• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN

ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

Skripsi

Oleh

EVA MARGARETHA PURBA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Eva Margaretha Purba

ABSTRAK

PEMBELAJARANPROBLEM SOLVINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR EVALUATIF PADA LARUTAN

ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT

Oleh

EVA MARGARETHA PURBA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaranproblem solvingdalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi la-rutan nonelektrolit-elektrolit. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperi-men dengan design penelitianNon Equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang terdiri dari 8 kelas. Pengambilan sampel dilakukan de-ngan teknikpurposive sampling,sampel dalam penelitian ini adalah kelas X4

se-bagai kelas eksperimen dan X2sebagai kelas kontrol.

(3)

konven-Eva Margaretha Purba

sional pada materi larutan nonelektrolit-elektrolit. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaranproblem solvingefektif

dalam meningkatkan kemampuan berpikirevaluatifsiswa pada materilarutan nonelektrolit-elektrolit.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Branti Raya pada tanggal 15 Januari 1992 sebagai putri ke-tiga dari empat bersaudara buah hati Bapak Sardiman Purba, S.Pd dan Ibu Henni Rosdelina Simbolon. Pendidikan formal diawali Sekolah Dasar di SD Negeri Kejadian 1997, kemudian pendidikan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP N I Tegineneng 2003, lalu pendidikan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Natar tahun 2006, dan pendidikan dilanjutkan kejenjang Diploma I di LBI Bandar Lampung tahun 2009.

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap puji syukur untuk kasih dan penyertaan yang telah diberikan Tuhan Yesus sang pencipta alam semesta, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Lembaran-lembaran sederhana ini kupersembahkan teruntuk:

Bapak, Mama,

Doa yang terlantun untukku siang dan

malam,Jerih payah, kerja keras, dan

perjuangan kalian, menjadi semangat

untuk keberhasilanku.

Keluarga tercinta ( Abangku Freddy Meyando Purba,

kakakku Cherlyana Ocktavia Purba dan adik-adikku

Mery Artha Sari Purba dan Carine Ragil Karunia Purba )

Dukungan yang tiada henti padaku.

Almamater tercinta Universitas Lampung

,

(10)

MOTO

Tuhan tidak selalu melakukan apa yang sanggup

DIA lakukan, melainkan apa yang DIA kehendaki

untuk DIA lakukan

I Can if I Think I can

(Eva Margaretha Purba)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya,

bahkan Ia memberi kekekalan dalam hati mereka.

Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan

(11)

iii SANWACANA

Puji dan syukur hanyalah untuk-Mu Yesus, yang senantiasa memberikan kasih, penyertaan, dan kehendak-Mu sehingga skripsi yang berjudul “Pembelajaran Problem Solvinguntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Evaluatif pada Larutan Elektrolit Non-elektrolit”dapat diselesaikan tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis haturkan kepada

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing I dan pembimbing

akademik, atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku Pembimbing II atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si selaku Pembahas atas segala bimbingan, saran

dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.

(12)

iv lebih dari tiga tahun ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, abangku, kakakku dan adik-adikku Tersayang dan abang Abangku Roy Feryando Purba terima kasih untuk doa, kasih, ketulusan, kesabaran, motivasi, dukungan moril dan materi serta kasih sayangnya yang selalu ada untukku

9. Bapak Drs. Maisani Liswan selaku kepala sekolah dan Ibu Dewi Kurniati, S. Pd. sebagai Guru Mitra SMA N 4 Metro, atas izin, waktu, kerjasama, dan bimbingannya yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

10. Rekan-rekan Pendidikan Kimia 2010 , dan kakak serta adik tingkatku khususnya sahabatku, Wink (Arif, Annisa, Debie, Fuah, Revi, Yuwanti, dan Yudha) serta teman-teman KKN/PPL-ku Bandar Negeri Suoh tersayang terima kasih atas senyum, ceria, dukungan dan kepercayaan yang selalu kalian beri duka, serta selalu memotivasi dan membantu selama ini.

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap pengajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan akibat kurangnya pe-ngalaman dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu saran dan kritik yang memba-ngun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Pembelajaran Problem Solving ... 9

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 13

D. Anggapan Dasar ... 19

E. Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 20

B. Jenis dan Sumber Data ... 20

(14)

vi

D. Variabel Penelitian ... 21

E. Instrumen Penelitian ... 22

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23

G. Hipotesis Kerja ... 25

H. Hipotesis Statistik ... 25

I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 34

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 56

2. Silabus Eksperimen ... 60

3. RPP Eksperimen ... 72

4. LKS ... 85

5. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Soal Postes ... 105

6. Soal Pretes ... 112

7. Soal Postes ... 115

8. Rubrik Penilaian Soal Postes dan Soal Postes ... 118

(15)

vii

10. Rubrik Penilaian Afektif ... 130

11. Lembar Penilaian Psikomotor ... 134

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 135

13. Kisi-Kisi Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit Non-elektrolit ... 137

14. Angket Pendapat Siswa Terhadap Pembelajaran Materi Larutan Elektrolit Non-elektrolit ... 139

15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa ... 141

16. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ... 145

17. Analisis Data ... 147

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif ... 15 2. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 16 3. Desain Penelitian ... 21

4. Rata-Rata Nilai Pretes, Postes, Dan n-Gain Kemampuan Berpikir

(17)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

2. Rata-Rata Nilai Pretesdan PostesKemampuan Berpikir Evaluatif

di Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 37

3. Rata-Rata n-Gain Kemampuan Berpikir Evaluatif Siswa di Kelas

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam se-cara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga me-rupakan suatu proses, produk dan sikap. Pendidikan IPA diharapkan dapat men-jadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006)

(19)

2

Menengah Atas (SMA) bertujuan untuk mendapatkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa) keterampilan (tahu bagaimana) dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi.

Sebagian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada materi elektrolit non-elektrolit; banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubungkan de-ngan materi ini; misalnya penggunaan aki dalam kendaraan bermotor maupun rumah tangga. Namun yang terjadi selama ini pada materi larutan elektrolit non-elektrolit dalam pembelajaran kimia di SMA lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit non-elektrolit.

(20)

3

yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Oleh karena itu, diper-lukan berbagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan cara memperbaiki model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi un-tuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang diberikan. Munandar (2008) menjelaskan bahwa ciri-ciriaptitudedari kreativitas (berpikir kreatif), yaitu kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir ori-sinil, berpikir elaborasi, dan berpikir evaluatif, yang akan dijadikan tolak ukur ke-terampilan berpikir kreatif pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir eva-luatif. Kemampuan berpikir evaluatif berhubungan dengan kemampuan untuk menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah, memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri dan mencetus-kan pandangan sendiri tentang suatu hal.

(21)

4

kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mem-punyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Problem solvingadalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan model pem-belajaranproblem solvinguntuk mengatasi permasalahan yang muncul, dan di-harapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif khususya kemampuan berpikir evaluatif.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, akan dilakukan penelitian yang berjudulPembelajaranProblem Solvinguntuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Evaluatif pada Larutan Elektrolit Non-elektrolit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah pembelajaranproblem solvingefektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

(22)

5

dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar bermanfaat bagi:

1. Siswa

Melalui penerapan pembelajaranproblem solvingsiswa dapat lebih mudah untuk memahami materi larutan elektrolit non-elektrolit dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa.

2. Guru

Menambah informasi dan wawasan tentang penerapan pembelajaranproblem solvingyang dapat meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa. 3. Sekolah

Penerapan pembelajaranproblem solvingdalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

(23)

6

2. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir evaluatif indikator kemampuan yang diteliti meliputi menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah dan mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Materi kimia dalam penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit meliputi daya hantar listrik, sifat dan jenis larutan.

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernya-taan tersebut menjadi ungkapan bahwa manusia tidak dapat lepas dari proses be-lajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada dan bebe-lajar juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Dalam perkembangannya, pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar pene-muan Jerome Bruner (discovery learning), dan konstruktivime. Menurut Bruner (Dahar,1989) teori belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik, beru-saha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyer-tainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

(25)

8

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar Winahyu (2001) konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkons-truksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan menge-nai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

(26)

9

Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997)

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

(2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar;

(4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa;

(6) guru adalah fasilitator.

B. PembelajaranProblem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

(27)

10

teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut

kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Retman (dalam Sudjana, 2005) mengemukakan bahwa kegiatan belajar perlu me-ngutamakan pemecahan masalah karena dengan menghadapi masalah peserta di-dik akan didorong untuk menggunakan pikiran secara kreatif dan bekerja secara intensif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Menu-rut Sriyono (1992), pembelajaranproblem solvingadalah suatu cara mengajar de-ngan menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesai-kan. Metode ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobser-vasi masalah, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.

Menurut Sukarno (1981) dengan menggunakan pembelajaranproblem solving, anak dapat dilatih untuk memecahkan masalah secara ilmiah, melatih mengemu-kakan hipotesis, melatih merencanakan suatu eksperimen untuk menguji hipotesis itu, melatih mengambil suatu kesimpulan dari sekumpulan data yang diperoleh anak-anak dari pelajaran sains itu, juga segi-segi lainnya yang terdapat pada sains.

(28)

11

Langkah-langkah dalam penggunaan pembelajaranproblem solvingyaitu sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawab-an ini tentu saja diperlukjawab-an metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Dengan pembelajaranproblem solvingsiswa harus berpikir, menguji hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah tersebut, siswa akan mempelajari sesuatu yang baru. Dalam memecahkan masalah harus dilalui berbagai langkah seperti

mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan harus berpikir kritis sehingga siswa akan terlatih dalam memecahkan masalah-masalah baru (Nasution, 2008).

Pembelajaranproblem solvingini akan lebih produktif bila dalam pelaksanaannya disatukan metode diskusi dan kerja kelompok, sebagaimana yang dikemukakan oleh Djsastra (1985) yaitu :

(29)

12

Dalam pelaksanaannya, pembelajaranproblem solvingbiasanya dapat digabung-kan dengan metode diskusi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilakudigabung-kan lebih produktif, siswa dapat bersama-sama dengan teman sekelompoknya berdis-kusi dalam memecahkan permasalahan yang diberikan. Terdapat 3 ciri utama dari pembelajaranproblem solvingyaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaranproblem solvingmerupakan rangkaian aktivitas pembelajaran. Artinya dalam implementasiproblem solvingada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pembelajar-anproblem solvingmenempatkan masalah sebagai kunci dari proses

pembelajaran.

c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaranproblem solvingmenurut Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaranproblem solving

a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi da-lam rangka mencari pemecahannya.

2. Kekurangan model pembelajaranproblem solving

(30)

13

b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain

c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 3. Cara-cara Mengatasi Kelemahan-kelemahan MetodeProblem Solving

a. Masalah yang diajukan untuk diselesaikan, carilah masalah yang aktual, sering terjadi. Untuk itu juga perlu kiranya memperoleh input dari peserta diklat terlebihdahulu. Bagaimana menurut pendapat mereka tentang masalah itu. Apakah kemampuan dan pengetahuan peserta diklat diperkirakan masih sanggup untukmenyelesaikannya.

b. Diusahakan agar melihat sesuatu masalah dari sudut lain, dalam arti masalah itu harus diolah sedemikian rupa sehingga sesuai denganprior knowledgedan kemampuan peserta diklat. Misalnya masalah

perselingkuhan, tidak bisa hidupbersama mertua, memilihkan pendidikan bagi anak-anak.

c. Uraikanlah suatu masalah menjadi unsur-unsur sebab akibat, dan pilihlah mana yang betul-betul relevan serta cocok dengan keadaan peserta diklat. Jangan sampai terjadi kekaburan bagi peserta diklat tentang dari mana mereka harus memulaitugasnya.

d. Cara menyelesaikan masalah, peserta didik bisa dibantu dengan membuat modelpohon masalah, atau memetakan masalah (problem mapping) dan masing-masingdicarikan alternatif penyelesaiannya.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Menurut model struktur intelek oleh Guilford ( dalam Munandar, 2008), “Berpikir divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam ke-mungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.

(31)

14

kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Arti

1) Berpikir Lancar (fluency)

a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes (fleksibel)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 3) Berpikir Orisinil

(originality)

a. Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan

Sedangkan menurut Guilford (dalam Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

(32)

15

Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar(Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban

jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain.

f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes(Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2) Dapat melihat suatu masalah da-ri

sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau arah

yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil(Originality)

1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara yang lama

dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

(33)

16

Lanjutan tabel 2

Pengertian Perilaku

Berpikir Elaboratif(Elaboration)

1. Mampu memperkaya dan me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci.

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

c. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sen-diri atau gambar orang lain.

Berpikir Evaluatif(Evaluation)

1. Menentukan kebenaran suatu per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.

3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir evaluatif.

D. Kerangka Pemikiran

(34)

17

Salah satu pembelajaran yang diduga dapat membentuk keterampilan berpikir kre-atif siswa adalah pembelajaranproblem solving. Dalam pembelajaranproblem solvingsiswa dikoordinasikan dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa aktif men-cari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan masalah yang dihadapi. Siswa be-kerja secara kolaboratif untuk menentukan solusi terbaik dalam masalah yang di-hadapi sehingga dari masalah tersebut dapat mengembangkan keterampilan ber-pikir kreatif siswa.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, guru berperan mengajukan permasa-lahan nyata, memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Siswa men-cari informasi, memperkaya wawasan dan kemampuannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri untuk dapat memecahkan masalah sehingga proses belajar indi-vidu terjadi secara langsung. Pembelajaranproblem solvingdiharapkan dapat me-ningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa karena kesesuaian sintaks dari pem-belajaran berdasarkan masalah memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Aspek kemampuan berpikir kreatif yang akan di-tingkatkan yaitu berpikir evaluatif.

(35)

18

tahap kedua yakni mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi sehingga siswa pun diharapkan dapat membuat isi definisi dalam bentuk contoh dan non contoh. Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa akan di-latih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk melakukan men dalam rangka untuk memecahkan masalah berdasarkan fakta dalam eksperi-men tersebut. Dengan eksperieksperi-men ini, maka siswa akan dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ke-tika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari permasalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan pembelajaran pro-blem solvingdapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

(36)

di-19

pengaruhi dengan perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dila-kukan. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi akan memperoleh hasil yang tinggi pula.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif semata-mata terjadi karena perubahan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

2. Faktor-faktor lain diluar pelakuan pada kedua kelas penelitian diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan

(37)

20

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa dan tersebar dalam delapan kelas. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk

dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lainnya sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan (berdasarkan saran dari ahli). Purposive samplingakan baik hasilnya jika ditangan oleh seorang ahli yang mengenal populasi (Sudjana, 2005). Dalam hal ini seorang ahli yang dimintai pertimbangan dalam menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel adalah guru bidang studi kimia yang sudah memahami karakteristik siswa. Maka diten-tukan kelas X4dan X2sebagai sampel. Kelas X4sebagai kelas eksperimen yang

mengalami pembelajaran dengan pembelajaran problem solving, sedangkan kelas X2sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

(38)

21

lembar penilaian psikomotor dan lembar observasi kinerja guru. Sedangkan data sekunder berupa angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi elektrolit non-elektrolit. Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakanNon Eqiu-valent(Pretest-Posttest)Control Group Design(Creswell, 1997) dengan urutan kegiatan seperti yang terlihat pada di bawah ini.

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1)

yang terdiri dari 5 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pem-belajaran menggunakan pempem-belajaran pempem-belajaranproblem solving(X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) yang terdiri dari 5 soal uraian.

D. Variabel Penelitian

(39)

22

kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi pokok larutan elektrolit non -elektrolit siswa kelas X SMAN 4 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instru-men pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data un-tuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada pene-litian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan pembelajaran pem-belajaranproblem solvingpada materi elektolit non-elektrolit sejumlah 2 LKS, soal pretes dan soal postes yang berupa soal uraian yang mewakili kemampuan berpikir evaluatif,lembar penilaian afektif, lembar penilaian psikomotor, lembar observasi kinerja guru dan angket pendapat siswa terhadap pembelajaran materi elektrolit non-elektrolit.

(40)

ke-23

pentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si sebagai dosen pembimbing untuk

mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Pra penelitian

Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 4 Metro untuk melaksanakan penelitian.

b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas X untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah. 2. Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: analisis Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar-indikator, analisis konsep, silabus, Rencana Pelaksanaan

(41)

24

c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah: (1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

(2) Melakukan analisis data pretes yaitu uji persamaan dua rata-rata.

(3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi elektrolit non-elektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pembelajaran problem solvingditerapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.

(4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan.Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian 1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.

2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah. Pra

pe

ne

li

ti

an

1. Menentukan populasi dan sampel penelitian

2. Menyusun instrumen penelitian

(42)

25

G. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah rata-ratan-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solvinglebih tinggi daripada rata-rata n-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan pembe-lajaran konvensional.

H. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi

elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solvinglebih rendah atau sama

dengan rata-ratan-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H0: µ1x≤ µ2x

H1 : Rata-ratan-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi

elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solvinglebih tinggi daripada rata-rata n-Gain kemampuan berpikir evaluatif siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

(43)

26

Keterangan:

µ1 : Rata-ratan-Gain(x) pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang

diterapkan menggunakan pembelajaran problem solving.

µ2 : Rata-ratan-Gain(x) pada materi elektrolit non-elektrolit pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional. x : kemampuan berpikir evaluatif

I. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

a. Perhitungan Nilai Siswa

Nilai pretes dan postes pada penilaian kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif secara operasional dirumuskan sebagai berikut:

(44)

27

b. Perhitungann-Gain

Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran pembelajaranproblem solvingdalam meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada materi pokok larutan elektrolit non-elektrolit, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas.

Menurut Meltzer besarnya perolehan dihitung dengan rumusnormalized gain, yaitu:

... ...(2)

Datagainternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, ke-mudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk menentu-kan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas :

H0= data dari sampel penelitian berdistribusi normal

H1= data dari sampel penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

(45)

28

Keterangan :

χ2 = uji Chi-kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung≤ χ2tabeldengan taraf signifikan 5% dan

derajat kebebasan dk = k–3 (Sudjana, 2005).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel penelitian ber-asal dari populasi yang sama (homogen) atau tidak dan untuk menentukan peng-ujian hipotesis selanjutnya apakah memakai uji statistik parametrik atau non para-metrik. Uji homogenitas ini dilakukan dengan cara menyelidiki varians dari ke-dua sampel penelitian.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0:σ12 σ22 (data penelitian mempunyai variansi yang homogen)

H1:σ12 σ22 (data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

...(4)

(46)

29

Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Tolak H0jika atau dengan

didapat dari distribusi F dengan peluang½α, derajat kebebasan dan

dengan taraf nyataα =0,05. Dalam hal lainnya H0diterima.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan apakah kedua sampel pada penelitian memiliki kemampuan dasar yang sama pada materi larutan elektrolit non-elektrolit antara pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solvingdengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 4 Metro. Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (H1).

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x= µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif

pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solvingsama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada kelas yang diterapkan pembelajaran

konvensional.

H1: µ1x≠ µ2x : Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif

(47)

30

solvingtidak sama dengan rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada

kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solving µ2 : Rata-rata nilai pretes (x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada

kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. x : kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka

pe-ngujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

thitung= Kesamaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada

materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solving.

= Rata-rata nilai pretes kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada

materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

(48)

31

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran

problem solving.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pembelajaran problem solving.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Terima H0jika -t(1-1/2α)< thitung< t(1-1/2α) dengan derajat kebe-basan d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan

taraf signifikan α = 5%dan peluang (1- 1/2α ).

d. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif pem-belajaran pempem-belajaran yang diterapkan terhadap kedua sampel penelitian, de-ngan melihat rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif yang lebih tinggi antara pembelajaran menggunakan pembelajaran problem solvingdengan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit non-elektrolit dari sampel penelitian.

Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis

(49)

32

Rumusan Hipotesis:

H0: µ1x≤ µ2x : Rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif

pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solvinglebih rendah atau sama dengan rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x> µ2x : Rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif

pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solvinglebih tinggi daripada rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata nilain-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada

kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solving. µ2 : Rata-rata nilain-Gain(x) pada materi larutan elektrolit non-elektrolit pada

kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. x : kemampuan siswa dalam berpikir evaluatif.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka

pe-ngujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dalam Sudjana (2005) dengan rumus sebagai berikut:

(50)

33

Keterangan:

thitung= Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada

materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran problem solving.

= Rata-rata nilain-Gainkemampuan siswa dalam berpikir evaluatif pada

materi larutan elektrolit non-elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan menggunakan pembelajaran

problem solving.

= Jumlah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran menggunakan

pembelajaran problem solving.

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria uji : Terima H0jika thitung< t (1-α)dengan derajat kebebasan

d(k) = n1+ n2–2 dan tolak H0untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

(51)

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata nilain-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi larutan elektrolit non-elektrolit yang diterapkan model pembelajaranproblem solving lebih tinggi dari pada rata-rata nilain-Gainkemampuan berpikir evaluatif siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional di SMA Negeri 4 Metro. 2. Hasil perhitungan uji-t didapatkan harga thitunguntuk kemampuan berpikir

evaluatif sebesar 10,9678 dan t(1-α)sebesar 1,67 thitunglebih besar daripada t(1-α) 3. Model pembelajaranproblem solvingpada materi larutan elektrolit

non-elektrolit efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa, terutama pada tahap pengujian hipotesis dan menarik kesimpulan

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(52)

53

2. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian pembelajaran pro-blem solvinghendaknya lebih menguasai materi dan langkah-langkah pembela-jaran, serta harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih memper-hatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP. Jakarta.

Baer. 1993. Problem Solving Dapat Meningkatkan Kecakapan Berpikir Kritis-Kreatif Siswa (Skripsi). UPI Bandung

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Evans, James. R. 1991. Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Analisis Materi Ajar. Konsep Pendekatan Scientific. Kemendikbud. Jakarta.

__________ _. 2013b. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemendikbud. Jakarta.

(54)

55

___________. 2013d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2013e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Kemendikbud. Jakarta.

___________. 2013f. Rambu-rambu Penyusunan RPP. Kemendikbud. Jakarta. ___________. 2013g. Rasional Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. Killen, R. 2009. Effective Teaching Strategies. Social Science Press. Australia. Lidiawati. 2011. Efektivitas Penerapan Metode Problem Solving Dalam

Meningkatkan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep Koloid (Skripsi). Tidak diterbitkan

Munandar, S.C. Utami. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nopia, N.K. 2013. Analisis Keterampilan Memberi Alasan dan Menginterprestasi Suatu Pertanyaan pada Materi Non Elektrolit dan Elektrolit dengan

Penerapan Model Problem Based Learning (Skripsi). Tidak diterbitkan Purba, M. 2006. KIMIA SMA Untuk Kelas XI Jilid 2A. Erlangga. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Trianto. 2010. Model-ModelPembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Bandung.

Von Glasersfeld, E. 1992. Questions and Answers About Radical Constructivism. Washington DC: NSTA

Gambar

Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif
gambar orang lain.
Tabel 3. Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving dalam meningkatkan kemampuan

Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran problem solving lebih tinggi dari pada rata- rata nilai n-Gain

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif perla- kuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain kemampuan generating pada materi hidrolisis garam yang

Model pembelajaran POE yang diterapkan dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit merupakan model pembelajaran dimana guru

Berdasarkan hasil uji normalitas untuk rata-rata nilai n-Gain ke- mampuan siswa dalam berpikir evaluatif baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, keduanya

kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi laju reaksi pada kelas yang diterapkan pembelajaran menggunakan model problem solving berbeda secara signifikan dari

Dengan demikian, berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa terima H0, artinya rata-rata nilai pretest kemampuan siswa dalam berpikir luwes pada kelas yang diterapkan

Berdasarkan kriteria uji disimpulkan bahwa tolak Ho, artinya rata- rata nilai n-Gain kemampuan siswa dalam berpikir orisinil pada materi reaksi redoks pada kelas yang