MOSLEM GIRLS INDONESIA EDISI 004/TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Farid Mahfadil
NIM: 108051100059
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2013
i
Analisis Semiotika Foto Yang Bertemakan Friendship Pada Rubrik Fotografi Majalah Moslem Girls Indonesia Edisi 004/Tahun 2012
Perkembangan teknologi telah menjadi pusat perhatian masyarakat, keberadaannya di tengah-tengah masyarakat telah merubah informasi menjadi kebutuhan dan komoditi. Fotografi sejatinya adalah sebuah media massa, yang berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar, yang memiliki beragam makna di dalamnya. Majalah Moslem Girls Indonesia merupakan salah satu majalah muslim Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai islam dalam setiap rubrikasinya, salah satunya adalah rubrik fotografi. Pada edisi 004/tahun 2012 tema yang dimuat dalam rubrik fotografi adalah friendship yang menggambarkan makna persahabatan.
Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui apa makna kelima foto yang bertemakan friendship pada majalah Moslem Girls Indonesia edisi 004/tahun 2012. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian jenis analisis semiotika model Roland Barthes. Dalam menelaah tanda-tanda pada sebuah foto Barthes menggunakan 3 tahapan yaitu untuk mengetahui makna denotasi, makna konotasi, dan mitos.
Bahasa melukiskan relasi encoding dan decoding melalui metafora produksi dan konsumsi. Proses produksi meliputi proses gagasan, makna, ideologi dan kode sosial, ilmu pengetahuan, keterampilan teknis, ideologi professional, pengetahuan institusional, definisi dan berbagai asumsi lainnya seperti moral, cultural, ekonomis, politis dan spiritual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa foto yang bertemakan friendship pada majalah moslem girls Indonesia edisi 004/tahun 2012 memiliki makna persahabatan, rasa bersyukur dan kerjasama dalam pandangan agama islam yang diperagakan oleh sebagian besar anak-anak kecil.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah majalah moslem girls Indonesia sebagai majalah muslim yang memiliki rubric fotografi, dalam memilih foto-foto yang akan dimuat pada rubriknya sangat mengedepankan ajaran dan nilaai-nilai islam. Pada edisi ke empat tahun 2012 ini nilai-nilai ajaran islamnya adalah tentang kebersamaan, persahabatan dan kerjasama dalam islam
ii
kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunia
nikmat-Nya serta ridho-Nya kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Analisis Semiotika Foto Jurnalistik pada Rubrik Fotografi Majalah
Moslem Girls Indonesia Edisi 004/Tahun 2012”. Tidak lupa shalawat dan salam
juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat dan
keluarganya.
Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis yang disusun guna melengkapi
salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Starata
Satu (S1). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terwujudnya skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dukungan dan bimbingan serta perhatian berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan sekaligus dosen pembimbing penulis yang selalu
memberikan waktu luang kepada penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik,
Drs. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi,
dan Drs. Studi Rizal LK, MA, Selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
3. Dra. Rubiyanah, MA, selaku Kepala Jurusan Konsentrasi Jurnalistik dan
iii
4. Dosen-dosen, Staf-staf Tata Usaha serta Karyawan-karyawan dan seluruh
civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas ilmu dan
dedikasi yang telah diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Redaksi majalah Moslem Girls Indonesia, khususnya kepada Mba Unik
GRM. Artnika Martodihardjo dan Rr. Wulandari Noerjo Hadikoesoemo.
Terimakasih penulis ucapkan atas waktu dan bantuannya yang telah
membantu dalam pengumpulan data.
6. Mamah dan Papah yang sangat berjasa dalam membesarkanku yang tidak
pernah mengenal lelah dan selalu memberikan perhatian serta senantiasa
selalu mendoakanku dalam menyelesaikan skripsi ini. hanya Allah SWT,
yang bisa membalas kebaikan kalian, amiin.
7. Istriku Mukti Rahayu yang selalu memberikan motivasi serta semangat
serta selalu membantuku selama perkuliahan, terimakasih Miu. Tak ada
kata-kata yang bisa mewakili ucapan terimakasih ini.
8. Kedua Mertuaku yang seperti kedua orang tuaku sendiri yaitu Bapak Soyo
dan Mama Marni. Ku ucapkan terimakasih banyak atas perhatian, nasehat
dan dukungannya selama ini. Ka Wiwin dan Mas Mat serta Ka Wiji dan
Memet terimakasih banyak atas segala kebaikannya selama ini, kalian kini
menjadi bagian dalam hidupku.
9. Kakak-kakakku tercinta Muhamad Fajar Fiqi dan Fijri Al Chazar dan
iv
10.Terimakasih kepada sahabat-sahabat yang telah memberikan warna selama
masa perkuliahan, khususnya kepada BLOBBY Botel, Kulay, Joung, Bob,
Oq, Yamin, Cibay, Caca, Ncex, Faqih, Rivai, Bocil, Acul, Days, Zeins,
Abah, Zabet dan seluruh teman-teman Jurnalistik A dan B, KPI, MD,
Kessos dan BPI angkatan 2008 yang tak bisa disebut namanya satu per
satu.
11.Dan kepada semua pihak-pihak yang secara langsung dan tidak langsung
membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, semoga Allah
membalas budi baik kalian semua yang telah diberikan kepadaku. Penulis
mohon maaf jika di dalam skripsi ini terdapat banyak kesalahan dalam tata
cara penulisan, dan yang terakhir harapan penulis semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk para pembacanya. Amin.
Jakarta, Mei 2013
ABSTRAK ... i
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP I. Landasan Teori ... 12
BAB III PROFIL MAJALAH MOSLEM GIRLS INDONESIA A.Sejarah Singkat Majalah Moslem Girls Indonesia ... 33
B.Visi dan Misi Majalah Moslem Girls Indonesia ... 34
C.Rubrikasi Majalah Moslem Girls Indonesia ... 36
B.Analisis Data 2 “Ceria” ... 48
C.Analisis Data 3 “Bermain” ... 53
D.Analisis Data 4 “Bercanda” ... 58
E.Analisis Data 5 “Team Work” ... 63
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 69
1
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi komunikasi saat ini telah menjadi pusat perhatian
masyarakat, keberadaannya ditengah-tengah masyarakat telah merubah informasi
menjadi kebutuhan dan komoditi. Berdasarkan cara penyampaiannya media
komunikasi massa dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu media elektronik, media
cetak seperti majalah dan koran serta media online. Pada media cetak seperti
koran dan majalah keberdaan foto tidak dapat dipisahkan. Dan dalam target
pasarnya keduanya memiliki karakter audiens sendiri.
Majalah Moslem Girls Indonesia adalah salah satu majalah khusus wanita
muslim yang menyajikan berbagai berita dan informasi dengan unsur-unsur
educative dan trendy namun tetap syar’i. Majalah Moslem Girls Indonesia yang
menyokong kata “smart, educative dantrendy” diharapkan hadir dengan tampilan
yang segar, mencerahkan dan menginspirasi remaja dan pembaca dalam melakoni
kesehariannya sebagai makhluk sosial, dan berperan sebagai media edukatif,
keilmuan dan memperlihatkan kepada remaja muslim bahwa kehidupan lifestyle
kaum muslim sudah berkembang pesat dan sangat modern.1
Majalah Moslem Girls Indonesia sangat menarik untuk diteliti karena
majalah ini adalah majalah wanita muslim pertama yang menyediakan rubrik
1
fotografi, dimana foto-foto tersebut diperoleh dari para pembaca setianya.
Tentunya rubrik fotografi ini mempunyai tema untuk setiap edisi majalahnya,
pada majalah Moslem Girls Indonesia edisi 004/tahun 2012 ini rubrik fotografi
mengangkat tema “friendship”.
Fotografi sendiri sejatinya adalah sebuah media massa, yang berfungsi
untuk menyampaikan pesan melalui gambar, yang memiliki beragam makna di
dalamnya. Foto-foto yang terdapat pada rubrik fotografi edisi kali ini terbagi
beberapa macam jenis foto, diantaranya adalah jenis people in the news photo
yaitu foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita, portrait yaitu foto
yang menampilkan wajah seseorang secara close up, dan art and culture photo
yaitu foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya, dan masih banyak lagi
spesifikasi fotografi lainnya.2
Pada kesempatan ini penulis akan meneliti majalah Moslem Girls Indonesia
edisi 004/tahun 2012 dari perspektif semiotik foto jurnalistik yang bertemakan
friendship. Pada ke 5 foto yang diteliti selain foto ini termasuk kedalam karya foto
jurnalistik, namun juga foto ini mengandung unsur-unsur dan nilai-nilai
kemanusiaan sesuai ajaran islam yang dapat dijadikan sebagai refrensi untuk
pembaca khususnya kawan-kawan fotografer.
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah analisis semiotik, semiotik
adalah memecah-mecah kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan
menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Dengan
2 Yuda Kurniawan, “
demikian kajian tentang tanda (semiotik) dinilai efektif untuk mengkaji lebih
dalam lagi makna yang tersembunyi yang bernilai dari setiap fotonya atau
makna-makna simbolis yang ditunjukkan fotografer dalam bingkai kameranya.
Maka dari latar belakang yang penulis sampaikan, penulis tertarik untuk
menganalisis semiotik foto pada rubrik fotografi majalah Moslem Girls Indonesia.
Sehingga pada penelitian ini penulis memberikan judul “Analisis Semiotik Foto Yang Bertemakan Friendship Pada Rubrik Fotografi Majalah Moslem Girls Indonesia Edisi 004/Tahun 2012 “.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Judul dan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan
sebelumnya dan untuk membatasi serta mempermudah penyusunan, maka
penulis akan melakukan analisis terhadap 5 lembar foto yang dimuat dalam
majalah Moslem Girls Indonesia edisi 004/tahun 2012. Alasan penulis memilih
ke 5 foto tersebut adalah karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan
interaksi.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini
terangkum dalam pertanyaan apa makna yang terkandung pada foto yang
bertemakan friendship dalam majalah Moslem Girls Indonesia Edisi 004/Tahun
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui makna denotasi pada foto yang bertemakan
friendship dalam majalah moslem girls Indonesia edisi 004/tahun 2012.
b. Untuk mengetahui makna konotasi pada foto yang bertemakan
friendship dalam majalah moslem girls Indonesia edisi 004/tahun 2012.
c. Untuk mengetahui mitos pada foto yang bertemakan friendship dalam
majalah moslem girls Indonesia edisi 004/tahun 2012.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dibagi dalam dua aspek, yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kajian
jurnalistik dalam hal ini fotografi. Khususnya pada penyajian foto di media
massa.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi para mahasiswa,
khususnya mahasiswa konsentrasi jurnalistik fakultas ilmu dan ilmu
komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta serta mahasiswa lain yang
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan Paradigma konstruktivis. Paradigma
konstruktivis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang
natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi pada
paradigm konstruktivis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas
tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam
pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk
memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pesan konstruktivisme menganggap subjek (komunikan) sebagai
faktor central dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial.3
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian pada skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Yang
dimaksud dengan Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan dalam
melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat
alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistic dan mendasar
atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan
harus terjun di lapangan.4 Hadawi Nawawi juga menjelaskan dalam bukunya
bahwa pendekatan kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses penyaringan
3 Mulyadi Saputra, “Paradigma Positi
data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam
kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan objeknya.5
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Semiotika model Rolan
Barthes. Menurut Barthes, pada tingkat denotasi, bahasa menghadirkan
konvensi atau kode-kode sosial yang bersifat eksplisit, yakni kode-kode yang
makna tandanya segera naik ke permukaan berdasarkan relasi penanda dan
petandanya. Dan pada tingkat konotasi, bahasa menghadirkan kode-kode yang
makna tandanya bersifat implisit, yaitu sistem kode yang tandanya bermuatan
makna-makna tersembunyi. Makna tersembunyi ini adalah makna yang
menurut Barthes merupakan kawasan dari ideologi atau mitologi.6
4. Subjek dan Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah
objek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.7 Subjek dari penelitian ini adalah
rubrik fotografi yang bertemakan Friendship pada majalah Moslem Girls
Indonesia edisi 004/Tahun 2012 dan objeknya adalah lima lembar foto yang
termasuk karya foto jurnalistik yang mengandung unsur-unsur ajaran Islam.
5
Hadari Nawawi, Metode Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 176
6
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok:PPKB Universitas Indonesia, 2004), h. 94
7
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan
wawancara mendalam (indept interview).
Observasi menurut Karl Weick adalah sebagai pemilihan, pengubah,
pencatatan, dan pengodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan
dengan organism in situ, sesuai dengan tujuan empiris. Dari define in situ bisa
dilihat tujuh karakteristik observasi: Pemilihan (selection), pengubahan
(provocation), pencatatan (recording), pengodean (encoding), rangkaian
perilaku dan suasana (test of behaviors and setting), in situ dan untuk tujuan
empiris.8
Adapun sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kategori, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam
penelitian ini, sedangkan data sekunder digunakan untuk diaplikasikan guna
mempertajam analisis data primer, yaitu sebagai pendukung dan penguat data
dalam penelitian.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil penyaringan foto
yang termasuk jenis foto jurnalistik, yaitu dari 17 foto yang ada pada rubrik
fotografi majalah Moslem Girls Indonesia edisi 004/Tahun 2012 penulis hanya
memilih lima foto yang dianggap sebagai karya foto jurnalistik yang
bertemakan friendship yang mengandung unsur-unsur keislaman. Sedangkan
data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi,
8
selain itu penulis juga menambahkan referensi dari buku-buku, ensiklopedia,
artikel, internet atau tulisan yang berkaitan dengan penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis semiotika
model Roland Barthes, yaitu mencari tahu makna denotasi, konotasi dan mitos
yang ada pada foto-foto yang terpilih dalam rubrik fotografi majalah Moslem
Girls Indonesia edisi 004/Tahun 2012.
Piliang menjelaskan bahwa denotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan
rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung
dan pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam hal ini adalah makna
pada apa yang tampak. Misalnya, foto wajah Soeharto berarti wajah Soeharto
sesungguhnya. Denotasi adalah tanda yang penandaannya mempunyai tingkat
konvensi atau kesepakatan yang tinggi. Sedangkan konotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti
(artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna lapis
kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek
psikologis, seperti perasaan, emosi atau keyakinan. Misalnya, tanda “bunga”
kedua yang bersifat implisit, tersembunyi, yang disebut makna konotatif
(conotative meaning).9
Lebih lanjut, Chris Barker menjelaskan bahwa denotasi adalah level
makna deskriptif dan literal yang secara tampak dimiliki semua anggota
kebudayaan. Pada level kedua, yaitu konotasi, makna terbentuk dengan
mengaitkan penanda dengan aspek-aspek kultural yang lebih luas; keyakinan,
sikap, kerangka kerja, dan ideologi suatu formasi sosial. Makna sebuah tanda
dapat dikatakan berlipat ganda jika makna tunggal tersebut disarati dengan
makna yang berlapis-lapis. Ketika konotasi dinaturalkan sebagai sesuatu yang
hegemonik, artinya diterima sebagai sesuatu yang normal dan alami, maka ia
bertindak sebagai mitos, yaitu konstruksi kultural dan tampak sebagai
kebenaran universal yang telah ada sebelumnya dan melekat pada nalar
awam.10
7. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan berlangsung di PT. Indonesia Expose Creative
Communication, Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt.5 No.518B Jl. Gatot
Subroto, Senayan Jakarta 10270 Indonesia, terhitung sejak November 2012 s/d
April 2013.
9
Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: PPKB Universitas Indonesia, 2004), h. 94-95
10
Chris Barker, Cultural Studies,Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Kreasi Wacana,
8. Pedoman Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan
karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) CeQda Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan
pustaka di Perpustakaan Utama (PU) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ternyata penulis belum
menemukan skripsi mahasiswa/i yang meneliti tentang judul ini. Hanya saja ada
skripsi mahasiswa/i yang hampir serupa, yaitu skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Foto Cerita Pada Media On Line Antara.Com ditulis oleh Tedi Kriyanto pada tahun 2009 mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dan skripsi yang berjudul Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo 2009 ditulis oleh Aida Islamie pada Tahun 2010 mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dari kedua skripsi yang diteliti tersebut sama-sama membahas mengenai
makna dan simbol pada foto jurnalsitik dengan menggunakan analisis semiotika
namun pada skripsi keduanya jenis foto yang mereka teliti adalah foto cerita, yang
berarti foto-foto yang mereka teliti saling berhubungan antara satu dengan
Sedangkan foto yang menjadi objek penelitian penulis adalah jenis foto
jurnalistik tunggal yang bertemakan friendship.
F. Sistematika Penulisan
BAB I membahas mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II membahas mengenai landasan teori. Dalam bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan yang sesuai dengan permasalahan. Isi penelitian dari hasil
pustaka, seputar fotografi, sejarah dan perkembangannya, tentang fotografi
jurnalistik, pengertian semiotika, juga bagaimana memahami makna atau
simbol yang terdapat pada foto menggunakan analisis semiotik berdasarkan
teori Roland Barthes, pengertian majalah dan pengertian rubrik.
BAB III membahas mengenai gambaran umum majalah Moslem Girls
Indonesia. Dalam bab ini berisi sejarah singkat majalah Moslem Girls
Indonesia, visi dan misi majalah Moslem Girls Indonesia dan struktur redaksi
majalah Moslem Girls Indonesia.
BAB IV membahas tentang temuan data dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang tanda-tanda, makna, pesan yang terdapat pada tiga lembar foto yang
termasuk dalam foto karya jurnalistik pada foto yang bertema friendship dalam
rubrik Fotografi Majalah Moslem Girls Indonesia Edisi 004/Tahun 2012
dengan menggunakan teori Roland Barthes yaitu denotatif, konotatif dan mitos.
10
I. Landasan Teori
A. Semiotika Roland Barthes
Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Salah satu tokoh penting semiotika
adalah Roland Barthes. Ia banyak menulis buku seputar semiotika, antara lain
Mythologies (1973), Element of Semiology (1977), The Fashion System (1983),
dan Camera Lucida (1994).1
Teori semiotika seperti yang diungkapkan oleh Shidarta kerap digunakan
untuk menelaah tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan
tidak hanya bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga bisa sampai
pada mitos di baliknya. Jika kita melihat iklan rokok di televisi, hampir tidak
kita jumpai wujud fisik rokok diperlihatkan di sana. Bahkan anjuran untuk
merokok pun tidak tersajikan. Sebaliknya, pada akhir iklan justru ada pesan
bahwa rokok itu membahayakan kesehatan. Namun, kita tidak dapat
menghindari bahwa iklan ini membawa pesan tertentu, bahkan sampai pada
sebuah mitos yang ingin terus dipelihara bahwa merokok itu jantan (macho),
supel, trendy, cekatan, disukai lawan jenis, dan berbagai karakter positif
lainnya.2
1
Shidarta, "The Reasoned Actioned Theory," < http://darta-anekateori.blogspot.com >. akses tanggal 1 Juni 2013
2
Tentu saja “sign” di sini tidak harus berupa iklan. Ia dapat berarti teks apa
saja, termasuk klausula peraturan perundang-undangan dan rambu-rambu lalu
lintas. Secara ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap. Pada
tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2)
petandanya. Tahap ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini
baru menelaah tanda secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat
masuk ke tahap kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini
konteks budaya, misalnya, sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.
Dalam contoh di atas pada tahap I, tanda berupa bunga mawar ini baru
dimaknai secara denotatif, yaitu penandanya berwujud dua kuntum mawar
pada satu tangkai. Jika dilihat konteksnya, bunga mawar itu memberi
petanda mereka akan mekar bersamaan di tangkai tersebut. Jika tanda pada
dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan mekar itu merupakan
hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya kita, bunga adalah lambang
cinta? Atas dasar ini, kita dapat sampai pada tanda (sign) yang lebih dalam
maknanya, bahwa hasrat cimta itu abadi seperti bunga yang tetap bermekaran
di segala masa. Makna denotatif dan konotatif ini jika digabung akan
membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan cinta itu abadi dan mampu
mengatasi segalanya.
B. Teori Representasi Media
Menurut Stuart Hall, proses produksi dan pertukaran makna antara
manusia atau antar budaya yang menggunakan gambar, simbol dan bahasa
adalah disebut representasi. Media paling sering digunakan dalam produksi
dan pertukaran makna adalah bahasa melalui pengalaman-pengalaman yang
ada dalam masyarakat.3
Stuart Hall (1997), dalam Culture Study menggambarkan bahwa bahasa
melukiskan relasi encoding dan decoding melalui metafora produksi dan
konsumsi. Proses produksi meliputi proses gagasan, makna, ideologi dan kode
sosial, ilmu pengetahuan, keterampilan teknis, ideologi profesional,
pengetahuan institusional, defenisi dan berbagai asumsi lainnya seperti moral,
kultural, ekonomis, politis dan spiritual.
3
Menurut Stuart Hall, ada tiga pendekatan representasi:
A. Pendekatan reflektif, bahwa makna diproduksi oleh manusia melalui
ide, media objek dan pengalaman-pengalaman di dalam masyarakat
secara nyata.
B. Pendekatan intensional, bahwa penutur bahasa baik lisan maupun
tulisan yang memberikan makna unik pada setiap hasil karyanya.
Bahasa adalah media yang digunakan oleh penutur dalam
mengkomunikasikan makna dalam setiap hal-hal yang berlaku
khusus yang disebut unik.
C. Pendekatan konstruksionis, bahwa pembicara dan penulis, memilih
dan menetapkan makna dalam pesan atau karya (benda-benda) yang
dibuatnya. Tetapi, bukan dunia material (benda-benda) hasil karya
seni dan sebagainya yang meninggalkan makna tetapi manusialah
yang meletakkan makna.
MEMBERI POSISI BUDAYA SEBAGAI YANG UTAMA, “Culture is
the way we make sense if, give meaning to the world”. Budaya terdiri dari peta
makna, kerangka yang dapat dimengerti, hal-hal yang membuat kita mengerti
tentang dunia kita yang eksis. Ambiguitas akan muncul sampai pada saat
dimana kita harus memaknainya (make sense of it). Jadi, makna muncul
sebagai akibat dari berbagi peta konseptual ketika kelompok-kelompok atau
anggota-anggota dari sebuah budaya atau masyarakat berbagi bersama.
Konsep budaya mempunyai peran central dalam proses representasi.
PETA KONSEPTUAL MAMPU MENGKLASIFIKASI DUNIA,
mengklasifikasi adalah ciri dasar genetik makhluk hidup, beberapa sistem
tertentu dalam klasifikasi yang digunakan dalan sebuah masyarakat dapat
dipelajari. Menurutnya bahwa budaya sendiri adalah sebuah sistem
representasi. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan
menyangkut „pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari
kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi
pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama,
berbicara dalam „bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang
sama.
KONSEP BAHASA DAN KOMUNIKASI, Konsep-konsep adalah
representasi-representasi, yang memperbolehkan kita untuk berpikir. Tetapi
kita belum selesai dengan sirkulasi representasi ini, karena seharusnya kita
berbagi peta konseptual yang sama, sehingga kita dapat memahami dunia
melalui sistem klasifikasi yang sama yang ada di kepala kita. Akhirnya,
pertanyaan mengenai komunikasi dan bahasa melengkapi sirkulasi
representasi. Kita bisa saling berkomunikasi karena adanya kemunculan
bahasa-bahasa (linguistik). Bahasa mengeksternalisasi makna yang kita buat
tentang dunia kita. Sampai pada titik ini representasi benar-benar mulai dan
menutup sirkulasi representasi.
C. Kemanusiaan dalam Islam
Sebelum lahirnya agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW.,
umat manusia di dunia dilanda permusuhan dan kebencian antar suatu bangsa
dengan bangsa lainnya, permusuhan antar ras, suku dan golongan. Kelompok
bagian dunia, ras diskriminasi, pembagian manusia dengan kasta-kasta, dari
kasta yang paling tinggi sampai yang paling rendah.
Dalam kehancuran yang meresahkan itu, Islam datang dengan konsep
ajarannya mengenai persamaan hak, kemanusiaan yang luhur, tidak ada
perbedaan antara suatu bangsa dengan bangsa lainya, antara suatu kelompok
dengan kelompok lainnya. Islam mengajarkan bahwa kita semua adalah
saudara, kita berasal dari jenis yang sama, tidak ada perbedaan antara satu
dengan lainnya, kecuali dengan iman dan taqwa. Ajaran tentang humanisme
tergambar dengan jelas melalui pesan-pesan Nabi SAW. di padang Arafah.
Empat belas abad yang lalu, di padang Arafah yang tandus, yang kini
mulai ditumbuhi pohon-pohon menghijau, Rasul Muhammad SAW.
menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan yang luhur. Dalam pidato
perpisahannya di sana, juga dalam rangka ibadah haji, yang disebut haji wada’
atau haji perpisahan, sebagai ibadah haji terakhir sebelum beliau wafat. Rasul
yang menjadi rahmat bagi alam semesta itu menyampaikan pesan-pesan
kemanusiaan yang amat mengharukan dan berkesan sampai kelubuk hati.
“Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap orang yang berkulit merah, tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap yang berkulit merah, kecuali dengan
taqwanya..” (HR. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami).
Konsep kemanusiaan dalam Islam begitu luhur, semua manusia memiliki
hak dan kewajiban yang sama. Kita semua adalah bersaudara, tidak ada
perbedaan antara yang satu dengan lainnya, kecuali dengan iman dan
“Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantaramu di sisi Allah ialah orang yang saling
bertaqwa”. (Q.S. al-Hujarat, 49:13).
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.
Oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.
(Q.S. al-Hujarat, 49:10)
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu
kaum mencela kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dicela) lebih baik dari mereka (yang mencela) dan jangan pula wanita-wanita (mencela) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang dicela itu) lebih baik dari wanita (yang mencela) dan jangalah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat,
maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (Q.S.
al-Hujarat, 49:11).
Beberapa ayat tersebut di atas, jelas sekali membimbing umat manusia
agar menjalin persaudaraan terhadap sesamanya. Saling berpesan mengenai
kebenaran, ketabahan dan kesabaran.
Dalam beberapa wasiat Nabi s.a.w. banyak sekali dipesankan agar umat
manusia menjalin persaudaraan dengan sesamanya.
“Engkau jumpai orang-orang yang beriman dalam hal
saling mengasihi, saling mencintai dan beriba hati antara
mereka bagaikan tubuh yang satu...” (H.R. Muttafaq „alaih).
“Siapa yang tidak bersikap kasih terhadap sesamanya,
maka Allah tidak akan mengasihinya.” (H.R. Muttafaq
„alaih).
Pesan Arafah yang mulia itu akan tetap abadi, yang dapat kita petik dari
pesan itu kali ini, bagaimana kita dapat membangkitkan kembali semangat
suasana krisis ekonomi, sosial, politik dan kepercayaan seperti sekarang ini,
sehingga pesan itu benar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Peran
para pemimpin, ulama atau ilmuwan dan tokoh masyarakat sangat penting
dalam memasyarakatkan pesan kemanusiaan yang luhur itu.
Islam meletakkan dasar-dasar persamaan derajat dan hak asasi bagi setiap
diri manusia. Dengan konsepsi itu tertolaklah segala pandangan yang
berlawanan dengan peradaban manusia yang luhur. Sebagai wujud dari
kemanusiaan yang luas, Islam mengajarkan agar tetap memelihara kelestarian
kehidupan alam semesta. Agama Islam sesuai dengan namanya yang berarti
selamat, damai, patuh dan taat, sangat menaruh perhatian terhadap kelestarian
alam semesta. Kehidupan umat manusia dibentuk dalam persaudaraan dan
perdamaian, demikian juga dengan kelestarian makhluk lain, seperti benda
mati, flora dan fauna.
II. Kerangka Konsep A. Fotografi
Fotografi berasal dari bahasa latin yaitu, Photos yang artinya adalah
cahaya atau sinar dan Graphos artinya adalah menulis, mencatat, melukis. Jadi
fotografi adalah kegiatan mencatat, melukis dan menulis dengan cahaya.4
Dalam seni rupa, fotografi adalah proses menulis atau melukis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses
atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan
merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang
4
peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Jadi dapat disimpulkan tidak ada cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Fotografi merupakan gabungan dari proses fisika dan kimia. Proses fisika
terjadi ketika cahaya memantul dari objek melewati lensa dan terekam pada
film yang peka cahaya. Proses kimia terjadi ketika gambar yang terekam di
film tersebut dimunculkan dengan larutan-larutan kimia tersebut.5
Seiring perkembangan teknologi proses kimia ini diganti dengan proses
elektronik, dimana film sebagai media perekam digantikan dengan sensor
ekektronik yang mengubah pantulan cahaya yang melewati lensa menjadi data
digital yang dapat diproses melalui komputer.
Suatu foto yang baik adalah yang mampu mewakili seribu kata dari sang
fotografer, dan foto juga menjadi alat yang esensial dalam suatu media cetak.
Kualitas sebuah foto juga tergantung dari kualitas si pengambil gambar; subjek
foto tergantung dari penggunaan kamera yang penuh daya angan-angan atau
imajinatif.
B. Jurnalistik
Dalam ilmu komunikasi istilah “jurnalistik” mempunyai arti cara
penyampaian isi pernyataan dengan menggunakan media massa periodik.
Yang termasuk media massa periodik adalah pers (surat kabar, majalah,
bulletin kantor berita), radio, televisi dan film.6
5 Aida Islamie, “Analisis Semiotik Foto
Daily Life Stories pada world Press Photo 2009”. (Skripsi S1, Jakarta: FIDIKOM-UIN, Ilmu Komunikasi, 2010), h. 13.
6
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda Journalistiek, seperti halnya
dengan istilah Inggris Journalism yang bersumber pada kata journal, ini
merupakan terejemahan dari bahasa latin diurnal yang berarti “harian” atau
“setiap hari”.7
Adinegoro (Sumandria: 2006, 2) menjelaskan, jurnalistik adalah semacam
kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran kepada
masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Astrid S.
Susanto menyebutkan jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau
pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.8
Djen Amar (Sumandria: 2006, 2) menekankan, jurnalistik adalah kegiatan
mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya. Erik Hodgins, redaktur majalah Time
menyatakan, jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan
benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan
berpikir yang selalu dapat dibuktikan (Sumandria: 2006, 2).9
Dilihat dari segi bentuk dan pengolahannya, jurnalistik dibagi kedalam
empat bagian, yaitu jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik audio,
jurnalistik media elektronik audio visual, dan jurnalistik media online.
Pertama Jurnalistik media cetak yaitu media yang menekankan pada
kemampuan seorang wartawan dalam menyusun kata dalam rangkaian kalimat
dan paragraf yang efektif dan komunikatif contoh seperti, koran, tabloid,
7
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet-19, h. 151
8
Aris Sumandria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional (Bandung: Simbioas Rekatama Media, 2006), h. 2
9
buletin kantor berita dan majalah. Kedua jurnalistik media elektronik audio
atau jurnalistik radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal. Radio
adalah media massa yang paling cepat dan luas jangkauannya. Ketiga,
Jurnalistik media elektronik audio visual yaitu televisi merupakan gabungan
dari elemen verbal dan visual. Gambar dan kata-kata merupakan hal penting
dalam jurnalistik televisi. Televisi merupakan media massa paling hebat jika
dibandingkan dengan media pendahulunya. Keempat, jurnalistik media
elektronik internet yaitu Jurnalistik On line. Perkawinan internet dengan
jurnalistik berakar dan ditetapkan oleh standar World Wide Web (WWW).
Ketika Cern, institute riset berbasis di Jenewa,dirilis pada tahun 1991.10
C. Foto Jurnalistik
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.
Sedangkan foto jurnalistik menurut guru besar Universitas Missouri, AS
Clif Edom adalah paduan kata (words) dan gambar (Pictures). Sementara
menurut editor majalah life dari 1937-1950, Wilson Hicks yaitu kombinasi dari
kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada
kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya (Mirza
Alwi: 2006, 4).11
Foto jurnalistik yaitu salah satu bentuk fotografi yang mengemban misi
untuk menampilkan imaji yang bernilai berita kepada masyarakat melalui
10
Ibid, h. 137
11
media cetak bisa memiliki fungsi ganda. Yang pertama, sebagai ilustrasi
pendukung berita, sedangkan yang kedua sebagai berita itu sendiri.12
Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka Magnum
yang terkenal dengan teori “Decisive Moment” menjabarkan, foto jurnalistik
adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah
kamera, merekamnya dalam waktu, yang seharusnya berlangsung seketika saat
suatu citra tersembul mengungkap sebuah cerita.13
Foto Jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass
audiences) melalui foto. Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan
pandangan wartawan foto jurnalistik terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang
disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
Di dalam foto jurnalistik terdapat unsur berita, yang berarti pesan yang
disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka
ragam. Foto jurnalistik harus memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian
informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan
kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).
a. Jenis-Jenis Foto Jurnalistik
Jenis-jenis foto jurnalistik dapat diketahui melalui kategori yang
dibuat Badan Foto Jurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation)
12
Soeprapto Soejono, Pot-Pouri Fotografi (Jakarta: Universitas Trisakti, 2007), h. 133
13
pada lomba foto tahunan yang diselenggarakan bagi wartawan seluruh
dunia, kategori itu adalah sebagai berikut:14
1. Spot Photo
Spot Photo adalah foto yang dibuat pada peristiwa yang tidak
terduga yang langsung diambil oleh fotografer di tempat kejadian.
Misalnya, foto kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang.
Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi serta menampilkan
konflik dan ketegangan, maka foto spot harus segera disiarkan.
Dalam hal ini, keberanian seorang fotografer sangat dibutuhkan.
Selain itu, keberuntunganpun menjadi patokan utama dalam hal
posisi dan keberadaannya.
2. General News Photo
General News Photo adalah yang diabadikan dari
peristiwa-peristiwa yang terjadwal, rutin, dan biasa. Temanya bisa
bermacam-macam, yaitu politik, ekonomi dan humor. Contohnya presiden
membuka pameran foto, pertunjukan badut di suatu acara, dan lain
sebagainya.
3. People in The News Photo
People in the News photo adalah foto tentang orang atau masyarakat
dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah sosok orang pada
berita itu. Bisa kelucuannya, nasib dan lain sebagainya.
Tokoh-tokoh dalam foto ini bisa Tokoh-tokoh yang populer, bisa juga tidak, akan
14
tetapi kemudian menjadi populer karena foto tersebut
dipublikasikan. Contohnya, Foto Juned korban kecelakaan peristiwa
tabrakan kereta api bintaro.
4. Daily Life Photo
Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia
dipandang dari segi kemanusiaannya. Misalnya foto seorang
pengemis di depan sebuah universitas.
5. Potrait
Potrait adalah sebuah foto yang menampilkan wajah seseorang
secara Close Up. Ditampilkan karena ada kekhasan pada wajah yang
dimiliki atau kekhasan lainnya.
6. Sport Photo
Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena
olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet, penonton dan
fotografer. Dalam pemotretan olahraga diperlukan perlengkapan
yang memadai, misalnya lensa tele, serta kamera yang
menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet,
serta hal lain yang menyangkut olahraga.
7. Science and Thecnology Photo
Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari
peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dalam hal ini, dalam pemotretan tertentu
membutuhkan perlengkapan khusus, misalnya lensa mikro atau film
8. Art and Culture Photo
Art and Culture Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni
dan budaya. Misalnya, pertunjukan artis di atas panggung.
9. Social and Environment
Social and Environmant adalah foto-foto yang tentang kehidupan
sosial masyarakat serta lingkupan hidupnya. Misalnya, foto asap
buangan kendaraan di jalan.
b. Syarat Foto Jurnalistik
Syarat foto jurnalistik, setelah mengandung berita dan secara
fotografis bagus, syarat lainnya lebih kepada foto harus mencerminkan
etika atau norma hukum baik dari segi pembuatannya maupun
penyiarannya. Di Indonesia, etika yang mengatur foto jurnalistik ada pada
kode etik jurnalistik pasal 2 dan 3.15
Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain: wartawan
Indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat
merugikan bangsa dan Negara, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan
susila, agama, kepercayaan, atau keyakinan seseorang ataupun sesuatu
golongan yang dilindungi undang-undang.
Sementara pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat,
antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan
cara yang jujur untuk memperoleh bahan berita. Wartawan Indonesia
meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya
15
dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Di dalam
menyusun berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian
(Fakta) dan pendapat (Opini).16
D. Pengertian Semiotika
Semiotika berasal dari bahasa Yunani: semeion yang berarti tanda.
Semiotika adalah model penelitian yang memperhatikan tanda-tanda. Tanda
tersebut mewakili sesuatu objek representatif. Istilah semiotik sering
digunakan bersama dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada
sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Istilah
semiotik lebih mengarah pada tradisi Saussurean yang diikuti oleh Charles
Sanders Pierce dan Umberto Eco, sedangkan istilah semiologi lebih banyak
dipakai oleh Barthes. Baik semiotik ataupun semiologi merupakan cabang
penelitian sastra atau sebuah pendekatan keilmuan yang mempelajari
hubungan antara tanda-tanda.
Alex Sobur mendefinisikan semiotika sebagai suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia
dan bersama-sama masnusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi
pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai
16
berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.17
Sedangkan Van Zoest seperti dikutip oleh Rahayu S. Hidayat menjelaskan
bahwa semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang
bertalian dengan tanda. Berbicara tentang kegunaan semiotika tidak dapat
dilepaskan dari pragamatik, yaitu untuk mengetahui apa yang dilakukan
dengan tanda, apa reaksi manusia ketika berhadapan dengan tanda. Dengan
kata lain, permasalahannya terdapat pada produksi daan konsumsi arti.
Semiotika dapat diterapkan di berbagai bidang antara lain: semiotika musik,
semiotika bahasa tulis, semiotika komunikasi visual, semiotika kode budaya,
dsb. Pengkajian kartun masuk dalam ranah semiotika visual.18
Terdapat tiga bidang kajian dalam semiotika: pertama, semiotika
komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian bagian dari proses
komunikasi. Artinya, di sini tanda hanya dianggap tanda sebagaimana yang
dimaksudkan pengirim dan sebagaimana yang diterima oleh penerima. Dengan
kata lain, semiotika komunikasi memperhatikan denotasi suatu tanda. Pengikut
aliran ini adalah Buyssens, Prieto, dan Mounin. Kedua, semiotika konotasi,
yaitu yang mempelajari makna konotasi dari tanda. Dalam hubungan
antarmanusia, sering terjadi tanda yang diberikan seseorang dipahami secara
berbeda oleh penerimanya. Semiotika konotatif sangat berkembang dalam
pengkajian karya sastra. Tokoh utamanya adalah Roland Barthes, yang
menekuni makna kedua di balik bentuk tertentu. Yang ketiga adalah semiotika
17
Alex Sobur Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya) h.15
18
ekspansif dengan tokohnya yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam
semiotika jenis ini, pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya karena
digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah
mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.19
Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes
mengembangkan dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem
denotasi dan konotasi. Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat
pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan
materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi—
atau sistem penandaan tingkat kedua—rantai penanda/petanda pada sistem
denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain
pada rantai pertandaan lebih tinggi.
Secara terperinci, Barthes dalam bukunya Mythology menjelaskan bahwa
sistem signifikasi tanda terdiri atas relasi (R = relation) antara tanda (E =
expression) dan maknanya (C = content). Sistem signifikasi tanda tersebut
dibagi menjadi sistem pertama (primer) yang disebut sistem denotatif dan
sistem kedua (sekunder) yang dibagi lagi menjadi dua yaitu sistem konotatif
dan sistem metabahasa. Di dalam sistem denotatif terdapat antara tanda dan
maknanya, sedangkan dalam sistem konotatif terdapat perluasan atas
signifikasi tanda (E) pada sistem denotatif. Sementara itu di dalam sistem
metabahasa terhadap perluasan atas signifikasi makna (C) pada sistem
19
denotatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem konotatif dan
sistem metabahasa merupakan perluasan dari sistem denotatif.20
E. Majalah
Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetak21, ada
beragam jenis media cetak, diantaranya yaitu surat kabar, tabloid, dan majalah.
Majalah menurut Kurniawan Djunaedie ialah media cetak yang terbit secara
berkala, tetapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul,
setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Majalah adalah
barang cetakan yang bentuknya setengah surat kabar harian dan umumnya full
color. Mempunyai ukuran yang biasa dipakai 29cm x 42cm, sedangkan jumlah
halamannya bisa dimulai dari 12, 18, 24, 32, 40, 64, yang penting kelipatan
empat. 22
Sedangkan oleh beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan
berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran
kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan
secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan
sekali.23
Setelah memaparkan definisi tentang majalah di atas maka penulis
berpendapat bahwa majalah merupakan salah satu penerbit persediaan yang
diterbitkan secara berkala, yang isinya memuat berbagai macam tulisan seperti
20
Roland Barthes, Mitologi, (Jogjakarta: Kreasi wacana, 2009) hlm. 158-162
21
Zaenuddin HM, The Journalist, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007), h. 12
22
Adiguna, Mengenal Ukuran Tabloid, Majalah dan Surat Kabar, artikel diakses pada 2 April 2013 dari
http://adiguna.com/2008/06/mengenal-ukurantabloidmajalah-dansuratkabar
23
berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, penyajiannya sering kali disertai
oleh gambar atau ilustrasi. Majalah di jilid dengan jumlah halaman tertentu
seperti berbentuk buku yang dilapisi oleh sampul (cover) yang didesain
khusus. Umumnya pengemasan cover majalah dibuat semenarik mungkin dan
sejumlah tulisan dikanan kirinya dan sering kali dihiasi dengan foto atau
ilustrasi.
Majalah bernafaskan Islam, khususnya yang ada di Indonesia telah
berkembang sebelum kemerdekaan. Majalah-majalah tersebut muncul dengan
tujuan mencoba menyebarkan gagasan modernisasi di kalangan umat Islam,
menyebarkan semangat pembaharuan Islam, juga menyuarakan perjuangannya
melawan kekuasaan colonial dan pengaruh asing.24 Selain itu majalah Islam
juga menjadi media penyebaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk
dakwah dan pembangunan umat.25
Kebutuhan kaum muslim akan informasi dan semangat pembaharu Islam
membuat majalah-majalah Islam terus bermunculan sampai pada era Orde
Baru. Pembangunan orde baru yang telah mendorong proses intelektualisasi
yang massif dan melahirkan kelas menengah terpelajar di Indonesia, dimana
mayoritas adalah berasal dari kalangan santri/muslim, ikut mempengaruhi
muncul dan berkembangnya media massa seperti majalah dengan kualitas
yang lebih baik.26
24
Kurniawan Djunaedhi, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 1995), h. 307
25
Ibid, h. 311
26 M. Syafi’I Anwar,
Pada perkembangannya sampai saat ini majalah Islam semakin beragam,
kini majalah Islam bermunculan untuk kalangan yang lebih khusus, yaitu
ditujukan untuk kaum perempuan. Majalah seperti Femina dan Kartini adalah
contoh dari majalah yang didesain khusus untuk kaum wanita. Dengan
perkembangan umat Islam seperti yang dijelaskan diatas, bermunculan pula
majalah yang dikonsep untuk para perempuan muslim, seperti Paras, Alia,
27
A. Sejarah Singkat Majalah Moslem Girls Indonesia
Moslem Girls Indonesia adalah majalah yang bertema keislaman tetapi
dikemas dengan unsur modern. Majalah ini didirikan pada bulan Agustus 2010
yang diprakarsai oleh Rr. Wulandari Noerjo Hadikoesoemo sekaligus merangkap
sebagai konseptor dan kepala editor. Edisi perdana majalah Moslem Girls
Indonesia terbit pada Februari 2011, edisi kedua Juni 2011 dan edisi ke tiga
Februari 2012. Sasaran pembaca Moslem Girls Indonesia 80% adalah wanita
remaja muslim berusia 15 sampai dengan 21 tahun dan laki-laki 20% berusia 15
sampai dengan 21 tahun. Karena Moslem Girls Indonesia memang majalah yang
khusus diperuntukkan untuk kalangan remaja.1
Pada edisi pertama dan kedua Majalah Moslem Girls Indonesia
bekerjasama dengan PT Matahati Inspirasi Abadi dalam hal penerbitan, namun
seiring berjalannya waktu pada edisi ketiga hingga saat ini Majalah Moslem Girls
Indonesia dalam hal penerbitan bekerjasama dengan PT. Indonesia Expose
Creative Communication.
Majalah Moslem Girls Indonesia hadir ditengah-tengah masyarakat
sebagai referensi bacaan remaja perempuan yang modern. Tidak hanya
menyajikan beragam artikel yang bersifat edukatif mengenai Islam, tetapi juga
gaya hidup dan beragam entertainment. Hadirnya Moslem Girls Indonesia tidak
1
hanya ingin menjadikan perempuan muslimah yang solihah tetapi juga memiliki
pemikiran modern dan kreatif sehingga dapat menjadi leader di berbagai bidang
sesuai dengan tuntunan ajaran-ajaran Islam yang disesuaikan dengan era
globalisasi masa kini.2
Terbitnya majalah Moslem Girls Indonesia dilatarbelakangi dengan
adanya rasa prihatin melihat banyaknya majalah yang tidak mendidik bagi kaum
remaja saat ini dan khususnya bagi remaja-remaja muslim, padahal agama Islam
menjadi agama yang mayoritas terbanyak pemeluknya di Indonesia. Terbitnya
majalah ini juga telah membentuk citra positif bagi remaja muslim bahwa Islam
juga memiliki citra yang dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa melanggar
garis-garis yang telah ditetapkan oleh islam. Hal ini sesuai dengan yang
diharapkan bahwa majalah ini mampu berperan untuk membentuk remaja-remaja
muslim Indonesia menjadi sosok yang cerdas dan bergaya.3 Sesuai dengan tagline
yang dipakai dalam majalah Moslem Girls Indonesia yaitu “smart, educative, dan
trendy”.4
Tagline tersebut sebenarnya berangkat dari visi dan misi majalah
Moslem Girls Indonesia itu sendiri.
B. Visi dan Misi Majalah Moslem Girls Indonesia
a. Visi Majalah Moslem Girls Indonesia adalah:5
Majalah Moslem Girls Indonesia mempunyai visi yang
mengacu pada al-Qur’an Surat 47 ayat 7:
2
Salam Redaksi, Moslem Girls Indonesia, Edisi 001/Tahun 2011, (Jakarta: PT. Matahati Inspirasi Abadi, 2011), h.3
3
Wawancara pribadi dengan Rr. Wulandari Noerjo Hadikoesoemo, Konseptor Majalah Moslem Girls Indonesia, Jakarta 9 Maret 2013
4
Dikutip dari Tagline Majalah Moslem Girls Indonesia
5
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolong kamu dan Dia teguhkan
langkah-langkah kamu.” (QS Muhammad [47]:7)
Pada ayat tersebut diatas maknanya jelas bahwa Allah akan menolong
siapa saja yang menolong agamanya. Namun bukan untuk kepentingan
pribadi, melainkan untuk kepentingan Agama Islam. Dan sehubungan
dengan itu Majalah Moslem Girls Indonesia ingin mensyiarkan nilai-nilai
Islam kepada masyarakat mengenai perkembangan dunia Islam pada zaman
modern seperti sekarang ini yang sepatutnya diketahui oleh umat Islam itu
sendiri, baik dari aspek sosial, seni/budaya juga fashion.
b. Misi Majalah Moslem Girls Indonesia.
Dengan visi yang dijelaskan diatas maka Majalah Moslem Girls
Indonesia mempunyai misi sebagai berikut:
1. Berperan sebagai media edukatif, keilmuan yang bertujuan
mencerdaskan akal dan menyegarkan rohani remaja muslim.
2. Menyampaikan potret dakwah dan spiritualitas Islam di seluruh
belahan dunia.
3. Mengajak remaja muslim bertafakur atas kekayaan khazanah,
keindahan budaya dan peradaban Islam.
4. Memberikan sajian-sajian yang dapat menggugah dan
menanamkan benih-benih ukhuwah Islamiyah.
5. Memperlihatkan kepada remaja muslim bahwa kehidupan (life
style) kaum muslim sudah berkembang dengan pesat dan sangat
C. Rubrikasi Majalah Moslem Girls Indonesia
Rubrikasi yang ada dalam majalah Moslem Girls Indonesia cukup
beragam. Oleh karena itu ada pengelompokan rubrik, mulai dari kelompok
Enterpreneur, Ask, Speak Up, KreasiMu, Food Lovers, Techno, Fashionista,
Expose, Hang Out, Event dan Views. Pada setiap pengelompokan rubrik juga
terdiri dari bervariasinya informasi.
Beragamnya rubrik yang ada di majalah Moslem Girls Indonesia
didominasi oleh fashion. Dari sekian banyak rubrik yang disajikan, majalah
Moslem Girls Indonesia memiliki rubrik yang menonjol, yaitu rubrik fokus, rubrik
ini biasa diberikan halaman yang lebih dibanding rubrik yang lain. Kemudian
rubrik cerpen dan fotografi, rubrik ini adalah yang paling diminati oleh pembaca
serta ajang silaturrahmi dengan pembaca di seluruh Indonesia.
Rubrik yang disediakan oleh Majalah Moslem Girls Indonesia dari edisi
pertama hingga edisi keempat itu tidak sama. Rubrik-rubrik ini penerbitannya
disesuaikan oleh tema yang diangkat oleh majalah Moslem Girls Indonesia.
Rubrik-rubrik yang ada pada majalah Moslem Girls Indonesia diantaranya
adalah6:
1. Your Letter
Rubrik your letter adalah rubrik yang disediakan oleh Majalah
Moslem Girls Indonesia (MGI) bagi para pembacanya untuk bertanya
atau memberi saran kepada MGI. Pertanyaan dan saran ini sifatnya
bebas, yang pasti pertanyaan pembaca yang akan diterbitkan oleh
6
redaksi MGI adalah pertanyaan-pertanyaan dan saran-saran yang
sifatnya untuk kemajuan MGI pada edisi-edisi berikutnya.
2. Fokus: Spirit of Reflection
Pada rubrik fokus tersaji beberapa informasi yang berbeda-beda,
tentunya informasi yang disajikan berkaitan dengan isu-isu yang
terhangat yang terjadi di masyarakat. Seperti Profil seseorang yang
berprestasi, Tips-tips aktifitas keagamaan, berita tentang atifitas
program-program sosial keagamaan, ataupun pengetahuan dasar tentang
politik kenegaraan Islami seperti yang ada pada edisi keempat.
3. Religi
Pada rubrik religi redaksi MGI mengajak para pembaca setia untuk
merenungkan berbagai macam tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dan
redaksipun mengangkat sebuah kisah-kisah teladan yang terjadi di
jaman Rasulullah SAW.
4. Syair
Let’s Singing, Puisi dan Nasyid menjadi sajian utama pada rubrik
Syair yang disediakan oleh redaksi MGI.
5. Fashionista
Pada rubrik fashionita, redaktur MGI memberikan info yang
berkaitan dengan mode busana yang trendy dan modis ala Islam.
Seperti info tentang hijab dan cara menghiasnya di kepala. Selain itu
redaktur MGI juga memberikan informasi berita tentang Indonesia
6. Let’s Ride
Di edisi keempat Majalah Moslem Girls Indonesia, redaktur spesial
menyajikan info tentang otomotif kendaraan roda empat pabrikkan asal
Jepang yaitu Mazda RX-8 Spirit R dan All New Chevrolet.
7. Place
Info yang disajikan oleh redaktur pada rubrik place adalah
info-info tentang tempat umum seperti salon, restoran dan
tempat-tempat hiburan untuk akhir pekan atau study tour.
8. School & Events
Pada edisi keempat redaktur MGI meliput sekolah yang ada di
bilangan Jakarta yaitu SMP Lab School Kebayoran, Universitas Budi
Luhur dan STEI Tazkia Bogor. Selain itu MGI pun bisa diundang oleh
pembaca untuk meliput lembaga pendidikan para pembaca dengan
mengajukan permohonan kepada MGI. Caranya cukup mudah hanya
dengan mengajukan proposal permohonan yang dikirim via email ke
alamat moslemgirlsindonesia@gmail.com.
9. Resensi
Rubrik ini menyajikan info tentang Buku dan Film yang patut
dibaca dan disaksikan oleh pembaca sebagai referensi pembaca untuk
mengisi libur akhir pekan dari Redaktur MGI.
10. Embassy Expose
Rubrik ini menyajikan info-info tentang mancanegara seperti
acara-acara seperti pameran foto dan sebagainya yang diselenggarakan atas
dasar kerja sama oleh kedutaan besar luar negeri yang ada di Indonesia.
11. Health & Beauty
Pada rubrik ini redaktur MGI menyajikan info-info tentang
kesehatan dan kecantikan, serta tempat-tempat perawatan kecantikan,
serta konsultasi kecantikan.
12. About Photography
Pada rubrik ini redaktur MGI menyajikan info tentang semua hal
seputar dunia fotografi. Seperti info dan agenda rutin komunitas
fotografi, tips-tips memotret baik menggunakan kamera manual atau
analog bahkan dengan kamera HP, hingga tips-tips cara merawat
berbagai kamera untuk fotografer pemula.
MGI juga memberikan kesempatan kepada pembaca yang hobby
dengan dunia fotografi untuk menampilkan karya-karyanya pada rubrik
ini, sehingga para pembaca MGI yang berkesempatan menampilkan
karyanya mendapatkan pelajaran dan pengalaman tersendiri karena
karyanya dilihat oleh semua pembaca dan mendapatkan komen dari
redaktur. Tidak ada syarat khusus bagi pembaca yang ingin mengirim
karyanya. Apapun latar belakang pembaca, pemula atau professional,
jenis kamera yang digunakan semuanya bisa mengirim karyanya ke
redaktur, karena redaktur dalam memilih sebuah foto untuk diterbitkan
bukan berdasarkan itu semua, namun berdasarkan tema yang akan