• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTI V ITAS MODEL PEMBELAJARAN INKURI TERBIMBING PADA MA TERI LARUTAN ELEKTROLIT NON - ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTI V ITAS MODEL PEMBELAJARAN INKURI TERBIMBING PADA MA TERI LARUTAN ELEKTROLIT NON - ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN IKUIRI TERBIMBINGPADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

Oleh DESIA ABRISA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran

Inkuiri terbimbing dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan

menyimpulkan pada materi pokok larutan elektrolit non-elektrolit. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X KA (Kimia Analis) SMK-SMTI

Tanjung Karang Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014. Sampel penelitian

diambil menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas XKA 1

sebagai kelas kontrol dan kelas X KA 2 sebagai kelas eksperimen. Penelitian ini

menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and

Posttest) Control Group Design. Efektivitas pembelajaran Inkuiri terbimbing

diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan

(2)

Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain kemampuan

mengkomuni-kasikan untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,57 dan

rata-rata n-Gain kemampuan menyimpulkan untuk kelas kontrol dan eksperimen

masing-masing 0,70 dan 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri

terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan

menyimpulkan.

Kata kunci: model Inkuiri terbimbing, kemampuan mengkomunikasikan,

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 2 Desember 198, sebagai

anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Abri Rasyid dan Ibu

Asiah Herawati. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri Enggal

Bandar Lampung pada tahun 1992 selesai pada tahun 1998. Pada tahun yang

sama penulis diterima di MTSN 1 Tanjung Karang yang diselesaikan pada tahun

2001. Tahun 2001 diterima di SMTI Tanjung Karang dan selesai pada tahun

2004. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi

Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di

Bandung dan Jakarta dan pada tahun 2011. Pada tahun 2012, mengikuti Program

(8)

MOTO

ALLAH tidak akan mengulang waktu tapi ALLAH akan memberi kesempatan untuk memperindah masa depan

Perbaiki yang salah, nikmati dan berfikir positif

Rencanakanlah masa depan anda karna disitulah anda akan

menghabiska sisa usia anda

Berilah limit waktu untuk cita-citamu jika tidak itu hanya akan menjadi sebuah cita-cita

Harapan adalah kekuatan untuk bertahan

You’ll Never Walk Alone

(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat, nikmat Iman, Islam, dan anugrah serta kesehatan. Dengan penuh

rasa syukur dan kerendahan hati kupersembahkan karyaku yang tidak sempurna ini kepada:

Papa dan Mama tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh cinta, mendidik dengan sabar yang tidak ada habisnya, serta selalu

berdo’a untukku yang tidak ada hentinya. Mohon maaf selama ini

banyak menyusahkan dan membuat Mama kecewa, lelah dan marah. Ananda sangat sadar, walau sampai akhir hayat ananda pun ananda tidak akan dapat membalasnya. Semoga kelak ananda dapat

membahagiakan dan membuat Papa dan Mama bangga, aamiiiin.

 Adik, kakak, dan seluruh keluarga serta para sahabat seperjuangan yang ku banggakan, terimakasih yang sebesar-besarnya atas

dukungan penuh, do’a, perhatian, tawa dan canda kalian, semoga kita

sukses bersama dan memiliki kehidupan yang lebih baik kedepannya, aamiiiin.

Danur Indrawan yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, yang selalu ada tepat pada waktunya. Yang telah memberikan pemikiran, tenaga, semangat dan segenap kemampuannya dari awal kuliah hingga wisudaku.

 Atukku Tantowi Amsia, atukku yang selalu memberi nasihat serta dorongan untuk menggapai kesuksesan. Terima kasih atuk.

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan

karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan

Elektrolit-nonelektrolit untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimpulkan dan

mengkomunikasikan”. Shalawat serta salam tercurah pada baginda Rasullulah

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah

di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini, diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si, selaku dosen Pembimbing I, dan dosen

Pembimbing Akademik atas nasehat, keikhlasan dan kesabarannya untuk

membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S selaku dosen Pembimbing II atas saran dan

(11)

6. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si selaku dosen Pembahas atas segala kritik,

saran dan bimbingan yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas

Lampung.

8. Bapak Drs. Heri Purnomo, M.Pd , selaku kepala SMK-SMTI Tanjung Krang

yang telah memberikan izin dan Ibu Normawati, S.Pd., selaku guru mitra atas

arahan dan bimbingannya serta siswa-siswi SMK-SMTI Tanjung Karang atas

bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

9. Teristimewa untuk Mama, Papa, Adik-adikku Rian Fauzi, Raska Astri Dini,

Rainzi Diara dan Danur Indrawan atas kasih sayang, do’a, motivasi serta

dukungan penuh yang telah diberikan.

10.Sahabat-sahabatku; Maria dwi natali, Agus, Rohmawati, Oktsria, Gusti, Ria,

helvira, eka yunita, Aria, Andri Kasrani terima kasih untuk semua dukungan,

semangat, kenangan, serta kegalauan yang telah kalian berikan selama ini

kepada ku. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Kimia angkatan 2007 serta

adik-adik Pendidikan Kimia angkatan 2008, 2009. Serta semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta

berkenan membalas semua budi baik yang diberikan.

Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan

semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pembelajaran Kontruktivisme ... 8

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10

C. Keterampilan Proses Sains ... 12

D. Kerangka Pemikiran………... ... 15

E. Anggapan Dasar……… ... 16

F. Hipotesis Penelitian ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

A. Populasi dan Sampel ... 18

B. Variabel penelitian ... 18

C. Data Penelitian ... 19

(13)

E. Instrumen Penelitian dan Validitas ... 20

F. Pelaksanaan Penelitian ... 21

G. Teknik Analisis Data ... 22

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 28

8. Lembar Penilaian Aspek Aktivitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 113

9. Lembar Observasi Guru Mengajar………... 125

10. Perhitungan dan Analisis Data ... 131

11. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes……… 149

(14)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap pembelajaran Inkuiri Terbimbing……..……… 11

2. Indikator keterampilan proses sains ... 13

2. Desain penelitian ... 19

3. Data rata-rata nilai pretes, postes, dan n-Gain keterampilan mengkomuni- kasikan dan menyimpulkan pada kelas ekesperimen dan kontrol ... 28

4. Uji normalitas keterampilan mengkomunikasikan ... 29

5. Uji normalitas keterampilan menyimpulkan ... 30

6. Uji homogenitas keterampilan mengkomunikasikan ... 30

7. Uji homogenitas keterampilan menyimpulkan ... 30

9. Uji hipotesis (Uji-t) keterampilan mengkomunikasikan ... 31

(15)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan

ba-gaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,

perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada tiga hal yang berkaitan dengan

kimia yang tak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang

berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan, kimia sebagai

proses kerja ilmiah dan kimia sebagai sikap. Kimia sebagai proses dan sikap

dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Proses sains ini menjadi

kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam mempelajari ilmu kimia dan

kemampuan ini lebih dikenal dengan Kemampuan Proses Sains (KPS).

KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan kemampuan untuk

mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, prediksi dan

mengkomunikasi-kan yang merupamengkomunikasi-kan bagian dari pengajaran sains penting bagi seorang guru

me-latihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu

kete-rampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta

menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

(17)

2

sendiri dan alam sekitarnya yang menekankan pada pemberian pengalaman

lang-sung, sehingga siswa perlu dibantu mengembangkan kemampuan-kemampuan

untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan

ke-terampilan dalam pelaksanaan KTSP berdampak pada kegiatan pembelajaran

untuk siswa sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, terutama dalam

meng-embangkan kemampuan berpikirnya.Siswa seharusnya tidak hanya disuapi

dengan berbagai teori saja, tetapi hendaknya ikut aktif dalam pembelajaran di

kelas dalam proses menemukan fenomena yang ada pada kehidupan sehari-hari

yang erat kaitannya dengan kimia (BSNP, 2006).

Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan

konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja tanpa memberikan

pembela-jaran bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut sehingga

tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Pada saat proses pembelajaran, guru

berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi

dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya.

Metode yang diberikan guru dalam pembelajaran dominan meggunakan metode

ceramah dan diskusi. Akibatnya, pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai

produk saja sehingga kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa

masih rendah.

Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi dan wawancara dengan guru SMK

SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa SMK-SMTI

memiliki dua kegiatan belajar mengajar (KBM) yaitu teori dan praktikum. KBM

(18)

3

pelajaran kimia. Sedangkan KBM praktikum merupakan kegiatan praktikum

kimia yang berbasis analis dan industri. Pada saat proses pembelajaran

berlangsung guru tidak melibatkan siswa untuk menemukan suatu konsep teori,

fakta dan memberi pengalaman secara langsung, konsep langsung diberikan oleh

guru sehingga siswa dalam proses belajar mengajar belum dilatih kemampuan

mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

Rendahnya kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan siswa terlihat

selama aktivitas pembelajaran, siswa sangat pasif, tidak memiliki keberanian

untuk mengemukakan pendapat, bertanya, tidak kreatif dan mandiri, dalam

mencari sumber sangat tergantung pada apa yang diberikan guru sehingga siswa

mengalami kesulitan untuk menghubungkannya dengan apa yang terjadi diling-kungan sekitar dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran kimia.

Pembelajaran kimia di sekolah tersebut cenderung hanya menghafal konsep, dan

siswa kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika diberikan masalah yang

berhubungan dengan kehidupan nyata.

Oleh karena itu perlu dicari model pembelajaran yang dapat diterapkan dan

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mengkominikasikan dan

menyimpilkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan

peran aktif siswa dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan

menyimpulkan pada siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang

melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil

yang baik, tentunya menggunakan model pembelajaran yang tepat dan cocok

(19)

4

macam model pembelajaran yang dapat dijadikan referensi bagi guru dalam

mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini didukung hasil penelitian Riyanto

(2012) yaitu tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada

materi laju reaksi dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan

penguasaan konsep; mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan

mengkomunikasikan dan penguasaan konsep siswa pada materi laju reaksi.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ciri-ciri seperti pembelajaran

dimulai dengan adanya pemberian masalah. Biasanya masalah yang diberikan

memiliki konteks yang diambil dari dunia nyata, siswa secara berkelompok aktif

mengidentifikasi masalah yang ada. Mempelajari dan mencari sendiri materi

yang terkait dengan masalah yang diberikan dan kemudian mencari solusi dari

masalah tersebut, sedangkan guru lebih banyak memfasilitasi saja. Meskipun

bukanlah model yang sama sekali baru, penerapan model tersebut mengalami

kemajuan yang pesat di banyak sekolah dan perguruan tinggi dari berbagai

disiplin ilmu di negara-negara maju.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis melakukan

penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada

Materi Larutan elekrtolit non-elektrolit Dalam Meningkatkan Kemampuan

(20)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam

mening-katkan kemampuan mengkomunikasikan pada materi larutan elektolit

non-elektrolit ?

2. Bagaimana model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam

mening-katkan kemampuan menyimpulkan pada materi larutan elektolit

non-elektrolit

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi

larutan elektolit non-elektrolit.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam proses

(21)

6

kemampuan mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi larutan elekrtolit non-elektrolit.

2. Guru

Sebagai bahan petimbangan dalam pemilihan dan penerapan model

pembe-lajaran yang sesuai dengan materi pembepembe-lajaran kimia, terutama pada materi

larutan elekrtolit non-elektrolit.

3. Sekolah

Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu

alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran dikatakan efektifapabila secara statistik kemampuan

menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa kelas eksperimen lebih besar

dibanding kemampuan menyimpulkan dan mengkomunikasikan siswa kelas

kontrol yang ditunjukkan dengan perbedaan nilai n-Gain yang signifikan.

2. Keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan merupakan bagian

dari Keterampilan Proses Sains (KPS).

3. Keterampilan mengkomunikasikan yaitu memberikan data empiris hasil

percobaan atau pengamatan dalam bentuk tabel, membaca tabel, dan

men-jelaskan hasil percobaan.

(22)

7

5. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini

adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010)

yang terdiri dari tahap-tahap, yaitu : (1) mengajukan permasalahan, (2)

merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5)

(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang

menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.

Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen (2001) mengemukakan

bahwa konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita

peroleh adalah ha-sil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan.

Adanya transfer penge-tahuan dari seseorang kepada yang lain.

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),

agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali

pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan

membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi

(24)

9

Trianto (2007) mengemukakan: “Setiap orang membangun pengetahuannya

sen-diri, sehingga transfer pengetahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengetahuan

bu-kanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai

penge-tahuan kepada orang yang belum mempunyai pengepenge-tahuan. Bahkan, bila seorang

guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa,

pe-mindahan itu harus di interpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat

pengalamannya”

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang

menge-tahui sesuatu.Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,

me-lainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.

Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti

ha-kikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu

tentang sesuatu (Suparno, 1997).

Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:

1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yangmereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

(25)

10

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan

tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang

siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi

penge-tahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu di

biasa-kan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

diri-nya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan

penge-tahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme

adalah lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban

terha-dap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu

proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan

obser-vasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah

ter-hadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2002).

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa

diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk

mene-mukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari

guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk

hipo-tesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam

mengem-bangkan hipotesis. Setelah siswa mengemmengem-bangkan hipotesis, langkah selanjutnya

(26)

11

Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa

dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan

oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing

tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan perta-2. Membuat hipotesis Guru memberikan

ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipo-tesis. Membimbing siswa dalam

menen-3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan

(27)

kelom-12

Menurut Roestiyah (1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan

sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:

1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembang-kan pertanyaan-pertanyaan.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami

sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni

IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS.

Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil

akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar.

Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan

mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah

semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS

(28)

13

pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan

atau informasi yang telah dimiliki siswa.

Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah

keterampilan-keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai

yang dituntut.

Menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa KPS merupakan

ke-seluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor)

yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,

un-tuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun unun-tuk

melaku-kan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)".

Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam

memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat

penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam

mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau

mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki

Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukkan

pada Tabel 2:

Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan Dasar Indikator

(29)

14

Tabel 2 (Lanjutan)

Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan

menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk

menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain

Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas

Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi

Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan oleh sebagai

berikut

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara

lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika

ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan

sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial

mau-pun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat

(30)

15

Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang di

aplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam mem-

peroleh pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains.

Oleh karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan

terhadap semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh.

Pada penelitian ini indikator KPS yang dikembangkan adalah:

1. Komunikasi yaitu mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam

grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau

diagram.

2. Menyimpulkan yaitu mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda

atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.

D. Kerangka Pemikiran

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan

permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya

ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap

pertama pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa

diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk

menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan guru.

Dalam tahapan ini keterampilan mengkomunikasikan dilatihkan kepada siswa. Siswa diharapkan terampil dalam mengkomunikasikan pendapat tentang elektolit

non-elektrolit yang mereka ketahui. Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi

untuk bertanya atau merumuskan pertanyaan terhadap permasalahan. Setelah

(31)

16

diuji kebenarannya. Pada tahap tersebut, siswa akan meramalkan kemungkinan

hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan guru.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa

mengumpul-kan data-data dengan melakumengumpul-kan percobaan dan telaah literatur, siswa pun amengumpul-kan

terpacu untuk meneliti, bertanya, dan bereksperimen untuk membuktikan

hipo-tesis sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan keterampilan mengkomunikasikan

dan menyimpulkan siswa dapat berkembang, siswa dapat mengajukan pertanyaan

berkaitan dengan percobaan yang dilakukan kemudian siswa diminta untuk

menyajikan data hasil percobaan ke dalam bentuk essay. Langkah berikutnya

menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Pada tahap ini guru memberi

kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data

yang terkumpul. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran

yang telah dilakukan. Pada tahap ini diharapkan keterampilan menyimpulkan

siswa semakin meningkat dalam proses pembelajaran.

Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas diharapkan dengan

diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan

berpikir orisinil siswa.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswi kelas XI KAI SMK-SMTI Tanjung Karang Bandar Lampung

tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian mempunyai

(32)

17

2. Perbedaan n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan

terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-faktor lain diluar perlakuan pada kedua kelas diabaikan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kemampuan

(33)

18

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Kimia Analis (KA)

SMK-SMTI Tanjung Karang tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah sebanyak 252

siswa dan tersebar dalam enam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya, yakni siswa yang memiliki kemampuan nilai

akademis yang relatife sama. Berdasarkan teknik ini maka peneliti menetapkan

kelas X KA1 sebagai kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran inkuiri

terbimbing dan X KA 2 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran

konvensional.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan mengkomunikasikan

(34)

19

C.Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil

tes setelah pembelajaran diterapkan (postet) siswa. Adapun data pendukung yang

diperlukan yaitu, data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa.

Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen.

2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.

Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh

siswa kelas kontrol.

D. Desain dan Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain Non

Equivalence Control Group Design (Louis Cohen, 2007). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:

Tabel 4.Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Posttes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Keterangan:

(35)

20

O1: Kelas eksperimen dan kelas control diberi pretes O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul

data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada

penelitian ini instrumen yang digunakan antara lain adalah: silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS kimia yang berbasis model pembelajaran

inkuiri terbimbing pada materi elektolit non-elektrolit sejumlah 3 LKS, soal

pretest, dan soal posttest yang berupa soal uraian yang kemampuan

mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara

instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian

validitas isi pada penelitian ini dilakukan dengan cara judgement. Dalam hal ini

pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi soal, terutama kesesuaian

indikator, tujuan pembelajaran dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara

unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid

untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan. Oleh karena dalam melakukan judgement diperlukan ketelitian

dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya yaitu dosen

(36)

21

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:

1. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Studi dokumentasi nilai uji blok siswa untuk keperluan pemilihan sampel.

b. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Yaitu menyiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar kinerja guru dan lembar aktivitas siswa.

b. Tahap pelaksanaan

Pada pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian

adalah:

(1) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi elektolit

non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di

masing-masing kelas, pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan di kelas

eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol

(3) Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol

(37)

22

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian,

seperti ditunjukkan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti

yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,

tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

1. Nilai siswa

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa =

Mempersiapkan instrumen Menentukan Populasi dan

Sampel

Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol

Posttest Pembelajaran konvensional Pembelajaran inkuiri

terbimbing

Analisis Data

(38)

23

2. Perhitungan n-Gain

n-Gain digunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini di-dapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes

tersebut. Rumus n-Gain menurut Meltzer sebagai berikut:

3. Pengujian hipotesis

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan

dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah

menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji

normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat

digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat

apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

(39)

24

rumus: Z=

dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan

tabel.

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)

Dengan:

X2 = Chi–kuadrat Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat X2 dengan taraf signifikan 5%

9) Menarik kesimpulan, jika maka data berdistribusi normal atau terima H0

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian

homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan

da-lam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki

apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Untuk uji

homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:

(40)

25

H1: σ12≠ σ22 (Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen)

Uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua

varians, dengan rumusan statistik :

dengan

Keterangan:

S = simpangan baku

x = n-Gain siswa

= rata-rata n-Gain

n = jumlah siswa

Dengan kriteria uji adalah terima jika pada taraf nyata 5%

(sudjana, 2005).

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis 1 (keterampilan mengkomunikasikan)

H0 µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran

inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan rata-rata

n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada kelas yang

(41)

26

H1 µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran

inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain

keterampilan mengkomunikasikan pada kelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis 2 (keterampilan menyimpulkan)

H0 : μ1y ≤ μ 2y : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan

pembela-jaran inkuiri terbimbing lebih rendah atau sama dengan

rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional.

H1: μ 1x > μ 2x : Rata-rata n-Gain keterampilan menyimpulkan pada materi elektolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan

pembela-jaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain

keterampilan menyimpulkan pada kelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi elektolit non-lektrolit siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi elektolit non-elektrolit siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x : keterampilan mengkomunikasikan

(42)

27

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,

karena kedua varians kelas sampel homogen ( = ), maka uji yang dilakukan

mengguna-kan rumus sebagai berikut : (Sudjana, 2002):

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

...(4)

Keterangan :

thitung = perbedaan dua rata-rata

̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan

pada materi elektolit non-elektrolit yang diterapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing.

̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan

pada materi elektolit non-elektrolit yang diterapkan model

pembelajaran konvensional.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan inkuiri terbimbing

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(43)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa

dengan pembelajaran konvensional pada materi Lautan elektrolit non-elektrolit.

2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembe-lajaran konvensional untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi lautan elektrolit non-elektrolit.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran inkuri terbimbing dapat dipakai sebagai alternatif model pembe

lajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok Lautan elektrolit

non-elektrolit dan materi lain dengan karakteristik yang sama.

(44)

41

3. Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing membutuhkan pengorganisasian

waktu secara efektif pada masing-masing fase, hal ini bertujuan agar siswa

dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat proses pembelajaran

berlangsung.

4. Agar penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing berjalan maksimal, perlu

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.

Djamarah, S. B dan A. Zain.2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 13 Juli 2013 dari http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Purba, M. 2004. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Roestiyah, N.K. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Riyanto, E. 2012.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep.(skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung

Semiawan, C. 1992. Pendidikan Ketrampilan Proses Sains. Jakarta : Gramedia.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Suparno, P.1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Kanisius. Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.   Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
Tabel 2.    Indikator keterampilan proses sains dasar
grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan
Tabel 4.Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

- Nutrisi bergantung pada difusi oksigen dan metabolit dari pembuluh darah di dalam jaringan ikat dibawahnya.. a) berdasarkan bentuk sel: epitel pipih, epitel kubis,

Dengan dilakukan perencanaan biaya (cost planning) pada tahap concept design, serta melakukan prosedur pengendalian biaya pada setiap tahap perencanaan, maka

Efavirenz diubah menjadi 8-hidroksi-efavirenz (8-OH-EFV) di dalam tubuh. Metabolit 8-OH-EFV bersifat sepuluh kali lebih beracun dibandingkan dengan

Waktu wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan

Jadi metode yang digunakan di sini juga jelas bukan invoice credit method dan lebih mengarah pula kepada subtraction method , karena jumlah Pajak Pertambahan Nilai

Kesimpulan : Adenomiosis umum terjadi pada usia reproduktif dan multiparitas dengan gejala utama massa pada abdomen dan hasil ultr asonografi yang terutama ditemukan adalah

ketentuan penelitian tindakan kelas; 2) Menyusun rancana tindakan dalam bentuk rencana pelajaran; 3) Menyiapkan media pendidikan yang diperlukan dalam pembelajaran;

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa kecerdasan emosi yang memadai, akan membantu guru untuk mengelola emosi diri sendiri hingga mengenali dan memahami