REFLECTING THE PAST ATMOSPHERES
WITHIN MODERN LIFESTYLE
(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
SKRIPSI ALUR PROFESI
(RTA 4231) SKRIPSI SARJANA
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
OLEH
JACKSON JOS
100406059
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
REFLECTING THE PAST ATMOSPHERES
WITHIN MODERN LIFESTYLE
(ARSITEKTUR KONTEKSTUAL)
SKRIPSI ALUR PROFESI
(RTA 4231) SKRIPSI SARJANA
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2013 / 2014
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Arsitektur
OLEH
JACKSON JOS
100406059
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
REFLECTING THE PAST ATMOSPHERES
WITHIN MODERN LIFESTYLE
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Oleh
JACKSON JOS
100406059
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
REFLECTING THE PAST ATMOSPHERES WITHIN MODERN LIFESTYLE
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
Judul Skripsi : REFLECTING THE PAST ATMOSPHERES WITHIN MODERN LIFESTYLE
Nama Mahasiswa : JACKSON JOS
Nomor Pokok : 100406059
Program Studi : Arsitektur
Menyetujui
Dosen Pembimbing
( Dr. Achmad Delianur NST ST, MT, IAI )
NIP. 1973082811999031002
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,
( Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D ) ( Ir. N. Vinky Rachman, MT )
NIP. 19670307199031004 NIP. 196606221997021001
Telah diuji pada Tanggal:
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur NST, ST, MT, Ars IAI
Anggota Komisi Penguji : Ir. Tavip K. Mustafa, Ars IAI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat tertinggi penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kekuatan dan rahmat untuk penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini. Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:
1. Pembimbing tugas akhir Bapak Dr. Achmad Delianur NST, ST, MT, Ars IAI.
dan kepada Bapak Tavip K. Mustafa, Ars IAI atas kesediaannya membimbing,
memotivasi, memberikan pengarahan, dan waktu beliau kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini ;
2. Ahmad Windhu ST, M.Si, Ars IAI sebagai penguji yang selalu memberikan
motivasi dan masukan-masukan yang sangat membantu ;
3. Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA sebagai
Ketua dan Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur USU, Bapak Ir. Bauni
Hamid, M.DesS, Ph.D. sebagai koordinator, serta Bapak dan Ibu dosen staff
pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara ;
4. Keluarga besar terutama Orang tua penulis yang selalu memotivasi penulis
selama tugas akhir ;
5. Stambuk 2010 Departemen Arsitektur yang telah menjadi sumber inspirasi dan
perjuangan bersama selama tiga setengah tahun ini.
Dalam tugas ini penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi
penyempurnaan tugas akhir ini dan akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan
Departemen Arsitektur USU.
Medan, Juli 2014 Hormat saya,
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRAC ... xiv
PROLOG A RIVER RUNS THROUGH IT ... 1
BAB I AWAL DARI SEGALANYA ... 6
BAB II ANALISA YANG MEWUJUDKAN ART DECO ... 10
BAB III SUNGAI DELI SEBAGAI PEMBAWA PERADABAN MODERN KOTA MEDAN ... 18
BAB IV HARMONISASI 3 PILAR UTAMA ... 24
BAB V BENTUK YANG BERASAL DARI FUNGSI, RUANG, DAN ANALISA ... 34
BAB VI MASUKAN YANG MELENGKAPI KEKURANGAN ... 49
BAB VII STRUKTUR YANG MENGIKUTI ARSITEKTURAL ... 55
BAB VIII KESEMPURNAAN YANG LAHIR DARI KRITIKAN ... 74
KESIMPULAN ... 80
EPILOG CERITA YANG TIDAK PERNAH BERAKHIR ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir…………..……… 4
Gambar 1.2 Latar Belakang Tema………..……… 4
Gambar 1.3 Konsep Perancangan……….. ……… 5
Gambar 2.1 Kondisi Eksisting Kota Medan………... 10
Gambar 2.2 Data Fisik……… 11
Gambar 2.3 Tata Guna Lahan…..……….. 12
Gambar 2.4 Utilitas dan Pedestrian…….….………... 13
Gambar 2.5 Transportasi dan Kemacetan….……….... 14
Gambar 2.6 Gaya Arsitektur……...…….….……….... 17
Gambar 4.1 Savoy Honmann Hotel………... 27
Gambar 4.2 The Address Hotel Dubai………. 27
Gambar 4.3 Paskal Promenade……….... 30
Gambar 4.4 Sungai Cheonggyecheon sebelum di renovasi…….……… 31
Gambar 4.5 Sungai Cheonggyecheon setelah di renovasi ……….…... 31
Gambar 4.6 Sungai Cheonggyecheon setelah direvonasi, terdapat riverwalk. 32 Gambar 4.7 Tepi Sungai Cheonggyecheon ………... 32
Gambar 4.8 Sungai Paseo Del Rio Riverwalk ……… 32
Gambar 5.1 Denah Podium Lantai 2 dan 3……….. 41
Gambar 5.2 Denah Basement Lantai 2…..………... 42
Gambar 5.3 Denah Basement Lantai 1….………... 43
Gambar 5.4 Groundplan………...………... 44
Gambar 5.5 Denah –Denah Lainnya………... 45
Gambar 5.7 Detail Kamar Junior Suite……….. 46
Gambar 5.8 Detail Kamar Deluxe……….. 47
Gambar 5.9 Detail Kamar Executive Deluxe……...………... 47
Gambar 5.10 Tampak Bangunan dari Sungai Deli………... 48
Gambar 5.11 Tampak Bangunan dari Belakang………... 48
Gambar 5.12 Tampak Bangunan dari Depan…….………... 48
Gambar 6.1 Konsep Perancangan………...……….... 52
Gambar 6.2 Penerapan Peraturan……….... 52
Gambar 6.3 Konsep Program Ruang………..……….... 53
Gambar 6.4 Gaya Arsitektur………...……….... 53
Gambar 6.5 Groundplan dan Pembagian Zona………... 53
Gambar 6.6 Denah –Denah Lainnya………..……….... 53
Gambar 6.7 Tampak Bangunan………..……….... 54
Gambar 6.8 Tampak Bangunan………..……….... 54
Gambar 6.9 Potongan Bangunan…….……….…..……….... 54
Gambar 6.10 Potongan Bangunan………..………..……….... 54
Gambar 7.1 Static Tower Crane dan Traveller Crane……… 60
Gambar 7.2 Illustrasi skema chiller……… 65
Gambar 7.3 Illustrasi Heat Exchanger Chiller……… 65
Gambar 7.4 Illustrasi Cooling Water dengan Cooling Tower……… 66
Gambar 7.5 Illustrasi Cooling Tower…….……… 67
Gambar 7.6 Diagram Sistem Elektrikal…….………. 69
Gambar 7.7 Diagram Sistem Air Bersih……….……… 70
Gambar 7.8 Diagram Utilitas dan Aspek Keberlanjutan…..……….. 70
Gambar 7.10 Diagram Sistem Pengkondisian Udara……….……… 71
Gambar 7.11 Potongan Prinsip………..……….……… 72
Gambar 7.12 Potongan Bangunan……….……….……… 73
Gambar 8.1 Revisi Tampak Bangunan Setelah Menerima Masukan..………. 75
Gambar 8.2 Revisi Tampak Belakang Bangunan………... 75
Gambar 8.3 Revisi Tampak Depan Menegaskan Sisi Vertical………. 75
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel A Berdirinya kota Medan……..………. 90
Tabel B Sungai Deli dan Sungai Babura……..……… 90
Tabel C Deli Maatschappij……….……..……… 91
Tabel D Kantor PTP IX………...……..……… 93
Tabel E Lapangan Merdeka ( Ex. Esplanade )…..…..………. 93
Tabel F Sejarah Gedung AMPI……….……..………. 93
Tabel G Sejarah terbentuk jalan Kesawan Medan………...…. 94
Tabel H PT. Kereta Api Indonesia ( Medan ).……..………...……. 95
Gambar A Konsep Perancangan……….……….. 96
Gambar B Data Fisik dan Peraturan.…..……….. 96
Gambar C Gaya Arsitektur…..……….. ……….. 96
Gambar D Konsep Perancangan Tapak ….……….. 96
Gambar E Groundplan ….…..………. 96
Gambar F Denah lainnya……….……… 96
Gambar G Potongan Bangunan ...……… 96
Gambar H Potongan Prinsip.……… 96
Gambar I Tampak Bangunan…...………... 96
Gambar J Interior Bangunan……….……….. 96
Gambar K Eksterior Bangunan………..……….…... 96
Gambar L Konsep Struktur Bangunan………... 96
Gambar M Sistem Utilitas dan Mekanikal……….………... 96
Gambar N Sistem Mekanikal dan Elektrikal………... 96
ABSTRAK
Reflecting The Past Atmosphere Within Modern Lifestyle diartikan sebagai proses merefleksikan suasana terdahulu dengan gaya hidup yang modern. Judul ini didapat dari ide penulis untuk mengingatkan masyarakat yang berada di sekitar site untuk menghargai
kondisi lingkungan yang berada di sekitarnya dan sejarah – sejarah yang mempengaruhi
tempat tersebut. Kasus proyek yaitu revitalisasi kawasan muka Sungai Deli, proyek ini dirancang dikarenakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan muka sungai sering menggunakan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah harian padahal pada masa dulunya Sungai Deli merupakan sungai yang membawa peradaban modern bagi kota Medan yang bermula dari kedatangan para suksesor kota Medan. Jacobus Nienhuys merupakan orang yang sangat berperan dalam peradaban modern kota Medan. Beliau
mendirikan sebuah perkantoran perkebunan yang bernama De Deli Maatschappij. Berkat
didirikannya perkantoran tersebut, kota Medan yang pada masa dulunya merupakan perkampungan kecil dapat maju dan berkembang menjadi kota Medan. Pesatnya perkembangan kota Medan pada masa dulunya dapat ditandai oleh sebuah gaya arsitektur yaitu Art Deco. Dari masalah tersebut, penulis mencoba memberikan kontribusi untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara merencanakan kawasan muka Sungai Deli dapat memiliki makna tersendiri dan masyarakat yang berada di sekitar site turut berpatisipasi dalam melestarikan kawasan ini sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Konsep perancangan berikutnya adalah membuat sebuah kawasan terbuka hijau yang dapat
menampung kegiatan masyarakat di sekitar site yang turut dipadukan dengan urban
lifestyle kota Medan sebagai salah satu generator aktivitas yang dapat menghidupkan kawasan tersebut yaitu wisata kuliner khas kota Medan. Dengan mengangkat sejarah dari Sungai Deli, penulis menggunakan pendekatan pada arsitektur kontekstual yang berusaha mengharmonisasikan unsur modern dari bangunan Podomoro Deli Grand City dan PTP IX yang bergaya kolonial Belanda agar dapat memiliki sebuah harmoni tanpa adanya kontras yang berlebihan.
ABSTRACT
Reflecting The Past Atmosphere within Modern Lifestyle refers to reflecting the atmosphere of the former environment with the modern lifestyle. The title is derived from
the author’s idea to alert the communities within the site to appreciate the environment conditions which surround them and also the history that influenced the venue. With the main focus to revitalize the Deli Riverfront, the project was designed because the citizens who live around the river often use the river as a waste disposal place whereas in the former, it is a river is that carries modern civilization for Medan which originated from the arrival of the successor of Medan. Jacobus Nienhuys is a person who had a big role in the civilization of Medan. He established a plantation office named De Deli Maatschappij. Due to the establishment of the office, Medan who at the previous time was a small village then advanced and developed into a big city. The rapid development of Medan can be marked by an architectural style, that is Art Deco. From those arising problems, the author tries to give some contribution in finishing these problems by redesigning the Deli river so that it has a meaning and the community within the site could participate in preserving the area as a part of their community. The next design concept is to create an open green area which can accommodate community activities around the site and to combine them with the urban lifestyle of Medan as one of a generator activity which can revive the area by creating a place to serve typical culinary of Medan. By lifting the history from the Del river, the author uses contextual architecture that harmonize modern elements from Podomoro Deli Grand City and PTP IX with Dutch Colonial style without excessive amount of contrast.
PROLOGUE “A River Runs Through It”
Sungai merupakan aliran air yang mengalir secara terus menerus tanpa terhenti,
bermula dari hulu ( sumber ) menuju ke hilir ( muara ). Sungai tidak hanya terletak di atas
tanah saja, tetapi terkadang sungai juga terletak di bawah tanah yang sering disebut
sebagai underground river. Beberapa contoh sungai yang berada di bawah tanah antara
lain yang terletak di goa Hang Soon Dong di Vietnam, sungai bawah tanah di Yucatan
Meksiko, dan sungai bawah tanah di goa Pindul di Filipina.
Secara sederhana, sebuah sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian, bermula
dari mata air yang mengalir melalui anak sungai hingga beberapa anak sungai yang akan
bergabung membentuk sebuah sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan kepada
saluran dengan dasar dan tebing berada di sebelah kiri maupun kanan. Penghujung dari
sungai di mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian penting dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai biasanya terkumpul dan presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan dari
bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga dapat berasal dari lelehan es
ataupun salju yang mencair. Manfaat terbesar dari sebuah sungai pada masa dulunya
dimanfaatkan sebagai untuk sistem irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan, limbah, dan sebagai sebuah jalur perdagangan oleh
berbagai kota yang maju dan berkembang.
Terdapat 2 cara pengkategorian terhadap sungai, yaitu sungai yang lahir secara
alami ataupun secara buatan. Pengertian alami disini yaitu sebuah sungai yang lahir dan
tercipta memang dari alam tanpa ada campur tangan manusia dalam terciptanya sungai
manusia agar sungai tersebut dapat berkontribusi dan berfungsi dalam berbagai hal,
sehingga sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Riverfront ( kawasan tepi sungai ) merupakan suatu kawasan atau daerah yang
terletak di pinggiran sungai, biasanya pada kota – kota yang terkemuka riverfront sengaja
dirancang sebagai sebuah kawasan publik yang diperuntukkan untuk meningkatkan taraf
hidup manusia dan menjadi sebuah trademark ataupun ikon dari kota tersebut. Dalam
kasus proyek Perancangan Arsitektur 6, akan dibahas mengenai bagaimana fungsi dari
sebuah kawasan tepi sungai ( Riverfront ) yang terlantar akan dirancang serta dapat
diaktifkan kembali menjadi salah satu generator aktivitas di sekitar wilayah tersebut,
ditambah lagi dengan perancangan bangunan komersil yang memiliki fungsi campuran (
mixed use ), yang berlokasi di perbatasan tepian Sungai Deli, yaitu diantara Jl. Guru
Patimpus dan Jl. Tembakau Deli. Dalam kasus ini, peran dari Riverfront Architecture
sangatlah penting dalam menjadikan kawasan tepian sungai yang tidak tertata dan kumuh
menjadi sebuah area publik yang memberikan kontribusi terhadap kawasan dan bangunan
yang akan dirancang pada daerah tersebut. Sungai Deli merupakan sungai yang sangat
penting dalam pembentukan kota Medan, bermula dari letak kampung Medan Putri yang
berlokasi di pertemuan Sungai Deli dan Babura, hingga terbentuknya cikal bakal kota
Medan yang tidak luput dari Sungai Deli sebagai jalur transportasi air pada masa itu.
Kurangnya perhatian dari masyarakat kota Medan terhadap kawasan tepi Sungai
Deli sangatlah ironis karena Sungai Deli yang dulunya bersih dan nyaman sudah tidak
dapat ditemui lagi di daerah sekitar kota Medan. Hal ini tidak lain dikarenakan banyaknya
bangunan fisik yang berada di sekitar kawasan tepi sungai yang melanggar peraturan
garis sempadan sungai dan sasaran pembuangan dari berbagai limbah rumah tangga
dilimpahkan pada daerah di sekitar sungai. Sungai Deli merupakan salah satu contoh
dapat terlihat di sepanjang kawasan Sungai Deli dimana pada daerah belakang sungai ini
terdapat beberapa perumahan kumuh yang terlantar yang menggunakan aliran sungai
sebagai tempat pembuangan limbah rumah padat maupun cair. Beranjak dari
permasalahan ini dan dengan mengangkat tema Urban Lifestyle sebagai tema kelompok,
besar harapan dari penulis untuk dapat menyelesaikan permasalahan kawasan muka
sungai air yang terlantar dan kumuh dan mengubahnya menjadi sebuah tempat publik
yang bersifat komersial dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah
sekitarnya dengan pendekatan desain dan konsep – konsep yang disesuaikan dengan
lifestyle kota Medan saat ini.
Dengan tema besar yaitu “ A River Runs Through It“, dan tema “ Urban Lifestyle
“ , lahirlah judul besar dan konsep dasar perancangan dari penulis yaitu “ Reflecting The
Past Atmosphere Within Modern Lifestyle “. Judul yang dilampirkan oleh penulis
memiliki pengertian untuk merefleksikan suasana – suasana perumahan maupun
bangunan yang ada pada masa dulu dengan gaya hidup yang modern dengan
pertimbangan kawasan Sungai Deli merupakan kawasan yang memiliki nilai history yang
sangat kental akan sejarah kota Medan. Dengan merefleksikan suasana bangunan -
bangunan pada zaman dulu dan dipadukan dengan tema Urban Lifestyle kota Medan saat
ini yang sangat terkenal akan wisata kulinernya. Pada akhirnya, konsep yang dirancang
oleh penulis akan memanfaatkan unsur bangunan – bangunan lama dan suasana tepi
sungai sebagai sebuah kawasan rekreasi dan tempat wisata kuliner yang memiliki konsep
perancangan pertama dan satu – satunya yang mendekatkan konteks bangunan dan
KERANGKA BERFIKIR
Gambar 1.2 Latar Belakang Sumber : Olah Data Primer Gambar 1.1 Proses Kerangka Berfikir
1.3 Gambar Konsep Perancangan Gambar 1.3 Gambar Konsep Perancangan
ABSTRAK
Reflecting The Past Atmosphere Within Modern Lifestyle diartikan sebagai proses merefleksikan suasana terdahulu dengan gaya hidup yang modern. Judul ini didapat dari ide penulis untuk mengingatkan masyarakat yang berada di sekitar site untuk menghargai
kondisi lingkungan yang berada di sekitarnya dan sejarah – sejarah yang mempengaruhi
tempat tersebut. Kasus proyek yaitu revitalisasi kawasan muka Sungai Deli, proyek ini dirancang dikarenakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan muka sungai sering menggunakan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah harian padahal pada masa dulunya Sungai Deli merupakan sungai yang membawa peradaban modern bagi kota Medan yang bermula dari kedatangan para suksesor kota Medan. Jacobus Nienhuys merupakan orang yang sangat berperan dalam peradaban modern kota Medan. Beliau
mendirikan sebuah perkantoran perkebunan yang bernama De Deli Maatschappij. Berkat
didirikannya perkantoran tersebut, kota Medan yang pada masa dulunya merupakan perkampungan kecil dapat maju dan berkembang menjadi kota Medan. Pesatnya perkembangan kota Medan pada masa dulunya dapat ditandai oleh sebuah gaya arsitektur yaitu Art Deco. Dari masalah tersebut, penulis mencoba memberikan kontribusi untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara merencanakan kawasan muka Sungai Deli dapat memiliki makna tersendiri dan masyarakat yang berada di sekitar site turut berpatisipasi dalam melestarikan kawasan ini sebagai bagian dari masyarakat tersebut. Konsep perancangan berikutnya adalah membuat sebuah kawasan terbuka hijau yang dapat
menampung kegiatan masyarakat di sekitar site yang turut dipadukan dengan urban
lifestyle kota Medan sebagai salah satu generator aktivitas yang dapat menghidupkan kawasan tersebut yaitu wisata kuliner khas kota Medan. Dengan mengangkat sejarah dari Sungai Deli, penulis menggunakan pendekatan pada arsitektur kontekstual yang berusaha mengharmonisasikan unsur modern dari bangunan Podomoro Deli Grand City dan PTP IX yang bergaya kolonial Belanda agar dapat memiliki sebuah harmoni tanpa adanya kontras yang berlebihan.
ABSTRACT
Reflecting The Past Atmosphere within Modern Lifestyle refers to reflecting the atmosphere of the former environment with the modern lifestyle. The title is derived from
the author’s idea to alert the communities within the site to appreciate the environment conditions which surround them and also the history that influenced the venue. With the main focus to revitalize the Deli Riverfront, the project was designed because the citizens who live around the river often use the river as a waste disposal place whereas in the former, it is a river is that carries modern civilization for Medan which originated from the arrival of the successor of Medan. Jacobus Nienhuys is a person who had a big role in the civilization of Medan. He established a plantation office named De Deli Maatschappij. Due to the establishment of the office, Medan who at the previous time was a small village then advanced and developed into a big city. The rapid development of Medan can be marked by an architectural style, that is Art Deco. From those arising problems, the author tries to give some contribution in finishing these problems by redesigning the Deli river so that it has a meaning and the community within the site could participate in preserving the area as a part of their community. The next design concept is to create an open green area which can accommodate community activities around the site and to combine them with the urban lifestyle of Medan as one of a generator activity which can revive the area by creating a place to serve typical culinary of Medan. By lifting the history from the Del river, the author uses contextual architecture that harmonize modern elements from Podomoro Deli Grand City and PTP IX with Dutch Colonial style without excessive amount of contrast.
BAB I
“Awal dari Segalanya”
Dalam perkembangan dunia yang semakin maju dan berkembang dari
kemodernan teknologi dan gaya hidup manusia saat ini, pemahaman dari kalangan
masyarakat dalam menjaga sungai agar tetap bersih dan nyaman masih sangat kurang.
Hal ini dibuktikan dengan keadaan kawasan sungai pada masa kini semakin jauh dari kata
nyaman dan sangat tidak layak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kurangnya
perhatian dari pemerintah terhadap kawasan muka sungai, membuat masyarakat kerap
melanggar peraturan – peraturan yang dibuat pada daerah di sekitar sungai. Dimulai dari
adanya bangunan yang bersifat fisik pada garis sempadan sungai yang seharusnya
dilarang, hingga menjamurnya jumlah pemukiman kumuh di daerah pinggiran sungai,
dan lebih ironis lagi, daerah tepi sungai kerap dijadikan tempat pembuangan berbagai
limbah. Dampak dari perilaku ini akan mencemari keberlangsungan sungai dalam jangka
panjang dan pada akhirnya mengakibatkan sungai menjadi semakin tidak nyaman dan
tercemar. Padahal, pada masa dulunya sungai bukanlah merupakan momok dari suatu
kota, karena fungsi dari sungai pada masa dulunya merupakan generator aktivitas yang
penting dalam pembentukan suatu kota. Sungai juga dapat digunakan sebagai jalur
transportasi perdagangan air, dan dapat dipergunakan untuk kebutuhan masyarakat sehari
– hari seperti kebutuhan untuk minum, mencuci dan sebagainya.
Perlunya peran dari pemerintah kota Medan dalam mensosialisasikan dampak
positif dari sungai sangatlah penting. Hal ini diperlukan agar adanya kesadaran dari
manusia untuk menjaga dan melestarikan sungai. Kesadaran dari pemerintah kota Medan
akan keadaan sungai pada masa kini, membuat mereka berencana untuk menata kembali
Sungai Deli sebagai generator aktivitas yang baik, sehingga peran dari Sungai Deli ini
yang berperan sebagai sarana pariwisata yang baru di kota Medan. Peran dari Pemko
Medan dalam kasus ini antara lain bekerja sama dengan organisasi swasta yang dianggap
dapat berkontribusi dalam menghadapi dan meyelesaikan permasalahan ini. Organisasi
swasta yang dimaksud yaitu PT Twin Rivers Development. Dalam hal ini Pemko kota
Medan dan PT Twin River Development menunjuk Departemen Arsitektur Universitas
Sumatera Utara untuk ikut berkontribusi. Sehingga Departemen Arsitektur USU
membentuk beberapa group studio Perancangan Arsitektur 6 untuk ikut berkontribusi
dalam perbaikan atau perancangan kembali Sungai Deli. Grup perancangan ini terdiri dari
mahasiswa semester 8 dengan dosen – dosen pembimbing. Setiap grup perancangan
mewakili sebuah kawasan dalam penataan kawasan tepi Sungai Deli. Dalam kesempatan
tersebut kelompok dari penulis turut mendapatkan kesempatan untuk menata kawasan
tepi Sungai Deli yang terletak di Jl. Guru Patimpus, Kelurahan Kesawan Utara,
Kecamatan Medan Barat.
Tahap paling awal yang dilakukan oleh penulis bersama kelompok survey yaitu
studi lapangan mengenai kondisi tapak yang terkini. Dari kondisi ini, penulis dapat
merasakan kurangnya kesadaran dari masyarakat sekitar Sungai Deli dalam melestarikan
dan menjaga Sungai Deli. Hal ini dibuktikan dengan penglihatan dari penulis secara
langsung dari lapangan dimana daerah muka sungai yang dulunya sangat bersih dan dapat
dilalui kapal – kapal berukuran sedang, sekarang hanya menjadi tempat gundukan
sampah – sampah dari masyarakat yang berada di lingkungan pemukiman yang kumuh.
Lebih ironis lagi, pemukiman – pemukiman kumuh di tepian Sungai Deli menggunakan
Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah padat maupun cair mereka. Dalam
proses perjalanan penulis bersama kelompok survey, penulis mendapat banyak kendala
dikarenakan pada daerah lokasi site saat ini sedang dilakukan perataan tanah oleh
dan melakukan survey secara langsung. Tidak hanya itu, kendala dari surat survey yang
tidak kunjung selesai juga merupakan segelintir dari beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh penulis dan kelompoknya. Dalam penyusunan data – data yang diperlukan
untuk proses analisa seperti, kebutuhan data eksisting, sirkulasi kendaraan, kondisi
ekonomi, dan sejarah – sejarah yang erat kaitanya dengan perancangan kawasan muka
Sungai Deli dikarenakan banyak data yang perlu diperoleh, penulis kemudian membagi
grup menjadi beberapa kelompok survey. Untuk menambah kelengkapan dan kebenaran
dari data – data yang sudah diperoleh, kelompok survey bersama dengan penulis
melakukan wawancara terhadap beberapa penghuni di sekitar lingkungan dan marketing
dari Podomoro Deli Grand City. Hasil dari wawancara ini membuat penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa kurangnya sosialisasi dari pemerintah kota Medan mengenai
kawasan muka Sungai Deli, sehingga tidak heran apabila masyarakat di sekitar site tidak
menyadari dampak dari kesalahan fatal yang mereka perbuat terhadap Sungai Deli dan
akibatnya di masa yang akan datang. Tidak hanya itu, kurangnya ketegasan hukum yang
mengikat pada kawasan muka Sungai Deli juga merupakan faktor yang tidak boleh
dilupakan, dimana batas Garis Sempadan Sungai (GSS) juga dilanggar. Tidak boleh ada
bangunan fisik di sekitar GSS kerap dilanggar dan dijadikan sebagai pemukiman kumuh
warga – warga sekitar. Sedangkan hasil dari wawancara terhadap marketing Podomoro
memberikan penulis dan kelompok survey medapatkan banyak informasi yang penting
mengenai struktur, dan harga – harga kamar per unit. Pihak dari marketing Podomoro
juga memberikan brosur – brosur masterplan mengenai proyek apa saja yang akan
mereka garap.
Setelah pengumpulan data – data yang akurat, kelompok survey beserta penulis
kemudian melakukan diskusi bersama guna saling berbagi informasi mengenai daerah di
membuat kelompok survey dan penulis merangkum data – data yang sudah diperoleh
untuk diasistensikan dengan dosen pembimbing, dan praktisi konsultan arsitek. Dalam
proses asistensi, dosen pembimbing memberikan pengarahan kepada kelompok survey
dan penulis mengenai sejarah kota, teori kota, dan tema urban lifestyle hingga pentingya
Sungai Deli. Hal ini dikarenakan proyek yang akan dibangun ini berdekatan dengan
bangunan PTP IX yang pada masa dulunya bernama Deli Maatschappij. Dari asistensi
dengan dosen pembimbing, beliau memberikan arahan –arahan dan terdapat 7 pilihan
fungsi bangunan yang akan dirancang yaitu : Hotel berbintang 5, apartemen,
kondominium, mall, kantor sewa, hotel berbintang 4, dan theme park. Namun, kurangnya
data mengenai sejarah kota membuat kelompok survey dan penulis mengalami beberapa
kesulitan sehingga pada akhirnya penulis dan kelompoknya kembali melakukan survey
lapangan agar mengetahui dan memahami sejarah – sejarah tebentuknya kota Medan
yang berkaitan erat dengan kawasan Sungai Deli. Karena cikal bakal dari terbentuknya
kota Medan sangat erat kaitannya dengan pertemuan Sungai Deli dan Babura sebagai
jalur perdagangan, dan bangunan Deli Maatschappij yang pada masa dulunya merupakan
BAB II
“Analisa yang Mewujudkan Art Deco“
Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data –
data yang telah lengkap dan akurat merupakan tahap – tahap yang harus dilalui penulis
sebelum melakukan sebuah analisa, karena analisa yang baik akan sangat bergantung
dengan kelengkapan data – data yang telah di peroleh. Data – data yang diperoleh
mengenai kondisi eksisting site
Dapat terlihat bahwa ruko komersil dan perkantoran merupakan generator
aktivitas utama pada daerah di sekitar site. Sehingga daerah di sekitar site yang akan di
bangun merupakan daerah komersil untuk peruntutan bisnis. Beranjak dari data yang
dikumpulkan oleh penulis dalam merancang untuk memenuhi kekurangan akan
kebutuhan Hotel Bisnis dan Mall pada daerah tersebut. Hasil dari data yang sudah
diperoleh oleh kelompok survey kemudian dilanjutkan ke tahapan proses menganalisa
data – data tersebut.
Dalam menganalisa yang baik penulis melakukan beberapa kelompok urutan -
urutan kegiatan agar mendapatkan hasil yang masksimal. Urutan kegitan ini bermula dari
melakukan analisa fisik, pada proyek yang akan dibangun ini berlokasi di Jl. Guru
Patimpus dan Jl. Tembakau Deli, kecamatan Medan Barat, Medan Sumatera Utara,
Indonesia. Pada batas utara site merupakan daerah
ruko komersil, pada batas barat merupakan Sungai Deli, pada batas timur yaitu Podomoro
Deli Grand City yang dulunya merupakan bangunan Ex. Deli Plaza Medan, batas selatan
merupakan daerah pemukiman dan terdapat bangunan bersejarah PTP IX yang dulunya
merupakan kantor Deli Maatschaappij. Luas lahan yang akan dibangun kurang lebih
berkisar 2,35 ha memiliki garis sempadan Sungai Deli 15 m dan sempadan Jl. Guru
Patimpus 8.5 m dengan kontur yang menjorok / menurun ke arah Sungai Deli, iklim pada
proyek yang dirancang mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum 23º C hingga
maksimum 33.1 º C, memiliki kelembapan udara ( 78 – 82 ) %, dengan KDB ( Koefisien
Dasar Bangunan ) 60 % dan KLB ( Koefisien Luas Bangunan ) 4 – 32 lantai.
Selepas dari analisa fisik, penulis kemudian melanjutkan analisa terhadap tata
guna lahan, hasil dari pengumpulan data yang dilakukan dengan studi lapangan
memperlihatkan fungsi utama di daerah sekitar site yang di dominasi oleh pemukiman,
perkantoran, dan ruko komersil. Adapun fungsi perkantoran di sekitar lokasi ini adalah
Plasa Telkom, Kantor Pos, Bank Mutiara, TVRI, Showroom Mobil, Kantor Walikota, dan
didukung oleh beberapa pusat pemberlanjaan seperti Palladium, Hotel J.W Marriot, serta
beberapa ruko komersil. Pusat pemberlanjaan, kantor komersil, dan ruko merupakan
generator aktivitas utama pada kawasan ini. Pemukiman pada daerah ini juga sudah
tertata dengan menaati peraturan GSB, walaupun terdapat beberapa pemukiman yang
masih tidak menaatinya, hal ini lebih banyak terjadi pada daerah kawasan Sungai Deli.
Hasil dari analisa ini memperjelas pada daerah di sekitar site terbukti banyak terdapat
kantor komersil, sehingga daerah ini sangat baik jika digunakan sebagai tempat bisnis,
sedangkan minimnya fasilitas Hotel Bisnis di kawasan sekitar site membuat penulis
memilih untuk membangun Hotel Bisnis dan Mall sehingga kurangnya persaingan
dengan bangunan lainnya. Hotel Bisnis ini akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan
pembisnis pada daerah tersebut. Untuk utilitas pada bagian site sudah tersedia dengan
baik. Baik jaringan listrik PLN, jaringan air bersih dari PDAM, jaringan gas DTR, dan
jaringan drainase. Dikarenakan site terletak pada pusat kota sistim utilitas di daerah
sekitar site sangatlah baik dan lengkap.
Analisa pedestrian pada Jl. Guru Patimpus jalur pejalan kaki pada daerah tersebut
sangatlah sulit untuk dilalui, dikarenakan selokan jalan dan jalur pejalan kaki memiliki
dimensi yang sama besar, ditambah lagi dengan pohon dan tiang – tiang reklame yang
berada pada jalur pejalan kaki, sedangkan pedestrian pada Jl. Balai Kota dan Jl.
Tembakau Deli sangatlah nyaman untuk dilalui pejalan kaki, dikarenakan jalurnya yang
luas dan tidak terganggu oleh tiang dari signage dan pohon. Pusat kebisingan pada daerah
di sekitar site terletak pada Jl. Guru Patimpus dan Balai Kota, sedangkan pada daerah di
sekitar Sungai Deli dan Tembakau Deli memiliki tingkat kebisingan yang rendah karena
daerah tersebut di dominasi oleh perumahan atau pemukiman yang kumuh.
Pusat kemacetan paling sering terjadi pada pagi hari dan sore hari, dikarenakan
banyaknya sarana transportasi umum maupun pribadi yang berhenti sesuka hati pada
persimpangan empat antara Jl. Putri Hijau, Jl. Guru Patimpus, Jl. Balai Kota, dan Jl.
Perintis Kemerdekaan. Hal ini membuat penulis berfikir bagaimana caranya untuk
mengurangi kemacetan pada daerah tesebut untuk meningkatkan potensi pada daerah
yang akan dirancang, jangan karena proyek yang akan dirancang oleh penulis ini pada
kemudian hari semakin membebani kemacetan pada kawasan tersebut, sehingga jawaban
dari masalah tesebut membuat penulis memberikan usulan untuk membuka sebuah jalan
baru pada Jl. Tembakau Deli, karena pada Jl. Tembakau Deli daerah tersebut memiliki
tingkat kemacetan yang sangat rendah sehingga dapat mengalihkan daerah rawan
kemacetan ke daerah yang kurang dilalui oleh transportasi umum. Ketika penulis dan
kelompok survey melakukan analisa megitari daerah eksisting di sekitar site, view – view
yang ditawarkan dari lokasi proyek ini memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda
– beda, sehingga penulis membagi beberapa view yang bagus untuk perletakan bangunan
dan pemandangan dari luar ke dalam site maupun dari dalam melihat keluar site. View
utara memperlihatkan ruko – ruko komersil yang memiliki nilai plus terhadap view dari
dalam ke luar site, view timur terdapat bangunan komersil Podomoro Deli Grand City,
pada view barat terdapat Sungai Deli yang merupakan view terbaik, tetapi harus ditata
atau dirancang kembali, karena vegetasi yang ditumbuhi oleh pohon – pohon dan rumput
– rumput liar dibagian tepi sungai mengurangi view langsung kearah Sungai Deli, dan
pada view selatan terdapat bangunan bersejarah kota Medan yaitu bangunan Deli
Maatschappij.
Dari beberapa analisa di atas terdapat beberapa kaitanya terhadap sejarah kota
Medan yang dilihat dari nilai preservasi kawasan tersebut. Sehingga penulis merasa perlu
untuk melakukan kajian khusus terhadap analisa gaya arsitektur kota dan sejarah yang
berada di sekitar kawasan Sungai Deli dikarenakan analisa ini akan berkaitan dengan
tema dan konsep perancangan gaya arsitketur yang di pilih oleh penulis sebagai solusi
penghubung konteks Preservasi, Urban Lifestyle saat ini yang semuanya di labeli dengan
kata modern, dan Riverfront sebagai konteks tema utama. Proses ini penulis telusuri
bermula dari Jl. Kesawan Medan hingga ke Jl. Putri Hijau Medan, pada daerah di sekitar
site sangatlah didominasi oleh beberapa gaya arsitektur yaitu Arsitektur Modern,
Arsitektur Kolonial Belanda ( Indische Empire ), dan Arsitektur Art Deco. Bangunan –
bangunan yang bergaya arsitektur modern pada kawasan tersebut yaitu, Podomoro Deli
Grand City ( PDG ), J.W Marriot, Capital Building, dan Kantor Telkom Speedy yang
baru – baru ini selesai di renovasi. Sedangkan bangunan – bangunan yang bergaya
Walikota, Hotel Dharma Deli ( Ex Hotel De Boer ), Bank Indonesia, dan lain – lain. Pada
masa perkembangan ekonomi kota Medan yang pesat pada bidang perkebunan melandasi
munculnya sebuah gaya arsitektur yang terkenal pada masanya sebagai sebuah perpaduan
dari gaya peralihan bangunan lama menjadi modern yaitu gaya arsitektur Art Deco.
Sehingga pada daerah yang memiliki peradaban ekonomi yang pesat, terdapat bangunan
yang mengadopsi gaya arsitektur Art Deco ( Art Decoratif ) pada sepanjang daerah
Kesawan hingga Putri Hijau terdapat beberapa bangunan bergaya arsitektur Art Deco
yaitu, Bank Danamon ( Ex.Bank of China ), BATA ( Ex. Cornfield Magazjin ), Lonsum (
London Sumatera ), dan gedung AMPI ( Ex. Depnaker ) pada masa Hindia – Belanda
bernama Warenhuis yang dulunya merupakan sebuah bangunan supermarket pertama
BAB III
“Sungai Deli sebagai Pembawa Peradaban Modern Kota Medan“
Mengapa pemilihan gaya arsitektur Art Deco penulis terapkan sebagai konsep
perancangan gaya bangunan ? Hal ini akan terjawab di sejarah singkat terbentuknya kota
Medan yang erat kaitanya dengan Sungai Deli sebagai pembawa peradaban yang
membuat kota Medan maju dan berkembang. Dari data analisa timeline sejarah dan
hubungan perkembangan kota Medan secara lebih detail akan dapat terlihat pada bagian
lampiran yang dilampirkan oleh penulis dalam bentuk tabel.
Serangkaian proses ini bermula dari kampung kecil bernama Medan Putri yang
terletak sangat strategis di jalur pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli. Hal ini
membuat kampung Medan Putri berkembang pesat dikarenakan adanya Sungai Deli dan
Sungai Babura yang berperan menjadi jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai dan
menjadi pelabuhan transit yang penting pada saat itu. Menurut sejarah kota Medan,
Sungai Deli juga berperan dalam peradaban kota Medan dimulai dari datangnya kapal J.
Nienhuys, Elliot, dan Van Der Falk yang merupakan pedagang tembakau asal Belanda
yang berjasa dalam melambungkan nama Tanah Deli di Eropa sebagai penghasil cerutu
terbaik. Kedatangan J. Nienhuys dilandasi karena dulunya pada tahun 1860 kampung
Medan Putri ini tidak berkembang hingga ketika penguasa Belanda mulai membebaskan
tanah untuk perkebunan tembakau. J. Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di
Jawa berpindah ke Deli diajak oleh seorang keturunan Arab Surabaya yang bernama Said
Abdullah Bilsagih yang merupakan saudara ipar dari Mahmud Perkasa Alam Deli. Pada
tahun 1863, J. Nienhuys datang pertama kali ke Tanah Deli untuk membuka perkebunan
pertama di kota Medan. Setahun kemudian, J. Nienhuys mengirim sampel hasil
perkebunannya ke Rotterdam, dari hasil sampel tersebut membuktikan bahwa hasil
baik. Karena itu, nama Tanah Deli langsung melambung di daratan Eropa. J. Nienhuys
kemudian mendirikan kantor pertama di daerah labuhan Deli ( Belawan ) pada tahun
1864 dan tepat setelah lima tahun kemudian berpindahtempat ke Kampung Medan Putri.
Beliau juga membangun kantor di pinggir Sungai Deli dengan tujuan untuk mengawasi,
menimbang, dan mengatur jalur perdagangan. Dengan perpindahan kantor ini, kota
Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan sekaligus
menjadi daerah yang paling mendominasi di Indonesia bagian barat. Pesatnya
pertumbuhan perekonomian yang mengubah Deli menjadi pusat perdagangan termakmur
pernah dijuluki sebagai Het Dollar Land ( Tanah Uang ).
Pada tahun 1866, Jansen, P.W. Clemen, Cremer dan J. Nienhuys mendirikan Deli
Maatschappij di daerah labuhan dan kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di
beberapa daerah, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan di tahun 1874.
Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, J.
Nienhuys memindahkan kantor perusahaanya dari labuhan ke Kampung Medan Putri.
Dengan perpindahan Beliau ke kampung Medan Putri membuat lingkungan menjadi
semakin ramai dan berkembang. Setelah itu, pada tahun 1879, ibukota Asisten residen
Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan dan pada 1 Maret 1887, ibukota Residen
Sumatera Timur resmi dipindahkan dari Bengkalis ke Medan.
Berkat kemajuan perekonomian dari perkebunan pada tahun 1918, wilayah
tersebut diserahkan oleh Sultan Deli kepada pemerintah Hindia Belanda dan membuat
kota Medan berubah menjadi Gemeente ( Kota Praja ) dengan walikota Baron Daniel
Mackay. Oleh pemerintah Kota Praja, kawasan tersebut ditata ulang dan disusun teratur
sedemikian rupa hingga membentuk sebuah kawasan bernama “ Kesawan “. Sejak saat itu
berdatanglah perusahaan – perusahaan asing untuk membuka berbagai bank, perusahaan
lainya hingga “Kesawan“ dapat menjadi sebuah pusat kota. Daerah Kesawan dulunya
pernah dijuluki sebagai Paris Van Soematra, hal ini dikarenakan dulunya daerah
Kesawan meniru persis kota di Eropa dimana terdapat sebuah lapangan luas yaitu
Lapangan Merdeka yang disahkan pada 16 Oktober 1945. Dulunya semasa jajahan
Belanda, Lapangan Merdeka ini bernama Waterlooplein dan berubah nama menjadi
Fukuraido semasa jajahan Jepang. Bagian depan Lapangan ini adalah gedung Balai Kota
dan disekitarnya dapat dijumpai Hotel yang bernama Hotel De Boer (Dharma Deli) ,
Bank, Kantor Pos, Stasiun Kereta Api, dan pusat perbelanjaan ( Medan’s Warenhuis )
sebagai supermarket pertama di kota Medan yang sangat megah dan mewah pada
masanya dan bergaya arsitektur Art Deco yang sekarang telah beralih fungsi menjadi
gedung AMPI. Pada sekeliling Lapangan Merdeka Medan juga dapat dijumpai 60 pohon
Trembesi yang didatangkan langsung dari Amerika Latin dan menjadi paru – paru kota
yang sangat teduh, hal ini dibuat agar kota Medan menjadi persis seperti kota Paris.
Semua ini dapat terjadi juga dikarenakan peran dari seorang yang berasal dari kantor Deli
Maatschappij yang juga merupakan salah satu suksesor kota Medan selain Jocobus
Nienhuys, yaitu J. T. Cremer yang berperan sebagai manajer perusahaan Deli ( Deli
Maatschappij ).
Setelah kembalinya J. Nienhuys ke Belanda, J. T. Cremer yang menganjurkan
agar jaringan Kereta Api di Deli DSM ( Deli Spoorweg Maatschappij ) sesegera mungkin
dapat dibangun dan direalisasikan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan
perkebunan Deli. Karena kegiatan ekspor impor melalui transportasi air cenderung lambat
dan kurang layaknya penggunaan jalan raya pos atau dulunya disebut sebagai Groute Pos
Weg, maka dibangunlah jalan Kereta Api sebagai alternatif baru. Perkembangan ekonomi
yang pesat ini mendorong kota Medan berkembang menjadi kota yang lebih modern
yang mengitari Sungai Deli yang sangat berkembang perekonomiannya dikarenakan
sering dilalui sebagai jalur perdagangan antara Istana Maimun dengan daerah Tembakau
Deli. Peran dari Sungai Deli juga tidak boleh diabaikan karena sebagai sarana transportasi
air yang mengubah peradaban kota Medan menjadi lebih baik, ditambah lagi dengan
kedatangan kantor J. Nienhuys De Deli Maatschappij di tepi sungai Deli. Dengan
perubahan ekonomi dan peradaban kota Medan yang berkembang pesat membuat gaya
arsitektur kota Medan yang dulunya bergaya Kolonial Belanda ( Indische Empire )
berubah menjadi gaya arsitektur yang lebih modern, yaitu gaya arsitektur Art Deco.
Kemegahan dan kemewahan dari gaya arsitektur Art Deco merupakan ciri – ciri pesatnya
perkembangan perekonomian kota Medan dalam bidang perdagangan internasional.
Pada masa dulunya dapat dirasakan pada jalur Grote Post Weg yang mengitari
sepanjang Sungai Deli dimana pada saat ini jalur tesebut berganti nama menjadi Jl.
Brigjend Katamso hingga terusan jalan Putri Hijau. Dalam proses menganalisa bangunan
sekitar, pada Jl. Bridgjend Katamso Medan terdapat sebuah Gedung Mega Eltra yang
dahulunya adalah kantor dagang perusahaan Belanda bernama Lindeteves– Stokvis yang
menjual barang metal dan peralatan perkebunan, terletak beberapa puluh meter saja dari
Istana Maimun. Secara historis nilai bangunan Mega Eltra tersebut tidak dapat digantikan.
Hal ini dikarenakan bangunan Mega Eltra merupakan sebuah bukti kejayaan kota Medan
dalam bidang perdagangan international. Bangunan Mega Eltra ini juga merupakan
perpaduan dari gaya arsitektur Eropa dan tropis, yang sangat dipengaruhi oleh gaya Art
Deco dan membuat kesan mewah dan megah dengan penggunaan kaca – kaca patri yang
sangat indah. Kemewahan dari gaya Art Deco dapat terasa pada beberapa bangunan di
daerah Grote Pos Weg. Gaya arsitektur ini juga terdapat pada bangunan AMPI ( Ex.
Depnaker ) dulunya pada masa Belanda bangunan ini berfungsi sebagai supermarket
niet duueder yang berarti lebih bagus tapi tidak mahal. Gedung Medan’s Warenhuis ini
dibangun oleh arsitek G. Bos dan disahkan oleh walikota pertama yaitu Baron Daniel
Mackay. Bangunan ini menggunakan struktur konstruksi berlantai cor beton, kolom
sistim bearing wall dan atap berangka kayu, dan menggunakan bahan bermaterial variatif.
Lantainya dicor beton dan ada yang menggunakan kayu, dinding berbahan bata, dan
atapnya dipasang genteng. Dengan gaya bangunan Art Deco, gedung ini dilengkapi
dengan dua buah menara – satu di sudut Jl. Hindu dan satu lagi tepat di seberang Jl. H. A
Syhiba / Jl. Mayor sehingga menghasilkan efek vista bagi warga kota yang melihatnya.
Kejayaan Medan’s Warenhuis pada masa itu memang telah menjadi suatu fakta yang
telah membuktikan pesatnya perekonomian kota Medan yang telah dirancang oleh
Kolonial Belanda untuk menjadikannya sebagai Parijs Van Sumatra. Dalam kurun waktu
yang singkat ini, Medan telah dikarakteristikkan oleh suatu atmosfir international dengan
perusahaan Amerika, Belanda, Inggris, Belgia, Perancis, Jerman, dan China. Kota Medan
dengan atmosfir kosmopolitan dan sosialitanya yang pluralistic juga telah dikenal oleh
kota – kota international sekitarnya sebagai kota yang maju.
Gaya arsitektur Art Deco dalam pengertian tertentu merupakan gabungan dari
berbagai gaya dan gerakan pada awal abad ke – 20, termasuk Konstruktsionisme,
Kubisme, Modernisme, Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme yang lahir dari perang
dunia pertama (World War 1). Dikarenakan dulunya orang tidak ingin mengingat
sakitnya, kekejamanya dari kejadian - kejadian perang dunia pertama, terciptalah gaya
arsitektur yang merupakan peralihan gaya arsitektur lama menjadi gaya yang
mengadaptasi unsur – unsur modern. Karena menurut gaya arsitektur Modern, “
Ornament Is A Crime “, maka gaya arsitektur Art Deco meggunakan ornament zig zag,
kubisme, aerodinamis atau streamline deco, dan pengulangan – pengulangan. Gaya
berkembangnya peradaban kota pada masa dulunya di kawasan tersebut karena
kemegahan, kemewahan, keromantisan dan keanggunan.
Beranjak dari sejarah singkat perkembangan kawasan kota Medan yang sangat
dipengaruhi oleh Sungai Deli sebagai pembawa peradaban kota Medan hingga
munculnya gaya arsitektur yang melambangkan kejayaan kota Medan dalam perdagangan
internasional yaitu Art Deco dan kaitanya dengan Konteks Preservasi, Modern, dan
BAB IV
“Harmonisasi 3 Pilar Utama“
Terdapat tiga elemen atau pilar utama dalam perancangan penulis terhadap
proyek ini yaitu tema proyek (arsitektur kontekstual), lokasi site riverfront, dan kasus
proyek yang akan dirancang yaitu hotel bisnis dan mall. Dalam mengintegrasikan ketiga
unsur tersebut, penulis berusaha untuk menghubungkan bangunan baru dengan
lingkungan di sekitarnya, seperti yang dituturkan oleh Brent C Brolin dalam Architecture
in Context. Adapun ciri – ciri dari kontekstual menurut beliau adalah “ pengulangan
terhadap motif dari desain bangunan sekitar, pendekatan baik dari bentuk pola, irama,
ornamen, dan lain – lain terhadap bangunan disekitar konteks lingkunganya “. Hal ini
dibuat dengan tujuan untuk tetap menjaga karakter suatu tempat, dan ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup yang ada. Tanpa meninggalkan esensi utama dari Arsitektur
kontekstual yaitu mengharmonisasikan lingkungan, konteks preservasi dan modern pada
lingkungan di sekitar site. Beberapa contoh dari Arsitektur kontekstual yang
mengharmonisasikan bangunan dengan lingkunganya seperti, Louvre Pyramid yang
berada di kota Paris, dan Victorian Homes yang biasanya di kenal sebagai Poscard Row,
yang menarik dari pemukiman bergaya Victoria ini adalah walaupun pemiliknya
mempunyai selera tersendiri terhadap gaya dari simbol – simbolnya, namun bangunan ini
tetap kontekstual terhadap bangunan disekitarnya. Sehingga yang terlihat adalah
bangunan yang bersifat harmoni dan selaras.
Pendekatan terhadap Arsitektur Kontekstual yang memperhatikan bangunan baru
yang menciptakan keselarasan dan keharmonian terhadap kesan modern dengan
bangunan preservasi di sekitar site dan lingkungannya membuat penulis memiliki ide
untuk mengharmonisasikan konteks modern dan preservasi menjadi sebuah gaya
beberapa bangunan di kawasan sekitar site, seperti bangunan Waren Huis ( AMPI ( Ex
Depanker )), Cornfield Magajin ( BATA ), Mega Eltra ( Centrium ) , Lonsum, Bank of
China ( Bank Danamon ) mengadopsi gaya arsitektur modern tanpa melupakan unsur
preservasinya yaitu gaya arsitektur Art Decoratif. Adapun gaya Arsitektur Art Decoratif
sebenarnyabermula dari keinginan warga Eropa untuk melupakan kenangan buruk pasca
Perang Dunia I, sehingga dibangunlah bangunan bergaya Art Deco yang murni
merupakan sebuah seni yang yang mengadopsi unsur – unsur modern seperti
Modernisme, Bauhaus, Kubisme, Art Nouveau, dan Futurisme. Kepopuleran dari gaya ini
bermula dari diselenggarakannya “ Exposition Internationale des Art Decoratif et
Industriels Modernes “ pada tahun 1925 di Paris, sehingga sejak saat itu nama Art
Decoratif atau Art Deco menjadi populer seiring dengan munculnya beberapa artikel
dalam media cetak.
Dalam mengharmonisasikan unsur Art Deco dengan tema utama Riverfront,
Hotel, dan Mall, peran dari Sungai Deli tidak dapat diabaikan karena dapat terlihat pada
konteks sejarah kota Medan yang bermula dari Sungai Deli sebagai jalur transportasi air
hingga kedatangan J. Nienhuys, dan J. T. Cremer yang mendirikan kantor Deli
Maatschappij dan DSM ( Deli Spoorweg Maatschappij ) yang disebabkan kurang
layaknya jalur raya pos ( Groute Pos Weg ) yang pada saat itu merupakan jalur
perdagangan darat yang mengikuti aliran sepanjang Sungai Deli. Dengan berdirinya
perusahaan tersebut, kota Medan pun turut berkembang secara perlahan – lahan tetapi
pasti hingga membuat daerah Tanah Deli pernah disebut sebagai Het Dollar Land atau
tanah uang. Atmosfer kota Medan yang dilalui oleh jalur raya pos ( Groute Pos Weg )
membuat daerah – daerah disekitarnya terimbas oleh perkembangan ekonomi yang sangat
pesat, sehingga gaya arsitektur pada beberapa bangunan yang dilalui Groute Pos Weg
gaya arsitektur Art Deco sebagai lambang kejayaan peradaban kota Medan dalam jalur
perdagangan international. Konteks Art Deco pada bangunan Waren Huis dapat dirasakan
pada bangunan tersebut, terlihat dari penggunaan material dan ornamen – ornamen yang
diterapkan pada bangunan tersebut. Dengan mengkaji konteks – konteks pada daerah di
sekitar site, penulis menyimpulkan bahwa proyek bangunan fungsi ganda ( Mixed Use )
yaitu Hotel Bisnis dan Mall rekreasi yang akan dirancang juga harus mengadopsi gaya
bangunan Art Decoratif yang kemudian akan diaplikasikan pada detail – detail ornamen
bangunan yang akan dirancang.
Konsep perancangan pada Hotel dan Mall bermula dari hasil analisa penulis
terhadap kebutuhan bangunan pada daerah di sekitar site yang dapat terlihat pada analisa
tata guna lahan dan hasil analisa terhadap bangunan Podomoro Deli Grand City yang
tepat berada di sebelah site. Pada bangunan Podomoro Deli Grand City, tidak terdapatnya
fasilitas Hotel, membuat pembangunan hotel ini tidak akan bersaing terhadap proyek
Podomoro Deli Grand City. Kemudian, hasil dari analisa tata guna lahan yang dirangkum
oleh penulis dan kelompok survey juga memperlihatkan kurangnya kebutuhan Hotel
untuk keperluan orang bisnis serta kurangnya fasilitas Mall rekreasi sebagai pendukung
fungsi Hotel.
Konsep rancangan hotel bisnis dan mall akan menerapkan Art Deco sebagai gaya
arsitektur bangunan. Penerapan Art Deco pada bangunan akan dirasakan pada detail –
detail bangunan, terutama pada ornament yang digunakan. Adanya menara pada puncak
bangunan, dan Streamline Modern melambangkan ciri khas dari gaya arsitektur Art Deco.
Kurangnya fasilitas rekreasi yang terbuka dan hijau pada kawasan di sekitar mendorong
penulis untuk merancang sebuah ruang terbuka publik yang memiliki 3 karakter penting
yakni: Memiliki makna (meaningful), dapat mengakomodir kebutuhan para penggunanya
adanya diskriminasi (democratic). Selain ketiga fungsi yang disebutkan diatas, tujuan
utama dari ruang terbuka publik adalah dapat berperan sebagai paru – paru kota. Setelah
melakukan analisa terhadap gaya arsitektur bangunan dan sejarah – sejarah kawasan kota
Medan penulis kemudian melanjutkan studi banding terhadap proyek sejenis mengenai
hotel – hotel yang bergaya Art Deco dikarenakan studi banding itu penting sebelum
memulai konsep desain. Beberapa contoh karya bangunan Art Deco yang terkenal di
dunia seperti Hotel Savoy Honmann Bandung dan Hotel Burj The Lake ( The Address,
Dubai ) memiliki beberapa kemriripan dalam penggunaan Stream Line Modern[1] yang
merupakan ciri khas dari gaya arsitektur Art Deco
Savoy Honmann hotel merupakan hotel yang
bertaraf internasional dengan kemewahan hotel
berbintang empat yang memiliki nilai history
yang baik. Hotel ini terletak di Jl. Asia – Afrika
( dahulu Jalan Raya Pos disebut juga sebagai
Groute Pos Weg ) No. 112, Cikawao, oleh
Albert Aalbers. Bangunan ini dirancang dengan
konsep Art Deco yang menyerupai gelombang
Samudera, lengkungan ini sering disebut
sebagai Stream Line Moderne.
The Address Downtown Dubai, merupakan hotel pencakar
yang memiliki 63 lantai dengan tinggi 302 m ( 991ft ).
Hotel ini berfasilitas bintang 5 dengan 196 kamar dan 626
apartemen, Bangunan ini memiliki podium yang berlekuk -
lekuk menyerupai gelombang – gelombang air, dan
memiliki puncak menara yang merupakan ciri khas gaya
arsitektur Art Deco. Pada daerah podium merupakan mall yang sangat mewah dan Megah
dan pada bagian towernya merupakan area hotel dan apartemen. Bangunan ini dirancang
oleh aristek ternama yaitu Atkins dengan menggunakan developer yaitu Emaar Property.
Pengembangan terhadap kawasan tepian sungai (Waterfront development)
merupakan trend yang sudah melanda kota – kota besar dunia sejak tahun 1980, dan tetap
akan digemari hingga masa – masa yang akan datang. Jenis pengembangan terhadap
kawasan tepian air mulai dirintis sejak tahun 60-an oleh kota – kota berpantai di Amerika
yang memanfaatkan lahan – lahan kosong bekas pelabuhan lama untuk dikembangkan
menjadi kawasan bisnis, hiburan, serta permukiman. Kesuksesan pada Amerika ini
langsung ditiru oleh kota – kota pelabuhan di Eropa dan kemudian menyebar ke segala
penujuru dunia. Seperti yang dikemukakan oleh Wrenn (1983), waterfront development
didefinisikan sebagai “interfrace between land and water“. Kata “interface” sendiri
memiliki pengertian terhadap adanya kegiatan aktif yang memanfaatkan pertemuan antara
daratan dan perairan menjadi sebuah simbiosis yang saling mendukung. Adanya kegiatan
inilah yang membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat disebut sebagai
waterfront development yaitu meskipun memiliki unsur air namun apabila konteks
terhadap air tersebut tetap dibiarkan pasif dan tidak dikembangkan ataupun tidak adanya
sinergi antara daratan dan perairan, tetap tidak dapat disebut sebagai waterfront
development walaupun terdapat unsur air dalam kasus tersebut. Dengan demikian,
pengertian terhadap waterfront development dapat diartikan sebagai pengolahan atau
pengembangan terhadap kawasan tepian air yaitu kawasan pertemuan antara daratan dan
perairan dengan adanya generator aktivitas atau kegiatan aktif. Perairan yang dimaksud
bisa berupa unsur air alami ataupun buatan, unsur air yang alami seperti laut, kanal,
danau, sungai dan unsur air buatan dapat berupa kolam ataupun danau buatan. Sedangkan
memanfaatkan pemandangan perairan sebagai objek pemadangan utama, serta adanya
daerah bermain ataupun rekreasi untuk anak – anak sebagai pengguna utama, ditambah
lagi dengan daerah pertemuan untuk kebutuhan bisnis.
Pada zaman yang semakin modern ini, kecenderungan orang untuk meninggalkan
air tidak lain dikarenakan tercemarnya atau terggangunya air sejak industri berkembang
pesat di kota – kota besar dunia, yaitu sekitar pertengahan abad 19. Dimana volume
kegiatan – kegiatan di sekitar pelabuhan menjadi berlipat ganda, dan gudang – gudang
yang besar bahkan pabrik didirikan di sekitar kawasan tepi sungai. Akibat dari
didirikanya industri – industri ini menyebabkan pemandangan ke arah perairan menjadi
terhalang. Kawasan tepi sungai menjadi tempat yang tidak nyaman dan tidak aman bagi
warga kota untuk bersantai, berjalan – jalan menikmati keindahan pemandangan sungai,
dan kawasan luas di sekitar tepi sungai yang dibiarkan terbengkalai juga sering digunakan
sebagai sarang dari beberapa kriminalitas. Tidak hanya itu, kecenderungan kota – kota
besar untuk membangun jalan raya bebas hambatan yang dibuat mengelilingi kota (ring
road) ikut memperburuk keadaan, sebab menjadikan kawasan tepi sungai dan pelabuhan
semakin terisolasi dari bagian kota lainnya.
Dalam konsep perancangan landscape bangunan yang akan dirancang, penulis
mengutamakan orang – orang untuk cenderung kembali mendekati kawasan tepi sungai
dengan membangun promenade ataupun esplanade. Hal ini dimaksudkan oleh penulis
dalam pengembangan terhadap kawasan tepi sungai akan memunculkan generator
aktivitas baru yang tidak dimiliki di daerah sekitar kota Medan lainnya, karena ini
merupakan konsep pertama yang ada di kota Medan dengan menggunakan kawasan muka
sungai sebagai salah satu generator aktivitas dan paru – paru kota, juga kerinduan dari
masyarakat sekitar terhadap atmosfer atau suasana kehidupan perairan yang telah lama
oleh penulis yang bermula sejak Sungai Deli semakin tidak terjaga dan kumuh,
dikarenakan pada masa dulunya Sungai Deli sangatlah bersih dan lebar hingga dapat
dilalui oleh beberapa kapal pengangkut barang. Pemikiran terhadap konsep rancangan ini
kemudian penulis telusuri dari pengamatan terhadap hal serupa yang juga pernah dirintis
di Amerika Serikat dengan pembangunan kawasan eks – pelabuhan dengan proyek “
Inner Marbor “ di Baltimore, Marryland pada tahun 60-an dan disusul dengan proyek
serupa di Boston serta kota – kota pelabuhan lainnya. Proyek – proyek ini dianggap
sebagai pelopor terhadap waterfront development yang kemudian menggejala di berbagai
belahan dunia sejak tahun 80-an.
Terdapat beberapa studi kasus serupa sebagai bahan referensi terhadap pembangunan
promenade di dunia seperti :
a. Paskal Promenade
Promenade yang memiliki pengertian
jalan di tepian sungai, mengadaptasi
konsep ini ke dalam desainnya. Hal ini
merupakan arah baru untuk perancangan
Mall dalam kota. Didesain dengan 2
bangunan yang terpisah dan disatukan
oleh jembatan dengan aliran yang tidak
memiliki ujung, sehingga para
pelanggan beranggapan bahwa Mall ini
tidak memiliki ujung. Atriumnya didesain dengan open space yang bertindak sebagai
persimpangan menuju escalator atau jembatan antara gedung – gedung. Sehingga
membawa pelanggan untuk merasakan pengalaman “ Promenade “.
b. Sungai Cheonggyecheon, South Korean ( Korea Selatan )
Sungai Cheonggyecheon merupakan salah satu sungai yang dikategorikan unik dari
beberapa sungai yang berada di Korea Selatan. Hal ini dikarenakan Sungai
Cheonggyecheon merupakan aliran sungai di tengah kota Seoul. Sekitar 5 tahun yang
lalu, sungai ini merupakan sebuah sungai yang kumuh di kota Seoul, dan pada masa yang
modern seperti sekarang, sungai yang kumuh ini telah beralih fungsi sebagai objek wisata
dan menjadi salah satu tempat terkemuka di kota Seoul. Pada daerah selatan sungai ini
merupakan daerah yang cukup dalam dan menjadi tempat dimana warga – warga bisa
menangkap ikan. Warga kota Seoul memiliki kesadaran untuk menjaga kehidupan ikan –
ikan di sungai itu dan tetap memelihara kebersihan air dan lingkungannya. Selain itu,
untuk menyeberang pun mereka tidak menggunakan jembatan beton, melainkan batu –
batuan agar terlihat lebih alami dan menyatu dengan alam. Detail dan desainnya sangatlah
memperhatikan keselarasan terhadap lingkungannya. Pada beberapa titik di daerah sekitar
sungai ini juga menawarkan tempat bermain air untuk warga dan wisatawan. Di titik lain
dari sungai ini juga menawarkan suatu keindahan arsitektur kota yang menjadi kan kota
Seoul merupakan salah satu kota terindah di Asia. Desain dan arsitekturnya sangat terasa
dan membuat warga hingga wisatawan yang berada di kota Seoul merasakan sebuah
keajaiban kehidupan sungai di tengah kota.
Gambar 4.4 Sungai Cheonggyecheon Sumber : Olah Data Primer
4.6 Gambar Sungai Cheonggyecheon setelah direnovasi, terdapat riverwalk Sumber
c. Paseo Del Rio Riverwalk, San Antonio USA
Gambar 4.6 Sungai Cheonggyecheon Setelah Direnovasi, Terdapat Riverwalk
Sumber : http://bylax.com
Gambar 4.7 Daerah Tepian Sungai, dan Area Bermain Air (Water Zone)
Sumber : http://bylax.com
Gambar 4.8 Sungai Paseo Del Rio Riverwalk, San Antonio USA Terdapat Daerah Wisata Kuliner Sebagai Salah Satu Generator Aktivitas Utama