• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pendidikan Dan Kesehatan Nelayan Payang Di Palabuhanratu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pendidikan Dan Kesehatan Nelayan Payang Di Palabuhanratu, Jawa Barat"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT

ZEANY CAHYARI GINTING

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Pendidikan dan Kesehatan Nelayan Payang di Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2015 Zeany Cahyari Ginting

(4)
(5)

ABSTRAK

ZEANY CAHYARI GINTING. Karakteristik Pendidikan dan Kesehatan Nelayan Payang di Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh SUGENG HARI WISUDO dan MUSTARUDDIN.

Perikanan payang di Palabuhanratu terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dalam pengoperasiannya rata-rata merupakan skala kecil dengan jumlah ABK yang cukup banyak dalam satu kapal, dan hal ini tentunya akan mempunyai permasalahan tersendiri sehingga akan mempengaruhi karakteristik sosial nelayan payang. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik sosial nelayan payang di Palabuhanratu yang diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, serta kesehatan dan menganalisis pengaruh karakteristik sosial nelayan terhadap kegiatan perikanan payang di Palabuhanratu. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi sederhana. Hasil analisis menunjukkan karakteristik sosial nelayan payang dilihat dari pendidikan formal, pendidikan informal, dan kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar masih memiliki pendidikan yang rendah yaitu Sekolah Dasar, menganggap pelatihan tidak penting untuk dilaksanakan, serta jarang mengalami kondisi tidak sehat. Semua faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik sosial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap perikanan payang yaitu tingkat pendidikan (KR = 0,196, sig = 0,000), urgensi pelatihan (KR = 0,109, sig = 0,010), dan tingkat kesehatan (KR = 0,164).

(6)

ABSTRACT

ZEANY CAHYARI GINTING. Education and Health Characteristics of Payang Fishermen in Palabuhanratu, West Java. Supervised by SUGENG HARI WISUDO and MUSTARUDDIN.

Payang fisheries in Palabuhanratu continues to decline from year to year, the average operation is a small scale with much crew in one boat, and it certainly will have its own problems that will affect the social characteristics of payang fishing. This study aimed to identify the social characteristics of payang fishermen in Palabuhanratu based on the level of formal education, informal education, and health and to analyze the influence of the social characteristics of fishermen on payang fishing activities in Palabuhanratu. The method used in this study was descriptive method with a case study research. Descriptive analysis and simple regression analysis were used in this research.The analysis shows the social characteristics of payang fishermen seen from formal education, informal education, and health shows that most still have lower education are primary schools, consider training is not important to be implemented, and rarely has a bad condition. All the factors associated with social characteristics have a significant positive effect on payang fisheries is the level of education (KR = 0.196, sig = 0.000), the urgency of training (KR = 0.109, sig = 0.010), and the level of health (KR = 0.164).

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

NELAYAN PAYANG DI PALABUHANRATU, JAWA BARAT

ZEANY CAHYARI GINTING

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi berjudul “Karakteristik Pendidikan dan Kesehatan Nelayan Payang di Palabuhanratu, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada

1. Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Dr Mustaruddin, STP selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini;

2. Dr Fis Purwangka, SPi MSi yang telah memberikan ilmu dan saran terbaik bagi penulis;

3. Bapak dan Ibu dosen di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk ilmu yang diberikan, khususnya Retno Muninggar, SPi ME selaku dosen penguji dan Dr Iin Solihin, SPi MSi yang mewakili Komisi Pendidikan;

4. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi beserta staf, Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu beserta staf yang telah membantu di lapangan selama penelitian;

5. Keluarga atas kasih sayang, pengertian, kesabaran, teladan, doa, saran, bantuan dan dukungannya;

6. Sahabat terbaik Bovi Mutiara Sofi atas bantuan, dukungan, doa, saran, dan pengertiannya;

7. Seluruh teman-teman, khususnya PSP 48 (Eka Indri, Natalia Widya, Slamet Achrody, Wawan Dedi, Vinda Hadianti, Rista Devi, Kurniati, Tri Putri, Rochmaniah, Adinda) atas bantuan, dukungan, doa dan keceriaan yang senantiasa berlimpah;

8. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Tempat dan Waktu 2

Bahan Alat Penelitian 2

Metode Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah prasarana pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu

tahun 2013 6

2 Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu

tahun 2013 7

3 Hasil uji ANOVA 12

4 Hasil uji koefisien regresi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Jumlah armada perikanan payang tahun 2009-2013 7

3 Jumlah nelayan payang tahun 2009-2013 8

4 Sebaran umur nelayan payang 8

5 Tingkat pendidikan nelayan payang 9

6 Tingkat urgensi pendidikan informal (pelatihan/kursus) 9

7 Kesehatan nelayan payang 10

8 Kemudahan nelayan payang mendapatkan pelayanan kesehatan 10

9 Tingkat biaya berobat nelayan payang 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Konstruksi alat tangkap payang di Palabuhanratu 18

2 Pemberian skor untuk skala likert 19

3 Regresi sederhana dengan menggunakan SPSS (Statistic Product

and Service Solution) 22.0 for windows 21

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan pusat aktivitas perikanan di Kabupaten Sukabumi. Armada penangkapan ikan di Palabuhanratu terdiri dari berbagai jenis seperti armada payang yang terus mengalami penurunan. Menurut data statistik PPN Palabuhanratu (2013), armada perikanan payang pada tahun 2009 berjumlah 75 unit dan pada tahun 2013 berjumlah 70 unit. Penurunan armada penangkapan payang diduga berdampak terhadap penurunan jumlah nelayan payang di Palabuhanratu.

Perikanan payang yang dioperasikan di Palabuhanratu umumnya berskala kecil, namun demikian setiap unit payang tersebut menyerap banyak tenaga kerja yaitu mencapai 15-25 orang (Saptaji 2005). Hal ini tentunya akan mempunyai permasalahan tersendiri sehingga mempengaruhi karakteristik sosial nelayan payang. Karakteristik sosial masyarakat nelayan ini dapat diukur melalui tingkat pendidikan nelayan, kondisi tempat tinggal, kondisi kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana penangkapan ikan dan tingkat penerapan teknologi (Herdian 2003).

Menurut Rambe (2004) pendidikan dan kesehatan merupakan bagian dari faktor sosial yang berpengaruh penting terhadap kesejahteraan nelayan. Sekian banyak masyarakat nelayan hanya sedikit yang dapat melanjutkan atau menamatkan sekolah lanjutan atas. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena pekerjaan sebagai nelayan seperti yang diungkapkan Karnadji (1989) umumnya tidak memperhatikan faktor-faktor pendidikan. Sebagian nelayan yang penting adalah fisik yang kuat untuk melakukan pekerjaan yang berat saat melaut. Sehubungan dengan hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Karakteristik Pendidikan dan Kesehatan Nelayan Payang di Palabuhanratu, Jawa Barat”.

Perumusan Masalah

Perikanan payang di Palabuhanratu dalam melakukan pengoperasian menyerap banyak tenaga kerja dengan jumlah ABK 15-25 orang. Namun dari tahun 2009-2013 armada payang terus mengalami penurunan produksi akibat sumberdaya ikan yang terus menurun. Ini memicu pertanyaan apakah dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap dalam satu kapal payang serta penurunan armada payang diduga akan mengurangi pendapatan nelayan payang yang diukur berdasarkan aspek pendidikan formal, pendidikan informal, serta kesehatan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi karakteristik sosial nelayan payang di Palabuhanratu yang diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal, pendidikan informal, serta kesehatan.

(14)

2

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1) Menambah khasanah ilmu dan wawasan bagi penulis tentang karakteristik sosial nelayan, khususnya nelayan payang; dan

2) Menyediakan informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang perikanan.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini bertempat di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2014. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Bahan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Kuesioner untuk nelayan

2. Kamera untuk dokumentasi

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Satuan kasus yang digunakan yaitu nelayan payang yang melakukan operasi penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

(15)

3 Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Aspek Pendidikan Formal a. Tingkat Pendidikan b. Urgensi Pendidikan c. Dana Pendidikan 2) Aspek Pendidikan Informal

a. Urgensi Pelatihan

Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, misalkan literatur, dokumen, laporan tahunan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, meliputi:

1) Jumlah kapal, alat tangkap, dan jumlah nelayan payang;

2) Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, jumlah sarana pendidikan serta kesehatan di Kabupaten Sukabumi.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang dipilih adalah non-probability sampling. Metode ini dipilih karena tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah convenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan teknik dimana elemen populasi dipilih berdasarkan kemudahan dan kesediaan untuk menjadi sampel (Simamora 2004). Prosedurnya semata-mata langsung menghubungi unit-unit penarikan sampel yang mudah dijumpai dan tersedia untuk dijadikan responden. Jumlah sampel yang digunakan adalah 35 orang sedangkan jumlah populasi nelayan payang di Palabuhanratu adalah 713 orang pada tahun 2013. Penentuan jumlah responden didasarkan pada pedoman penentuan sampel menurut Gaspersz (1992) yang menyebutkan bahwa ukuran sampel dapat diwakili oleh 5-10% dari jumlah populasi.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif serta analisis regresi linear sederhana.

1) Analisis deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memudahkan proses pengolahan dan analisis data baik kualitatif maupun kuantitatif. Analisis deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui melalui pengumpulan data dan selanjutnya menganalisis masalah yang ada sesuai dengan gambaran kondisi aktual yang telah dilakukan.

2) Analisis regresi sederhana

(16)

4

kesehatan. Sarwono (2011) menyatakan regresi sederhana berguna untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan variabel bebas. Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut :

dimana:

Y adalah variabel dependen (tak bebas) yaitu pendapatan

X adalah variabel Independen (bebas) yaitu tingkat pendidikan formal, urgensi pendidikan informal, tingkat kesehatan

a adalah penduga bagi intercept

b adalah penduga bagi koefisien regresi (β)

Koefisien Determinasi (R²)

Sarwono (2011) menyatakan koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel tergantung yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel bebas. Nilai R² berkisar antara 0-1, semakin mendekati 1 maka hubungan kedua variabel semakin kuat.

Hipotesis dan Tingkat Signifikansi (p)

Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu tingkat signifikansi atau probability of significancy (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval. Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat signifikansi mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1. Tingkat signifikansi adalah probabilitas melakukan kesalahan tipe I, yaitu kesalahan menolak hipotesis ketika hipotesis tersebut benar. Tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah < 0,05 (tingkat kepercayaan > 95%), yaitu tingkat dimana lebih dari 95% nilai sample akan mewakili nilai populasinya atau peluang salah menyatakan tidak mewakili kurang dari 5 %. Berkaitan dengan analisis pengaruh yang akan dilakukan dalam uji regresi, maka pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa jika hipotesis yang diusulkan (Sarwono 2011) :

1. Jika F hitung (Fo) > F tabel, maka H0 ditolak H1 diterima 2. Jika F hitung (Fo) < F tabel, maka H0 diterima H1 ditolak

Skala Likert

Skala jenis Likert merupakan sejumlah pernyataan yang bergradasi dari positif sampai dengan negatif, misalnya penting-tidak penting, sering-tidak sering, dan baik-tidak baik. Skala likert digunakan untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Persetujuan responden terhadap pernyataan positif (yang menyenangkan) diangap sama derajatnya dengan persetujuan responden terhadap pernyataan negatif (yang tidak menyenangkan) (Windiyani 2012). Pada kuesioner penelitian, responden diminta untuk menyatakan sikapnya terhadap ukuran kuantitatif dalam skala likert. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan empat skala yang diberi skor tertentu sesuai dengan tingkat skalanya. Variabel yang diukur untuk aspek pendidikan formal adalah tingkat pendidikan, untuk aspek

(17)

5 pendidikan informal adalah urgensi pelatihan, dan untuk aspek kesehatan adalah tingkat kesehatan. Rincian skor dan skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pendidikan

Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi. Secara geografis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6°57' LS-7°04' LS sedangkan secara administratif wilayah Palabuhanratu meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Simpenan. Kecamatan Palabuhanratu memiliki luas wilayah sebesar 7.580.591 ha, terbagi menjadi 10 desa, yaitu Palabuhanratu, Citepus, Citarik, Buniwangi, Cibodas, Cikadu, Tonjong, Pasirsuren, Jayati, dan Cimanggu. Batas-batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara administratif yaitu (Kecamatan Palabuhanratu 2013):

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Penduduk

(18)

6

sebagai nelayan di Kecamatan Palabuhanratu sebanyak 2.149 jiwa (Kecamatan Palabuhanratu 2014).

Pendidikan

Jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu sampai saat ini telah ada dari tingkat dasar sampai lanjutan atas. Jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Jumlah prasarana pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2013 No Sarana Pendidikan Jumlah (unit) Pengajar

(orang) Murid (orang)

1 Taman Kanak-kanak 5 15 500

2 SD

SD Negeri 33 231 6,873

Madrasah/Ibtidaiyah Negeri 12 72 3,487

SD Swasta Umum 1 7 200

3 SLTP

SLTP Negeri 3 65 1,114

Madrasah/Tsanawiyah Negeri 8 80 4,249

SLTP Swasta Umum 8 50 600

4 SMU

SMU Negeri 1 30 712

Madrasah/Aliyah Negeri 1 16 680

5 Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi Negeri 0 0 0

Perguruan Tinggi Swasta 5 15 130

Sumber : Kecamatan Palabuhanratu, 2013

Kesehatan

(19)

7 Tabel 2 Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2013

No Jenis Fasilitas Jumlah

1 Rumah Bersalin (unit) 2

Dokter Kebidanan (orang) 1 Dokter Kulit/Kelamin (orang) 0 Dokter Ahli Lainnya (orang) 1

5 Dukun Khitan/Sunat 1

6 Dukun Bayi 25

7 Apotik/Depot obat 5

Sumber : Kecamatan Palabuhanratu, 2013

Kondisi perikanan payang PPN Palabuhanratu

Armada Perikanan Payang

Armada perikanan payang di PPN Palabuhanratu mengalami perubahan jumlah di setiap tahunnya. Jumlah armada mengalami penurunan dari tahun 2009 sebanyak 75 unit menjadi 70 unit pada tahun 2013. Perkembangan armada perikanan payang di PPN Palabuhanratu tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Jumlah armada perikanan payang tahun 2009-2013

Nelayan Payang

Penurunan jumlah armada payang akan berdampak pada penurunan jumlah nelayan payang. Jumlah nelayan payang di PPN Palabuhanratu yang menggunakan perahu motor tempel menurun dari tahun 2009 sebanyak 1.138

(20)

-8

orang menjadi sebanyak 713 orang pada tahun 2013. Perkembangan jumlah nelayan payang di PPN Palabuhanratu tahun 2009-2013 secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Jumlah nelayan payang tahun 2009-2013

Karakteristik Sosial Nelayan Payang

Nelayan yang menjadi payang dalam penelitian ini adalah nelayan yang mengoperasikan alat penangkapan ikan payang di PPN Palabuhanratu. Berikut merupakan penjelasan lebih rinci mengenai karakteristik sosial nelayan payang: 1) Umur

Umur nelayan payang dikelompokkan menjadi lima kelompok umur, yaitu umur kurang dari 30 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun dan diatas 45 tahun. Menurut BPS (2003), umur produktif manusia adalah umur 15-64 tahun. Berdasarkan Tabel 6, semua nelayan payang termasuk dalam umur produktif. Umur tertua nelayan payang yaitu 64 tahun, sedangkan umur termuda yaitu 18 tahun. Sebaran nelayan payang berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Sebaran umur nelayan payang 2) Tingkat pendidikan formal

(21)

9

Gambar 5 Tingkat pendidikan nelayan payang 3) Tingkat pendidikan informal (pelatihan/kursus)

Sebanyak 4 nelayan payang (11,43%) menyatakan bahwa pelatihan/kursus sangat penting untuk dilaksanakan. Sebanyak 9 nelayan payang (25,71%) menyatakan pelatihan/kursus penting untuk dilaksanakan, 7 nelayan payang (20,00%) menyatakan pelatihan/kursus cukup penting untuk dilaksanakan, dan sebanyak 15 nelayan payang (42,86%) menyatakan pelatihan/kursus tidak penting untuk dilaksanakan. Semua nelayan payang menyatakan bahwa tidak pernah mengikuti kursus yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai nelayan. Tingkat urgensi pendidikan informal (pelatihan/kursus) secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Tingkat urgensi pendidikan informal (pelatihan/kursus) 4) Kesehatan

Kesehatan nelayan payang dapat dilihat sebanyak 4 nelayan payang (11,43%) menyatakan bahwa sering mengalami gangguan kesehatan. Sebanyak 8 nelayan payang (22,86%) menyatakan kadang-kadang mengalami gangguan kesehatan, 20 nelayan payang (57,14%) menyatakan jarang mengalami masalah kesehatan, dan sebanyak 3 nelayan payang (8,57%) menyatakan tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Selengkapnya mengenai indikator kesehatan dapat dilihat pada Gambar 7.

0

Sangat penting Penting Cukup penting Tidak penting

(22)

10

Gambar 7 Kesehatan nelayan payang 5) Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan meliputi jarak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, serta biaya berobat. Sebanyak 5 nelayan payang (14,29%) menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal lebih dari 5 km. Sebanyak 12 nelayan payang (34,29%) menyatakan bahwa jarak terdekat ke tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal adalah antara 3 sampai 5 km dan sebanyak 18 nelayan payang (51,43%) menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggalnya kurang dari 3 km. Kemudahan anggota rumah tangga dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 8.

Sebanyak 4 nelayan payang (11,43%) menyatakan bahwa biaya berobat sangat mahal, sebanyak 9 nelayan payang (25,71%) menyatakan biaya berobat mahal, sebanyak 7 nelayan payang (20,00%) menyatakan biaya berobat cukup mahal sedangkan sisanya (42,86%) menyatakan sudah terjangkau. Tingkat biaya berobat nelayan payang dapat dilihat pada Gambar 9

(23)

11

Gambar 9 Tingkat biaya berobat nelayan payang

Pengaruh Karakteristik Pendidikan dan Kesehatan Nelayan terhadap Kegiatan Perikanan Payang

Pengaruh karakteristik pendidikan dan kesehatan nelayan terhadap kegiatan perikanan payang akan dilihat berdasarkan aspek pendidikan formal yang terdiri dari tingkat pendidikan, pendidikan informal yang terdiri dari urgensi pelatihan, dan aspek kesehatan yang terdiri dari tingkat kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pendidikan dan kesehatan nelayan ditentukan dengan menggunakan metode regresi sederhana. Dalam analisis regresi sederhana hal-hal penting yang perlu diketahui adalah menentukan nilai R Square terkait dengan model yang di dapat, hasil uji ANOVA, dan pengaruh variabel-variabel yang terkait dengan aspek sosial terhadap kegiatan perikanan payang. Berdasarkan model regresi tersebut didapatkan persamaan pengaruh karakteristik sosial nelayan terhadap kegiatan perikanan payang adalah sebagai berikut:

Persamaan Regresi : Y = a + bX

Y = 1,420 + 0,196 X1 + 0,109 X2 + 0,164 X3 Keterangan :

Y : Pendapatan

X1 : Tingkat Pendidikan X2 : Urgensi Pelatihan X3 : Tingkat Kesehatan

Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa peningkatan tingkat pendidikan sebesar 1 level (misal dari SD ke SMP) akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar 0,196 juta (Rp 196.000), peningkatan urgensi pelatihan sebesar 1 level (misal dari tidak penting menjadi cukup penting) akan meningkatkan pendapatan nelayan sebesar 0,109 juta, dan peningkatan tingkat kesehatan sebesar 1 level (misal dari sering sakit menjadi kadang-kadang sakit) akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 164.000. Model tersebut mempunyai nilai R Square sebesar 0,709. Besarnya angka koefisien determinasi 0,709 atau sama dengan 70,9%. Angka tersebut berarti bahwa variabel terkait karakteristik pendidikan dan kesehatan yang digunakan dapat menjelaskan 70,9% intensif

(24)

12

tidaknya kegiatan perikanan payang diukur dari pendapatan yang didapatkan dari kegiatan melaut sedangkan sisanya, yaitu 29,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan hasil uji ANOVA, model tersebut dianggap valid atau dapat digunakan karena menghasilkan tingkat signifikansi (angka probabilitas) sebesar 0,000. Karena angka probabilitas 0,000 < 0,05 maka model regresi ini dianggap membawa dampak pengaruh yang nyata atau sudah layak digunakan. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai F hitung sebesar 25,142 dan nilai F tabel sebesar 3,294. Karena nilai F hitung > F tabel (25,142 > 3,294) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya jumlah pendapatan berpengaruh terhadap pendidikan formal, pendidikan informal, dan kesehatan. Hasil uji Anova secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil uji ANOVA Hasil uji ANOVA

Sig 0,000

F Hitung 25,142

F Tabel 3,294

Adapun pengaruh setiap variabel pendidikan dan kesehatan nelayan yang digunakan terhadap perikanan payang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh konstanta regresi sebesar 1,420 yang artinya besarnya tingkat pendapatan saat nilai X (tingkat pendidikan, urgensi pelatihan, dan tingkat kesehatan) konstan. Pada tabel tingkat signifikansi tingkat pendidikan nelayan berpengaruh positif terhadap kegiatan perikanan payang yaitu dengan koefisien 0,196, pengaruh tersebut bersifat signifikan karena mempunyai nilai sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa naik turunnya tingkat pendidikan nelayan akan terasa dampaknya secara nyata terhadap pendapatan yang didapatkan oleh nelayan. Hal yang sama terjadi pada urgensi pelatihan yang memiliki pengaruh positif dengan koefisien sebesar 0,109 dan angka probabilitas yaitu 0,010. Tingkat kesehatan memiliki koefisien regresi positif yaitu 0,164 dengan tingkat signifikansi 0,002. Ketika tingkat kesehatan nelayan meningkat maka pendapatan nelayan cenderung akan meningkat. Hasil uji koefisien regresi secara rinci dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 4 Hasil uji koefisien regresi Hasil uji koefisien regresi

Konstanta regresi 1,420

Model Koefisien regresi Sig

Tingkat pendidikan 0,196 0,000

Urgensi pelatihan 0,109 0,010

(25)

13

Pembahasan

Menurut Badan Standardisasi Nasional (2005), payang merupakan salah satu pukat tarik yang pengoperasiannya menggunakan satu kapal. Menurut SNI yang dikeluarkan oleh BSN tersebut, payang memiliki beberapa bagian, diantaranya sayap atau kaki jaring (wing) yang terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing), medan jaring bawah (bosoom), badan jaring (body), kantong jaring (cod end), tali ris atas (head rope), tali ris bawah (ground rope), dan tali selambar (warp rope). Konstruksi alat tangkap payang di Palabuhanratu secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1. Armada payang di Palabuhanratu merupakan armada yang penggunaannya terus menurun selama 5 tahun terakhir mulai dari tahun 2009-2013. Pada tahun 2009 jumlah armada payang yaitu 75 unit dan pada tahun 2013 yaitu 70 unit. Penurunan armada ini juga diimbangi dengan penurunan jumlah nelayan payang. Pada tahun 2009 jumlah nelayan payang Palabuhanratu adalah 1.138 nelayan dan pada tahun 2013 menurun menjadi 713 nelayan (PPN Palabuhanratu 2013). Menurut nelayan Palabuhanratu penurunan penggunaan alat tangkap payang disebabkan oleh meningkatnya jumlah unit penangkapan yang menggunakan rumpon, sehingga meningkat pula usaha dalam memperoleh hasil tangkapan sementara sumberdaya ikan tetap terbatas. Berdasarkan data umur nelayan payang, semua nelayan payang Palabuhanratu termasuk dalam umur produktif manusia. Sebanyak 37% nelayan payang berumur <30 tahun artinya perikanan payang masih menguntungkan untuk perkembangan perikanan payang dan regenerasi perikanan payang masih dapat dilanjutkan.

Pendidikan merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan perkembangan dan kemajuan dari suatu usaha yang dikembangkan oleh nelayan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka akan semakin besar pengaruh teknologi dalam pengembangan usaha (Primyastanto et al. 2012). Tingkat pendidikan formal nelayan payang Palabuhanratu rata-rata hanya hingga SD (Sekolah Dasar). Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan sudah terjadi peningkatan karena lebih banyak yang dapat bersekolah dibanding yang tidak bersekolah walaupun masih belum ideal. Pemerintah sudah memiliki program wajib belajar 9 tahun sehingga akan lebih ideal apabila nelayan menempuh pendidikan sampai jenjang SMP. Hal ini serupa dengan penelitian nelayan payang di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Jawa Timur yang memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah karena sebagian besar tidak tamat SD (Rachman et al. 2013) serta penelitian nelayan payang di Selat Madura, Jawa Timur yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan formal hanya sampai SD (Primyastanto et al. 2012).

(26)

14

dari orang tua bagi anak laki-laki untuk ikut melaut. Sebagian besar nelayan payang memiliki persepsi bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini membuktikan pola pikir nelayan payang di Palabuhanratu sudah cukup berkembang. Tetapi hanya sedikit nelayan payang yang menyisihkan pendapatannya (menabung) untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang tak menentu serta kebutuhan rumah tangga yang cukup banyak.

Perikanan payang merupakan sebuah unit penangkapan tradisional yang operasionalnya bertumpu pada keadaan cuaca dalam mendapatkan sumberdaya ikan secara optimal. Pada saat tidak melakukan operasional sebenarnya dapat diisi dengan berbagai kegiatan bermanfaat dan dapat memberikan penghasilan tambahan bagi nelayan melalui adanya pelatihan/kursus. Menurut nelayan payang Palabuhanratu pelatihan/kursus tidak penting untuk diadakan dan nelayan payang Palabuhanratu tidak pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan sebagai salah satu instansi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kualitas sumberdaya manusia kelautan dan perikanan. Hal tersebut dikarenakan belum ada pelatihan untuk nelayan payang yang diadakan oleh pihak tersebut. Sebagian besar nelayan payang Palabuhanratu menganggap pengalaman (lama sebagai nelayan) secara langsung maupun tidak, memberi pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan pendapatan yang diperoleh (Agunggunanto 2011). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Tata Operasional PPN Palabuhanratu selama tahun 2013 hanya terdapat pelatihan Cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) pada bulan April 2013. Namun pelatihan ini hanya untuk kapal-kapal yang berukuran besar seperti kapal-kapal tuna longline, selain itu pihak PPN Palabuhanratu mengatakan tidak ada pelatihan yang bersifat rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Salah satu indikator untuk mengukur karakteristik sosial hidup seseorang adalah dengan melihat kondisi kesehatan yang dimiliki. Sarana kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu sudah dapat dikatakan cukup memadai. Nelayan payang Palabuhanratu umumnya jarang mengalami kondisi badan yang tidak sehat. Penyakit yang biasanya diderita adalah sakit kepala, batuk, dan influenza. Sebagian besar nelayan payang Palabuhanratu akan memilih untuk pergi berobat ke puskesmas karena jaraknya yang cukup dekat (<3 km) dengan rumah nelayan dan biaya yang dikeluarkan relatif murah (<Rp. 25.000). Pengaruh karakteristik pendidikan dan kesehatan nelayan terhadap kegiatan perikanan payang akan dilihat berdasarkan aspek pendidikan formal yang terdiri dari tingkat pendidikan, pendidikan informal yang terdiri dari urgensi pelatihan, dan aspek kesehatan yang terdiri dari tingkat kesehatan. Penilaian tingkat pendidikan, urgensi pendidikan, dan tingkat kesehatan dilakukan dengan pemberian skor sesuai dengan tingkat skalanya berdasarkan skala likert (Lampiran 2).

(27)

15 variabel tergantung, besarnya R Square berkisar 0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R Square, maka hubungan kedua variabel semakin lemah begitu juga sebaliknya (Sarwono 2011). Nilai R Square yang didapatkan ialah sebesar 0,709 atau sama dengan 70,9%. Hal ini berarti besarnya pengaruh tingkat pendapatan terhadap pendidikan formal, pendidikan informal, dan kesehatan ialah sebesar 70,9% sedang sisanya 29,1% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model regresi ini. Faktor lain di luar model regresi yang dapat mempengaruhi karakteristik sosial nelayan payang seperti kondisi tempat tinggal, ketersediaan sarana dan prasarana penangkapan ikan, serta tingkat penerapan teknologi (Herdian 2003).

Pada tabel hasil uji ANOVA menunjukan besarnya angka probabilitas atau signifikansi pada perhitungan ANOVA yang digunakan untuk uji kelayakan model regresi dengan ketentuan angka probabilitas yang baik digunakan sebagai model ialah harus lebih kecil dari 0,05 (Sarwono 2011). Angka tingkat signifikansi (angka probabilitas) yang didapatkan sebesar 0,000 yang artinya model regresi ini sudah layak untuk digunakan untuk memprediksi tingkat pendapatan. Untuk menguji apakah benar variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung maka dapat menggunakan angka F keluaran tabel ANOVA dengan menggunakan hipotesis. Hipotesis yang digunakan berbunyi H0 merupakan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel tergantung, dan H1 merupakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tergantung (Sarwono 2011). Dari hasi pengujian didapatkan nilai F hitung > F tabel (25,142 > 3,294) maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya jumlah pendapatan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan, urgensi pelatihan, dan tingkat kesehatan.

(28)

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah: 1) Karakteristik sosial nelayan payang dilihat dari pendidikan formal

menunjukkan bahwa sebagian besar masih memiliki pendidikan yang rendah yaitu Sekolah Dasar (51,43%), berdasarkan pendidikan informal nelayan payang menganggap pelatihan tidak penting untuk dilaksanakan (42,86%), dan berdasarkan kesehatan umumnya nelayan payang jarang mengalami kondisi tidak sehat (57,14%), memiliki akses yang cukup dekat (<3km) dengan pelayanan kesehatan (51,43%), serta menganggap biaya berobat sudah terjangkau (42,86%).

2) Semua faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik sosial mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap perikanan payang yaitu tingkat pendidikan (KR = 0,196, sig = 0,000), urgensi pelatihan (KR = 0,109, sig = 0,010), dan tingkat kesehatan (KR = 0,164).

Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah perlu adanya sosialisasi pentingnya pelatihan/kursus bagi nelayan serta mendorong pemerintah secara lebih intensif supaya memberlakukan wajib belajar 9 tahun bagi anak-anak nelayan.

DAFTAR PUSTAKA

Agunggunanto Y. E. 2011. Analisis Kemiskinan dan Pendapatan Keluiarga Nelayan Kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Indonesia. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Semarang : Universitas Diponegoro.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta (ID) : Biro Pusat Statistik. 230 hlm.

Gaspersz V. 1992. Analisis Sistem Terapan : Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Bandung : Tarsito.

Herdian D. 2003. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Pola Hubungan Patron-Klien Masyarakat Nelayan. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Karnadji D. 1989. Pergeseran Tenaga Kerja Nelayan ke Sektor Industri. Jurusan

Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Kecamatan Palabuhanratu. 2013. Monografi Kecamatan Palabuhanratu Tahun

2013. Kecamatan Palabuhanratu : Sukabumi.

(29)

17 Primyastanto M, Soemarno, Efani A, Muhammad S. Kajian Ekonomi. Rumah Tangga Nelayan Payang di Selat Madura, Jawa Timur. Jurnal Pesisir dan Lautan. Vol 15 No 2 : 12-19.

Rambe A. 2004. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Pasca Sarajana, Institut Pertanian Bogor. Rachman S, Purwanti P, Primyastanto M. 2013. Analisis Faktor Produksi dan Kelayakan Usaha Alat Tangkap Payang di Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal ECSOFiM. Vol 1 No 1 : 69-81.

Saptaji T. 2005. Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Unit Penangkapan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sarwono J. 2011. Mengenal SPSS Statistik 20 Aplikasi untuk Riset Eksperimental. Jakarta : Kompas Gramedia.

Simamora B. 2004. Riset Pemasaran Falsafah. Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. SNI-01-7092-2005. Bentuk baku konstruksi pukat kantong payang berbadan jaring pendek. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional. 5 hal.

Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Trend Nelayan di Kabupaten Langkat. Tesis (tidak dipublikasikan). Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Wahyudi D. P. 2010. Pola Adaptasi Nelayan terhadap Perubahan Iklim dan Cuaca pada Perikanan Payang di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

(30)

18

Lampiran 1 Konstruksi alat tangkap payang di Palabuhanratu

Keterangan

1) Kantong 5) Tali ris bawah 2) Badan jaring 6) Tali selambar 3) Sayap 7) Pelampung bambu 4) Tali ris atas 8) pemberat

(31)

19 Lampiran 2 Pemberian skor untuk skala likert

Pendapatan (Juta)

Tingkat

Pendidikan Urgensi Pelatihan Tingkat Kesehatan

(32)

20

Keterangan :

a. Tingkat pendidikan Nilai = 4 SMA Nilai = 3 SMP Nilai = 2 SD

Nilai = 1 Tidak sekolah b. Urgensi pelatihan Nilai = 4 Sangat penting Nilai = 3 Penting

Nilai = 2 Cukup penting Nilai = 1 Tidak penting

c. Tingkat kesehatan

Nilai = 4 Tidak pernah sakit Nilai = 3 Jarang sakit

(33)

21 Lampiran 3 Regresi sederhana dengan menggunakan SPSS (Statistic Product and Service Solution) 22.0 for windows.

Regression

b. All requested variables entered.

ANOVAa

b. Predictors: (Constant), tingkat_kesehatan, urgensi_pelatihan, tingkat_pendidikan Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), tingkat_kesehatan, urgensi_pelatihan, tingkat_pendidikan

(34)

22

Case Number Std. Residual pendapatan Predicted Value Residual

(35)

23

28 ,153 2,50 2,4670 ,03302

29 ,153 2,50 2,4670 ,03302

30 ,153 2,50 2,4670 ,03302

31 -,103 3,00 3,0223 -,02231

32 -,103 3,00 3,0223 -,02231

33 -,103 3,00 3,0223 -,02231

34 -,103 3,00 3,0223 -,02231

35 -,103 3,00 3,0223 -,02231

a. Dependent Variable: pendapatan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2,0529 3,2958 2,5286 ,32191 35

Residual -,46698 ,42376 ,00000 ,20638 35

Std. Predicted Value -1,478 2,383 ,000 1,000 35

Std. Residual -2,161 1,961 ,000 ,955 35

(36)

24

Lampiran 4 Kegiatan perikanan payang di Palabuhanratu

(37)

25

(38)
(39)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 24 Juni 1994 dari ayah Robby Ginting dan ibu Wayan Suci Asih. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Tangerang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Jumlah prasarana pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2013
Tabel 2 Jumlah fasilitas kesehatan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2013
Gambar 3 Jumlah nelayan payang tahun 2009-2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terlihat rata-rata dari potensi bahaya mengarah pada kecelakaan pribadi seperti tangan terluka, tersandung, tergelincir dan yang lainnya merupakan bahaya yang diakibatkan

Pada aktivitas kelompok operasi, peralatan dan bahan yang digunakan pada saat persiapan pengoperasian alat tangkap ( setting ) yaitu pelampung yang terbuat dari ban dalam truk,

Skripsi ini berjudul “ Kajian Fasilitas dan Produksi Hasil Tangkapan dalam Menunjang Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat”

Pengambilan data sekunder dilakukan juga di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2010 meliputi data produksi

Terlihat rata-rata dari potensi bahaya mengarah pada kecelakaan pribadi seperti tangan terluka, tersandung, tergelincir dan yang lainnya merupakan bahaya yang diakibatkan

Oleh karena itu, dalam perumusan kebijaksanaan pengelolaan kawasan Teluk Palabuhanratu ini, aspek utama dari arahan kebijakan pembangunan wilayah pesisir lebih ditekankan pada

Modal yang diperlukan dalam usaha perikanan dengan menggunakan jaring payang dan cantrang di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tawang adalah kapal, mesin,

Sebagai salah satu syarat untuk lnemperoleh Gelar Sasjana pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan