• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca Oleracea Sebagai Sumber Asam Lemak Esensial Pada Pakan Ikan Mas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca Oleracea Sebagai Sumber Asam Lemak Esensial Pada Pakan Ikan Mas"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MINYAK BIJI KROKOT

Portulaca

oleracea

SEBAGAI SUMBER ASAM LEMAK ESENSIAL PADA

PAKAN IKAN MAS

WIWIK HILDAYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca oleracea sebagai Sumber Asam Lemak Esensial pada Pakan Ikan Mas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

WIWIK HILDAYANTI. Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca oleracea sebagai Sumber Asam Lemak Esensial pada Pakan Ikan Mas. Dibimbing oleh MIA SETIAWATI dan DEDI JUSADI.

KKP memiliki target produksi perikanan budi daya menjadi dua kali lipat, dari 17,9 juta ton pada tahun 2015 menjadi 31,3 juta ton pada tahun 2019. Namun kendala yang dihadapi untuk mencapai target tersebut adalah harga pakan yang mahal karena bahan baku pakan yang masih impor. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan memanfaatkan bahan baku lokal sebagai alternatif untuk menggantikan bahan baku impor. Salah satu bahan yang berpotensi menggantikan minyak ikan sebagai sumber lemak dan asam lemak esensial adalah minyak biji krokot Portulaca oleracea. Minyak biji krokot mengandung asam lemak linoleat (18:2n-6) dan linolenat (18:3n-3) yang merupakan asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh ikan air tawar salah satunya adalah ikan mas Cyprinus carpio. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan minyak biji krokot Portulaca oleracea sebagai sumber asam lemak esensial pada pakan ikan mas.

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap, terdiri atas 4 perlakuan sumber asam lemak esensial dan masing-masing perlakuan memakai 3 ulangan. Pakan perlakuan terdiri dari minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa (P0), minyak biji krokot dan minyak kelapa (P1), minyak jagung dan minyak kelapa (P2), dan minyak kelapa (P3). Ikan mas dengan bobot 3,11±0,05 g dipelihara dalam akuarium berukuran 50×40×35 cm3 dengan padat tebar 10 ekor/akuarium selama 60 hari. Ikan diberi pakan perlakuan sebanyak 3 kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00 WIB secara at satiation. Penyifonan dilakukan setiap hari dan pergantian air dilakukan setiap 5 hari sekali sebanyak 25% dari volume media pemeliharaan. Parameter yang diuji adalah laju pertumbuhan harian, jumlah konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, tingkat kelangsungan hidup, indeks hepatosomatik, kolesterol, trigliserida, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan komposisi asam lemak tubuh akhir ikan mas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak biji krokot (P1) pada pakan ikan mas menghasilkan nilai tertinggi dan memberikan pengaruh yang berbeda (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan harian (3,5±0,1%), efisiensi pakan (71,7±4,9%), retensi protein (22,1±1,9%), dan retensi lemak (81,4±4,5%). Namun tingkat kelangsungan hidup, indeks hepatosomatik, kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0,05). Pada komposisi asam lemak tubuh ikan mas perlakuan P1 dihasilkan total asam lemak jenuh sebesar 21,4%, asam lemak tak jenuh tunggal sebesar 36,9%, n-3 sebesar 10,4%, n-6 sebesar 16,1% dan rasio n-3/n-6 sebesar 0,6, sehinnga disimpulkan bahwa minyak biji krokot merupakan sumber asam lemak esensial yang baik untuk pakan ikan mas.

(5)

SUMMARY

WIWIK HILDAYANTI. Utilization of Purslane Portulaca oleracea Seed Oil as a Source of Fatty Acid Essential of Common Carp Diet. Supervised by MIA SETIAWATI and DEDI JUSADI.

KKP has doubled the aquaculture production target from 17,9 milion tons in 2015 to 31,3 milion tons in 2019. Unfortunately, the efforts facing problem which is the price of fish feed remain expensive caused by importing raw materials. So that. There is one alternative solution to utilization local raw material for replacing import raw materials. One of the potential local material to replace fish oil as a source of fat and an essential fatty acid is purslane Portulaca oleracea seed oil. Purslane seed oil containing fatty acids linoleic (18:2n-6) and linolenat (18:3n-3) that is an essential fatty acid required by carp Cyprinus carpio. This study attempts to evaluate the use of oils of purslane as a source of an essential fatty in feed of carp.

The experiment used completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, respectively. The first treatment diet (P0) contained fish oil, corn oil and coconut oil, purslane seed oil and coconut oil (P1), corn oil and coconut oil (P2), and coconut oil (P3). Fishes with initial body weigh 3,11±0,05 g reared in 50x40x35 cm3 aquarium with density of 10 fish/aquarium during 60 days rearing period. The observed parameters were spesific growth rate, feed intake, feed efficiency, protein retention, lipid retention, survival rate, hepatosomatic index, cholesterol, triglycerides, high density lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL) and the fatty acid composition of the carp’s body.

Results showed that fish fed on diet P1 have different effects (p<0.05) which had the highest daily growth rate (3,5±0,1%), feed efficiency (71,7±4,9%), protein retention (22,1±1,9%) and lipid retention (81,4±4,5%). Meanwhile, the survival rate, hepatosomatic index, LDL, and HDL showed no difference (p>0.05).

In the fatty acid composition of the carps’s body is total of saturated fatty acid

21,4%, monounsaturated fatty acid 36,9%, n-3 fatty acids 10,4%, n-6 fatty acids 16,1% and ratio n-3/n6 is 0,6. Than, it can be concluded that purslane seed oil is a good source of essential fatty acid in common carp diet.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

PEMANFAATAN MINYAK BIJI KROKOT

Portulaca

oleracea

SEBAGAI SUMBER ASAM LEMAK ESENSIAL PADA

PAKAN IKAN MAS

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)

Judul Tesis : Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca oleracea sebagai Sumber Asam Lemak Esensial pada Pakan Ikan Mas

Nama : Wiwik Hildayanti NIM : C151130491

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 sampai Agustus 2015 ini ialah nutrisi pakan ikan, dengan judul Pemanfaatan Minyak Biji Krokot Portulaca oleracea sebagai Sumber Asam Lemak Esensial pada Pakan Ikan Mas.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Mia Setiawati dan Bapak Dr Dedi Jusadi selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan tesis, Dr Alimuddin selaku dosen penguji dan ibu Dr Widanarni selaku Komisi Program Studi Ilmu Akuakultur.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda Hamdani, ibunda Dra Yusnidar, kakak Riyo Qomar Hasan MKep dan Muhammad Dafrul SPi serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, kepada teman-teman Ilmu Akuakultur 2013, Ikatan Keluarga Pelajar Belitung (IKPB) cabang Bogor, Ika Wahyuni Putri MSi, Tira Silvianti MSi, Suhaiba MSi, Sheny Permatasari MSi, Fazril Saputra MSi, Windu Sukendar MSi, Sopian MSi, Rudiansyah MSi, Tuti Puji Lestari MSi, Hasrah MSi, Shavika Miranti MSi, TM Haja Almuqaramah MSi, Aisyah Lukmini MSi, Nurina Pratiwi MSi, Andi Tiara EDP MSi, Sophia NM MSi, Ardyen Saputra MSi, Fitria Nawir MSi, Rido Akbar SGz atas kerja samanya beserta seluruh staf Laboratorium Nutrisi Ikan, yang telah membantu selama penelitian ini berjalan atas semua dukungan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 3

2 METODE 3 Pembuatan Minyak Biji Krokot 3

Pembuatan Pakan Uji 3

Pemeliharaan Ikan 5

Analisis Kimia 6

Parameter Penelitian 6

Analisis Data 6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 9

4 SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 14

(12)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda 4 2 Hasil analisis proksimat pakan dengan sumber asam lemak esensial

berbeda 4

3 Hasil analisis asam lemak pakan dengan sumber asam lemak esensial

berbeda 5

4 Kinerja pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan sumber

Asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan 7 5 Kadar protein dan lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan dengan

sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan 7 6 Parameter indeks hepatosomatik dan biokimia darah ikan mas yang

diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari

pemeliharaan 8

7 Hasil analisis asam lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan dengan

Sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis proksimat dan asam lemak bahan baku pakan 14

2 Prosedur analisis proksimat dan asam lemak 14

3 Parameter penelitian 17

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempunyai program menjadikan Indonesia sebagai bangsa mandiri dalam pangan dengan target produksi perikanan budi daya menjadi dua kali lipat, dari 17,9 juta ton pada tahun 2015 menjadi 31,3 juta ton pada tahun 2019 (Junaedi 2015). Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung tercapainya target tersebut yaitu dengan menyediakan pakan yang ekonomis sehingga dapat meningkatkan angka produksi. Hal ini penting karena sampai saat ini sebagian besar bahan baku pakan seperti tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, dan minyak ikan masih didatangkan melalui impor. Kondisi tersebut menyebabkan 70-85% dari total biaya produksi digunakan untuk biaya pakan (Suprayudi 2010). Oleh karena itu, diperlukan pencarian bahan baku lokal sebagai alternatif dengan nilai ekonomis yang lebih baik. Penyediaan pakan ekonomis tersebut diutamakan untuk pakan komoditas ikan air tawar, karena setengah kebutuhan pakan ikan nasional sebesar 4,54 juta digunakan untuk pasokan pakan ikan air tawar (Junaedi 2015).

Salah satu bahan baku lokal alternatif yang dapat menggantikan minyak ikan sebagai sumber lemak pakan ikan air tawar adalah minyak biji krokot Portulaca oleracea. Minyak biji krokot dianggap berpotensi karena mengandung lemak yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,1 g/100 g (Uddin et al. 2014). Penggunaan minyak biji krokot juga efektif diberikan karena mengandung asam lemak linoleat (18:2n-6) dan linolenat (18:3n-3) yang merupakan asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh ikan air tawar (Sargent et al. 2002). Ikan air tawar tersebut dapat mengkonversi asam lemak 18:2n-6 menjadi arakidonat (20:4n-6), serta asam lemak 18:3n-3 menjadi eicosapentaenoat (20:5n-3) dan docosahexaenoat (22:6n-3) karena mengandung enzim elongase, Δ5 dan Δ6 desaturase (Morais et al. 2009).

Syarat lain suatu bahan dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku pakan selain kandungan nutrien seperti yang diuraikan di atas yaitu mudah diperoleh, berkelanjutan, dapat diproduksi secara massal, dan tidak bersaing dengan manusia. Di Indonesia, krokot tersebar di seluruh daerah dan banyak tumbuh di Bogor, Semarang, Blitar, dan Kalimantan Tengah (Irawan et al. 2003). Masa budi daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan minyak biji krokot sebagai sumber lemak pakan cukup singkat yaitu selama 70 hari (Liu et al. 2000). Selain itu, krokot dapat tumbuh sepanjang tahun mulai dari dataran rendah sampai 1800 mdpl, mampu mentolelir kondisi tanah yang miskin, padat dan kering (Uddin et al. 2014), sehingga krokot bisa diproduksi secara berkelanjutan dan massal. Pemanfaatan krokot di Indonesia belum dilakukan secara maksimal, yaitu krokot dijadikan sebagai tanaman hias, campuran masakan dan tanaman herbal, serta beberapa petani menganggap krokot sebagai tanaman gulma (Irawan et al. 2003).

(14)

2

meningkat dari 282.695 ton pada tahun 2010 menjadi 484.110 pada tahun 2014 (KKP 2015). Ikan mas membutuhkan asam lemak 18:2n-6 dan 18:3n-3 masing-masing sebesar 1% (Takeuchi et al. 2002). Kandungan asam lemak minyak biji krokot yang digunakan pada penelitian adalah 18:2n-6 sebesar 28,8% dan 18:3n-3 sebesar 24,0%. Asam lemak yang diberikan tersebut merupakan komponen triglierida dan fosfolipid yang dapat mempengaruhi sifat dari membran sel. Kemudian asam lemak 20:5n-3 dan 20:4n-6 yang merupakan hasil konversi 18:2n-6 dan 18:3n-3 merupakan prekursor dari eikosanoid yang dapat mengatur dan memodulasi proses fisiologis termasuk peradangan, reproduksi, dan hemostatis. Sedangkan asam lemak 22:6n-3 yang masuk ke membran sel retina dapat mempengaruhi sistem saraf. Menurut Shikata dan Shimeno (1994) pemberian asam lemak esensial n-3 yang optimal di dalam pakan ikan mas efektif menurunkan lipogenesis, glikolisis, dan degradasi asam lemak di hati. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam lemak esensial akan mengefisiensikan pemanfaatkan energi tubuh menjadi lebih optimal sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian ilmiah mengenai penggunaan minyak biji krokot sebagai bahan alternatif asam lemak esensial yang dapat menggantikan minyak ikan pada pakan ikan mas.

Perumusan Masalah

Pada kegiatan budi daya intensif, pakan buatan merupakan komponen penting dalam keberhasilan budi daya. Pakan tersebut harus mengandung nutrien yang seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Permasalahan yang ada dalam budi daya ikan adalah harga pakan yang mahal karena bahan bakunya sebagian besar masih impor. Hal tersebut menyebabkan 70-89% dari total biaya produksi digunakan untuk biaya pakan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan bahan baku lokal sebagai bahan baku alternatif. Salah satunya menggunakan minyak biji krokot untuk menggantikan minyak ikan sebagai sumber lemak dan asam lemak esensial. Minyak biji krokot kaya asam lemak 18:2n-6 dan 18:3n-3. Asam lemak tersebut merupakan asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh ikan air tawar. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan minyak biji krokot sebagai sumber asam lemak esensial pada ikan mas.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan minyak biji krokot Portulaca oleracea sebagai sumber asam lemak esensial pada pakan ikan mas.

Hipotesis

(15)

3

2

METODE

Pembuatan Minyak Biji krokot

Biji krokot yang digunakan diperoleh dari Tanjung Pandan, Belitung. Biji krokot dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari, kemudian biji tersebut dihaluskan. Minyak dari biji krokot diekstrak dengan pelarut n-hexan menggunakan metode remaserasi sederhana. Biji krokot dan pelarut dengan perbandingan 1:3 dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup selama 3 hari sambil diaduk sesekali selama 15 menit setiap harinya. Selanjutnya, rendaman disaring dengan kertas saring dan hasil saringan disisihkan. Biji krokot direndam kembali dengan perbandingan 1:3 selama 2 hari, kemudian disaring. Hasil saringan pertama dan kedua digabung lalu diuapkan dengan evaporator untuk menguapkan pelarut pada suhu 50 °C selama 7 jam (Stroescu et al. 2013).

Pembuatan Pakan Uji

Pakan percobaan penelitian ada empat macam dan diulang sebanyak tiga kali. Pakan diformulasikan sesuai dengan kebutuhan dari benih ikan mas, yaitu protein sebesar 40% (Ogino dan Saito 1970), karbohidrat sebesar 40% (Furuichi 1988), dan lemak sebesar 7% (Brett dan Groves 1979) dengan kandungan asam lemak 18:3n-3 dan 18:2n-6 masing-masing sebesar 1% (Takeuchi et al. 2002). Adapun bahan baku pakan yang digunakan adalah tepung ikan, dekstrin, vitamin, mineral, dan CMC (carboxylmethyl cellulose). Sumber asam lemak esensial yang digunakan pada pakan kontrol adalah minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa (P0). Sedangkan pada pakan perlakuan minyak ikan diganti dengan minyak biji krokot dan minyak kelapa (P1), minyak jagung dan minyak kelapa (P2), serta minyak kelapa (P3). Penggunaan minyak kelapa pada pakan kontrol, P1, dan P2 adalah untuk mencukupkan lemak target sebesar 7%. Tepung ikan terlebih dahulu diekstraksi dengan pelarut n-hexan untuk menghilangkan kandungan lemak. Bahan baku pakan dianalisis proksimat dan asam lemak yang disajikan pada Lampiran 1.

(16)

4

Tabel 1 Formulasi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda

Komposisi Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda (%)

P0 P1 P2 P3

Tepung Ikan 54,0 54,0 54,0 54,0

Dekstrin 33,0 33,0 33,0 33,0

Minyak ikan 3,5 0,0 0,0 0,0

Minyak biji krokot 0,0 4,9 0,0 0,0

Minyak Jagung 1,8 0,0 3,1 0,0

Minyak kelapa 1,7 2,1 3,9 7,0

Vitamin dan mineral 3,0 3,0 3,0 3,0

CMC 3,0 3,0 3,0 3,0

Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0

Keterangan: P0: minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa, P1: minyak biji krokot dan minyak kelapa, P2: minyak jagung dan minyak kelapa, P3: minyak kelapa.

Tabel 2 Hasil analisis proksimat pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda (bobot kering)

Proksimat Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda

P0 P1 P2 P3

Protein (%) 42,4 41,0 43,7 44,0

Lemak (%) 6,7 7,2 7,8 6,6

Abu (%) 9,9 9,8 10,0 9,9

Serat kasar (%) 0,1 0,2 0,2 0,4

BETN (%) 41,0 41,6 38,3 39,1

GE (kkal GE/kg) 4682,1 4688,1 4747,5 4690,3

C/P 10,8 11,2 10,6 10,4

(17)

5

Tabel 3 Hasil analisis asam lemak pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda

Asam lemak Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda (% area)

P0 P1 P2 P3 minyak kelapa, P2: minyak jagung dan minyak kelapa, P3: minyak kelapa.

Hasil analisis asam lemak pakan menunjukkan pada semua perlakuan kandungan asam lemak 18:2n-6 sesuai dengan target, namun hanya perlakuan P1 kandungan asam lemak 18:3n-3 yang sesuai target. Hal tersebut disebabkan oleh sumber bahan baku asam lemak esensial yang digunakan. Kemudian, adanya kandungan asam lemak 20:5n-3 dan 22:6n-3 pada perlakuan P1, P2, dan P3 disebabkan karena lemak pada tepung ikan tidak habis terekstraksi.

Pemeliharaan Ikan

(18)

6

Pada akhir pemeliharaan, ikan dipuasakan selama 1 hari kemudian dilakukan penimbangan bobot ikan pada setiap perlakuan. Ikan sebanyak 3 ekor diambil dari setiap akuarium untuk uji kadar kolesterol, trigliserida, HDL (High Density Lipoprotein), dan LDL (Low Density Lipoprotein). Kemudian diambil kembali sebanyak 3 ekor dari setiap akuarium untuk analisis proksimat tubuh dan 5 ekor dari setiap perlakuan untuk analisis asam lemak tubuh ikan.

Analisis Kimia

Pengukuran kadar air pakan dan tubuh ikan dilakukan dengan metode pemanasan di dalam oven bersuhu 105-1100C selama 2 jam, metode yang sama untuk kadar abu pada suhu 600°C. Metode yang digunakan untuk protein kasar adalah metode Kjeldahl, lemak kering dengan metode Soxchlet, lemak basah dengan metode Folch dan serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam kuat, basa kuat dan pemanasan (Watanabe 1988). Analisis asam lemak pakan dan tubuh ikan ditentukan dengan gas kromatografi. Volume injeksi yang digunakan sebesar 1 µL dengan rasio split 1:50. Laju alir hidrogen sebesar 40 mL/menit, laju alir udara 400 mL/menit, dan laju alir nitrogen sebesar 30 mL/menit. Suhu kolom initial 125 0C, suhu kolom final 230 0C, suhu injector 250

0

C, dan suhu detector 280 0C. Asam lemak diinjeksi ke dalam kolom dan diidentifikasi dengan membandingkan waktu retensi dengan methyl esters standar (FAME 37 MIX). Metode analisis kimia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

Parameter Penelitian

Parameter penelitian yang diukur adalah bobot ikan, laju pertumbuhan harian, efesiensi pakan, retensi protein, retensi lemak, tingkat kelangsungan hidup, proksimat tubuh ikan, kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, dan analisa tubuh ikan uji. Rumus parameter yang diukur tersebut selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.

Analisis Data

(19)

7

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pada Tabel 4 disajikan hasil kinerja pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan sumber lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan. Hasil menunjukkan pada akhir pemeliharaan perlakuan P1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap bobot individu, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, retensi protein tubuh dan retensi lemak tubuh ikan mas. Namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup.

Tabel 4 Kinerja pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan

Parameter Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda

P0 P1 P2 P3

Bobot hari ke-0(g) 3,1±0a 3,1±0a 3,1±0,1a 3,1±0a Bobot hari ke-30 (g) 9,5±0,3a 11,7±1,3b 9,2±0,7a 8,9±0,2a Bobot hari ke-60 (g) 18,9±1,4a 23,6±1,6b 18,5±2,3a 16,3±1,1a Jumlah konsumsi pakan (g/ekor) 28,6±0,3ab 28,6±0,3ab 29±0,1b 28,2± 0,3a Laju pertumbuhan harian (%) 3,0±0,1a 3,5±0,1b 3,0±0,2a 2,8±0,2a Efisiensi pakan (%) 55,2±4,5a 71,7±4,9b 53,1±8,0a 46,5±3,6a Retensi protein (%) 16,2±1,6a 22,1±1,9b 14,8±2,4a 12,6±1,2a Retensi lemak (%) 69,2±8,4ab 81,4±4,5b 58,8±9,2a 60,9±4,0a Tingkat kelangsungan hidup (%) 100,0±0,0a 100,0±0,0a 100,0±0,0a 100,0±0,0a Keterangan : P0: minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa, P1: minyak biji krokot dan

minyak kelapa, P2: minyak jagung dan minyak kelapa, P3: minyak kelapa. Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).

Berdasarkan Tabel 5 berikut, terlihat pada tubuh ikan mengalami peningkatan kadar protein dan lemak pada hari ke-60. Penggunaan sumber asam lemak esensial berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap kadar protein tubuh ikan mas.

Tabel 5 Kadar protein dan lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan (bobot kering)

Parameter Awal Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda (%)

P0 P1 P2 P3

Protein 43,9 47,9±0,7a 47,0±2,2a 45,5±0,9a 47,3±2,3a Lemak 22,0 31,1±2,0ab 29,7±0,6a 30,9±0,5ab 32,5±1,2b Keterangan : Kadar air awal: 75,7% dan akhir perlakuan P0: 74,6%, P1: 73,7%, P2: 73,8%, P3:

75,4%. P0: minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa, P1: minyak biji krokot dan minyak kelapa, P2: minyak jagung dan minyak kelapa, P3: minyak kelapa. Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).

(20)

8

esensial berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05) terhadap indeks hepatosomatik dan biokimia darah ikan mas.

Tabel 6 Parameter indeks hepatosomatik dan biokimia darah ikan mas yang diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda selama 60 hari pemeliharaan

Parameter Awal Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda (mg/dL)

P0 P1 P2 P3

HIS - 1,0±0,2a 1,2±0,3a 1,1±0,2a 1,4±0,2a Kolesterol 94,7 127,9±1,1a 131,0±15,0a 129,3± 25,7a 116,0±4,5a Trigliserida 206,3 235,2±35,7a 199,5±39,4a 195,6±38,2a 200,8±20,0a HDL 82,3 108,5±5,2a 111,0±8,7a 108,0±19,0a 102,9± 6,6 a

LDL Ttd ttd ttd ttd ttd

Keterangan : IHS: indeks hepatosomatik, ttd: tidak terdeteksi, P0: minyak ikan, minyak jagung, dan minyak kelapa, P1: minyak biji krokot dan minyak kelapa, P2: minyak jagung dan minyak kelapa, P3: minyak kelapa. Huruf superscript di belakang nilai standar deviasi yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p>0,05).

Pada Tabel 7 berikut disajikan hasil analisis asam lemak tubuh ikan mas pada awal dan hari ke-60 pemeliharaan yang diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda.

Tabel 7 Hasil analisis asam lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda

Asam lemak Perlakuan sumber asam lemak esensial berbeda (% area)

(21)

9 Hasil pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pada hari ke-60 terjadi peningkatkan jumlah asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal, dan asam lemak n-3 pada pakan kontrol dan perlakuan P1. Sedangkan pada perlakuan P2 dan P3 cendrung menurun. Penurunan asam lemak n-6 tubuh ikan mas terjadi pada semua perlakuan di hari ke-60.

Pembahasan

Pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan P1 menghasilkan bobot individu rata-rata tertinggi pada akhir pemeliharaan yaitu sebesar 23,6±1,6 g dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05). Tingginya pertumbuhan diduga karena kandungan asam lemak esensial pada pakan perlakuan P1 yang menggunakan minyak biji krokot sesuai dengan kebutuhan ikan mas. Pendugaan tersebut didukung oleh pernyataan Steffens & Wirth (2007) yaitu kandungan asam lemak esensial di dalam tubuh yang sesuai dengan kebutuhan dapat meningkatkan fluiditas dari membran sel sehingga memberikan sifat lentur pada membran yang memudahkan kelancaran transfer nutrien dari luar ke dalam serta mengaktifkan kerja enzim (Na+/K+) ATP-ase pada membran.

Kelancaran transfer nutrien ke dalam membran sel dapat menunjang proses metabolisme secara keseluruhan, diantaranya yaitu menunjang degradasi asam lemak menjadi energi, menunjang sintesis lemak yang digambarkan dari nilai retensi lemak, dan sintesis protein yang digambarkan dari nilai retensi protein. Penggunaan sumber lemak dari minyak biji krokot menghasilkan retensi lemak dan retensi protein tertinggi serta memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05). Semakin banyak retensi protein yang terbentuk di dalam tubuh maka semakin besar nilai perubahan bobot ikan yang digambarkan dengan nilai laju pertumbuhan harian, yaitu perlakuan dengan minyak biji krokot menghasilkan laju pertumbuhan harian tertinggi sebesar 3,5±0,1% dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05). Laju pertumbuhan harian tersebut sejalan dengan nilai efisiensi pakan, yaitu perlakuan dengan minyak biji krokot menghasilkan nilai tertinggi sebesar 71,7±4,9% dan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05).

(22)

10

Pengukuran kolesterol darah pada penelitian dilakukan karena tubuh ikan dapat menyintesis sendiri kolesterol yang dibutuhkannya. Masuknya kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol di dalam darah dan memberikan beban yang terlalu berat, sehingga dapat merusak arteri. Hasil pada Tabel 6 menunjukkan kadar kolesterol pada semua perlakuan berada pada batas normal yaitu <200 mg/dL (Akoh & Min 2008) dan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05). LDL adalah pembawa kolesterol utama dalam darah, jika sel-sel sudah cukup kolesterol, maka LDL diblok masuk ke dalam sel jaringan dan kolesterol tersebut diakumulasi dalam darah membentuk plak arteri (atherosclerosis). Pada Tabel 6 terlihat bahwa pada semua perlakuan LDL tidak terdeteksi. Hal tersebut dikarenakan tingginya kadar HDL di dalam darah yang dapat mencegah terjadinya penimbunan LDL pada dinding pembuluh darah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akoh & Min (2008) yang menyatakan bahwa HDL merupakan kolesterol baik, karena HDL tersebut mencari-cari sisa kelebihan kolesterol di dalam darah dan menurunkan kemungkinan pembentukan plak arteri. Ikan mas memiliki kemampuan mengkonversi asam lemak C18:3n-3 menjadi C20:5n-3 dan C22:6n-3 karena di dalam tubuhnya terkandung enzim elongase, Δ5 dan Δ6 desaturase (Mráz 2011). Kemampuan tersebut dapat dilihat dari hasil analisis asam lemak pakan pada Tabel 3 dan tubuh ikan mas pada Tabel 7. Pada perlakuan P1 terjadi perpanjangan asam lemak dari C18:3n-3 menjadi C20:5n-3 dan C22:6n-3 yaitu sebesar 0,8% dan 2,6% dan hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 dan P3. Akan tetapi kandungan asam lemak C20:5n-3 dan C22:6n-3 pada perlakuan P0 lebih tinggi dibandingan perlakuan P1 yaitu sebesar 1,1% dan 3,0%. Menurut Bohm et al. (2014) hal tersebut terjadi dikarenakan dalam jangka waktu yang pendek minyak ikan mampu menghasilkan konsentrasi 20:5n-3 dan 22:6n-3 lebih cepat secara signifikan daripada minyak nabati. Codabaccus et al. (2012) juga menambahkan bahwa pakan dengan sumber asam lemak yang berasal dari minyak nabati kandungan asam lemak jenuhnya lebih tinggi yang memudahkan terjadinya pencernaan dan preferensial substrat

untuk β-oksidasi sehingga dalam jangka waktu yang pendek mengurangi oksidasi rantai panjang tak jenuh.

(23)

11 penelitian ini rasio n-6/n-3 di akhir pemeliharaan pada semua perlakuan berada di bawah 4,0 yang sesuai dengan rekomendasi Simopoulos (2008) untuk nutrisi manusia.

4

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Minyak biji krokot dapat dimanfaatkan sebagai sumber asam lemak esensial pada pakan ikan mas Cyprinus carpio.

Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya krokot dapat dimanfaatkan secara maksimal tidak hanya bijinya sebagai sumber asam lemak pakan ikan, tetapi juga daun dan batangnya sebagai upaya pemanfaatan bahan baku lokal. Hal ini dikarenakan daun dan batang krokot mengandung protein yang cukup tinggi masing-masing sebesar 24,5% dam 22,6%.

DAFTAR PUSTAKA

Akoh CC, Min DB. 2008. Food lipids, chemistry, nutrition, and biotechnology. Edisi ke-3. CRC press. 914 p.

Arts MT, Kohler CC .2009. Health and condition in fish: the influence of lipids on membrane competency and immune response. In: Arts MT, Brett MT, Brett JR, Groves TDD. 1979. Physiological energetics. In: Hoar WR, Randall DJ,

Brett JR (ed). Fish Physiology, Vol. VIII. Academic Press, New York. pp. 279–352.

Codabaccus M, Bridle A, Nichols P, Carter C. 2012. Restoration of fillet n-3 long-chain polyunsaturated fatty acid is improved by a modified fish oil finishing diet strategy for Atlantic salmon Salmo Salar L. smolts fed palm fatty acid distillate. J. Agric. Food Chem. 60: 458–466.

Furuichi, M. 1988. Dietary Activity of Carbohydrates. In: Wantanabe (Ed). Fish Nutrition and Mariculture. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo University of Fisheriess, Tokyo. Pp. 1-77.

(24)

12

Irawan D, Hariyadi P, Wijaya H. 2003. The potency of krokot Portulaca oleracea as functional food ingredients. Indonesian Food and Nutrition Progress. 10: 1-12.

Junaedi D. 2015. Pakan mandiri: Menuju kedaulatan pakan ikan. [Internet]. [diunduh 28 Desember 2015]. Tersedia pada: www.technology-indonesia.com.

KKP. 2015. Pelepasan ikan mas mantap sebagai pendukung produksi perikanan budidaya yang berkelanjutan. [Internet]. [diunduh 9 November 2015]. Tersedia pada: www.djpb.kkp.go.id.

Liu L, Howe P, Zhou YF, Xu ZQ, Hocart C, Zhang R. 2000. Fatty acids and b-carotene in Australian purslane Portulaca oleracea varieties. Journal of Chromatography A. 893: 207–213.

Morais S, Monroig O, Zheng XZ, Leaver MJ, Tocher DR. 2009. Highly unsaturated fatty acid synthesis in Atlantic salmon: Characterization of ELOVL5 and ELOVL2- like elongase. Marine Biotechnology. 11(5): 627-639.

Mráz J. 2011. Lipid quality of common carp Cyprinus carpio in pond culture. [thesis]. Swedish University of Agricultural sciences, Uppsala.

Ogino C, Saito K. 1970. Protein nutrition in fish. 1. The utilization of dietary protein by carp. Bull. Jpn. Soc. Sci. Fish. 36: 250–254.

Sargent JR, Tocher DR, Bell JG. 2002. The lipid. In: Halver JE, Hardy RW (ed). Fish Nutrition. 3 rd edition. San Diego: Academic Press.

Schultz S, Koussoroplis AM, Changizi-Magrhoor Z, Watzke J, Kainz MJ. 2015. Fish oil-based finishing diet strongly increase long-chain polyunsaturated fatty acid concentrations in farm-raised common carp Cyprinus carpio L.. Aquaculture Research. 46: 2174-2184.

Shikata T, Shimeno S. 1994. Metabolic response to dietary stearic-acid, linoleic-acid, and highly unsaturated fatty-acid in carp. Fisheries Science. 60: 735-739.

Simopoulos AP. 2008. The importance of the omega-6/omega-3 fatty acid ratio in cardiovascular disease and other chronic diseases. Experimental Biology and Medicine. 233: 674–688.

Stancheva M, Merdzhanova A. 2011. Fatty acid composition of common carp, rainbow trout and grey mullet fish species. Agriculture Science and Technology. 3(3): 285-289.

Steffens W, Wirth M, Fullner G. 2005. Freshwater fish-an important source of n-3 polyunsaturated fatty acids: A review. Archives of Polish Fisheries. 13:15-16

Steffens W, Wirth M. 2007. Influence of nutrition on the lipid quality of pond fish: common carp Cyprinus carpio and tench Tinca tinca. Aquac Int. 15: 313–319.

Stroescu M, Stoica-Guzun A, Ghergu S, Chira N, Jipa I. 2013. Optimization of fatty acids extraction from Portulaca oleracea seed using response surface methodology. Industrial Crops and Products. 43: 405–411.

(25)

13 Takeuchi T, Satoh S, Kiron VV. 2002. Common carp, Cyprinus carpio. In: Webster CD dan Lim C (eds). Nutrient Rrequirements and Feeding of Finfish for Aquaculture. 245-261.

Uddin KM, Juraimi AS, Hossain MS, Un Nahar MA, Ali ME, Rahman MM. 2014. Purslane weed Portulaca oleracea: A prospective plant source of nutrition, omega-3 fatty acid, and antioxidant attributes. The Scientific World Journal. 6 p.

Zivic I, Zivic M, Bjelanovic K, Spasic M, Raskovic B, Stankovic M, Markovic Z. 2014. Fatty acid profile in muscles of carp Cyprinus carpio L. raised in a semi-intensive production system fed with grains, pelleted and extruded feed. Arch. Biol. Sci. 66 (2): 877-887.

(26)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Proksimat dan Asam Lemak Bahan Baku Pakan

1.1 Analisis proksimat bahan baku pakan (% bobot kering)

Proksimat Protein Lemak Abu Serat kasar BETN

1.2 Analisis asam lemak bahan baku pakan (% area)

Asam lemak Daun Krokot Batang krokot Biji Krokot Minyak ikan Minyak jagung

Laurat ttd ttd 0.0 0.1 0.0 didinginkan di dalam desikator kemudian ditimbang (X1). Bahan sebanyak 2-3 g (A) dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dioven pada suhu 105 sampai 110°C selama 2 jam. Setelah itu, cawan dipindahkan ke desikator selama 30 menit dan kemudian ditimbang (X2). Kadar air dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Takeuchi 1988):

2.2 Kadar Abu

Cawan porselen di oven pada suhu 105 sampai 110°C selama 1 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X1). Bahan sebanyak 2-3 g (A) dimasukkan ke dalam cawan tersebut dan dipanaskan di dalam tanur pada suhu 600°C, kemudian didinginkan di dalam deksikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Persentase kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus :

(27)

15 2.3 Kadar Protein

2.3.1 Tahap oksidasi

Bahan, katalis, dan H2SO4 pekat masing-masing di timbang sebanyak 0,5

g (A), 3 gram dan 10 ml. Setelah itu dimasukkan ke dalam labu Kjedhal dan dipanaskan selama 3-4 jam di dalam rak oksidasi hingga berwarna hijau bening. Larutan didinginkan dan kemudian diencerkan dalam erlenmeyer sampai volume larutan mencapai 100 ml.

2.3.2 Tahap Destilasi

Erlenmeyer 250 ml diisi dengan 10 ml H2SO4 0,05 N dan 2 tetes larutan

indikator Phenolpthalein yang disimpan di bawah pipa pembuangan kondesor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan. Larutan hasil oksidasi sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong dan dibilas dengan aquades, kemudian 10 ml NaOH 30 % dimasukkan melalui corong tersebut dan kemudian ditutup. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit setelah terjadi pengembunan pada kondesor.

2.3.3 Tahap Titrasi

Hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N hingga berubah warna menjadi bening. Hasil volume titrasi dicatat (V). Prosedur yang sama juga dilakukan pada blangko. Persentase protein dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Labu dipanasklan pada suhu 104-110°C selama satu jam, lalu didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1). Bahan sebanyak 2-3 g (A) dimasukkan ke dalam selongsong, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Sochlet dan di beri 100-150 ml hexan hingga selongsong terendam. Sisa n-hexan dimasukkan ke dalam labu. Labu di panaskan di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Sochlet berwarna bening. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan di dalam oven selama 15 menit dan didinginkan, kemudian di timbang (X2). Persentase lemak dihitung dengan menggunakan rumus :

(28)

16

2.5 Kadar Serat Kasar

Kertas saring dipanaskan di dalam oven selama satu jam pada suhu 110°C, kemudian didinginkan selama 30 menit di dalam desikator dan ditimbang (X1). Kertas saring tersebut kemudian dipasang pada labu Buchner dan dihubungkan pada vacumm pump untuk mempercepat penyaringan. Bahan sebanyak 0,5 g (A) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan dengan 50 ml H2SO4 0,3 N dan dipanaskan di atas hot plater selama 30 menit. Sebanyak 25 ml

NaOH 1,5 N ditambahkan kelarutan tadi dan dipanaskan kembali selama 30 menit. Larutan dan bahan yang sudah dipanaskan disaring dan dituangkan ke dalam labu Buchner, kemudian di bilas berturut turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4

0,3 N, 50 ml air panas lagi, lalu 25 ml aseton. Cawan porselen dipanaskan di dalam oven pada suhu 105-110°C selama 1 jam lalu didinginkan. Kertas saring dimasukkan ke dalam cawan porselin kemudian dipanaskan di dalam oven pada suhu 105-110°C selama 1 jam, didinginkan di dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X2). Cawan kemudian dipanaskan di dalam tanur pada suhu 600°C hingga berwarna putih atau menjadi abu (kurang lebih 4 jam), selanjutnya didinginkan di dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang (X3). Kandungan serat kasar tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :

2.6 Kandungan Asam Lemak

2.6.1 Ekstraksi Lemak (Metode Folch)

Sampel dihancurkan dengan blender dan ditimbang sebanyak 15 g. Setelah itu, sampel ditambah dengan 100 ml campuran kloroform-metanol (2:1) dan dihomogenisasi selama 5 menit. Homogenat dipisahkan dengan cara penyaringan dan hasil saringannya dipindahkan ke dalam labu pemisah (200-300 ml), lalu ditambahkan 10 ml MgCl2 0,03 M, dikocok kuat selama 1 menit, Setelah

tercampur merata, labu di isi gas nitrogen dan ditutup rapat. Campuran tersebut dibiarkan selama satu malam pada suhu kamar sampai terjadi dua lapisan cairan. Lapisan atas dibuang dan lapisan bawah dipisahkan ke dalam labu didih yang sudah diketahui bobotnya. Larutan tersebut dikeringkan dalam keadaan vacuum. Lemak yang terkumpul ditimbang.

2.6.2 Saponifikasi

(29)

17 kali (20, 30, 40 dan 50 ml) dan dikocok kembali selama 1 menit. Lapisan bawah dibuang dan lapisan atas di cek pH-nya sampai netral, lalu diuapkan dalam vacumm evaporator. Asam lemak yang terbentuk di timbang.

2.6.3 Preparasi Metal Ester Asam Lemak

Tujuan preparasi metal ester asam lemak ini adalah untuk mendapatkan kandungan asam lemak dalam bahan yang dianalasis dalam bentuk metal ester asam lemaknya. Hasil saponifikasi dimasukkan kedalam labu didih (100 ml) dan ditambahkan 5 ml campuran BF3-metanol 20 %. Labu ditutup, kemudian dipanaskan pada suhu 45 °C selama 30 menit dan ditambahkan 0,4 sampai 0,8 ml NaCl jenuh. Campuran tersebut diminyak dengan 0,4 ml petroleum eter. Hasil minyaksi tersebut ditambahkan 1 ml heksan dan siap untuk disuntikkan pada GLC.

Lampiran 3 Parameter Penelitian

3.1 Jumlah Konsumsi Pakan (JKP)

Jumlah konsumsi pakan ditentukan dengan cara jumlah pakan yang dimakan dibagi dengan jumlah ikan yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

F1 = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g/ekor) F = Jumlah pakan (g)

N = jumlah populasi

3.2 Laju Pertumbuhan Harian (LPH)

Laju pertumbuhan harian ikan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g) t = Periode pengamatan

3.3 Efisiensi Pakan (EP)

Efisiensi pakan di hitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wo = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)

(30)

18

3.4 Retensi Protein (RP)

Retensi protein di hitung melalui analisis proksimat protein tubuh ikan uji pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi protein adalah sebagai berikut :

Keterangan:

RP = Retensi protein (%)

Pt = Jumlah protein tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) Po = Jumlah protein tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) Pp = Jumlah protein pakan yang dikonsumsi ikan (g) 3.5 Retensi Lemak (RL)

Retensi lemak di hitung melalui analisis proksimat lemak tubuh ikan uji pada awal dan akhir penelitian. Rumus perhitungan retensi lemak adalah sebagai berikut :

Keterangan:

RL = Retensi lemak (%)

Lt = Jumlah lemak tubuh ikan pada akhir pemeliharaan (g) Lo = Jumlah lemak tubuh ikan pada awal pemeliharaan (g) Ll = Jumlah lemak pakan yang dikonsumsi ikan (g) 3.6 Tingkat Kelangsungan Hidup (TKH)

Kelangsungan hidup ikan uji dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan 3.7 Indeks Hepatosomatik (IHS)

Analisis indeks hepatosomatik (IHS) dilakukan pada akhir pemeliharaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung IHS sebagai berikut:

(31)

19 3.8 Kolesterol

Pengukuran kolesterol dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP dengan rumus sebagai berikut :

3.9 Trigliserida

Pengukuran trigliserida dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP dengan rumus sebagai berikut :

3.10 High density lipoprotein (HDL)

Pengukuran HDL dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP dengan rumus sebagai berikut :

3.11 Lowdensity lipoprotein (LDL)

Pengukuran LDL dilakukan menggunakan metode CHOD-PAP dengan rumus sebagai berikut :

Lampiran 4 Analisis Statistika (Uji Lanjut Duncan)

4.1 Dependent Variable: Pertumbuhan

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

W0 Between Groups .002 3 .001 .250 .859

Within Groups .027 8 .003

Total .029 11

W30 Between Groups 14.416 3 4.805 8.406 .007 Within Groups 4.573 8 .572

Total 18.989 11

W60 Between Groups 86.753 3 28.918 10.794 .003 Within Groups 21.433 8 2.679

(32)

20

4.2 Dependent Variable: Laju Pertumbuhan Harian

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

4.3 Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Pakan

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .882 3 .294 5.516 .024

Within Groups .427 8 .053

(33)

21

4.4 Dependent Variable: Efisiensi Pakan

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

4.5 Dependent Variable: Retensi Protein

(34)

22

4.8 Dependent Variable: Kadar Protein Tubuh Ikan mas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

4.9 Dependent Variable: Kadar Lemak Tubuh Ikan Mas

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 12.207 3 4.069 2.677 .118 Within Groups 12.160 8 1.520

(35)

23 Within Groups 9440.567 8 1180.071

(36)

24

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

P3 3 102.867

P2 3 108.000

P0 3 108.500

P1 3 111.033

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manggar, Belitung Timur pada tanggal 22 Februari 1990 dari Bapak Hamdani dan Ibu Dra Yusnidar. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Pendidikan yang diselesaikan penulis untuk Sekolah Dasar pada tahun 2001 di SDN 4 Manggar, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2004 di SMPN 2 Manggara dan Sekolah Menengah Atas tahun 2007 di SMAN 1 Manggar. Tahun 2012 penulis telah menyelesaikan program sarjana pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, dan pada tahun 2013 penulis melanjutkan studi di Program Studi Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister pada program studi Ilmu Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut Pertanian

Gambar

Tabel 1 Formulasi pakan dengan sumber asam lemak esensial berbeda
Tabel 3 Hasil analisis asam lemak pakan dengan sumber asam lemak esensial
Tabel 4  Kinerja pertumbuhan ikan mas yang diberi pakan dengan sumber asam
Tabel 7  Hasil analisis asam lemak tubuh ikan mas yang diberi pakan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Tugas Akhir ini akan diukur suatu nilai efisiensi relatif dari Terminal bus antar kota di Surabaya dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa selama tahun 2008 tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Demak menunjukkan bahwa sebesar 74,29% KPRI yang menjadi sampel

5.5 Definition A pseudorandom bit generator is said to pass all polynomial-time 2 statistical tests if no polynomial-time algorithm can correctly distinguish between an output

30 Penelitian yang sama dilakukan oleh Lisa Mariya yang berjudul Pengaruh Media PhET simulations terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya di MAN

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) faktor-faktor yang melatarbelakangi pura Beji dijadikan Cagar Budaya adalah faktor politik yaitu adanya usulan dari tetua desa

Kajian ini dijalankan adalah untuk meninjau penggunaan laman web di dalam proses pengajaran dan pembelajaran subjek Pelancongan Rekreasi (H310) di kalangan pelajar

Diharapkan dari hasil angket ini akan diketahui tingkat kepuasaan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan Saya

Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada reaksi pasar modal Indonesia terhadap penerbitan Indeks SRI-KEHATI bila diukur dengan abnormal return, dan hasil ini konsisten