PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Oleh
FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA
SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE (STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
Nama Mahasiswa : Fitriyani Pulungan Nomor Induk Mahasiswa : 107032221
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Ketua
) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
2. drh. Hiswani, M.Kes
PERNYATAAN
PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2012
ABSTRAK
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433 Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001),
fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001)
terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.
ABSTRACT
Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.
The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.
The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.
It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)”.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan,
bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku ketua
komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan
5. drh. Hiswani, M.Kes, dan dr.Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku komisi
penguji komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik serta saran
yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu serta bantuan
kepada penulis.
8. Kepala Sekolah SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan Kec
Medan Denai, yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis untuk
melakukan penelitian ini.
9. Teristimewa bagi suami tercinta Geminsah Putra Siregar, S.K.M, untuk semua
do’a, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan. Anak-anak kami yang
tersayang Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini Siregar yang selalu mengerti
dan menerima kekurangan waktu dan perhatian serta sebagai sumber semangat
selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Ayahanda dan ibunda Drs. H. Haspan Pulungan, S.H dan Hj. Khotnaida
Harahap yang telah memberikan dukungan moril selama penulis mengikuti
pendidikan.
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat
studi Kesehatan Reproduksi yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan
memberikan masukan untuk penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dari segi
bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk
kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan dengan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fitriyani Pulungan yang dilahirkan pada tanggal, 13 Agustus
1980 di Sibolga Provinsi Sumatera Utara dari ayah Drs. H. Haspan Pulungan dan Ibu
Hj. Khotnaida Hasibuan. Menikah dengan Geminsah Putra Siregar, S.K.M dan telah
dikaruniai dua orang anak yang bernama Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini
Siregar. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Selindit No. 247
Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 055684 Lubuk
Tukko Pandan pada tahun 1987-1993, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan pada tahun 1993-1996, pendidikan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 1996-1999.
Mengikuti pendidikan Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI
Medan pada tahun 1999-2002. Mengikuti pendidikan Diploma-IV Bidan Pendidik di
Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI Medan pada tahun 1999-2002
Penulis bekerja sebagai staf pegawai dan sebagai staf dosen di Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan Jurusan Kebidanan pada tahun 2002 sampai dengan
DAFTAR ISI
2.2.4 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche ... 21
3.3 Populasi dan Sampel ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4.1 Data Primer ... 33
3.4.2 Data Sekunder ... 33
3.4.3 Uji Valditas dan Reliabilitas ... 33
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 3.5.1 Variabel ... 37
4.3.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 55
4.4 Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche ... 57
4.5 Hubungan Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 59
4.5.1 Hubungan Fungsi Keagamaan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 59
4.5.2 Hubungan Fungsi Cinta Kasih terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 60
4.5.3 Hubungan Fungsi Perlindungan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 61
4.5.5 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang
Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD
Negeri 066433 Kota Medan) ... 61
4.6 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 63
BAB 5. PEMBAHASAN ... 65
5.1 Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche 65
5.2 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche ... 66
5.2.1 Fungsi Keagamaan ... 66
5.2.2 Fungsi Cinta Kasih ... 68
5.2.3 Fungsi Perlindungan ... 69
5.2.4 Fungsi Reproduksi ... 71
5.2.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 72
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1 Kesimpulan ... 75
6.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis ... 21
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel ... 33
4.1 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066667 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 43
4.2 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066433 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 44
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 44
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anak Ke di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45
4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 46
4.7 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Islam) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 47
4.8 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Kristen) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 48
4.9 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Keagamaan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49
4.10 Distribusi Fungsi Cinta Kasih Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49
4.11 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Cinta Kasih Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 51
4.13 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Perlindungan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53
4.13 Distribusi Fungsi Reproduksi Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53
4.14 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Reproduksi Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55
4.15 Distribusi Fungsi Soaialisasi dan Pendidikan Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55
4.16 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57
4.17 Distribusi Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57
4.18 Distribusi Pemahaman tentang Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 58
4.19 Hubungan Fungsi Keagamaan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60
4.20 Hubungan Fungsi Cinta Kasih dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60
4.21 Hubungan Fungsi Perlindungan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 61
4.22 Hubungan Fungsi Reproduksi dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 62
4.23 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Siklus Haid ... 17
2.2. Siklus Hormonal Haid ... 20
2.3. Model Pemrosesan Informasi Sederhana ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Pertanyaan/Kuesioner ... 80
2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 88
3. Master Tabel ... 95
4. Hasil Uji Statistik ... 107
5. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 131
ABSTRAK
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433 Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001),
fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001)
terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.
ABSTRACT
Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.
The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.
The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.
It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa depan bangsa yang akan datang. Remaja yang sehat dan
berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun
remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai
dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh
kembang remaja sangat penting untuk menilai keadaan remaja (Aryani, 2010).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 sampai 19 tahun (Aryani, 2010)
menurut Depkes RI, 10 sampai 19 tahun dan belum kawin, menurut BKKBN,
10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik dan psikis, yakni suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia (Widyastuti, 2009).
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri biasanya
terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun yang merupakan pergantian fase kehidupan
dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja (Proverawati, 2009). Seorang
wanita akan mengalami menarche yang diikuti pertumbuhan fisik ditandai oleh
pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila serta panggul
mulai melebar dan membesar, selain itu organ reproduksi yang berada di dalam juga
mengalami perkembangan dan perubahan untuk mempersiapkan haid pertama
Di Amerika Serikat, sekitar 95% wanita remaja mempunyai tanda-tanda
pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun yang
diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche. Di Maharashtra, India rata-rata usia
menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun. 24,92% menarche dini (10-11
tahun , 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15
tahun) (Rokade et al. 2009). Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, seorang
wanita remaja mendapat menarche rata-rata pada usia 12 tahun dan ada juga yang
baru berusia 8 tahun sudah memulai siklus haid namun jumlah ini sedikit sekali. Usia
paling lama mendapat menarche adalah 16 tahun. Usia mendapat menarche tidak
pasti atau bervariasi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa dari tahun ke tahun
wanita remaja mendapat haid pertama pada usia yang lebih muda (Lestari, 2011).
Hasil penelitian Ezra et al (2003), di SLTP Negeri 1 Indralaya menunjukkan
bahwa usia rata-rata remaja putri saat mengalami menarche adalah 12,46 tahun.
Sekitar 12% subjek mengalami menarche pada usia 14 tahun, 42% pada usia 13
tahun, 30% pada usia 12 tahun, 12% pada 11 tahun, dan 4% pada usia 10 tahun. Ada
23 orang dari subjek penelitian merasa takut karena nasehat orang tua mereka bahwa
tidak boleh dekat-dekat dengan teman laki-laki, tidak siap, takut orang lain tahu,
bingung bagaimana cara membersihkan, takut melihat darah, takut dimarahi, takut
darah haid tersebut sebagai suatu penyakit, bingung menjelaskan pada orang lain,
takut kehabisan darah, dan belum tahu sama sekali apa itu menstruasi.
Viyantimala (2001), mengatakan rata-rata usia menarche siswi SLTP di
menarche 13,08 tahun, berarti datangnya menarche siswi SLTP perkotaan lebih awal
dibandingkan dengan siswi SLTP pedesaan.
Setiap wanita remaja pasti akan mengalami menarche (haid pertama).
Kebiasaan rutin itu akan terus berlangsung setiap bulan sehingga disebut datang
bulan, namun wanita sering mengalami banyak masalah dengan tamu yang teratur
datang tiap bulan ini. Mulai dari ketidaksiapan, tidak nyaman, cemas dan hal-hal lain
(Lestari, 2009).
Hasil penelitian Roasih (2009), perubahan remaja putri secara mental pada
saat mengalami haid adalah dimana anak sudah tidak dikatakan lagi sebagai anak –
anak ditandai dengan pertumbuhan secara cepat anak menjadi dewasa. Perilaku saat
remaja menarche adalah biasanya remaja mudah tersinggung, minder, melamun,
malas beraktivitas, murung di kamar dan berkhayal. Perilaku remaja saat menarche
sering berubah dan tidak menentu kadang ceria dan kadang sedih.
Pada masa remaja terjadi perubahan organ fisik secara cepat dan tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan yang membingungkan remaja sehingga perlu
adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam
sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat
jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009).
Haid pertama (menarche) pada remaja wanita sering menimbulkan reaksi
yang hebat, menarche tidak hanya merupakan suatu peristiwa fisiologis, akan tetapi
tanda menginjak kedewasaan dan menjadi seorang wanita dengan sifat dan tanda
menghargai tercapainya peristiwa pendewasaan yang diperoleh dari ucapan-ucapan
yang berisikan pujian maupun pesta sebagai pemberitahuan sudah dewasa. Reaksi
negatif merupakan reaksi yang dihubungkan dengan keluhan-keluhan dan caci maki
yang menyertai datangnya haid karena disertai sakit kepala, sakit pinggang dan
sebagainya, keluhan yang menyebabkan badan kurang enak sehingga tidak puas
dengan keadaan dan menyesali dilahirkan sebagai wanita (Gunarsa, 2003).
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja
dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab. Belum semua remaja memperoleh
informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman dapat membuat remaja kearah perilaku beresiko,
adanya anggapan melakukan hubungan seks sekali tidak terjadi kehamilan merupakan
cerminan belum memahami proses terjadinya kehamilan (Muadz, 2009).
Hasil penelitian Delfina (2010), tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St.
Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan sudah belumnya menarche
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang
baik sudah menarche dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum
menarche artinya menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman
sudah dipunyai sebelum remaja mengalami menarche.
Hasil penelitian Leliana (2010), pengetahuan remaja putri SD Al-Azhar
Medan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche menunjukkan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 orang (95,5%) dengan sikap
sebanyak 1 orang (4,5%), pengetahuan tidak baik 12 orang (63,2%) dengan sikap
positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan tidak baik dengan sikap
negatif dalam menghadapi menarche sebanyak 7 orang (36,8%) menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam
menghadapi menarche.
Penelitian Wulandari (2008), peran orang tua mempunyai hubungan dengan
persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman
menstruasi dan permasalahannya cenderung akan memberikan persepsi remaja putri
yang baik tentang menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik.
Peran ibu terhadap remaja putri pada saat menarche sebagai pendidik dan
pemberian asuhan dalam keluarga meliputi perawatan haid, perawatan genetalia,
keluhan fisik, keluhan psikis. Pada perawatan haid diberikan wawasan masalah haid,
pada perawatan genetalia di berikan pengetahuan tentang merawat tubuh terutama
daerah kemaluan. Keluhan fisik meliputi sakit perut, pusing, sakit pinggang, mual
dan mules, pegel – pegel, pinggang terasa mau putus, sedangkan pada keluhan psikis
remaja merasa kaget dan takut (Roasih, 2009).
Gadis remaja belajar tentang haid umumnya dari ibu namun tidak semua ibu
memberikan informasi yang memadai kepada remaja dan sebagian enggan
membicarakan secara terbuka sampai anak remaja mengalami haid pertama
(menarche). Hal ini menimbulkan kecemasan pada remaja bahkan sering tumbuh
keyakinan bahwa haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan, merasa malu dan
pada tahun 1984, dari 1200 gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempat
mengatakan jika ada metode yang aman, mereka lebih suka tidak mengalami haid
(Jones, 2009).
Harapan orang tua pada remaja menarche itu tentunya cara bersosialisasi
salah satunya adalah di harapkan anak tidak salah dalam bergaul, rasa tanggung
jawab itu meliputi jaga diri, jaga kehormatan, jadi wanita sholekha dan punya rasa
tanggung jawab. Pada penerapan etika meliputi berbicara sopan dan diharapkan anak
supaya mudah tersenyum pada orang lain. Tanggung jawab itu sendiri sudah menjadi
bagian dari kehidupan manusia.
Suasana keluarga dalam perkembangan anak dan masa remaja dalam
mempersiapkan kedewasaannya besar pengaruhnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung (Gunarsa, 2003).
Keluarga kelas menengah yang hidup di kota-kota besar di Indonesia
cenderung untuk bertempat tinggal di wilayah-wilayah berpenduduk padat. Pola
keluarga tersebut rata-rata adalah keluarga besar dengan organisasi kerjasama yang
erat, dan kegiatan yang bertujuan pada kepentingan bersama serta nilai yang agak
mementingkan nilai kebendaan, oleh karena keluarga menengah berada pada posisi
antara keluarga rendah dengan keluarga tinggi sehingga keluarga tinggilah menjadi
idealnya.
Keluarga kelas tinggi ditandai dengan orientasi nilai kebendaan yang sangat
besar serta pola kehidupan konsumtif yang sangat tinggi. Keadaan keluarga yang
sehingga penanganan khusus yang diperlukan anak terlepas dari pusat perhatian
akibatnya seorang anak yang memerlukan perhatian merasa dirinya tidak diacuhkan
(Soekanto, 2004).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri No. 066433
pada 8 siswa yang berusia 11 tahun dan belum mendapat haid pertama (menarche),
belum memiliki pengetahuan tentang haid pertama, dimana dari keluarga belum
penyampaian informasi tentang haid pertama sehubungan dengan remaja putri belum
mendapat haid pertama
Berdasarkan survei pendahuluan dan beberapa penelitian terdahulu yang telah
disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Fungsi Keluarga
terhadap Pemahaman Remaja Putri usia Sekolah Dasar tentang menarche di SD
Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan tentang Menarche di
Kota Medan”.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah kurangnya pemahaman remaja putri tentang menarche yang
diduga berkaitan dengan peran keluarga dalam mengantisipasi masalah tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh fungsi keluarga (fungsi keagamaan, cinta kasih, perlindungan,
reproduksi, sosialisasi dan pendidikan) terhadap pemahaman remaja putri usia
Sekolah Dasar tentang menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No
066433 Kota Medan
1.5 Manfaat Penelitian
1. Masukan bagi lembaga Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BKKBN, sebagai
pengambil kebijakan untuk melaksanakan upaya meningkatkan fungsi
keluarga agar remaja putri memperoleh pemahaman yang benar tentang
menarche untuk kelangsungan perkembangan reproduksi selanjutnya.
2. Menambah khasanah keilmuan dan data kepustakaan, terutama yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam mempersiapkan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kaitan fungsi
keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas
mengenai fungsi keluarga, menarche, dan arti kata pemahaman.
2.1 Fungsi Keluarga
Depkes RI (1988) dalam Andarmoyo (2012) keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Fungsi keluarga (Andarmoyo, 2012) :
1. Fungsi Keagamaan
Keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa untuk menjadi insan yang penuh iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dari fungsi keagamaan adalah :
- Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh
anggota keluarga
- Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup
- Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup
sehari-hari
- Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang tidak tahu atau kurang diperolehnya di sekolah atau
masyarakat
- Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
2. Fungsi Sosial Budaya
Memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk
mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu
kesatuan, dengan cara :
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma
dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
budaya asing yang tidak sesuai
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya
mengadakan kompromi/adaptasi dari praktik globalisasi dunia
- Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat/bangsa untuk terwujudnya keluarga kecil bahagia
3. Fungsi Cinta Kasih
Memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,
suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan
antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya
kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Termasuk dalam fungsi ini
adalah :
- Menumbuhkembangkan potensi cinta kasih yang telah ada di antara
anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata/ucapan dan perilaku
secara optimal dan terus menerus
- Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga yang satu
dengan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif
- Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ikhrowi
dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang
- Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera
4. Fungsi Perlindungan
Untuk memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota
keluarga. Fungsi ini menyangkut :
- Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
- Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
- Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
5. Fungsi Reproduksi
Memberikan keturunan yang berkualitas melalui; pengaturan dan perencanaan
yang sehat dan menjadi insan pembangun yang handal, dengan cara :
- Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
- Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan kaluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
- Mengamalkan kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga
- Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dari anggota
keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial dan spiritual
secara serasi, selaras dan seimbang agar bisa melakukan penyesuaian dengan
alam kehidupan di masa depan. Fungsi ini adalah :
- Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
- Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai
pusat dimana anak dapat mencari pemecahan masalah dari konflik yang
dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat
- Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan
mental, yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat
- Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
7. Fungsi Ekonomi
Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif agar
pendapatan keluarga meningkat dan tercapai kesejahteraan.
- Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga
- Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga
- Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan
- Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam
sehingga tercipta lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup intern
dan ekstern keluarga
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang
serasi selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
2.2 Menarche
2.2.1 Pengertian Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama kali dialami oleh remaja putri pada usia
10-11 tahun (Manuaba, 2001), Pearce (1999) 11-14 tahun, Proverawati (2009) 10-16
tahun yang menandai pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi
masa usia remaja, terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diramalkan, diikuti oleh
menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan dan akan terus
berlangsung setiap bulan, merupakan peristiwa alami sebagai tanda kematangan
pertumbuhan rambut aksila dan pubis, dan distribusi lemak pada daerah pinggul.
Menarche sering disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, dan kadang-kadang
kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung (Santrock, 2003; Desmita,
2008; Proverawati, 2009; Lestari, 2011).
2.2.2 Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan melalui vagina yang terjadi secara berulang setiap bulan.
Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk
mengandung anak (hamil), terjadi pada umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun
berkisar antara 21 hingga 35 hari.
2.2.2.1 Siklus Haid Normal
Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 21 sampai 42 hari, dengan rata-rata
28 hari.
1. Siklus Ovarium
a. Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH
merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya,
hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya
Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih
banyak kedalam system ini.
b. Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer
selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini
menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit
terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung
pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus
menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin
meningkat.
2. Siklus Endometrium
a. Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium
istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat
dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai
tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi, dan
pembuluh darah menjadi banyak sekali.
b. Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan
kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesterone dan estrogen
yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
Gambar Siklus Haid
2.2.2.2 Hormon yang Berperan dalam Siklus Haid Normal
Yang memegang peranan penting dalam proses ovulasi adalah hubungan
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamus-pituitary-ovarian axis). Menurut
teori neurohormonal, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh
adenohipofisis melalui sekresi neurohormon. Hipotalamus menghasilkan
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan
LuteinizingHormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.
Perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme
umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen
menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif
jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin
terjadi pada hipotalamus
Folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH
disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan
berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH;
folikel yang berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkan yang
lain mengalami atresia. Pada waktu ini juga LH meningkat namun peranannya
membantu pembuavan estrogen dalam folikel.
FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium.
Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang
lainnya berdegenerasi. Didalam folikel , oosit primer mulai menjalani proses
pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi
estrogen lebih banyak kedalam system ini.
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit
primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi
kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah
oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung
pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus
menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin
Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan pervaginam,berlangsung
selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini akhir dari siklus menstrual karena
endometrium luruh ke lapisan dasar bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak
dibuahi.
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari 10 siklus 24 hari, hari
ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara
lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat
ovulasi. Fase proliferasi begantung kepada stimulasi estrogen yang berasal dari
folikel ovarium.
Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm tebalnya. Lapisan
ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri atas susunan rudimenter penting
untuk mebuat endometrium baru. 2) Lapisan fungsional yang terdiri atas
kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5 mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh
hormonal ovarium. 3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan
fungsional. Lapisan ini termasuk ke dalam lapisan kelenjar-kelenjar tubular.
Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron.
Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna
tempat yang sesuai untuk melindungi dan member nutrisi ovum yang dibuah.
(Prawirohardjo, 2008)
Gambar Siklus Hormonal Haid
2.2.3 Usia Terjadi Menarche
Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat
bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang
pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat mendapat
menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila
usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi. Razi (2006) mengatakan
rata-rata usia menarche di Kota Medan adalah 12,28 tahun dimana usia termuda 10
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata usia
untuk mencapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua,
menarche dicapai pada usia 18,8 tahun. Terjadinya penurunan usia dalam
mendapatkan menarche sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perbaikan gizi
(Proverawati, 2008).
2.2.3 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche
Ketika seorang anak memasuki masa remaja, terjadi suatu pertumbuhan fisik
yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ
reproduksi sehingga tercapai kematangan fungsi reproduksi. Perubahan fisik pada
wanita remaja ditandai oleh pertumbuhan payudara (thelarche), pinggul mulai
melebar dan membesar, tumbuh rambut (bulu-bulu) halus di sekitar ketiak dan
kemaluan (pubarche). Tanner membagi perkembangan payudara dan rambut
kemaluan dalam 5 tahapan
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis Tahapan Payudara (Talarche) Rambut Pubis (Pubarche)
Tahap 1 Belum tampaknya jaringan payudara
Tidak ada rambut pubis
Tahap 2 Tahap bakal payudara dapat diraba seperti gundukan kecil jaringan payudara, aerola mulai membesar
Rambut kemaluan mulai tumbuh, kasar, berkerut di sepanjang vagina luar
Tahap 3 Pertumbuhan berlanjut dan tampak peninggian dari payudara
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tahap 4 Bentuk aerola dan putting susu timbul ke arah jaringan payudara sebagai tumpukan sekunder
Rambut lebih tebal dan terlihat seperti orang dewasa, tapi menutupi sebagian besar daerah Tahap 5 Payudara dengan bentuk dan
proporsi yang matang dan aerola berpigmen. Tumpukan sekunder telah menyatu menjadi bulat dan halus dengan hanya puting susu menonjol
Rambut dewasa baik dalam jumlah dan jenisnya menyebar di seluruh daerah segi tiga, atas dan bawah
Menarche merupakan tanda yang terjadi paling akhir dari perubahan fisiologis
pada masa pubertas, dan pada umumnya terjadi pada standium III – IV. Setelah haid
pertama perubahan pinggulpun tak dapat dihindari. Pinggul menjadi membesar dan
membulat karena berkembangnya lemak dibawah kulit. Tumbuhnya rambut
kemaluan terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan
kulit wajah mulai tampak setelah haid pertama
.
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Haid Pertama (Menarche)
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Beberapa remaja putri tidak mendapat haid karena vagina yang tidak
tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai sekat. Tidak
jarang ditemukan kelainan lebih kompleks yaitu remaja putri tidak
mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang
genitalis yang bersifat permanen, artinya perempuan tidak akan mendapat
haid selama-lamanya.
b. Hormonal
Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang remaja putri pada masa
pubertas dikendalikan oleh hipotalamus yakni suatu bagian tertentu pada
otak manusia. Kurang lebih sebelum remaja putri mengalami haid,
hipotalamus menghasilkan zat kimia atau yang disebut sebagai hormon
yang dilepaskannya. Hormon pertama yang dihasilkan adalah Folikel
Stimulating Hormon (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel yang
mengandung sel telur dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH,
folikel ini pun menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada
dan alat kemaluan. Berkurangnya pelepasan FSH membuat hipotalamus
melepaskan Lutinising Hormon (LH) yang menyebabkan salah satu
folikel pecah dan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya
pembuahan. Folikel yang tersisa disebut korpus luteum yang
menghasilkan hormon progesteron yang membuat penebalan pada dinding
rahim untuk menerima atau memberi makan bagi sebuah sel telur yang
telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi taraf estrogen dan
progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan
penebalan dinding rahim menjadi pecah-pecah. Proses inilah yang
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu memelihara proses
tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi
mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan gizi remaja putri dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan
demikian, perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan
berdasarkan keadaan status gizi remaja putri tersebut. Semakin lengkap
status gizinya semakin cepat usia menarchenya.
b. Pengetahuan Orang Tua
Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai
menampakkan tanda-tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami
kecemasan. Para orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu untuk
memberikan penjelasan tentang menarche dan permasalahannya akan
mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Dalam
menyampaikan pengetahuan kepada anak seorang ibu dapat melakukan
peran, antara lain :
1) Sebagai panutan, ibu yang berperan sebagai orang tua harus mampu
memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima oleh anak, terutama
sikap dalam merawat dirinya dan mengatasi kebiasaan haid.
2) Sebagai pengawas, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua terutama ibu
luar, terutama pencarian remaja terhadap pengetahuan fungsi reproduksi.
Namun pengawasan hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah
lembut. Sikap penuh curiga justru akan menciftakan jarak anak dan
orang tua.
3) Sebagai teman, ketika menghadapi remaja yang telah memasuki masa
akil baligh, orang tua perlu menciftakan dialog yang hangat dan akrab
agar dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak
bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah ketika
menghadapi menarche.
4) Sebagai pendidik, orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan,
nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya merupakan
benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi ketika mengalami
menarche.
5) Sebagai konselor, ibu harus mampu menciftakan hubungan yang saling
percaya yaitu dengan memerhatikan secara penuh dan sungguh-sungguh
terhadap masalah yang dihadapi anak untuk mengambil keputusan yang
paling baik bagi dirinya.
6) Sebagai komunikator, komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan
menciftakan suasana yang harmonis. Berani mengemukakan pendapat
dengan keluarga adalah salah satu indikasi keberhasilan ibu menjadi
c. Gaya hidup, berperan dalam menentukan usia menarche. Pada remaja
putri yang mempunyai aktivitas olah raga, aktivitas lapangan, mendaki
atau menari yang sangat tinggi umumnya mengalami menstruasi pertama
datang terlambat. Estrogen adalah hormone steroid yang meliputi
estradiol, estron dan estriol. Secara biologis, estradiol adalah yang paling
aktif dalam proses menstruasi. Bahan dasar steroid adalah kolesterol
sehingga dibutuhkan kolesterol untuk persiapan haid. Remaja putri yang
memiliki pola makan sehat dan olah raga yang baik akan mengalami
menarche dengan normal.
Menurut Lusiana (2007), berdasarkan sumber informasi mengenai menstruasi
umumnya berasal dari orang tua, khususnya ibu karena adanya keterbukaan antara
anak dan orang tua sehingga anak merasa jika ada sesuatu yang belum dipahami,
maka anak bertanya kepada orang tua.
2.2.5 Kebersihan pada Saat Haid
Pada saat haid, gunakan pembalut yang nyaman, berbahan lembut, menyerap
seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak bocor (anti tembus),
dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat perdarahan banyak gantilah
pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari perkembangbiakan
bakteri pada pembalut tersebut (Anurogo, 2011).
2.3. Pemahaman
Pemahaman ini berasal dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap,
suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau
merangkum suatu pengertian kemampuan lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa
kemampuan memahami atau mengerti tentang isi materi yang dipelajari tanpa perlu
mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi materi lainnya.
Menurut Sadiman dalam Abidin (2011) pemahaman adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang
dipahami dan dimengerti dengan benar. Suharsimi (1995) menyatakan bahwa
pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates
Memahami (comprehension) adalah bagian dari pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).
), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, tingkatan pertama adalah
pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya mengartikan merah
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok,
tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan melihat di balik
yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas
persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Sudjana, 2005).
2.4. Remaja
Masa Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-19
tahun. Berdasarkan penggolongan umur masa remaja dibagi atas remaja awal 10-13
tahun, remaja tengah 14-16 tahun, remaja akhir 17-19 tahun (Aryani, 2010).
Masa remaja didefinisikan dalam berbagai cara. Pada dasarnya, semua definisi
tersebut menandai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari tubuh termasuk fungsi reproduksi.
Pertumbuhan dan perkembangan ini mempengaruhi perubahan fisik, mental maupun
sosial. Proses kematangan fisik terjadi lebih cepat daripada proses kematangan
psikologis sehingga masa ini sering disebut sebagai masa-masa kritis dalam
kehidupan manusia dan berlangsung pada tahap kedua masa kehidupan
(Santrock, 2003).
Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya.
Pengembangan kualitas keluarga ditujukan agar keluarga dapat memenuhi
kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara
optimal. Fungsi keluarga memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa depan.
Fungsi keluarga meliputi; fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan
lingkungan.
Jean Piaget dalam Santrock (2003), menekankan bahwa remaja secara aktif
mengkonstruksikan dunia kognitifnya sendiri ; informasi tidak hanya dicurahkan ke
dalam pikiran dari lingkungan, namun remaja menyesuaikan pikirannya dengan
memasukkan gagasan-gagasan baru karena tambahan informasi akan
mengembangkan pemahaman. Manusia melewati empat tahapan memahami dunia.
Setiap tahapan berhubungan dengan umur tertentu dan terdiri dari cara berpikir yang
berbeda. Tahap operasional konkrit berlangsung 7-11 tahun adalah anak dapat
bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit dan mengaplikasi obyek ke dalam
kelompok yang berbeda dan tahap operasional formal berlangsung 11-15 tahun
adalah remaja bernalar secara abstrak dan logis.
Pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu memproses
proses sensoris dan persepsi kemudian informasi masuk ke pikiran lalu disimpan dan
ditransformasi kemudian informasi diambil kembali melalui proses ingatan untuk
memungkinkan berpikir dan pemecahan masalah.
Wulandari (2008) mengatakan peran orang tua mempunyai hubungan dengan
persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman
menstruasi cenderung akan memberikan persepsi remaja putri yang baik tentang
menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik. Hal ini didukung oleh
Delfina (2010), berdasarkan sudah atau belumnya menarche menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah menarche
dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum menarche artinya
menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman sudah dipunyai
sebelum remaja mengalami menarche.
Landasan teori penelitian dirangkum sebagai berikut :
Gambar 2.1. Model Pemrosesan Informasi Sederhana (Santrock, 2003) Ingatan
Proses sensori dan persepsi Informasi dari
lingkungan (keluarga)
Berpikir
Bahasa (dapat memberi penjelasan,
Merujuk pada teori Piaget dan model pemrosesan informasi serta kaitan
fungsi keluarga (keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, dan sosialisasi
pendidikan) terhadap pemahaman tentang menarche, dapat dijelaskan bahwa
informasi yang benar mengenai menarche berasal dari lingkungan keluarga yang
memberikan proses sensori dan persepsi pada remaja yang akan disimpan dalam
pikiran remaja. Informasi tersebut dapat diambil kembali melalui proses ingatan dan
berpikir sehingga diharapkan remaja putri mempunyai pemahaman yang baik tentang
tentang menarche yang akan dialaminya.
2.6. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dijelaskan bahwa variabel
independen fungsi keluarga meliputi keagamaan, cinta kasih, perlindungan,
reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, dapat memengaruhi variabel dependen, yaitu
pemahaman remaja putri tentang menarche.
Fungsi Keluarga 1. Keagamaan 2. Cinta kasih 3. Perlindungan 4. Reproduksi 5. Sosialisasi dan pendidikan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan
cross sectional dimana pengukuran dan pengamatan dilakukan bersamaan pada data
variabel independen dan variabel dependen (sekali waktu) (Notoatmodjo, 2003).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan pertimbangan bahwa, di
Sekolah Dasar masih banyak siswa yang belum menarche. SD Negeri No.066667
terletak di Jl. Kiwi dan SD Negeri No. 066433 terletak di Jl. Kenari Raya III Kec.
Medan Denai Kota Medan dipilih karena mudah dijangkau peneliti.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri usia ≥ 10 tahun di SD
Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan yang belum mendapatkan
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Adapun sumber data
primer didapat dari hasil jawaban responden yang diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber terkait berupa
data siswa, mata pelajaran kelas 4 dan 5 di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No.
066433 Kota Medan.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak
digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana
kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan
variabel bebas dalam penelitian.
Uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 remaja putri yang berada di SD
Negeri No 066666 Medan yang memiliki kriteria yang relatif sama dengan lokasi
penelitian. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan uji
validitas dengan menggunakan rumus teknik corrected Item-Total Correlation,
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas,
dengan menggunakan metode Alpha Cronbach`s ,dengan nilai Alpha Cronbach`s =
0,7 maka alat ukur tersebut reliabel (Riwidikdo, 2008).
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dianalisis dan diperoleh hasil
untuk variabel pemahaman menarche, pernyataan yang digunakan sebanyak 12 item
maka setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation
coefficient (r) > 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
valid. Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
Variabel fungsi cinta kasih, keagamaan (Islam), perlindungan, reproduksi, dan
sosialisasi dan pendidikan mempunyai pernyataan sebanyak 10 item, setelah
dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r) >
0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
Variabel fungsi keagamaan (Kristen) mempunyai pernyataan sebanyak 4 item,
setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r)
> 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7, sehingga dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel
Variabel Butir Corrected Item
Total Correlation Status
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Butir Corrected Item
Total Correlation Status
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
a. Variabel bebas (independen variabel), yaitu fungsi keluarga (keagamaan,
cinta kasih, sosialisasi dan pendidikan, perlindungan, reproduksi).
b. Variabel terikat (dependen variabel), yaitu pemahaman menarche pada
remaja putri
3.5.2 Definisi Operasional
a. Variabel bebas
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.
1. Fungsi keagamaan adalah keluarga memberikan informasi mengenai
aturan/norma agama tentang menarche (haid yang pertama datang)
2. Fungsi cinta kasih adalah keluarga memberikan informasi yang
menunjukkan perhatian mengenai menarche (haid yang pertama
datang) pada remaja yang akan mengalami haid
3. Fungsi perlindungan adalah keluarga memberikan informasi yang
memberikan rasa aman baik fisik maupun psikis terhadap
kekhawatiran, rasa takut dan rasa tak nyaman mengenai menarche
(haid yang pertama datang) pada remaja agar mampu mempersiapkan