• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ASUPAN GIZI, STATUS GIZI, KEBUGARAN FISIK, DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 JATI DAN

SMP NEGERI 2 UNDAAN KUDUS

TIFFANY NISA ARVIYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Tiffany Nisa Arviyani

(4)
(5)

ABSTRAK

TIFFANY NISA ARVIYANI. Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI dan YAYAT HERYATNO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, dan prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus. Desain yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah contoh sebanyak 73 siswa SMP N 1 Jati dan 72 siswa SMP N 2 Undaan. Tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat kecukupan protein (rs=0.231;p=0.049) di perkotaan. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kecukupan vitamin C (rs=0.253,0.243; p=0.032,0.040) dan tingkat pendapatan orang tua dengan tingkat kecukupan vitamin C (rs=−0.241;p=0.041) di perdesaan. Terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar (rs= 0.383;p=0.001) di perkotaan, serta terdapat hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar (rs=0.612;p=0.000) di perdesaan.

Kata kunci: asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, prestasi belajar, remaja ABSTRACT

TIFFANY NISA ARVIYANI. Nutrient Intake, Nutritional Status, Physical Fitness, and Academic Achievement of SMP N 1 Jati and SMP N 2 Undaan Kudus Students. Supervised by IKEU EKAYANTI and YAYAT HERYATNO.

This study aims to analyze the nutrient intake, nutritional status, physical fitness, and academic achievement of SMP N 1 Jati and SMP N 2 Undaan Kudus students. The design used a cross sectional study, sample of this study was 73 students of SMP N 1 Jati and 72 students of SMP N 2 Undaan. There wasn’t a correlation between pocket money with energy and nutrient adequacy in urban and rural, except protein adequacy (rs=0.231;p=0.049) in urban. There wasn’t a correlation between parental education and parental income with energy and nutrient adequacy in urban and rural, except parental education and vitamin C adequacy (rs=0.253,0.243; p=0.032,0.040) in rural, parental income and vitamin C adequacy (rs=−0.241;p=0.041) in rural. There was a correlation between nutritional status and academic achievement in urban (rs= 0.383;p=0.001), and there was a correlation between learning activities and academic achievement in rural (rs=0.612;p=0.000).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

ASUPAN GIZI, STATUS GIZI, KEBUGARAN FISIK, DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 1 JATI DAN

SMP NEGERI 2 UNDAAN KUDUS

TIFFANY NISA ARVIYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus

Nama : Tiffany Nisa Arviyani NIM : I14100094

Disetujui oleh

Dr Ir Ikeu Ekayanti, MKes Pembimbing I

Yayat Heryatno, SP, MPS Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Asupan Gizi, Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Prestasi Belajar Siswa SMP N 1 Jati dan SMP N 2 Undaan Kudus” dapat diselesaikan dengan baik. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr Ir Ikeu Ekayanti, M Kes selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta dorongan kepada penulis.

2. Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS selaku pembimbing skripsi kedua sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta dorongan kepada penulis.

3. Ibu Reisi Nurdiani, SP, M Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Seluruh guru, karyawan, dan siswa SMP N 1 Jati dan SMP N 2 Undaan atas keramahan, kesediaan, dan kerjasamanya dalam membantu kelancaran penelitian.

5. Ayah (Arinandom), ibu (Evi Eristyani), adik (Naufal Angga Arviyan dan Athallah Ghani Arviyan), dan seluruh keluarga atas doa, dukungan, perhatian, dan kasih sayangnya.

6. Afifah, Artika Anjelita, Naritha, Dewi Maharani, Yuke Liza, Milda, Winda, dan Fadli atas dukungan dan bantuannya selama penelitian.

7. Siti Khoirul Umami, Ega Suryadiana, Karera Aryatika, Sakinah Ulfiyanti, Hayu Ning Dewi, Dini Suciyanti, Nur Susan, Almira Nuraelah, Imelda Saputri, Asri Lestari, dan teman-teman Gizi Masyarakat 47 atas doa, dukungan, dan kebersamaannya.

8. Lupita Ade, Ami Oktaviani, Sartika Widowati, Putri Nurgandini, Asnidar Reni, Esya Shadrina, Rina Nurfitriani, Yudhistira Saraswati, Dwi Izmi Handayani, Indah Fajar Wati, Gebyar Trisula, Sakinah Siregar, dan teman-teman KKB-MK atas doa, dukungan, dan kebersamaannya dalam suka dan duka.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis sadar bahwa tulisan dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran maupun kritik yang bersifat membangun penulis harapkan dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE 6

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 6

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 7

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Karakteristik Siswa 11

Karakteristik Keluarga 12

Asupan Gizi 14

Status Gizi 15

Kebugaran Fisik 16

Aktivitas Belajar 17

Prestasi Belajar 18

Hubungan Karakteristik Siswa dan Keluarga dengan Asupan Gizi 18 Hubungan Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Aktivitas Belajar dengan Prestasi

Belajar 19

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 31

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder 7

2 Kategori variabel penelitian 8

3 Angka kecukupan gizi (AKG 2013) 9

(14)

6 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga 13 7 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi siswa (per kapita/ hari) 14

8 Sebaran siswa berdasarkan status gizi 16

9 Sebaran siswa berdasarkan tingkat kebugaran fisik 16

10 Sebaran siswa berdasarkan aktivitas belajar 17

11 Sebaran siswa berdasarkan prestasi belajar 18

12 Hasil uji korelasi karakteristik siswa dan keluarga dengan asupan gizi

pada SMP 1 Jati 29

13 Hasil uji korelasi status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar

dengan prestasi belajar pada SMP 1 Jati 29

14 Hasil uji korelasi karakteristik siswa dan keluarga dengan asupan gizi

pada SMP 2 Undaan 29

15 Hasil uji korelasi status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar

dengan prestasi belajar pada SMP 2 Undaan 30

16 Hasil uji chi-square 30

17 Hasil uji beda independent sample t-test 30

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan kerangka pemikiran 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 25

2 Hasil uji korelasi rank spearman dan chi-square 29

(15)
(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Gizi dan kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena seseorang tidak dapat mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila tidak memiliki status gizi dan kesehatan yang optimal (Depkes RI 2001). Upaya peningkatan gizi dan kesehatan perlu dilakukan, salah satunya melalui konsumsi pangan yang bergizi. Menurut As-Sayyid (2006), makanan seimbang dipandang sebagai faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa dan kemampuannya untuk menghasilkan produktivitas dan aktivitas yang bermanfaat.

Remaja merupakan salah satu sumber daya manusia yang harus diperhatikan, karena remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki peranan penting dalam pembangunan nasional di masa yang akan datang. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) termasuk pada usia remaja. Remaja yang berkualitas dicirikan sebagai manusia yang cerdas, produktif, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas sekolahnya, salah satu cara mewujudkannya dengan memenuhi kebutuhan gizinya. Menurut Almatsier et al. (2011), masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang lebih cepat dan sangat aktif (adolescence growth spurt)

dibandingkan masa anak-anak. Peningkatan pertumbuhan ini diikuti dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan umumnya juga terjadi pada masa ini. Selain itu, ada beberapa remaja yang memiliki kebiasaan aktif berolahraga, diet secara berlebihan, dan konsumsi alkohol. Oleh karena itu, remaja memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Elnovriza (2008) menyatakan bahwa kekurangan zat gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktivitas remaja di sekolah seperti, lesu, mudah lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi belajar di sekolah.

Kebugaran fisik adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, sehingga masih dapat menikmati waktu luang (Suharjana 2004). Kebugaran fisik sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, tetapi nilai kebugaran setiap orang berbeda-beda sesuai dengan tugas atau profesinya. Remaja memerlukan kebugaran fisik yang baik agar dapat melakukan berbagai aktivitas belajar di sekolah dan di luar sekolah. Kebugaran fisik yang baik dapat meningkatkan kemampuan belajar, sehingga remaja dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

(18)

2

tua, besar keluarga, dan besarnya perhatian orang tua pada sekolah anak-anaknya (Hanum 1993). Menurut Thoha (2006), prestasi belajar dipengaruhi oleh aktivitas tidur, aktivitas belajar, pola konsumsi pangan, dan asupan zat gizi.

Berdasarkan uraian pernyataan di atas terkait pentingnya asupan gizi, status gizi, dan kebugaran fisik dalam upaya peningkatan prestasi belajar, serta banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, dan prestasi belajar siswa SMP di Kabupaten Kudus.

Perumusan Masalah

Remaja memerlukan asupan zat gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan remaja yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sementara, kebiasaan makan remaja yang tidak sehat, seperti mengonsumsi

junk food, melewatkan sarapan, dan melakukan diet yang salah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangannya, serta berdampak pada status gizi yang kurang atau lebih. Kekurangan zat gizi pada masa remaja dapat menurunkan kemampuan belajar yang berdampak pada penurunan prestasi belajar. Kebugaran fisik juga diperlukan remaja agar dapat melakukan berbagai aktivitas belajar di sekolah dan di luar sekolah. Remaja yang tidak bugar akan sulit menerima pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah (les dan ekstrakurikuler), karena konsentrasi belajarnya menurun. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik dan prestasi belajar siswa SMP. Siswa SMP di perdesaan berbeda karakteristiknya dengan siswa SMP di perkotaan. Selain itu, terdapat pula perbedaan akses dan fasilitas, sehingga asupan gizi, status gizi, dan kebugaran fisiknya juga berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini akan menampilkan SMP Negeri di daerah perkotaan dan perdesaan Kabupaten Kudus.

Tujuan Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, dan prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Jati dan SMP Negeri 2 Undaan Kudus.

Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:

1. Mengidentifikasi karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang saku) dan karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua).

2. Menilai asupan gizi, status gizi, dan kebugaran fisik, aktivitas belajar, dan prestasi belajar siswa.

(19)

3 4. Menganalisis hubungan status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar

dengan prestasi belajar siswa.

Hipotesis Hipotesis penelitian ini, antara lain:

1. Ada hubungan antara uang saku dan karakteristik keluarga (pendidikan dan pendapatan orang tua) dengan asupan gizi.

2. Ada hubungan antara status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu gizi mengenai asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, dan prestasi belajar siswa SMP di perkotaan dan perdesaan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat mengenai asupan gizi, status gizi, kebugaran fisik, dan prestasi belajar siswa SMP di perkotaan dan perdesaan Kabupaten Kudus. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan untuk kebijakan dan program pemerintah untuk remaja SMP, seperti program pendidikan gizi dan kesehatan di sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar siswa di sekolah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi intelegensi, motivasi, minat, dan sikap. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi lingkungan rumah dan sekolah. Selain itu, prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas belajar (kebiasaan belajar, frekuensi les dan ekstrakurikuler). Prestasi belajar dipengaruhi oleh aktivitas tidur, aktivitas belajar, pola konsumsi pangan, dan asupan zat gizi (Thoha 2006). Disamping itu, kebugaran fisik juga diperlukan untuk prestasi belajar siswa yang baik.

(20)

4

obesitas atau status gizi lebih pada anak juga memiliki efek tidak langsung terhadap penurunan fungsi kognitif akibat dari dampak penyakit yang diderita anak obesitas (diabetes, obstructive sleep apnea syndrome, masalah repirasi), masalah psikososial (rendah diri, mengisolasi diri, dan depresi), dan kematangan sosial (Datar et al. 2004).

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologisnya terhadap keadaaan lingkungan dan atau terhadap tugas fisik yang memerlukan kerja otak yang cukup efisien, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan, dan telah memperoleh pemulihan yang sempurna sebelum datang tugas-tugas pada hari lain (Nurhasan & Cholil 2007). Kebugaran fisik siswa dapat meningkatkan kemampuan belajarnya, sehingga siswa memiliki prestasi belajar yang memuaskan. Siswa yang memiliki tubuh yang bugar dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah dan di luar sekolah lebih baik, karena siswa tidak mudah lelah dan mengantuk (Zaeni & Subiono 2011). Menurut Lay (2013), kebugaran fisik merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya konsentrasi belajar, sehingga membawa dampak pada peningkatan prestasi belajar. Status gizi dan kebugaran fisik siswa yang baik dapat diperoleh dengan memperhatikan asupan gizinya.

Asupan gizi yang kurang menjadikan status gizi siswa menjadi buruk, sehingga tidak akan mempunyai cukup energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Rismayanthi 2012). Asupan gizi siswa dapat dipengaruhi oleh karakteristik siswa itu sendiri, karena kebutuhan gizi setiap siswa berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin, dan kondisi fisiologisnya. Pemilihan makanan tiap remaja juga berbeda-beda, terutama antara remaja perempuan dengan remaja laki-laki. Remaja perempuan cenderung membatasi konsumsi pangannya untuk menjaga penampilan. Selain itu, perbedaan dalam memilih makanan antar individu juga dapat disebabkan adanya perbedaan jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada remaja.

(21)

5

Keterangan :

Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti :

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran Asupan

Gizi

Kebugaran Fisik Status Gizi

Prestasi Belajar Faktor Internal:

Intelegensi Motivasi Minat Sikap

Faktor Eksternal: Lingkungan rumah Lingkungan sekolah Aktivitas Belajar:

Kebiasaan belajar Frekuensi les Frekuensi ekstrakurikuler Karakteristik Siswa:

Usia

Jenis kelamin Uang saku

(22)

6

METODE

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jati yang mewakili daerah perkotaan dan SMP Negeri 2 Undaan yang mewakili daerah perdesaan Kabupaten Kudus. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan alasan masing-masing sekolah mewakili daerah perkotaan dan perdesaan. Selain itu, kemudahan akses dan komunikasi peneliti dengan kedua sekolah juga menjadi pertimbangan lainnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2014.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 8 pada kedua sekolah yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Pertimbangan memilih siswa kelas 8, karena siswa kelas tersebut telah mengikuti pendidikan dalam kondisi yang stabil dan telah beradaptasi dengan lingkungan sekolah, siswa kelas 7 tidak dipilih dengan alasan masih membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan siswa kelas 9 telah sibuk mempersiapkan kegiatan Ujian Nasional (UN). Selain itu, kriteria contoh yang lain diantaranya, siswa laki-laki dan perempuan, sehat atau tidak memiliki penyakit apapun, serta bersedia mengisi kuesioner penelitian dan mengikuti tahap-tahap penelitian sampai selesai.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 533 siswa yang terdiri atas 257 siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Jati dan 276 siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Undaan. Contoh penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

dimana,

N = populasi siswa n = jumlah siswa e = presisi (0.1)

Jumlah contoh penelitian yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas yaitu 73 siswa dari SMP Negeri 1 Jati dan 72 siswa SMP Negeri 2 Undaan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(23)

7 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder

No Variabel Indikator 3. Asupan gizi Daily food recall selama 2

hari

4. Status gizi BB dan TB Pengukuran

langsung

(24)

8

Tabel 2 Kategori variabel penelitian

No Variabel Kategori Keterangan

1. Usia 1. Remaja awal (10 13 tahun) 2. Remaja tengah (14 16 tahun) 3. Remaja akhir (17 19 tahun)

Depkes (2005)

1. Defisit Berat (<70% kebutuhan) 2. Defisit Sedang (70 79% kebutuhan) 3. Defisit Ringan (80 89% kebutuhan) 4. Normal (90 119% kebutuhan) 5. Kelebihan (≥120% kebutuhan)

(25)

9 Asupan Gizi. Data konsumsi pangan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan metode daily food recall selama 2 hari, dikonversi beratnya dalam gram, kemudian dihitung kandungan gizinya menggunakan rumus menurut Hardinsyah & Briawan (1994) sebagai berikut:

KGij = (Bij/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij = konsumsi zat gizi i dari bahan makanan j dengan berat B gram Bj = berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij = kandungan zat gizi I dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj = persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD)

Konsumsi zat gizi yang telah diketahui selanjutnya digunakan untuk menghitung Tingkat Kecukupan Gizi (TKG), dengan terlebih dahulu menghitung Angka Kecukupan Gizi (AKG) menggunakan koreksi berat badan untuk energi dan protein, rumusnya sebagai berikut.

AKG = ( x Zat gizi yang dianjurkan)

Keterangan:

BBi = berat badan siswa BBj = berat badan standar

AKG dari energi dan protein yang sudah dikoreksi dengan berat badan selanjutnya dihitung tingkat kecukupannya. Sementara itu, perhitungan tingkat kecukupan vitamin A, vitamin C, dan Fe tidak perlu dikoreksi berat badan atau kebutuhannya dilihat dari AKG. Rumusnya sebagai berikut:

TKG = ∑ ( )

Beikut adalah tabel AKG sesuai dengan karakteristik siswa yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Angka kecukupan gizi (AKG 2013)

Kebugaran Fisik. Data indeks kebugaran fisik siswa diperoleh dengan melakukan tes kebugaran fisik (harvard step test) yang bertujuan mengukur daya tahan jantung-paru. Pelaksanaan tes ini diawali dengan pemanasan oleh peserta, selanjutnya peserta tes berdiri tegak menghadap bangku dan melakukan gerakan naik turun bangku dengan irama metronom 120 kali per menit selama 5 menit. Pada bunyi metronom ke-1 salah satu kaki naik ke atas bangku, pada bunyi ke-2 kaki yang lain naik ke atas bangku, pada bunyi ke-3 salah satu kaki turun ke lantai, dan pada bunyi ke-4 kaki yang lain turun ke lantai, sehingga peserta tes berdiri tegak di lantai. Apabila sebelum 5 menit peserta tes sudah merasa lelah dan tidak dapat mengikuti irama metronom, maka tes dihentikan dan waktu dicatat. Peserta tes segera duduk setelah berhenti. Peserta yang telah istirahat selama satu menit,

(26)

10

dihitung denyut nadinya dan dicatat pada menit pertama, kedua, dan ketiga masing-masing selama 30 detik. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kebugaran fisik, yaitu:

Indeks Kebugaran Fisik =

- -

-Status Gizi. Penilaian status gizi untuk anak umur di atas 5 tahun sampai 18 tahun diperoleh dengan pendekatan antropometri berdasarkan simpangan baku ( z-score) menurut IMT/U dengan rumus sebagai berikut:

Z-Score = –

Aktivitas Belajar. Aktivitas belajar dalam penelitian ini diukur dengan cara mengajukan pertanyaan seputar kebiasaan belajar di rumah. Selain itu, ditanyakan juga frekuensi siswa dalam mengikuti les privat/ bimbingan belajar pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS serta frekuensi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dalam seminggu. Frekuensi ekstrakurikuler terdiri atas olahraga dan non olahraga.

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Data yang dianalisis secara deskriptif, yaitu karakteristik siswa (usia, jenis kelamin, uang saku), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orang tua), asupan gizi (tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan Fe), status gizi (IMT/U), kebugaran fisik, dan prestasi belajar. Data-data tersebut juga dianalisis statistik inferensia untuk dilakukan uji hubungan atau korelasi dan uji beda.

Uji hubungan yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik siswa (uang saku) dan karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan, dan pendapatan orang tua) dengan prestasi belajar. Uji korelasi juga digunakan untuk menganalisis hubungan asupan gizi, status gizi, dan kebugaran fisik, serta menganalisis hubungan status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar. Uji beda

independent sample t-test digunakan untuk menganalisis perbedaan nilai variabel rasio, antara lain uang saku siswa, besar keluarga, pendapatan orang tua, status gizi, tingkat kecukupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, Fe, serta kebugaran fisik, aktivitas belajar, dan prestasi belajar siswa di perkotaan dan perdesaan. Uji

chi-square digunakan untuk menganalisis keterkaitan proporsi, yaitu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua siswa di perkotaan dan perdesaan.

Definisi Operasional

Aktivitas belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang meliputi kebiasaan belajar di rumah, frekuensi les dan ekstrakurikuler.

(27)

11 Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan anak

yang biaya hidupnya menjadi tanggungan keluarga.

Contoh adalah siswa kelas 8 pada dua SMP terpilih yang sehat dan bersedia mengikuti tahap-tahap penelitian sampai selesai.

Frekuensi eksrakulikuler adalah banyaknya kegiatan ekstrakurikuler akademik dan non akademik di sekolah yang diikuti siswa, serta frekuensi masing-masing kegiatan dalam satu minggu.

Frekuensi les adalah banyaknya les privat atau bimbingan belajar mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia yang diikuti siswa, serta frekuensi masing-masing kegiatan dalam satu minggu.

Indeks kebugaran fisik adalah keadaan seseorang yang melakukan aktivitas fisik tanpa merasakan kelelahan berarti, nilainya diperoleh dari tes kebugaran (harvard step test).

Kebiasaan belajar adalah kegiatan belajar yang biasa dilakukan siswa di rumah atau di luar jam pelajaran sekolah yang diukur dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebiasaan belajar dalam kuesioner.

Pendapatan orang tua adalah jumlah uang yang diperoleh orang tua yang diukur dengan cara menjumlahkan pendapatan orang tua dari hasil pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan selama satu bulan dinyatakan dalam

Rp/kapita/bulan.

Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh ayah dan ibu siswa.

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar siswa di sekolah yang dilihat dari rata-rata nilai rapor mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia.

Status gizi adalah keadaan tubuh siswa yang ditentukan berdasarkan indikator antropometri IMT/U berdasarkan WHO (2007).

Tingkat kecukupan gizi adalah perbandingan asupan zat gizi aktual terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur (AKG 2013) yang dinyatakan dalam persen.

Uang saku adalah jumlah uang dalam rupiah yang diterima siswa per hari yang digunakan untuk membeli makanan dan non makanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Siswa

(28)

12

Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik siswa

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa di perkotaan dan perdesaan berada pada rentang usia 10 13 tahun atau termasuk kategori remaja awal. Siswa perempuan lebih banyak jumlahnya dibandingkan siswa laki-laki, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sebagian besar siswa di perkotaan dan perdesaan memiliki uang saku yang berada pada rentang antara Rp3 762 9 060 atau termasuk kategori sedang. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata uang saku siswa di perkotaan dan perdesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh pendapatan orang tua siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan tidak memiliki perbedaan yang nyata. Sebagian besar pendapatan orang tua siswa di perkotaan dan perdesaan berada pada kategori tinggi (> Rp 1 000 000).

Karakteristik Keluarga

Karakteristik keluarga yang diamati meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan pendapatan orang tua. Berikut adalah sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga yang disajikan pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga

Karakteristik Siswa

Perkotaan Perdesaan T-test

n % n % t p

Perkotaan Perdesaan Uji chi square

(29)

13 Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga (lanjutan)

Keterangan: ** menunjukkan terdapat keterkaitan proporsi

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa di perkotaan sebagian besar adalah SMA. Sementara itu, tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa di perdesaan sebagian besar adalah SD. Hasil uji chi-square

menunjukkan terdapat keterkaitan antara proporsi pendidikan orang tua di perkotaan dan perdesaan (X2<0.05). Tingkat pendidikan orang tua siswa di perkotaan menyebar dari SMA sampai sarjana/pascasarjana, sedangkan di perdesaan menyebar dari SD sampai SMP. Hal ini dapat disebabkan akses, fasilitas serta sarana dan prasarana di perkotaan lebih mudah dan baik dibandingkan di perdesaan.

Sebanyak 28.77% jenis pekerjaan ayah siswa di perkotaan adalah buruh/tani dan jenis pekerjaan ayah siswa di perdesaan sebagian besar (66.67%) juga buruh/tani. Sementara itu, sebanyak 41.10% pekerjaan ibu siswa di perkotaan dan 43.06% pekerjaan ibu di perdesaan adalah ibu rumah tangga. Hasil uji chi-square

menunjukkan terdapat keterkaitan antara proporsi pekerjaan orang tua di perkotaan dan perdesaan (X2 < 0.05). Pekerjaan orang tua siswa di perkoraan menyebar pada pegawai swasta, buruh/tani, dan wiraswasta. Sementara, pekerjaan orang tua siswa di perdesaan sebagian besar adalah buruh/tani.

Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan karakteristik keluarga

Keterangan: ** berbeda sangat nyata Karakteristik

Keluarga

Perkotaan Perdesaan Uji chi-square

n % n % X2

Perkotaan Perdesaan T-test

(30)

14

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa besar keluarga siswa, baik di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar termasuk kategori keluarga kecil (≤4 orang). Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara besar keluarga siswa di perkotaan dan perdesaan (t=0.267;p=0.926).

Rata-rata pendapatan orang tua siswa di perkotaan lebih besar dibandingkan di perdesaan. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pendapatan orang tua siswa di perkotaan dan perdesaan (t=2.133;p=0.035). Hasil ini sejalan dengan penelitian Astuti dan Handarsari (2010) yang menyatakan terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata pendapatan orang tua remaja di pusat kota dan di pinggir kota, dimana pendapatan orang tua di pusat kota lebih tinggi dibandingkan di pinggir kota. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan orang tua siswa di perkotaan lebih baik dibandingkan di perdesaan. Pendidikan yang lebih baik akan memungkinkan seseorang memiliki pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi pula.

Asupan Gizi

Asupan gizi adalah jumlah energi, protein, vitamin A, vitamin C, dan Fe yang masuk ke dalam tubuh siswa, diukur dengan metode daily food recall. Berikut pada Tabel 7 disajikan rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi siswa dalam sehari.

Tabel 7 Rata-rata asupan dan tingkat kecukupan gizi siswa (per kapita/ hari)

Zat gizi Asupan TKG (%) T-test

Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan t p Energi 1771 kkal 1728 kkal 85.65 82.90 0.466 0.642 Protein 36.6 g 37.6 g 59.31 59.66 -0.080 0.936 Vit A 2352.14mcg 1667.21mcg 376.45 277.87 2.420 0.017** Vit C 17.32 mg 17.11 mg 27.48 25.21 0.605 0.546 Fe 10.87 mg 11.70 mg 50.51 56.25 -1.013 0.313

Keterangan:** berbeda sangat nyata

(31)

15 daging ayam, dan kuning telur (Beck 2011). Asupan vitamin C siswa di perkotaan dan perdesaan jumlahnya sama. Asupan zat besi (Fe) di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Hal ini disebabkan asupan protein sebagian besar siswa di perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan di perkotaan, dimana sebagian besar pangan sumber protein juga merupakan sumber zat besi (Almatsier 2009).

Sebanyak 38.36% siswa di perkotaan dan 33.33% siswa di perdesaan memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori defisit berat. Sementara itu, sebagian besar siswa baik di perkotaan maupun di perdesaan memiliki tingkat kecukupan protein dalam kategori defisit berat. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata tingkat kecukupan energi (t=0.466;p=0.642) dan protein (t=−0.080;p=0.936) siswa di perkotaan dan perdesaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Dwiningsih dan Pramono (2013) bahwa tidak ada perbedaan tingkat kecukupan energi dan protein pada remaja di perkotaan dan perdesaan.

Tingkat kecukupan vitamin A sebagian besar siswa di perkotaan dan perdesaan tergolong normal. Tingkat kecukupan vitamin A siswa, baik diperkotaan maupun di perdesaan tergolong normal dapat dikarenakan hasil wawancara daily food recall menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sering mengonsumsi telur, dimana kuning telur merupakan salah satu sumber vitamin A (Almatsier 2009). Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan terdapat perbedaan nyata tingkat kecukupan vitamin A siswa (t=2.420;p=0.017) di perkotaan dan perdesaan. Tingkat kecukupan vitamin A di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, karena konsumsi pangan hewani sumber vitamin A di perkotaan lebih sering dibandingkan di perdesaan berdasarkan hasil wawancara

daily food recall. Sementara, sumber terbesar vitamin A berasal dari protein hewani (Beck 2011).

Tingkat kecukupan vitamin C dan Fe sebagian besar siswa di perkotaan dan perdesaan temasuk kategori defisit. Konsumsi buah siswa sangat kurang berdasarkan hasil wawancara daily food recall. Sementara itu, sumber terbesar vitamin C berasal dari buah-buahan yang masih segar maupun yang sudah berupa minuman sari buah (Khomsan 2002). Sementara itu, kurangnya kecukupan Fe dapat disebabkan oleh tingkat kecukupan protein sebagian besar siswa tergolong defisit berat. Pada umumnya masyarakat yang cukup asupan proteinnya, maka asupan zat besinya juga akan terpenuhi, karena sebagian besar sumber zat besi juga merupakan sumber protein, seperti daging ayam, daging sapi, telur, dan kacang-kacangan. Semua zat besi yang terdapat dalam tubuh berkombinasi dengan protein (Muchtadi 2009). Hasil uji beda independent sample t-test

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan vitamin C (t=0.605;p=0.546) dan Fe (t=−1.013;p=0.313) siswa, baik di perkotaan maupun perdesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat kecukupan vitamin C dan Fe sebagian besar siswa, baik di perkotaan maupun perdesaan tergolong defisit, sehingga tidak ditemukan perbedaan pada keduanya.

Status Gizi

(32)

16

lama. Berikut disajikan pada Tabel 8 sebaran siswa berdasarkan status gizi menurut kategori WHO (2007).

Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan status gizi

Status Gizi Perkotaan Perdesaan T-test

n % n % t p

Sangat kurus 0 0 0 0

Kurus 6 8.22 5 6.94

Normal 61 83.56 61 84.72

Gemuk 3 4.11 3 4.17

Sangat gemuk 3 4.11 3 4.17

Z-Score -0.20± 1.51 -0.21 ± 1.59 0.043 0.966

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan memiliki status gizi normal. Hal ini dapat disebabkan oleh pola makan sehari-hari sebagian besar siswa baik di perkotaan dan di perdesaan dilihat dari hasil daily food recall dapat dikatakan teratur, yaitu 2 3 kali sehari dengan disisipi selingan pagi dan sore. Sementara itu asupan gizinya termasuk lengkap (karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral), tetapi jenis pangannya kurang beragam tiap hari. Hasil uji beda independent sample t-test

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara status gizi siswa (t=0.043;p=0.966) di perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan status gizi tidak ditemukan pada kedua sekolah dikarenakan sebagian besar siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan memiliki status gizi dalam kategori normal.

Kebugaran Fisik

Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologisnya terhadap keadaan lingkungan dan atau terhadap tugas fisik yang memerlukan kerja otak secara efisien, tidak mengalami kelelahan yang berlebihan, dan memperoleh pemulihan secara cepat (Nurhasan & Cholil 2007). Berikut adalah sebaran siswa berdasarkan tingkat kebugaran fisik yang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan tingkat kebugaran fisik

Keterangan: ** berbeda sangat nyata

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa sebanyak 32.88% siswa di perkotaan memiliki tingkat kebugaran fisik dengan kategori baik, sedangkan di

Tingkat Kebugaran

Perkotaan Perdesaan T-test

n % n % t p

Baik sekali 11 15.07 11 15.28

Baik 24 32.88 9 12.50

Cukup 10 13.70 4 5.56

Kurang 7 9.59 1 1.39

Kurang sekali 21 28.77 47 65.28

(33)

17 perdesaan sebagian besar siswa (65.28%) memiliki tingkat kebugaran fisik dengan kategori kurang sekali. Tingkat kebugaran fisik siswa di perkotaan lebih baik dibandingkan di perdesaan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Rosmalina dan Permaesih (2010) yang menyatakan bahwa proporsi siswa SMP di perkotaan dengan tingkat kebugaran fisik kategori kurang lebih banyak dibandingkan siswa SMP di perdesaan. Penyebab dari kebugaran fisik siswa di perkotaan yang lebih baik dibandingkan di perdesaan dimungkinkan akibat aktivitas fisik siswa di perkotaan lebih baik dibandingkan di perdesaan. Aktivitas fisik siswa dapat diketahui dari hasil wawancara aktivitas belajar yang salah satu pertanyaannya adalah frekuensi ekstrakurikuler olahraga. Frekuensi ekstrakurikuler olahraga siswa di perkotaan lebih sering (3 5 kali seminggu) dibandingkan di perdesaan (1 3 kali seminggu). Kebiasaan berolahraga sudah terbukti memliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti menjaga berat badan ideal dan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi yang menjadi indikator kebugaran (Fett et al. 2013). Selain itu, asupan energi siswa di perkotaan juga lebih tinggi dibandingkan di perdesaan, sehingga dapat berkontribusi pada kebugaran fisik siswa di perkotaan lebih baik dibandingkan di perdesaan. Pengaturan pola makan yang baik tidak hanya diperlukan sebagai bagian dari perilaku hidup sehat, tetapi juga untuk memperoleh derajat kebugaran (Penggalih & Huriyati 2007). Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara kebugaran fisik siswa (t=4.225;p=0.000) di perkotaan dan perdesaan.

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah, yang meliputi kebiasaan belajar di rumah, frekuensi les dan ekstrakurikuler. Berikut adalah sebaran siswa berdasarkan aktivitas belajar yang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran siswa berdasarkan aktivitas belajar

Kategori Perkotaan Perdesaan T-test

n % n % t p

Kurang (≤ 54) 3 4.11 29 40.28

Cukup (55 – 71) 50 68.49 35 48.61

Baik (≥ 72) 20 27.40 8 11.11

Rata-rata ± SD 66.88 ± 7.20 58.53 ± 9.13 6.120 0.000**

Keterangan: ** berbeda sangat nyata

Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sebagian besar (68.49%) aktivitas belajar siswa di perkotaan termasuk dalam kategori cukup dan sebanyak 48.61% siswa di perdesaan juga memiliki aktivitas belajar dalam kategori cukup. Namun, aktivitas belajar siswa di perkotaan yang tergolong pada kategori baik lebih banyak dibandingkan di perdesaan, dengan persentase di perkotaan ialah 27.40% dan di perdesaan ialah 11.11%. Hasil uji beda independent sample t-test

(34)

18

lebih sering dibandingkan di perdesaan, sebagai contoh frekuensi ekstrakurikuler olahraga siswa di perkotaan lebih sering (3 5 kali seminggu) dibandingkan di perdesaan (1 3 kali seminggu).

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar siswa di sekolah yang dilihat dari rata-rata nilai rapor mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Berikut disajikan pada Tabel 11 sebaran siswa berdasarkan prestasi belajar.

Tabel 11 Sebaran siswa berdasarkan prestasi belajar

Prestasi belajar Perkotaan Perdesaan T-test

n % n % t p

Sangat baik 45 61.64 72 100

Baik 28 38.36 0 0

Cukup 0 0 0 0

Kurang 0 0 0 0

Rata-rata ± SD 81.32 ± 5.14 83.22 ± 3.25 -2.656 0.009**

Keterangan: ** berbeda sangat nyata

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa, baik di perkotaan mapun di perdesaan memiliki prestasi belajar yang termasuk dalam kategori sangat baik. Hasil uji beda independent sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara prestasi belajar siswa (t=−2.656;p=0.009) di perkotaan dan perdesaan. Siswa di perkotaan ada yang prestasi belajarnya temasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 38.36%, sedangkan keseluruhan siswa di perdesaan (100%) prestasi belajarnya termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan pemberian nilai oleh guru mata pelajaran antara siswa di perkotaan dan perdesaan. Selain itu, standar nilai masing-masing sekolah juga dapat mempengaruhi nilai rapor siswa.

Hubungan Karakteristik Siswa dan Keluarga dengan Asupan Gizi Uang Saku dengan Asupan Gizi

Berdasarkan Lampiran 2, Tabel 12 dan 14 dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan asupan gizi siswa, baik di perkotaan maupun perdesaan. Hal ini dapat disebabkan sebagian besar jarak rumah siswa di perdesaan jauh dari sekolah, sehingga siswa lebih mengalokasikan uang sakunya untuk transportasi dibandingkan jajan di sekolah. Namun, terdapat hubungan positif nyata antara uang saku dengan tingkat kecukupan protein siswa (rs=0.231;p=0.049) di perkotaan. Sebagian besar siswa di perkotaan memiliki alokasi uang saku untuk makanan lebih besar dibandingkan alokasi uang saku untuk non makanan. Berdasarkan hasil wawancara, sekitar 80% uang saku siswa baik di perkotaan dialokasikan untuk membeli makanan. Menurut Syafitri et al.

(35)

19 jajanan dengan jumlah dan jenis makanan jajanan yang dibeli siswa. Artinya, semakin besar alokasi uang saku untuk membeli jajanan, maka jumlah jenis jajanan yang dibeli akan semakin baik pula. Selain itu, hasil uji hubungan rank spearman menunjukkan terdapat hubungan positif nyata antara pendapatan orang tua dengan uang saku siswa di perkotaan (rs=0.539; p=0.000), dimana semakin tinggi pendapatan orang tua, maka uang saku yang diberikan kepada siswa juga semakin tinggi. Rata-rata pendapatan orang tua siswa di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di perdesaan.

Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Asupan Gizi

Berdasarkan Lampiran 2, Tabel 12 dan 14 dapat diketahui tingkat pendidikan orang tua, baik ayah maupun ibu berdasarkan uji hubungan rank spearman menunjukkan tidak ada hubungan dengan asupan gizi siswa di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat kecukupan vitamin C siswa (rs=0.253,0.243; p=0.032,0.040) di perdesaan. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik tingkat kecukupan vitamin C siswa. Tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak, pola konsumsi pangan, dan status gizi (Rahmawati 2006). Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memperhatikan konsumsi pangan anaknya, sehingga tingkat kecukupan gizi anak dapat terpenuhi. Menurut Sausenthaler et al. (2007), semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka konsumsi buah-buahan segar pada anak juga semakin meningkat. Buah-buahan segar maupun minuman sari buah merupakan sumber vitamin C terbesar (Khomsan 2002).

Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Asupan Gizi

Berdasarkan Lampiran 2, Tabel 12 dan 14 dapat diketahui tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan asupan gizi siswa di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat kecukupan vitamin C siswa (rs=−0.241;p=0.041) di perdesaan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya keterkaitan antara pendidikan dengan pendapatan orang tua, dimana semakin baik pendidikan seseorang, maka pendapatan yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Kedua aspek tersebut akan mempengaruhi konsumsi pangan siswa. Selain itu, orang tua dengan pendapatan rendah cenderung menyediakan lebih banyak sayur-sayuran daripada makanan sumber protein hewani, seperti daging sapi, ayam, ikan. Sementara, sayur-sayuran merupakan salah satu sumber vitamin C terbesar (Almatsier 2009).

Hubungan Status Gizi, Kebugaran Fisik, dan Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar

Status Gizi dengan Prestasi Belajar

(36)

20

merupakan salah satu perwujudan dari status kesehatan seseorang. Status kesehatan merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar (Zaeni & Subiono 2011). Menurut Djamarah (2002), kemampuan belajar anak-anak yang kekurangan gizi di bawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka cepat lelah, mengantuk, dan sulit menerima pelajaran. Sementara itu, obesitas pada anak memiliki efek tidak langsung terhadap menurunnya fungsi kognitif diduga akibat dari dampak penyakit yang diderita oleh anak obesitas (diabetes, obstructive sleep apnea syndrome (OSAS), masalah repirasi), masalah psikososial (rendah diri, mengisolasi diri, dan depresi), dan kematangan sosial (Datar et al. 2004).

Kebugaran Fisik dengan Prestasi Belajar

Kebugaran fisik siswa baik di perkotaan (rs=0.056;p=0.640) maupun di perdesaan (rs=−0.217;p=0.067) tidak memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian Annas (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar siswa kelas II MTs Al Asror Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Namun, Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian. Namun, hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Lay (2013) yang menyatakan bahwa kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya konsentrasi belajar, sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Menurut Achmat dan Wahyuni (2013), kebugaran jasmani bukan satu-satunya faktor yang menentukan kenaikan maupun penurunan prestasi akademik siswa, banyak faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain faktor internal yaitu kecerdasan, bakat, minat, motivasi, dan faktor eksternal yaitu keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Aktivitas Belajar dengan Prestasi Belajar

(37)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar usia siswa di perkotaan dan di perdesaan berada pada rentang 10 13 tahun dan termasuk kategori remaja awal. Siswa perempuan lebih banyak dibandingkan siswa laki-laki. Uang saku siswa baik di perkotaan maupun di perdesaan berada pada rentang antara Rp3 762 9 060 atau termasuk kategori sedang. Tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa di perkotaan sebagian besar adalah SMA. Sementara itu, tingkat pendidikan ayah dan ibu siswa di perdesaan sebagian besar adalah SD. Jenis pekerjaan ayah siswa di perkotaan dan perdesaan sebagian besar adalah buruh/tani, sedangkan pekerjaan ibu siswa baik di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Pendapatan orang tua siswa di perkotaan dan perdesaan sebagian besar lebih dari Rp1 000 000 atau termasuk kategori tinggi.

Sebanyak 38.36% siswa di perkotaan dan 33.33% siswa di perdesaan memiliki tingkat kecukupan energi dalam kategori defisit berat. Tingkat kecukupan protein siswa di perkotaan maupun perdesaan rata-rata termasuk kategori defisit berat. Sementara itu, tingkat kecukupan vitamin C dan Fe rata-rata siswa di perkotaan maupun perdesaan termasuk kategori defisit, serta tingkat kecukupan vitamin A sebagian besar siswa termasuk kategori normal. Status gizi sebagian besar siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan tergolong normal. Sebanyak 32.88% siswa di perkotaan memiliki tingkat kebugaran fisik dalam kategori baik, sedangkan sebagian besar siswa di perdesaan memiliki tingkat kebugaran fisik dalam kategori kurang sekali. Sebagian besar siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan memiliki prestasi belajar yang termasuk dalam kategori sangat baik. Aktivitas belajar siswa di perkotaan maupun di perdesaan rata-rata tergolong cukup.

Tidak terdapat hubungan antara uang saku dengan asupan gizi siswa di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat kecukupan protein sisiwa di perkotaan. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan orang tua dengan asupan gizi siswa di perkotaan dan perdesaan, kecuali tingkat kecukupan vitamin C siswa di perdesaan. Terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar di perkotaan, tetapi tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar di perdesaan. Kebugaran fisik tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa di perkotaan dan perdesaan. Terdapat hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar di perdesaan, tetapi tidak terdapat hubungan antara aktivitas belajar dengan prestasi belajar di perkotaan.

Saran

(38)

22

mengenai judul yang sama, tetapi pengukuran prestasi belajar diambil dari nilai ulangan atau kuis pada mata pelajaran tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Achmat F, Wahyuni ES. 2013. Hubungan kesegaran jasmani terhadap prestasi akademik siswa (studi pada kelas XI MAN Mojosari). Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. 1(2):445-448.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier S, Soetardjo S, Soekarti M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Annas M. 2011. Hubungan kesegaran jasmani, hemoglobin, status gizi, dan makan pagi terhadap prestasi belajar. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. 2(1):49 57.

Astuti R, Handarsari E. 2010. usia menarche, indeks massa tubuh, frekuensi konsumsi, dan status sosial ekonomi orang tua pada siswi SLTP di pinggir dan pusat kota, Kota Semarang. Jurnal Unimus. 181 191.

As-sayyid ABM. 2006. Pola Makan Rasulullah. Jakarta (ID): Penerbit Almahira. Beck ME. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit

untuk Perawat dan Dokter. Yogyakarta (ID): ANDI.

Datar A, Sturm R, Magnobosco J. 2004. Childhood overweight and academic performance: national study of kindergartners and first graders. Obes Res. 12:58-68.

Deni. 2009. Pengetahuan gizi, aktivitas fisik, konsumsi snack, dan pangan lainnya pada murid SD Bina Insani Bogor yang berstatus gizi normal dan gemuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman penyuluhan gizi pada anak sekolah bagi petugas penyuluh. Jakarta (ID): Depkes RI.

___________________________________________________. 2005. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Jakarta (ID): Direktorat Kesehatan Keluarga, Depkes RI.

Djamarah SB. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta (ID): Rineke Cipta.

Dwiningsih, Pramono A. 2013. Perbedaan asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan status gizi pada remaja yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan. Journal of Nutrition College Universitas Diponegoro. 2:232 241.

Elnovriza D. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Asupan Gizi. Padang (ID): Universitas Andalas.

(39)

23 Fett C, Fett V, Fabbro A, Marchini J. 2005. Dietary re-education, exercise associated with risk factors in overweight/obese women. Journal of the International Society of Sport Nutrition. 2(2):238-243.

Florence MD, Asbridge M, Veugelers PJ. 2008. Diet quality and academic performance. Journal of School Health. 78(4):209 215.

Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford (GB): Oxford University Pr.

Hanum Y. 1993. Profil siswa Sekolah Menengah Pertama berprestasi kaitannya dengan konsumsi makanan dan status gizi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Diktat Penilaian Dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB.

Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Erlangga.

Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi Kesehatan. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lay AL. 2013. Studi tingkat kesegaran jasmani terhadap prestasi belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una. Jurnal Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Tadulako. 1(3).

Masdewi, Devi M, Setiawati T. 2011. Korelasi perilaku makan dan status gizi terhadap prestasi belajar siswa program akselerasi di SMP. Teknologi dan Kejuruan. 34(2):179 190.

Muchtadi D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung (ID): Penerbit Alfabeta.

Nafi’ah Z, Suyanto T. 2014. Hubungan keaktifan siswa dalam ekstrakurikuler akademik dan non akademik terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mojokerto. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 3(2):799 813. Nurhasan, Cholil H. 2007. Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung

(ID): Fakultas Pendidikan dan Olahraga dan Kesehatan, UPI.

Penggalih MH, Huriyati E. 2007. Gaya hidup, status gizi, dan stamina atlet pada klub sepakbola. Berita Kedokteran Masyarakat. 23(4): 192-199.

Rahmawati D. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam, Desa Sukamantri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rismayanthi C. 2012. Hubungan status gizi dan tingkat kebugaran jasmani terhadap prestasi hasil belajar mahasiswa. Jurnal Kependidikan. 42(1): 29 38.

Rosmalina Y, Permaesih D. 2010. Tingkat kesegaran jasmani dan aktivitas fisik murid SMP non-anemia yang tinggal di wilayah kota dan desa. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI. 33(2):138 147. Sausenthaler S, Kompauer I, Mielck A, Borte M, Herbarth O, Schaaf B, Von Berg

A, Heinrich J. 2007. Impact of parental education and income inequality on children’s food intake. Public Health Nutrition. 10(1):24 33. doi:10.1017/S1368980007193940.

(40)

24

Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani: Buku Pegangan Kuliah Mahasiswa FIK-UNY. Yogyakarta (ID): FIK, UNY.

Suntoda A. 2009. Tes, Pengukuran, dan Evaluasi dalam Cabang Olahraga. Yogyakarta (ID): Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, UPI.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Kedokteran EGC.

Syafitri Y, Syarief H, Baliwati YF. 2009. Kebiasaan makan jajan siswa sekolah dasar

(Studi Kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Jurnal Gizi dan Pangan.

4(3): 167 – 175.

Syah M. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta (ID): Rajawali Press.

Taras H. 2005. Nutrition and student performance at school. Journal of School Health. 75(1):199 213.

Thoha. 2006. Hubungan pola konsumsi pangan, pola aktivitas, status gizi dan anemia dengan prestasi belajar pada mahasiswa putri Diploma III Kebidanan Yayasan Madani dan Assyifa di Kota Tangerang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years [Internet].

[diunduh 2014 Mei 19]. Tersedia pada:

http://www.who.inti/growthref/who2007bmi- for-age/en/index.html.

Zaeni, Subiono HS. 2011. Kondisi fisik dan prestasi belajar siswa (studi kasus di Mts Al Asror Gunungpati Semarang. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia.

(41)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Kode : (diisi oleh peneliti)

KUESIONER PENELITIAN

ASUPAN GIZI, STATUS GIZI, KEBUGARAN FISIK, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP N 1 JATI DAN SMP N 2 UNDAAN KUDUS Tanggal pengisian : ... Nama enumerator : ...

A.KARAKTERISTIK SISWA A1. Nama lengkap :

A2. Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

A3. Umur :

A4. Tanggal lahir : A5. Alamat rumah : A6. No. Telepon/ Hp : A7. Uang saku per hari

Alokasi Harian Mingguan Bulanan

Makanan Non makanan Total

B. KARAKTERISTIK KELUARGA SISWA

B1. Nama Ayah :

Ibu :

B2. Umur Ayah :

Ibu : B3. Alamat rumah

B4. Pendidikan terakhir Ayah B5. Pendidikan terakhir Ibu B6. Pekerjaan Ayah

B7. Pekerjaan Ibu B8. Pendapatan

per bulan Utama Tambahan Total

Ayah Ibu Total

(42)

26

C. Daily Food Recall C1. Hari sekolah

Waktu Menu Bahan

Makanan URT Gram Keterangan

06.00 - 10.00

10.00 - 12.00

12.00 - 15.00

15.00 – 18.00

18.00 – 21.00

(43)

27 C2. Hari libur

Waktu Menu Bahan

Makanan URT Gram Keterangan

06.00 - 10.00

10.00 - 12.00

12.00 - 15.00

15.00 – 18.00

18.00 – 21.00

(44)

28

D. Karakteristik Fisiologis dan Antropometri

E. Indeks Kebugaran Fisik

Aktivitas Belajar Frekuensi Belajar *)

1 2 3

1. Belajar rutin dan terjadwal 2. Mencatat pelajaran di kelas

3. Konsentrasi saat guru menerangkan 4. Mengerjakan tugas/PR tepat waktu 5. Membaca buku pelajaran

6. Membaca materi untuk esok hari 7. Mengulang materi pelajaran 8. Berlatih soal-soal

9. Bertanya jika tidak mengerti

10. Belajar kelompok dengan teman sebaya *) Keterangan: 1= tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3= selalu

F2. Frekuensi Les (per minggu)

Matematika a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali IPA a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali IPS a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali Bahasa Indonesia a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali F3. Frekuensi Ekstrakurikuler (per minggu)

Pramuka a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali No Mata Pelajaran Kriteria Ketuntasan

Minimal

D1. Keadaan fisiologis Sehat/ Tidak *) coret yang tidak perlu

(45)

29 Lampiran 2 Hasil uji korelasi rank spearman dan chi-square

Tabel 12 Hasil uji korelasi karakteristik siswa dan keluarga dengan asupan gizi pada SMP 1 Jati

Keterangan: ** menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata

Tabel 13 Hasil uji korelasi status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar pada SMP 1 Jati

Variabel Status gizi Kebugaran fisik Aktivitas belajar

rs p rs P rs p

Keterangan: ** menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata

Tabel 14 Hasil uji korelasi karakteristik siswa dan keluarga dengan asupan gizi pada SMP 2 Undaan

Keterangan: ** menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata

(46)

30

Tabel 15 Hasil uji korelasi status gizi, kebugaran fisik, dan aktivitas belajar dengan prestasi belajar pada SMP 2 Undaan

Keterangan: ** menunjukkan terdapat hubungan sangat nyata

Tabel 16 Hasil uji chi-square

Variabel X2

Pendidikan ayah 0.000**

Pendidikan ibu 0.000**

Pekerjaan ayah 0.000**

Pekerjaan ibu 0.000**

Keterangan: ** menunjukkan terdapat keterkaitan proporsi

Lampiran 3 Hasil uji beda independent sample t-test

Tabel 17 Hasil uji beda independent sample t-test

Variabel t df p

Uang saku -0.872 143 0.385

Besar Keluarga 0.267 143 0.926

Pendapatan orang tua 2.133 143 0.035**

Tingkat kecukupan energi 0.466 143 0.642

Tingkat kecukupan protein -0.080 143 0.936

Tingkat kecukupan vitamin A 2.420 143 0.017**

Tingkat kecukupan vitamin C 0.605 143 0.546

Tingkat kecukupan Fe -1.013 143 0.313

Status gizi 0.043 143 0.966

Kebugaran fisik 4.225 143 0.000**

Prestasi belajar -2.656 143 0.009**

Aktivitas belajar 6.120 143 0.000**

Keterangan: ** menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata

Variabel Status gizi Kebugaran fisik Aktivitas belajar

rs p rs p rs p

TKE -0.103 0.389 -0.083 0.489 0.017 0.890

TKP -0.066 0.583 -0.013 0.913 -0.051 0.672

Vit A 0.009 0.940 -0.099 0.408 -0.025 0.835

Vit C -0.015 0.898 0.197 0.098 -0.068 0.568

Fe 0.218 0.066 0.135 0.260 -0.368 0.001**

(47)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri pasangan Bapak Arinandom dan Ibu Evi Eristyani. Penulis dilahirkan di Kudus pada tanggal 5 Januari 1993. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di MI Muhammadiyah Al-Tanbih, saat duduk di bangku kelas 4 penulis pindah ke SD Muhammdiyah 1 Denpasar dan pindah lagi ke sekolah lama 1.5 tahun kemudian. Penulis melanjutkan sekolah di SMPN 2 Kudus tahun 2004-2007, dan SMAN 1 Kudus tahun 2007-2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi, yaitu sebagai divisi kekeluargaan KKB-MK, anggota biro event organizer Kopma IPB, anggota divisi HRD Ecoagrifarma FEMA, dan ketua divisi HRD Ecoagrifarma FEMA.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah pada bulan Juli-Agustus 2013 dan mengikuti Praktik Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi pada bulan Maret-April 2014. Penulis meraih beberapa prestasi selama kuliah, diantaranya penerima hibah DIKTI bidang PKM-KC tahun 2012, penyaji makalah dalam AASIC (ASEAN Academic Society International Conference) di Kasertsart University, Bangkok, Thailand tahun 2013, dan paper

Gambar

Gambar 1  Bagan kerangka pemikiran
Tabel 1  Jenis dan cara pengumpulan data primer dan sekunder
Tabel 2  Kategori variabel penelitian
Tabel 4  Sebaran siswa berdasarkan karakteristik siswa
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The results of the analysis show that: (1) SMART is more effective than Direct Instruction to teach reading; (2) the students having high self-esteem have better reading

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa,pada materi Sistem Gerak Pada Tumbuhan melalui penerapan Team Quiz pada siswa kelas VIII G SMP Muhammadiyah

ukuran perusahaan, umur perusahaan dan solvabilitas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

guru membantu pustakawan dalam hal penerapan gerakan literasi di sekolah, guru mendukung kegiatan budaya membaca dengan cara memeberikan kesempatan 15 menit kepada siswa

The system complete option consists of a diesel generator, PV module, wind turbine, and battery that supply a village community in Eastern Indonesia with a base of 35 kWh daily

Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga

sebagai Pribadi yang berbeda dengan manusia akan senatiasa berada dalam hubungan