ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN IKUIRI TERBIMBINGPADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN
Oleh DESIA ABRISA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan pada materi pokok larutan elektrolit non-elektrolit. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X KA (Kimia Analis) SMK-SMTI
Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014. Sampel penelitian
diambil menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas XKA 1
sebagai kelas kontrol dan kelas X KA 2 sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini
menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and
Posttest) Control Group Design. Efektivitas pembelajaran Inkuiri terbimbing
diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain kemampuan
mengkomuni-kasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,57 dan
rata-rata n-Gain kemampuan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan eksperimen
masing-masing 0,70 dan 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan
menyimpulkan.
Kata kunci: model Inkuiri terbimbing, kemampuan mengkomunikasikan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Desember 198, sebagai
anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Abri Rasyid dan Ibu
Asiah Herawati. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Enggal
Bandar Lampung pada tahun 1992 selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang
sama penulis diterima di MTSN 1 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun
2001. Tahun 2001 diterima di SMTI Tanjung Karang dan selesai pada tahun
2004. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Bandung dan Jakarta dan pada tahun 2011. Pada tahun 2012, mengikuti Program
MOTO
ALLAH tidak akan mengulang waktu tapi ALLAH akan memberi kesempatan untuk memperindah masa depan
Perbaiki yang salah, nikmati dan berfikir positif
Rencanakanlah masa depan anda karna disitulah anda akan
menghabiska sisa usia anda
Berilah limit waktu untuk cita-citamu jika tidak itu hanya akan menjadi sebuah cita-cita
Harapan adalah kekuatan untuk bertahan
You’ll Never Walk Alone
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat, nikmat Iman, Islam, dan anugrah serta kesehatan. Dengan penuh
rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan karyaku yang tidak sempurna ini kepada:
Papa dan Mama tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh cinta, mendidik dengan sabar yang tidak ada habisnya, serta selalu
berdo’a untukku yang tidak ada hentinya. Mohon maaf selama ini
banyak menyusahkan dan membuat Mama kecewa, lelah dan marah. Ananda sangat sadar, walau sampai akhir hayat ananda pun ananda tidak akan dapat membalasnya. Semoga kelak ananda dapat
membahagiakan dan membuat Papa dan Mama bangga, aamiiiin.
Adik, kakak, dan seluruh keluarga serta para sahabat seperjuangan yang ku banggakan, terimakasih yang sebesar-besarnya atas
dukungan penuh, do’a, perhatian, tawa dan canda kalian, semoga kita
sukses bersama dan memiliki kehidupan yang lebih baik kedepannya, aamiiiin.
Danur Indrawan yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, yang selalu ada tepat pada waktunya. Yang telah memberikan pemikiran, tenaga, semangat dan segenap kemampuannya dari awal kuliah hingga wisudaku.
Atukku Tantowi Amsia, atukku yang selalu memberi nasihat serta dorongan untuk menggapai kesuksesan. Terima kasih atuk.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan
Elektrolit-nonelektrolit untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimpulkan dan
mengkomunikasikan”. Shalawat serta salam tercurah pada baginda Rasullulah
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah
di jalan-Nya.
Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia.
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si, selaku dosen Pembimbing I, dan dosen
Pembimbing Akademik atas nasehat, keikhlasan dan kesabarannya untuk
membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S selaku dosen Pembimbing II atas saran dan
6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si selaku dosen Pembahas atas segala kritik,
saran dan bimbingan yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas
Lampung.
8. Bapak Drs. Heri Purnomo, M.Pd , selaku kepala SMK-SMTI Tanjung Krang
yang telah memberikan izin dan Ibu Normawati, S.Pd., selaku guru mitra atas
arahan dan bimbingannya serta siswa-siswi SMK-SMTI Tanjung Karang atas
bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.
9. Teristimewa untuk Mama, Papa, Adik-adikku Rian Fauzi, Raska Astri Dini,
Rainzi Diara dan Danur Indrawan atas kasih sayang, do’a, motivasi serta
dukungan penuh yang telah diberikan.
10.Sahabat-sahabatku; Maria dwi natali, Agus, Rohmawati, Oktsria, Gusti, Ria,
helvira, eka yunita, Aria, Andri Kasrani terima kasih untuk semua dukungan,
semangat, kenangan, serta kegalauan yang telah kalian berikan selama ini
kepada ku. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2007 serta
adik-adik Pendidikan Kimia angkatan 2008, 2009. Serta semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan.
Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pembelajaran Kontruktivisme ... 8
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10
C. Keterampilan Proses Sains ... 12
D. Kerangka Pemikiran………... ... 15
E. Anggapan Dasar……… ... 16
F. Hipotesis Penelitian ... 17
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18
A. Populasi dan Sampel ... 18
B. Variabel penelitian ... 18
C. Data Penelitian ... 19
E. Instrumen Penelitian dan Validitas ... 20
F. Pelaksanaan Penelitian ... 21
G. Teknik Analisis Data ... 22
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 28
8. Lembar Penilaian Aspek Aktivitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 113
9. Lembar Observasi Guru Mengajar………... 125
10. Perhitungan dan Analisis Data ... 131
11. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes……… 149
v DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap pembelajaran Inkuiri Terbimbing……..……… 11
2. Indikator keterampilan proses sains ... 13
2. Desain penelitian ... 19
3. Data rata-rata nilai pretes, postes, dan n-Gain keterampilan mengkomuni- kasikan dan menyimpulkan pada kelas ekesperimen dan kontrol ... 28
4. Uji normalitas keterampilan mengkomunikasikan ... 29
5. Uji normalitas keterampilan menyimpulkan ... 30
6. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan ... 30
7. Uji homogenitas keterampilan menyimpulkan ... 30
9. Uji hipotesis (Uji-t) keterampilan mengkomunikasikan ... 31
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
ba-gaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,
perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada tiga hal yang berkaitan dengan
kimia yang tak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang
berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan, kimia sebagai
proses kerja ilmiah dan kimia sebagai sikap. Kimia sebagai proses dan sikap
dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Proses sains ini menjadi
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam mempelajari ilmu kimia dan
kemampuan ini lebih dikenal dengan Kemampuan Proses Sains (KPS).
KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan kemampuan untuk
mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, prediksi dan
mengkomunikasi-kan yang merupamengkomunikasi-kan bagian dari pengajaran sains penting bagi seorang guru
me-latihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu
kete-rampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta
menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa
2
sendiri dan alam sekitarnya yang menekankan pada pemberian pengalaman
lang-sung, sehingga siswa perlu dibantu mengembangkan kemampuan-kemampuan
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan
ke-terampilan dalam pelaksanaan KTSP berdampak pada kegiatan pembelajaran
untuk siswa sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, terutama dalam
meng-embangkan kemampuan berpikirnya.Siswa seharusnya tidak hanya disuapi
dengan berbagai teori saja, tetapi hendaknya ikut aktif dalam pembelajaran di
kelas dalam proses menemukan fenomena yang ada pada kehidupan sehari-hari
yang erat kaitannya dengan kimia (BSNP, 2006).
Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan
konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja tanpa memberikan
pembela-jaran bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga
tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Pada saat proses pembelajaran, guru
berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi
dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya.
Metode yang diberikan guru dalam pembelajaran dominan meggunakan metode
ceramah dan diskusi. Akibatnya, pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai
produk saja sehingga kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa
masih rendah.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara dengan guru SMK
SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa SMK-SMTI
memiliki dua kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu teori dan praktikum. KBM
3
pelajaran kimia. Sedangkan KBM praktikum merupakan kegiatan praktikum
kimia yang berbasis analis dan industri. Pada saat proses pembelajaran
berlangsung guru tidak melibatkan siswa untuk menemukan suatu konsep teori,
fakta dan memberi pengalaman secara langsung, konsep langsung diberikan oleh
guru sehingga siswa dalam proses belajar mengajar belum dilatih kemampuan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Rendahnya kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa terlihat
selama aktivitas pembelajaran, siswa sangat pasif, tidak memiliki keberanian
untuk mengemukakan pendapat, bertanya, tidak kreatif dan mandiri, dalam
mencari sumber sangat tergantung pada apa yang diberikan guru sehingga siswa
mengalami kesulitan untuk menghubungkannya dengan apa yang terjadi diling-kungan sekitar dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran kimia.
Pembelajaran kimia di sekolah tersebut cenderung hanya menghafal konsep, dan
siswa kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika diberikan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan nyata.
Oleh karena itu perlu dicari model pembelajaran yang dapat diterapkan dan
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mengkominikasikan dan
menyimpilkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan
peran aktif siswa dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan
menyimpulkan pada siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil
yang baik, tentunya menggunakan model pembelajaran yang tepat dan cocok
4
macam model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi guru dalam
mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini didukung hasil penelitian Riyanto
(2012) yaitu tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada
materi laju reaksi dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan
penguasaan konsep; mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran
dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah yang diberikan
memiliki konteks yang diambil dari dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif
mengidentifikasi masalah yang ada. Mempelajari dan mencari sendiri materi
yang terkait dengan masalah yang diberikan dan kemudian mencari solusi dari
masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja. Meskipun
bukanlah model yang sama sekali baru, penerapan model tersebut mengalami
kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai
disiplin ilmu di negara-negara maju.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada
Materi Larutan elekrtolit non-elektrolit Dalam Meningkatkan Kemampuan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam
mening-katkan kemampuan mengkomunikasikan pada materi larutan elektolit
non-elektrolit ?
2. Bagaimana model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam
mening-katkan kemampuan menyimpulkan pada materi larutan elektolit
non-elektrolit
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi
larutan elektolit non-elektrolit.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam proses
6
kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi larutan elekrtolit non-elektrolit.
2. Guru
Sebagai bahan petimbangan dalam pemilihan dan penerapan model
pembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran kimia, terutama pada materi
larutan elekrtolit non-elektrolit.
3. Sekolah
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran dikatakan efektifapabila secara statistik kemampuan
menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa kelas eksperimen lebih besar
dibanding kemampuan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa kelas
kontrol yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai n-Gain yang signifikan.
2. Keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan merupakan bagian
dari Keterampilan Proses Sains (KPS).
3. Keterampilan mengkomunikasikan yaitu memberikan data empiris hasil
percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, membaca tabel, dan
men-jelaskan hasil percobaan.
7
5. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini
adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010)
yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) mengajukan permasalahan, (2)
merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5)
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen (2001) mengemukakan
bahwa konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita
peroleh adalah ha-sil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan.
Adanya transfer penge-tahuan dari seseorang kepada yang lain.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan
membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi
9
Trianto (2007) mengemukakan: “Setiap orang membangun pengetahuannya
sen-diri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan
bu-kanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai
penge-tahuan kepada orang yang belum mempunyai pengepenge-tahuan. Bahkan, bila seorang
guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa,
pe-mindahan itu harus di interpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat
pengalamannya”
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang
menge-tahui sesuatu.Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,
me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti
ha-kikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu (Suparno, 1997).
Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yangmereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
10
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi
penge-tahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu di
biasa-kan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
diri-nya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan
penge-tahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme
adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban
terha-dap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
obser-vasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
ter-hadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2002).
Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa
diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk
mene-mukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari
guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk
hipo-tesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam
mengem-bangkan hipotesis. Setelah siswa mengemmengem-bangkan hipotesis, langkah selanjutnya
11
Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa
dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan
oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing
tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan perta-2. Membuat hipotesis Guru memberikan
ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-tesis. Membimbing siswa dalam
menen-3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan
kelom-12
Menurut Roestiyah (1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembang-kan pertanyaan-pertanyaan.
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami
sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni
IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS.
Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil
akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar.
Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan
mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah
semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS
13
pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan
atau informasi yang telah dimiliki siswa.
Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah
keterampilan-keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut.
Menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa KPS merupakan
ke-seluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor)
yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,
un-tuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun unun-tuk
melaku-kan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".
Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat
penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki
Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukkan
pada Tabel 2:
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan Dasar Indikator
14
Tabel 2 (Lanjutan)
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain
Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas
Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi
Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan oleh sebagai
berikut
1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek
3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara
lain untuk berbagi temuan.
5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial
mau-pun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat
15
Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang di
aplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam mem-
peroleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains.
Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan
terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.
Pada penelitian ini indikator KPS yang dikembangkan adalah:
1. Komunikasi yaitu mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam
grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau
diagram.
2. Menyimpulkan yaitu mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda
atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.
D. Kerangka Pemikiran
Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan
permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya
ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap
pertama pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa
diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk
menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan guru.
Dalam tahapan ini keterampilan mengkomunikasikan dilatihkan kepada siswa. Siswa diharapkan terampil dalam mengkomunikasikan pendapat tentang elektolit
non-elektrolit yang mereka ketahui. Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi
untuk bertanya atau merumuskan pertanyaan terhadap permasalahan. Setelah
16
diuji kebenarannya. Pada tahap tersebut, siswa akan meramalkan kemungkinan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan guru.
Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa
mengumpul-kan data-data dengan melakumengumpul-kan percobaan dan telaah literatur, siswa pun amengumpul-kan
terpacu untuk meneliti, bertanya, dan bereksperimen untuk membuktikan
hipo-tesis sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan keterampilan mengkomunikasikan
dan menyimpulkan siswa dapat berkembang, siswa dapat mengajukan pertanyaan
berkaitan dengan percobaan yang dilakukan kemudian siswa diminta untuk
menyajikan data hasil percobaan ke dalam bentuk essay. Langkah berikutnya
menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Pada tahap ini guru memberi
kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data
yang terkumpul. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran
yang telah dilakukan. Pada tahap ini diharapkan keterampilan menyimpulkan
siswa semakin meningkat dalam proses pembelajaran.
Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas diharapkan dengan
diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil siswa.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa-siswi kelas XI KAI SMK-SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung
tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian mempunyai
17
2. Perbedaan n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan
terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
3. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA)
SMK-SMTI Tanjung Karang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah sebanyak 252
siswa dan tersebar dalam enam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya, yakni siswa yang memiliki kemampuan nilai
akademis yang relatife sama. Berdasarkan teknik ini maka peneliti menetapkan
kelas X KA1 sebagai kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran inkuiri
terbimbing dan X KA 2 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran
konvensional.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional.
b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan mengkomunikasikan
19
C.Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan (postet) siswa. Adapun data pendukung yang
diperlukan yaitu, data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen.
2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.
Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh
siswa kelas kontrol.
D. Desain dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non
Equivalence Control Group Design (Louis Cohen, 2007). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 4.Desain penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Posttes
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
Keterangan:
20
O1: Kelas eksperimen dan kelas control diberi pretes O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes
E. Instrumen dan Validitas Penelitian
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada
penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain adalah: silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS kimia yang berbasis model pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi elektolit non-elektrolit sejumlah 3 LKS, soal
pretest, dan soal posttest yang berupa soal uraian yang kemampuan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara
instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian
validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgement. Dalam hal ini
pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi soal, terutama kesesuaian
indikator, tujuan pembelajaran dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid
untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang
bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgement diperlukan ketelitian
dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya yaitu dosen
21
F. Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan:
a. Studi dokumentasi nilai uji blok siswa untuk keperluan pemilihan sampel.
b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Yaitu menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa.
b. Tahap pelaksanaan
Pada pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian
adalah:
(1) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi elektolit
non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di
masing-masing kelas, pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas
eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol
(3) Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol
22
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1. Nilai siswa
Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa =
Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi dan
Sampel
Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol
Posttest Pembelajaran konvensional Pembelajaran inkuiri
terbimbing
Analisis Data
23
2. Perhitungan n-Gain
n-Gain digunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini di-dapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes
tersebut. Rumus n-Gain menurut Meltzer sebagai berikut:
3. Pengujian hipotesis
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan
dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah
menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji
normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat
digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat
apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
24
rumus: Z=
dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel
6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)
∑
Dengan:
X2 = Chi–kuadrat Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi yang diharapkan
8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat X2 dengan taraf signifikan 5%
9) Menarik kesimpulan, jika maka data berdistribusi normal atau terima H0
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan
da-lam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki
apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Untuk uji
homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:
25
H1: σ12≠ σ22 (Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen)
Uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua
varians, dengan rumusan statistik :
dengan
Keterangan:
S = simpangan baku
x = n-Gain siswa
= rata-rata n-Gain
n = jumlah siswa
Dengan kriteria uji adalah terima jika pada taraf nyata 5%
(sudjana, 2005).
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:
1) Hipotesis 1 (keterampilan mengkomunikasikan)
H0 µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata
n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada kelas yang
26
H1 µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain
keterampilan mengkomunikasikan pada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
2) Hipotesis 2 (keterampilan menyimpulkan)
H0 : μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
pembela-jaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan
rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada kelas yang
diterapkan pembelajaran konvensional.
H1: μ 1x > μ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan
pembela-jaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain
keterampilan menyimpulkan pada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi elektolit non-lektrolit siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing
µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi elektolit non-elektrolit siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional
x : keterampilan mengkomunikasikan
27
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,
karena kedua varians kelas sampel homogen ( = ), maka uji yang dilakukan
mengguna-kan rumus sebagai berikut : (Sudjana, 2002):
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
√
...(4)
Keterangan :
thitung = perbedaan dua rata-rata
̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan
pada materi elektolit non-elektrolit yang diterapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan
pada materi elektolit non-elektrolit yang diterapkan model
pembelajaran konvensional.
= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan inkuiri terbimbing
= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa
dengan pembelajaran konvensional pada materi Lautan elektrolit non-elektrolit.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembe-lajaran konvensional untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi lautan elektrolit non-elektrolit.
B.Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembe
lajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok Lautan elektrolit
non-elektrolit dan materi lain dengan karakteristik yang sama.
41
3. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing membutuhkan pengorganisasian
waktu secara efektif pada masing-masing fase, hal ini bertujuan agar siswa
dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat proses pembelajaran
berlangsung.
4. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, perlu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.
Djamarah, S. B dan A. Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 13 Juli 2013 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html
Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.
Purba, M. 2004. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta
Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Riyanto, E. 2012.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep.(skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses Sains. Jakarta : Gramedia.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Suparno, P.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Kanisius. Jakarta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.