PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM TERHADAP
PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH DAN KADAR HARA
PADA TANAMAN JAGUNG (
Zea mays
)
MUHAMMAD RUDY SUPRIATNA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh pemberian fosfat alam terhadap perubahan sifat kimia tanah, dan kadar hara pada tanaman jagung (Zea mays) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
MUHAMMAD RUDY SUPRIATNA. Pengaruh Pemberian Fosfat Alam Terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah, dan Kadar Hara Pada Tanaman Jagung (Zea mays). Dibimbing oleh SUWARNO dan ARIEF HARTONO.
Pemanfaatan tanah masam untuk usaha pertanian dihadapkan beberapa kendala, antara lain kahat P. Hal ini dikarenakan ion P dijerap oleh berbagai komponen tanah, seperti ion-ion Fe dan Al, dan hidro oksida Fe dan Al. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan penggunaan fosfat alam pada tanah masam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk fosfat alam dalam mempengaruhi sifat kimia tanah, dan kadar hara pada tanaman pada Latosol (Oxyc Dystrudept) Darmaga. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal, yaitu dosis pupuk P. Sumber pupuk P pada penelitian ini yaitu fosfat alam dan SP-36. Perlakuan dosis Pupuk P yang diberikan yaitu perlakuan Kontrol I (0%), Kontrol II (N+K), Std 100% (N+K+SP36), RP 50%, RP 100%, RP 150%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100%
Pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap pH, Al-dd. P-tersedia, Ca-dd, dan Mg-dd tanah. Fosfat alam berpengaruh nyata hanya pada K-dd tanah. Pada kadar unsur hara dalam tanaman jagung fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Mg, Ca, N, P, dan K tanaman. Pemberian pupuk fosfat alam berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung pada saat tanaman berumur 4 MST dan 6 MST. Pemberian pupuk fosfat alam berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot, namun pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan total tanaman jagung. Nilai produksi tanaman jagung tertinggi terdapat pada perlakuan RP 150% sebesar 158.1%, nilai persen produksi terendah terdapat pada perlakuan (N+K 50%) + RP 50% sebesar 98.6%. Nilai persen produksi terendah pada semua perlakuan terdapat pada perlakuan Kontrol I sebesar 74.7%. Dari hasil persen produksi yang didapat, pupuk fosfat alam yang dipakai pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan pupuk standar (SP36)
Kata kunci: fosfat alam, jagung, tanah masam.
ABSTRACT
MUHAMMAD RUDY SUPRIATNA. The Effect of Rock Phosphate in Soil Chemical Properties and Nutrients Rate in Maize (Zea mays). Supervised by SUWARNO and ARIEF HARTONO.
This study aims to determine the effect of natural phosphate fertilizers in soil chemical properties and nutrients rate in plant of Latosol (Oxyc Dystrudept) Darmaga. Experimental design used in this study was a randomized design with a single factor, named P fertilizer. Source of P fertilizer used in this study is a natural phosphate and SP-36. Treatment dosage of P fertilizer are, control I (0%), control II (N + K), Std 100% (N+K+SP36), RP 50%, RP 100%, RP 150%, RP 200%, (N + K 50%) + RP 50%, and (N + K 50%) + RP 100%.
The results showed that the phosphate fertilizer did not significantly affect soil pH, exchangeable-Al, available-P, exchangeable-Ca, and exchangeable-Mg. phosphate fertilizer have significantly affect only in exchangeable-K. Meanwhile, phosphate not significantly affect the rate of Mg, K, Ca, P and N. Rock phosphate’s application significantly affected the growth of maize on 4 week after planting (MST) and 6 MST. Rock phosphate’s application did differ significantly on increasing cob with husk’s weight and cob without husk’s weight. But rock phosphate’s application did not differ significantly on total weight of stover. The highest percent of crop value in treatment who give rock phosphate fertilizer there is in treatment of RP 150% with 158.1%, and the lowest percent of crop value there is in treatment of (N+K 50%) + RP 50% with 98.6%, and lowest in all treatment there in treatment of Control I with 74.7%. From result of crop value can get a conclusion that rock phosphate fertilizer is better than standard fertilizer (SP36).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
PENGARUH PEMBERIAN FOSFAT ALAM TERHADAP
PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH DAN KADAR HARA
PADA TANAMAN JAGUNG (
Zea mays
)
MUHAMMAD RUDY SUPRIATNA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kasih dan karunia-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Pengaruh pemberian fosfat alam terhadap perubahan sifat kimia tanah, dan kadar hara pada tanaman jagung (Zea mays).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suwarno, MSc. dan Bapak Dr Ir Arief Hartono, MScAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas kritik, saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
2. Dr Ir Sri Djuniwati, Msc (Alm) selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi terdahulu.
3. Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
4. Kedua orang tua atas doa, kasih sayang dan kepercayaannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini.
5. Abang dan kakak senior MSL 44, 45, dan rekann-rekan 46 atas kebersamaan, dukungan, dan masukannya selama penelitian .
6. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 2
Karakteristik Fosfat Alam ... 2
Bentuk Fosfor di Dalam Tanah ... 3
Peranan Fosfor di Dalam Tanah ... 3
Karakteristik Latosol ... 4
Karakteristik Tanaman Jagung ... 4
METODE ... 5
Waktu dan Tempat Penelitian ... 5
Bahan dan Alat ... 5
Rancangan Percobaan ... 6
Pelaksanaan Percobaan ... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8
Karakteristik Latosol (Oxic Dystrudept) Darmaga ... 8
Karakteristik Pupuk Fosfat Alam ... 8
Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Sifat Kimia Tanah Latosol Darmaga ... 9
Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Kandungan Unsur Hara Dalam Tanaman Jagung ... 14
Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan Serta Produksi Tanaman Jagung ... 15
Pengaruh Pemberian Fosfat Alam terhadap Persentase Produksi Tanaman Jagung 17
KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
Kesimpulan ... 17
Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 18
LAMPIRAN ... 21
DAFTAR TABEL
1 Dosis Pupuk 6
2 Anilisis Awal Latosol (Oxic Dystrudept) Darmaga 8 3 Hasil Analisis Pupuk Fosfat Alam dan Kriterianya 9 4 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Kadar
Mg, Ca, K, N dan P pada Tanaman Jagung 14
5 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Tinggi Tanaman Jagung 15 6 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap
Produksi Tanaman Jagung 16
7 Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Persen Produksi
Tanaman Jagung 17
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap pH Tanah 9 2 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Al-dd Tanah 10 3 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap P-tersedia Tanah 11 4 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Ca-dd Tanah 12 5 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap K-dd Tanah 12 6 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Mg-dd Tanah 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kriteria Penilaian Analisis Tanah (PPT 1989) 21 2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Fosfat Alam Untuk Pertanian
Berdasarkan SNI 02-3776-2005 (BSN 2005) 21
3 Hasil Analisis Awal Latosol Darmaga 22
4 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap pH Tanah 22
5 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Al-dd Tanah 22
6 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap P-tersediaTanah 22
7 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Ca-dd Tanah 23
8 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Mg-dd Tanah 23
9 Hasil Analisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap K-dd Tanah 23
10 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap
Kadar Mg Tanaman Jagung 23
11 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap
Kadar Ca Tanaman Jagung 23
12 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap
Kadar K Tanaman Jagung 24
Kadar N Tanaman Jagung 24 14 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap
Kadar P Tanaman Jagung 24
15 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Tinggi Tanaman Jagung 2 MST 24
16 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Tinggi Tanaman Jagung 4 MST 24
17 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Tinggi Tanaman Jagung 6 MST 25
18 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Bobot Berangkasan Total 25
19 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Bobot Tongkol Berkelobot 25
20 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam
terhadap Bobot Tongkol Tanpa Kelobot 25
21 Gambar Perbandingan Tanaman Jagung antara
Kontrol I, Kontrol II, Std 100% (N+K+SP36), RP 50%, dan RP 100% 26 22 Gambar Perbandingan Tanaman Jagung antara
Kontrol I, Kontrol II, Std 100% (N+K+SP36), RP 150%, dan RP 200% 26 23 Gambar Perbandingan Tanaman Jagung antara Kontrol I,
Kontrol II, Std 100% (N+K+SP36), (N+K 50%) + RP 50%,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi sumberdaya lahan Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki wilayah daratan sekitar 188 juta ha, terdiri atas 148 juta ha lahan kering dan sisanya berupa lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, pasang surut, dan lebak) dan lahan yang sudah menjadi sawah permanen (Rochayati et al. 2009).
Curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa-basa di dalam tanah cukup intensif, sehingga kandungan basa-basa rendah, tanah menjadi masam, dan kekurangan berbagai unsur hara. Rochayati et al (2009) menyatakan bahwa 103 juta ha atau sekitar 69.5% dari total lahan kering di Indonesia, merupakan lahan kering masam.
Pemanfaatan lahan kering masam untuk usaha pertanian dihadapkan beberapa kendala. Kekahatan fosfor (P) merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah masam. Hal ini dikarenakan pada tanah masam sebagian besar ion P dijerap oleh berbagai komponen tanah, seperti ion-ion Fe dan Al, dan oksida/hidroksida Fe dan Al. Ada beberapa usaha untuk memecahkan masalah kahat unsur P pada tanah masam. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan penggunaan fosfat alam pada tanah masam. Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk beberapa jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur kimianya (Kasno 2009)
Kelarutan fosfat alam akan meningkat dengan meningkatnya kemasaman tanah, dan efektif digunakan pada tanah dengan retensi serta fiksasi P yang tinggi. menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) fosfat alam sesuai untuk digunakan sebagai sumber pupuk P pada tanah masam.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuherkih dan Dariah (2009) menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam meningkatkan pH dan P-tersedia tanah. Selain itu, hasil penelitian Danso et al. (2010) menunjukkan bahwa pemberian fosfat alam dapat meningkatkan kandungan basa-basa dalam tanah, serta produksi tanaman kelapa sawit. Fosfat alam mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36 sehingga penggunaan fosfat alam sebagai sumber pupuk P dapat meningkatkan efisiensi pupuk pada tanah masam.
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Fosfat Alam
Fosfat alam (rock phosphate) adalah nama umum yang digunakan untuk beberapa jenis batuan yang mengandung mineral fosfat dalam jumlah yang cukup signifikan, atau nama mineral yang mengandung ion fosfat dalam struktur kimianya (Kasno 2009). Banyak jenis batuan mempunyai komponen yang mengandung fosfat, akan tetapi batuan yang mengandung sejumlah fosfat yang mempunyai nilai ekonomi sebagai bahan tambang atau bijih tambang tidak banyak dijumpai (Rochayati et al. 2009).
Definisi fosfat alam menurut American Geological Institute adalah batuan sedimen yang tersusun terutama oleh mineral fosfat (Gary et al 2003 dalam Kasno 2009). Berdasarkan proses-proses pembentukannya fosfat alam dapat dibedakan atas tiga:
1. Fosfat primer terbentuk dari pembekuan magma alkali yang mengandung mineral fosfat apatit, terutama fluor apatit. Apatit dapat dibedakan atas Chlorapatite (Ca3(PO4)2)3∙CaCl2) dan Fluor apatite (Ca3(PO4)2)3∙CaF2).
2. Fosfat sedimenter (marin), merupakan endapan fosfat sedimen yang terendapkan di laut dalam, pada lingkungan alkali dan lingkungan yang tenang. Fosfat alam terbentuk di laut dalam bentuk calcium phosphate yang disebut phosphorit. Bahan endapan ini dapat diketemukan dalam endapan yang berlapis-lapis hingga ribuan mil persegi. Elemen P berasal dari pelarutan batuan, sebagian P diserap oleh tanaman dan sebagian lagi terbawa oleh aliran ke laut dalam.
3. Fosfat guano, merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping akibat pengaruh air hujan dan air tanah.
Di alam terdapat sekitar 150 jenis mineral fosfat, sebagian fosfat alam ditemukan dalam mineral apatit. Deposit fosfat alam berasal dari batuan sedimen dalam bentuk karbonat fluoroapatit yang disebut francolite (Ca10-x-yNaxMgy(PO4) 6-z(CO3)zF0,4zF2), sedangkan deposit berasal dari batuan beku dan metamorfik biasanya dalam bentuk fluorapatit (Ca10(PO4)6F2) dan hidroksi apatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Adapun deposit yang berasal dari ekskresi burung dan kelelawar (guano) umumnya ditemukan dalam bentuk karbonat hidroksi apatit (Ca10(PO4,CO3)6(OH)2). Mineral lain seperti kuarsa, kalsit, dan dolomit umumnya juga ditemukan dalam mineral apatit sebagai secondary mineral (Kasno 2009).
Selain fosfat dan karbonat, di dalam batuan fosfat alam terkandung berbagai unsur seperti Ca, Mg, Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, dan B. Unsur utama di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. Secara kimia, fosfat alam dapat dikategorikan menjadi fosfat alam dengan dominasi Ca-P atau Al-P dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur ikutan yang bermanfaat dan sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman (Kasno 2009).
3 dalam Kasno 2009).
Fosfat alam mempunyai tingkat kelarutan tinggi pada kondisi masam, oleh karena itu sangat sesuai apabila digunakan sebagai sumber pupuk P pada lahan kering masam seperti Ultisol, Oxisol dan sebagian Inceptisol, dan kurang sesuai digunakan pada tanah bereaksi netral dan alkalin. Kelarutan fosfat alam akan meningkat dengan meningkatnya kemasaman tanah, dan pada tanah dengan fiksasi P tinggi (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).
Fosfat alam mempunyai efek residu jangka panjang karena mempunyai sifat slow release, oleh karena itu pemberian fosfat alam dapat diberikan sekaligus pada saat tanam dan dapat digunakan hingga beberapa musim berikutnya (Rochayati et al. 2009).
Bentuk Fosfor di Dalam Tanah
Secara umum fosfor di dalam tanah di jumpai dalam bentuk organik dan anorganik. Dalam bentuk anorganik, satu hingga tiga atom hidrogen dari asam fosfat digantikan oleh ion logam, dalam bentuk organik, satu atau dua ion dari asam fosfat terikat dengan ikatan ester (ester linked) sedangkan sisa dari ion hidrogen, seluruhnya atau sebagian digantikan oleh ion logam. Kedua bentuk fosfor ini merupakan sumber P yang penting untuk tanaman. Sumber utama P -anorganik tanah ialah mineral apatit. Mineral ini mengandung 95 % P dan dapat ditemukan pada batuan beku, batuan metamorf dan terutama pada batu kapur. Mineral ini akan semakin berkurang dengan semakin lanjut tingkat pelapukan tanah. (Leiwakabessy et al. 2003). Fosfor organik tanah dijumpai dalam bentuk asam nukleat, inositol fosfat, dan fosfolipid. Fosfor anorganik dibedakan menjadi empat kelompok utama yaitu kalsium fosfat (Ca-P), aluminium fosfat (Al-P), besi fosfat (Fe-P), dan reductant soluble P (RS-P) atau P larut dalam keadaan tereduksi (Soepardi 1983).
4
RNA ). Fosfor digunakan untuk menyimpan dan transfer energi melalui senyawa kaya energi adenosin trifosfat (ATP), adenosin difosfat (ADP), dan fosfor organik (Lavelle dan Spain 2003). Unsur P adalah hara utama tanaman yang penting untuk perkembangan akar, anakan, pembungaan, dan pematangan. Fosfor mobil dalam tanaman, tetapi relatif tidak mobil dalam tanah (Leiwakabessy et al. 2003).
Semua kebutuhan fosfor tanaman diambil dari larutan tanah sebagai P -organik dan P-anorganik. Bentuk anorganik P yang membentuk ikatan dengan Ca, Fe, Al, dan F, sedangkan bentuk organik berupa senyawa-senyawa yang berasal dari tanaman dan mikroorganisme dan tersusun dari asam nukleat, fosfolipid dan fitin. Bentuk-bentuk organik di dalam tanah hampir sama dengan bentuk-bentuk yang ada dalam tanaman. Bentuk anorganik hampir seluruhnya dalam bentuk Al-P dan Fe-P pada tanah masam, serta Ca-P untuk tanah alkali (Leiwakabessy dan Sutandi 2004)
Fosfor merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfor maka fosfor di dalam jaringan yang tua diangkat ke bagian -bagian meristem yang sedang aktif. Gejala kekurangan fosfor antara lain pertumbuhan terhambat karena pembelahan sel terganggu dan daun-daun menjadi ungu mulai dari ujung daun (Hardjowigeno 2007).
Karakteristik Latosol
Latosol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan tufa masam di bawah curah hujan dan suhu yang tinggi. Latosol merupakan tanah dengan batas-batas horizon baur, pH rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah sampai sedang, daya adsorpsi rendah sampai sedang, kandungan unsur hara sedang sampai rendah, konsistensi gembur, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terdapat akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika (Hardjowigeno 1993).
Latosol terbentuk dari proses laterisasi yaitu pencucian basa dan silika yang meningkatnya seskuioksida secara relatif pada horizon penciri B. Tanah ini didominasi mineral liat kelompok kaolinit. Tanah ini terbentuk pada ketinggian 220 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3552 mm/tahun (Yogaswara 1977).
Proses latosolisasi berlangsung begitu intensif dan pencucian yang terjadi sempurna sehingga oksida-oksida liat yang terbentuk mempunyai jumlah basa yang dapat dipertukarkan sangat sedikit. Menurut Soepardi (1983), Latosol mempunyai struktur granular, sehingga keadaan ini merangsang drainase vertikal yang baik, plastisitas dan kohesi sedang, tetapi tanah ini mempunyai kerugian dari adanya kadar seskuioksida yang tinggi. Besi dan alumunium menyebabkan pupuk fosfat tidak tersedia bagi tanaman.
Karakteristik Tanaman Jagung
5 Tanaman jagung adalah tanaman yang sangat efisien dalam penggunaan energi, dan tergolong dalam tanaman lintasan asam dikarboksilat C4, yang menyimpan energi hasil fotosintesa dalam biji. Tanaman jagung termasuk ke dalam keluarga rumput-rumputan, oleh sebab itu maka jagung hanya berakar serabut saja dan akarnya menjurus kesegala arah, tetapi hanya pada lapisan olah (Suryatna 1981).
Pertumbuhan tanaman jagung umumnya dibagi tiga fase utama yaitu vegetatif, generatif, dan penuaan. Tanaman jagung memiliki syarat tumbuh agar dapat berproduksi optimal. Jagung memiliki syarat tumbuh seperti tekstur tanah berpasir sampai liat, tanah masam sampai alkalin dengan pH 5.0-8.0, drainase baik, curah hujan berkisar antara 100-125 mm per bulan dan suhu optimum antara 21oC-27oC (Koswara 1989).
Menurut Martin et al (1976) dalam Sudadi (1987), sebagai tanaman berhari pendek, periode pertumbuhan vegetatif tanaman jagung akan diperpanjang apabila panjang siang hari melebihi malam hari. Sebagai akibatnya, produksi biji akan menurun. Tanaman jagung memerlukan penyinaran secara langsung karena tidak tahan terhadap naungan. Oleh karena itu, varietas yang berdaun tegak, di mana sinar matahari dapat mencapai daun-daun tua di bagian bawah tanaman akan memberikan produksi yang lebih tinggi.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian terdiri atas percobaan pot di lapangan University Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium berupa analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Oktober 2012 sampai April 2013.
.
Bahan dan Alat
6
Rancangan Percobaan
Percobaan ini merupakan faktor tunggal dengan sembilan perlakuan dan tiga kali ulangan yang ditempatkan pada rancangan acak lengkap. Dengan perlakuan dan dosis pupuk tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Perlakuan dan dosis pupuk
No. Perlakuan
Model matematika rancangan tersebut adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + εij
Dimana,
Yij = Hasil Pengamatan/pengukuran pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j μ = Rataan umum
αi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Galat
Data hasil percobaan selanjutnya dianalisis statistik menggunakan Analisis Ragam (program SAS). Apabila perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata pada parameter yang diamati, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) atau uji wilayah Berganda Duncan pada taraf α = 5%.
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Tanah
Bahan tanah Latosol dari Darmaga pertama-tama ditumbuk, kemudian dikeringudarakan. Setelah itu, bahan tanah diayak hingga lolos saringan 5 mm dan ditimbang setara dengan 18 kg berat kering oven (BKM) dan dimasukkan ke dalam polybag.
Pemupukan
7 organik dan fosfat alam dicampur dengan bahan tanah dalam pot dengan bobot tanah setara 18 kg berat kering oven (BKM) sesuai perlakuan. Selanjutnya campuran tanah, pupuk kandang, dan fosfat alam diinkubasi selama satu minggu pada kondisi kapasitas lapang. Dosis pupuk fosfat alam yang diberikan untuk RP 50% setara 27 kg P2O5/ha, untuk RP 100% setara dengan 54 kg P2O5/ha, untuk RP 150% setara dengan 81 kg P2O5/ha, dan untuk RP 200% setara dengan 108 kg P2O5/ha. Pupuk SP-36 yang diberikan setara dengan 54 kg P2O5/ha. Pupuk SP-36 diberikan pada saat tanam, sama halnya dengan pupuk urea dan KCl. Pupuk urea dengan dosis 300 kg/hadan KCl dengan dosis 150 kg/ha.
Penanaman
Penanaman benih jagung dilakukan pada kantong polybag dengan BKM tanah 18 kg. Setiap lubang tanam diisi sebanyak tiga benih jagung dan sedikit furadan. Bila terdapat benih yang tidak tumbuh, penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam.
Pemeliharaan dan Pengamatan Tinggi Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan, pembumbunan, serta pengendalian hama dan penyakit untuk meghindari terserangnya tanaman jagung oeh hama dan penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman jagung. Pengendalian hama digunakan pestisida yang diberikan dengan cara disemprotkan dengan dosis 10ml/l. Pemberian pestisida Decis dilakukan pada saat tanaman berusia 3 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berusia 2 MST, 4 MST, dan 6 MST.
Pemanenan dan Pengambilan Contoh Tanah
Tanaman jagung dipanen setelah tanaman mencapai masak fisiologis pada umur 10 MST atau sekitar 70 hari. Selanjutnya bagian atas tanaman tersebut dikeringkan pada suhu 70 oC selama 24-48 jam sampai diperoleh bobot yang konstan, kemudian contoh daun dihaluskan dengan cara digiling untuk keperluan analisis kadar hara tanaman. Parameter produksi yang diamati meliputi bobot berangkasan, akar, berangkasan total, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot, bobot kering daun, dan bobot kering tongkol. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada saat pasca panen. Contoh tanah yang diambil dari setiap polybag dari semua sembilan perlakuan dan tiga ulangan.
Analisis Tanah dan Tanaman
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Latosol (Oxic Dystrudept) Darmaga
Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983), karakteristik Latosol (Oxic Dystrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk tanah yang masam dengan kandungan C-organik, N-total, P-tersedia, Ca-dd, K-dd, Na-dd, dan KTK yang rendah. Rendahnya kandungan unsur hara dalam Latosol berhubungan dengan karakteristik Latosol. Menurut Soepardi (1983), Latosol terbentuk dari proses latosolisasi, proses ini berlangsung begitu intensif dan pencucian yang terjadi sempurna sehingga oksida-oksida liat yang terbentuk mempunyai jumlah basa yang dapat dipertukarkan sangat sedikit. Kandungan P-tersedia dalam Latosol yang tergolong rendah diduga karena adanya retensi P oleh ion-ion Al dan Fe maupun fiksasi P oleh oksida/hidroksida Al dan Fe yang umum terdapat pada Latosol. Latosol Darmaga memiliki konsentrasi ion hidrogen yang tinggi dikarenakan dengan proses pencucian terhadap basa-basa, akibatnya unsur hara yang dilepas ke dalam larutan tanah terbatas (Neliza 1996).
Tabel 2 Analisis Awal Latosol (Oxic Dystrudept) Darmaga
Unsur Kimia Satuan Nilai
pH (H2O) 1:1 5.40
9 Tabel 3 Hasil Analisis Pupuk Fosfat Alam dan Kriterianya
Uraian Satuan Kadar
Persyaratan
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D 1. Kadar unsur hara fosfor sebagai P2O5
Total %b/b 28.04 Min 28% Min 24% Min 14% Min 10%
2. Larut dalam asam sitrat 2% %b/b 7.58 Min 7% Min 6% Min 3.5% Min 2.5%
3. Kadar air %b/b 2.01 Maks 5% Maks 5% Maks 5% Maks 5%
4. Kehalusan
Kehalusan lolos 80 mesh Tyler %b/b 43.38 Min 50% Min 50% Min 50% Min 50%
Kehalusan lolos 25 mesh Tyler %b/b 95.98 Min 80% Min 80% Min 80% Min 80%
Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Sifat Kimia Tanah Latosol Darmaga
Analisis kimia dilakukan terhadap contoh tanah dengan perlakuan Kontrol I (0%), Kontrol II (N+K), Std 100% (N+K+SP36), RP 50%, RP 100%, RP 150%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100%. Analisis tanah yang dilakukan antara lain pH, Al-dd, P-tersedia, Ca-dd, K-dd, dan Mg-dd, kemudian hasil analisis tanah diuji analisis ragam, apabila perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata, selanjutnya wilayah berganda Duncan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fosfat alam berpngaruh nyata terhadap K-dd tanah. Pemberian fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap pH, Al-dd, P-tersedia, Ca-dd, K-dd, dan Mg-dd tanah.
pH tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam tidak nyata terhadap pH tanah. Hasil pengukuran pH tanah dari percobaan sesuai Tabel 1 disajikan pada Gambar 1
10
Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam tidak nyata terhadap pH tanah, tetapi perlakuan yang diberi fosfat alam nilai pH-nya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi fosfat alam, kecuali pada perlakuan RP 100% nilai pH-nya lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi fosfat alam. Nilai pH teringgi terdapat pada perlakuan RP 150% sebear 5.6, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada perlakuan RP 100%. Menurut Rochayati 2009 peningkatan pH pada perlakuan yang diberi pupuk fosfat alam, dikarenakan fosfat alam selain mengandung hara P, fosfat alam juga mengandung kalsium dan magnesium karbonat (CaCO3 dan MgCO3),
sehingga dapat menurunkan kemasaman tanah. Selain merupakan pengaruh dari pupuk fosfat alam juga disebabkan oleh adanya kontribusi dari bahan organik. Menurut Tuherkih 2009, untuk meningkatkan pH tanah, pemberian pupuk fosfat alam saja tidak cukup tapi harus diimbangi dengan bahan organik dan pengapuran. Menurut Hue et al. 1986 dalam Djuniwati 2003 adanya pemberian bahan organik menghasilkan asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik yang berperan dalam pengkhelatan logam-logam seperti Al dan Fe sehingga pH dapat meningkat.
Al-dd tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam tidak nyata terhadap Al-dd tanah. Rataan hasil pengukuran Al-dd tanah dari percobaan sesuai Tabel 1 disajikan pada Gambar 2
11 dibandingkan dengan analisis tanah awal dapat disebabkan oleh galat sampel dan galat manusianya itu sendiri. Penurunan kandungan Al-dd pada pelakuan RP 150% dibandingkan perlakuan standar maupun pemberian fosfat alam lainnya berhubungan dengan peningkatan pH tanah pada perlakuan RP 150.
P-tersedia tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam tidak nyata terhadap P-tersedia tanah. Rataan hasil pengukuran P-tersedia tanah dari percobaan sesuai Tabel 1 disajikan pada Gambar 3
Gambar 3 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap P-tersedia
Gambar 3 menunjukkan bahwa P-tersedia tanah pada perlakuan yang diberi pupuk fosfat alam lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi pupuk fosfat alam kecuali pada perlakuan RP 150%. P-Hal ini disebabkan oleh sumbangan P dari fosfat alam yang terlarut di dalam tanah. Selain itu, peningkatan P-tersedia ini disebabkan oleh pengaruh tidak langsung dari peningkatan pH tanah dan penurunan kandungan Al-dd tanah akibat pemberian fosfat alam. Dengan meningkatnya pH tanah maka kelarutan ion-ion Al dan Fe akan menurun, sehingga jumlah fosfor yang dapat diretensi menurun dan P-tersedia dalam tanah meningkat (Djuniwati 2003). Rendahnya P-P-tersedia tanah pada perlakuan RP 150% diduga dikarenakan ion fosfat yang dilepaskan dari pupuk fosfat alam diduga lebih cepat terikat oleh ion-ion Al dan Fe atau oksida/hidroksida Al/Fe membentuk P-anorganik Al-P dan Fe-P (Djuniwati 2007).
Ca-dd tanah
12
Gambar 4 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Ca-dd Tanah Gambar 4 menunjukkan perlakuan yang memiliki nilai Ca-dd tertinggi terdapat pada perlkuan (N+K 50%) + RP 100% sebesar 6.68 me/100g, sedangkan nilai Ca-dd terendah terdapat pada perlakuan RP 200% sebesar 4.36 me/100g. Peningkatan kandungan Ca-dd pada perlakuan yang diberi fosfat alam dibandingkan perlakuan kontrol diduga disebabkan oleh sumbangan Ca dalam fosfat alam yang larut dan dijerap oleh koloid tanah. Menurut Danso et al. (2010) fosfat alam sesuai digunakan pada tanah dengan pH masam (pH <6), hal ini dikarenakan pupuk fosfat alam memiliki kandungan Ca yang cukup tinggi (sekitar 24-33%).
K-dd tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam nyata terhadap K-dd tanah. Rataan hasil pengukuran K-dd tanah dari percobaan sesuai Tabel 1 disajikan pada Gambar 5
13 Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan yang diberi fosfat alam nilai K-ddnya cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan perlakuan Std 100% (N+K+SP36), tetapi nilai K-dd pada perlakuan RP 50% dan RP 100% nilainya lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Nilai K-dd terendah terdapat pada perlakuan (N+K 50%) + RP 50% sebesar 1.04 me/100g , dan nilai K-dd tertinggi terdapat pada perlakuan Std 100% (N+K+SP36) sebesar 1.82 me/100g. Lebih rendahnya nilai K-dd pada perlakuan RP 150%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100% dibandingkan dengan kontrol dapat disebabkan oleh sedikitnya ketersediaan kalium di tanah. Selain itu cenderung lebih rendahnya nilai K-dd pada perlakuan yang diberi fosfat alam dapat disebabkan oleh jumlah unsur ini di dalam tanaman atau dengan kata lain jumlah yang terangkut tanaman, dalam keadaan biasa dengan suplai unsur hara yang cukup, kalium yang terangkut tanaman berjumlah besar, sering 3 hingga 4 kali fosfor dan dapat menyamai nitrogen (Soepardi 1983).
Mg-dd tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh fosfat alam tidak nyata terhadap Mg-dd tanah. Rataan hasil pengukuran Mg-dd tanah dari percobaan sesuai Tabel 1 disajikan pada Gambar 6
14
Pengaruh Pupuk Fosfat Alam terhadap Kandungan Unsur Hara dalam Tanaman Jagung
Tabel 4 menunjukkan kadar hara pada daun tanaman jagung. Analisis kadar hara dilakukan terhdap tanaman dengan perlakuan Kontrol I (0%), Kontrol II (N+K), Std 100% (N+K+SP36), RP 50%, RP 100%, RP 150%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100%. Analisis kadar hara yang dilakukan antara lain kadar Mg, kadar Ca, kadar N, kadar P, dan kadar K, kemudian dianalisis ragam. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa fosfat alam tidak berpngaruh nyata terhadap kadar Mg, kadar Ca, kadar N, kadar P, dan kadar K tanaman jagung.
Tabel 4 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Kadar Mg, Ca, K, N dan P pada tanaman jagung
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa kadar P dalam tanaman jagung pada perlakuan RP 100%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100% cenderung meningkat dibandingkan perlakuan kontrol I, kontrol II, dan standar 100% kecuali pada perlakuan RP 50% dan RP 150%. Kadar P tertinggi terdapat pada perlakuan (N+K 50%) + RP 50% sebesar 0.24%, sedangkan kadar P terendah terdapat pada perlakuan RP 50% sebesar 0.18%. Tabel 4 menunjukkan kadar Ca dalam tanaman jagung pada perlakuan RP 100% sebesar 0.20%, perlakuan RP 150% sebesar 0.20%, dan pada perlakuan (N+K 50%) + RP 100% cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Peningkatan kadar P pada perlakuan RP 100%, RP 200%, (N+K 50%) + RP 50%, dan (N+K 50%) + RP 100% disebabkan karena meningkatnya P-tersedia di dalam tanah (Noor 2005). Peningkatan kadar P dan Ca dalam tanaman jagung selain itu, terjadi karena adanya pemberian pupuk fosfat alam, hal ini disebabkan oleh membaiknya keadaan sifat kimia tanah seperti meningkatnya pH. Menurut Hardjowigeno (2007), pH tanah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, karena unsur hara akan mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.
15 Kadar Mg tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol II (N+K) dan (N+K 50%) + RP 50% sebesar 0.21%, dan kadar Mg terendah terdapat pada perlakuan Std 100% (N+K+SP36), RP 100%, dan RP 200% sebesar 0.17%. Lebih rendahnya kadar Mg dalam tanaman jagung diduga karena cenderung lebih rendahnya kandungan Mg dalam tanah (Gambar 6). Lebih rendahnya kadar K pada tanaman jagung yang diberi perlakuan fosfat alam dibandingkan dengan perlakuan Kontrol I, diduga karena cenderung lebih rendahnya kandungan K-dd di dalam tanah (Gambar 6). Kadar K tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol I sebesar 0.15%, dan kadar K terendah terdapat pada perlakuan RP 100%, RP 200%, dan (N+K 50%) + RP 100%.
Tabel 4 menunjukkan kadar N tanaman jagung tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol I sebesar 1.07%, dan kadar N terendah terdapat pada perlakuan
RP 200% sebesar 0.72%. Kadar nitrogen cenderung lebih rendah pada perlakuan yang diberi fosfat alam dibandingkan dengan kontrol, diduga
kerena sifat nitrogen yang mobil dan mudah sekali tercuci, sehingga nitrogen yang dapat terserap tanaman hanya sedikit.
Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam terhadap Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Jagung
Dari hasil pengamatan yang disajikan pada Tabel 5 pemberian pupuk fostat alam berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung pada tinggi tanaman saat berumur 4MST dan 6MST, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung saat berumur 2 MST.
Tabel 5 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Tinggi Tanaman Jagung
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
16
saat tanaman berumur 6 MST tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan RP 100% dan terendah pada kontrol II. Tinggi tanaman jagung pada perlakuan yang diberi pupuk fosfat alam lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol I, kontrol II, dan standar dikarenakan meningkatnya P tersedia (Gambar 3) dan kadar P dalam tanaman jagung itu sendiri.
Tabel 6 menunjukkan produksi tanaman yang diamati meliputi bobot berangkasan total, bobot tongkol berkelobot, dan bobot tongkol tanpa kelobot. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfal alam berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot, tetapi pemberian pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan.
Tabel 6 Pengaruh Dosis Pupuk Fosfat Alam terhadap Produksi Tanaman Jagung
Perlakuan
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
17
Pengaruh Pemberian Fosfat Alam Terhadap Persentase Panen Tanaman Jagung
Persen produksi tanaman jagung merupakan perbandingan bobot jagung tanpa kelobot yang diberi perlakuan pupuk standar (SP-36) dengan pupuk fosfat alam dikalikan 100%.
Tabel 7 Pengaruh Pemberian Pupuk Fosfat Alam Terhadap Persen Panen Tanaman Jagung
18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap pH, Al-dd. P-tersedia, Ca-dd, dan Mg-dd tanah. Fosfat alam berpengaruh nyata hanya pada K-dd tanah. Fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap kadar Mg, Ca, N, P, dan K tanaman. Pemberian pupuk fosfat alam berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung. Pemberian pupuk fosfat alam berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot, namun pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot berangkasan total tanaman. Pupuk fosfat alam yang dipakai pada penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan pupuk standar (SP36).
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pupuk fosfat alam terhadap tanah-tanah masam lainnya, dan pengaruhnya pada pertumbuhan dan produksi tanaman lainnya. Selain itu, perlu dilakukan analisis ekonomi penggunaan fosfat alam dibandingkan dengan sumber pupuk P konvensional (SP- 36 atau TSP).
DAFTAR PUSTAKA
Brown TT, Koening RT, Huggins DR, Harsh JB, Rossi RE. 2008. Lime effects on soil acidity, crop yield, and aluminum chemistry in direct-seeded cropping systems. Soil Fertility and Plant Nutrition. 72(3):634-640.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian. Jakarta (ID): BPS.
Danso I, Nuertey BN, Asamoah TEO. 2010. The effect of rock phosphate on soil nutrient dynamics, growth, development and yield of oil palm in the semi deciduous forest zone of Ghana. Journal of Science and Technology. 30(1):30-44.
Djuniwati S, Hartono A, Indriyati LT. 2003. Pengaruh bahan organik (Pueraria javanica) dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman jagung (Zea mays) pada Andisol Pasir Sarongge. Jurnal Tanah dan Lingkungan. 5(1):16-22.
19 Hardjowigeno. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Penerbit Pustaka Utama.
Hardjowigeno S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Kasno A, Rochayati S, Prsetyo B H. 2009. Deposit, penyebaran dan karakteristik fosfat alam. Fosfat Alam: Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam Sebagai Sumber Pupuk P. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.
Koswara J. 1989. Makalah Kursus Singkat Holtikultura. BKS Barat-UNSAID. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lavelle P, Spain AV. 2003. Soil Ecology. New York (US): Kluwer Academic Publisher.
Leiwakabessy FM, Sutandi A. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Bogor (ID): IPB Pr. Leiwakabessy FM, Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor (ID): IPB
Pr.
Neliza. 1996. Klasifikasi dan Interpretasi Genesis Tiga Jenis Tanah di Wilayah Kampus Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [PPT] Pusat Penelitian Tanah. 1983. Jenis dan macam tanah di Indonesia untuk
keperluan survey dan pemetaan tanah daerah transmigrasi. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah.
Rochayati S, Teddy M, Kasno A. 2009. Pemanfaatan fosfat alam untuk lahan kering masam. Fosfat Alam: Pemanfaatan Pupuk Fosfat Alam Sebagai Sumber Pupuk P. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian.
Sahrawat KL, Abekoe MK, Diatta S. 2001. Application of inorganic phosphorus fertilizer. Soil Science Society of America. 58:225-246.
Samadi A. 2006. Contribution of inorganic phosphorus fractions to plant nutriton in alkaline calcareous soils. Journal of Agriculture Science and Technology. 8:77-89.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soleha A. 2013. Perbaikan sifat kimia tanah masam, produksi, dan serapan P
tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) dengan pemberian pupuk fosfat alam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sudadi U. 1987. Respon Jagung (Zea mays) Varietas Arjuna dan Perubahan Sifat Kimia Podsolik Merah Kuning Singkut, Jambi Terhadap Penggunaan Tripel Super Fosfat dan Kalsit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suryatna A. 1981. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Hibrida [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
Nasional Inovasi Sumberdaya Lahan; 2009 November 24-25; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kriteria Penilaian Analisis Tanah (PPT 1983)
Sifat Tanah Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat
Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH H2O <4.5 4.5 - 5.5 5.5 - 6.5 6.6 - 7.5 7.6 - 8.5 >8.5
Lampiran 2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Fosfat Alam Untuk Pertanian Berdasarkan SNI 02-3776-2005 (BSN 2005)
No. Uraian Satuan Persyaratan
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
22
Lampiran 3 Hasil Analisis Awal Latosol Darmaga
Unsur Kimia Satuan Nilai Kriteria
23
Lampiran 8 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Mg-dd Tanah
Lampiran 10 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Kadar Mg Tanaman Jagung
24
Lampiran 12 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Kadar K Tanaman Jagung
Lampiran 13 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Kadar N Tanaman Jagung
Lampiran 14 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Kadar P Tanaman Jagung
Lampiran 15 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Tinggi Tanaman Jagung 2 MST
25 Lampiran 17 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Tinggi
Tanaman Jagung 6 MST
Lampiran 18 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Bobot Berangkasan Total
Perlakuan 8 262636.8719 32829.6090 1.92 0.1202
Galat 18 308521.1867 17140.0659
Total 26 571158.0585
Lampiran 19 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Bobot Tongkol Berkelobot
Perlakuan 8 74439.5533 9304.94417 8.00* 0.0001
Galat 18 20946.7466 1163.70815
Total 26 95386.3000
Keterangan: *) = nyata
Lampiran 20 Hasil Anialisis Ragam Pengaruh Pupuk fosfat Alam terhadap Bobot Tongkol Tanpa Kelobot
Perlakuan 8 37395.3896 4674.42370 6.71* 0.0004
Galat 18 12546.1800 697.01000
Total 26 49941.5696
26
Lampiran 21 Gambar Perbandingan Tanaman Jagung antara Kontrol I, Kontrol II, Standar, RP 50%, dan RP 100%
27 Lampiran 23 Gambar Perbandingan Tanaman Jagung antara Kontrol I, Kontrol II,