• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MODEL

TEAMS GAME TOURNAMENT

(TGT) TERHADAP

HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

REZKI WULANDARI PURBA

091301006

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL

TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR

BAHASA INDONESIA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

REZKI WULANDARI PURBA 091301006

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 27 September 2013

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog

NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Lili Garliah, M.Si., psikolog Penguji I/Pembimbing

NIP. 196006041986032002

2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd Penguji II

NIP. 196910142000042001

3. Dina Nazriani, M.A Penguji III

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament

(TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 30 Okober 2013

Rezki Wulandari Purba

(4)

1

Mahasiswa Fakutas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Rezki Wulandari Purba1 dan Lili Garliah2

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diketahui dari hasil akhir pendidikan yang dapat dilihat dari hasil belajar. Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-B dan kelas VIII-D salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan. Kelas VIII-D diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dan kelas VIII-B diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan post-test only non-equivalent group. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia dengan 10 butir soal materi puisi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada silabus pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia (t=0.684 ;p=0.496), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya ditolak, yaitu: tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Kata kunci: Metode Pembelajaran Kooperatif, Model Teams Game Tournament (TGT), Hasil Belajar Bahasa Indonesia

The Effect Of Cooperative Learning Method Teams Game Tournament Model To The Result Of Learning Indonesian

(5)

ABSTRACT

Learning outcome is the result of the education process. Indirectly, Quality of education improvement can be seen from the result of learning. One of the factor that affect student learning outcome is a learning method that is used. The purpose of this study was to examine whether there are effect of cooperative learning to the result of learning Indonesian.

Subject in this study were the students of class VIII-B and class VIII-D from one junior high school in Medan. Class VIII-D given learning Indonesian with cooperative learning method teams games tournament (TGT) model and class VIII-B given learning Indonesian with conventional learning method. This research used a quasi-experimental design with a post-test only non-equivalent group. Measuring instrument used in this study is the Indonesian achievement test with 10 items poetic material compiled by researcher with refer to the syllabus of Indonesian used by the teacher concerned.

The result showed that there is no impact of cooperative learning to result of learning Indonesian (t=0.684 and p=0.496), so it can be concluded that the hypothesis proposed previously was rejected, which there is no difference in result of learning Indonesian between the control group and the experimental group. Thus, it can be interpreted that there is no impact of cooperative learning method of team games tournament (TGT) model to result of learning Indonesian.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan saya kekuatan serta meridhoi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Salawat dan salam, peneliti ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang

telah memberikan suri tauladan dalam kehidupan di dunia sebagai bekal

kehidupan di akhirat.

Syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan saya keluarga,

terutama orang tua yang selalu menjadi inspirasi dan tujuan utama dalam hidup

saya, Ayahanda Ramahadi Purba dan Ibunda Rodiah Rosmawati Harahap. Terima

kasih telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga untuk Wulan. Tak

pernah berhenti memberikan motivasi, dukungan, dan perhatian yang sangat besar

serta menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi Wulan. Terima kasih yang

tak terhingga buat Ayah dan Mama yang sudah membesarkan Wulan dengan

kasih sayang dan mendidik Wulan hingga saat ini. Wulan sangat bersyukur

memiliki Ayah dan Mama yang sangat hebat dan luar biasa. Semua perjuangan

dalam hidup Wulan adalah demi Ayah dan Mama.

Adapun judul skripsi saya adalah “Pengaruh Metode Pembelajaran

Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar

Bahasa Indonesia”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara. Perjuangan keras dan tekad kuat sangat dibutuhkan untuk dapat

(7)

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Lili Garliah, M.Si., psikolog selaku dosen pembimbing skripsi. Terima

kasih untuk semua pengetahuan, dukungan, perhatian, semangat, saran,

komentar, kesabaran, motivasi, dan waktu yang Ibu berikan selama

membimbing saya sampai skripsi ini dapat selesai dengan baik. Tidak ada

kata yang mampu mewakili rasa terimakasih saya. Saya sangat senang bisa

menjadi anak bimbingan Ibu.

3. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Ibu Dina Nazriani, M.A selaku dosen

penguji. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk

menguji saya dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini dan terima kasih

atas masukan yang Ibu berikan.

4. Dra. Emmy Mariatin, MA., PhD., psi selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih atas segala bimbingan dan semangat yang Ibu berikan kepada

saya. Mohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara atas segala didikan, bantuan, dan semangat yang

diberikan selama saya mengikuti proses perkuliahan di Fakultas Psikologi.

6. Kakak beserta kedua adikku yang selalu kucintai dan kusayangi, Ridha Yani

(8)

berjauhan tapi kalau sudah ketemuan pasti lebih banyak bertengkarnya,

namun sangat kita mengerti bahwa itu adalah rasa kasih sayang kita. Kak

Ridha yang murah hati, Nia yang cantik, dan Nurul yang baik hati, terima

kasih atas semua dukungan, perhatian, kemarahan, kesedihan, dan

kebahagiaan. Maaf atas kesalahan Wulan dan terima kasih sekali lagi.

7. Nenek, Ujing Lina, Ujing Kinuk, Uak, dan semua keluarga besar Ayah

Mama, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian kepada

saya sampai skripsi ini selesai dengan baik. Terima kasih sudah

mendengarkan semua alasan dan menggantikan alasan tersebut dengan

doa-doa untuk Wulan. Terima kasih.

8. Teruntuk teman seperjuangan sekaligus sahabat kehidupan “Gadis Kupai

-Kupai”, yaitu: Lili, Wanda, Hana, Dila, Marini, Pai, Qisty (sebenarnya mau nulis nama kalian yang lengkap, tapi karena terlalu banyak dan panjang jadi

Wulan nulisnya nama panggilan aja hehehe). Terima kasih atas semua

dukungan, pengetahuan, perhatian, semangat, kemarahan, kesedihan,

kebahagiaan, komentar, kesabaran, waktu, dan lain halnya yang tidak dapat

disebutkan, kalian bertujuhlah yang paling mengerti Wulan, dari buruk

sampai baik. Maaf karena selama hampir 5 tahun ini, Wulan selalu buat

kalian kecewa. Sekali lagi, terima kasih. Semoga persahabatan kita tak lekang

oleh waktu...hwaiting!!!

9. Teman-teman stambuk 2009 (khususnya, kawan seperjuangan umeks: Rahmi

dan Utami yang selalu memotivasiku^^*, serta Eci yang selalu mendengar

(9)

ikut terlibat dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan

dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.

10. Buat seluruh responden dalam penelitian ini, terima kasih telah memberikan

kesediaannya menjadi sampel dalam penelitian ini yang tidak dapat saya

ucapkan satu persatu, terima kasih untuk semua bantuan dan dukungan yang

telah kalian berikan selama ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang

diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

penulis meminta maaf dan mengharapkan masukan sehingga laporan hasil

penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013

Rezki Wulandari Purba

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

(10)

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

E.Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A.Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 11

1. Defenisi Hasil belajar ... 11

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

3. Bahasa Indonesia ... 15

B.Pembelajaran Kooperatif ... 16

1. Defenisi Pembelajaran Kooperatif ... 16

2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif ... 19

4. Konsep Utama Pembelajaran Kooperatif ... 20

5. Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) ... 21

6. Tahap-tahap Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) .. 21

(11)

D.Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game

Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 25

E. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A.Jenis Penelitian ... 31

B.Identifikasi Variabel Penelitian ... 31

C.Defenisi Operasional Penelitian ... 32

D.Teknik Kontrol Terhadap Extraneous Variable ... 34

E.Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

F. Rancangan Penelitian ... 36

G.Instrumen dan Alat Ukur Penelitian ... 37

H.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 41

I. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

J. Metode Analisa Data ... 48

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Analisa Data Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 49

2. Gambaran Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen ... 53

3. Uji Asumsi ... 55

B. Hasil Penelitian ... 56

1. Hasil Utama Penelitian ... 56

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN... 69

DAFTAR TABEL

(13)

Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII

(sebelum uji coba) ... 40

Tabel 2. Blue Print PenyusunanTes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Puisi Untuk Kelas VIII (setelah uji coba) ... 41

Tabel 3. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Pada Kelompok Diskusi Belajar ... 44

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Pada Turnamen ... 45

Tabel 5. Hasil Uji daya Beda Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 47

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Etnis, Dan Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester ganjil ... 51

Tabel 7. Norma Kategorisasi Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 52

Tabel 8. Kategorisasi Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 52

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Berdasarkan Jenis Kelamin, Etnis, Dan Nilai Rapor Bahasa Indonesia Semester Ganjil ... 54

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 55

Tabel 11. Hasil Uji Homogenitas ... 56

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis ... 56

(14)

Tabel 14. Kategorisasi Tes Bahasa Indonesia ... 57

Tabel 15. Gambaran Kategori Subjek Penelitian Pada Kelompok Kontrol Dan Eksperimen Berdasarkan Tes Bahasa

Indonesia ... 58

DAFTAR GAMBAR

(15)

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian ... 37

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

Lampiran 2. Distribusi Skor Alat Ukur Tahap Uji Coba ... 84

Lampiran 3. Hasil Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 90

Lampiran 4. Skala Penelitian ... 94

Lampiran 5. Jawaban Skala Tahap Uji Coba Dan Penelitian ... 100

Lampiran 6. Distribusi Skor Alat Ukur Tahap Penelitian Kelompok Eksperimen Dan Kontrol ... 101

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, Dan Hipotesis ... 105

Lampiran 8. Pembagian Tim Dan Turnamen Pada Kelompok Eksperimen ... 108

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (LKS) Dan Soal-Soal Turnamen ... 111

Lampiran 10. Lembar Skor Turnamen, Skor Turnamen, Dan Lembar Rangkuman Tim ... 130

Lampiran 11. Modul Pelaksanaan Penelitian Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 137

(17)

Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Rezki Wulandari Purba1 dan Lili Garliah2

ABSTRAK

Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat diketahui dari hasil akhir pendidikan yang dapat dilihat dari hasil belajar. Salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-B dan kelas VIII-D salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Medan. Kelas VIII-D diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) dan kelas VIII-B diberikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian quasi-eksperimen dengan rancangan post-test only non-equivalent group. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar Bahasa Indonesia dengan 10 butir soal materi puisi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada silabus pelajaran Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru yang bersangkutan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia (t=0.684 ;p=0.496), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya ditolak, yaitu: tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa tidak ada pengaruh metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Kata kunci: Metode Pembelajaran Kooperatif, Model Teams Game Tournament (TGT), Hasil Belajar Bahasa Indonesia

The Effect Of Cooperative Learning Method Teams Game Tournament Model To The Result Of Learning Indonesian

(18)

ABSTRACT

Learning outcome is the result of the education process. Indirectly, Quality of education improvement can be seen from the result of learning. One of the factor that affect student learning outcome is a learning method that is used. The purpose of this study was to examine whether there are effect of cooperative learning to the result of learning Indonesian.

Subject in this study were the students of class VIII-B and class VIII-D from one junior high school in Medan. Class VIII-D given learning Indonesian with cooperative learning method teams games tournament (TGT) model and class VIII-B given learning Indonesian with conventional learning method. This research used a quasi-experimental design with a post-test only non-equivalent group. Measuring instrument used in this study is the Indonesian achievement test with 10 items poetic material compiled by researcher with refer to the syllabus of Indonesian used by the teacher concerned.

The result showed that there is no impact of cooperative learning to result of learning Indonesian (t=0.684 and p=0.496), so it can be concluded that the hypothesis proposed previously was rejected, which there is no difference in result of learning Indonesian between the control group and the experimental group. Thus, it can be interpreted that there is no impact of cooperative learning method of team games tournament (TGT) model to result of learning Indonesian.

(19)

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

merupakan salah satu ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia serta untuk menguasai ilmu dan teknologi. Sebagai masyarakat

Indonesia, penting untuk kita mempelajari dan memahami Bahasa Indonesia

secara baik dan benar. Tetapi, saat ini dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat

Indonesia sendiri belum mempunyai rasa internalisasi terhadap bahasanya sendiri.

Hal ini dapat dilihat dari sejumlah kalangan yang sering mencampuradukkan

Bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam penuturan sehari-hari dan yang

lebih ironisnya adalah menurunnya nilai Ujian Nasional (UN) Bahasa Indonesia

(Afifah, 2012).

Nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam berbagai tes didapati lebih

rendah dibandingkan dengan mata pelajaran bahasa asing, seperti: Bahasa Inggris.

Bukan hanya dalam ulangan harian, baik pada ujian nasional (UN) maupun tes

masuk perguruan tinggi juga menunjukkan hasil yang serupa. Salah satu surat

kabar mengatakan bahwa tiga tahun terakhir ini memang hasil UN dan tes-tes

Bahasa Indonesia dalam tes masuk perguruan tinggi, menunjukkan nilai yang

lebih rendah daripada hasil tes yang lain, bahkan dari mata ajar yang biasanya

menjadi momok seperti matematika (Afifah, 2012).

Dari 7.579 siswa yang tidak lulus UN 2012, sebagian besar gagal pada

mata pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia, sama dengan tahun lalu.

(20)

dibandingkan dengan ketidaklulusan pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata

pelajaran Bahasa Indonesia tidak lagi dianggap menjadi pelajaran penting bagi

siswa, bahkan nilai kepentingannya berada di bawah pelajaran Bahasa Inggris.

Banyak siswa yang lebih fokus pada kemampuan menguasai Bahasa Inggris

ketimbang bahasa negaranya sendiri, Bahasa Indonesia (Polkamnas, 2012).

Hal ini sangat ironis mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu

yang pada akhirnya dianggap sebagai bahasa yang sulit dipelajari. Tingginya

jumlah siswa yang tidak lulus akibat rendahnya nilai mata pelajaran Bahasa

Indonesia ini dinilai akibat telah terjadinya pergeseran nilai, di mana generasi

penerus lebih bangga menguasai Bahasa Inggris dibandingkan Bahasa Indonesia.

Tentu sangat disayangkan saat melihat kalangan generasi muda saat ini lebih

antusias mempelajari bahasa asing daripada memperdalam Bahasa Indonesia dan

melestarikannya.

Dengan demikian sudah seharusnya proses pembelajaran Bahasa

Indonesia ditangani lebih serius. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi

para tenaga pendidik untuk kembali memotivasi siswa dalam mempelajari Bahasa

Indonesia dengan baik dan benar. Guru sebagai pendidik perlu mempersiapkan

metode pembelajaran yang terprogram agar peserta didik memperoleh

pengalaman belajar yang lebih mantap.

Rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia yang diperoleh siswa

disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan oleh

(21)

pembelajaran yang umumnya dipakai para guru Bahasa Indonesia masih

menekankan kepada situasi guru mengajar bukan situasi siswa belajar.

Sebagian besar pola pembelajaran masih bersifat transmisif, yaitu: guru

memberikan konsep-konsep yang terdapat dalam buku pelajaran secara langsung

pada peserta didik dan siswa secara pasif menyerap pengetahuan tersebut

(Trianto, 2011). Meskipun, metode pembelajaran dengan kerja kelompok sudah

mulai diterapkan. Namun, pembelajaran dengan kerja kelompok yang masih

bersifat tradisional, yakni: masing-masing kelompok memilih sendiri

anggota-anggota kelompoknya kurang membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran yang masih menggunakan metode ceramah dapat membuat

siswa menjadi pasif dalam menerima pelajaran Bahasa Indonesia dan hanya

menghafal konsep-konsep tanpa memahami makna dan manfaat dari konsep

tersebut. Selain itu, siswa tidak tidak dituntut aktif dalam mempelajari dan

memahami materi pelajaran. Siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan

menghafalkannya. Model pembelajaran seperti ini yang akan mengakibatkan

siswa hanya memahami 10-30% dari materi yang diterangkan (Trianto, 2011).

Untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilan dalam belajar

Bahasa Indonesia dapat digunakan metode pembelajaran yang berdasarkan

pandangan konstruktivis. Menurut Hudjono (dalam Trianto, 2011) sistem

pembelajaran dalam pandangan konstruktivis melibatkan keaktifan siswa dalam

belajarnya dan mengaitkan informasi baru dengan informasi sebelumnya,

sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa. Salah satu pandangan

(22)

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih

mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling

berdiskusi dengan temannya. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2011)

menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan

belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara

individu maupun secara kelompok. Dengan kata lain, hakikat sosial dan

penggunaan kerja sama dalam kelompok menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang

dapat ditetapkan, salah satunya adalah teams game tournamen (TGT). Teams

game Tournament (TGT) merupakan salah satu model yang dipercaya dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar informasi, tidak

hanya informasi dari guru. Pembelajaran kooperatif model teams game

tournament (TGT) terdiri dari empat tahap utama, yaitu: tahap presentasi guru,

kelompok belajar, turnamen, dan penghargaan kelompok (Slavin, 2008). Metode

pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) merupakan model

pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur kerjasama antar siswa dalam

kelompok dan tanggung jawab kelompok dalam pembelajaran individu. Model

team games tournament (TGT) merupakan model pembelajaran yang identik

dengan permainan atau kuis yang dimainkan siswa dengan tujuan mengumpulkan

skor untuk meningkatkan total skor kelompok. Kegiatan ini dilakukan pada tahap

(23)

kooperatif model teams game tournament (TGT) didasarkan pada keheterogenan

siswa, baik suku, prestasi, dan jenis kelamin (Trianto, 2011).

Peneliti menggunakan model team games tournament (TGT) dengan

alasan bahwa siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) yang menjadi subjek

penelitian dapat bermain tanpa melupakan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai. Dengan kata lain, siswa akan belajar dengan permainan yang ada di

dalam model team games tournament (TGT). Penggunaan permainan di dalam

model teams game tournament (TGT) juga membuat siswa lebih banyak

berinteraksi dengan siswa lainnya. Model teams game tournament (TGT) yang di

dalamnya mempunyai tahap kegiatan kelompok belajar, juga dapat membantu

para siswa untuk memacu motivasi belajar menjadi aktif (Liulin, 2009).

Dengan kegiatan kelompok belajar, para siswa dapat berdiskusi dan

berbagi pengetahuan dengan teman-teman lainnya. Para siswa juga dapat aktif

dalam memacu motivasi belajar, sehingga para siswa memperoleh pemahaman

dan penguasaan materi pelajaran dengan mudah. Hal ini terjadi karena para siswa

merasa lebih santai dan senang bila belajar dan berdiskusi dengan teman sendiri.

Apabila para siswa sudah mempunyai motivasi yang kuat dan merasa senang, para

siswa dapat menunjukkan minat, aktivitas, dan partisipasinya dalam mengikuti

kegiatan belajar yang sedang dilaksanakan (Liulin, 2009). Begitu juga pada

pembelajaran Bahasa Indonesia, jika para siswa memiliki motivasi yang kuat dan

dapat aktif dalam kegiatan belajar, maka hasil belajar Bahasa Indonesia dapat

(24)

Selanjutnya, peneliti juga mempunyai alasan bahwa model teams game

tournament (TGT) menuntut keterampilan berkomunikasi dalam bentuk kerja

sama kelompok dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Kemampuan

berkomunikasi dituntut dalam berinteraksi, baik dengan anggota di dalam

kelompok, maupun di luar kelompok (Mularsih, 2010). Kemampuan

berkomunikasi ini cukup relevan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang

pada dasarnya mempunyai tujuan dari agar para siswa mempunyai kemampuan

berkomunikasi secara efektif dan efisien, baik secara lisan maupun tulisan,

sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan dengan tepat dan kreatif (Suwarni,

2010).

Kumaradivelu (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa perlu adanya

prosedur yang harus diterapkan seorang guru ketika mengajar di dalam kelas,

yaitu: memodifikasi materi dan memfasilitasi aktivitas para siswa. Modifikasi

materi mengacu pada cara guru menyajikan materi yang dapat menarik siswa

menjadi termotivasi untuk belajar, sehingga diperlukannya metode pembelajaran

yang tepat. Kemudian, guru juga harus memfasilitasi interaksi para siswa,

misalnya: memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam

penyelesaian tugas. Metode pembelajaran kooperatif model teams game

tournament (TGT) mampu memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih

kemampuan berbicaranya secara maksimal dalam keadaan yang nyaman untuk

saling berbagi pendapat, saling mengarahkan dengan menggunakan unsur

permainan yang telah disesuaikan dengan materi pembelajaran. Adanya unsur

(25)

belajar, khususnya mempelajari keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa

Indonesia yang selama ini dianggap membosankan (Utami dkk, 2013).

Selain itu, model teams game tournament (TGT) dapat digunakan dalam

berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial, maupun

bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. Model

teams game tournament (TGT) sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran

yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian,

model teams game tournament (TGT) juga dapat diadaptasi untuk digunakan

dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan

penilaian yang bersifat terbuka, misalnya: esai atau kinerja (Trianto, 2011). Oleh

karena itu, Model pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT)

dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada serta dapat

meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.

Peneliti menemukan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya

mengenai metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT),

beberapa diantaranya masih digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

tentang materi keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD dan matematika

tentang materi pokok logaritma pada siswa X MAN. Kedua mata pelajaran

dengan materi yang dijadikan variabel penelitian merupakan kompetensi dasar

yang sesuai dengan kurikulum pembelajaran, sehingga penting untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut. Begitu juga

dengan materi menulis puisi yang merupakan salah satu kompetensi dasar yang

(26)

mengetahui lebih lanjut mengenai model TGT jika digunakan guru dalam

mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi menulis puisi, yang

nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangsih kekayaan wacana dalam

dunia pendidikan dan menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah,

khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

Selain itu, peneliti juga menemukan salah satu karakteristik yang tidak

disertakan oleh kedua peneliti di atas ketika melakukan penelitian, yaitu:

berkaitan dengan pembagian kelompok. Menurut Trianto (2011), pembagian

kelompok pada metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament

(TGT) didasarkan pada keheterogenan siswa, baik suku, prestasi, dan jenis

kelamin. Tetapi, pada kedua penelitian di atas tidak diketahui pembagian

kelompok sesuai dengan keheterogenan siswa. Oleh karena itu, peneliti merasa

perlu untuk melihat lebih jauh pengaruh metode pembelajaran kooperatif model

teams game tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, jika

diberikan kepada siswa SMP kelas VIII dengan pembagian kelompok yang sesuai

dengan teori yang telah ditetapkan, yaitu: didasarkan pada keheterogenan siswa.

(27)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah ada pengaruh

metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap

hasil belajar Bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

untuk melihat pengaruh metode pembelajaran kooperatif model teams game

tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi masukan yang bermanfaat dan informasi bagi disiplin ilmu

psikologi, khususnya pada bidang psikologi umum dan eksperimen

serta bidang pendidikan.

b. Menjadi masukan dan referensi untuk bahan penelitian bagi peneliti

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dan

membantu pemahaman bagi masyarakat, khususnya para orang tua dan

para pengajar mengenai pengaruh metode pembelajaran kooperatif model

teams games tournament (TGT) terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

(28)

tournament (TGT) dapat digunakan para guru dalam mengajar Bahasa

Indonesia dan mata pelajaran lainnya.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Landasan teori berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan

dalam pembahasan masalah.

BAB III: Metode penelitian berisikan mengenai metode-metode dasar

dalam penelitian, yaitu: identifikasi variabel, definisi

operasional, populasi dan metode pengambilan sampel,

rancangan penelitian, instrumen dan alat ukur penelitian,

prosedur penelitian, validitas, uji daya beda, dan reliabilitas

alat ukur, serta metode analisa data.

BAB IV: Hasil dan interpretasi yang diuraikan dengan gambaran umum

dari subjek penelitian, hasil analisis data dengan menggunakan

analisis statistik dan interpretasi data sebagai hasil penelitian

sesuai dengan landasan teori yang digunakan.

BAB V: Kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang

diperoleh.

(29)

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu:

tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar-mengajar, dan

hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2005). Untuk

mengetahu hasil belajar siswa, dibutuhkan penilaian sebagai hasil akhir dari hasil

belajar. Oleh sebab itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana

perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya.

Penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Inti

penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian hasil belajar adalah proses

pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria

tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar

siswa (Sudjana, 2005).

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, antara lain:

(30)

 Kematangan/pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan

pribadi telah memungkinkannya serta potensi-potensi jasmani dan

rohaninya telah matang untuk itu.

 Kecerdasan/intelegensi

Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu

dengan berhasil juga ditentukan oleh taraf kecerdasannya.

 Latihan dan ulangan

Kerena terlatih, karena seringkali mengulang sesuatu, maka kecakapan dan

pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi semakin dikuasai dan

semakin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan, pengalaman-pengalaman

yang telah dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

 Motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisasi untuk melakukan

sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya

orang tersebut menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.

 Sifat-sifat pribadi seseorang

Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sifat-sifat kepribadian yang

ada pada seseorang itu sedikit banyaknya turut pula mempengaruhi hasil

belajar seorang siswa.

(31)

 Keadaan keluarga

Termasuk di dalam faktor ini, ada tidaknya fasilitas-fasilitas yang

diperlukan dalam belajar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

 Guru dan cara mengajar

Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya

merupakan faktor yang sangat penting. Bagaimana sikap dan kepribadian

guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana

cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya juga turut

menentukan hasil belajar yang dicapai siswa.

 Alat-alat pengajaran

Sekolah yang cukup memili alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan

untk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya,

kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat tersebut akan

mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

 Motivasi sosial

Belajar adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi

memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan

motivasi yang baik pada anak-anak maka timbullah dalam diri anak

tersebut dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik.

 Lingkungan dan kesempatan

Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan

tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibatnya tidak adanya kesempatan

(32)

lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lainnya yang terjadi

di luar kemampuannya.

Selain itu, menurut Ahmadi dan Supriyono (2008) ada tiga faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

a. Faktor-faktor stimulus belajar

Yang dimaksudkan dengan stimulus belajar di sini yaitu segala hal di luar

individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam

hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal

yang harus diterima dan dipelajari oleh pelajar.

b. Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode

belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain, metode yang dipakai

oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.

c. Faktor-faktor individual

Kecuali faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual

sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor

individual itu, seperti: kematangan, usia, jenis kelamin, pengalaman

sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, serta

motivasi.

(33)

Secara umum, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik

mempunyai kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika

yang berlaku secara lisan maupun tulisan, sehingga bahasa Indonesia dapat

digunakan dengan tepat dan kreatif. Sedangkan, tujuan khusus pembelajaran

bahasa Indonesia ialah materi yang diajarkan dapat dipahami para peserta didik.

Untuk mewujudkan tujuan umum dan tujuan khusus tersebut maka dibutuhkan

beberapa cara, seperti: menggunakan metode, media atau pembelajaran yang

bervariasi agar lebih menarik (Suwarni, 2012).

Oleh karena itu, para guru dituntut untuk lebih dapat kreatif untuk

menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia. Namun, kenyataannya

para guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi,

sehingga pembelajaran bahasa Indonesia terlihat monoton dan bersifat pasif

karena hanya berpusat pada guru. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, hal yang

perlu diubah adalah pandangan dan sikap para peserta didik yang sering

menganggap bahwa belajar bahasa Indonesia merupakan hal yang sangat

membosankan. Mengingat betapa pentingnya penggunaan bahasa, pembelajaran

bahasa harus dilakukan secara tepat (Suwarni, 2012).

Kumaradivelu (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa perlu adanya

prosedur yang harus diterapkan seorang guru ketika mengajar di dalam kelas,

yaitu: memodifikasi materi dan memfasilitasi aktivitas para siswa. Modifikasi

materi mengacu pada cara guru menyajikan materi yang dapat menarik siswa

menjadi termotivasi untuk belajar, sehingga diperlukannya metode pembelajaran

(34)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam penyelesaian

tugas.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran kelompok

yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk

digunakan. Slavin mengemukakan dua alasan, yaitu: pertama, beberapa hasil

penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,

serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat

merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah,

dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketarampilan. Dari dua alasan

tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang

dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki (Sanjaya,

2008).

1. Defenisi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu: antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin,

rasa atau etnis yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap

(35)

kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian,

setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif (Sanjaya, 2008).

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran

ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok

sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).

Larsen (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa guru dapat

menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai upaya untuk membuat

siswa menjadi termotivasi dalam proses belajar dan dapat berinteraksi dengan

teman dalam bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada aktivitas

siswa di dalam kelompok dan bagaimana siswa dapat berkolaborasi serta

bersosialisasi bersama-sama secara efektif.

2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya (2009) ada empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif,

yaitu:

a. Prinsip Ketergantungan Positif (positive interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat

tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh

sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan

(36)

anggota. Dengan demikian, semua anggota kelompok akan merasa saling

ketergantungan.

b. Tanggung Jawab Perseorangan (individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena

keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap

anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan

kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian

terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan

tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi

dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan

pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja

sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing

anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Partisipasi dan Komunikasi (participation communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif

dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka

dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan

kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

(37)

dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi. Keterampilan

berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tidak mungkin dapat

menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih

dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk

menjadi komunikator yang baik.

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (dalam Trianto, 2009), ada lima

unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar

kooperatif siswa merasa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu

tujuan dan terikat satu sama lain. Siswa akan merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap

suksesnya kelompok.

b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan

meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa

akan membantu siswa lainnya untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling

memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan

seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.

c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar

kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa

yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar

(38)

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif,

selain dituntut untuk mempelajari mataeri yang diberikan, seorang siswa

dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam

kelompoknya.

e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses

kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan

bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan

kerja yang baik.

4. Konsep Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1995) dalam Trianto (2009), konsep utama dari belajar

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria

tertentu.

b. Tanggung jawab individual, bahwa suksesnya kelompok tergantung pada

belajar individual semua angota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus

dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota

kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu

kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini

memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah

sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua

(39)

5. Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT)

dikembangkan oleh Davis De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini

siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

tambahan poin untuk skor tim mereka. Teams game tournament (TGT)

menggunakan turnamen akademik, kuis-kuis, dan sistem skor kemajuan individu,

dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain

yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Trianto, 2011).

TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari

ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu-ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,

SMP) hingga perguruan tinggi (Trianto, 2011). TGT sangat cocok untuk mengajar

tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar.

Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang

dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat

terbuka, misalnya: esai atau kinerja (Trianto, 2011).

6. Tahap-tahap Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT)

Menurut Slavin (2008), pembelajaran kooperatif model teams game

tournament (TGT) terdiri dari empat tahap utama, yaitu:

(40)

Materi dalam teams game tournament (TGT) diperkenalkan dalam presentasi

guru di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering

kali dilakukan yang dipimpin oleh guru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah

pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru

memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai

yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam tahap kelompok

belajar.

b. Tahap kelompok belajar

Kelompok belajar terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, dan etnis. Fungsi

utama dari tahap ini adalah memastikan semua anggota kelompok benar-benar

belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya

untuk bisa mengerjakan permainanpada tahap turnamen dengan baik. Setelah

guru menyampaikan materi, kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar

kerja siswa (LKS).

c. Tahap turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung. Permainan

terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dengan materi yang

sudah diberikan serta dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperoleh dari presentasi guru di kelas dan pada tahap kelompok belajar.

Permainan tersebut dimainkan di atas meja dan ada perwakilan dari

(41)

bernomor. Setiap kelompok turnamen akan dibagi menjadi pembaca dan

penantang.

d. Tahap penghargaan kelompok.

Kelompok akan mendapatkan sertifiat atau bentuk penghargaan lainnya

apabila mereka mencapai kriteria tertentu.

C. Pembelajaran Konvensional

Metode konvesional adalah metode pengajaran yang berbentuk ceramah.

Dalam metode pembelajaran ini, guru hanya bercerita saja sesuai dengan yang ada

di dalam buku. Metode konvensional merupakan penuturan atau penjelasan guru

secara lisan, di mana dalam pelaksanaannya, guru dapat menggunakan alat bantu

mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada murid-muridnya

(Sriyono dalam Harsono, dkk, 2009).

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering

dilakukan oleh guru dan cenderung berpusat pada guru (teacher centered).

Kegiatan pembelajaran secara konvensional berpijak pada teori behavioristik yang

banyak didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran

dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu: memberi

materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas (Suteni dkk,

2013).

Pendapat tersebut menekankan bahwa pembelajaran konvensional

menggunakan metode yang sudah biasa digunakan oleh guru, yaitu: dengan

(42)

Sudjana (dalam Suteni dkk, 2013) bahwa pembelajaran konvensional lebih

didominasi oleh guru dan siswa bersifat pasif selama pembelajaran berlangsung.

Sedangkan, menurut Santyasa (dalam Suteni, 2013) menyebutkan bahwa belajar

dalam model konvensional adalah bersifat linier dan deterministik. Para siswa

hanya belajar seperangkat keterampilan dasar yang bersifat umum sebagai bekal

untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks dan kemudian

menerapkan informasi yang telah diterima tersebut.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional didalam kelas

sebagai berikut. Pada tahap kegiatan awal, guru menentukan pokok materi yang

akan dijelaskan dengan membuat catatan penting yang akan disampaikan kepada

siswa, sedangkan siswa menyiapkan buku pelajaran dan buku catatan. Pada tahap

kegiatan inti, guru menyampaikan materi pelajaran dengan uraian-uraian dan

mengontrol pemahaman murid dengan beberapa pertanyaan, tugas-tugas, dan

sebagainya. Dalam kegiatan ini siswa hanya menyimak apa yang dijelaskan oleh

guru serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada tahap penutup

guru menyimpulkan pelajaran dan mem-berikan evaluasi kepada siswa.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional

adalah pembelajaran yang berpusat pada guru di mana guru kurang melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga menjadikan siswa lebih banyak

menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan

yang mereka butuhkan. Selain itu, metode konvensional juga menjadikan siswa

berperan pasif ketika proses belajar-mengajar berlangsung dan siswa cenderung

(43)

D. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Teams Game Tournament

(TGT) Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Penggunaan metode pembelajaran yang berbeda dapat menunjukkan hasil

belajar yang berbeda. Setiap metode pembelajaran mempunyai karakteristik yang

berbeda-beda, baik dari kelebihan maupun kekurangan. Metode pembelajaran

konvensional atau sering dikenal juga dengan metode ceramah masih banyak

digunakan dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini lebih

menitikberatkan peran seorang guru sebagai sumber belajar. Hal ini akan

membentuk kepribadian siswa yang kurang baik, terutama membentuk sikap

siswa yang lebih pasif sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering

dilakukan oleh guru dan cenderung berpusat pada guru (teacher-centered). Sistem

pembelajaran ini masih bersifat satu arah, yaitu: pemberian materi oleh guru.

Sistem pembelajaran ini membuat mahasiswa menjadi pasif karena hanya

mendengarkan saja dan kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan

cenderung tidak kreatif. Metode ini hanya memberikan informasi satu arah karena

yang ingin dicapai adalah bagaimana guru bisa mengajar dengan baik, sehingga

yang ada hanyalah transfer pengetahuan (Hadi, 2007).

Kegiatan pembelajaran secara konvensional berpijak pada teori

behavioristik yang banyak didominasi oleh guru. Pembelajaran konvensional

adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh

guru, yaitu: memberi materi melalui ceramah, latihan soal, kemudian pemberian

(44)

banyak melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan bentuk ceramah. Pada saat

mengikuti proses belajar-mengajar atau mendengarkan ceramah, para siswa hanya

sebatas memahami sambil membuat catatan. Guru menjadi pusat peran dalam

pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber

ilmu (Hadi, 2007).

Metode konvensional juga kurang melibatkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran, sehingga menjadikan siswa lebih banyak menunggu sajian guru

dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan.

Dalam metode ini, gurulah yang menjadi pusat perhatian. Guru lebih banyak

berbicara, sedangkan murid hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang

dianggap penting.

Input Proses Output

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Salah satu tugas guru adalah memiliki metode pembelajaran yang dapat

membuat proses belajar-mengajar berjalan secara efektif. Salah satunya adalah

melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

Pembelajaran Kooperatif

(45)

metode pembelajaran dalam teori konstruktivis. Landasan teoritis pendidikan

modern adalah teori pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivisme

menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui

keterlibatan aktif proses belajar mengajar dan lebih menekankan situasi

student-centered dari pada situasi teacher-centered. Pembelajaran ini muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama

dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).

Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2011) menyatakan bahwa tujuan

pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan

prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.

Dengan kata lain, metode pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada kerja

kelompok untuk meningkatkan hasil belajar dengan bekerja sama antara siswa

yang tahu ke siswa yang belum tahu sehingga materi pelajaran dapat diserap oleh

seluruh siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu: antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin,

rasa atau etnis yang berbeda (heterogen).Pembelajaran ini muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

(46)

kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama

dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2011).

Larsen (dalam Mularsih, 2010) menjelaskan bahwa guru dapat

menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai upaya untuk membuat

siswa menjadi termotivasi dalam proses belajar dan dapat berinteraksi dengan

teman dalam bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menekankan pada aktivitas

siswa di dalam kelompok dan bagaimana siswa dapat berkolaborasi serta

bersosialisasi bersama-sama secara efektif.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang

dapat ditetapkan, salah satunya adalah team games tournamen (TGT) merupakan

salah satu model yang dipercaya dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling bertukar informasi, tidak hanya informasi dari guru. Pembagian

kelompok pada model pembelajaran kooperatif model team games tournament

(TGT) didasarkan pada keheterogenan siswa, baik etnis, prestasi, maupun jenis

kelamin.

Mengingat pentingnya variasi pembelajaran di kelas yang akan

berimplikasi dengan motivasi belajar dan hasil belajar para siswa, maka peneliti

tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang salah satu metode pembelajaran

kooperatif, yaitu: model teams games tournamen (TGT). Metode pembelajaran

kooperatif model teams games tournamen (TGT) merupakan metode

pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur kerjasama antar siswa dalam

(47)

skor dilakukan setelah permainan, dan antar kelompok dipertandingkan dalam

permainan yang edukatif. Jadi, setiap anggota kelompok harus memahami materi

lebih dulu sebelum mengikuti permainan (Liulin, 2009).

Metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar

dan hasil belajar para siswa dalam mempelajari Bahasa Indonesia, sehingga para

siswa dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, dapat memotivasi para siswa agar berperan aktif dalam

pembelajaran di kelas, dan dapat meningkatkan hasil belajar serta melatih

kemampuan para siswa dalam bekerja sama sekaligus menjelaskan kepada teman

sekelompok yang tidak paham. Dengan demikian peserta didik tidak akan merasa

bosan dan memperoleh manfaat yang maksimal baik dari motivasi belajar maupun

dari hasil belajar (Liulin, 2009). Dengan kata lain, metode pembelajaran

kooperatif model teams game tournament (TGT) ini dapat memberikan solusi

terhadap permasalahan-permasalahan pembelajaran yang ada dan meningkatkan

minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia (Trianto, 2011).

E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dan kerangka

berpikir yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh

metode pembelajaran kooperatif model team games tournament (TGT) terhadap

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode

eksperimen. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang melakukan

pengolahan datanya dengan menggunakan metode statistik (Azwar, 2004).

Metode eksperimen adalah metode ketika peneliti ingin melihat pengaruh dari

suatu perlakuan terhadap suatu variabel untuk mengetahui hubungan sebab akibat

(Solso & Kimberly, 2002). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui

pengaruh pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) terhadap

hasil belajar bahasa Indonesia.

B.Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yang terdapat di dalam penelitian adalah:

Variabel bebas : Metode Pembelajaran kooperatif model teams game

tournament (TGT)

Variabel tergantung : Hasil belajar Bahasa Indonesia

(49)

C. Defenisi Operasional Penelitian

1. Hasil belajar bahasa Indonesia

Hasil belajar Bahasa Indonesia merupakan hasil yang diperoleh subjek

setelah mempelajari materi menulis puisi dengan metode pembelajaran

kooperatif model teams game tournament (TGT). Hasil belajar diukur

melalui tes hasil belajar Bahasa Indonesia yang terdiri dari 10 aitem

dengan bentuk pilihan ganda. Total skor yang diperoleh pada tes hasil

belajar Bahasa Indonesia menggambarkan nilai hasil belajar Bahasa

Indonesia yang dikerjakan oleh subjek penelitian. Semakin tinggi nilai tes

hasil belajar Bahasa Indonesia, menunjukkan semakin baik hasil belajar

Bahasa Indonesia yang dikerjakan oleh subjek penelitian. Begitu juga

sebaliknya, semakin rendah nilai tes hasil belajar Bahasa Indonesia,

menunjukkan semakin buruk hasil belajar Bahasa Indonesia yang

dikerjakan oleh subjek penelitian.

2. Metode pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT) merupakan

proses pemberian metode pembelajaran yang dibagi menjadi empat tahap

yang digunakan guru dalam menjelaskan materi penelitian, yaitu: menulis

puisi. Pembelajaran kooperatif model teams game tournament (TGT)

menggunakan permainan yang dimainkan antara anggota kelompok pada

kelompok turnamen untuk memperoleh tambahan nilai untuk skor

kelompok pada tahap kelompok belajar. Pembelajaran kooperatif model

(50)

pelajaran. Pada tahap awal, yaitu: presentasi guru dimana pembelajaran

akan dimulai dengan guru memberikan gambaran umum tentang materi

pelajaran yang harus dikuasai selama 15 menit. Setelah itu, dilanjutkan

dengan tahap kedua, yaitu: kelompok belajar selama 15 menit dimana

fungsi utama dari tahap ini adalah memastikan semua anggota kelompok

benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk bisa

mengerjakan permainan pada tahap turnamen. Selanjutnya, tahap ketiga,

yaitu: turnamen selama 40 menit. Pada tahap ini permainan berlangsung.

Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang isinya relevan dengan

materi yang sudah diberikan serta dirancang untuk menguji pengetahuan

siswa yang diperoleh dari presentasi guru di kelas dan pada tahap

kelompok belajar. Dan tahap terakhir, yaitu: tahap penghargaan kelompok,

dimana kelompok belajar yang mempunyai skor akhir tertinggi akan

menerima penghargaan. Kemudian, pada tahap ini juga akan ada evaluasi

yang diberikan kepada siswa, yaitu: tes hasil belajar bahasa Indonesia

selama 20 menit.

3. Nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil

Nilai rapor Bahasa Indonesia semester ganjil pada kedua kelompok,

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, akan dilihat sebagai dasar

untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki siswa. Nilai rapor

Bahasa Indonesia semester ganjil menunjukkan kinerja siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Semakin tinggi nilai rapor Bahasa Indonesia

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Blue Print Penyusunan Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Tabel 2. Blue Print Penyusunan Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Tabel 3. Gambaran Subjek Penelitian Pada Kelompok Eksperimen Pada Kelompok Diskusi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen tes diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk soal pilihan ganda (multiple choice). Pada awalnya instrument tes diberikan untuk

Dengan demikian, agar siswa dapat menguasai materi kompetensi alat ukur maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan konten materi.Dilihat dari

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK DITINJAU DARI MINAT

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, materi yang diajarkan, tes.. yang diberikan, dan sarana prasarana

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Game Tournament) pada mata pelajaran ekonomi

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes hasil belajar bahasa Indonesia berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal yang telah di uji validitasnya dengan

Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 4 Singkawang pada materi hidrokarbon yang diajar

Dalam penyajian butir-butir soal perlu disusun manjadi suatu alat ukur yang terpadu.Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas tes seperti urutan nomor soal., pengelompokan bentuk-bentuk