• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STIGMAST-5-EN-3β-OL (β-SITOSTEROL) DARI KULIT AKAR BAKAU MINYAK (Rhizophora apiculata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STIGMAST-5-EN-3β-OL (β-SITOSTEROL) DARI KULIT AKAR BAKAU MINYAK (Rhizophora apiculata"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STIGMAST-5-EN-3β-OL (β-SITOSTEROL) DARI KULIT AKAR

BAKAU MINYAK (Rhizophora apiculata)

Oleh

Rahmat Kurniawan

Pada penelitian ini telah dilakukan isolasi, identifikasi, dan uji bioaktivitas senyawa steroid dari kulit akar Bakau Minyak (Rhizophora apiculata). Proses isolasi melalui tahapan maserasi dengan metanol, pemisahan kromatografi cair vakum (KCV) dan pemurnian dengan kromatografi kolom (KK) menggunakan eluen etilasetat/n-heksana. Senyawa murni hasil isolasi berbentuk kristal jarum, bening dengan berat 0,214 gram (0,01%) yang diidentifikasi menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard, menghasilkan spot berwarna biru

mengindikasikan steroid. Hasil KLT dengan tiga sistem eluen berbeda yaitu etilasetat/n-hekasana 1:9, kloroform/benzena 1:9, dan diklorometan/n-heksana 1:9 menghasilkan nilai Rf berturut-turut 0,25, 0,20 dan 0,15, serta titik leleh didapat 160,2o-161oC. Penentuan struktur senyawa hasil isolasi secara spektrofotometri UV-Vis, FT-IR, 13C-NMR, 1H-NMR, DEPT, dan GC-MS menunjukkan senyawa steroid, stigmast-5-en-3β-ol (β-sitosterol). Uji bioaktivitas senyawa hasil isolasi memberikan aktivitas zona hambat dengan diameter 8 mm terhadap E. coli.

(2)

ABSTRACT

ISOLATION, IDENTIFICATION, AND BIOACTIVITY TEST OF STIGMAST-5-EN-3β-OL (β-SITOSTEROL) COMPOUND FROM ROOT

BARK OF BAKAU MINYAK (Rhizophora apiculata)

By

Rahmat Kurniawan

This study had done the isolation, identification, and bioactivity test of steroids compound from root bark of Bakau Minyak (R. apiculata). The isolation proses include extraction with maceration method by methanol, separation with vacuum liquid chromatography (VLC), and purification with column chromatography (CC) using ethylacetat/n-hexane. The pure compound of isolated shown crystal needle-shaped with 0.214 grams (0.01%) was identified by Liebermann-Burchard reagent had a blue-collored spot, indicated that a steroid compound. The result of thin-layer chromatography (TLC) with three different systems of eluens that is 1:9 ethylacetat/n-hexane, 1:9 cloroform/benzene, and 1:9 DCM/n-hexane given Rf value 0.25, 0.20, and 0.15 respectively with melting point test looking for 160.2o -161oC. The pure compound of isolated was determined by UV-Vis, FT-IR, 13 C-NMR, 1H-NMR, DEPT, and GC-MS spectrophotometry. Base on analysis of data indicate that had formed a steroid compound called Stigmast-5-en-3β-ol

(β-sitosterol). Bioactivity test of isolated compound gave 8 mm zone inhibits againts E. coli.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Martapura pada tanggal 10 Oktober

1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara putra dari

Bapak Yono dan Ibu Nur lela.

Jenjang Pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di

SDN 3 Labuhan Dalam, Tanjung Seneng diselesaikan pada

tahun 2004. Sekolah Menengah Tingkat Pertama di SMPN 19 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 9 Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai

Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila.

Pada tahun 2014 Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama

40 hari di Desa Kagungan ratu, Kec. Tulang Bawang Udik, Kab. Tulang Bawang

Barat dan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Kimia Organik Jurusan

Kimia FMIPA Unila. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten

praktikum Sains Dasar periode 2012-2013 untuk mahasiswa S1 Jurusan Fisika.

Praktikum Kimia Organik periode 2013-2014 untuk mahasiswa S1 Jurusan Kimia

FMIPA Unila, mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Unila, mahasiswa S1

Jurusan Pendidikan Kimia FKIP Unila, dan untuk mahasiswa Keperawatan

(7)

Dalam bidang organisasi, Penulis pernah terdaftar sebagai Kader Muda Himpunan

Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila periode 2010-2011, sebagai anggota

bidang kaderisasi Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila periode

2011-2012 dan sebagai Ketua Bidang Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Kimia

(8)

MOTO

Hidup tidak semudah mati

(Penulis)

Tidak ada kebahagiaan tanpa berbagi

(Alexander Supertrump)

Kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta

(Gie)

Orang yang mendustakan nikmat Tuhan diberikan pelajaran dengan tidak adanya

nikmat Tuhan. Maka janganlah kau dustakan kesehatan, nama baik, cinta,

(9)

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

(Q.S. Al-Fatihah : 1)

Kupersembahkan karya ini kepada :

ALLAH S.W.T

Rosulullah SAW beserta keluarganya

Junjunganku, suri tauladanku, yang kunanti-nantikan syafa’atnya di hari

kebangkitan kelak.

Kedua Orang tua ku,

Papa dan mama yang telah merawat, menyayangi, mendidik dengan sepenuh

hati dengan begitu banyak kasih sayang dan pendidikan yang baik hingga

penulis bisa sampai pada tahap ini. Terimakasih kepada papa yang dengan baik

dan penuh kasih dan sayang yang tak terhingga membesarkan penulis, dan

dengan memberikan ilmu agama yang dapat penulis gunakan didalam menjalani

kehidupan ini. Terimakasih juga kepada mama yang dengan kasih sayangnya

melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang

yang tidak terhingga sampai penulis dapat menyelesaikan karya ini dengan baik.

Oleh karena itu, karya ini penulis persembahkan untuk kalian berdua Papa dan

Mama.

Saudaraku :

Adek adi (Riadi Kurniawan) yang sangat penulis sayangi. Terimakasih.

Pembimbing Prof. Tati Suhartati, M.S. yang sudah penulis anggap sebagai ibu.

Guru-guru yang slalu membagi ilmunya untukku

Seluruh sahabat dan teman yang selalu menyemangatiku

(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

ridho, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri

tauladan.

Skripsi dengan judul “Isolasi, Identifikasi, dan Uji Bioaktivitas Senyawa Stigmast-5en-3β-ol (β-Sitosterol) dari Kulit Akar Bakau Minyak (Rhizophora apiculata)merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada :

1. Ibu Prof. Tati Suhartati, M.S. selaku Pembimbing Utama yang telah

membimbing penulis dengan sabar, memberikan banyak ilmu

pengetahuan, saran, kritik, arahan, bantuan dan motivasi sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Andi Setiawan, Ph.D. selaku Pembahas I yang telah banyak

memberikan petunjuk, arahan, saran, kritik serta nasehat dalam

(11)

3. Bapak Dr. Eng. Surpto Dwi Yuwono, M.T. selaku Pembahas II yang telah

banyak memberikan petunjuk, arahan, saran , kritik serta nasehat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dian Septiani P., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberi motivasi dan dukungannya.

5. Bapak Dr. Eng. Surpto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

6. Bapak Prof. Dr. Suharso, Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Mba Nora, Pak Gani, Mas Nomo, Paman, Mba Wiwit, Mbak Iin, Mas

Udin serta seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Pak Yandri, Bu Dian, Bu Aspita, Bu Kamisah, Pak Sutopo, Pak Andi, Pak

Rudi, Pak Hardoko, Pak Diki dan segenap dosen yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Papaku Drs. Yono dan Mamaku Nur Lela Kesumawati S.Ag. atas

limpahan kasih sayang yang tak pernah habis untukku, keikhlasan

merawat dan menjagaku, doa tulus yang tiada henti, dan perhatian yang

takkan pernah habis demi keberhasilan penulis.

10.Adiku Riadi Kurniawan, adik tersayang yang telah memberikan doa dan

bantuannya untuk keberhasilan penulis.

11.Keluarga besarku, Kak Windo, Kak Ando, Kak Akbar, Kak Tomi, Yuk

Uni, Mba Weni, Bunda, Wak ipul, Bu Sri, Tante Jun, Lulu, Bowo, Bagas,

(12)

12.Nci (Desi Meriyanti), yang telah memberikan dukungan, doa, bantuan, dan

cinta untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini

dengan baik.

13. Teman seperjuanganku Purniawati yang telah memberikan semangat dan

dukungan.

14.Teman-teman penelitianku, M. Nurul Fajri, Chintya Gustianda (teman

sedari SMA) untuk membantu dan menemani dalam penelitian.

15.Mbak-mbak ku yang telah memberikan bantuan dan keceriaan didalam

laboratorium, mbak eka, mbak Resca (jaguar), mbak neneng, mbak mae,

mbak teta (pinguin) juga mbak Putri Amalia, mbak Hade Sastrawiyana,

mbak Fatma Timur, mbak Fitriyanti, dan mbak Yul anak-anak mbak

Tyas Rosawinda Kh yang telah mengiringi penulis selama melakukan

penelitian.

16.Adik-adik penerus perjuangan laboratorium Kimia Organik Juned, Mirfat,

Rio, Ridho, Lili, Yuli, dan Andri.

17.Teman-teman se-angkatan 2010, Desi Meriyanti, S.Si., Funda Elisyia,

S.Si., Adetia Fatmawati, Ariyanti, Leni Astuti, S.Si., Rani Anggraini, Tata,

Rina Rachmawati S., S.Si., Purniawati S., S.Si., Fauziyyah Mu’min

S.,S.Si., Wynda Dwi A., S.Si., Fafai, Lolita, Surtini, Rini, Chyn Gus, Putri

Heriyani U., S.Si., Chintya Yolanda, S.Si., Widya Afriliani W., S.Si.,

Sevina Silvi, S.Si., Sifa, Kristi, Dilla, Silvana, Indah, Juni, Uti, Ely, Ana,

Noe, Agung, Fajri, Adit, Hanif Amrullah, S.Si., Rully, Tio dan Maria atas

(13)

18.Kakak-kakak alumni, kak Alan “culun”, kak Hery “jaula”, kak Septian,

Kak Aprianya papau, kak gunadi senang, kak Yahya, kak slem dan

kakak-kakak tingkat serta alumni lainnya.

19.Teman-teman HIMAKI dan Anggota bidang Kaderisasi terimakasih atas

perjuangan dan dedikasi untuk membangun bangsa.

20.Markas besar Hajimena, mbaknya kak septian (mbak leli) dan mama kak

Septian terimakasih telah memberikan wadah untuk berekspresi.

21.Teman-teman KKN Restu, Pakde, Rendi, Ratih, bu Dokter, Mia, Suspa,

Repi, dan Resti.

22.Saudara-saudaraku Pecinta alam (PASMALA) angkatan 18 Andre,

Dhining, Aristo, Bintang, Deblok, solenk, Ipul, Jose, dan Bupenk untuk

ikatan kekeluargaan kita.

23.Sahabat-sahabat SMA Hendro, habibi, Tantobong, Edo, Hadi dan yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

24.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang secara

tulus memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis.

Bandar Lampung, 18 September 2014

Penulis

(14)

i

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove ... 4

E. Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi ... 10

1. Kromatografi lapis tipis (KLT) ... 10

2. Kromatografi kolom (KK) ... 12

3. Kromatografi cair vakum (KCV) ... 12

4. Analisis kemurnian ... 12

F. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektroskopi ... 14

1. Fourier transform infrared spectroscopy (FT-IR) ... 14

2. Spektroskopi ultraungu-tampak (UV-VIS) ... 15

3. Spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) ... 16

4. Spektroskopi GC-massa (MS)... 17

G. Uji Bioaktivitas ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

(15)

ii

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggolongan kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa gerak ... 10

2. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi ... 15

3. Letak pergeseran kimia untuk proton dalam molekul organik ... 16

4. Interpretasi spektrum FT-IR (bilangan gelombang, bentuk pita, intensitas,

dan penempatan gugus terkait) dari senyawa Y ... 38

5. Data geseran kimia dari senyawa Y ... 40

6. Data hubungan perkiraan urutan nomor karbon, 13C-NMR, 1H-NMR

dan 135˚ DEPT ... 42

7. Perbandingan data 13C-NMR, 1H-NMR dan DEPT hasil penelitian

dengan literatur... 44

8. Perbandingan besarnya zona hambat dengan konsentrasi senyawa uji

(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman bakau minyak (Rhizophora apiculata) ... 6

2. Kerangka dasar steroid dan penomorannya ... 7

3. Struktur sterol ... 8

4. Kromatogram KLT ekstrak kasar metanol dengan eluen etilasetat/

n-heksana 1:4 ... 27

5. Kromatogram KLT fraksi-fraksi KCV tahap I, II, III menggunakan

eluen etilasetat/n-heksana 1:4 ... 28

6. Kromatogram KLT fraksi X, Y dan Z eluen etilasetat/n-heksana 1:4 ... 29

7. Kromatogram KLT hasil KK fraksi X3-X9, eluen etilasetat/n-heksana 1:4 ... 30

8. Kromatogram KLT hasil KK kristal XA4-XA9, eluen etilasetat/

n-heksana 1:4 ... 31

9. Kromatogram KLT hasil KK kristal XB3-XB9, eluen etilasetat/

n-heksana 1:4 ... 31

10. Kromatogram KLT hasil KK kristal XC3-XC8, eluen etilasetat/

n-heksana 1:4 ... 32

11. Kromatogram hasil KK kristal Y3-Y9, eluen etilasetat/n-heksana 1:4... 32

12. Kromatogram KLT hasil KK kristal YA3-YA9, eluen etilasetat/

n-heksana 1:4 ... 33

13. Kromatogram KLT hasil KK kristal YB4-YB9, eluen etilasetat/

(18)

v

14. Kromatogram KLT dengan 3 sistem eluen yang berbeda ... 34

15. Kromatogram KLT senyawa X dan Y dengan pereaksi Lieberman- Burchard, eluen etilasetat/n-heksana 1:9... 35

16. Spektrum UV-Vis senyawa Y ... 37

17. Spektrum FTIR senyawa Y ... 37

18. Spektrum 13C-NMR (125 MHz, Aseton D6) dari senyawa Y ... 39

19. Spektrum 1H-NMR dari senyawa Y ... 41

20. Spektrum 135˚ DEPT dari senyawa Y ... 42

21. Penomoran struktur senyawa Stigmast-5en-3β-ol ... 43

22. Spektrum GC-massa (MS) dari senyawaY ... 45

23. Pola fragmentasi senyawa Stigmast-5en-3β-ol ... 46

24. Spektrum massa dari senyawa Y ... 46

25. Spektrum massa dari senyawa Stigmast-5en-3β-ol ... 46

(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara maritim dikarenakan banyaknya gugusan pulau

yang membentang dari Sabang sampai Marauke. Hal ini menyebabkan negara

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia sehingga memiliki kawasan

hutan bakau yang sangat luas. Keadaan geografis Indonesia yang beriklim tropis

dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun memberikan keanekaragaman

jenis bakau yang tumbuh di Indonesia. Hutan bakau memiliki fungsi yang sangat

penting, yaitu untuk mencegah terjadinya abrasi oleh air laut dan menahan

terjangan tsunami yang menghantam pantai. Hutan bakau adalah habitat berbagai

jenis burung, serangga, ular laut, dan wilayah sekitar akar bakau merupakan

habitat bagi berbagai jenis ikan dan kepiting bakau.

Salah satu jenis bakau yang terdapat di Indonesia adalah bakau minyak

(Rhizophora apiculata). Bakau minyak (R. apiculata) merupakan salah satu

pohon yang hidup di hutan Mangrove. Tanaman ini termasuk dalam famili

Rhizophoraceae, GenusRhizophoradan spesiesR. apiculata(Duke, 2006).

Tanaman ini menyebar di seluruh daerah tropis di lingkungan pantai, namun

belum dibudidayakan secara khusus. Bakau jenisR. apiculatabanyak

(20)

2

Ekstrak metanol batangR. apiculatamemiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang

tinggi (Abdullah, 2011). Asam piroligneus yang memiliki sifat antioksidan yang

tinggi diisolasi dari batangR. apiculata(Loo dan Jain, 2008), dan kulit kayu

menghasilkan tanin yang digunakan sebagai sumber antioksidan alami (Rahimet

al., 2008). Bagian kulit batang biasa digunakan masyarakat pesisir Lampung

sebagai bahan pewarna alami, kayu bakau dalam bidang industri sebagai bahan

baku kertas. Kulit akar dan batang tumbuhanR. apiculatayang diekstrak dengan

metanol mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, dan tanin (Abdullah, 2011).

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah kulit akarR. apiculatayang

didapat dari Balai Besar Budidaya Pengembangan Laut (BBBPL) Lempasing,

Lampung. Sangat menarik untuk diteliti bahwaR. apiculata merupakan

tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan air laut yang mengandung garam

cukup tinggi. Interaksi langsung kulit akarR. apiculatadengan air laut

mendorong tumbuhan untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder agar dapat

mempertahankan diri terhadap kondisi lingkungan. Berdasarkan uji pendahuluan

pada bagian kulit akar mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, dan sebagian

besar merupakan senyawa steroid.

Metode isolasi senyawa steroid dilakukan dengan cara maserasi menggunakan

metanol. Pemisahan dengan cara kromatografi cair vakum (KCV) dan pada tahap

pemurnian dengan kromatografi kolom (KK). Identifikasi kemurnian dengan

metode kromatografi lapis tipis (KLT) tiga sistem eluen yang berbeda dan uji titik

leleh. Penentuan struktur molekul dengan analisis spektroskopi ultraungu-tampak

(21)

3

resonansi magnetik nuklir (NMR), dan spektroskopi GC-massa (MS). Uji

bioaktivitas dengan metode difusi agar menggunakanpaper diskbertujuan untuk

mengetahui kemampuan senyawa hasil isolasi terhadap pertumbuhan

mikroorganisme tertentu.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengisolasi senyawa Stigmast-5en-3β-ol (β-Sitosterol) dari kulit akar bakau

minyak (R. apiculata) dari Balai Besar Budidaya Pengembangan Laut

(BBBPL) Lempasing, Lampung.

2. Menentukan struktur molekul senyawaβ-Sitosterol hasil isolasi.

3. Mengetahui bioaktivitas senyawaβ-Sitosterol hasil isolasi.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penemuan

senyawa steroid dari kulit akar bakau minyak (R. apiculata), dalam rangka

penggalian dan pengembangan potensi sumber daya alam Provinsi Lampung

(22)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mangrove

Hutan mengrove merupakan ekosistem unik dan berfungsi ganda dalam

lingkungan hidup, yaitu fungsi ekologis, ekonomi, seperti pariwisata, penelitian

dan pendidikan. Hutan mangrove terdapat hampir di perairan Indonesia yang

berpantai landai dan merupakan ekosistem yang mudah rusak jika terjadi

perubahan pada salah satu unsur pembentukannya, sehingga dikenal sebagai

fragile ecosystem(Arief, 2003). Flora mangrove memiliki karakteristik morfologi

khas akibat kondisi lingkungan yang ekstrim. Hal tersebut menyebabkan

tumbuhnya mangrove memiliki perakaran yang khas untuk menahan ombak

sekaligus mencengkram substrat yang labil (Bengen, 1994).

B. FamiliRhizophoraceae

FamiliRhizophoraceaememiliki spesies yang paling banyak ditemukan.

Rhizophoraceaememiliki akar tunjang berbentuk jangkar (stilt root), akar lutut

(knee root) dan akar papan (Darwes, 1981).Rhizophoraceaebanyak ditemukan di

pantai yang berlumpur ataupun berbatu dan berpasir yang terpengaruh pasang

surut. Kelebihan garam disimpan dalam vakuola sel daun. Buah bersifatvivipari

(berkecambah ketika buah masih menempel di pohon), berbentuk silinder

(23)

5

sehingga memudahkan penancapan hipokotil di atas substrat yang berlumpur dan

labil. Pada daerah pantai berlumpur dan berarus tenang,Rhizophora mucronata

banyak ditemukan (Sugianto, 1983). Di daerah pantai yang berpasir dan memiliki

pecahan karang, hanya ditemukan jenisRhizophora stylosa(Whittenet al., 2000).

Rhizophoira apiculatamemerlukan substrat berlumpur yang tidak terlalu dalam

(Monket al., 2000).

C. Bakau Minyak (R. apiculata)

Bakau (R. apiculata) merupakan salah satu pohon yang hidup di hutan mangrove.

Tanaman ini termasuk dalam familiRhizophoraceae,GenusRhizophoradan

spesiesR. apiculata( Duke, 2006).R. apiculatadikenal dengan nama bakau

minyak, memiliki beberapa nama daerah, yaitu bako-bako, bangkita baruang,

dan parai. BakauRhizophora apiculata(Gambar 1), atau dikenal dengan nama

bakau minyak, ialah nama sekelompok tumbuhan di hutan mangrove dari genus

Rhizophoradan familiRhizophoraceae. Tinggi tumbuhan bakau ini bisa

mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm, dan memiliki perakaran

yang khas hingga mencapai 5 m, kulit kayu berwarna abu-abu dan ranting daunnya

berwarna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di

bagian bawah. Bentuk buahnya membulat telur atau berbentuk seperti buah pir

terbalik, berwarna coklat, panjang 2,0–3,5 cm (Purnobasuki, 2005). BakauR.

apiculata banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan seperti di India dan Cina

sebagai anti diare, obat mual, dan muntah (Gaoet al.,2008), serta memiliki

aktivitas hipoglikemik (Suret al.,2004). Batang bakau menghasilkan asam

(24)

6

menghasilkan tanin yang digunakan sebagai sumber antioksidan alami (Rahim

et al.,2008).

Gambar 1. Tanaman bakau minyak (Rhizophora apiculata)

Ekstrak kasar etanol dari tanaman bakau memiliki aktivitas anti bakteri patogen,

Escherichia coli, P. aeruginosa, K. pneumonia, Enterobacter sp dan

Streptococcus aureusdengan menggunakan metodedisk diffusion(Ravikumaret

al.,2010).

D. Senyawa Steroid

Steroid adalah senyawa metabolit sekunder. Secara biogenesis senyawa steroid

berasal dari asam asetat setalah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi

jenis Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa ini dengan asam asetat

koenzim A melakukan kondensasi secara aldol menghasilkan rantai cabang seperti

yang ditemukan pada asam mevalonat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi,

(25)

7

(IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetilalil pirofosfat (DMAPP)

oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepala ke

ekor dengan DMAPP, penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari

ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon DMAPP yang kekurangan elektron

diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat. Serangan ini menghasilkan Geranil

pirofosfat (GPP). Penggabungan selanjutnya satu unit GPP dan IPP dengan

mekanisme yang sama seperti antara IPP dan DMAPP menghasilkan Farnesil

pirofosfat (FPP). Terbentuknya skualen dari dua molekul FPP yang bergabung

secara ekor-ekor yang segera diubah menjadi 2, 3-epoksiskualen, senyawa ini

kemudian akan menjadi kolesterol pada hewan dan sikloartenol pada tumbuhan

keduanya merupakan golongan senyawa steroid (Achmad, 1986). Ciri umum

steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B dan C

beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan lima.

Gambar 2. Kerangka dasar steroid dan penomorannya (Achmad, 1968).

Lemak sterol (bahasa Yunani: stereos, padat) adalah steroid tak jenuh dengan

kerangka kolestana yang mengandung gugus hidroksil-3β dan rantai sisialifatik

dengan minimal 8 atom karbon yang terikat. Lemak sterol merupakan kelompok

(26)

8

Jenis zoosterol yang penting antara lain adalah kol

dangkan pada fitosterol dikenal kampesterol, si

Gambar 3. Struktur sterol

pat lebih dari 40 senyawa sterol (Gambar 3) ya

ma fitosterol, yaitu:β-sitosterol, kampesterol, da

).β-sitosterol merupakan senyawa yang efektif di

n penyakit asma, sehingga memungkinkan seny

gai obat terapi penyakit alergi (Yuket al., 2007

ntimikrobial dengan rentang 10 mm sampai 14 m

ruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus aureus

t al.,2012).

oid

ibusi secara luas dalam tanaman dan memiliki be

penuaan daun (senescence), mengakibatkan leng

putan,menghambat proses gugurnya daun,mening n sel tumbuhan,menghambat pertumbuhan akar tum

(27)

9

meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan,

menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan,merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan dan merangsang diferensiasixylemtumbuhan. Senyawa

steroid juga menunjukkan aktivitasantifertility, anti-implamasi,antipyretic,

anti diabetes, anti oksidan, agen anti stres dan menunjukkan aktivitas anti

mikroba (Senet al., 2012)

2. Ekstraksi dan Isolasi Steroid

Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan

proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada

temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa

bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi

pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di

dalam dan di luar sel sehingga senyawa metabolit sekunder yang ada dalam

sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrasi senyawa akan

sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Lenny,

2006). Proses ini dilakukan beberapa kali dan ekstrak kemudian disatukan

lalu diuapkan dengan menggunakan penguap-putar vakum (Markham, 1988).

Setelah dilakukan proses ekstraksi, tahap isolasi selanjutnya adalah analisis

senyawa dengan menggunakan beberapa jenis kromatografi.

(28)

10

Kromatografi merupakan pemisahan suatu senyawa yang didasarkan atas

perbedaan laju perpindahan dari komponen-komponen dalam campuran.

Pemisahan dengan metode kromatografi dilakukan dengan cara memanfaatkan

sifat-sifat fisik dari sampel, seperti kelarutan, adsorbsi, keatsirian dan kepolaran.

Kelarutan merupakan kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan.

Adsorpsi penjerapan adalah kecenderungan molekul untuk melekat pada

permukaan serbuk halus (Johnson dan Stevenson, 1991).

Berdasarkan jenis fasa diam dan fasa gerak yang dipartisi, kromatografi dapat

digolongkan menjadi beberapa golongan yang ditabelkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggolongan kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa gerak.

Fasa Diam Fasa Gerak Sistem kromatogafi

Padat

1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri

atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa

pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah,

berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan

diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang

(29)

11

(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

Kromatogarafi Lapis Tipis merupakan cara analisis cepat yang memerlukan

bahan yang sedikit. Untuk peneliti pendahuluan kandungan flavonoid suatu

ekstrak, sudah menjadi kebiasaan umum untuk menggunakan pengembang

beralkohol pada pengembangan pertama dengan kromatografi lapis tipis,

misalnya butanol-asam asetat-air (Markham, 1988).

Kromatografi Lapis Tipis digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa

yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida dan hidrokarbon. Sebagai fase

diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel atau alumina.

Silika gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberikan

kekuatan pada lapisan dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat

yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (Sastrohamidjojo, 2002).

Metode dalam KLT dapat dihitung nilaiRetention factor(Rf) dengan

persamaan :

Tetapi pada gugus-gugus yang besar dari senyawa-senyawa yang susunannya

mirip, sering kali harga Rf berdekatan satu sama lainnya (Sastrohamidjojo,

2002).

(30)

12

Pada prinsipnya Kromatografi Kolom (KK) digunakan untuk pemisahan

campuran beberapa senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan

menggunakan fase padat dan fasa cair maka fraksi-fraksi senyawa akan

menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi.

Teknik KK pada dasarnya sama dengan KCV, yaitu merupakan kromatografi

cair-adsorpsi, hanya saja KK dilakukan pada sistem yang bekerja pada

kondisi normal tanpa vakum. Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya

lebih lama, namun diharapkan akan mendapat hasil dengan pemisahan yang

lebih baik dan lebih murni.

3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Teknik KCV dilakukan dengan suatu sistem yang bekerja pada kondisi

vakum secara terus-menerus sehingga diperoleh kerapatan kemasan yang

maksimum atau menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju alir

fasa gerak. Urutan eluen yang digunakan dalam kromatografi cair diawali dari

eluen yang mempunyai tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya

ditingkatkan secara perlahan-lahan (Hosstetmannet al., 1995).

4. Analisis Kemurnian

Analisis kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi

lapis tipis (KLT) dan uji titik leleh. KLT dilakukan dengan mengelusi larutan

sampel yang ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 dengan fase gerak

(31)

13

dengan sinar tampak, UV 254 nm dan UV 366 nm kemurnian senyawa

ditetapkan secara semi kuantitatif dengan densitometer pada λ maks = 347 nm

(Margono dan Zendrato, 2006). Senyawa hasil analisis dikatakan murni

apabila memberikan noda tunggal pada KLT dengan berbagai fase gerak

(Setyowatiet al., 2007).

Sedangkan titik leleh merupakan ciri penting senyawa organik padat. Titik

leleh memiliki arti penting dalam identifikasi dan pengukuran kemurnian.

Penggunaan untuk identifikasi didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa

murni mempunyai titik leleh yang tajam ketika berubah sempurna dari padat

ke cair. Selain itu, penggunaan titik leleh untuk identifikasi juga didasarkan

pada fakta bahwa senyawa yang tidak murni menunjukkan 2 fenomena,

pertama yaitu suhu leleh yang lebih rendah, dan kedua memiliki jarak leleh

yang lebih lebar. Alat yang digunakan untuk menguji titik leleh suatu

senyawa adalah termopan. Untuk identifikasi kualitatif, titik leleh merupakan

tetapan fisika yang penting terutama untuk suatu senyawa hasil sintesis,

isolasi, maupun kristalisasi. Titik leleh suatu kristal padat adalah suhu ketika

padatan mulai berubah menjadi cairan pada tekanan udara 1 atm. Jika suhu

dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap energi. Semakin tinggi suhu

maka akan semakin banyak energi yang diserap sehingga akan menaikkan

gerakkan vibrasi dan rotasi molekul (Hadiprabowo, 2009).

(32)

14

Spektroskopi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara menganalisis

spektrum suatu senyawa dan interaksi antara radiasi elektromagnetik. Teknik

spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur dari senyawa organik

tersebut (Fessenden dan Fessenden, 1999). Metode spektroskopi yang dipakai

pada penelitian ini antara lain,Fourier Transform Infrared Spectroscopy(FTIR),

spektroskopi ultraungu-tampak (UV-VIS), spektroskopi resonansi magnetik nuklir

(NMR), dan spektroskopi GC-massa (MS).

1. Fourier Transform Infrared Spectroscopy(FT-IR)

Pada spektroskopi inframerah (IR), senyawa organik akan menyerap berbagai

frekuensi radiasi elektromagnetik inframerah. Molekul-molekul senyawa

akan menyerap sebagian atau seluruh radiasinya. Penyerapan ini berhubungan

dengan adanya sejumlah vibrasi yang terkuantisasi dari atom-atom yang

berikatan secara kovalen pada molekul-molekul itu. Penyerapan ini juga

berhubungan dengan adanya perubahan momen dipol dari ikatan kovalen

pada waktu terjadinya vibrasi (Supriyanto, 1999). Pada dasarnya

spektrofotometer FT-IR (Fourier Trasform Infra Red) sama dengan

spektrofotometer IR dispersi, perbedaan terletak pada sistem optik sebelum

berkas sinar infra merah melewati sampel. Pada sistem optik FT-IR

digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of

Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan

(33)

15

secara utuh dan lebih baik. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus

molekul ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi.

Gugus Serapan (cm-1) Gugus Serapan(cm-1)

OH 3600

Ar 3060 C O 1200-1000

C H2

C N 1200-1000 C C 1200-1000

C O 1750-1600

(Banwell dan Mc Cash, 1994).

2. Spektroskopi Ultraungu-Tampak (UV-VIS)

Dalam spektoskopi UV-VIS penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh

suatu molekul akan menghasilkan transisi di antara tingkat energi elektronik

molekul tersebut. Transisi tersebut pada umumnya antara orbital ikatan,

orbitalnon-ikatan atau orbital anti-ikatan. Panjang gelombang serapan yang

muncul merupakan ukuran perbedaan tingkat-tingkat energi dari orbital suatu

(34)

16

3. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)

Analisis spektroskopi NMR akan memberikan informasi tentang posisi

atom-atom karbon yang memiliki proton atau yang tidak memiliki proton. Selain

itu juga untuk mengenali atom-atom lainnya yang berkaitan dengan proton.

Spektroskopi NMR juga dapat memberikan informasi tentang jumlah dan

jenis atom karbon yang ada pada struktur senyawa organik. Teknik

spektroskopi ini didasarkan pada penyerapan gelombang radio

elektromagnetik oleh inti atom hidrogen atau karbon (Silversteinet al.,1986).

Letak pergeseran kimia untuk proton pada beberapa molekul organik dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Letak pergeseran kimia untuk proton dalam molekul organik.

(35)

17

4. Spektroskopi GC-Massa (MS)

GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan

dua metode analisis senyawa, yaitu kromatografi gas (GC) untuk

menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS)

untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit (Fowlis, 1998).

Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang

menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan

migrasi komponen-komponen penyusunnya. Gas kromatografi biasa

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada

campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase

gas (Fowlis, 1998).

G. Uji Bioaktivitas

Meningkatnya penggunaan antibiotik dalam mengatasi berbagai penyakit yang

disebabkan oleh bakteri melai menimbulkan masalah baru, terutama karena

sebagian besar bahan antibakteri yang digunakan merupakan zat kimia berbahaya

dan sifatnya tidak aman bagi kesehatan ( Nimahet al.,2012). Sampai saat ini

penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri masih mengandalkan

antibiotik sintesis. Hal ini menimbulkan kekuatiran akan munculnya strain Bakteri

baru yang resisten terhadap antibiotik (Tirtodiharjo, 2011). BakteriEscherichia

colidanBacillus subtilismerupakan kelompok bakteri enterobacteriaceae yang

hidup di dalam saluran pencernaan manusia sebagai penghuni usus (enteron) dan

bersifat patogen. BakteriE. colidapat menyebabkan gastroenteritis pada manusia,

(36)

18

juga dapat mengakibatkan gastroenteritis pada manusia yang mengkonsumsinya.

Alternatif yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah pemanfaatan

senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan secara alami ekstrak tanaman

dapat dimanfaatkan untuk memproduksi agen terapeutik. Karena tanaman juga

menghasilkan beberapa senyawa antimikroba yang efektif terhadap beberapa

mikroba untuk perlindungan diri (Nidhi, 2013). Uji bioaktivitas dilakukan untuk

mengetahui kemampuan suatu senyawa menghambat pertumbuhan suatu

(37)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret 2014 - Juli 2014, bertempat di

Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lampung. Analisis spektroskopi yang digunakan adalah spektroskopi

ultraungu-tampak (UV-Vis),Fourier Trasform Infra Red(FT-IR) dilakukan di Laboratorium

Biomassa, spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR) di Laboratorium

NMR-LIPI Serpong, spektroskopi GC-massa (MS) di Laboratorium Kimia Organik

Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas,

penguap putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set

alat kromatografi kolom (KK), pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler,

penguap putar vakum, spektrofotometer FT-IR merk Scimitar 2000,

spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-VIS) merk Cary 50,

spektrofotometer NMR, spektrofotometer GC-massa (MS) merk Shimadzu

(38)

20

2. Bahan-bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan adalah kulit akar bakau minyak yang telah

dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari Balai Besar Budidaya

Pengembangan Laut (BBBPL) Lempasing, Lampung. Pelarut yang

digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah

didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis

(p.a). Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol

(MeOH),n-heksana (n-C6H14), aseton (C3H6O2), akuades (H2O), serium

sulfat 1,5% dalam asam sulfat (H2SO4) 2N, benzena (C6H6), kloroform,

diklorometana (CH2Cl2), silika gel Merck G 60 untuk impregnasi, silika gel

Merck 60 (35-70 Mesh) untuk KCV dan KK, untuk KLT digunakan plat KLT

silika gel Merck kiesegal 60 F2540,25 mm.

C. Prosedur Penelitian

1. Persiapan sampel

Kulit akar tumbuhan Bakau Minyak (R. apiculata) diperoleh dari Balai Besar

Budidaya Pengembangan Laut (BBBPL) dari daerah Lempasing, Lampung.

Setelah itu, dilakukan determinasi untuk menentukan Spesies di Herbarium

Bogoriensis bidang Botani Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

Kulit akar Bakau Minyak dicuci bersih dengan air dan diiris kecil-kecil

kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah panas sinar Matahari

(39)

21

serbuk halus ini yang kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian

ini.

2. Ekstraksi dengan Metanol

Serbuk halus kulit akar Bakau Minyak ditimbang sebanyak 2000 gram

kemudian direndam dengan menggunkan metanol selama 24 jam. Ekstrak

hasil perendaman kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang

didapat lalu dipekatkan denganrotary evaporator. Ekstrak pekat yang didapat

lalu ditimbang.

3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Ekstrak kasar difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam silika gel

halus sebanyak 3 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian

kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat vakum.

Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silikagel halus

terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering

dengan alat vakum dan siap digunakan.

Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada

silika gel kasar, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah

berisi fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam

kemasan dengan cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan

etil asetat/n-heksan 0% sampai dengan etil asetat 100%. Kolom dihisap

dengan vakum sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi

(40)

22

pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan

berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal di atas.

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji KLT dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga

fraksi-fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan

menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarutn-heksana,

etilasetat, kloroform, benzena, metanol, dan diklorometana. Hasil

kromatogram tersebut kemudian disemprot menggunakan larutan serium

sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut.

Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat dibawah lampu

UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang

menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention factor) yang sama pada

kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi

gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut.

5. Kromatografi Kolom (KK)

Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan

fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom.

Adsorben silika gel Merck (35-70 Mesh) dilarutkan dalam pelarut yang akan

digunakan dalam proses pengelusian. Slurrydari silika gel dimasukkan

terlebih dahulu ke dalam kolom, atur fasa diam hingga rapat (tidak berongga)

dan rata. Selanjutnya masukkan sampel yang telah diimpregnasi pada silika

(41)

23

dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan

mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak

akan terganggu.

6. Analisis Kemurnian

Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji

kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian

suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai

campuran eluen yang digunakan, kemudian disemprot menggunakan larutan

serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa

tersebut dan pereaksi Liebermann-Burchard yaitu asam asetat glasial dalam

asam sulfat pekat untuk identifikasi senyawa steroid.

Untuk kristal yang berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga

berbentuk serbuk kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya

diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet

kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca

pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali mulai meleleh sampai semua

zat meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut.

7. Spektroskopi Ultraungu–tampak (UV-VIS)

Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,0001 g dilarutkan dalam 10 mL

metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali

pengukuran. Pertama, sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol.

(42)

24

8. Fourier Transform Infrared Spectroscopy(FT-IR)

Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan

spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni dibebaskan dari air

kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan

kristal murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan

bantuan alat penekan berkekuatan 8-10 ton per satuan luas kemudian pelet

tersebut diukur puncak serapannya (Sudjadi, 1983).

9. Spektroskopi Resonansi Magnetik Nuklir (NMR)

Sampel berupa kristal murni yang akan diidentifikasi dilarutkan ke dalam

pelarut inert yang tidak mengandung proton seperti CCl4dan CDCl3,

kemudian ditambahkan sedikit senyawa acuan. Larutan ini ditempatkan

dalam tabung gelas tipis dengan tebal 5 mm di tengah-tengah kumparan

frekuensi radio (rf) di antara dua kutub magnet yang sangat kuat kemudian

energi dari kumparan rf ditambah secara terus-menerus. Energi pada

frekuensi terpasang dari kumparan rf yang diserap cuplikan direkam dan

memberikan spektrum NMR (Silverstein dan Morcill,1986).

10. Spektroskopi GC-Massa (MS)

Spektroskopi GC-MS merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam

kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk

menguji kemurnian dari bahan tertentu atau memisahkan berbagai komponen

dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam

(43)

25

yang bergerak ataumobile phaseadalah sebuah operator gas yang biasanya

gas murni seperti helium atau yang tidak reaktif seperti gas nitrogen.

Stationaryatau fasa diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau

polimer yang mendukung gas murni di dalam bagian dari sistem pipa-pipa

kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk

melakukan kromatografi gas disebut gaschromatographatauaerograph(gas

pemisah) (Paviaet al.,2006).

11. Uji Bioaktivitas

Uji aktivitas antibakteri pada penelitian ini menggunakan metode difusi agar

(Lay, 1994). Isolat bakteri uji yang telah dikultur dalamnutien broth

dioleskan pada permukaannutrien agarmenggunakan kapas lidi steril.

Sebanyak 20 µL ekstrak diteteskan padapaper diskmenggunakan pipet

mikro, selanjutnyapaper diskyang telah mengandung ekstrak diletakan pada

permukaan media inokulasi menggunakan pinset. Bakteri diinkubasi selama

24 jam pada suhu 30oC. Diameter zona hambat yang terbentuk diukur

dengan penggaris. Semua proses di atas dilakukan secara aseptis (Rasyid,

(44)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

simpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi senyawa steroid

dari kulit akar bakau minyak (Rhizophora apiculata)yang dikenal dengan

Stigmast-5en-3β-ol (β-Sitosterol).

2. Senyawa steroid yang didapatkan sebanyak 0,214 gram (0,01%) memiliki sifat

fisik berupa kristal jarum, bening dengan titik leleh 160,2-161oC.

3. β-Sitosterol hasil isolasi memiliki bioaktivitas terhadap bakteriE. coli.

B. Saran

1. Penelitian lebih lanjut terhadap bagian lainR. apiculataperlu dilakukan

sehingga memperoleh informasi baru tentang jenis-jenis senyawa metabolit

sekunder yang terkandung.

2. Pelarut yang berbeda pada saat maserasi atau partisi sehingga diharapkan

(45)

51

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. A. 1986.Kimia Organik Bahan Alam.Karunika Jakarta. Jakarta.

Achmad, S.A., E.H. Hakim, L.J. Dewi, L. Makmur, dan Y.A. Maolana. 2006. Hakekat Perkembangan kimia Organik Bahan Alam Dari Tradisional ke Moderen dan Contoh terkait Dengan Tumbuhan Lauraceae, Moraceae, dan Dipterocarpaceae Indonesia. Akta Kimindo.1. 55-66.

Abdullah. 2011.Potensi Bakau Rhizopora apiculata sebagai Inhibitor Tirosinase dan Antioksidan. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 23.

Arief, A. 2003.Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.

Banwell, C.N. and E.M. McCash. 1994. Fundamental of Molecular Spectroscopy. Mc Graw-Hill Book Company. London.

Bengen, D. G. 1994.Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darwes, J. C. 1981.Marine Botany.A Wiley Interscience Publication. University of South Florida. Florida.

Duke, C. N. 2006. Rhizophora apiculata, R. mucrona, R. stylosa, R. annamalal, (indo-west pasific still mangrove), species profile for Pasific Island forestry.International Journal of Mangrove Plants.II. 1-20.

Fessenden, R.J. dan J. S. Fessenden. 1999.Kimia OrganikJilid I. Erlangga. Jakarta. Hlm 525.

(46)

52

Gao, M., H. Xiao, and S. Yang. 2008. Screening of Antitumor Compound from Rhizophora apiculata blume.Journal of Biotechnology.IV. 577-588. Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, dan A.E. Schwarting. 1991.Pengantar Kromatografi.

Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 266.

Hadiprabowo, T. 2009.Optimasi Sintesis Analog Curcumarin 1,3-Bis- (4-Hidroksi-3-Metoksi Benzilidin) Urea pada Rentang pH 3-4. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Hlm 10-11.

Hostettman, K., M. Hostettman, dan A. Manson. 1995.Cara kromatografi Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 27-34.

Johnson, L.E. dan R. Stevenson. 1991.Dasar Kromatografi Cair. Alih bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 365.

Lalitha, M. K. 2004.Manual on Antimicrobial Susceptibility Testing.Christian Medical College. Tamil Nadu.

Lay, B. W. 1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Grafindo Persada. Jakarta.

Lenny, S. 2006.Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan alkaloid.Karya ilmiah. Departemen Kimia. FMIPA.Universitas Sumatera Utara. Medan. Hlm 7.

Loo, A. and Y. Jain. 2008. Stilbenes with tyrosinase inhibitor activity.Current Science.II.44-52.

Nidhi., K, Utam., and K, Sumit. 2013. Identification and screening of bioactive compoundsBarleria prionitis Linnrhizome exhibiting antibacteria activity.International Journal of Biochemistry.3. 1-6.

Nimah, S., W. F. Maruf and A. Trianto. 2012. Uji aktivitas ekstrakHolothuria scabaterhadap bakteriPseudomonas aeruginosa danBacilluscereus. Jurnal Perikanan.1. 1-9.

(47)

53

Markham, K.R. 1988.Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 117.

Monk, K. A., Y. D. Fretes., G. Reksodihardjo-Lilley. 2000.Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku.Prehalindo. Jakarta.

Pavia, D., L., G. M. Lampman,, G. S. Kritz, and R. G. Engel.

2006. Introduction to Organic Laboratory Techniques (4th Ed.).Thomson Brooks/Cole. 797–817.

Purnobasuki, H. 2005.Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat.Jurnal.Biota IX 2.125-126.

Rahim, A., E. Rocca, J. Steinmetz, M. Kassim, M. Ibrahim, And H. Osman. 2008. Antioxidant Activities of Mangrove Rhizophora apiculata Bark Ekstracts. Journal of Food Chemistry.8(2). 200-207.

Rasyid, A. 2012.Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder-Serta Uji Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Metanol Teripang Stichopus hermanii.Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ravikumar, S., M. Gnanadesigan., P. Suganthi, and A. Ramalaksmi. 2010. Antibacterial potential of chosen mangrove plants againts isolated urinary tract infectious bacterial pathogens.International Journal of Medicine and Medical Sciences.2(3). 94-99.

Saeidnia, S., M, Azadeh., R. G. Ahmad, and A. Mohammad. 2014. The Story of Beta-sitosterol- A Review.European Journal of Medicine Plants.4(5) Salempa, P., A. Noor., N. H. Soekamto, dan T. Harlim. 2009. Bioaktivitas Fraksi

n-heksan dan Senyawa β-sitosterol dari Kayu Akar Pterospermum subpeltatum C.B.Rob. Farmakologi .4(2), Hlm 45-50.

Sastrohamidjojo, H. 2002.Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36.

Sen, A., P, Dhavan., K, K, Shukla., S, Singh, and G, Tejovathi. 2012. Analysis of IR, NMR and Antimicrobial Activity ofβ-Sitosterol Isolated from

(48)

54

Setyowati, E. P., U. A. Jenie, Sudarsono, B. Kardono, R. Rahmat, dan E.

Meiyanto. 2007. Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons Kaliasis.M. Far. Indo.

18(4). Hlm 183-189.

Silverstein, B., dan Morcill. 1986.Penyelidikan Spektrometrik Senyawa Organik. Alih bahasa Drs. A. J. Hartomo. ITS. Semarang. Hlm 191-195.

Stahl, E. 1985.Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi. diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Institut Teknologi

Bandung. Bandung. Hlm 3-17.

Sudjadi. 1983.Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hlm 283.

Sugianto. 1983.Kenalilah Flora Pantai Kita.Widjaya. Jakarta.

Supriyanto, R. 1999. Buku Ajar Kimia Analitik III. FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm 2-3.

Sur, T. K., T. Seal, S. Pandit, dan D. Bhattacharyya. 2004. Hypoglicemic Activities of a Mangrove Plant Rhizophora apiculata blume. Natural Product Science.Hlm 11-15.

Tirtodiharjo, M. K. 2011.Strategi mengatasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Tukiran., B. E. Hamdani., R. Mahyudi., S. H. Hi Syarief, dan N. Hidayati. 2009. Beberapa Senyawa Hasil Isolasi dari Kulit Batang Tumbuhan Kedoya. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Patra, A., S. Jha., P. N. Murthy., Manik, and A. Sharone. 2010. Isolation and Characterization of Stigmast-5en-3β-ol from the leaves ofHygrophila spinosa. International Journal of Pharma Science and Research.I. 95-100. Volk, W.A. and Wheeler. 1988.Mikrobiologi Dasar.Jilid I Edisi kelima. Alih

Bahasa Markham. Erlangga. Jakarta. Hal 221-230.

Whitten, T., R. E. Soeriaatmadja, and S. Afiff. 2000.Ecology of Java and Bali. Periplus. Singapore.

Yuk, J.K., J. S. Woo., C. Y. Yun., J. S. Lee., J. H. Kim., Y. G. Song., E. J. Yang., I. K. Hur, and I. S. Kim. 2007. Effects of Lactose-β-sitosterol and

Gambar

Gambar 1. Tanaman bakau minyak (Rhizophora apiculata)
Gambar 2. Kerangka dasar steroid dan penomorannya (Achmad, 1968).
Gambar 3. Struktur sterol
Tabel 1. Penggolongan kromatografi berdasarkan fasa diam dan fasa gerak.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa alkaloid dari actinomycetes ANLd-2b-3 yang hidup di lumpur hutan bakau.. Senyawa isolat, A8, dimurnikan dengan metoda kromatografi

ISOLASI DAN PENENTUAN STRUKTUR SENYAWA STEROID DARI AKAR TUMBUHAN CENDANA (Santalum album

Telah dilakukan penelitian tentang Bioaktivitas Senyawa β -sitosterol Hasil Isolasi Dari Hydroid Aglaophenia cupressina Lamoureoux Sebagai Bahan Antibakteri Terhadap

Senyawa steroid yang dapat diisolasi dari kulit akar senggugu asal imogiri Yogyakarta merupakan jenis steroid baru yang dilaporkan dari tumbuhan ini adalah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas larvasida ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol 96% akar napas tumbuhan bakau minyak ( Rhizophora

ISOLASI DAN KARAKTERISASI FUNGI ENDOFIT PENGHASIL ENZIM FOSFATASE DARI AKAR Rhizophora mucronata ASAL HUTAN MANGROVE WANATIRTA KULON PROGO Hanim Fitriyana 15640013 Abstrak

flavonoid fraksi semipolar yang terkandung dalam kulit akar tumbuhan kenangkan (Artocarpus rigida) dan dapat memodifikasi senyawa flavonoid hasil isolasi serta memberikan

Senyawa-senyawa yang berasal dari spesies Sonneratia caseolaris telah banyak dilaporkan memiliki senyawa yang bersifat bioaktivitas, seperti antidiabetes dan