• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

iii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA

KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

Yeni Astuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG

TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh YENI ASTUTI

ABSTRAK

Hasil pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SDN 3 Wiyono nampak masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru tidak/belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan alat peraga.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan hasil tes dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan ini terlihat dari ketuntasan belajar saat pra siklus yang semula hanya 40 persen menjadi 60 persen pada siklus I, dan 68 persen pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 76 persen pada siklus III. Oleh sebab itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika khususnya hendaknya lebih ditingkatkan lagi.

(3)
(4)
(5)
(6)

xi A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………..…….……..…… 3 A. Belajar dan Pembelajaran………... 6

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ……… 6

2. Teori Belajar dan Pembelajaran ………. 8

B. Hasil Belajar……….………..…… 12

C. Hakikat Pembelajaran Matematika …..…….………….. 14

D. Alat Peraga …….……….………... 16

1. Pengertian Alat Peraga ……… 16

(7)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ……….…….. 17

B. Subjek Penelitian ……… 18

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………….……….……… 18

D. Langkah Tindakan Penelitian………….……… 18

E. Teknik Pengumpulan Data………. 19

1. Observasi ……….………. 19

2. Tes Formatif ……….. 20

F. Teknik Analisis Data ………. 20

G. Indikator Keberhasilan ……….. 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Setting Penelitian …………..……….. 21

B. Hasil Penelitian Persiklus ………. 21

1. Siklus I ……….. 21

2. Siklus II ……….. 29

3. Siklus III ……….. 35

C. Pembahasan ………. 41

1. Aktivitas Belajar Siswa ……….. 41

2. Hasil Belajar Siswa ……… 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….. 43

B. Saran ………..……… 43

DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 45

(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UURI No. 20 Th. 2003).

Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih

cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan

menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga

matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi

yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.

Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia

teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi

berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan

kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia

bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi

(9)

2

Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan

masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang

mengajarkan dasar-dasar matematika untuk senantiasa berusaha

meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Berdasarkan

pengalaman peneliti pada saat mengajar di kelas IV SDN 3 Wiyono

menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah

dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai matematika pada semester genap

tahun pelajaran 2012/2013 belum mencapai hasil yang diharapkan, seperti

yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 3 Wiyono Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

1 80– 100 5 20,00

Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai matematika yang diperoleh dari 25

siswa yang ada hanya 40 persen yang sudah tuntas, berarti masih ada 60

persen yang belum tuntas. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan

sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa terlihat jenuh dan kurang tertarik

mengikuti pelajaran matematika. Hal ini disebabkan pembelajaran sehari-hari

secara umum lebih sering disampaikan melalui ceramah dan latihan-latihan

soal. Media atau alat peraga yang tersedia di sekolah kurang bisa

(10)

belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, padahal untuk

memahami konsep matematika, terutama di SD sangat diperlukan alat peraga.

Kondisi tersebut jika terjadi terus menerus sangat berdampak pada hasil

belajar matematika.

Atas dasar hal tersebut maka diperlukan adanya suatu upaya kegiatan

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Salah satu

upaya yang perlu dilakukan adalah pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga. Dengan alat peraga, siswa dapat dilibatkan dalam pembelajaran,

sehingga bisa membantu mempermudah siswa dalam memahami materi yang

diajarkan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan metode yang konvensional,

yakni ceramah dan latihan-latihan.

2. Siswa belum dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

3. Guru jarang/belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.

4. Nilai rata-rata Matematika masih rendah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah dapat

(11)

4

Apakah pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan alat peraga dapat

meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN 3 Wiyono

Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran

2013/2014?

D. Pemecahan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pemecahan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pemecahan masalah yang akan dilakukan upaya peningkatan hasil belajar

Matematika melalui penggunaan alat peraga pada siswa kelas V SDN 3

Wiyono Pesawaran.

E Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Matematika melalui penggunaan alat peraga pada siswa kelas V SDN 3

Wiyono Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa, sebagai upaya untuk membantu meningkatkan hasil belajar

matematika melalui penggunaan alat peraga.

2. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran melalui penggunaan alat peraga.

3. Bagi sekolah, sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu,

khususnya dalam pembelajaran Matematika di SD melalui penggunaan

(12)

G. Hiptesis Penelitian

Berdasarkan ruang lingkup penelitian dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: jika pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan alat peraga, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono Pesawaran tahun pelajaran

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering

disalahartikan atau diartikan secara pendapat umum saja. Untuk

memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana

para pakar pendidikan mengartikan konsep belajar.

Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler

(dalam Winataputra, 2008:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah

proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam

kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar jika

dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan

perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan

tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha

orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku

dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan

lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun

teori. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah

(14)

proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda

meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sudjana (2001:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai

hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakuny, daya

penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Berdasarkan uraian di atas tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku pada diri seseorang

sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan

lingkungan yang dialami oleh seseorang.

Sedangkan pembelajaran menurut Gagne, et. al (dalam Winataputra,

2008:1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20 berbunyi

tentang Sisdiknas dirumuskan bahwa, “Pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar”. Dalam konsep pembelajaran tersebut terkandung 5

(lima) aspek, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan

lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya

dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak

dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

(15)

8

Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan

perilaku individu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran

dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian

besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil

pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada saat

kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar.

Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar

terjadi karena pembelajaran.

B. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar

karena pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah

kearah yang lebih baik (Darsono, Max, dkk, 2000:24).

Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap aliran atau

teori belajar. Menurut Muchith (2008:55) ada beberapa jenis aliran atau

paham yang dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran,

(16)

1. Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme menyatakan bahwa keberhasilan belajar

ditentukan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima

oleh manusia. Mengajar atau mendidik perlu dilakukan dengan cara

memperbanyak stimulus dan respon yang diberikan kepada siswa. Salah

satu indikasi keberhasilan belajar menurut teori ini adalah adanya

perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan masyarakat

(Muchith, 2008:56).

Muchith (2008:57), mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran menurut

teori behavioristik ditekankan pada proses memperluas dan penambahan

pengetahuan siswa, sedangkan proses belajar sebagai “mimetic”, yang

menuntut siswa agar memiliki kemampuan mengungkapkan kembali

pengetahuan dan pemahaman yang sudah dipelajari baik dalam jangka

waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang, yang

diperoleh melalui berbagai cara dalam pembelajaran.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran teori ini adalah merancang

kondisi belajar yang efektif dengan merumuskan tujuan belajar dan

langkah-langkah pembelajaran yang jelas, menggunakan ganjaran dan

(17)

10

2. Kognitivisme

Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang

cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual

peserta didik. Konsekuensi proses pembelajaran harus lebih memberi

ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya.

Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum

(Muchith, 2008: 69).

a). Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya,

keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu

aspek/faktor saja, tetapi lebih ditentukan secara simultan dan

komprehensif dari berbagai faktor yang ada.

b). Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Artinya dalam

proses pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan

dengan dalil membentuk kedisiplinan.

c). Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual

dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik.

d). Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang

bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.

e). Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,

sehingga proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan

pengalaman dapat terjadi dengan baik.

f). Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada menghafal.

g). Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa,

(18)

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah membantu siswa

memproses informasi dengan efektif, dengan cara menyusun materi

pembelajaran dengan sistematis dan akurat membuat hubungan antara

pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki pebelajar

(Winataputra, 2008: 6.11).

3. Humanisme

Winataputra (2008:4.1), para pendukung teori ini yakin bahwa perilaku

harus dipahami bukan sekadar dikendalikan atau direkayasa. Teori ini

mementingkan pilihan pribadi, kreativitas dan aktualisasi diri setiap

individu yang belajar. Belajar merupakan suatu proses di mana siswa

mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap

lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut mengembangkan

kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.

Pada hakekatnya teori humanistik lebih menekankan pada proses untuk

memanusiakan manusia atau peserta didik, yaitu suatu pemahaman atau

kesadaran untuk memahami potensi, perbedaan, kekurangan dan

kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Muchith, 2008: 94).

4. Konstruktivisme

Muchith (2008:72), menjelaskan bahwa pembelajaran harus mampu

memberikan pengalaman nyata bagi siswa, sehingga model

pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori

konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih

(19)

12

Muchith (2008:72) juga mengatakan belajar bukanlah proses teknologi

(robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan

terhadap suatu materi yang disampaikan. Sehingga proses pembelajaran

tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi

juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.

Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah mendorong siswa

bersikap lebih otonom dalam menterjemahkan pengetahuan yang

diperoleh, melalui memecahkan masalah yang riil, kompleks dan

bermakna bagi siswa, dialog dalam kelompok belajar bersama, bimbingan

dalam proses pembentukan pemahaman.

Dari keempat teori belajar dan pembelajaran tersebut di atas, sehubungan

dengan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teori

konstruktivisme mengingat. bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan

baru secara bermakna melalui pemahaman materi dengan pengalaman

nyata bagi siswa, sehingga model pembelajarannya dilakukan secara

natural. Penekanan teori konstruktivisme bukan pada membangun kualitas

kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan persoalan yang

dibangun dari realitas lapangan.

B. Hasil Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi atau hasil belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya

seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya

(20)

mengajar berlangsung. Menurut Sudjana (2002:22) prestasi atau hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, seorang guru

dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut

termasuk ke dalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang. Biasanya

penilaian suatu hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau

kalimat dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti komplek mencakup segala

aspek psikologis siswa, sedangkan dalam arti sempit sebagai bentuk untuk

mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam bentuk evaluasi.

Menurut Syarifuddin (2008:14) menyatakan bahwa evaluasi berarti penilaian

terhadap tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan dalam tingkat

pembelajaran. Salah satu tujuan diadakannya evaluasi diantaranya adalah

dapat dijadikan sebagai alat penetapan apabila siswa termasuk kategori cepat,

sedang dan ataupun lambat dalam arti untuk kemampuan belajarnya.

Menurut Sukmadinata (2006:33) kompetensi adalah perilaku atau performa yang diperlihatkan oleh seseorang dalam beraktivitas, melaksanakan tugas, penyelesaian pekerjaan dan pemecahan masalah yang dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah kecakapan awal yang dikuasai untuk menguasai kompetensi yang lebuh tinggi.

2. Kompetensi Umum

Kompetensi umum adalah penguasaan kecakapan yang diperlukan dalam kehidupanbaik secara social kemasyarakatan dan lingkungan.

3. Kompetensi Operasional/Teknis

Kompetensi operasional atau teknis adalah penguasaan kecakapan yang berkenaan dengan penerapan atau aplikasi dari konsep, prinsip dan pengetahuan dalam kenyataan.

4. Kompetensi Professional

(21)

14

Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil

usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang

dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai untuk mengukur kemampuan

kognitif, afektif maupun psikomotor.

C. Hakikat Pembelajaran Matematika 1. Pengertian

Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak dan

bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya sehingga para ahli

matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Selain itu

matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan

bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak dan hubungan dengan hal itu

(Kasro, 2006: 1)

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara

penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam

setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi(contextual problem). Dengan

mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing

untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan

(22)

komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya (BSNP,

2006:147).

2. Tujuan Mata Pelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut (BSNP, 2006:148):

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

3. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspek-aspek sebagai berikut.

(23)

16

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data.

D. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan

tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan

efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang

efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur

antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan

alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang

berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan

pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat bantu

atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat

peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga

sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata

dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih

mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga

dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih

efektif dan efisien.

2. Jenis-jenis Alat Peraga

Ruminiati (2007: 2.13), menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya alat peraga

(24)

peraga audio visual. Alar peraga audio adalah alat peraga yang hanya

mengandalkan kemampuan suara saja. Yang termasuk jenis alat peraga ini

aantara lain tape recorder dan radio. Alat peraga visual adalah alat peraga

yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Yang termasuk jenis ini antara

lain meliputi gambar, foto, serta benda nyata yang tidak bersuara. Adapun

alat peraga audio visual adalah alat peraga yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Beberapa contoh alat peraga jenis ini meliputi televisi, video,

film, atau demonstrasi langsung.

3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga

Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran

yaitu (Ruminiati, 2007:2.19):

Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu:

a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih

menarik

b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah

memahaminya

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah

bosan

d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti: mengamati,

melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

Sedangkan kekurangan penggunaan alat peraga yaitu:

a. Memerlukan banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan, jika alat

(25)

18

b. Perlu kesediaan berkorban secara materiil untuk membuat alat peraga.

Sebab tidak semua alat peraga yang akan dipakai dapat didapatkan secara

(26)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian

dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini

juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu

teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat

dicapai.

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas secara

kolaboratif, dimana peneliti bekerja sama dengan rekan sejawat sebagai

observer. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan

aktivitas pembelajaran di kelas. Penelitian ini mengacu pada perbaikan

pembelajaran yang berkesinambungan. Tahapan penelitian tindakan pada

suatu siklus meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan

refleksi.

Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Hopkins (dalam

Zainal, 2006:30), yang dinamakan Spiral Tindakan Kelas yaitu berbentuk

spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Siklus ini akan

dihentikan jika hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator kinerja yang

(27)

18

Gambar 1. Alur Siklus PTK (Sumber: Zainal, 2006:30)

B. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Wiyono Kecamatan

Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 25 orang yang terdiri

dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SDN 3 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran yang merupakan tempat tugas peneliti. Penelitian ini

dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

D. Langkah Tindakan Penelitian 1. Perencanaan Tindakan

a. Menentukan jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(28)

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat

skenario pembelajaran, format observasi, evaluasi, alat peraga dan

menyiapkan sarana prasarana.

2. Pelaksanaan Tindakan

a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana tindakan

b. Menerapkan tindakan.

3. Pengamatan/observasi dan pengumpulan data

a. Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan berdasarkan

instrumen observasi

b. Melakukan penilaian hasil tindakan sesuai dengan instrumen tes.

4. Refleksi

a. Menilai dan membahas hasil evaluasi dan observasi tindakan yang

telah dilakukan

b. Menentukan kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah

dilakukan.

c. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja

guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda

cheklist pada lembar observasi yang telah disiapkan peneliti. Dengan

demikian peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara rencana dan

(29)

20

2. Tes

Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian hasil

belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran Matematika melalui

penggunaan alat peraga.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang

dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau

pembelajaran, dalam arti apakah kegiatan beserta langkah-langkahnya dengan

analisis terhadap kegiatan pembelajaran, analisis dilakukan untuk

memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya

sudah sesuai dengan perkembangannya. Analisis data yang dilakukan adalah:

1. Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan selama siklus I, baik

data kuantitatif maupun kualitatif.

2. Menganalisa data dengan membuat tabulasi dan prosentase, serta

disajikan dalam bentuk tabel.

3. Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil

pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara hasil tes siklus I,

siklus II, dan seterusnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar bahasa Matematika, yakni

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat meningkatkan

aktivitas belajar Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono tahun

pelajaran 2013/2014.

2. Pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil

belajar Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono tahun pelajaran

2013/2014.

3. Penerapan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat

mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas V

SDN 3 Wiyono.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka pembelajaran dengan menggunakan alat

peraga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Oleh sebab itu, bila

pembelajaran serupa hendak dilanjutkan dan dikembangkan, maka perlu

adanya perbaikan dan revisi beberapa kelemahan tersebut. Adapun saran yang

(31)

44

1. Saran untuk sekolah

a. Hendaknya ada sosialisasi kepada guru untuk mau dan mampu

menggunakan alat peraga dalam setiap pembelajaran demi untuk

meningkatkan hasil belajar

b. Memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat dan

mengembangkan alat peraga pembelajaran yang dapat menunjang

proses pembelajaran di kelasnya.

2. Saran untuk guru

a. Guru selalu berusaha untuk belajar dan berinovasi dalam

pembelajaran baik dari buku maupun internet.

b. Kepada semua guru guru hendaknya selalu mencoba menerapkan

PTK demi inovasi dan kemajuan dalam bidang pendidikan.

c. Keberhasilan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga

memerlukan persiapan yang matang. Guru harus lebih kreatif dan

tepat dalam memilih alat peraga yang akan digunakan sehingga alat

peraga yang digunakan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran

(32)

BSNP. 2006.Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta

Darsono, Max. dkk. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Kasro. 2006.Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Depdiknas

Sudjana, Nana. (2002).Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.

Sukmadinata. 2006.Jenis-Jenis Penelitian. Surabaya: PT. Bina Ilmu

Syarifuddin, Muhammad. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media.

Winataputra, Udin S. (2007). Teori Belalar dan Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Gambar

Tabel 1. Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 3 Wiyono Tahun Pelajaran2012/2013.
Gambar 1. Alur Siklus PTK

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.4 : Hasil uji deskriptif harga saham, Current Ratio, Debt To 36 Equity Ratio,Return On Equity dan Earnings Per Share..

Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan skala kecerdasan emosional Goleman (2000) kecerdasan emosional memiliki lima aspek yaitu: Mengenal emosi diri,

Pola keruntuhan yang terjadi pada semua balok uji dengan penambahan CFRP adalah debonding failure yaitu lepasnya ikatan antara beton dengan CFRP, sehingga dapat dikatakan

Semua orang yang terlibat dalam proses syuting sinetron ini tampak sangat sibuk, mulai dari artis pendukung, tim sutradara (lebih dari satu), tim penata lampu dan suara, dan

Untuk mendeskripsikan implementasi Strategi Pembelajaran Interaksi Sosial sebagai upaya untuk meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada

Media berkualitas rendah disamping akan cepat rusak, mengancam kesehatan, keamanan, juga bisa menyesatkan siswa.. 20 menggunakan dengan bahan berbahaya untuk

PROGRAM PASCASARJANA KPK-IPB UNSRAT. MANADO

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika menggunakan pendekatan Realistic Mathematics Education pada siswa kelas III SD Negeri 1