara vertikal atau horizontal. Kedua elektroda bola-bola disusun seporos.

Untuk susunan vertikal, salah satu elektroda bola-bola digantung dengan menggunakan

isolator. Elektroda bola yang digantung dihubungkan ke terminal tegangan tinggi yang

akan diukur dan elektroda ini disebut elektroda bola tegangan tinggi. Elektroda bola

yang lain disangga oleh konduktor yang terhubung ke tanah dan elektroda ini disebut

elektroda bola tegangan rendah.

Terjadinya tembus listrik pada sela elektroda bola-bola diawali dengan adanya

medan listrik di sela elektroda bola-bola yang kekuatannya melebihi kekuatan dielektrik

udara pada sela elektroda bola-bola. Medan listrik di antara elektroda bola-bola

dipengaruhi oleh benda-benda di sekitarnya. Salah satu objek yang mempengaruhi

medan listrik pada sela elektroda bola-bola adalah tanah. Oleh karena itu, ketinggian

elektroda bola-bola di atas permukaan tanah mempengaruhi distribusi medan listrik di

antara sela elektroda bola-bola. Dengan demikian ketinggian elektroda bola-bola di atas

(12)

I.2 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan utama penelitian ini adalah mengamati pengaruh jarak ketinggian

alat ukur elektroda bola-bola di atas permukan tanah terhadap kesalahan pengukuran

tegangan tinggi.

Penelitian ini bermanfaat untuk menetapkan ketinggian alat ukur elektroda

bola-bola di atas permukaan tanah saat mengukur tegangan tinggi tertentu, yang

menghasilkan kesalahan pengukuran sesuai dengan ketelitian yang diinginkan.

I.3 Batasan Masalah

Diameter elektroda bola-bola standar untuk pengukuran tegangan tinggi adalah 2

cm sampai 200 cm. Elektroda bola-bola yang menjadi objek penelitian adalah elektroda

bola-bola yang tersedia di laboratorium Tegangan Tinggi USU, yaitu elektroda bola-bola

yang berdiameter 5 cm dan 10 cm.

Dilihat dari susunannya, alat ukur tegangan tinggi elektroda bola-bola dibagi dua

jenis yaitu susunan vertikal dan horizontal. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah

elektroda bola-bola susunan vertikal.

Ada tiga jenis tegangan yang dapat diukur dengan elektroda bola-bola, yaitu

tegangan tinggi AC, DC dan impuls. Jenis tegangan yang akan diukur dalam penelitian

(13)

I.4 Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Departemen Teknik

Elektro Universitas Sumatera Utara. Di laboratorium tersebut diadakan dudukan

elektroda bola-bola dengan berbagai ketinggian. Sehingga jarak ketinggian elektroda

bola di atas permukaan tanah dapat divariasikan untuk jarak sela elektroda

bola-bola tertentu dan diukur tegangan tembus elektroda bola-bola-bola-bola pada ketinggian di atas

permukaan tanah tertentu. Dengan demikian diperoleh data tegangan tembus elektroda

bola-bola untuk berbagai ketinggian elektroda bola-bola di atas permukaan tanah.

Alat ukur trafo tegangan dipasang di terminal trafo uji. Sehingga alat ukur trafo

tegangan mengukur tegangan yang dibangkitkan trafo uji pada saat tembus listrik di

antara sela elektroda bola-bola. Alat ukur trafo tegangan dalam pembahasan selanjutnya

disebut alat ukur PT. Dengan demikian diperoleh data hasil pengukuran alat ukur PT.

Setelah itu, dihitung kesalahan hasil pengukuran alat ukur elektroda bola-bola terhadap

hasil pengukuran alat ukur PT. Kemudian, dihitung kesalahan pengukuran alat ukur

elektroda bola-bola terhadap kesalahan pengukuran alat ukur standar.

Selanjutnya dibuat kurva yang menampilkan hubungan antara ketinggian alat ukur

elektroda bola-bola terhadap kesalahan pengukuran alat ukur standar. Akhirnya, dibuat

(14)

I.5 Sistematika Penulisan

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK DENGAN PERCIKAN SELA

Bab ini menjelaskan tentang percikan tegangan pada sela, pemanfaatan

sela elektroda bola-bola, elektroda bola, tegangan peluahan muatan dan

petunjuk penggunaan elektroda bola-bola.

BAB III PENGARUH OBJEK SEKITAR TERHADAP HASIL UKUR

ELEKTRODA BOLA-BOLA

Bab ini menjelaskan medan listrik, kerapatan fluks listrik, distribusi

medan listrik di antara elektroda bola-bola, kuat medan listrik di antara

elektroda bola-bola, pengaruh objek sekitar terhadap tembus listrik

elektroda bola-bola, pengaruh tanah terhadap tembus listrik di antara

elektroda bola-bola.

BAB IV PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR ELEKTRODA

BOLA-BOLA DI ATAS PERMUKAAN TANAH TERHADAP KESALAHAN

(15)

Bab ini menjelaskan tentang cara menghitung kesalahan alat ukur,

ketinggian alat ukur elektroda bola-bola, pengukuran kesalahan ukur dan

menampilkan data yang telah diolah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyimpulkan hasil pengolahan data dan saran untuk rekan-rekan

(16)

BAB II

PENGUKURAN TEGANGAN PUNCAK

DENGAN PERCIKAN SELA

II.1 Pendahuluan

Percikan di sela elektroda bola-bola yang diisolasi oleh dielektrik udara dapat

digunakan untuk mengukur amplitudo (puncak) tegangan di atas 10 kV. Peralihan yang

cepat di sela elektroda bola-bola yang awalnya sebagai dielektrik ke keadaan konduksi

yang tinggi dapat menentukan level tegangan. Pemanfaatan sela elektroda bola-bola

untuk pengukuran tegangan tinggi hanya dapat digunakan jika mengikuti aturan-aturan

dan petunjuk yang telah ditetapkan. Sumber tegangan tinggi harus mampu menyalurkan

arus saat terjadi hubung singkat di antara sela meskipun arus dibatasi oleh resistor.

Pemanfaatan percikan pada sela untuk mengukur tegangan tinggi dapat dianggap akurat

karena telah dipertimbangkan dengan ukuran dasar yang diakui dalam keakuratan

terbatas. Pemanfaatan sela elektroda bola-bola untuk pengukuran tegangan tinggi sering

digunakan di laboratorium tegangan tinggi karena lebih murah dan mudah

menggunakannya. Alat ukur rangkaian elektronik mahal meskipun dapat digunakan

untuk pengukuran rutin. Tetapi, alat ukur ini sangat sensitif terhadap medan

(17)

II.2 Sela Elektroda Bola-Bola

Sela terdapat di antara dua elektroda bola-bola yang terpisah dengan jarak yang

dibatasi. Jarak sela di antara elektroda bola-bola menentukan pengukuran nilai puncak

tegangan DC, AC dan impuls. Sela elektroda bola-bola mampu merespon nilai puncak

tegangan dalam durasi (≥1−3μs). Dua standar pengaturan sela di antara elektroda bola-bola ditunjukkan pada Gambar 2.1dan 2.2.

(18)

Gambar 2.2 Susunan Elektroda Bola-Bola Horizontal [4]

Gambar 2.1 dan 2.2 menunjukkan jarak ruang di sekitar elektroda bola-bola.

Objek yang diijinkan ada di sekitar elektroda bola- bola adalah dinding, langit-langit

tertinggi, tangki transformator, generator impuls. Pada susunan vertikal elektroda bola

yang dihubungkan ke terminal tegangan tinggi disebut elektroda bola tegangan tinggi

sedangkan elektroda bola yang dihubungkan ke terminal tegangan rendah disebut

elektroda bola tegangan rendah. Elektroda bola tegangan tinggi digantung oleh elektroda

berbentuk silinder dan elektroda bola tegangan rendahnya disangga oleh elektroda yang

terhubung ke tanah.

(19)

Tabel 2.1. Jarak Ruang Sekitar Elektroda Bola

Tabel 2.1 menunjukkan jarak ruang di sekitar elektroda bola-bola, yaitu

ketinggian titik percik di atas tanah dan jarak bebas elektoda bola tegangan tinggi dari

objek luar.

Batasan jarak sela dibatasi oleh distribusi medan pada sela yang harus tetap

homogen sehingga tidak menimbulkan korona sebelum tembus listrik.

II.3 Elektroda Bola

Elektroda bola dibuat dan dirancang dengan hati-hati supaya permukaannya

halus dan lengkungannya merata. Bahannya terbuat dari tembaga, kuningan atau

aluminium. Standar diameter elektroda bola mulai dari 2, 5, 6, 6,25, 10, 12,5, 15, 20, 25,

50, 75, 100, 150, dan 200 cm. Diameter elektroda bola tidak lebih 2 persen dari nilai

nominalnya. Permukaan elektroda bola dijaga bersih dan kering, tidak boleh digosok dan

(20)

bintik akibat percikan yang berulang-ulang maka permukaannya harus dihaluskan.

Elektroda berbentuk silinder digantung oleh isolator. Diameter elektroda

berbentuk silinder tidak lebih dari 0,2D.

II.4 Tegangan Peluahan Muatan

Tegangan peluahan muatan standar telah ditetapkan berdasarkan hasil

pengukuran bersama tingkat internasional pada periode 1920 sampai 1955 sebagai nilai

standar pengukuran. Kalibrasi data ini dihubungkan ke referensi kondisi atmosfer

(temperature 20˚C, tekanan udara 101,3 kPa atau 760 mmHg). Jenis dan polaritas

tegangan yang digunakan juga diperhatikan.

Berdasarkan hasil pengukuran ditemukan bahwa untuk setiap diameter elektroda

bola, tegangan percik adalah fungsi tidak linier terhadap jarak sela. Hal ini dikarenakan

perubahan distribusi medan listrik yang tidak homogen terhadap tembus listrik. Setelah

semua kondisi di atas telah dipenuhi, maka diameter elektroda bola dan jarak sela

percikan tegangan puncak yang nilainya mendekati nilai nominal ditunjukkan dalam

(21)

Tabel 2.2

Tegangan puncak lewat denyar AC, tegangan impuls negative (50 % untuk pengujian impuls), tegangan switching negative dan tegangan dc, dengan satu elektroda ditanahkan

Jarak Sela (mm)

Tegangan puncak kV Diameter elektroda bola-bola (cm)

(22)

Kesalahan hasil pengukuran tegangan DC yang jarak selanya lebih kecil dari 0,4D

diperkirakan ± 5 persen.

Kesalahan hasil pengukuran tegangan AC dan impuls untuk jarak sela di atas

0,5D diperkirakan ± 3 persen. Tabel 2.2 tidak valid untuk mengukur tegangan impuls di

bawah 10 kV dan jarak sela lebih kecil dari 0,05D. Untuk jarak sela lebih besar dari

0,5D dipandang cukup akurat.

II.5 Petunjuk Penggunaan Sela Elektroda Bola-Bola

Sebuah tahanan peredam dipasang di antara terminal trafo uji dan elektroda

berbentuk silinder dengan jarak minimal dua kali lebih panjang dari diameter elektroda

Lanjutan Tabel 2.2

Jarak Sela (mm)

Tegangan puncak (kV) Diameter elektroda bola-bola (cm)

6.25 12.5 25 50 75 100 150 200

900 1320 1580 1720

1000 1360 1660 1840

1100 1730 1940

1200 1800 2020

1300 1870 2100

1400 1920 2180

1500 1960 2250

1600 2320

1700 2370

1800 2410

1900 2460

(23)

bola. Tahan peredam ini berfungsi untuk membatasi arus tembus listrik dan meredamkan

osilasi yang tidak diinginkan ketika terjadi tembus listrik pada sela karena dapat

menimbulkan kelebihan bintik pada permukaan elektroda (dalam kasus tegangan

impuls). Besar tahanan peredam ini di antara 0,1 sampai 1 MΩ untuk tegangan AC

frekuensi daya dan tegangan DC. Untuk tegangan frekuensi yang lebih tinggi yaitu

tegangan impuls, drop tegangan akan meningkat pada tahanan peredam. Oleh karena itu,

nilai tahanan peredam tidak lebih dari 500 Ω ( induktansi lebih kecil dari 30 μH).

Umumnya, rapat udara selama pengukuran tidak tetap setiap saat sehingga

tegangan tinggi pada sela yang terukur dinyatakan sebagai berikut:

VtVs (2.1)

Di mana Vs adalah nilai dalam tabel standar dan kdadalah faktor koreksi rapat

udara. Faktor koreksi δdinyatakan dalam Tabel 2.3, merupakan fungsi tidak linier.

Tabel 2.3. Faktor Koreksi Rapat Udara

Rapat udara Relatif

Faktor Koreksi

δ

0.7 0.72

0.75 0.77

0.8 0.82

0.85 0.86

0.9 0.91

0.95 0.95

1 1

1.05 1.05

1.1 1.09

(24)

Jika rapat udara relatif diketahui maka faktor koreksi dapat diperoleh dengan

menggunakan Tabel 2.3. faktor koreksi δ dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan 2.2.

Dalam perhitungan faktor koreksi pengaruh kelembaban diabaikan seperti

(25)

BAB III

PENGARUH OBJEK SEKITAR TERHADAP

HASIL UKUR ELEKTRODA BOLA-BOLA

III.1 Pendahuluan

Saat pengukuran tegangan dengan elektroda bola-bola, pada saat jarak sela

tertentu (s) terjadi tembus listrik pada elektroda bola-bola, maka tegangan yang diukur

elektroda bola-bola sama dengan tegangan tembus elektroda bola-bola pada saat jarak

selanya sama dengan (s). Oleh karena itu, hasil ukur elektroda bola-bola ditetapkan

setelah terjadi tembus listrik di antara elektroda bola-bola. Peristiwa tembus listrik

terjadi ketika kuat medan listrik di sela elektroda bola-bola lebih besar dari pada

kekuatan dielektrik udara. Kuat medan listrik dipengaruhi oleh distribusi medan listrik di

antara elektroda bola-bola. Distribusi medan listrik tersebut dipengaruhi oleh dimensi

dan objek sekitar elektroda bola-bola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa objek di

sekitar elektroda bola-bola berpengaruh terhadap hasil pengukuran.

Berikut ini akan dijelaskan tentang medan listrik, kerapatan fluks listrik,

distribusi medan listrik, kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola, pengaruh objek

sekitar terhadap tembus listrik elektroda bola-bola dan pengaruh tanah terhadap tegangan

(26)

III.2 Medan Listrik

Jika di dalam suatu ruangan terdapat muatan titik Q1 seperti ditunjukkan pada

Gambar 3.1, maka di sekitar muatan tersebut ada medan listrik.

Q1

Medan listrik Medan listrik

A

Gambar 3.1. Muatan Titik Q1

Jika Q2 ditempatkan di sembarang tempat di sekitar Q1 seperti ditunjukkan pada Gambar

3.2 maka Q2 akan mengalami gaya.

Q1 Q2

B

F r

A

Gambar 3.2. Muatan Titik Q1 DanQ2

Besarnya gaya tersebut adalah berbanding lurus dengan perkalian antara muatan Q1 dan

Q2 dan berbanding terbalik dengan jarak kwadrat kedua muatan seperti dinyatakan pada

Persamaan 3.1.

2

0 2 1 4

Q Q

r F

r

ε πε

(27)

di mana:

Jika kedua muatan berpolaritas sama, maka gaya yang terjadi pada kedua muatan adalah

tolak menolak. Jika kedua muatan berlawanan polaritas maka gaya yang terjadi adalah

tarik menarik.

Telah disebutkan bahwa Q2 mengalami gaya pada setiap titik di sekitar muatan

Q1. Oleh karena itu, Q2 dinyatakan berada dalam suatu medan listrik yang diakibatkan

Q1. Jika Q2 berada pada titik B dan di titik itu Q2 mengalami gaya, maka pada titik B itu

dinyatakan ada kuat medan listrik (E) yang besarnya :

E

Di setiap titik di sekitar Q1 ada kuat medan listrik, sehingga di ruangan di sekitar Q1

(28)

dengan garis medan, garis gaya atau garis fluks. Arah kuat medan pada setiap titik pada

garis medan adalah sama dengan arah garis singgung pada titik tersebut seperti

ditunjukkan pada Gambar 3.3.

EL1

EL2

EL3 EL4 E

L5

EL6

EL7

EL8

EL9

EL10

EL11

Garis Gaya

Gambar 3.3. Garis Gaya

Garis medan yang ditimbulkan muatan titik ditunjukkan seperti pada Gambar 3.4.

(a). Di sekitar muatan positif (b). Di sekitar muatan negatif

Gambar 3.4. Garis Medan Di Sekitar Muatan Titik

Jika dua muatan titik berbeda polaritas dan terletak berdampingan maka garis medan

(29)

r

Gambar 3.5. Garis-garis Medan Di Sekitar Muatan-Muatan Berbeda Polaritas

Jika dua muatan titik sama polaritas terletak berdampingan maka garis medan adalah

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6.

+ +

r

Gambar 3.6. Garis-garis Medan Di Sekitar Muatan-Muatan Sama Polaritas

III. 3 Kerapatan Fluks Listrik

Banyaknya garis medan yang menembus tegak lurus suatu permukaan disebut

fluks listrik (ψ ). Fluks sama dengan banyaknya muatan yang dilingkupi permukaan

yaitu:

ψ = Q (C) (3.3)

Apabila suatu batang kaca bermuatan listrik didekatkan kepada sebuah bola

(30)

Sehingga terdapat muatan listrik di bola logam yang sama besarnya dengan muatan di

batang kaca. Setelah muatan keduanya sama maka mereka tolak menolak. Kejadian

tersebut disebut induksi muatan.

Kejadian ini dapat terjadi pada dua bola logam berjari-jari a dan b. Di mana, bola

logam yang berjari-jari b lebih besar dari pada bola logam berjari-jari a. Bola logam

berjari-jari b disusun oleh dua belahan bola logam yang dapat digabungkan dengan erat.

Kedua bola logam dipasang konsentris. Bola logam berjari-jari a disebut bola dalam dan

bola logam berjari b disebut bola luar. Antara bola dalam dan luar diisi dengan bahan

dielektrik. Dengan membuka bagian bola luar dan menghilangkan muatannya dengan

menghubungkannya ke bumi, bola dalam diisi dengan muatan listrik yang besarnya

diketahui. Kemudian bagian bola luar dipasang dengan erat. Jika bagian bola luar dibuka

lagi dan diperiksa besar muatannya maka didapati muatan total pada bola luar sama

besarnya dengan muatan semula yang ditempatkan pada bola dalam.

Fluks listik yang ditimbulkan oleh muatan Q tersebar serbasama pada permukaan

bola dalam seluas 2

4 a

π

m2. Kerapatan fluks pada permukaan ini adalah 2

4 a

π

ψ

.

Kerapatan ini dinyatakan dengan huruf D

Fluks-fluks listrik yang terdistribusi tersebut menembus permukaan bola seperti

(31)

Sehingga besar kerapatan fluks di permukaan bola dalam dengan r = a sama dengan:

dan besar kerapatan fluks di permukaan bola luar dengan r = b sama dengan:

Db = 2 4

Q

b

π (3.5)

Jadi, besar rapat fluks adalah:

D = 2

4 Q

r

π (3.6)

Jumlah muatan di dalam permukaan bola yang ditembus oleh fluks listrik adalah sama

dengan jumlah fluks total yang keluar dari permukaan tertutup tersebut sebagaimana

dinyatakan pada Persamaan 3.7.

(32)

Menurut Persamaan 3.2, kuat medan listrik yang ditimbulkan Q pada suatu titik sejauh r dari Q adalah:

E 2

0 4

Q

r

πε

= (3.8)

atau

Q 2

4πεor

= E (3.9)

Supsitusi Persamaan 3.9 ke Persamaan 3.6 maka diperoleh:

D=ε0εrE (3.10)

Dari Persamaan 3.10 disimpulkan bahwa rapat fluks D berbanding lurus dengan kuat medan listrik E.

III.4 Distribusi Medan Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola

Garis medan pada susunan elektroda bola-bola yang digunakan untuk

menyalurkan tegangan tinggi adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8. Arah medan

listrik tegak lurus terhadap permukaan elektroda bola-bola. Fluks yang terdistribusi

(33)

v

+++++

_____

A

(a). Fluks Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola (b). Rapat Fluks Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola

Gambar 3.8. Distribusi Medan Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola

Jika dibayangkan suatu permukaan yang luasnya A berada di antara elektroda

bola-bola, maka rapat fluks listrik yang menembus permukaan A sama dengan jumlah

fluks yang menembus permukaan tersebut dibagi luas permukaan itu juga. Misalkan

jumlah fluksnya yang menembus permukaan A adalah 5, maka rapat fluks yang tegak

lurus terhadap permukaan A adalah:

D =

A

5

Berdasarkan Persamaan 3.10, rapat fluks sebanding dengan kuat medan listrik.

Oleh karena itu, rapat fluks listrik mempengaruhi kuat medan listrik pada titik-titik di

(34)

III.5 Kuat Medan Listrik Di Antara Elektroda Bola-Bola

Kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola dapat dihitung dengan

menggunakan metode grafik dua dimensi. Metode ini dilakukan dengan menggambar

peta medan listriknya. Prosedur menggambarnya sebagai berikut:

1. Perbatasan konduktor merupakan permukaan sepotensial.

2. Kuat medan listrik dan kerapatan fluks keduanya tegak lurus pada

permukaan sepotensial.

3. E dan D tegak lurus pada perbatasan konduktor dan tidak mempunyai

komponen tangensial.

4. Garis fluks listrik mulai dan berakhir pada muatan. Garis tersebut mulai

dan berakhir hanya pada perbatasan konduktor.

Gambar garis fluks di antara elektroda bola-bola ditunjukkan pada Gambar 3.9.

PERMUKAAN SEPOTENSIAL

PERBATASAN KONDUKTOR PERBATASAN KONDUKTOR

GARIS FLUKS ΔLt

ΔLn B

A’

A A1

B’

(35)

Misalkan besar fluks dalam tabung A sampai B adalah Δψ dan ΔLt menyatakan

panjang garis yang menghubungkan A dan B, maka besar E di permukaan elektroda

sepanjang garis tersebut sama dengan:

E

t L ∆ ∆

=ε ψ (3.11)

Jarak antara A ke A1 adalah ΔLn dan misalkan pertambahan potensial antara kedua

permukaan tersebut ∆V,

E

n L

V ∆∆

= (3.12)

Maka dalam membuat sketsa, harus dipenuhi syarat-syarat berikut ini: Mediumnya

serba sama (

ε

tetap); jumlah fluks pertabung tetap (∆ψ ) dan pertambahan tegangan

antara bidang sepotensialnya tetap (∆V). Supaya memenuhi ketiga syarat tersebut maka:

=

∆∆ n t L L

konstan

V

∆ ∆

=εψ (3.13)

Persoalan dua dimensi yang potensialnya tidak berubah terhadap koordinat z dan

membagi bagian penampangnya di mana potensialnya ingin diketahui menjadi bujur

(36)

Gambar 3.10. Bagian suatu daerah medan potensial dua dimensi yang dibagi-bagi menjadi beberapa bujursangkar besisi h.

Jika daerahnya bermuatan bebas dan berisi dielektrk serbasama, maka ∇.D=0 dan ∇.E=0 sehingga untuk dua dimensi didapatkan:

Harga aproksimasi untuk turunan parsial ini dapat diperoleh dari potensial yang

(37)

2

Dengan mengkombinasikannya didapatkan:

0

III.6 Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Tembus Listrik Elektroda Bola-Bola

Objek terdekat di sekitar elektroda bola-bola mempengaruhi distribusi medan

listrik di antara elektroda bola-bola. Akibatnya distribusi medan listrik tidak homogen.

Dengan metode grafik dua dimensi, perbedaan distribusi fluks tanpa dan jika sebuah

lempengan elektroda (plat) diletakkan di samping elektroda bola-bola ditunjukkan pada

(38)

(a). Fluks Listrik Menuju Garis Simetris (b). Sebagian Fluks Listrik Menuju Lempengan Elektroda

Gambar 3.11. Fluks Listrik Di Antara Bola-Plat-Bola

Pada Gambar 3.11 (a), jumlah fluks pada tabung A2-C yang panjangnya ΔL1adalah Δѱ1.

Pada Gambar 3.11 (b), jumlah fluks pada tabung B2-C yang panjangnya ΔL2 adalah Δѱ2.

Maka kuat medan di titik x pada Gambar 3.11 (a) adalah

(39)

Karena ΔL2 > ΔL1 tetapi jumlah fluks Δѱ2 = Δѱ1 maka kuat medan di titik x pada

Gambar 3.11 (b) lebih besar dari kuat medan pada Gambar 3.11 (b).

Peta medan untuk menghitung potensial di titik p seperti ditunjukkan pada Gambar 3.12.

Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (a) sama dengan:

E

pada sketsa adalah 26 mm. Jika, elektroda bola tegangan tinggi berdiameter 1

cm, sela 0.5 cm dan diberi tegangan 31,7 kV maka besar potensial dari titik A sampai ke

titik A1 sama dengan besar potensial di titik p pada Gambar 3.12 yaitu:

(40)

cm

Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (b) sama dengan:

E=

pada sketsa adalah adalah 31 mm. Besar potensial dari titik B sampai ke titik B1

sama dengan:

Kuat medan listrik di titik p pada Gambar 3.11 (a) dan (b) di atas adalah berbeda. Jika

Eudara 30 kV/cm, maka udara di antara elektroda bola-bola pada Gambar 3.11 (a) tembus

listrik. Tetapi pada Gambar 3.11 (b) tidak tembus listrik karena Eb < Eudara. Oleh karena

itu, supaya susunan elektoda bola-bola pada Gambar 3.11 (b) tembus listrik maka

tegangan harus dinaikkan lebih besar dari 31,7 kV.

Jadi, kuat medan listrik di antara elektroda bola-bola ditentukan oleh distribusi

medan listrik. Distribusi medan listrik dipengaruhi oleh dimensi elektoda bola-bola dan

(41)

III.7 Pengaruh Tanah Terhadap Tegangan Tembus Elektroda Bola-Bola

Salah satu objek yang mempengaruhi distribusi medan listrik di antara elektroda

bola-bola adalah tanah. Tanah adalah elektroda bertegangan rendah. Pada tanah terdapat

muatan-muatan negatif. Muatan-muatan negatif tersebut mempengaruhi medan listrik

yang terdistribusi dari elektroda bola tegangan tinggi menuju ke tanah. Distribusi medan

listrik yang menuju ke tanah dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Fluks Listrik Yang Menuju Ke Tanah

Jarak antara elektroda bola tegangan tinggi dengan tanah mempengaruhi

distribusi medan listrik yang menuju tanah. Keadaan ini berpengaruh terhadap rapat

fluks di dekat permukaan elektroda bola tegangan rendah seperti ditunjukkan pada

Gambar 3.14.

1

ψ

A

hr

A

ht

V

2

ψ

(42)

Pada Gambar 3.14 (a), elektroda bola tegangan tinggi digantung pada ketinggian

hr di atas permukaan tanah. Sedangkan pada Gambar 3.14 (b) elektroda bola tegangan

tinggi digantung pada ketinggian ht di atas permukaan tanah. Ketinggian ht lebih besar

dari pada hr. Misalkan suatu permukaan A ditempatkan di antara kedua elektroda

bola-bola. Rapat fluks pada permukaan tersebut adalah:

Kasus 1:

A

1

D1=ψ

Kasus 2:

A

2 2

D =

ψ

Fluks listrik yang menembus permukaan A pada kasus 1 lebih banyak daripada yang

menembus permukaan A pada kasus 2, maka:

D1 > D2

Karena E D, maka kuat medan listrik pada titik-titik di permukaan A kasus 1 lebih

besar dari kuat medan listrik pada titik-titik di permukaan A kasus 2, oleh karena itu

tegangan tembus elektroda bola-bola pada kasus 1 lebih rendah dari tegangan tembus

(43)

BAB IV

PENGARUH KETINGGIAN ALAT UKUR ELEKTRODA

BOLA-BOLA DI ATAS PERMUKAAN TANAH TERHADAP

KESALAHAN PENGUKURAN

IV.1 Pendahuluan

Kesalahan pengukuran sama dengan selisih antara hasil pengukuran dengan nilai

acuan atau yang dianggap benar, atau:

% 100 H

H H g

a a u

x

= (4.1)

di mana:

g = kesalahan.

Hu = nilai hasil ukur alat ukur.

Ha = nilai dengan alat ukur standar.

Nilai yang dianggap benar pada pengukuran kesalahan alat ukur elektroda bola

bola adalah nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur standar. Karena alat ukur standar

harganya mahal, maka digunakan alat ukur yang kesalahannya lebih rendah dari

kesalahan alat ukur elektroda bola-bola yang tersedia di laboratorium tegangan tinggi.

Alat ukur tersebut adalah trafo tegangan (PT). Kesalahan trafo tegangan terhadap alat

(44)

Tegangan tinggi keluaran suatu trafo uji diukur alat ukur elektroda bola-bola.

Jika elektroda bola-bola tembus listrik, maka tegangan pada keluaran trafo uji dapat

diperkirakan. Telah dibahas pada Bab III bahwa tegangan tembus di antara elektroda

bola-bola dipengaruhi oleh objek sekitar elektroda bola-bola tersebut. Pada Gambar 4.1

ditunjukkan alat ukur elektroda bola-bola yang berbeda posisinya.

h1

Alat ukur EBB

(a). Alat Ukur EBB Pada Ketinggian h1

(Kasus 1)

(b). Alat Ukur EBB Pada Ketinggian h2

(Kasus 2)

Gambar 4.1. Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Di Atas Permukaan Tanah

Ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas permukaan tanah diukur vertikal

dari titik tengah sela elektroda bola-bola sampai permukaan tanah. Pada Gambar 4.1 (a),

titik tengah sela elektroda bola-bola adalah x1 dan ketinggian alat ukur elektroda

bola-bola di atas permukaan tanah adalah h1. Sedangkan pada Gambar 4.1 (b) titik tengah sela

elektroda bola-bola adalah x2 dan ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas

permukaan tanah adalah h2.Ketinggian h2 lebih besar dari pada h1. Jika hasil ukur pada

kasus 1 sama dengan Hu1 dan pada kasus 2 sama dengan Hu2, maka galat pada

(45)

Kasus 1:

Hu1= nilai hasil ukur tegangan tembus menurut alat ukur elektroda bola-bola

pada ketinggian h1.

Hu2= nilai hasil ukur tegangan tembus menurut alat ukur elektroda bola-bola

pada ketinggian h2.

Ha = nilai penunjukkan pada alat ukur PT

Dengan demikian dapat diperoleh besar galat sebagai fungsi dari ketinggian alat ukur

elektroda bola-bola, atau:

g = f ( h)

IV.2 Kesalahan terhadap standar

Perhitungan kesalahan di atas, adalah kesalahan terhadap alat ukur PT. PT

sendiri mempunyai kesalahan terhadap alat ukur standar. Kesalahan terhadap standar

(46)

Misalkan, nilai hasil ukur alar ukur elektroda bola-bola sama dengan a, nilai hasil ukur

alat ukur PT sama dengan y dan nilai hasil ukur alat ukur standar sama dengan z maka

kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur PT adalah

100

Kesalahan alat ukur PT terhadap alat ukur standar adalah

100

Kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar adalah

100

Subsitusi Persamaan (4.3) ke Persamaan (4.2):

(47)

Subsitusi Persamaan (4.5) ke Persamaan (4.4):

Maka Persamaan untuk menghitung kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap

alat ukur standar adalah seperti pada Pesamaan 4.2.

%

IV.3 Pengukuran Kesalahan Ukur

Pengukuran kesalahan alat ukur elektroda bola-bola dilakukan di laboratorium

tegangan tinggi dengan menggunakan peralatan sebagai berikut:

1. Elektroda bola standar yang berukuran: berdiameter 5 cm dan10 cm

masing-masing ukuran 2 unit

2. Trafo uji 220 V/100 kV , 5 KVA, 50 Hz 1 unit

4. Tahanan peredam 300 KΩ 1 unit

5. Thermometer dan barrometer 1 unit

6. Dudukan untuk alat ukur elektroda bola-bola 50 x 50 cm2 dengan jumlah sebagai berikut:

(48)

1 unit dengan ketinggian 10 cm

2 unit dengan ketinggian 20 cm

7. Tabel standar 1 unit

8. Potensial transformator 1 unit

Rangkaian pengukurannya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.

S2

Gambar 4.2. Rangkaian Pengukuran Kesalahan Alat Ukur Elektroda Bola-Bola

Prosedur pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Alat ukur elektroda bola-bola disusun vertikal di atas lantai. Jarak sela elektroda

bola-bola yang berdiameter 10 cm dibuat 1 cm. Jarak ketinggian alat ukur

(49)

2. Suhu dan tekanan udara diukur.

3. Posisi lengan autotrafo diatur hingga posisi nol kemudian saklar utama (S1)

ditutup.

4. Kemudian saklar sekunder (S2) ditutup.

5. Input tegangan TU dinaikkan secara bertahap sampai terjadi percikan pada sela

elektroda bola-bola. Terjadinya percikan pertanda bahwa tegangan Vt yang

dibangkitkan sudah mencapai V Standar x faktor koreksi (δ ).

6. Saklar utama (S1) dan saklar sekunder (S2) dibuka. Prosedur di atas diulang

sembilan kali sehingga diperoleh sepuluh harga VPT.

7. Setelah prosedur di atas selesai, dilakukan lagi pengukuran dengan menempatkan

alat ukur elektroda bola-bola di atas dudukan yang tingginya 5 cm, 10 cm, 15 cm,

20 cm, 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm.

8. Pengukuran diulangi untuk ukuran elektroda bola-bola berdiameter 5 cm.

Hasil pengukuran alat ukur PT ditunjukkan pada Lampiran A.

IV.4 Pengolahan Data

Jarak sela pada saat pengujian adalah 1 cm. Menurut Tabel elektroda bola-bola

tembus listrik pada keadaan udara standar adalah, VS = 31.7 kV. Faktor koreksi (δ ) saat

penelitian, yaitu:

T p

+ =

273 386 , 0

(50)

Kemudian dihitung tegangan yang diukur (Vt), yaitu:

Vt =δVs Di mana:

Ha = Vs= nilai tegangan standar.

Hu = Vt= nilai tegangan terukur.

Hasilnya pengolahan data diberikan pada Tabel 4.1.

Setelah itu, dihitung kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur PT

sebagai acuan yaitu:

Dihitung rata-rata kesalahan pada setiap ketinggian. Hasil perhitungan dinyatakan pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.2.

Tabel 4.1

Kesalahan Pengukuran Menggunakan Elektroda Bola-Bola Berdiameter 5 cm Dan Sela 1 cm Pada Ketinggian Tertentu Terhadap Alat Ukur PT

h = 10.5 cm h = 35.5cm

No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)

1 0.9738 31.162 25.48 18.233 1 0.9809 31.39 27.82 11.373 2 0.9745 31.184 25.87 17.041 2 0.9805 31.38 27.56 12.1734 3 0.9745 31.184 25.48 18.291 3 0.9809 31.39 27.69 11.7872 4 0.9745 31.184 26.13 16.207 4 0.9809 31.39 27.95 10.9589 5 0.9745 31.184 25.22 19.125 5 0.9809 31.39 27.95 10.9589 6 0.9748 31.194 24.18 22.484 6 0.9807 31.38 28.21 10.102

% 100 V

V V g

PT PT t

(51)

7 0.9749 31.197 26.65 14.575 7 0.9806 31.38 28.34 9.6877 8 0.9749 31.197 26.52 14.991 8 0.9806 31.38 28.08 10.5163 9 0.9749 31.197 26.65 14.575 9 0.9803 31.37 28.21 10.0733 10 0.9749 31.197 26.65 14.575 10 0.9803 31.37 28.08 10.4877

Rata-rata

(52)

h = 25.5 cm

hhhhhhhhhhh= h= 50.5 cm

No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)

1 0.9763 31.24 27.17 13.028 1 0.9789 31.32 28.99 7.43934 2 0.9766 31.25 26.91 13.888 2 0.9787 31.32 29.77 4.94891 3 0.9763 31.24 27.04 13.444 3 0.9785 31.31 29.64 5.33376 4 0.9763 31.24 27.43 12.196 4 0.9783 31.31 30.29 3.25775 5 0.9763 31.24 27.04 13.444 5 0.9782 31.3 30.29 3.22684 6 0.9763 31.24 27.3 12.612 6 0.9782 31.3 30.16 3.64217 7 0.9763 31.24 27.43 12.196 7 0.9782 31.3 29.77 4.88818 8 0.9763 31.24 27.56 11.78 8 0.9782 31.3 30.42 2.8115 9 0.9763 31.24 27.3 12.612 9 0.9782 31.3 29.51 5.71885 10 0.9763 31.24 27.43 12.196 10 0.9782 31.3 30.68 1.98083 Rata-rata 12.74 Rata-rata 4.32481 h = 30.5 cm h= 55.5 cm

No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)

(53)

Tabel 4.2

Kesalahan Pengukuran Menggunakan Elektroda Bola-Bola Berdiameter 10 cm Dan Sela 1 cm Pada Ketinggian Tertentu Terhadap Alat Ukur PT

(54)
(55)

Hubungan jarak ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas permukaan tanah

dengan kesalahan pengukuran dibuat dalam Tabel 4.3.

No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%) No δ V EB (kV) VPT (kV) gEB-PT(%)

1 0.971 31.07 27.95 10.0418 1 0.96615 30.63 31.72 3.5586 2 0.9707 31.06 27.82 10.4314 2 0.96615 30.63 31.85 3.98302 3 0.9707 31.06 28.21 9.17579 3 0.96583 30.62 31.85 4.01698 4 0.9707 31.06 28.34 8.75724 4 0.96583 30.62 31.72 3.59242 5 0.9707 31.06 28.86 7.08307 5 0.9657 30.61 31.72 3.62627 6 0.9706 31.06 28.86 7.08307 6 0.96538 30.6 31.72 3.66013 7 0.9706 31.06 28.47 8.3387 7 0.96526 30.6 31.85 4.08497 8 0.9706 31.06 28.6 7.92015 8 0.96526 30.6 31.98 4.5098 9 0.9706 31.06 28.99 6.66452 9 0.96526 30.6 31.72 3.66013 10 0.9706 31.06 28.99 6.66452 10 0.96526 30.6 31.72 3.66013

Rata-rata 8.21603

Rata-rata 3.83525

Lanjutan Tabel 4.2

(56)

Tabel 4.3

Hubungan jarak ketinggian elektroda bola-bola terhadap kesalahan pengukuran

D = 5 cm S = 1 cm D=10 cm S = 1 cm

Kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

Rumus ini diperoleh dari Persamaan 4.6.

Di mana:

g EB-S = nilai kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar.

g EB-PT = nilai kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur PT.

gPT-S = nilai kesalahan alat ukur PT terhadap alat ukur standar.

Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel 4.4.

(57)

Tabel 4.4

Kesalahan alat ukur elektroda bola-bola terhadap alat ukur standar

D= 5 cm D= 10 cm

h (cm) g EB-PT(%) g PT-S(%) g EB-S (%) h (cm) g EB-PT(%) g PT-S(%) g EB-S (%)

10.5 17.0096 0.5 17.4246 12.3 16.4017 0.5 16.81967 15.5 12.7739 0.5 13.21 17.3 12.9987 0.5 13.43372 20.5 11.6565 0.5 12.0983 22.3 11.5042 0.5 11.94669 25.5 12.7396 0.5 13.1759 27.3 11.4388 0.5 11.88159 30.5 12.3811 0.5 12.8192 32.3 8.38842 0.5 8.84648 35.5 10.8118 0.5 11.2578 37.3 9.1129 0.5 9.56734 40.5 10.206 0.5 10.655 42.3 4.95582 0.5 5.431037 45.5 7.1071 0.5 7.57156 47.3 3.03777 0.5 3.52258 50.5 4.32481 0.5 4.80319 52.3 0.47521 0.5 0.972837 55.5 7.03557 0.5 7.50039 57.3 -3.8352 0.5 3.31607

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 dibuat kurva yang menyatakan hubungan h (cm)

dengan g (%). Kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.3.

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Pengaruh ketinggian alat ukur elektroda bola-bola di atas permukaan tanah

terhadap kesalahan pengukuran alat ukur elektroda bola-bola tidak linier.

2. Jika kesalahan ukur diijinkan maksimum ± 3%, maka jarak ketinggian

minimal alat ukur elektroda bola-bola susunan vertikal di atas permukaan

tanah untuk mengukur tegangan tinggi di laboratorium tegangan tinggi

Departemen Teknik Elektro USU adalah:

• Untuk elektroda bola-bola berdiameter 5 cm sama dengan 70.5 cm dengan

perkiraan kesalahan 2.9655%.

• Untuk elektroda bola-bola berdiameter 10 cm sama dengan 58.5 cm

dengan perkiraan kesalahan 2.8328%.

V. 2 Saran

Disarankan untuk melakukan pengukuran kesalahan alat ukur elektroda

bola-bola pada ketinggian lebih besar dari 70.5 cm untuk elektroda bola-bola-bola-bola berdiameter 5

(59)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tobing Bonggas L., “ Pengujian Tegangan Tinggi ” Penerbit PT Gramedia Pustaka,

Jakarta 2002

2. William H. Hyat. Jr.,”Elektromagnetika teknologi” Penerbit Erlangga, Jakarta 1993

3. Naidu, M. S., “ High Voltage Engineering ” Tata Mc Graw Hill Publishing, 1983

4. Kuffel, E.& W.S. Zaengl., “ High-Voltage Engineering” Pergamon Press, Oxford

1984

5. Arismunandar, A.,“ Teknik Tegangan Tinggi “ Pradnya Paramita, Jakarta 1984

6. B. Marungsri, W. Onchantuek and A. Oonsivilai.,” Electric field and potential

distributions along surface of silicone rubber polymer insulators using finite element

method”.(Report), World Academy of Science, Engineering & Technology

(WASET), 2009

7. K. Iwansson, G. Sinapius and W. Hoornaert.,“ Measuring Current Voltage And

Power “ Amsterdam, 1999A\\ghkhjkhjaaaAmEl999

ELSEVIER

8. Rakosh Das Begamudre., “ Extra high voltage ” New Age International (P) Ltd.

Publishers, 2006

9. A. Hadad and D.F. Warne.,” Advances In High Voltage Engineering ” Published by

the institution of high technogy united kingdom, 2004

10. ABB.,”Instrument Transformers Application Guide “ Edited by ABB AB high

(60)

LAMPIRAN

Tabel 1.

Tegangan Tembus Pada Berbagai Ketinggian Alat Ukkur EBB

D= 5 cm S= 1 cm

h = 10.5 cm h = 35.5 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 26.5 755.6 19.6 1 25.1 757.5 21.4 2 26.3 755.6 19.9 2 25.2 757.5 21.2 3 26.3 755.6 19.6 3 25.4 758.3 21.3 4 26.3 755.6 20.1 4 25.4 758.3 21.5 5 26.3 755.6 19.4 5 25.4 758.3 21.5 6 26.2 755.6 18.6 6 25.5 758.4 21.7 7 26.2 755.7 20.5 7 25.5 758.3 21.8 8 26.2 755.7 20.4 8 25.5 758.3 21.6 9 26.2 755.7 20.5 9 25.6 758.3 21.7 10 26.2 755.7 20.5 10 25.6 758.3 21.6

h = 15.5 cm h = 40.5 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 25.8 756.2 19.8 1 25.8 758.5 21.4 2 25.8 756.2 20.3 2 25.8 758.4 21.5 3 25.7 756.2 21.1 3 25.8 758.4 21.6 4 25.7 756.2 21.2 4 25.8 758.4 21.8 5 25.7 756.2 21.2 5 25.9 758.4 21.6 6 25.7 756.2 21.4 6 25.9 758.4 21.7 7 25.7 756.2 21.1 7 25.9 758.4 21.7 8 25.7 756.2 21.1 8 25.9 758.4 21.8 9 25.7 756.3 21.3 9 25.9 758.4 21.7 10 25.7 756.3 21.3 10 26 758.5 21.7

(61)

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 25.1 757.2 21.1 1 26.1 758.5 22.3 2 25.2 757.3 21.2 2 26.2 758.6 21.9 3 25.2 757.3 21.3 3 26.2 758.5 22.3 4 25.2 757.4 21.4 4 26.3 758.6 22.3 5 25.2 757.4 21.4 5 26.3 758.5 22.3 6 25.1 757.4 21.5 6 26.3 758.5 22.2 7 25.1 757.4 21.5 7 26.3 758.5 22.5 8 25.2 757.4 21.2 8 26.3 758.5 22.6 9 25.2 757.4 21.3 9 26.3 758.5 22.7 10 25.2 757.4 21.3 10 26.3 758.5 22.6

h = 25.5 cm h = 50.5 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 25.9 756 20.9 1 26.1 758.5 22.3 2 25.8 756 20.7 2 26.2 758.6 21.9 3 25.9 756 20.8 3 26.2 758.5 22.3 4 25.9 756 21.1 4 26.3 758.6 22.3 5 25.9 756 20.8 5 26.3 758.5 22.3

6 25.9 756 21 6 26.3 758.5 22.2

7 25.9 756 21.1 7 26.3 758.5 22.5 8 25.9 756 21.2 8 26.3 758.5 22.6

9 25.9 756 21 9 26.3 758.5 22.7

10 25.9 756 21.1 10 26.3 758.5 22.6

Lanjutan Tabel 1

h = 45.5 cm h = 20, 5 cm

(62)

h = 30.5 cm h = 55.5 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 25.5 756.5 20.6 1 27.3 756.8 21.5 2 25.5 756.5 20.5 2 27.3 756.9 21.5 3 25.5 756.5 20.7 3 27.3 756.9 21.6 4 25.5 756.5 21.8 4 27.3 756.9 22

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

5 25.6 756.8 21.2 5 27.3 756.9 22 6 25.6 756.8 21.7 6 27.3 756.9 21.9 7 25.6 756.8 21.2 7 27.3 756.8 22.2 8 25.6 756.8 20.7 8 27.3 756.8 22 9 25.6 756.8 21.8 9 27.4 756.8 21.1 10 25.6 756.8 20.8 10 27.4 756.8 22.1

D = 10 cm S = 1 cm

h = 12.3 cm h = 37.3 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 27.6 756.2 19.2 1 27.9 754.5 21.6 2 27.6 756.2 19.3 2 28 754.4 21.6 3 27.6 756.2 19.9 3 28 754.4 21.7 4 27.6 756.2 20.3 4 28 754.4 21.8 5 27.6 756.2 20.3 5 27.9 754.4 21.8

Lanjutan Tabel 1

Tabel 2

(63)

6 27.6 756.2 20.1 6 27.9 754.4 21.6 7 27.6 756.2 20.3 7 27.9 754.4 21.9 8 27.6 756.2 19.6 8 27.9 754.4 21.2 9 27.6 756.2 20.4 9 27.9 754.4 21.5 10 27.6 756.2 20.4 10 27.9 754.4 21.8

h = 17.3 cm h = 42.3 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 27.4 755.9 20.4 1 26.8 757.9 19.5 2 27.4 755.9 21.4 2 26.9 757.9 22.7

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

3 27.4 755.9 20.6 3 27 757.9 22

4 27.4 755.9 19.9 4 27 757.9 22.7 5 27.4 755.9 21.3 5 27.1 757.9 23 6 27.4 755.9 19.8 6 27.1 757.9 23.1 7 27.4 755.9 21.1 7 27.8 757.9 23.3

8 27.4 755.9 21.5 8 28 757 23.1

9 27.4 755.9 20.7 9 28.1 756.9 23.1 10 27.4 755.9 21.3 10 28.1 756.9 23.1

h = 22.3 cm h = 47.3 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 27.4 755.7 21.2 1 27.9 756.9 19.9 2 27.5 755.7 21.1 2 27.8 756.9 22.7

3 27.5 755.7 21 3 27.9 756.9 23

4 27.5 755.7 21.2 4 27.9 756.9 23.1 5 27.5 755.7 21.2 5 28 756.8 22.9 6 27.5 755.6 21.2 6 28.1 756.8 23.7 7 27.5 755.6 21.2 7 28.1 756.8 23.6 8 27.5 755.6 21.1 8 28.1 756.9 23.1 9 27.5 755.6 21.1 9 28.1 756.8 23.9 10 27.5 755.6 21.3 10 28.1 756.8 23.6

(64)

h = 27.3 cm h = 52.3 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 27.4 755.7 21.2 1 28.1 756.8 23.9 2 27.5 755.7 21.1 2 28.2 756.8 23.1 3 27.5 755.7 21 3 28.3 756.8 23.9 4 27.5 755.7 21.2 4 28.3 756.8 23.6 5 27.5 755.7 21.2 5 28.3 756.8 23.9 6 27.5 755.6 21.2 6 28.4 756.8 23.9 7 27.5 755.6 21.2 7 28.4 756.8 23.9 8 27.5 755.6 21.1 8 28.4 756.8 23.8 9 27.5 755.6 21.1 9 28.4 756.8 23.9 10 27.5 755.6 21.3 10 28.4 756.8 23.6

h = 32.3 cm h = 57.3 cm

No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV) No T (˚C) P (mmHg) Vp(kV)

1 27.4 755.7 21.2 1 29.2 756.4 24.4 2 27.5 755.7 21.1 2 29.2 756.4 24.5 3 27.5 755.7 21 3 29.3 756.4 24.5 4 27.5 755.7 21.2 4 29.3 756.4 24.4 5 27.5 755.7 21.2 5 29.3 756.3 24.4 6 27.5 755.6 21.2 6 29.4 756.3 24.4 7 27.5 755.6 21.2 7 29.4 756.2 24.5 8 27.5 755.6 21.1 8 29.4 756.2 24.6 9 27.5 755.6 21.1 9 29.4 756.2 24.4 10 27.5 755.6 21.3 10 29.4 756.2 24.4

Gambar

Gambar 2.1 Susunan Elektroda Bola-Bola Vertikal [4]
Gambar 2.2 Susunan Elektroda Bola-Bola Horizontal [4]
Tabel 2.1. Jarak Ruang Sekitar Elektroda Bola
Gambar 3.1, maka di sekitar muatan tersebut ada medan listrik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bandung: Laboratorium Pkn Universitas Pendidikan Indonesia..

The term surface topography denotes a sufficient distribution of spatial information within the overlapping area of two or more point clouds in all cardinal directions, that

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu, dimana responden dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok GI dan GI modifikasi. Adapun

[r]

Yang masih sangat kurang dimengerti oleh para pelajar masa kini, dengan adanya web tentang sekolah mereka dapat secara tidak langsung aktif dalam menggunakan internet.

[r]

Berdasarkan gagasan di atas, penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan suatu web sebagai media promosi dan informasi yang diharapkan dapat membantu peningkatan perusahaan

Pertumbuhan organ vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang daun meunjukan hubungan yang erat dengan kadar gula biji jagung manis.. Lebar daun