iii
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA
KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh
Yeni Astuti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii
MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS V SDN 3 WIYONO KECAMATAN GEDONG
TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh YENI ASTUTI
ABSTRAK
Hasil pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SDN 3 Wiyono nampak masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru tidak/belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan alat peraga.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus menggunakan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V sebanyak 25 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan hasil tes dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan ini terlihat dari ketuntasan belajar saat pra siklus yang semula hanya 40 persen menjadi 60 persen pada siklus I, dan 68 persen pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 76 persen pada siklus III. Oleh sebab itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika khususnya hendaknya lebih ditingkatkan lagi.
xi A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ………..…….……..…… 3 A. Belajar dan Pembelajaran………... 6
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ……… 6
2. Teori Belajar dan Pembelajaran ………. 8
B. Hasil Belajar……….………..…… 12
C. Hakikat Pembelajaran Matematika …..…….………….. 14
D. Alat Peraga …….……….………... 16
1. Pengertian Alat Peraga ……… 16
xii BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ……….…….. 17
B. Subjek Penelitian ……… 18
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ………….……….……… 18
D. Langkah Tindakan Penelitian………….……… 18
E. Teknik Pengumpulan Data………. 19
1. Observasi ……….………. 19
2. Tes Formatif ……….. 20
F. Teknik Analisis Data ………. 20
G. Indikator Keberhasilan ……….. 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Setting Penelitian …………..……….. 21
B. Hasil Penelitian Persiklus ………. 21
1. Siklus I ……….. 21
2. Siklus II ……….. 29
3. Siklus III ……….. 35
C. Pembahasan ………. 41
1. Aktivitas Belajar Siswa ……….. 41
2. Hasil Belajar Siswa ……… 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….……….. 43
B. Saran ………..……… 43
DAFTAR PUSTAKA ……….………….. 45
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UURI No. 20 Th. 2003).
Tujuan ini dituangkan dalam tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih
cara berfikir dan bernalar, mengembangkan aktifitas kreatif, mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan kemampuan
menyampaikan infomasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga
matematika merupakan bidang ilmu yang strategis untuk membentuk generasi
yang siap menghadapi era global yang penuh dengan kompetitif tersebut.
Matematika sebagai disiplin ilmu turut andil dalam pengembangan dunia
teknologi yang kini telah mencapai puncak kecanggihan dalam mengisi
berbagai dimensi kebutuhan hidup manusia. Era global yang ditandai dengan
kemajuan teknologi informatika, industri otomotif, perbankan, dan dunia
bisnis lainnya, menjadi bukti nyata adanya peran matematika dalam revolusi
2
Melihat betapa besar peran matematika dalam kehidupan manusia, bahkan
masa depan suatu bangsa, maka sebagai guru di Sekolah Dasar yang
mengajarkan dasar-dasar matematika untuk senantiasa berusaha
meningkatkan pembelajaran dan hasil belajar matematika. Berdasarkan
pengalaman peneliti pada saat mengajar di kelas IV SDN 3 Wiyono
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika selalu berada di tingkat bawah
dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai matematika pada semester genap
tahun pelajaran 2012/2013 belum mencapai hasil yang diharapkan, seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Nilai Matematika Siswa Kelas IV SDN 3 Wiyono Tahun Pelajaran 2012/2013.
No Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
1 80– 100 5 20,00
Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai matematika yang diperoleh dari 25
siswa yang ada hanya 40 persen yang sudah tuntas, berarti masih ada 60
persen yang belum tuntas. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan
sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa terlihat jenuh dan kurang tertarik
mengikuti pelajaran matematika. Hal ini disebabkan pembelajaran sehari-hari
secara umum lebih sering disampaikan melalui ceramah dan latihan-latihan
soal. Media atau alat peraga yang tersedia di sekolah kurang bisa
belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, padahal untuk
memahami konsep matematika, terutama di SD sangat diperlukan alat peraga.
Kondisi tersebut jika terjadi terus menerus sangat berdampak pada hasil
belajar matematika.
Atas dasar hal tersebut maka diperlukan adanya suatu upaya kegiatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Salah satu
upaya yang perlu dilakukan adalah pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga. Dengan alat peraga, siswa dapat dilibatkan dalam pembelajaran,
sehingga bisa membantu mempermudah siswa dalam memahami materi yang
diajarkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih dilaksanakan dengan metode yang konvensional,
yakni ceramah dan latihan-latihan.
2. Siswa belum dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
3. Guru jarang/belum menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
4. Nilai rata-rata Matematika masih rendah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka masalah dapat
4
Apakah pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN 3 Wiyono
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun pelajaran
2013/2014?
D. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pemecahan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pemecahan masalah yang akan dilakukan upaya peningkatan hasil belajar
Matematika melalui penggunaan alat peraga pada siswa kelas V SDN 3
Wiyono Pesawaran.
E Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
Matematika melalui penggunaan alat peraga pada siswa kelas V SDN 3
Wiyono Pesawaran tahun pelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, sebagai upaya untuk membantu meningkatkan hasil belajar
matematika melalui penggunaan alat peraga.
2. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui penggunaan alat peraga.
3. Bagi sekolah, sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu,
khususnya dalam pembelajaran Matematika di SD melalui penggunaan
G. Hiptesis Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup penelitian dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: jika pembelajaran dilaksanakan dengan
menggunakan alat peraga, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono Pesawaran tahun pelajaran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Istilah belajar sudah dikenal luas di berbagai kalangan walaupun sering
disalahartikan atau diartikan secara pendapat umum saja. Untuk
memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana
para pakar pendidikan mengartikan konsep belajar.
Pengertian belajar secara komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler
(dalam Winataputra, 2008:1.5) yang menyatakan bahwa belajar adalah
proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar jika
dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktivitas yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku yang dapat diamati relatif lama. Perubahan
tingkah laku itu tidak muncul begitu saja, tetapi sebagai akibat dari usaha
orang tersebut. Oleh karena itu, proses terjadinya perubahan tingkah laku
dengan tanpa adanya usaha tidak disebut belajar.
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan
lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun
teori. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah
proses belajar apabila seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sudjana (2001:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakuny, daya
penerimaan dan lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.
Berdasarkan uraian di atas tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku pada diri seseorang
sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan
lingkungan yang dialami oleh seseorang.
Sedangkan pembelajaran menurut Gagne, et. al (dalam Winataputra,
2008:1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Sementara
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 20 berbunyi
tentang Sisdiknas dirumuskan bahwa, “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Dalam konsep pembelajaran tersebut terkandung 5
(lima) aspek, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan
lingkungan belajar. Pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya
dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak
dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
8
Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku individu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran
dalam konteks pendidikan formal, yakni pendidikan di sekolah, sebagian
besar terjadi di kelas dan lingkungan sekolah. Sebagian kecil
pembelajaran terjadi juga di lingkungan masyarakat, misalnya pada saat
kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
upaya sistematis untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar
terjadi karena pembelajaran.
B. Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar
karena pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah
kearah yang lebih baik (Darsono, Max, dkk, 2000:24).
Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap aliran atau
teori belajar. Menurut Muchith (2008:55) ada beberapa jenis aliran atau
paham yang dapat dijadikan inspirasi untuk melakukan proses pembelajaran,
1. Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme menyatakan bahwa keberhasilan belajar
ditentukan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang diterima
oleh manusia. Mengajar atau mendidik perlu dilakukan dengan cara
memperbanyak stimulus dan respon yang diberikan kepada siswa. Salah
satu indikasi keberhasilan belajar menurut teori ini adalah adanya
perubahan tingkah laku yang nyata dalam kehidupan masyarakat
(Muchith, 2008:56).
Muchith (2008:57), mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran menurut
teori behavioristik ditekankan pada proses memperluas dan penambahan
pengetahuan siswa, sedangkan proses belajar sebagai “mimetic”, yang
menuntut siswa agar memiliki kemampuan mengungkapkan kembali
pengetahuan dan pemahaman yang sudah dipelajari baik dalam jangka
waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang, yang
diperoleh melalui berbagai cara dalam pembelajaran.
Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran teori ini adalah merancang
kondisi belajar yang efektif dengan merumuskan tujuan belajar dan
langkah-langkah pembelajaran yang jelas, menggunakan ganjaran dan
10
2. Kognitivisme
Pada hakekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang
cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual
peserta didik. Konsekuensi proses pembelajaran harus lebih memberi
ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya.
Secara umum proses pembelajaran harus didasarkan atas asumsi umum
(Muchith, 2008: 69).
a). Proses pembelajaran adalah suatu realitas sistem. Artinya,
keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh satu
aspek/faktor saja, tetapi lebih ditentukan secara simultan dan
komprehensif dari berbagai faktor yang ada.
b). Proses pembelajaran adalah realitas kultural/natural. Artinya dalam
proses pembelajaran tidak diperlukan adanya berbagai paksaan
dengan dalil membentuk kedisiplinan.
c). Pengembangan materi harus benar-benar dilakukan secara kontekstual
dan relevan dengan realitas kehidupan peserta didik.
d). Metode pembelajaran tidak dilakukan secara monoton, metode yang
bervariasi merupakan tuntutan mutlak dalam proses pembelajaran.
e). Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,
sehingga proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan
pengalaman dapat terjadi dengan baik.
f). Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada menghafal.
g). Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa,
Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah membantu siswa
memproses informasi dengan efektif, dengan cara menyusun materi
pembelajaran dengan sistematis dan akurat membuat hubungan antara
pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki pebelajar
(Winataputra, 2008: 6.11).
3. Humanisme
Winataputra (2008:4.1), para pendukung teori ini yakin bahwa perilaku
harus dipahami bukan sekadar dikendalikan atau direkayasa. Teori ini
mementingkan pilihan pribadi, kreativitas dan aktualisasi diri setiap
individu yang belajar. Belajar merupakan suatu proses di mana siswa
mengembangkan kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap
lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut mengembangkan
kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.
Pada hakekatnya teori humanistik lebih menekankan pada proses untuk
memanusiakan manusia atau peserta didik, yaitu suatu pemahaman atau
kesadaran untuk memahami potensi, perbedaan, kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki oleh setiap peserta didik (Muchith, 2008: 94).
4. Konstruktivisme
Muchith (2008:72), menjelaskan bahwa pembelajaran harus mampu
memberikan pengalaman nyata bagi siswa, sehingga model
pembelajarannya dilakukan secara natural. Penekanan teori
konstruktivisme bukan pada membangun kualitas kognitif, tetapi lebih
12
Muchith (2008:72) juga mengatakan belajar bukanlah proses teknologi
(robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan
terhadap suatu materi yang disampaikan. Sehingga proses pembelajaran
tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi
juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.
Implikasi dan aplikasi dalam pembelajaran adalah mendorong siswa
bersikap lebih otonom dalam menterjemahkan pengetahuan yang
diperoleh, melalui memecahkan masalah yang riil, kompleks dan
bermakna bagi siswa, dialog dalam kelompok belajar bersama, bimbingan
dalam proses pembentukan pemahaman.
Dari keempat teori belajar dan pembelajaran tersebut di atas, sehubungan
dengan penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teori
konstruktivisme mengingat. bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan
baru secara bermakna melalui pemahaman materi dengan pengalaman
nyata bagi siswa, sehingga model pembelajarannya dilakukan secara
natural. Penekanan teori konstruktivisme bukan pada membangun kualitas
kognitif, tetapi lebih pada proses untuk menemukan persoalan yang
dibangun dari realitas lapangan.
B. Hasil Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi atau hasil belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya
mengajar berlangsung. Menurut Sudjana (2002:22) prestasi atau hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui hasil belajar siswa, seorang guru
dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut
termasuk ke dalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang. Biasanya
penilaian suatu hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau
kalimat dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti komplek mencakup segala
aspek psikologis siswa, sedangkan dalam arti sempit sebagai bentuk untuk
mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam bentuk evaluasi.
Menurut Syarifuddin (2008:14) menyatakan bahwa evaluasi berarti penilaian
terhadap tingkat keberhasilan yang telah ditetapkan dalam tingkat
pembelajaran. Salah satu tujuan diadakannya evaluasi diantaranya adalah
dapat dijadikan sebagai alat penetapan apabila siswa termasuk kategori cepat,
sedang dan ataupun lambat dalam arti untuk kemampuan belajarnya.
Menurut Sukmadinata (2006:33) kompetensi adalah perilaku atau performa yang diperlihatkan oleh seseorang dalam beraktivitas, melaksanakan tugas, penyelesaian pekerjaan dan pemecahan masalah yang dibagi menjadi 4 yaitu: 1. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kecakapan awal yang dikuasai untuk menguasai kompetensi yang lebuh tinggi.
2. Kompetensi Umum
Kompetensi umum adalah penguasaan kecakapan yang diperlukan dalam kehidupanbaik secara social kemasyarakatan dan lingkungan.
3. Kompetensi Operasional/Teknis
Kompetensi operasional atau teknis adalah penguasaan kecakapan yang berkenaan dengan penerapan atau aplikasi dari konsep, prinsip dan pengetahuan dalam kenyataan.
4. Kompetensi Professional
14
Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil
usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai untuk mengukur kemampuan
kognitif, afektif maupun psikomotor.
C. Hakikat Pembelajaran Matematika 1. Pengertian
Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak dan
bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya sehingga para ahli
matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Selain itu
matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan
bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak dan hubungan dengan hal itu
(Kasro, 2006: 1)
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model
matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam
setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi(contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya (BSNP,
2006:147).
2. Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut (BSNP, 2006:148):
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
16
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengolahan data.
D. Alat Peraga
1. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan
tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan
efisien (Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif. Proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur
antara lain tujuan, bahan, metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan
alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang
berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk mengantarkan sebagai bahan
pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain tersebut, peranan alat bantu
atau alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat
peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh siswa. Alat peraga
sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat diserap oleh mata
dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang disampaikan guru lebih
mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga
dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih
efektif dan efisien.
2. Jenis-jenis Alat Peraga
Ruminiati (2007: 2.13), menjelaskan bahwa berdasarkan jenisnya alat peraga
peraga audio visual. Alar peraga audio adalah alat peraga yang hanya
mengandalkan kemampuan suara saja. Yang termasuk jenis alat peraga ini
aantara lain tape recorder dan radio. Alat peraga visual adalah alat peraga
yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Yang termasuk jenis ini antara
lain meliputi gambar, foto, serta benda nyata yang tidak bersuara. Adapun
alat peraga audio visual adalah alat peraga yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Beberapa contoh alat peraga jenis ini meliputi televisi, video,
film, atau demonstrasi langsung.
3. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Alat Peraga
Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran
yaitu (Ruminiati, 2007:2.19):
Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu:
a. Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih
menarik
b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah
memahaminya
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak akan mudah
bosan
d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti: mengamati,
melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.
Sedangkan kekurangan penggunaan alat peraga yaitu:
a. Memerlukan banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan, jika alat
18
b. Perlu kesediaan berkorban secara materiil untuk membuat alat peraga.
Sebab tidak semua alat peraga yang akan dipakai dapat didapatkan secara
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini
juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif, dimana peneliti bekerja sama dengan rekan sejawat sebagai
observer. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan
aktivitas pembelajaran di kelas. Penelitian ini mengacu pada perbaikan
pembelajaran yang berkesinambungan. Tahapan penelitian tindakan pada
suatu siklus meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.
Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Hopkins (dalam
Zainal, 2006:30), yang dinamakan Spiral Tindakan Kelas yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Siklus ini akan
dihentikan jika hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator kinerja yang
18
Gambar 1. Alur Siklus PTK (Sumber: Zainal, 2006:30)
B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Wiyono Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 25 orang yang terdiri
dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SDN 3 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran yang merupakan tempat tugas peneliti. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
D. Langkah Tindakan Penelitian 1. Perencanaan Tindakan
a. Menentukan jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat
skenario pembelajaran, format observasi, evaluasi, alat peraga dan
menyiapkan sarana prasarana.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana tindakan
b. Menerapkan tindakan.
3. Pengamatan/observasi dan pengumpulan data
a. Melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatan berdasarkan
instrumen observasi
b. Melakukan penilaian hasil tindakan sesuai dengan instrumen tes.
4. Refleksi
a. Menilai dan membahas hasil evaluasi dan observasi tindakan yang
telah dilakukan
b. Menentukan kekurangan dan kelebihan dari tindakan yang telah
dilakukan.
c. Membuat rencana perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja
guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda
cheklist pada lembar observasi yang telah disiapkan peneliti. Dengan
demikian peneliti dapat mengetahui kesesuaian antara rencana dan
20
2. Tes
Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian hasil
belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran Matematika melalui
penggunaan alat peraga.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang
dibuat, mulai dari tahap persiapan, proses sampai hasil pekerjaan atau
pembelajaran, dalam arti apakah kegiatan beserta langkah-langkahnya dengan
analisis terhadap kegiatan pembelajaran, analisis dilakukan untuk
memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat di dalamnya
sudah sesuai dengan perkembangannya. Analisis data yang dilakukan adalah:
1. Mengumpulkan semua data dari hasil pengamatan selama siklus I, baik
data kuantitatif maupun kualitatif.
2. Menganalisa data dengan membuat tabulasi dan prosentase, serta
disajikan dalam bentuk tabel.
3. Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil
pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara hasil tes siklus I,
siklus II, dan seterusnya.
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar bahasa Matematika, yakni
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
aktivitas belajar Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono tahun
pelajaran 2013/2014.
2. Pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika pada siswa kelas V SDN 3 Wiyono tahun pelajaran
2013/2014.
3. Penerapan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran Matematika pada siswa kelas V
SDN 3 Wiyono.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Oleh sebab itu, bila
pembelajaran serupa hendak dilanjutkan dan dikembangkan, maka perlu
adanya perbaikan dan revisi beberapa kelemahan tersebut. Adapun saran yang
44
1. Saran untuk sekolah
a. Hendaknya ada sosialisasi kepada guru untuk mau dan mampu
menggunakan alat peraga dalam setiap pembelajaran demi untuk
meningkatkan hasil belajar
b. Memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat dan
mengembangkan alat peraga pembelajaran yang dapat menunjang
proses pembelajaran di kelasnya.
2. Saran untuk guru
a. Guru selalu berusaha untuk belajar dan berinovasi dalam
pembelajaran baik dari buku maupun internet.
b. Kepada semua guru guru hendaknya selalu mencoba menerapkan
PTK demi inovasi dan kemajuan dalam bidang pendidikan.
c. Keberhasilan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga
memerlukan persiapan yang matang. Guru harus lebih kreatif dan
tepat dalam memilih alat peraga yang akan digunakan sehingga alat
peraga yang digunakan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran
BSNP. 2006.Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta
Darsono, Max. dkk. 2000.Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Kasro. 2006.Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.
Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta: Depdiknas
Sudjana, Nana. (2002).Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Aglesindo.
Sukmadinata. 2006.Jenis-Jenis Penelitian. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Syarifuddin, Muhammad. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media.
Winataputra, Udin S. (2007). Teori Belalar dan Pembelajaran. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.