• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPEPEER LESSON TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

Engla Octavia Aidi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam enam kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VII B yang diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis. Kesimpulan penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Madu, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, pada tanggal 16 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Aidi Ahmadi dan Ibu Ermai Lizar.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 1998. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Gunung Madu pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu pada tahun 2007, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Terusan Nunyai Lampung Tengah pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Ujian Mandiri dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Syukur Kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada :

Ayahku (Aidi Ahmadi) dan Ibuku tercinta (Ermai Lizar) yang telah

membesarkan, mendidik, mencurahkan kasih sayang, dan selalu

mendoakan kebahagiaan dan keberhasilanku.

Adikku (Osvandri Marvian Aidi) yang telah memberikan dukungan dan

semangatnya padaku.

Para pendidik yang telah mengajariku dengan penuh kesabaran.

Semua Sahabat yang tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.

dan

(8)

MOTO

Tidak ada yang namanya kebetulan, semua adalah proses yang

menghasilkan

(9)

ii

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung, beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(10)

iii

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 6. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku dosen pembahas yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Drs. Hi. Zaid Jaya, M.MPd., selaku Kepala SMP Negeri 12 Bandar

Lampung yang telah memberikan izin penelitian.

9. Ibu Hj. Yuniarti. DS, S.Pd, M.MPd., selaku guru mitra dan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

10. Ayahku Aidi Ahmadi dan Ibuku Ermai Lizar tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini dan doanya yang tak pernah berhenti mengalir.

11. Adikku Osvandri Marvian Aidi atas doa, semangat, dan dukungannya kepadaku.

(11)

iv

13. Sahabat kecilku yang sama-sama sedang berjuang dalam menyusun skripsi, Ayuningtyas Purwaningrum terima kasih atas pertemanan, kebersamaan kita sejak kecil serta semangat dan doanya kepadaku.

14. Sepupu-sepupuku tersayang Sinta Mei Salisa S. dan Vobysca Melada S. terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraan kita selama ini serta dukungannya kepadaku.

15. Teman-teman Asrama Griya Hot Savel Gledis, Erika, Laras, Yonita, dan mbak Wela Istifaria yang memberikan persaudaraan dan semangat kepadaku. 16. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Matematika 2010 B, khususnya

Liza Istianah serta Mella, Feby, Woro, Ira, Novi, Resti, Gesca, Iis, Clara, Agustin, Zuma, Nurul Himmah, Perdan, Nando, Sovian, Heru, dan Imam yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.

17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Kelas A, khususnya Fertilia Ikashaum, kakak-kakakku angkatan 2008 dan 2009 serta adik-adikku angkatan 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

18. Sahabat-sahabat KKN Tematik Unila dan PPL SMP Negeri 1 Liwa, kelompok terbaik sepanjang masa (Arum, Roro, Rindi, Mutiara, Novi, Feby, Sukma, Yasmin, Rizkur, Martin, dan Dimas), atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan, semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. 19. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Liwa serta SMP Negeri 12 Bandar Lampung. 20. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

(12)

v

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis,

(13)

vi

vi DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Belajar dan Pembelajaran ... 10

B. Belajar Aktif ... 12

C. Strategi Pembelajaran Aktif TipePeer Lesson... 13

D. Pemahaman Konsep ... 15

E. Pembelajaran Konvensional... 17

F. Kerangka Pikir... 17

G. Hipotesis ... 19

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Prosedur Penelitian ... 21

(14)

vii

1. Data Penelitian ... 22

2. Teknik Pengumpulan Data ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 23

1. Validitas Instrumen ... 23

2. Reliabilitas ... 24

3. Tingkat Kesukaran (TK) ... 25

4. Daya Pembeda (DP) ... 26

F. Analisis Data ... 28

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Homogenitas Varians Populasi ... 29

3. Uji Hipotesis... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Uji Hipotesis ... 33

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 33

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Distribusi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil ... 20

3.2 Desain Penelitian ... 21

3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 25

3.4 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal ... 26

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 27

3.6 Daya Pembeda Butir Item Soal ... 27

3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Konsep Matematis ... 29

3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep ... 30

4.1 Data Pemahamn Konsep Matematis ... 32

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) KelasPeer Lesson.... 48

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional.. 65

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) KelasPeer Lesson... 80

B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-Kisi Soal-SoalPosttest ... 106

B.2 SoalPosttest... 108

B.3 Kunci Jawaban SoalPosttest ... 110

B.4 Form Penilaian ValiditasPosttest... 114

B.5 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 116

C. Analisis Data C.1 Reliabilitas Hasil Tes Uji Coba ... 117

C.2 Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Hasil Tes Uji Coba ... 118

C.3 Data Pemahaman Konsep Matematis KelasPeer Lesson ... 120

C.4 Data Pemahaman Konsep Matematis Kelas Konvensional... 121

C.5 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 122

C.6 Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis ... 129

C.7 Uji Hipotesis ... 130

(17)

x

C.9 Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep

Kelas Konvensional ... 133 D. Lain-lain

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari aspek pendidikan sehingga sangat wajar jika pemerintah harus memberikan perhatian yang serius terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting karena membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya berupa ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi problematika yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan kualitas pendidikan yang memadai.

(19)

2 melalui pendidikan yang baik. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan matematika masih relatif rendah. Masih rendahnya kualitas pendidikan Indonesia dapat dilihat dari hasil survei TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang diungkapkan Depdiknas (2007), Indonesia berada pada posisi ke-34 dalam bidang matematika dari 38 negara peserta. Dari hasil survei tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran matematika di Indonesia kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut, terutama dalam pelajaran matematika perlu adanya tindakan kerjasama antar guru mata pelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Dalam segala kegiatannya harus dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk memastikan tingkat keberhasilan meningkatnya mutu pendidikan matematika di Indonesia.

(20)

3 guru melalui latihan, MGMP, memperbaiki sarana dan prasana, serta perbaikan kurikulum.

Salah satu penyebab masih rendahnya kemampuan matematis siswa dalam bidang matematika terjadi karena siswa kurang memahami apa yang dipelajari sebagaimana yang diungkapkan oleh Depdiknas (2007) bahwa proses belajar mengajar di sekolah sering kali belum memberikan hasil yang maksimal, apabila dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, hal ini dapat dilihat dari (a) banyaknya siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, meskipun mereka tidak mampu memahami konsep dari bahan ajar tesebut, (b) sebagian besar dari siswa tidak mampu meng-hubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut digunakan, dan (c) siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah.

(21)

4 model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (d) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (e) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yang telah diungkapkan di atas, hal mendasar yang harus dimiliki siswa adalah pemahaman konsep. Menurut Rohana (Harja, 2011) dalam memahami konsep matematika diperlukan kemampuan generalisasi serta abstraksi yang cukup tinggi. Saat ini penguasaan peserta didik terhadap materi konsep-konsep matematika masih lemah sebagaimana yang dikemukakan Ruseffendi (Harja, 2011) bahwa ada banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami konsep bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan sulit.

(22)

5 penalaran dalam matematika sebanyak 50%, serta menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi hasil sebanyak 25%.

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa disebabkan melalui pem-belajaran secara konvensional. Hal ini karena pempem-belajaran konvensional membuat kemampuan siswa sulit berkembang, karena proses pembelajaran yang bersifat monoton. Kebanyakan pembelajaran konvensional masih terpusat pada guru, dan hasil belajar matematika siswa yang masih rendah diperkirakan penyebabnya adalah siswa kurang aktif ketika mengikuti pelajaran di kelas, dan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. Adanya siswa yang kurang memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran, serta jika ada konsep-konsep yang kurang dipahami siswa, mereka lebih cenderung bertanya kepada teman daripada langsung bertanya kepada guru dan ketika guru memberikan contoh soal banyak siswa yang memilih untuk melihat jawaban temannya.

(23)

6 guru di papan tulis, sedangkan siswa yang lain tidak memperhatikan, atau bercakap-cakap antar teman. Hal ini menunjukkan kemampuan konsep siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran di dalam kelas yang mampu membuat siswa lebih aktif sehingga prestasi belajar mereka meningkat.

Terkait dengan permasalahan di atas maka salah satu strategi belajar yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson. Strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada siswa. Siswa dibagi dalam kelompok sesuai dengan kemampuan akademik, dan menjelaskan suatu konsep dengan sejelas-jelasnya, sehingga siswa lain memahami maksud dari pelajaran tersebut. Strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson memungkinkan siswa untuk berfikir tentang apa yang dipelajari, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya, dan berbagi pengetahuan. Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai guru dan narasumber bagi siswa yang lainnya. Pembelajaran

Peer Lesson diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman konsep matematis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah strategi pembelajaran aktif tipe

(24)

7 Dari rumusan masalah di atas dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu “Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang pembelajarannya menerapkan strategi Peer Lesson dengan pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan strategi pembelajaran aktifPeer Lessondan pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan kemampuan konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

(25)

8 E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam pene-litian ini adalah

1. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari penggunaan strategi pembelajaran tipe Peer Lesson pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Selanjutnya pembelajaran ini dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa apabila rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif tipe

Peer Lesson sama dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Pembelajaran aktif (active learning) merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. 3. Strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson adalah strategi yang

mengembangkanpeer teaching dalam kelas ini yang menempatkan tanggung jawab kepada siswa untuk membantusiswa lain dalam satu kelompok namun tetap dalam bimbingan guru.

4. Pembelajaran Konvensional

(26)

9 5. Pemahaman Konsep Matematis

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003: 2) mengungkapkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat se-mentara, bertujuan dan terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Mulyardi (2002:2) belajar merupakan suatu kegiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Hasil belajar seseorang hanya bisa diamati jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah di peroleh melalui belajar. Maka berdasarkan perilaku yang di tampilkan seseorang dapat di katakan seseorang telah belajar.

(28)

11 luar, tetapi dapat dilihat ketika individu dapat mengubah tingkah laku. Belajar tidak hanya dilihat dari orientasi belajar semata, tetapi juga pada proses yang di lakukan. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar dapat diukur sedemikian rupa sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan.

Belajar dan pembelajaran adalah dua peristiwa yang berbeda (belajar dan mengajar). Belajar dan mengajar akan menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa. Proses belajar atau peristiwa belajar mengajar yang terjadi disebut pembelajaran.

(29)

12 Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajran lebih me-nekankan kepada bagaimana upaya guru mendorong siswa untuk menemukan dan mengembangkan konsep-konsep matematika dengan kemampuan sendiri sehingga informasi yang diperoleh dapat dipahami dengan baik, untuk itu dalam kegiatan belajar dan mengajar diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Keterlibatan siswa secara aktif harus didukung oleh usaha guru sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, mengembangkan dan menetapakan ide mereka sendiri.

2. Belajar Aktif

Siswa dikatakan belajar aktif apabila selama proses belajar dan pembelajaran melakukan aktifitas dan melakukan tindakan yang aktif seperti memberikan pertanyaan dalam proses belajar. Keaktifan siswa tidak hanya secara fisik, tetapi juga non fisik.

Paham belajar aktif menurut Silberman (2009:1) sebagai berikut. Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham.

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.

(30)

13 mengembangkan ide-ide dalam materi yang sedang dipelajari tersebut. Hal ini diperkuat oleh Jhon Holt dalam (Silberman, 2009:5) yang menyatakan bahwa proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata kata mereka sendiri, (b) mem-berikan contoh, (c) mengenali dalam bermacam-macam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) meng-gunakan dengan berbagai cara, (f) memprediksi sejumlah konsekuensi, dan (g) menyebut lawan atau kaitanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif adalah salah satu strategi pembelajaran yang banyak melibatkan siswa. Siswa dipandang sebagai subjek pembelajaran yang harus banyak berperan dalam aktifitas pembelajaran, sehubungan dengan hal di atas maka strategi belajar aktif yang akan terapkan adalah strategi belajar aktif tipePeer Lesson.

3. Strategi Pembelajaran Aktif TipePeer Lesson

Menurut Silberman (2009:173) Peer Lesson (pelajaran teman sebaya) adalah “sebuah strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab kepada siswa untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas”, sebagai para anggota kelas sebagai para peserta didik, sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika pembelajar mampu mengajarkannya kepada orang lain. Teman sebaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi narasumber bagi satu sama lain. Pelaksanaan pembelajaran aktif tipe Peer Lesson

(31)

14 a. Bagilah kelas ke dalam sub-kelompok. Buatlah sub-kelompok sebanyak

topik yang di ajarkan.

b. Berikan masing-masing kelompok sejumlah informasi, konsep, atau

keahlian untuk mengajar yang lain. Topik yang anda bagikan kepada peserta harus saling berhubungan.

c. Mintalah setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajarkan topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar menghindari ceramah atau membaca laporan. Doronglah mereka agar membuat pengalaman belajar

untuk peserta didik seefektif mungkin. d. Cobalah beberapa saran sebagi berikut:

•Sediakan alat-alat visual.

•Kembangkan demonstrasi singkat.

•Gunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar. •Libatkan peserta didik dalam diskusi.

•Boleh bertanya.

e. Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan (bisa di kelas atau di luar kelas). Kemudian mintalah setiap kelompok

mempresentasikan pelajaran mereka.

Berdasarkan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipePeer Lessondi atas, kelas dibagi dalam kelompok kecil secara heterogen kemudian kelompok dibagi berdasarkan sub topik yang akan dipelajari pada hari itu. Perbedaan strategi belajar aktif tipe Peer Lesson dengan pembelajaran kelompok lainnya adalah setiap siswa berkesempatan untuk belajar dan bertindak sebagai narasumber bagi siswa lain.

(32)

15 belajar, (2) pengetahuan berupa konsep yang diterima peserta didik akan tahan lama karena mereka terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan mereka peroleh dari teman mereka sendiri, dan (3) adanya kerja sama antar teman. Adapun kelemahan model Peer Lesson, yaitu (1) peserta didik cenderung ribut, jika mereka diberikan untuk belajar dalam kelompok, dan (2) adanya kegiatan kelompok dan presentasi kelas dalam proses pembelajaran akan memakan waktu yang lama.

4. Pemahaman Konsep

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Menurut Gagne (Suherman, 2003:33) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan non contoh. Dalam belajar ada dua objek yang diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsung, yaitu kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.

(33)

16 (panalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentransformasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, baru kemampuan menghitung diperlukan.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam pemahaman konsep, siswa mampu untuk menguasai konsep, operasi, dan relasi matematis. Menurut Shadiq (2009:13) indikator yang menunjukkan pemahaman konsep antara lain adalah: (a) menyatakan ulang sebuah konsep, (b) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (c) memberi contoh dan non contoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi metematis, (e) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, dan (f) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

(34)

17 5. Pembelajaran Konvensional

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006:614) dinyatakan kovensional adalah menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru di sekolah, yaitu guru lebih banyak berperan dalam pembelajaran dan siswa hanya mendengar dan menyalin apa yang sudah ditulis guru.

Pembelajaran kovensional sebagai berikut (a) tujuan dirumuskan secara spesifik, (b) bahan ajar disajikan secara menyeluruh kepada anggota kelas, (c) bahan pelajaran lebih banyak berbentuk ceramah, (d) berorientasi pada kegiatan guru dengan mengutamakan proses mengajar, (e) murid kebanyakan bersifat pasif, (f) murid harus belajar sesuai kecepatan guru mengajar, dan (h) keberhasilan belajar dinilai guru secara subjektif.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran konvensional siswa hanya sebagai pendengar, kemudian mencatat, lalu mengerjakan latihan yang diberikan guru. Guru hanya melihat dari hasil belajar saja.

B. Kerangka Pikir

(35)

18 memberikan bimbingan agar siswa dapat belajar dengan mudah, aktif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar matematika berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Oleh sebab itu, guru di-harapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar matematika. Salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya aktivitas siswa dalam belajar adalah penggunaan strategi mengajar yang kurang bervariasi dan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Salah satunya dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat dan efektif. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah pembelajaran aktif tipePeer Lesson.

Pembelajaran aktif tipe Peer Lesson ini adalah salah satu metode diskusi kelompok dimana dapat menumbuhkan kegiatan pembelajaran yang aktif, gembira, dan mengharuskan semua anggota kelompok untuk ikut berdiskusi. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah guru membentuk kelompok dalam kelas sesuai dengan jumlah topik yang dipelajari. Pembagian kelompok dibagi berdasarkan hasil belajar akademik siswa, kemudian setiap kelompok dibagi secara acak. Di dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian kelompok dilakukan sebelum pem-belajaran dimulai. Selanjutnya topik pelajaran dibagikan kepada masing-masing kelompok untuk dipelajari.

(36)

19 diskusi berlangsung, beberapa siswa yang sudah mengerti dengan topik pelajarannya bisa menjadi narasumber kepada siswa lain yang masih kurang paham dengan topik pelajaran yang sedang dipelajari, namun tetap dalam bimbingan guru. Kemudian guru memilih secara acak kelompok mana yang harus menerangkan atau menjelaskan materi di depan kelas. Setelah itu kelompok yang terpilih menerangkan materi kepada siswa lainnya sesuai dengan topiknya.

Dalam model pembelajaran ini penyampaian atau pengajaran materi dari satu siswa ke siswa yang lain dilakukan secara berkelompok. Dengan model pembelajaran Peer Lesson, pemahaman konsep matematis siswa dapat dikuasai dengan baik karena terdapat tahapan yang mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi dengan teman satu kelompok dan melakukan kegiatan dalam proses belajar mengajar. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Siswa juga dilatih untuk berani tampil di depan kelas mempresentasikan apa yang ia pelajari.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lesson

(37)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang terbagi dalam enam kelas yaitu VII A – VII F. Sampel dari penelitian ini diambil melalui teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan perhitungan tertentu, yaitu rata-rata nilai semester ganjil yang paling mendekati nilai rata-rata kelas VII secara keseluruhan. Berikut ini disajikan data rata-rata nilai ujian akhir semester ganjil.

Tabel 3.1 Distribusi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung

Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 12 Bandar Lampung, 2013

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas diasumsikan bahwa kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa sama. Sehingga dalam Penelitian ini diperoleh kelas VII A dan VII B sebagai sampel penelitian. Kelas VII A yang berjumlah 28 siswa

No. Kelas Banyak Siswa Nilai

1 VII A 28 6,0

2 VII B 28 5,9

3 VII C 30 5,7

4 VII D 31 6,2

5 VII E 30 6,2

6 VII F 30 6,6

Jumlah Siswa 181

(38)

21 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B yang berjumlah 28 siswa sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain post-test only

dengan kelompok pengendali yang tidak diacak (Furchan,1982:368).

Tabel 3.2 Desain Penelitian

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan metodePeer Lesson

C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O2 = post-testpada kelas ekperimen

O2 = post-testpada kelas kontrol

C. Prosedur Penelitian

Tahapan penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

a. Membuat rencana pembelajaran menggunakan model pembelajaran Peer Lessondan konvensional.

(39)

22 c. Mempersiapkan perangkat untuk instrumen tes.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Peer Lesson pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

b. Mengadakanpost-testpada kelas kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Pengumpulan data.

d. Pengolahan data.

e. Pelaporan berdasarkan penelitian.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data berupa nilai yang diperoleh melalui tes kemampuan konsep matematis yang dilakukan setelah pembelajaran materi Garis dan Sudut.

2. Teknik Pengumpulan Data

(40)

23 E. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah perangkat tes pemahaman konsep siswa berbentuk soal uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan sesudah pembelajaran dimaksudkan untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap pemahaman konsep siswa SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Tes yang telah disusun, diantaranya harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.

1. Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini validitas isi. Validitas isi dari hasil tes pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum terwakili.

(41)

24 2. Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari nilai reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008:109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha, yaitu:

r : nilai reliabilitas instrumen (tes)

n

: banyaknya butir soal (item)

2

i

σ : jumlah varians dari tiap-tiap item tes : varians total

N : banyaknya data : jumlah semua data

: jumlah kuadrat semua data

Sudijono (2008:209) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki nilai reliabilitas≥ 0,70. Kriteria yang akan digunakan adalah memiliki nilai reliabilitas ≥ 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,79. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang baik sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.1.

2

t

(42)

25 3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Seperti yang dikemukakan Sudijono (2008:372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir

soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

(43)

26 Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal

No. Butir Item Indeks TK Interpretasi

1a 0,40 Sedang

Dengan melihat hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal yang diperoleh, maka instrumen tes yang sudah diujicobakan telah memenuhi kriteria tingkat kesukaran soal yang sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil per-hitungan tingkat kesukaran butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.

4. Daya Pembeda

Daya beda suatu butir tes adalah kemampuan suatu butir tes untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Sudijono (2008:120) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

=

Keterangan:

DP: indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

(44)

27 Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif≤ DP <0,10 Sangat Buruk

0,10≤ DP < 0,20 Buruk

0,20≤ DP < 0,30 Agar Baik, perlu Revisi

0,30≤ DP < 0,50 Baik

DP≥0,50 Sangat Baik

Sudijono (2008:121)

Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda≥ 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Daya Pembeda Butir Item Soal

No. Butir Item Nilai DP Interpretasi

1a 0,36 Baik

(45)

28

Analisis data hasil tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran tipe

Peer Lessondan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik data hasil tes adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Langkah awal untuk menganalisis data adalah menguji kenormalan distribusi. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005:273). Berikut langkah-langkah uji normalitas.

H0: Data sampel berasal dari populasiyang berdistribusi normal. H1: Data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

Keterangan:

(46)

29 Menurut Sudjana (2005:273) kriteria pengujian, Tolak H0 jikax2  x1αk3 dengan taraf = 0,05. Dalam hal lainnya H0diterima, dengan dk = (k– 3 ). Hasil perhitungan uji normalitas diberikan pada Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Konsep Matematis

Kelas Keputusan Uji

Eksperimen 5,778

7,81 H0diterima

Kontrol 2,173 H0diterima

Berdasarkan Tabel 3.7, dapat diketahui bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematis pada kelas eksperimen memiliki < yang berarti H0 diterima pada taraf signifikansi α = 0,05. Data kemampuan pemahaman konsep pada kelas kontrol juga memiliki < yang berarti H0 diterima pada taraf signifikansi α = 0,05. Dengan demikian, data kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.3.

2. Uji Homogenitas Varians Populasi

Jika sampel berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen (Arikunto, 2005:318). Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

(47)

30 , artinya kedua kelompok populasi mempunyai varians tidak

homogen.

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F. Rumus Uji F yaitu : F =

dan tolak H0jika F≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F

dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing

sesuai dk pembilang dan penyebut (Sudjana, 2005:250).

Setelah dilakukan uji normalitas dan data post-test kedua kelas (eksperimen dan kontrol) berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis

Kelas Varians (s2) dk Kriteria

Eksperimen 110,65 27

Berdasarkan Tabel 3.8, bahwa nilai Fhitung untuk data post-test kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih kecil dari Ftabel dengan taraf α = 0,05 dan dk = (27,27). Karena Fhitung<Ftabel, maka terima H0, artinya kedua kelompok populasi mempunyai varians yang relatif sama.

3. Uji Hipotesis

(48)

31 H0:μ12 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis antara model

pembelajaran Peer Lesson sama dengan model pembelajaran Konvensional).

H1:μ1≠μ 2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis antara model pembelajaranPeer Lessontidak sama dengan model pembelajaran Konvensional).

Karena data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians dalam populasi bersifat homogen, maka untuk uji hipotesis dilakukan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t. Nilai t ditentukan dengan rumus:

=

+

dengan

Keterangan:

= skor rata-rataposttestdari kelas eksperimen = skor rata-rataposttestdari kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Menurut Sudjana (2005:239) kriteria pengujian, terima H0 jika < dengan derajat kebebasan dk = (n1+ n2–2) dan peluang (1 ) dengan taraf signifikan

= 0,05. Untuk nilai t lainnya H0ditolak.

(49)

40

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan populasi kelas VII SMP Negeri 12 Bandar Lampung, diperoleh simpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan strategi pembelajaran Peer Lesson lebih rendah daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian strategi pembelajaran Peer Lesson tidak ber-pengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru lebih selektif dalam memilih metode pembelajaran yang baik untuk siswa agar tidak membuat siswa menjadi bingung dengan metode yang diberikan. Sehingga tercapai tujuan diterapkannya metode pembelajaran tersebut.

(50)
(51)

42

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Survei Internasional PISA. (online) litbang.kemdikbud.go.id/detail.phpid=214 (12 April 2013)

Depdiknas. 2001.Penyusunan Butir-Butir Soal dan Instrumen Penulisan.Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: CV Eko Jaya.

________. 2007.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Dimiyati & Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta Furchan, Arief. 2010. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Harja, Media. 2011. Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme. (online). Tersedia: http:// mediaharja. blogspot.com/2011/11/pemahaman-konsep.html. (20 Desember 2012)

Hisyam, Zaini. 2002.Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Gunung Mulia

Muliyardi. 2002. StrategiPembelajaranMatematika. Padang:FMIPA. Universitas Negeri Padang.

Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bandung:Bumi Aksara

(52)

43 Shadiq. 2009.Model-Model Pembelajaran. PPPPTK Matematika Yogyakarta. Silberman, Mel.Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Diterjemahkan

oleh Tim YAPPENDIS. 2009. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

Padang:FMIPA. Universitas Negeri Padang.

Tim penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1997).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka

Tim Penyusun. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Gambar

Tabel 3.1 Distribusi Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Tabel 3.4 Tingkat Kesukaran Butir Item Soal
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Dampaknya terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bitung. Efektivitas

Setelah melalui proses pengumpulan data, diskusi ahli dan penelitian terhadap pelaksanaan Standar Perencanaan Irigasi terdahulu serta hasil perencanaan yang telah

Bagaimanakah kualitas media laboratorium virtual berbasis inkuiri terstruktur pada materi titrasi asam basa dalam meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil

CONSTRUCTED INTERACTIVE ANIMATION AS A MEDIA TO MEASURE STUDENTS’ COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING. SKILLS AND IMPROVE STUDENTS’ UNDERSTANDING IN

Analisa data digunakan untuk menganalisa efektivitas latihan HIIT dan circuit training terhadap peningkatan VO 2 max pada pemain sepak bola SSB Porma FC Malang

Tujuan riset ini sendiri adalah untuk menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal perusahaan sektor farmasi

Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah. Namun bertambahnya jumlah wajib pajak tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan wajib pajak dalam

mengisahkan atau menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Dari struktur ini terbagi lagi menjadi enam perangkat yakni elemen 5W+1H atau what, who, when, where,