• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM

TERHADAP PERFORMABROILER

(Skripsi)

ETHA ‘AZIZAH HASIIB

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM

TERHADAP PERFORMABROILER

Oleh

Etha ‘Azizah Hasiib

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mempelajari pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap performabroiler; 2) menentukan pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum yang optimal terhadap performabroiler. Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Juni--8 Juli 2014 di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Metode penelitian yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 5 ekor ayam tiap petaknya. Perlakuan yang diberikan adalah : 1) R0 : 0 mg ekstrak daun

binahong/kg berat tubuh; 2) R1 : 100 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh; 3) R2 : 150 mg ekstrak daun binahong /kg berat tubuh; 4) R3 : 200 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh; 5) R4 : 250 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh. Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, danIncome Over Feed Cost. Kata kunci : ekstrak daun binahongAnredera cordifolia(Ten.) Steenis), performa,

(3)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM

TERHADAP PERFORMABROILER

Oleh

ETHA ‘AZIZAH HASIIB

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Sukadana, Lampung 18 April 1993. Penulis merupakan anak ke-dua dari empat saudara, putri pasangan Bapak Suwono dan Ibu Sus Wiwik.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Raudhotul Athfal Masyariqul Anwar Pugungraharjo (1999), SD Negeri 1 Pugungraharjo (2005), SMP Negeri 1

Sekampung Udik (2008), SMA Negeri 1 Way Jepara (2010). Pada 2010, penulis diterima di Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala syukur atas nikmat dan rizki Allah SWT berikan kepada hamba. Sembah sujud syukurku kuberikan atas segalanya yang telah diberikanNya.

Sholawat serta salam teruntuk baginda Rosulullah SAW dan sahabatNya di jannah.

Teruntuk ibu dan ayah terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang tulus ikhlas dari kalian, untuk cucuran keringat yang penuh ketawakalan, untuk ucapan yang selalu

membawa doa, untuk setiap hembusan nafas yang penuh kekuatan. Terimakasih untuk segalanya dan semoga Allah SWT menempatkannya di jannah. Amiin

Teruntuk kakak ku yang mengasuh diri ini, mendoakan dan memberikan semangat yang penuh istiqomah, serta sabar dalam membimbing diri ini.

Teruntuk adik-adik atas keceriaan kalian, senyum, tawa, dan kebersamaan kalian, ketulusan dan keikhlasan kalian.

Teruntuk keluarga besar, pendidik, sahabat, dan teman-teman atas dukungan, keikhlasan, dan motivasinya.

Alamamater dan kampung halaman yang membuat diri ini mengerti arti sebuah perbedaan dan perubahan kehidupan.

(8)

MOTO

Never ending science (Pesta Sains 2009)

Jangan pernah menunda sesuatu, kerjakan secepat mungkin, lakukan yang terbaik niscaya akan mendapatkan yang terbaik. Jangan pernah menyesali kegagalan yang

dialami, perbaiki dan lakukan hal terbaik (Ibu dan Ayah)

Orang yang sukses adalah orang yang mampu mengimplementasikan ilmu yang diperolehnya (Ibu)

Kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Kegundahan hanya menghambat sebuah analisa

(Shinichi Kudo)

Tidak ada kesempurnaan yang kita miliki, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Yang dapat kita lakukan adalah melakukan yang terbaik dan memberikan yang

(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Pengaruh

Pemberian Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis)dalam Air Minum terhadap PerformaBroiler.”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan andil yang cukup besar. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Riyanti, M.P., selaku pembimbing utama atas kebaikan, saran, nasehat, arahan, bekal ilmu, semangat, dan motivasi yang telah diberikan; 2. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.,selaku pembimbing anggota atas arahan,

saran, kritik, dan bimbingan selama penulisan skripsi;

3. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S., selaku pembahas atas kritik dan saran yang menyempurnakan tulisan ini;

4. Bapak Ir. Syahrio Tantalo YS., M.P., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan dan arahan selama menjalankan studi;

(10)

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian;

8. Bapak ibu dosen Jurusan Peternakan atas bekal ilmu yang diberikan; 9. Tim Pengelola Bidik Misi Universitas Lampung;

10. Ibu dan ayah terimakasih untuk semangat, motivasi, doa, dan segalanya yang sangat berarti bagi penulis;

11. Kak Saiful Muhammad Syahri Fitrian, adikku Catur Krisna Nur dan Kharisma Nur Rohmah, terimakasih untuk kebersamaan dan semangatnya; 12. Tim penelitian, Febi, Lolita, Imam, dan Quanta, terimakasih atas bantuannya; 13. Teman-teman PTK 2010 Edo, Agung, Dewi, Dwi, Afrizal, Ari, Ayu, Ayyub,

Amrina, Anggiat (Alm), Aini, Ajrul, Andri, Anung, Arga, Sherly, Tiwi, Silvi, Dewa, Dian, Fajar, Fandi, Fara, Geby, Heru, Irma, Putra, Kunai, Kak

Rohmat, Rizki, Rahmat, Miranti, Nani, Nano, Niko, Nova, Nurma, Fauzan, Oto, Owik, Rangga, Repi, Repki, Rosa, Sekar, Tri, Yuli, dan Widi;

14. Keluarga sepengabdian, GamalamaSolidarity, IX A 2008, akselerasi

smansawara, dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian studi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian... 3

C. Kegunaan Penelitian... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Deskripsi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) 9 B. Ekstrak Daun Binahong ... 10

C. Senyawa Aktif Daun Binahong ... 12

D. PerformaBroiler... 15

1. Konsumsi ransum ... 16

2. Konsumsi air minum ... 18

3. Pertambahan berat tubuh ... 19

4. Konversi ransum ... 21

(12)

xii

III. METODE PENELITIAN... 24

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 24

B. Bahan Penelitian ... 24

C. Alat Penelitian ... 27

D. Metode Penelitian ... 27

E. Pelaksanaan Penelitian... 29

F. Peubah yang Diamati ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Ekstrak Daun Binahong (Anredera cardifolia(Ten.) Steenis) ... 33

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Air Minum ... 34

C. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum... 36

D. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Berat Tubuh ... 39

E. Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum ... 42

F. Pengaruh Perlakuan terhadapIncome Over Feed Cost... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA... 49

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata konsumsi ransum dan air minumbroiler ... 17

2. Konsumsi air minumbroiler... 19

3. Bobot tubuhbroiler ... 20

4. Konversi ransumbroiler ... 21

5. Pemberian air minum penelitian ... 25

6. Analisis proksimat dan energi metabolis bahan pakan ... 25

7. Formulasi ransum penelitian ... 26

8. Kandungan nutrisi ransum ... 26

9. Standar kebutuhan nutrisibroiler(Lesson dan Summer, 2005) ... 26

10. Jadwal vaksinasi ayam ... 27

11. Alat yang digunakan untuk penelitian ... 28

12. Karakteristik ekstrak daun binahong ... 33

13. Rata-rata konsumsi air minumbroilerperlakuan umur 15--28 hari... 35

14. Rata-rata konsumsi ransumbroilerperlakuan umur 15--28 hari... 36

15. Rata-rata pertambahan berat tubuhbroilerperlakuan umur 15--28

hari . ... 39

16. Rata-rata konversi ransumbroilerperlakuan umur 15--28 hari …… . 42

(14)

18. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi air minum

broilerumur 15--28 hari ... 56

19. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransumbroiler umur 15--28 hari ... 56

20. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat tubuh broilerumur 15--28 hari ... 57

21. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konversi ransumbroiler umur 15--28 hari ... 57

22. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap IOFCbroilerumur 15--28 hari ... ... 58

23. Suhu dan kelembaban kandang selama penelitian... 60

24. Pola suhu harian kandang ... 61

25. Rata-rata bobot DOC ketikachick in ... 62

26. Rata-rata bobot tubuh ayam penelitian ... 62

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performans Broiler di Semi Closed House. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18. Kanisius. Jakarta

Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta

Arifien, M. 2002. Rahasia Sukses Memelihara Ayam Broiler di Daerah Tropis. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Astuti, S.M. 2012. Skrining Fitokimia dan Uji Aktifitas Antibiotika Ekstrak Etanol Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis. Artikel Ilmiah. Fakulti Kejuteraan Kimia dan Sumber Asli (Bioproses). Universiti Malaysia Pahang. Malaysia Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ternak.

http://bps.go.id/tab-sub/view.php?kat=3&tabel=&daftar=1&id-subjek=24&notab=12. Diakses 27 Januari 2014

Card, L.E. and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th. Ed. Lea and Febriger. Philadelphian. New York

Darsana, I.G.O., I.N.K. Besung, dan H. Mahatmi. 2012. Potensi daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri escherichia coli secara in vitro. Indonesia Medicus Veterinus 1 (3) : 337--351

Depkes RI. 1995. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Fahmi, Mgs. 2004. Pengaruh Pembagian Persentase Ransum pada Siang dan Malam Hari terhadap Performans Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum 8 Kali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung Fathul, F., N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi

(17)

50 Food and Agriculture Organization. 2005. Endogeneous and Exogeneous Feed

toxins. http://fao.or/docrep/article/Agrippa/659_en_10.htm3TopOfPage 2005. Diakses 21 Februari 2014

Francis, G., Z. Keren, H.P.S. Makkar, and K. Backer. 2002. The biological action of saponin in anymal system. A riview. Journal Nutrition British. 88 (6) : 587--605

Habibah, A.S., Abun, dan R. Wiradimadja. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium juringa (Jeck) Pain) dalam Ransum

terhadap Performan Ayam Broiler. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung

Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Jull, M.A. 1992. Poultry Husbandry. 3rdEdition. McGraw Hill Publishing Company. New Delhi

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. AURA

Printing dan Publishing. Bandar Lampung

Lenny, S. 2006. Senyawa Terpeoida dan Steroida. Karya Ilmiah. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan

Lesson, S. dan J.D. Summer. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rdEdition. University Books. Guelph Ontorio, Canada

Liman dan N. Purwaningsih. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

(18)

51 Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia)(Ten) Steenis) sebagai obat.

Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15 (1) : 3--6

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Ed. National Academy of Science, Washington, D.C

Nidinilla, N.G. 2014. Uji Aktivitas Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Jantan Putih yang Diinduksi dengan Kafeina. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Syarif

Hidayatullah. Jakarta

North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Nostrand Rainhold. New York

Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar. Menejemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Noorhamdani, .A.S., Sudiarto, dan V. Uxiana. 2010. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Artikel Ilmiah. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang

Paju, N., P.V.Y. Yamlean, dan N. Kojong. Uji efektivitas salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (ten.) steenis) pada kelinci (oryctolagus cuniculus) yang terinfeksi bakteri staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat 2 (1) : 51--61

Poedjiadi, A. dan F.M.T. Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta

Purbowati, O. 2011. Pengaruh Campuran Ekstrak Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan Sambiloto (Andrographins paniculata Nees) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok

Qisthon, A. dan T. Kurtini. 2007. Ilmu Tingkah Laku Ternak. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung Rasyaf. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta Riyanti. 2014. Gambaran darah broiler yang diberi ekstrak daun binahong

(19)

52 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tingkat Tinggi.

Edisi ke-6. Terjemahan: K. Padmawanita. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Salamah, E., E. Ayuningrat, dan S. Purwaningsih. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing taiwan (anadonta woodiana lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11 (2):119--132 Sastradipradja, D. 1987. Bahan Kuliah Ilmu Fisiologi Pertumbuhan. Fakultas

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Scott, M.L., M.C. Neishem, and R.J. Young. 1982. Nutrition the Chicken. M.L. Scott Ass. Ithaca. New York

Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol, 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia

Shabella, R. 2013. Terapi Daun Binahong. Cetakan 1. Cable Book. Jakarta Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institut Teknologi

Bandung. Bandung

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta Soewardi, B. 1974. Gizi Ruminansia. Departmen Ilmu Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Soeharsono. 1976. Respons Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung Sudono, A, I. Kismono, S.P. Hadjosworo, D.J. Samosir, Abdulgani, K.I.

Sihombing, H.T.D. Simomara, S. Sutardi, T. Sigit, A.N. Amrullah, K.I. Suwoko, I.H.S. Martojo, H. Moesa, S.P. Asanggari. 1985. Kamus Istilah Peternakan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

(20)

53 Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan K. Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

Triyanto. 2006. Perbandingan Performans Broiler Fase Finisher (15--28 hari) pada Kandang Panggung dan Kandang Litter. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Tillman, A.D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Unandar, T. 2003. Ada Apa dengan Broiler. Makalah yang disampaikan dalam

temu Plasma Pintar. Bandar Lampung

Ukhty, N. 2011. Kandungan Senyawa Fitokimia, Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Lamun (Syringodium isoetifolium). Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari, N.S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Peternakan-Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Wirapati, R.D. 2008. Efektivitas Pemberian Tepung Kencur (Kaempferia galangal Linn) pada Ransum Ayam Broiler Rendah Energi dan Protein terhadap Performan Ayam Broiler, Kadar Kolesterol, Persentase Hati, dan Bursa Fabrisius. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Yahya, A. 2003. Pengaruh Penambahan Saccharomyces cerevisiae dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Yousef, M.K. 1985. Stress Physiologi in Livestock. Vol 1. CRC Press. Boca Raton. Florida

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Peternakanbroilermerupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasibroilerdi Indonesia mencapai

1.255.288.000 ekor (BPS, 2013). Populasi ini akan terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan permintaan daging ayam di pasar. Untuk memenuhi permintaan daging ayam tersebut perlu didukung oleh aspek-aspek yang menunjang keberhasilan usahabroiler, yaitu bibit, ransum, dan managemen. Pengaturan yang seimbang dari ketiga aspek tersebut dapat meningkatkan produktivitas ternak.

Aspek ransum merupakan aspek yang menyumbang besar dalam penyediaan modal usaha. Biaya yang dibutuhkan dari segi ransum dapat mencapai 60--70% dari total biaya produksi (Siregar, 1994). Oleh sebab itu, penggunaan ransum yang efisien akan meningkatkan produktivitas ternak, sehingga biaya produksi dapat berkurang.

(22)

2 jumlah yang sedikit dalam ransum ternak. Pemberianfeed additivedapat

memenuhi kebutuhan spesifik ayam. Manfaat pemberianfeed additivedari segi fisiologis adalah mencegah defisiensi vitamin dan mineral, malnutrisi ternak, dan mempertahankan produksi baik secara kualitas maupun kuantitasnya (Fathul dkk., 2003).

Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) merupakan tanaman herbal yang cepat tumbuh di daerah lembab dan dingin, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan di iklim tropis seperti di Indonesia. Umumnya, masyarakat

menggunakan tanaman ini sebagai obat luka luar dan obat luka dalam, seperti obat luka bakar, gastritis, penurun kolesterol, kencing manis, kanker, dan lain-lain. Proses pengolahan yang digunakan biasanya untuk obat berupa pembuatan jus, pembuatan ekstraksi, dikonsumsi daun segarnya, perebusan bagian daun, dan lainnya (Shabella, 2013).

Salah satu bagian dari tanaman binahong yang sangat bermanfaat adalah daun, karena mengandung beberapa senyawa kimia aktif yang berguna bagi kesehatan. Senyawa aktif yang terdapat pada daun binahong adalah flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Astuti, 2012). Oleh karena itu, daun binahong mempunyai prospek untuk digunakan sebagaifeed additive.

(23)

3 Saponin berperan dalam proses pencernaan dengan cara meningkatkan

permeabilitas dinding sel pada usus dan meningkatkan penyerapan zat makanan. Kadar saponin yang rendah dalam ransum akan meningkatkan transportasi nutrien antar sel. Senyawa terpenoid juga berperan dalam proses pencernaan, yaitu dengan merangsang system syaraf eksresi, sehingga mengeluarkan getah lambung yang mengandung enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin (Habibah dkk., 2012).

Pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum diharapkan mampu meningkatkan efisiensi ransum dan kesehatan ternak dengan adanya senyawa aktif di dalamnya. Nutrien yang akan diserap oleh tubuh ayam akan lebih baik dan efisiensi ransum akan meningkat, sehingga performa ayam akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap performabroiler.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mempelajari pengaruh pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum terhadap performabroiler;

(24)

4

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang pemberian ekstrak daun binahong dalam meghasilkan performabroileryang terbaik.

D. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan adalah suatu penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Proses pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dan substansi penyusun sel atau jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsinya (Wahju, 1992). Terkait dengan pertumbuhanbroilerAnggorodi (1980) berpendapat bahwa proses pertumbuhanbroilerterdiri dari 2, yaitu hiperplasia dan hipertropi. Hiperplasia merupakan pertambahan jumlah sel, sedangkan hipertropi merupakan perubahan ukuran sel.

Menurut Kurtini dkk. (2011), pertumbuhan ternak merupakan kumpulan dari pertumbuhan bagian-bagian komponennya dan pertumbuhan setiap komponen tersebut berlangsung dengan laju yang berbeda. Hasil dari proses pertumbuhan ini adalah perubahan ukuran komponen yang akan menghasilkan perbedaan karakteristik individual dari sel dan organ.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh hereditas (30%) dan lingkungan (70%). Hereditas berkaitan dengan mutu genetik yang bersifat diwariskan, sedangkan faktor

(25)

5 dengan lingkungan adalah hormon, jenis kelamin, ransum, temperatur lingkungan, dan sistem perkandangan (Soeharsono,1976).

Proses hiperplasiabroilerlebih banyak berperan pada saatbroilerberumur 1--14 hari. Pada masa ini kondisi ayam sangat rentan terhadap penyakit dan

membutuhkan suhu lingkungan yang lebih tinggi untuk bertahan hidup. Selain itu, organ-organ dan bagian tubuh mengalami pertumbuhan secara stimulan. Umur 15--28 hari, terjadi keseimbangan proses hiperplasia dan hipertropi. (Kurtini dkk., 2011).

Ransum merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan. Broilermerupakan unggas yang sangat sensitif terhadap

kandungan nutrisi yang ada di dalam ransumnya, terutama imbangan protein dan energi metabolis (Anggorodi, 1980). Untuk meningkatkan nilai kandungan zat makanan, maka diperlukanfeed additive. Feed additivemerupakan suatu substansi yang ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit untuk meningkatkan nilai kandungan nutrisi makanan (Fathul dkk., 2003).

(26)

6 Senyawa aktif flavonoid berperan sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus. Flavanoid memiliki kemampuan untuk membentuk struktur kompleks berikatan dengan protein ekstraseluler dan akan merusak membran sel mikroba karena sifatnya yang lipofilik. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti inflamansi, analgesik, dan antioksidan.

Senyawa alkaloid memiliki kemampuan untuk melekatkan diri diantara DNA sehingga menggangu replikasi DNA (Noorhamdani dkk., 2010). Mekanisme kerjanya adalah mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1995)

Saponin merupakan senyawa bioaktif pada pertumbuhan hewan yang bekerja melalui mekanisme pada saluran pencernaan. Menurut FAO (2005), pemberian maksimal senyawa saponin dalam ransum adalah 3,70 g/kg ransum. Saponin memiliki sifat seperti busa (sabun) yang dapat membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus. Usus yang telah bersih akan memudahkan

(27)

7 polisakarida pada dinding sel sehingga dapat merusak dinding sel bakteri

(Noorhamdani dkk., 2010).

Terpenoid atau steroid merupakan komponen dari minyak atsiri. Fungsi senyawa ini adalah membantu pencernaan dengan merangsang sistem syaraf eksresi, sehingga mengeluarkan getah lambung yang mengandung enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin yang diekskresikan ke dalam lambung dan usus (Habibah dkk., 2012).

Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2009), enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin merupakan enzim yang terdapat dalam cairan pankreas. Enzim amilase berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin, dan glikogen menjadi maltosa. Enzim ini akan bekerja optimal pada kisaran pH 6,60. Enzim lipase, tripsin, dan pepsin berfungsi sebagai pemecah lemak, protein, dan pepton.

Sampai saat ini, belum ada hasil penelitian penggunaan binahong terhadap broiler. Oleh karena itu, dosis pemberian ekstrak daun binahong didasarkan secara analog terhadap hewan monogastrik. Penelitian Nidinilla (2014)

(28)

8 Aplikasi pemberianfeed additivedilakukan melalui ransum, air minum, atau disuntikkan secara langsung dalam tubuh (Widodo, 2002). Air minum merupakan salah satu media yang dapat digunakan sebagai pengangkut zat makanan. Air merupakan suatu zat makanan yang sangat penting dalam pengaturan suhu tubuh, membantu proses metabolisme, serta berperan dalam pembuangan sisa

pembakaran (Arifien, 2002). Sementara Anggorodi (1980) berpendapat bahwa air minum berfungsi sebagai pengangkut zat-zat makanan, pengatur temperatur tubuh, membantu proses pencernaan, dan memperlancar reaksi pencernaan tubuh. Nutrien yang berada dalam air minum akan langsung diserap melalui vili-vili usus halus.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum pada penelitian ini diberikan sesuai dengan dosis berdasarkan penelitian Nidinilla (2014) dan Purbowati (2011). Peubah performa yang diukur meliputi konsumsi ransum, konsumsi air minum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan IOFC.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1. pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum berpengaruh terhadap performabroiler;

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis)

Binahong (Anredera cordifolia(Ten.) Steenis) merupakan tanaman obat yang tumbuh di dataran rendah atau dataran tinggi (Shabella, 2013). Tanaman ini berasal dari dataran Cina dengan nama asalnya adalahDheng shan chi, sedangkan di Inggris disebutmadeira vine. Di Indonesia tanaman ini dikenalsebagai

gendola yang sering digunakansebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman (Setiaji, 2009).

(30)
[image:30.595.198.429.96.299.2]

10

Gambar 1. Tanaman binahong

Dijelaskan lebih lanjut oleh Manoi (2009) bahwa tipe bunga binahong adalah bunga majemuk berbentuk tandan, bertangkai panjang, muncul di ketiak daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helai tidak berlekatan, panjang helai mahkota 0,50--1,00 cm, dan berbau harum. Perbanyakan biji binahong secara generatif, namun lebih sering berkembang atau dikembangbiakan secara vegetatif melalui akar rimpangnya.

B. Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan cara ekstraksi zat aktif simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Setelah itu, semua pelarut diuapkan dan masa yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa, sehingga memenuhi standar baku yang digunakan (Depkes RI, 1995)

(31)

11 Metode ini merupakan cara dingin, sehingga senyawa kimia yang terdapat

didalamnya tidak mengalami kerusakan (Setiaji, 2009).

Proses ekstraksi yang dilakukan menggunakan larutan methanol teknis yang telah didestilasi, sehingga diperoleh larutan methanol murni. Penggunaan senyawa methanol didasarkan pada sifat senyawa ini yang mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar, semipolar, dan non polar. Selain itu, senyawa methanol dapat menyetabilkan bahan terlarut dan efisien dalam menghasilkan senyawa aktif yang optimal (Harbone, 1987).

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, yaitu merendam tepung daun binahong dalam larutan methanol selama 5 hari dan dilakukan pengadukan setiap harinya. Tujuan pengadukan adalah untuk menghomogenkan larutan selama proses perendaman dan mempercepat kontak antara sampel dan pelarut. Setelah 5 hari dilakukan pengambilan filtrat dan dilakukan pemekatan denganrotary vacuum evaporator. Tujuan pemekatan adalah memekatkan ekstrak dan memisahkan antara pelarut dan senyawa aktif daun binahong. Proses pemekatan menggunakan suhu 500C, sehingga komponen senyawa metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan (Khunaifi, 2010).

(32)

12 oleh pompa vakum mengakibatkan pelarut menguap dari campuran kemudian terkondensasi dan masuk dalam labu penampung.

Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu ekstraksi), perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi (jumlah bahan

pengekstraksi), ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kontak dengan sampel, sehingga titik jenuh larutan akan bertambah. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan

mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50°C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan dengan suhu 40°C dan 60°C (Voight, 1994).

C. Senyawa Aktif Daun Binahong

(33)

13 1. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butnol, aseton, dan lainnya. Flavonoid memiliki cincin benzene dan gugus gula yang reaktif terhadap radikal bebas, serta bertindak sebagai senyawa penangkap radikal bebas (Shabella, 2013). Flavonoid dalam tumbuhan berperan sebagai glikosida dan aglikogen flavonoid. Hasil penelitian Astuti (2012) menyebutkan bahwa bagian daun binahong yang diekstraksi dengan etanol mengandung flavonoid berkisar 20--70 mg/l.

Menurut Astuti (2012), senyawa flavonoid mempunyai aktivitas fitokimia yang berfungsi menghancurkan mikroba, terutama bakteri gram positif. Selain itu, senyawa aktif flavonoid berperan sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti inflamasi, analgesik, dan antioksidan (Shabella, 2013).

2. Saponin

(34)

14 Menurut Astuti (2012), saponin merupakan senyawa bioaktif pada pertumbuhan hewan dan saluran pencernaan. Kandungan saponin dalam daun binahong adalah 28,14 gram per gram daun. Menurut FAO (2005), pemberian maksimal senyawa saponin dalam ransum adalah 3,70 g/kg ransum. Saponin memiliki sifat seperti busa (sabun) yang dapat membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus, sehingga memudahkan penyerapan molekul-molekul besar terserap dalam tubuh dan terjadi peningkatan zat nutrisi yang dideposit dalam tubuh, sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat tubuh (Francis dkk., 2002).

3. Terpenoid atau steroid

Terpenoid atau steroid merupakan senyawa organik yang terbentuk dari isoprena (CH3=C(CH3)-CH=CH2). Terpenoid merupakan komponen dari minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan senyawa folatil yang dihasilkan oleh jaringan tertentu disuatu tanaman.

Fungsi minyak atsiri adalah membantu pencernaan dengan merangsang sistem syaraf eksresi, sehingga mengeluarkan getah lambung yang mengandung enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin yang diekskresikan kedalam lambung dan usus (Habibah dkk., 2012).

(35)

15 4. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder terbesar tumbuhan. Alkaloid mengandung atom nitrogen basa sebagai gabungan dari sistem heterosiklik (Sirait, 2007). Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol dan bersifat optis aktif (Harbone, 1987).

Fungsi senyawa alkaloid adalah menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah mengganggu terbentuknya jembatan seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Robinson, 1995).

D. PerformaBroiler

Menurut North dan Bell (1990),broileradalah galur ayam hasil rekayasa oleh teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar, dan kulit licin. Broiler merupakan ayam ras yang bersifat unggul sesuai dengan pemeliharaannya dan telah mengalami perbaikan mutu genetik (Suprijatna dkk., 2008).

(36)

16 daging, ukuran badan besar dengan bentuk dada yang lebar, adat, dan berisi, serta mempunyai daging yang lunak (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Menurut Unandar (2003), adanya rekayasa genetik menuntut perbaikan dalam aspek-aspek lainnya, termasuk dalam kualitas ransum yang diberikan dan tata laksana

pemeliharaannya.

North dan Bell (1990) berpendapat bahwabroilermerupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan, kecuali iklim alami, berada langsung dibawah kemampuan peternak, terutama dalam hal tata laksana pemeliharaan. Selain itu, faktor lingkungan memberikan peluang yang besar dalam penyempurnaan dan keserasian bagi berkembangnya potensi genetik. Potensi genetik yang dicapai ditampilkan sebagai performa yang meliputi berat badan, pertumbuhan berat badan, konsumsi ransum, konversi ransum, presentase karkas, dan lain-lain (Sudono dkk., 1985).

1. Konsumsi ransum

Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dimakan ayam selama pemeliharaan. Menurut Nova dkk. (2002), konsumsi ransum diukur dalam satu minggu, sedangkan konsumsi ransum menurut standar produksi dihitung per hari, per minggu, atau konsumsi kumulatif setiap kali produksi.

(37)

17 oleh mekanisme lain yang berlangsung terus menerus sampai batas toleransi tembolok. Apabila batas toleransi tercapai, maka konsumsi ransum akan terhenti.

[image:37.595.108.516.347.447.2]

Kebutuhan ransumbroiler per ekor per minggu adalah : minggu I = 170 g; minggu II = 350 g; minggu III = 600 g; minggu IV = 750 g; minggu V = 900 g; dan minggu VI = 1.100 g (Nova dkk., 2002). Menurut North dan Bell (1990), konsumsi ransumbroiler dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Rata-rata konsumsi ransumbroilerdapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata konsumsi ransumbroiler.

Sumber : Zulkarnaen (2013)

Hasil penelitian Andriani (2012) menunjukkan bahwa konsumsi ransumbroiler di kadangsemi closed housedengan kepadatan yang berbeda berkisar 113,94--137,64 g/ekor/hari. Menurut Triyanto (2006), konsumsi ransumbroiler yang dipelihara di kandang panggung dengan ventilasi terbuka sebesar 603,31

g/ekor/minggu, sedangkan pada kandang postal dengan ventilasi terbuka sebesar 630,52 g/ekor/minggu.

Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi ransum adalah bangsa ayam, suhu lingkungan, tahap produksi, dan energi ransum. Selain itu, bentuk ransum, ukuran ransum, penempatan ransum, dan cara pengisian ransum juga berpengaruh

Umur (minggu)

Rata-rata konsumsi

Mingguan Kumulatif

g/ekor/minggu

1 149 149

2 322 171

3 515 986

(38)

18 terhadap konsumsi ransum (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Menurut NRC (1994), faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi ransum adalah bentuk serta kualitas ransum, kecepatan pertumbuhan, kesehatan ternak dan lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi dapat menurunkan konsumsi ransum, sehingga tingkat produksi ternak menurun (Yousef, 1985).

2. Konsumsi air minum

Air merupakan komponen utama protoplasma dan berperan penting dalam metabolism sel. Persentase air dalam tubuh mencapai 70% berat badan, setelah dikurangi lemak tubuh. Keseimbangan air dalam tubuh berkaitan langsung dengan fungsi homoestasis lingkungan, yaitu konsentrasi ion hidrogen,

konsentrasi air dan elektrolit, tekanan osmotik, suhu, dan keseimbangan tubuh lain dalam cairan intestin (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).

Menurut Tilman dkk. (1991), air dalam tubuh ternak berasal dari air minum, air yang terkandung dalam makanan, dan air metabolik. Air yang hilang dalam tubuh ternak disebabkan oleh ekskresi melalui usus dalam bentuk feses, ekskresi ginjal dalam bentuk urin, pernafasan dalam bentuk uap, dan penguapan melalui

permukaan tubuh. Kekurangan air minum padabroiler dapat mengakibatkan perubahan fisiologis dan menurunkan kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1992).

(39)

19 dari pada konsumsi ransum (Wahju, 1992). North dan Bell (1990) berpendapat bahwa konsumsi air minum dipengaruhi oleh suhu lingkungan

[image:39.595.113.511.347.444.2]

Air minum yang diberikan padabroilersecaraad libitum,bebas dari logam berat, kuman, dan memiliki pH netal (6,5--7,2). Konsumsi air minumbroiler sangat bergantung pada suhu lingkungannya. Setiap kenaikan suhu sebesar 100C,broiler akan mengalami peningkatan konsumsi air minum sebanyak 6,50%. Konsumsi air minumbroilerdapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Konsumsi air minumbroiler

Umur (minggu)

Temperatur lingkungan

200C 320C

(l/1.000 ekor/hari)

1 24 40

3 100 190

6 240 500

9 300 600

Sumber : Lesson dan Summer (2005)

Hasil penelitian Andriani (2012) menunjukkan bahwa konsumsi air minum broilerdi kadangsemi closed housedengan kepadatan berbeda berkisar 200,89--218,24 ml/ekor/hari. Menurut Fahmi (2004), konsumsi air minumbroileryang dipelihara di kandang panggung dengan ventilasi terbuka sebesar 1.578,21--1.740,39 ml/ekor/minggu pada suhu ±27,340C.

3. Pertambahan berat tubuh

(40)

20 jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsinya (Wahju, 1992).

Pertumbuhanbroiler dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum. Setelah itu menurun kembali hingga akhirnya terhenti (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Menurut North dan Bell (1990), variasi kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh tipe unggas, jenis kelamin, umur, galur, tata laksana, suhu lingkungan, serta kualitas ransum, sedangkan Jull (1992) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik, pola pemeliharaan, makanan, dan cara pemberiannya serta pengendalian penyakit.

[image:40.595.110.514.526.614.2]

Kecepatan pertumbuhan seekor ternak dapat diketahui dengan cara melakukan perhitungan secara berulang yang dinyatakan dengan pertambahan berat tubuh setiap hari, setiap minggu, atau setiap waktu lainnya (Tillman dkk., 1991). Berikut adalah standar bobot tubuhbroiler setiap minggu.

Tabel 3. Berat tubuhbroiler Umur

(minggu)

Berat tubuh Pertambahan berat tubuh g/ekor/minggu

1 175 135

2 440 265

3 795 355

4 1.250 455

Sumber : Zulkarnaen (2013)

(41)

21 pembagian persentase pemberian ransum siang dan malam di kandang postal berkisar 310,54--376,99 g/ekor/minggu.

4. Konversi ransum

Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum pada minggu ini dengan pertambahan berat tubuh yang dicapai pada kurun wantu tertentu (Nova dkk., 2002). Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran untuk

mengetahui tingkat efisiensi produksi. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Menurut Rasyaf (2011), bila rasio kecil berarti pertambahan berat tubuh memuaskan atau ayam tidak banyak makan. Rasio yang diperoleh dapat

[image:41.595.107.518.540.638.2]

dibandingkan dengan rasio pada standar. Konversi ransumbroilerdapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Konversi ransumbroiler

Umur (minggu) Jantan Betina Jantan dan betina

1 0,80 0,80 0,80

2 1,20 1,22 1,21

3 1,37 1,41 1,39

4 1,70 1,78 1,74

5 1,98 2,08 2,03

6 2,29 2,35 2,32

Sumber : Kartasudjana dan Suprijatna, 2006

(42)

22 tersebut kurang ekonomis. Sebaliknya, jika angka konversi ransum semakin kecil berarti semakin ekonomis (Aksi Agraris Kanisius, 2003). Konversi ransum bernilai 1 artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan ransum sebanyak 1 kg (Rasyaf, 2011).

Menurut Card dan Nesheim (1972), konversi ransum dipengaruhi oleh

pertumbuhan, produksi telur, lingkungan, dan kandungan energi dalam ransum. Menurut Scott dkk. (1982), konsumsi ransum semakin baik dengan semakin tinggginya energi dan protein dalam ransum. Sastradipraja (1987) menambahkan bahwa jenis ternak, jenis kelamin, dan jenis ransum memengaruhi konversi ransum, serta terdapat interaksi didalamnya.

Rata-rata konversi ransumbroileryang dipelihara pada kandangsemi closed housedengan kepadatan yang berbeda adalah 1,97--2,27 (Andriani, 2012). Menurut North dan Bell (1990), konversi ransum kumulatif di akhir minggu ke-4 adalah 1,45 pada rata-rata suhu lingkungan 32,200C.

5. Income Over Feed Cost(IOFC)

(43)

23 Menurut Rasyaf (2011), IOFC adalah hasil perhitungan dengan cara

membandingkan jumlah penerimaan rata-rata dari hasil penjualan ayam dan jumlah biaya pengeluaran untuk ransum. Total biaya yang dikeluarkan untuk ransum adalah berkisar 40--70%. Hal inilah yang menjadi tolak ukur IOFC dengan biaya ransum. Nilai IOFC yang dihasilkan akan memperlihatkan

keterpaduan antara segi teknis dan ekonomis. Hasil perhitungan IOFC berkaitan dengan pegangan produksi dari segi teknis, sehingga dapat diduga tingkat

efisiensi ayam mengubah makanan menjadi daging (Nova dkk., 2002).

Dijelaskan lebih lanjut oleh Nova dkk. (2002) bahwa nilai IOFC dipengaruhi oleh bibit ayam, ransum, dan harga. Biaya ransum memegang peran penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan ayam. Menurut Soewardi (1974), pada prinsipnya pemberian ransum pada ternak harus memperhatikan efisiensi biologis maupun efisiensi ekonomis. Penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisiensi ransum (Yahya, 2003).

(44)

24

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Juni--8 Juli 2014 di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Proses ekstraksi dilakukan di

Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam

Ayam yang digunakan pada penelitian ini adalahbroiler strainMB 202 sebanyak 100 ekor, berasal dari PT.Multi BreederAdirama Indonesia, Tbk yang dipelihara selama 28 hari. Rata-rata bobot tubuh DOC adalah 49,00±2,24 g dengan

(45)

25 2. Ekstrak Daun Binahong

Ekstrak daun binahong diperoleh dengan cara maserasi. Bahan yang digunakan untuk ekstraksi adalah daun binahong, methanol,aquades, dan air. Daun binahong berasal dari Desa Gunung Pasir Jaya, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur.

3. Air Minum

Air minum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari air minum tanpa perlakuan dan larutan ekstak daun binahong. Berikut adalah jadwal pemberian air minum.

Tabel 5. Pemberian air minum penelitian

Hari ke- Jenis air minum

1--14 1.Air minum tanpa perlakuan secaraad libitum 15--28 1.Larutan ekstrak daun binahong sesuai perlakuan

sebanyak 30 ml/ekor/hari*)50 ml/ekor/hari**) 2.Air minum tanpa perlakuan secaraad libitum Keterangan : *)pemberian minggu ke-1 perlakuan

**)pemberian minggu ke-2 perlakuan

4. Ransum

Ransum yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tepung jagung, dedak halus, bungkil kopra, bungkil kedelai, tepung ikan, dan premix. Analisis

(46)
[image:46.595.119.502.126.266.2]

26 Tabel 6. Analisis proksimat dan energi metabolis bahan pakan

Kadar Nutrisi Tepung jagung Dedak halus Bungkil kopra Tepung ikan Bungkil Kedelai

Bahan kering (%) 88,75 91,68 92,11 86,47 88,74

Protein kasar (%) 7,92 8,53 15,53 63,61 42,17

Lemak kasar (%) 7,73 15,86 7,63 5,05 7,63

Serat kasar (%) 1,25 13,55 1,49 1,92 1,92

Abu (%) 1,92 10,78 7,96 16,55 16,55

BETN (%) 82,80 51,00 40,75 9,08 9,08

Energi Metabolis

[image:46.595.121.501.306.435.2]

(kkal/kg) 3.370 2.980 3.394 3.300 2.280

Tabel 7. Formulasi ransum penelitian

Bahan pakan Formulasi I*)(%) Formulasi II**)(%)

Dedak kasar 4,50 6,50

Tepung jagung 54,00 55,00

Bungkil kopra 4,00 27,50

Bungkil kedelai 29,50 5,00

Tepung ikan Premix 7,00 1,00 5,00 1,00

Total 100,00 100,00

Keterangan : *)pemberian ransum umur 1--18 hari **)pemberian ransum umur 19--28 hari Tabel 8. Kandungan nutrisi ransum

Kandungan Nutrisi Formulasi I Formulasi II

Protein kasar(%) 22,15 20,42

Lemak kasar (%) 6,08 6,22

Serat kasar (%) 1,31 1,32

Methionin (%) 0,95 0,85

Ca (%) 1,30 1,13

P (%) 0,68 0,48

Energi Metabolis (kkal/kg) 3.092,26 3.137,90

Tabel 9. Standar kebutuhan nutrisibroiler(Lesson dan Summer, 2005)

Kandungan Nutrisi Umur 1--18 hari Umur 19--28 hari

Protein kasar(%) 22,00 20,00

Methionin (%) 0,22 0,44

Ca (%) 0,95 0,92

P (%) 0,45 0,41

[image:46.595.113.516.487.600.2] [image:46.595.115.510.643.727.2]
(47)

27 5. Vaksin

[image:47.595.114.518.212.328.2]

Vaksin yang diberikan pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 10. Jadwal vaksinasi ayam

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari peralatan untuk ekstraksi daun binahong dan peralatan penelitian di kandang (Tabel 11).

D. Metode Penelitian

1. Rancangan perlakuan

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 5 ekor ayam.

Perlakuan yang diberikan adalah

1. R0 : 0 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh 2. R1 : 100 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh 3. R2 : 150 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh

Vaksin Aplikasi Dosis Umur

Pemberian

Medivac ND® Tetes mata 1 tetes 5 hari

Medivac AI® Injeksi

intramuscular 0,20 cc 5 hari

Medivac Gumboro B® Per oral 1 tetes 11 hari

(48)

28 4. R3 : 200 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh

[image:48.595.132.521.190.746.2]

5. R4 : 250 mg ekstrak daun binahong/kg berat tubuh

Tabel 11. Alat yang digunakan untuk penelitian

No Alat Spesifikasi Penggunaan Jumlah

A. Peralatan ekstraksi daun binahong 1 Timbangan kapasitas 10

kg

Menimbang daun binahong 1 buah 2

Plastik Menyimpan daun binahong yang kering

1 buah

3 Blander Menghaluskan daun binahong 1 buah

4 Oven Mengeringkan daun binahong 1 buah

5 Seperangkat alat destilsi Mendestilasi methanol 1 buah

6 Toples Tempat maserasi 1 buah

7 Pengaduk Mengaduk filtrate 1 buah

8 Vacuum rotary evaporator

Memisahkan filtrate 1 buah

9 Gelas kimia Menyimpan ekstraksi 1 buah

12 Thermohygrometer Mengukur suhu dan kelembapan kandang

1 buah 13 Alat tulis dan kertas Mencatat data yang diperoleh 1 set B. Peralatan penelitian di kandang

1 Bambu Membuat sekat-sekat kandang

-2 Sekam Alas (litter) kandang

-3 Koran Pelapis sekam

-4 Plastik terpal Tirai penutup kandang

-5 Brooder Pemanas areabrooding 1 set

6 Tempat ransum baki (chick feeder tray)

Tempat ransum ayam umur 1--14 hari

4 buah 7 Tempat ransum gantung

(hanging feeder)

Tempat ransum ayam umur 15--28 hari

20 buah 8 Tempat air minum

berbentuk tabung

Tempat air minum 20 buah

9 Timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 10 g

Menimbangday old chick(DOC) dan ransum

1 buah

10 Timbangan elektrik Menimbang ayam 1 buah

11 Thermohygrometer Mengukur suhu dan kelembapan kandang

(49)

29 2. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf 5%. Jika hasil analisis

menunjukkan hasil yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji polinomial ortogonal pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993).

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Tahapan ekstraksi daun binahong

Proses ekstraksi daun binahong menggunakan metode maserasi dengan acuan ekstaksi yang dilakukan oleh Astuti (2012). Tahapan yang dilakukan adalah: 1) memilih bagian daun binahong;

2) mencuci daun binahong, lalu meniriskan sebelum penjemuran;

3) menjemur daun binahong di bawah sinar matahari dengan pelindung plastik; 4) mengoven daun binahong yang sudah layu pada suhu 600C sampai kering; 5) menghaluskan daun binahong sampai menjadi tepung;

6) mendestilasimethanolteknis sampai diperolehmethanolmurni; 7) memasukkan tepung daun binahong ke dalam toples kaca, kemudian

merendam dengan methanol selama 5 hari. Proses ini disebut maserasi; 8) melakukan pengadukan filtrat setiap hari selama maserasi;

9) setelah 5 hari, mengambil filtrat dan memasukkan ke dalamvacuum rotary evaporatorpada suhu 500C;

(50)

30 11) mengamati perubahan warna dan bau ekstak;

12) menyimpan ekstrak di dalam tabung kimia yang berwarna coklat; 13) menghitung nilai rendemen, dengan rumus sebagai berikut.

Rendemen = x 100%

2. Tahapan persiapan kandang

Kandang dibersihkan seminggu sebelum DOC datang (chick in), kemudian didesinfeksi dengan desinfektan. Tahapan yang dilakukan :

1) membuat kandang dari bambu berukuran 1x1x0,5 m untuk kepadatan kandang 5 ekor m-2sebanyak 20 petak;

2) mencuci peralatan kandang (feeder tray, hanging feeder,dan tempat air minum);

3) menyemprot kandang dengan desinfektan;

4) mengapur dinding, tiang, sekat kandang, dan lantai kandang; 5) memasang sekat;

6) menaburi lantai kandang dengan sekam setebal 5--10 cm apabila kapur telah kering.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

DOC yang telah tiba ditimbang untuk mengetahui bobot tubuh awalnya,

kemudian memasukkan ke dalam areabroodingdan memberikan larutan gula 5%. DOC berada dalam areabroodingselama 14 hari. Setelah lepas dari area

(51)

31 Setiap unit percobaan terdiri dari 5 ekor ayam. Semua petak kandang kandang diberi nomor untuk memudahkan pelaksanaan penelitian.

Air minum yang diberikan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Proses pemberian larutan ekstrak daun binahong dengan cara ayam dipuasakan pukul 11.00--13.00 WIB, kemudian diberikan larutan ekstrak daun binahong sesuai perlakuan (Tabel 5) hingga habis. Selanjutnya, ayam diberikan air minum tanpa perlakuan lagi. Pengukuran sisa air minum dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB setiap harinya. Ransum diberikan secaraad libitumdan sisa konsumsinya diukur setiap seminggu sekali.

Pengukuran suhu dan kelembaban kandang sebagai data penunjang dilakukan pada pukul 07.00, 15.00, dan 20.00 WIB. Alat yang digunakan adalah

thermohygometeryang diletakkan diatas sekam.

F. Peubah yang diamati

1. Konsumsi ransum (g/ekor/minggu)

(52)

32 2. Konsumsi air minum (mL/ekor/hari)

Konsumsi air minum diperoleh berdasarkan selisih antara jumlah air yang diberikan dengan sisa air minum (Nova dkk., 2002).

3. Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu)

Pertambahan bobot berat diperoleh setiap pengukuran seminggu sekali

berdasarkan selisih bobot ayam pada hari akhir penimbangan dengan bobot tubuh pada awal penimbangan (Nova dkk., 2002).

4. Konversi ransum

Konversi ransum merupakan pembagian antara konsumsi ransum yang dicapai pada satu minggu dengan pertambahan bobot tubuh pada satu minggu itu pula (Nova dkk., 2002).

5. Income Over Feed cost(IOFC)

NilaiIncome Over Feed cost(IOFC) diperoleh dengan cara membandingkan pendapatan dari penjualan ayam dengan jumlah biaya ransum selama

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian ekstrak daun binahong dalam air minum sampai dosis 250 mg/kg berat tubuh berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum, konsumsi air minum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, danincome over feed cost.

B. Saran

Saran yang dianjurkan penulis berdasarkan penelitian ini adalah

1. perlu diadakannya penelitian lanjutan dengan menggunakan teknik pemberian yang berbeda, seperti dicampurkan dalam ransum atau pemberian dengan cara dicekok; 2. perlu dilakukan penelitian yang sama hingga dosis 250 mg/kg berat tubuh dengan

perlakuan lama penyimpanan dan metode penyimpanan ekstrak daun binahong yang berbeda, seperti disimpan pada suhurefrigeratoratau suhu diatas 250C;

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D. 2012. Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Performans Broiler di Semi Closed House. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-18. Kanisius. Jakarta

Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta

Arifien, M. 2002. Rahasia Sukses Memelihara Ayam Broiler di Daerah Tropis. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Astuti, S.M. 2012. Skrining Fitokimia dan Uji Aktifitas Antibiotika Ekstrak Etanol Daun, Batang, Bunga dan Umbi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis. Artikel Ilmiah. Fakulti Kejuteraan Kimia dan Sumber Asli (Bioproses). Universiti Malaysia Pahang. Malaysia Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ternak.

http://bps.go.id/tab-sub/view.php?kat=3&tabel=&daftar=1&id-subjek=24&notab=12. Diakses 27 Januari 2014

Card, L.E. and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 11th. Ed. Lea and Febriger. Philadelphian. New York

Darsana, I.G.O., I.N.K. Besung, dan H. Mahatmi. 2012. Potensi daun binahong (anredera cordifolia (tenore) steenis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri escherichia coli secara in vitro. Indonesia Medicus Veterinus 1 (3) : 337--351

Depkes RI. 1995. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta

Fahmi, Mgs. 2004. Pengaruh Pembagian Persentase Ransum pada Siang dan Malam Hari terhadap Performans Broiler pada Frekuensi Pemberian Ransum 8 Kali. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung Fathul, F., N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi

(55)

50 Food and Agriculture Organization. 2005. Endogeneous and Exogeneous Feed

toxins. http://fao.or/docrep/article/Agrippa/659_en_10.htm3TopOfPage 2005. Diakses 21 Februari 2014

Francis, G., Z. Keren, H.P.S. Makkar, and K. Backer. 2002. The biological action of saponin in anymal system. A riview. Journal Nutrition British. 88 (6) : 587--605

Habibah, A.S., Abun, dan R. Wiradimadja. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium juringa (Jeck) Pain) dalam Ransum

terhadap Performan Ayam Broiler. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung

Harbone. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan: K. Padmawinata dan I. Sudira. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Jull, M.A. 1992. Poultry Husbandry. 3rdEdition. McGraw Hill Publishing Company. New Delhi

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta

Khunaifi, M. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas. AURA

Printing dan Publishing. Bandar Lampung

Lenny, S. 2006. Senyawa Terpeoida dan Steroida. Karya Ilmiah. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan

Lesson, S. dan J.D. Summer. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rdEdition. University Books. Guelph Ontorio, Canada

Liman dan N. Purwaningsih. 2002. Nutrisi Ternak Dasar. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

(56)

51 Manoi, F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia)(Ten) Steenis) sebagai obat.

Jurnal Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. 15 (1) : 3--6

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Ed. National Academy of Science, Washington, D.C

Nidinilla, N.G. 2014. Uji Aktivitas Etanol 70% Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Jantan Putih yang Diinduksi dengan Kafeina. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Syarif

Hidayatullah. Jakarta

North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Nostrand Rainhold. New York

Nova, K., T. Kurtini, dan Riyanti. 2002. Buku Ajar. Menejemen Usaha Ternak Unggas. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Noorhamdani, .A.S., Sudiarto, dan V. Uxiana. 2010. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai Antimikroba terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Artikel Ilmiah. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang

Paju, N., P.V.Y. Yamlean, dan N. Kojong. Uji efektivitas salep ekstrak daun binahong (anredera cordifolia (ten.) steenis) pada kelinci (oryctolagus cuniculus) yang terinfeksi bakteri staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat 2 (1) : 51--61

Poedjiadi, A. dan F.M.T. Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta

Purbowati, O. 2011. Pengaruh Campuran Ekstrak Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dan Sambiloto (Andrographins paniculata Nees) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Depok

Qisthon, A. dan T. Kurtini. 2007. Ilmu Tingkah Laku Ternak. Buku Ajar. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung Rasyaf. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta Riyanti. 2014. Gambaran darah broiler yang diberi ekstrak daun binahong

(57)

52 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tingkat Tinggi.

Edisi ke-6. Terjemahan: K. Padmawanita. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Salamah, E., E. Ayuningrat, dan S. Purwaningsih. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing taiwan (anadonta woodiana lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11 (2):119--132 Sastradipradja, D. 1987. Bahan Kuliah Ilmu Fisiologi Pertumbuhan. Fakultas

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Scott, M.L., M.C. Neishem, and R.J. Young. 1982. Nutrition the Chicken. M.L. Scott Ass. Ithaca. New York

Setiaji A. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Petroleum Eter, Etil, Asetat dan Etanol, 70% Rhizoma Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 11229 serta Skrining Fitokimianya. Skripsi. Fakultas Farmasi.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indonesia

Shabella, R. 2013. Terapi Daun Binahong. Cetakan 1. Cable Book. Jakarta Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institut Teknologi

Bandung. Bandung

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta Soewardi, B. 1974. Gizi Ruminansia. Departmen Ilmu Makanan Ternak.

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika.

Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Soeharsono. 1976. Respons Broiler terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan. Disertasi. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Bandung Sudono, A, I. Kismono, S.P. Hadjosworo, D.J. Samosir, Abdulgani, K.I.

Sihombing, H.T.D. Simomara, S. Sutardi, T. Sigit, A.N. Amrullah, K.I. Suwoko, I.H.S. Martojo, H. Moesa, S.P. Asanggari. 1985. Kamus Istilah Peternakan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

(58)

53 Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan K. Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta

Triyanto. 2006. Perbandingan Performans Broiler Fase Finisher (15--28 hari) pada Kandang Panggung dan Kandang Litter. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Tillman, A.D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Unandar, T. 2003. Ada Apa dengan Broiler. Makalah yang disampaikan dalam

temu Plasma Pintar. Bandar Lampung

Ukhty, N. 2011. Kandungan Senyawa Fitokimia, Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Lamun (Syringodium isoetifolium). Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendari, N.S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Widodo, W. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Peternakan-Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Wirapati, R.D. 2008. Efektivitas Pemberian Tepung Kencur (Kaempferia galangal Linn) pada Ransum Ayam Broiler Rendah Energi dan Protein terhadap Performan Ayam Broiler, Kadar Kolesterol, Persentase Hati, dan Bursa Fabrisius. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Yahya, A. 2003. Pengaruh Penambahan Saccharomyces cerevisiae dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Yousef, M.K. 1985. Stress Physiologi in Livestock. Vol 1. CRC Press. Boca Raton. Florida

Gambar

Gambar 1.  Tanaman binahong
Tabel 1.  Rata-rata konsumsi ransum broiler.
Tabel 2.  Konsumsi air minum broiler
Tabel 3.  Berat tubuh broiler
+5

Referensi

Dokumen terkait

Examples non Examples Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata pelajaran Biologi Kelas VIII MTs Al-Aziziah Putri Kapek Gunungsari Tahun..

pemberian edukasi menu diet diabetes melalui media poster pada pasien. DM di wilayah kerja Puskesmas I

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN STRUKTUR VEGETASI PADA HABITAT BURUNG CINENEN KELABU Orthotomus ruficeps Lesson.. DI KAMPUS UNIVERSITAS

század utolsó negyedének elején, az 1479 és 1483 közötti időszakban a titeli társaskáptalan létszáma megint jól dokumentálható: ezen öt évben a teljes

Tujuan: Menganalisis pengaruh penambahan kayu manis terhadap pH, tingkat kecerahan (L*), aktivitas antioksidan, gula total dan organoleptik yang meliputi warna,

Sementara sistem antrian jalur tunggal tahapan berganda (single channel multi server) berarti dalam sistem antrian tersebut terdapat lebih dari satu jenis layanan

Dalam proses pengembangan untuk mendapatkan model pembelajaran Problem Solving Berbasis Budaya Melayu yang valid, praktis, dan efektif disusun buku model,

S!&#34;t#are ini memberikan kemudahan bagi pemula yang ingin mempelajari Zahir cc!unting aplikasi s!&#34;t#are% ahkan yang tidak mengerti akuntansi pun dapat menggunakan