• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE

(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)

TESIS

Oleh

FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE

(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA

SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE (STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)

Nama Mahasiswa : Fitriyani Pulungan Nomor Induk Mahasiswa : 107032221

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Ketua

) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 29 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

2. drh. Hiswani, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE

(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI 066433 KOTA MEDAN)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2012

(6)

ABSTRAK

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.

Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433 Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001),

fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001)

terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.

(7)

ABSTRACT

Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.

The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.

The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.

It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul “Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)”.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan,

bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada :

1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku ketua

komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan

(9)

5. drh. Hiswani, M.Kes, dan dr.Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku komisi

penguji komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik serta saran

yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

RI Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti

pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu serta bantuan

kepada penulis.

8. Kepala Sekolah SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan Kec

Medan Denai, yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis untuk

melakukan penelitian ini.

9. Teristimewa bagi suami tercinta Geminsah Putra Siregar, S.K.M, untuk semua

do’a, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan. Anak-anak kami yang

tersayang Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini Siregar yang selalu mengerti

dan menerima kekurangan waktu dan perhatian serta sebagai sumber semangat

selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Ayahanda dan ibunda Drs. H. Haspan Pulungan, S.H dan Hj. Khotnaida

(10)

Harahap yang telah memberikan dukungan moril selama penulis mengikuti

pendidikan.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat

studi Kesehatan Reproduksi yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan

memberikan masukan untuk penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dari segi

bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk

kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas

semua kebaikan dengan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya. Semoga tesis ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitriyani Pulungan yang dilahirkan pada tanggal, 13 Agustus

1980 di Sibolga Provinsi Sumatera Utara dari ayah Drs. H. Haspan Pulungan dan Ibu

Hj. Khotnaida Hasibuan. Menikah dengan Geminsah Putra Siregar, S.K.M dan telah

dikaruniai dua orang anak yang bernama Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini

Siregar. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Selindit No. 247

Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 055684 Lubuk

Tukko Pandan pada tahun 1987-1993, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan pada tahun 1993-1996, pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 1996-1999.

Mengikuti pendidikan Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI

Medan pada tahun 1999-2002. Mengikuti pendidikan Diploma-IV Bidan Pendidik di

Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI Medan pada tahun 1999-2002

Penulis bekerja sebagai staf pegawai dan sebagai staf dosen di Politeknik

Kesehatan Kemenkes RI Medan Jurusan Kebidanan pada tahun 2002 sampai dengan

(12)

DAFTAR ISI

2.2.4 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche ... 21

(13)

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 33

3.4.3 Uji Valditas dan Reliabilitas ... 33

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 3.5.1 Variabel ... 37

4.3.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 55

4.4 Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche ... 57

4.5 Hubungan Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 59

4.5.1 Hubungan Fungsi Keagamaan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 59

4.5.2 Hubungan Fungsi Cinta Kasih terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 60

4.5.3 Hubungan Fungsi Perlindungan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 61

(14)

4.5.5 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang

Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD

Negeri 066433 Kota Medan) ... 61

4.6 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 63

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1 Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche 65

5.2 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche ... 66

5.2.1 Fungsi Keagamaan ... 66

5.2.2 Fungsi Cinta Kasih ... 68

5.2.3 Fungsi Perlindungan ... 69

5.2.4 Fungsi Reproduksi ... 71

5.2.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 72

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis ... 21

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel ... 33

4.1 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066667 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 43

4.2 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066433 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 44

4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 44

4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anak Ke di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45

4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45

4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 46

4.7 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Islam) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 47

4.8 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Kristen) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 48

4.9 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Keagamaan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49

4.10 Distribusi Fungsi Cinta Kasih Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49

4.11 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Cinta Kasih Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 51

(16)

4.13 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Perlindungan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53

4.13 Distribusi Fungsi Reproduksi Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53

4.14 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Reproduksi Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55

4.15 Distribusi Fungsi Soaialisasi dan Pendidikan Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55

4.16 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57

4.17 Distribusi Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57

4.18 Distribusi Pemahaman tentang Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 58

4.19 Hubungan Fungsi Keagamaan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60

4.20 Hubungan Fungsi Cinta Kasih dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60

4.21 Hubungan Fungsi Perlindungan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 61

4.22 Hubungan Fungsi Reproduksi dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 62

4.23 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 63

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Siklus Haid ... 17

2.2. Siklus Hormonal Haid ... 20

2.3. Model Pemrosesan Informasi Sederhana ... 30

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Pertanyaan/Kuesioner ... 80

2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 88

3. Master Tabel ... 95

4. Hasil Uji Statistik ... 107

5. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 131

(19)

ABSTRAK

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.

Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433 Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.

Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001),

fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001)

terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.

(20)

ABSTRACT

Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.

The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.

The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.

It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah masa depan bangsa yang akan datang. Remaja yang sehat dan

berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun

remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai

dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh

kembang remaja sangat penting untuk menilai keadaan remaja (Aryani, 2010).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 sampai 19 tahun (Aryani, 2010)

menurut Depkes RI, 10 sampai 19 tahun dan belum kawin, menurut BKKBN,

10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik dan psikis, yakni suatu periode masa pematangan organ reproduksi

manusia (Widyastuti, 2009).

Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri biasanya

terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun yang merupakan pergantian fase kehidupan

dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja (Proverawati, 2009). Seorang

wanita akan mengalami menarche yang diikuti pertumbuhan fisik ditandai oleh

pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila serta panggul

mulai melebar dan membesar, selain itu organ reproduksi yang berada di dalam juga

mengalami perkembangan dan perubahan untuk mempersiapkan haid pertama

(22)

Di Amerika Serikat, sekitar 95% wanita remaja mempunyai tanda-tanda

pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun yang

diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche. Di Maharashtra, India rata-rata usia

menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun. 24,92% menarche dini (10-11

tahun , 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15

tahun) (Rokade et al. 2009). Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, seorang

wanita remaja mendapat menarche rata-rata pada usia 12 tahun dan ada juga yang

baru berusia 8 tahun sudah memulai siklus haid namun jumlah ini sedikit sekali. Usia

paling lama mendapat menarche adalah 16 tahun. Usia mendapat menarche tidak

pasti atau bervariasi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa dari tahun ke tahun

wanita remaja mendapat haid pertama pada usia yang lebih muda (Lestari, 2011).

Hasil penelitian Ezra et al (2003), di SLTP Negeri 1 Indralaya menunjukkan

bahwa usia rata-rata remaja putri saat mengalami menarche adalah 12,46 tahun.

Sekitar 12% subjek mengalami menarche pada usia 14 tahun, 42% pada usia 13

tahun, 30% pada usia 12 tahun, 12% pada 11 tahun, dan 4% pada usia 10 tahun. Ada

23 orang dari subjek penelitian merasa takut karena nasehat orang tua mereka bahwa

tidak boleh dekat-dekat dengan teman laki-laki, tidak siap, takut orang lain tahu,

bingung bagaimana cara membersihkan, takut melihat darah, takut dimarahi, takut

darah haid tersebut sebagai suatu penyakit, bingung menjelaskan pada orang lain,

takut kehabisan darah, dan belum tahu sama sekali apa itu menstruasi.

Viyantimala (2001), mengatakan rata-rata usia menarche siswi SLTP di

(23)

menarche 13,08 tahun, berarti datangnya menarche siswi SLTP perkotaan lebih awal

dibandingkan dengan siswi SLTP pedesaan.

Setiap wanita remaja pasti akan mengalami menarche (haid pertama).

Kebiasaan rutin itu akan terus berlangsung setiap bulan sehingga disebut datang

bulan, namun wanita sering mengalami banyak masalah dengan tamu yang teratur

datang tiap bulan ini. Mulai dari ketidaksiapan, tidak nyaman, cemas dan hal-hal lain

(Lestari, 2009).

Hasil penelitian Roasih (2009), perubahan remaja putri secara mental pada

saat mengalami haid adalah dimana anak sudah tidak dikatakan lagi sebagai anak –

anak ditandai dengan pertumbuhan secara cepat anak menjadi dewasa. Perilaku saat

remaja menarche adalah biasanya remaja mudah tersinggung, minder, melamun,

malas beraktivitas, murung di kamar dan berkhayal. Perilaku remaja saat menarche

sering berubah dan tidak menentu kadang ceria dan kadang sedih.

Pada masa remaja terjadi perubahan organ fisik secara cepat dan tidak

seimbang dengan perubahan kejiwaan yang membingungkan remaja sehingga perlu

adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam

sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat

jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009).

Haid pertama (menarche) pada remaja wanita sering menimbulkan reaksi

yang hebat, menarche tidak hanya merupakan suatu peristiwa fisiologis, akan tetapi

tanda menginjak kedewasaan dan menjadi seorang wanita dengan sifat dan tanda

(24)

menghargai tercapainya peristiwa pendewasaan yang diperoleh dari ucapan-ucapan

yang berisikan pujian maupun pesta sebagai pemberitahuan sudah dewasa. Reaksi

negatif merupakan reaksi yang dihubungkan dengan keluhan-keluhan dan caci maki

yang menyertai datangnya haid karena disertai sakit kepala, sakit pinggang dan

sebagainya, keluhan yang menyebabkan badan kurang enak sehingga tidak puas

dengan keadaan dan menyesali dilahirkan sebagai wanita (Gunarsa, 2003).

Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja

dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab. Belum semua remaja memperoleh

informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan

pengetahuan dan pemahaman dapat membuat remaja kearah perilaku beresiko,

adanya anggapan melakukan hubungan seks sekali tidak terjadi kehamilan merupakan

cerminan belum memahami proses terjadinya kehamilan (Muadz, 2009).

Hasil penelitian Delfina (2010), tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St.

Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan sudah belumnya menarche

menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang

baik sudah menarche dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum

menarche artinya menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman

sudah dipunyai sebelum remaja mengalami menarche.

Hasil penelitian Leliana (2010), pengetahuan remaja putri SD Al-Azhar

Medan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche menunjukkan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 orang (95,5%) dengan sikap

(25)

sebanyak 1 orang (4,5%), pengetahuan tidak baik 12 orang (63,2%) dengan sikap

positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan tidak baik dengan sikap

negatif dalam menghadapi menarche sebanyak 7 orang (36,8%) menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam

menghadapi menarche.

Penelitian Wulandari (2008), peran orang tua mempunyai hubungan dengan

persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman

menstruasi dan permasalahannya cenderung akan memberikan persepsi remaja putri

yang baik tentang menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik.

Peran ibu terhadap remaja putri pada saat menarche sebagai pendidik dan

pemberian asuhan dalam keluarga meliputi perawatan haid, perawatan genetalia,

keluhan fisik, keluhan psikis. Pada perawatan haid diberikan wawasan masalah haid,

pada perawatan genetalia di berikan pengetahuan tentang merawat tubuh terutama

daerah kemaluan. Keluhan fisik meliputi sakit perut, pusing, sakit pinggang, mual

dan mules, pegel – pegel, pinggang terasa mau putus, sedangkan pada keluhan psikis

remaja merasa kaget dan takut (Roasih, 2009).

Gadis remaja belajar tentang haid umumnya dari ibu namun tidak semua ibu

memberikan informasi yang memadai kepada remaja dan sebagian enggan

membicarakan secara terbuka sampai anak remaja mengalami haid pertama

(menarche). Hal ini menimbulkan kecemasan pada remaja bahkan sering tumbuh

keyakinan bahwa haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan, merasa malu dan

(26)

pada tahun 1984, dari 1200 gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempat

mengatakan jika ada metode yang aman, mereka lebih suka tidak mengalami haid

(Jones, 2009).

Harapan orang tua pada remaja menarche itu tentunya cara bersosialisasi

salah satunya adalah di harapkan anak tidak salah dalam bergaul, rasa tanggung

jawab itu meliputi jaga diri, jaga kehormatan, jadi wanita sholekha dan punya rasa

tanggung jawab. Pada penerapan etika meliputi berbicara sopan dan diharapkan anak

supaya mudah tersenyum pada orang lain. Tanggung jawab itu sendiri sudah menjadi

bagian dari kehidupan manusia.

Suasana keluarga dalam perkembangan anak dan masa remaja dalam

mempersiapkan kedewasaannya besar pengaruhnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung (Gunarsa, 2003).

Keluarga kelas menengah yang hidup di kota-kota besar di Indonesia

cenderung untuk bertempat tinggal di wilayah-wilayah berpenduduk padat. Pola

keluarga tersebut rata-rata adalah keluarga besar dengan organisasi kerjasama yang

erat, dan kegiatan yang bertujuan pada kepentingan bersama serta nilai yang agak

mementingkan nilai kebendaan, oleh karena keluarga menengah berada pada posisi

antara keluarga rendah dengan keluarga tinggi sehingga keluarga tinggilah menjadi

idealnya.

Keluarga kelas tinggi ditandai dengan orientasi nilai kebendaan yang sangat

besar serta pola kehidupan konsumtif yang sangat tinggi. Keadaan keluarga yang

(27)

sehingga penanganan khusus yang diperlukan anak terlepas dari pusat perhatian

akibatnya seorang anak yang memerlukan perhatian merasa dirinya tidak diacuhkan

(Soekanto, 2004).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri No. 066433

pada 8 siswa yang berusia 11 tahun dan belum mendapat haid pertama (menarche),

belum memiliki pengetahuan tentang haid pertama, dimana dari keluarga belum

penyampaian informasi tentang haid pertama sehubungan dengan remaja putri belum

mendapat haid pertama

Berdasarkan survei pendahuluan dan beberapa penelitian terdahulu yang telah

disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Fungsi Keluarga

terhadap Pemahaman Remaja Putri usia Sekolah Dasar tentang menarche di SD

Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan tentang Menarche di

Kota Medan”.

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah kurangnya pemahaman remaja putri tentang menarche yang

diduga berkaitan dengan peran keluarga dalam mengantisipasi masalah tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang

(28)

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh fungsi keluarga (fungsi keagamaan, cinta kasih, perlindungan,

reproduksi, sosialisasi dan pendidikan) terhadap pemahaman remaja putri usia

Sekolah Dasar tentang menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No

066433 Kota Medan

1.5 Manfaat Penelitian

1. Masukan bagi lembaga Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BKKBN, sebagai

pengambil kebijakan untuk melaksanakan upaya meningkatkan fungsi

keluarga agar remaja putri memperoleh pemahaman yang benar tentang

menarche untuk kelangsungan perkembangan reproduksi selanjutnya.

2. Menambah khasanah keilmuan dan data kepustakaan, terutama yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam mempersiapkan

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kaitan fungsi

keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas

mengenai fungsi keluarga, menarche, dan arti kata pemahaman.

2.1 Fungsi Keluarga

Depkes RI (1988) dalam Andarmoyo (2012) keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya.

Fungsi keluarga (Andarmoyo, 2012) :

1. Fungsi Keagamaan

Keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur

budaya bangsa untuk menjadi insan yang penuh iman dan taqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dari fungsi keagamaan adalah :

- Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh

anggota keluarga

- Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup

(30)

- Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup

sehari-hari

- Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang

keagamaan yang tidak tahu atau kurang diperolehnya di sekolah atau

masyarakat

- Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai

fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

2. Fungsi Sosial Budaya

Memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk

mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu

kesatuan, dengan cara :

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma

dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma

budaya asing yang tidak sesuai

- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya

mengadakan kompromi/adaptasi dari praktik globalisasi dunia

- Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan

budaya masyarakat/bangsa untuk terwujudnya keluarga kecil bahagia

(31)

3. Fungsi Cinta Kasih

Memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak,

suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan

antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya

kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Termasuk dalam fungsi ini

adalah :

- Menumbuhkembangkan potensi cinta kasih yang telah ada di antara

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata/ucapan dan perilaku

secara optimal dan terus menerus

- Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga yang satu

dengan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif

- Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ikhrowi

dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang

- Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera

4. Fungsi Perlindungan

Untuk memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota

keluarga. Fungsi ini menyangkut :

- Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak

(32)

- Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar

- Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

5. Fungsi Reproduksi

Memberikan keturunan yang berkualitas melalui; pengaturan dan perencanaan

yang sehat dan menjadi insan pembangun yang handal, dengan cara :

- Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi

sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya

- Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan kaluarga

dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental

- Mengamalkan kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu

melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga

- Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera

6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dari anggota

keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial dan spiritual

secara serasi, selaras dan seimbang agar bisa melakukan penyesuaian dengan

alam kehidupan di masa depan. Fungsi ini adalah :

- Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai

(33)

- Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai

pusat dimana anak dapat mencari pemecahan masalah dari konflik yang

dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat

- Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang

diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan

mental, yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat

- Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga

sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi

orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

7. Fungsi Ekonomi

Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif agar

pendapatan keluarga meningkat dan tercapai kesejahteraan.

- Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan

kehidupan keluarga

- Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga

- Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan

(34)

- Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal

mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam

sehingga tercipta lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup intern

dan ekstern keluarga

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang

serasi selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya

- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup

sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

2.2 Menarche

2.2.1 Pengertian Menarche

Menarche adalah menstruasi pertama kali dialami oleh remaja putri pada usia

10-11 tahun (Manuaba, 2001), Pearce (1999) 11-14 tahun, Proverawati (2009) 10-16

tahun yang menandai pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi

masa usia remaja, terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diramalkan, diikuti oleh

menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan dan akan terus

berlangsung setiap bulan, merupakan peristiwa alami sebagai tanda kematangan

(35)

pertumbuhan rambut aksila dan pubis, dan distribusi lemak pada daerah pinggul.

Menarche sering disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, dan kadang-kadang

kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung (Santrock, 2003; Desmita,

2008; Proverawati, 2009; Lestari, 2011).

2.2.2 Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai

dengan pendarahan melalui vagina yang terjadi secara berulang setiap bulan.

Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk

mengandung anak (hamil), terjadi pada umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada

berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif

terhadap tinggi tubuh. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun

berkisar antara 21 hingga 35 hari.

2.2.2.1 Siklus Haid Normal

Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 21 sampai 42 hari, dengan rata-rata

28 hari.

1. Siklus Ovarium

a. Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH

merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya,

hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya

(36)

Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih

banyak kedalam system ini.

b. Fase Luteal

LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer

selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini

menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit

terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung

pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus

menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin

meningkat.

2. Siklus Endometrium

a. Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium

istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat

dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai

tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi, dan

pembuluh darah menjadi banyak sekali.

b. Fase Menstruasi

Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan

kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesterone dan estrogen

yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan

(37)

Gambar Siklus Haid

2.2.2.2 Hormon yang Berperan dalam Siklus Haid Normal

Yang memegang peranan penting dalam proses ovulasi adalah hubungan

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamus-pituitary-ovarian axis). Menurut

teori neurohormonal, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh

adenohipofisis melalui sekresi neurohormon. Hipotalamus menghasilkan

Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan

LuteinizingHormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.

Perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme

umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen

(38)

menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif

jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin

terjadi pada hipotalamus

Folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH

disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan

berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH;

folikel yang berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkan yang

lain mengalami atresia. Pada waktu ini juga LH meningkat namun peranannya

membantu pembuavan estrogen dalam folikel.

FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium.

Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang

lainnya berdegenerasi. Didalam folikel , oosit primer mulai menjalani proses

pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi

estrogen lebih banyak kedalam system ini.

LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit

primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi

kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah

oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung

pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus

menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin

(39)

Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan pervaginam,berlangsung

selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini akhir dari siklus menstrual karena

endometrium luruh ke lapisan dasar bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak

dibuahi.

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari 10 siklus 24 hari, hari

ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara

lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan

berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat

ovulasi. Fase proliferasi begantung kepada stimulasi estrogen yang berasal dari

folikel ovarium.

Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:

1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm tebalnya. Lapisan

ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri atas susunan rudimenter penting

untuk mebuat endometrium baru. 2) Lapisan fungsional yang terdiri atas

kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5 mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh

hormonal ovarium. 3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan

fungsional. Lapisan ini termasuk ke dalam lapisan kelenjar-kelenjar tubular.

Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum

periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron.

Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna

(40)

tempat yang sesuai untuk melindungi dan member nutrisi ovum yang dibuah.

(Prawirohardjo, 2008)

Gambar Siklus Hormonal Haid

2.2.3 Usia Terjadi Menarche

Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat

bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang

pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat mendapat

menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila

usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi. Razi (2006) mengatakan

rata-rata usia menarche di Kota Medan adalah 12,28 tahun dimana usia termuda 10

(41)

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara

lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata usia

untuk mencapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua,

menarche dicapai pada usia 18,8 tahun. Terjadinya penurunan usia dalam

mendapatkan menarche sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perbaikan gizi

(Proverawati, 2008).

2.2.3 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche

Ketika seorang anak memasuki masa remaja, terjadi suatu pertumbuhan fisik

yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ

reproduksi sehingga tercapai kematangan fungsi reproduksi. Perubahan fisik pada

wanita remaja ditandai oleh pertumbuhan payudara (thelarche), pinggul mulai

melebar dan membesar, tumbuh rambut (bulu-bulu) halus di sekitar ketiak dan

kemaluan (pubarche). Tanner membagi perkembangan payudara dan rambut

kemaluan dalam 5 tahapan

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis Tahapan Payudara (Talarche) Rambut Pubis (Pubarche)

Tahap 1 Belum tampaknya jaringan payudara

Tidak ada rambut pubis

Tahap 2 Tahap bakal payudara dapat diraba seperti gundukan kecil jaringan payudara, aerola mulai membesar

Rambut kemaluan mulai tumbuh, kasar, berkerut di sepanjang vagina luar

Tahap 3 Pertumbuhan berlanjut dan tampak peninggian dari payudara

(42)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Tahap 4 Bentuk aerola dan putting susu timbul ke arah jaringan payudara sebagai tumpukan sekunder

Rambut lebih tebal dan terlihat seperti orang dewasa, tapi menutupi sebagian besar daerah Tahap 5 Payudara dengan bentuk dan

proporsi yang matang dan aerola berpigmen. Tumpukan sekunder telah menyatu menjadi bulat dan halus dengan hanya puting susu menonjol

Rambut dewasa baik dalam jumlah dan jenisnya menyebar di seluruh daerah segi tiga, atas dan bawah

Menarche merupakan tanda yang terjadi paling akhir dari perubahan fisiologis

pada masa pubertas, dan pada umumnya terjadi pada standium III – IV. Setelah haid

pertama perubahan pinggulpun tak dapat dihindari. Pinggul menjadi membesar dan

membulat karena berkembangnya lemak dibawah kulit. Tumbuhnya rambut

kemaluan terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan

kulit wajah mulai tampak setelah haid pertama

.

2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Haid Pertama (Menarche)

1. Faktor Internal

a. Organ Reproduksi

Beberapa remaja putri tidak mendapat haid karena vagina yang tidak

tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai sekat. Tidak

jarang ditemukan kelainan lebih kompleks yaitu remaja putri tidak

mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang

(43)

genitalis yang bersifat permanen, artinya perempuan tidak akan mendapat

haid selama-lamanya.

b. Hormonal

Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang remaja putri pada masa

pubertas dikendalikan oleh hipotalamus yakni suatu bagian tertentu pada

otak manusia. Kurang lebih sebelum remaja putri mengalami haid,

hipotalamus menghasilkan zat kimia atau yang disebut sebagai hormon

yang dilepaskannya. Hormon pertama yang dihasilkan adalah Folikel

Stimulating Hormon (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel yang

mengandung sel telur dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH,

folikel ini pun menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada

dan alat kemaluan. Berkurangnya pelepasan FSH membuat hipotalamus

melepaskan Lutinising Hormon (LH) yang menyebabkan salah satu

folikel pecah dan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya

pembuahan. Folikel yang tersisa disebut korpus luteum yang

menghasilkan hormon progesteron yang membuat penebalan pada dinding

rahim untuk menerima atau memberi makan bagi sebuah sel telur yang

telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi taraf estrogen dan

progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan

penebalan dinding rahim menjadi pecah-pecah. Proses inilah yang

(44)

2. Faktor Eksternal

a. Gizi

Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu memelihara proses

tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi

mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan gizi remaja putri dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan

demikian, perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan

berdasarkan keadaan status gizi remaja putri tersebut. Semakin lengkap

status gizinya semakin cepat usia menarchenya.

b. Pengetahuan Orang Tua

Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai

menampakkan tanda-tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami

kecemasan. Para orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu untuk

memberikan penjelasan tentang menarche dan permasalahannya akan

mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Dalam

menyampaikan pengetahuan kepada anak seorang ibu dapat melakukan

peran, antara lain :

1) Sebagai panutan, ibu yang berperan sebagai orang tua harus mampu

memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima oleh anak, terutama

sikap dalam merawat dirinya dan mengatasi kebiasaan haid.

2) Sebagai pengawas, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua terutama ibu

(45)

luar, terutama pencarian remaja terhadap pengetahuan fungsi reproduksi.

Namun pengawasan hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah

lembut. Sikap penuh curiga justru akan menciftakan jarak anak dan

orang tua.

3) Sebagai teman, ketika menghadapi remaja yang telah memasuki masa

akil baligh, orang tua perlu menciftakan dialog yang hangat dan akrab

agar dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak

bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah ketika

menghadapi menarche.

4) Sebagai pendidik, orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan,

nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya merupakan

benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi ketika mengalami

menarche.

5) Sebagai konselor, ibu harus mampu menciftakan hubungan yang saling

percaya yaitu dengan memerhatikan secara penuh dan sungguh-sungguh

terhadap masalah yang dihadapi anak untuk mengambil keputusan yang

paling baik bagi dirinya.

6) Sebagai komunikator, komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan

menciftakan suasana yang harmonis. Berani mengemukakan pendapat

dengan keluarga adalah salah satu indikasi keberhasilan ibu menjadi

(46)

c. Gaya hidup, berperan dalam menentukan usia menarche. Pada remaja

putri yang mempunyai aktivitas olah raga, aktivitas lapangan, mendaki

atau menari yang sangat tinggi umumnya mengalami menstruasi pertama

datang terlambat. Estrogen adalah hormone steroid yang meliputi

estradiol, estron dan estriol. Secara biologis, estradiol adalah yang paling

aktif dalam proses menstruasi. Bahan dasar steroid adalah kolesterol

sehingga dibutuhkan kolesterol untuk persiapan haid. Remaja putri yang

memiliki pola makan sehat dan olah raga yang baik akan mengalami

menarche dengan normal.

Menurut Lusiana (2007), berdasarkan sumber informasi mengenai menstruasi

umumnya berasal dari orang tua, khususnya ibu karena adanya keterbukaan antara

anak dan orang tua sehingga anak merasa jika ada sesuatu yang belum dipahami,

maka anak bertanya kepada orang tua.

2.2.5 Kebersihan pada Saat Haid

Pada saat haid, gunakan pembalut yang nyaman, berbahan lembut, menyerap

seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak bocor (anti tembus),

dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat perdarahan banyak gantilah

pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari perkembangbiakan

bakteri pada pembalut tersebut (Anurogo, 2011).

2.3. Pemahaman

Pemahaman ini berasal dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap,

(47)

suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau

merangkum suatu pengertian kemampuan lebih tinggi dari pada pengetahuan.

Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa

kemampuan memahami atau mengerti tentang isi materi yang dipelajari tanpa perlu

mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi materi lainnya.

Menurut Sadiman dalam Abidin (2011) pemahaman adalah suatu kemampuan

seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan

sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang

dipahami dan dimengerti dengan benar. Suharsimi (1995) menyatakan bahwa

pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan,

membedakan, menduga (estimates

Memahami (comprehension) adalah bagian dari pengetahuan yang tercakup

dalam domain kognitif. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).

), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.

Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, tingkatan pertama adalah

pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya mengartikan merah

(48)

bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa

bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok,

tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan melihat di balik

yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas

persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Sudjana, 2005).

2.4. Remaja

Masa Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-19

tahun. Berdasarkan penggolongan umur masa remaja dibagi atas remaja awal 10-13

tahun, remaja tengah 14-16 tahun, remaja akhir 17-19 tahun (Aryani, 2010).

Masa remaja didefinisikan dalam berbagai cara. Pada dasarnya, semua definisi

tersebut menandai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari tubuh termasuk fungsi reproduksi.

Pertumbuhan dan perkembangan ini mempengaruhi perubahan fisik, mental maupun

sosial. Proses kematangan fisik terjadi lebih cepat daripada proses kematangan

psikologis sehingga masa ini sering disebut sebagai masa-masa kritis dalam

kehidupan manusia dan berlangsung pada tahap kedua masa kehidupan

(Santrock, 2003).

(49)

Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya.

Pengembangan kualitas keluarga ditujukan agar keluarga dapat memenuhi

kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara

optimal. Fungsi keluarga memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik

keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa depan.

Fungsi keluarga meliputi; fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih,

perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan

lingkungan.

Jean Piaget dalam Santrock (2003), menekankan bahwa remaja secara aktif

mengkonstruksikan dunia kognitifnya sendiri ; informasi tidak hanya dicurahkan ke

dalam pikiran dari lingkungan, namun remaja menyesuaikan pikirannya dengan

memasukkan gagasan-gagasan baru karena tambahan informasi akan

mengembangkan pemahaman. Manusia melewati empat tahapan memahami dunia.

Setiap tahapan berhubungan dengan umur tertentu dan terdiri dari cara berpikir yang

berbeda. Tahap operasional konkrit berlangsung 7-11 tahun adalah anak dapat

bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit dan mengaplikasi obyek ke dalam

kelompok yang berbeda dan tahap operasional formal berlangsung 11-15 tahun

adalah remaja bernalar secara abstrak dan logis.

Pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu memproses

(50)

proses sensoris dan persepsi kemudian informasi masuk ke pikiran lalu disimpan dan

ditransformasi kemudian informasi diambil kembali melalui proses ingatan untuk

memungkinkan berpikir dan pemecahan masalah.

Wulandari (2008) mengatakan peran orang tua mempunyai hubungan dengan

persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman

menstruasi cenderung akan memberikan persepsi remaja putri yang baik tentang

menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik. Hal ini didukung oleh

Delfina (2010), berdasarkan sudah atau belumnya menarche menunjukkan bahwa

sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah menarche

dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum menarche artinya

menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman sudah dipunyai

sebelum remaja mengalami menarche.

Landasan teori penelitian dirangkum sebagai berikut :

Gambar 2.1. Model Pemrosesan Informasi Sederhana (Santrock, 2003) Ingatan

Proses sensori dan persepsi Informasi dari

lingkungan (keluarga)

Berpikir

Bahasa (dapat memberi penjelasan,

(51)

Merujuk pada teori Piaget dan model pemrosesan informasi serta kaitan

fungsi keluarga (keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, dan sosialisasi

pendidikan) terhadap pemahaman tentang menarche, dapat dijelaskan bahwa

informasi yang benar mengenai menarche berasal dari lingkungan keluarga yang

memberikan proses sensori dan persepsi pada remaja yang akan disimpan dalam

pikiran remaja. Informasi tersebut dapat diambil kembali melalui proses ingatan dan

berpikir sehingga diharapkan remaja putri mempunyai pemahaman yang baik tentang

tentang menarche yang akan dialaminya.

2.6. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dijelaskan bahwa variabel

independen fungsi keluarga meliputi keagamaan, cinta kasih, perlindungan,

reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, dapat memengaruhi variabel dependen, yaitu

pemahaman remaja putri tentang menarche.

Fungsi Keluarga 1. Keagamaan 2. Cinta kasih 3. Perlindungan 4. Reproduksi 5. Sosialisasi dan pendidikan

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan

cross sectional dimana pengukuran dan pengamatan dilakukan bersamaan pada data

variabel independen dan variabel dependen (sekali waktu) (Notoatmodjo, 2003).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan pertimbangan bahwa, di

Sekolah Dasar masih banyak siswa yang belum menarche. SD Negeri No.066667

terletak di Jl. Kiwi dan SD Negeri No. 066433 terletak di Jl. Kenari Raya III Kec.

Medan Denai Kota Medan dipilih karena mudah dijangkau peneliti.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri usia ≥ 10 tahun di SD

Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan yang belum mendapatkan

(53)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden

yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Adapun sumber data

primer didapat dari hasil jawaban responden yang diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber terkait berupa

data siswa, mata pelajaran kelas 4 dan 5 di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No.

066433 Kota Medan.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak

digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana

kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan

variabel bebas dalam penelitian.

Uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 remaja putri yang berada di SD

Negeri No 066666 Medan yang memiliki kriteria yang relatif sama dengan lokasi

penelitian. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan uji

validitas dengan menggunakan rumus teknik corrected Item-Total Correlation,

(54)

Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas,

dengan menggunakan metode Alpha Cronbach`s ,dengan nilai Alpha Cronbach`s =

0,7 maka alat ukur tersebut reliabel (Riwidikdo, 2008).

Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dianalisis dan diperoleh hasil

untuk variabel pemahaman menarche, pernyataan yang digunakan sebanyak 12 item

maka setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation

coefficient (r) > 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut

valid. Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

Variabel fungsi cinta kasih, keagamaan (Islam), perlindungan, reproduksi, dan

sosialisasi dan pendidikan mempunyai pernyataan sebanyak 10 item, setelah

dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r) >

0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji

reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

Variabel fungsi keagamaan (Kristen) mempunyai pernyataan sebanyak 4 item,

setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r)

> 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji

reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7, sehingga dapat disimpulkan

bahwa butir instrumen tersebut reliabel.

(55)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel

Variabel Butir Corrected Item

Total Correlation Status

(56)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Butir Corrected Item

Total Correlation Status

(57)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

a. Variabel bebas (independen variabel), yaitu fungsi keluarga (keagamaan,

cinta kasih, sosialisasi dan pendidikan, perlindungan, reproduksi).

b. Variabel terikat (dependen variabel), yaitu pemahaman menarche pada

remaja putri

3.5.2 Definisi Operasional

a. Variabel bebas

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami

istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan

anaknya.

1. Fungsi keagamaan adalah keluarga memberikan informasi mengenai

aturan/norma agama tentang menarche (haid yang pertama datang)

2. Fungsi cinta kasih adalah keluarga memberikan informasi yang

menunjukkan perhatian mengenai menarche (haid yang pertama

datang) pada remaja yang akan mengalami haid

3. Fungsi perlindungan adalah keluarga memberikan informasi yang

memberikan rasa aman baik fisik maupun psikis terhadap

kekhawatiran, rasa takut dan rasa tak nyaman mengenai menarche

(haid yang pertama datang) pada remaja agar mampu mempersiapkan

Gambar

Gambar Siklus Haid
Gambar Siklus Hormonal Haid
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis
Gambar 2.1. Model Pemrosesan Informasi Sederhana (Santrock, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Konservasi adalah sebuah program yang dikemas dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar

Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak iritan yaitu faktor eksogen dan endogen, dimana faktor eksogen misalnya bahan kimia (contoh: detergen,

[r]

Sehingga dari nilai tersebut maka dapat strategi yang tepat yaitu strategi SO yakni strategi yang memaksimalkan kekuatan pada peluang dan didukung dengan strategi-strategi

Dalam perencanaan desain gempa, struktur sekunder merupakan komponen struktur yang tidak diproporsikan untuk menerima beban lateral akibat gempa, sehingga dalam

PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY harus memiliki lingkungan kerja yang kondusif agar dapat mendorong aktivitas dan kreativitas karyawan, dengan begitu

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Pada Materi Komposisi Fungsi..