RINGKASAN
RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.
Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah satunya bahan tambang yang merupakan aset kekayaan. Namun, problem mengenai sektor keenergian Indonesia sering ditemukan saat ini. Fenomena yang ada yaitu semakin menipisnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi primer. Alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi adalah batubara.
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional. Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total pemakaian energi dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi jumlah batubara yang dapat diekspor sektor pertambangan batubara Indonesia di tahun 2006. Selain itu juga akan menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia sebagai akibat dari adanya kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara tersebut.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Analisis kedua penelitian ini menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk menganalisis efek multiplier dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Alasan pengunaan analisis SNSE ini adalah untuk melihat pengaruh sektor pertambangan khususnya pada batubara terhadap perekonomian Indonesia, serta untuk melihat distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
dilakukan tahun 2006. Sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia juga akan ditopang oleh kegiatan ekspor batubara tahun 2006 ini. Peningkatan nilai ekspor yang disumbangkan sektor pertambangan ini mencapai Rp 235,25 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki peran cukup besar dalam menopang roda perekonomian Indonesia.
Simulasi yang dilakukan pada sektor pertambangan batubara, menunjukkan bahwa kenaikan nilai sektor industri pertambangan batubara telah berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tambah yang terdistribusi pada faktor produksi yang dimiliki perekonomian Indonesia dari kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara mengalami peningkatan sebesar Rp 381,19 milyar atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 0,028 persen. Kapital menyerap manfaat terbesar yaitu 0,036 persen, sementara tenaga kerja terlatih dan manual informal menyerap manfaat yang terkecil sekitar 0,013 persen.
Institusi dalam perekonomian Indonesia juga mengalami peningkatan pendapatan yang terdistribusi sebesar Rp 458,74 milyar sebagai dampak dari kegiatan ekspor batubara atau tumbuh sebesar 0,029 persen. Institusi perusahaan memperoleh manfaat yang tertinggi sebesar 0,033 persen, sedangkan manfaat terendah diperoleh oleh rumah tangga petani kecil hanya 0,022 persen. Kenaikan pendapatan yang diterima institusi ternyata memberikan manfaat yang lebih besar dibanding faktor produksi di Indonesia.
Sektor produksi perekonomian Indonesia secara totalnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,021 persen sebagai dampak dari peningkatan nilai ekspor batubara. Dengan kenaikan pendapatan yang akan terdistribusi pada sektor pertanian sebesar Rp 73,20 milyar atau tumbuh 0,019 persen, sektor industri Rp 409,37 milyar atau tumbuh 0,024 persen, serta sektor jasa sebesar Rp 148,30 milyar atau 0,017 persen. Dengan kata lain peningkatan pendapatan yang terdistribusi dalam sektor produksi secara total mencapai Rp 630,87 milyar.
Peningkatan jumlah ekspor batubara diramalkan meningkat di tahun 2006. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan batubara dalam negeri dengan menjaga volume ekspor batubara, sehingga kebutuhan domestik akan batubara tidak akan mengalami gangguan. Dengan tetap melakukan sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan batubara peringkat rendah, melalui modifikasi dan penganekaragaman pemanfaatan batubara lewat teknologi, sehingga batubara menjadi lebih mudah dalam penggunaannya.
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR BATUBARA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh RAHMAWATI
H14102106
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Rahmawati
Nomor Registrasi Pokok : H14102106
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Djoni Hartono
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmawati dilahirkan di Palembang pada tanggal
16 September 1984. Penulis merupakan anak dari pasangan H. A. Sattar. HY dan
Hj. Rodiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis memulai
pendididikan di TK Chandra Jaya Palembang tahun 1989, lalu melanjutkan
sekolah dasar pada SDN 577 Palembang dan lulus pada tahun 1996, kemudian
melanjutkan ke jenjang SLTP Negeri 9 Palembang dan lulus pada tahun 1999.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ditingkat atas yaitu SMU
Negeri 6 Palembang dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia”.
Sumberdaya batubara yang berlimpah menjadikan Indonesia sebagai
negara pengekspor batubara terbesar ketiga di dunia saat ini, setelah Cina
mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi volume ekspor batubaranya. Sebagian
besar batubara yang dihasilkan Indonesia digunakan unuk memenuhi kebutuhan
ekspor sebesar 67,5 persen sedangkan sisanya 32,5 persen digunakan untuk
pemenuhan konsumsi dalam negeri. Dapat dikatakan bahwa batubara merupakan
salah satu komoditi penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal inilah yang membuat
penulis tertarik meneliti mengenai kegiatan ekspor batubara Indonesia tahun 2006
untuk melihat peranannya bagi perekonomian Indonesia.
Adapun dalam proses penyusunannya, skripsi ini banyak dibantu oleh
berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Dalam hal ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan
wawasannya baik secara teknis maupun teoritis yang sangat berharga bagi
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Sahara, M.Si dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan yang berharga dalam proses penyempurnaan
skripsi ini.
3. Para staf Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, staf Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, staf Dinas Pertambangan dan
Pengembangan Energi Provinsi Sumatera Selatan, staf Badan Pusat
Statistik serta para staf Perpustakaan LSI IPB yang telah membantu
penulis dalam pengambilan data dan informasi yang diperlukan dalam
4. Para staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi serta staf
akademik FEM IPB yang telah membantu penulis selama menyelesaikan
pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis, U’ Iko, K’Anto, K’Uwik,
Ijal, Ulum, K’Budi, U’Indi, dan Abang Andre atas kasih sayang,
perhatian, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya diberikan kepada
penulis.
6. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan 39, Rika,
Erni, Venti, Nitta, Puput, Niar, Hani, Kiki dan Leny yang telah memberi
kenangan indah dalam kebersamaan selama perkuliahan. Teman-teman
satu bimbingan dalam penyelesaian skripsi, Nilam, Venti, dan Lusi. Serta
teman-teman dalam memori di CU, Esti, Mela, Firman, Jaya, dan Anas.
7. Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 4
1.3. Tujuan Penulisan... 6
1.4. Manfaat Penulisan... 6
1.5. Ruang Lingkup... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia... 8
2.1.1. Deskripsi Batubara ... 8
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan ... 9
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia ... 10
2.1.4. Karakteristik Batubara Indonesia... 11
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 12
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara ... 14
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 17
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis... 17
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)... 17
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual... 24
III. METODE PENELITIAN... 26
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.2. Metode Analisis ... 26
3.3.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA) ... 27
3.3.3. Analisis Distribusi Pendapatan ... 33
IV. GAMBARAN UMUM BATUBARA INDONESIA ... 34
4.1. Produksi Batubara Indonesia... 34
4.2. Ekspor Batubara Indonesia ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
5.1. Peramalan Jumlah Batubara Dengan Pemodelan ARIMA ... 38
5.1.1. Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 ... 38
5.2. Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Batubara Terhadap Perekonomian Indonesia ... 46
5.2.1. Simulasi Ekspor Batubara ... 46
5.2.2. Perekonomian Indonesia Dengan Adanya Kenaikan Nilai Ekspor Batubara Nasional Tahun 2006... 48
5.2.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi ... 48
5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi ... 52
5.3.2.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi... 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
RINGKASAN
RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.
Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah satunya bahan tambang yang merupakan aset kekayaan. Namun, problem mengenai sektor keenergian Indonesia sering ditemukan saat ini. Fenomena yang ada yaitu semakin menipisnya cadangan minyak bumi sebagai sumber energi primer. Alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi adalah batubara.
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional. Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total pemakaian energi dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi jumlah batubara yang dapat diekspor sektor pertambangan batubara Indonesia di tahun 2006. Selain itu juga akan menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia sebagai akibat dari adanya kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara tersebut.
Analisis yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Analisis kedua penelitian ini menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk menganalisis efek multiplier dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Alasan pengunaan analisis SNSE ini adalah untuk melihat pengaruh sektor pertambangan khususnya pada batubara terhadap perekonomian Indonesia, serta untuk melihat distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
dilakukan tahun 2006. Sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia juga akan ditopang oleh kegiatan ekspor batubara tahun 2006 ini. Peningkatan nilai ekspor yang disumbangkan sektor pertambangan ini mencapai Rp 235,25 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki peran cukup besar dalam menopang roda perekonomian Indonesia.
Simulasi yang dilakukan pada sektor pertambangan batubara, menunjukkan bahwa kenaikan nilai sektor industri pertambangan batubara telah berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tambah yang terdistribusi pada faktor produksi yang dimiliki perekonomian Indonesia dari kegiatan ekspor sektor pertambangan batubara mengalami peningkatan sebesar Rp 381,19 milyar atau mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 0,028 persen. Kapital menyerap manfaat terbesar yaitu 0,036 persen, sementara tenaga kerja terlatih dan manual informal menyerap manfaat yang terkecil sekitar 0,013 persen.
Institusi dalam perekonomian Indonesia juga mengalami peningkatan pendapatan yang terdistribusi sebesar Rp 458,74 milyar sebagai dampak dari kegiatan ekspor batubara atau tumbuh sebesar 0,029 persen. Institusi perusahaan memperoleh manfaat yang tertinggi sebesar 0,033 persen, sedangkan manfaat terendah diperoleh oleh rumah tangga petani kecil hanya 0,022 persen. Kenaikan pendapatan yang diterima institusi ternyata memberikan manfaat yang lebih besar dibanding faktor produksi di Indonesia.
Sektor produksi perekonomian Indonesia secara totalnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,021 persen sebagai dampak dari peningkatan nilai ekspor batubara. Dengan kenaikan pendapatan yang akan terdistribusi pada sektor pertanian sebesar Rp 73,20 milyar atau tumbuh 0,019 persen, sektor industri Rp 409,37 milyar atau tumbuh 0,024 persen, serta sektor jasa sebesar Rp 148,30 milyar atau 0,017 persen. Dengan kata lain peningkatan pendapatan yang terdistribusi dalam sektor produksi secara total mencapai Rp 630,87 milyar.
Peningkatan jumlah ekspor batubara diramalkan meningkat di tahun 2006. Pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan batubara dalam negeri dengan menjaga volume ekspor batubara, sehingga kebutuhan domestik akan batubara tidak akan mengalami gangguan. Dengan tetap melakukan sosialisasi lebih luas mengenai pemanfaatan batubara peringkat rendah, melalui modifikasi dan penganekaragaman pemanfaatan batubara lewat teknologi, sehingga batubara menjadi lebih mudah dalam penggunaannya.
ANALISIS PERAMALAN EKSPOR BATUBARA DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh RAHMAWATI
H14102106
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Rahmawati
Nomor Registrasi Pokok : H14102106
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dr. Djoni Hartono
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Rahmawati
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rahmawati dilahirkan di Palembang pada tanggal
16 September 1984. Penulis merupakan anak dari pasangan H. A. Sattar. HY dan
Hj. Rodiah. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis memulai
pendididikan di TK Chandra Jaya Palembang tahun 1989, lalu melanjutkan
sekolah dasar pada SDN 577 Palembang dan lulus pada tahun 1996, kemudian
melanjutkan ke jenjang SLTP Negeri 9 Palembang dan lulus pada tahun 1999.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ditingkat atas yaitu SMU
Negeri 6 Palembang dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia”.
Sumberdaya batubara yang berlimpah menjadikan Indonesia sebagai
negara pengekspor batubara terbesar ketiga di dunia saat ini, setelah Cina
mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi volume ekspor batubaranya. Sebagian
besar batubara yang dihasilkan Indonesia digunakan unuk memenuhi kebutuhan
ekspor sebesar 67,5 persen sedangkan sisanya 32,5 persen digunakan untuk
pemenuhan konsumsi dalam negeri. Dapat dikatakan bahwa batubara merupakan
salah satu komoditi penyumbang devisa bagi Indonesia. Hal inilah yang membuat
penulis tertarik meneliti mengenai kegiatan ekspor batubara Indonesia tahun 2006
untuk melihat peranannya bagi perekonomian Indonesia.
Adapun dalam proses penyusunannya, skripsi ini banyak dibantu oleh
berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Dalam hal ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Djoni Hartono yang telah memberikan bimbingan dan
wawasannya baik secara teknis maupun teoritis yang sangat berharga bagi
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Sahara, M.Si dan Ibu Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan yang berharga dalam proses penyempurnaan
skripsi ini.
3. Para staf Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, staf Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, staf Dinas Pertambangan dan
Pengembangan Energi Provinsi Sumatera Selatan, staf Badan Pusat
Statistik serta para staf Perpustakaan LSI IPB yang telah membantu
penulis dalam pengambilan data dan informasi yang diperlukan dalam
4. Para staf pengajar dan staf akademik Departemen Ilmu Ekonomi serta staf
akademik FEM IPB yang telah membantu penulis selama menyelesaikan
pendidikan di Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.
5. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis, U’ Iko, K’Anto, K’Uwik,
Ijal, Ulum, K’Budi, U’Indi, dan Abang Andre atas kasih sayang,
perhatian, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya diberikan kepada
penulis.
6. Teman-teman penulis di Departemen Ilmu Ekonomi Angkatan 39, Rika,
Erni, Venti, Nitta, Puput, Niar, Hani, Kiki dan Leny yang telah memberi
kenangan indah dalam kebersamaan selama perkuliahan. Teman-teman
satu bimbingan dalam penyelesaian skripsi, Nilam, Venti, dan Lusi. Serta
teman-teman dalam memori di CU, Esti, Mela, Firman, Jaya, dan Anas.
7. Terakhir, kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 4
1.3. Tujuan Penulisan... 6
1.4. Manfaat Penulisan... 6
1.5. Ruang Lingkup... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia... 8
2.1.1. Deskripsi Batubara ... 8
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan ... 9
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia ... 10
2.1.4. Karakteristik Batubara Indonesia... 11
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 12
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara ... 14
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu... 17
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis... 17
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)... 17
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)... 19
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual... 24
III. METODE PENELITIAN... 26
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 26
3.2. Metode Analisis ... 26
3.3.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA) ... 27
3.3.3. Analisis Distribusi Pendapatan ... 33
IV. GAMBARAN UMUM BATUBARA INDONESIA ... 34
4.1. Produksi Batubara Indonesia... 34
4.2. Ekspor Batubara Indonesia ... 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 38
5.1. Peramalan Jumlah Batubara Dengan Pemodelan ARIMA ... 38
5.1.1. Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 ... 38
5.2. Analisis Simulasi Kenaikan Ekspor Batubara Terhadap Perekonomian Indonesia ... 46
5.2.1. Simulasi Ekspor Batubara ... 46
5.2.2. Perekonomian Indonesia Dengan Adanya Kenaikan Nilai Ekspor Batubara Nasional Tahun 2006... 48
5.2.2.1. Perubahan Nilai Tambah Faktor Produksi ... 48
5.2.2.2. Perubahan Pendapatan Institusi ... 52
5.3.2.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi... 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1991-1997 ... 1
1.2. Penggunaan Batubara di Dalam Negeri Tahun 1998-2004... 2
2.1. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia sampai Tahun 2003 .... 11
2.2. Jumlah Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia ... 13
2.3. Kerangka Dasar SNSE ... 21
4.1. Ekspor Batubara Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 1992-2004 ... 36
5.1. Hasil Uji Stasioneritas Dengan ADF test... 39
5.2. Hasil Estimasi Model ARIMA (1,0,1) Data Ekspor ... 41
5.3. Nilai Ramalan Ekspor Batubara Tahun 2006... 44
5.4. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Nilai Tambah Faktor Produksi di Indonesia ... 49
5.5. Pengaruh Peningkatan Nilai Ekspor Batubara Nasional Terhadap Pendapatan Institusi di Indonesia... 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Kurva Penetapan Ekspor ... 15
2.2. Kurva Pengeluaran Agregat dan Pendapatan Nasional... 16
2.3. Transaksi Antar Blok dalam SNSE... 23
2.4. Kerangka Pemikiran... 25
4.1. Produksi Batubara Indonesia Tahun 1997-2003 ... 34
4.2. Produksi, Domestik, dan Ekspor Batubara Tahun 1990-2005... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Triwulanan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1990-2005... 67
2. Uji Stasioneritas Dengan ADF test ... 69
3. Plot Autocorrelation dan Partial Autocorrelation Data Ekspor Batubara Pada Level ... 70
4. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,0)... 71
5. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,1)... 72
6. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,2)... 73
7. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,3)... 74
8. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,4)... 75
9. Hasil Pengujian Model ARIMA (1,0,5)... 76
10. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,1)... 77
11. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,2)... 78
12. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,3)... 79
13. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,4)... 80
14. Hasil Pengujian Model ARIMA (0,0,5)... 81
15. Keluaran Hasil Ramalan Ekspor Model ARIMA (1,0,1)... 82
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah mendasar sering ditemukan dalam sektor keenergian Indonesia
saat ini. Kenaikan harga minyak di pasar internasional ditambah lagi semakin
menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia merupakan fenomena yang tidak
asing lagi di dengar. Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi ketergantungan
pasokan energi dalam negeri terhadap minyak bumi dengan solusi mulai
mengaktifkan peran sumberdaya energi non minyak yang dimiliki Indonesia.
Salah satu alternatif yang diharapkan mampu menggantikan peran strategis dari
minyak bumi dalam menyuplai kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara.
Tabel 1.1. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1991-1997
Tahun Volume (ton) Perubahan (%) Nilai (ribu US$) Perubahan (%)
1991 7.606.224,00 - 363,838 -
1992 15.811.421,00 107,9 600,042 64,9
1993 18.716.963,00 18,4 642,067 7,0
1994 25.363.975,00 35,5 819,040 27,6
1995 31.570.500,00 24,5 1.033,045 26,1
1996 31.955.094,00 1,2 1.120,829 8,5
1997 42.134.231,00 31,9 1.485,158 32,5
Sumber : BPS, 1998 (diolah)
Kenyataan yang ada juga bahwa sumber energi alternatif batubara selama
ini merupakan salah satu produk unggulan ekspor Indonesia, yang mana
peranannya terhadap devisa negara cukup besar. Devisa yang dihasilkan dari
ekspor batubara ini telah meningkat pesat dari sekitar US$ 363,8 ribu pada tahun
1991 menjadi sekitar US$ 600,0 ribu pada tahun 1992. Kemudian pada tahun
meningkat menjadi US$ 1.120,8 ribu dan terakhir tahun 1997 nilainya mencapai
US$ 1.485,2 ribu. Lebih jelasnya devisa dari ekspor batubara Indonesia tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.1 mengenai perkembangan ekspor batubara tahun 1991
sampai 1997.
Sementara itu penggunaan batubara untuk konsumsi domestik sendiri
dirasakan masih sangat minim, bila dibandingkan dengan kegiatan ekspor. Hal
tersebut dilihat dari penggunaan yang terbatas hanya pada industri-industri
tertentu saja, sementara di kalangan rumah tangga penggunaan energi batubara
belum terlalu diminati, seperti terlihat pada Tabel 1.2 penggunaan batubara di
dalam negeri tahun 1998 sampai 2004. Sehingga tidak terciptanya keseimbangan
antara konsumsi dalam negeri dan luar negeri batubara, mengingat sumberdaya
akan bahan tambang ini amatlah besar. Pasar ekspor menjadi tujuan utama para
pelaku industri pertambangan batubara saat ini dibanding pasar domestik.
Tabel 1.2. Penggunaan Batubara di Dalam Negeri Tahun 1998-2004
Penggunaan
(ribu ton) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
PLTU
Batubara 10.622,93 13.594,44 13.718,29 19.517,37 20.046,54 22.995,61 22.882,19 Industri
Semen 1.265,12 2.032, 4 2.228,58 4.388,13 4.891,19 4.773,62 5.549,31
Industri
Metalurgi 144,91 922,69 30,893 220,67 208,72 201,91 119,18
Industri
Kertas Pulp 702,88 829,09 780,68 822,82 499,59 1.704,50 1.160,91
Briket 29,96 38,30 36,80 31,27 24,71 24,98 17,96
Lain-lain 2.600,55 2.573,35 5.545,61 2.407,67 3.586,26 957,32 6.347,71
Total 15.366,35 19.990,21 22.340,84 27.387,92 29.257,00 30.657,94 36.077,26
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2006 (diolah)
Menurut Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara (2005),
sumberdaya batubara Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan,
dalam pengembangan energi di Indonesia dikarenakan dasar pemikiran berikut
yaitu pertama, makin menipisnya cadangan minyak bumi. Kedua, perkembangan
teknologi yang memungkinkan batubara diubah menjadi bahan bakar minyak
(BBM) sintetis dan gas bakar atau menjadi bahan baku industri. Ketiga, batubara
dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat meningkat konsumsinya
yang sangat berpotensi merusak ekologi hutan.
Potensi batubara yang besar tersebut sebenarnya dihadapkan pada suatu
dilema yang kompleks. Di satu sisi, idealnya dengan cadangan yang signifikan
tersebut, batubara dapat menjadi sumber energi yang dapat memenuhi
keterbatasan penyediaan energi di beberapa sektor terutama dalam negeri. Namun,
kondisi ini juga dihadapkan pada realitas kecenderungan trend permintaan sumber
energi batubara yang fluktuatif dan masih sulit untuk dipredikasi.
Menurut Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, dalam periode
tahun 1997 sampai 1998 saja, ekspor batubara Indonesia tumbuh sekitar 14 persen
dari 41.727,34 ribu ton pada tahun 1997 menjadi 47.615,82 ribu ton pada tahun
1998. Padahal sebagaimana diketahui pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi
di kawasan Asia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa batubara Indonesia cukup
diminati pasar dunia. Pasar ekspor batubara Indonesia tidak terlalu mengalami
gangguan pada saat terjadi krisis ekonomi. Juga membuktikan bahwa batubara
Indonesia tetap menjadi pilihan dunia walau dalam keadaan krisis ekonomi,
terlihat dengan jumlah negara-negara pengimpor batubara Indonesia yang terus
1.2. Permasalahan
Kelesuan yang terjadi pada investasi kegiatan pertambangan belakangan
ini akan berakibat menurunnya pengembangan tambang batubara baru selama
beberapa tahun ke depan. Sehingga produksi batubara akan mengalami penurunan
dan tentunya juga mengurangi jumlah batubara yang dapat di ekspor nantinya.
Dengan kata lain, peranan sektor pertambangan batubara dalam memberikan
devisa bagi negara akan berkurang.
Sistem penambangan selama ini belum memiliki acuan tingkat produksi
batubara yang terperinci dan terprogram, dalam menopang roda perekonomian
Indonesia. Padahal perangkat ini sangat diperlukan sebagai manajemen
pengendalian produksi batubara, sehingga pengurasan cadangan batubara dan
kelesuan produksi tidak akan terjadi.
Permintaan batubara untuk konsumsi dalam negeri masih terbilang cukup
rendah dibanding proporsi kebutuhan ekspor batubara nasional (Ikatan Ahli
Geologi Indonesia, 2004). Terlihat dari penggunaan batubara yang masih belum
tersosialisasikan dengan baik di kalangan masyarakat dan kecenderungan
penggunaan energi minyak yang masih cukup tinggi sekitar 56,8 persen, bila
dibandingkan dengan kontribusi batubara yang hanya 13 persen dari total
pemakaian energi dalam negeri.
Selain itu juga diakibatkan oleh harga batubara dalam negeri yang amat
rendah dibanding dengan luar negeri. Sehingga mendesak pelaku tambang
menjual batubara lebih banyak untuk kebutuhan luar negeri melalui kegiatan
Analisis yang dibuat oleh Pusat Data dan Informasi Energi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (2005) menunjukkan bahwa pertumbuhan
energi Indonesia pada kurun waktu tahun 2000 sampai 2005 mencapai 5 sampai 6
persen dan pada tahun 2005 sampai 2010 diprediksikan mencapai level 6 sampai 7
persen. Sehingga untuk memenuhi pertumbuhan energi tersebut maka
diproyeksikan konsumsi batubara untuk keperluan domestik akan meningkat
sekitar 47 juta ton pada tahun 2010 atau tumbuh sebesar 9 persen (2,9 juta ton per
tahun).
Apabila pertumbuhan energi tinggi otomatis konsumsi batubara yang
diproyeksikan juga akan ikut terangkat naik. Hal yang menjadi masalahnya adalah
mampukah para pelaku pertambangan memenuhi permintaan atas naiknya
konsumsi batubara dalam sektor energi domestik, sekaligus memenuhi permintaan
pasar dunia akan batubara. Disinilah fungsi pemerintah menjadi sangat sentral
dalam mengelola dan mengatur batubara secara lebih terencana dan terprogram.
Sehingga batubara dapat sepenuhnya menjadi pengganti minyak bumi sebagai
komoditi penyuplai energi bagi kebutuhan domestik maupun ekspor.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mencari
pemecahan dari rumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006?
2. Bagaimana distribusi nilai tambah dan pendapatan pada faktor produksi,
institusi, dan sektor produksi pada perekonomian Indonesia karena adanya
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun penelitian yang dilakukan ini adalah bertujuan untuk:
1. Memprediksi jumlah ekspor batubara Indonesia di tahun 2006.
2. Menganalisis distribusi nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh faktor
produksi, institusi dan sektor produksi perekonomian Indonesia dari ekspor
batubara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
1. Bagi penulis, memberi pengalaman dan pengetahuan serta sebagai suatu media
proses pembelajaran dalam melakukan suatu penelitian.
2. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan landasan dalam perumusan rancangan
kebijakan batubara nasional dalam pemenuhan energi dalam negeri dan ekspor
yang berkelanjutan menuju pertumbuhan ekonomi nasional dan penciptaan
lapangan kerja.
3. Bagi masyarakat, sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan dalam
memahami gambaran pertumbuhan sektor keenergian batubara yang terjadi di
Indonesia saat ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan
memajukan kesejahteraan.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan ini mengenai sektor pertambangan
triwulanan ekspor batubara dari tahun 1990 sampai tahun 2005. Analisis yang
digunakan adalah pertama, analisis time series dengan metode Autoregressive
Integrated Moving Average (ARIMA) untuk meramal jumlah ekspor batubara
Indonesia di tahun 2006. Kedua, menggunakan analisis pada Tabel Sistem Neraca
Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia tahun 2000 untuk melihat distribusi
pendapatan perekonomian Indonesia baik pada faktor produksi, institusi maupun
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Sumberdaya Batubara Indonesia 2.1.1. Deskripsi Batubara
Batubara adalah salah satu jenis bahan galian tambang yang digunakan
sebagai bahan bakar. Pada zaman revolusi industri, batubara mencapai puncak
keemasan karena sebagian besar industri yang ada di Inggris dan daratan Eropa
saat itu menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Tapi semakin majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya manusia mengeksploitasi minyak
bumi sebagai sumber energi baru, maka setahap demi setahap minyak bumi
menggeser kedudukan batubara sebagai bahan bakar (Sunaryo dan Hariyadi,
1986).
Menurut Capricorn Indonesia Consult (1998), mengartikan batubara
sebagai bahan hidrokarbon berbentuk padat yang pada saat ini masih digunakan
sebagai bahan bakar. Bahan ini terbentuk dari zat-zat organik yang berasal dari
berbagai macam tumbuh-tumbuhan atau pepohonan yang kemudian membusuk
membentuk lapisan-lapisan tebal kemudian tertimbun di bawah endapan-endapan
yang berasal dari laut maupun daratan. Selanjutnya akibat dari pengaruh panas
bumi serta tekanan tinggi yang disebabkan oleh gerakan bumi selama ini, maka
dalam jangka waktu berjuta-juta tahun lapisan tersebut akhirnya memadat dan
berubah menjadi arang yang kemudian disebut batubara.
Batubara merupakan sumber energi primer yang paling banyak dimiliki
Indonesia dibanding minyak bumi dan gas alam dengan potensi sebesar 57,8
Indonesia relatif kecil hanya mencapai 3 persen dari total cadangan batubara
dunia. Cadangan terbesar dunia berada di Amerika Utara sebesar 24,3 persen,
Rusia sebesar 23,4 persen, dan Cina sekitar 11 persen (Direktorat Pengusahaan
Mineral dan Batubara, 2004).
Pada saat ini batubara merupakan bahan bakar pengganti minyak bumi
atau sebagai energi alternatif, namun batubara itu sendiri telah ditambang dan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar oleh manusia sebelum minyak bumi diolah
secara komersil. Di Indonesia penambangan batubara mulai dilaksanakan pada
awal abad ke-20. Pada waktu itu kereta api dan kapal laut menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Tahun 1940 produksi batubara Indonesia mencapai
puncaknya dengan total produksi sekitar 2 juta ton yang diperoleh dari Tambang
Batubara Bukit Asam sebesar 800 ribu ton, Ombilin 600 ribu ton, Parapatan 300
ribu ton, dan Kalimantan Timur 300 ribu ton.
2.1.2. Undang-Undang Pertambangan
Kebijakan pemerintah untuk mensosialisasikan penggunaan batubara
sebagai sumberdaya energi alternatif, dalam rangka diversifikasi sektor energi
Indonesia telah dimulai sejak awal tahun 1980-an. Melalui Keputusan Presiden
(Keppres) No 1/1976 maka dibangunlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
batubara yang pertama yaitu PLTU Suralaya di Jawa Barat dengan berdaya 4 x
400 MW pada tahun 1984, yang menggunakan bahan bakar primer batubara.
1987. Tahun 1993-an beroperasi pula PLTU Paiton 1 dan 2 dengan kapasitas
masing-masing 400 MW.
Investasi penanaman modal asing (PMA) mulai mendapat perhatian
pemerintah untuk dapat berperan dalam pertambangan batubara nasional setelah
dikeluarkannya undang-undang (UU) No.1/1967 tentang Penanaman Modal
Asing, UU No. 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dan
Keppres No. 49/1981 tentang Kontrak Kerjasama Batubara. Kebijakan pemerintah
sendiri untuk kembali menggunakan batubara dikarenakan desakan semakin
meningkatnya rata-rata konsumsi BBM yang telah mencapai 8-9 persen per tahun.
Ini berarti konsumsinya akan meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun dan cadangan
minyak bumi Indonesia akan terkuras (Direktorat Pengusahaan Mineral dan
Batubara, 2003).
2.1.3. Deposit Batubara di Indonesia
Penyebaran batubara di Indonesia diketahui cukup luas, namun untuk
mengetahui dengan pasti deposit batubara pada saat ini masih sulit. Berdasarkan
laporan hasil penelitian direktorat inventarisasi mineral dan batubara sampai tahun
2003, sumberdaya batubara Indonesia total berjumlah 57,87 milyar ton. Dimana
cadangan pasti yang dapat ditambang sebesar 6,98 milyar ton.
Sumberdaya dan cadangan batubara tersebut sebagian besar terletak di
pulau Sumatera dan Kalimantan dan hanya kurang dari 1 persen yang tersebar di
pulau-pulau besar lain di Indonesia. Cadangan batubara terbesar terletak di
sebesar 2,4 milyar ton, provinsi Kalimantan Selatan 1,8 milyar ton. Sedangkan
daerah lainnya hanya memiliki cadangan sebesar 129 juta ton.
Tabel 2.1. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia sampai Tahun 2003
Sumberdaya (juta ton) Provinsi
Terukur Terunjuk Tereka Hipotetik Total Cadangan
Banten 0,00 0,00 13,75 0,00 13,75 0,00
Sumatera Barat 181,24 42,72 475,94 19,19 719,09 36,07
Bengkulu 62,18 7,95 113,09 15,15 198,37 21,12
Jambi 94,22 36,32 1.462,03 .0,00 1.592,57 9,00
Sumatera Selatan 1.970,75 19.946,48 323,17 0,00 22.240,40 2.653,98
Lampung 0,00 0,00 106,95 0,00 106,95 0,00
Kalimantan Barat 1,48 1,32 482,60 42,12 527,52 0,00
Kalimantan
Tengah 194,02 5,08 1.200,11 0,00 1.399,21 48,59
Kalimantan
Selatan 3.109,21 155,08 5.410,27 0,00 8.674,56 1.787,32
Kalimantan Timur 6.385,13 325,21 12.401,11 456,34 19.567,79 2.410,33
Sulawesi Selatan 21,20 0,00 110,81 0,00 132,01 0,06
Sulawesi 0,00 0,00 1,98 0,00 1,98 0,00
Papua 0,00 0,00 138,30 0,00 138,30 0,00
Total 12.466,42 20.533,56 24.314,96 532,80 57.847,74 6.981,62
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2005
2.1.4. Krakteristik Batubara Indonesia
Mutu batubara Indonesia bervariasi namun sebagian besar terdiri dari
batubara peringkat rendah atau lignit yaitu sebesar 58,7 persen, sub-bituminous
sebesar 26,6 persen, bituminous sebesar 14,3 persen dan sebagian kecil batubara
antrasit yaitu sebesar 0,4 persen. Untuk mengetahui mutu batubara yang baik ada
Menurut jenisnya batubara Indonesia terbagi menjadi empat jenis yaitu
batubara antrasit, bituminous atau sub-bituminous, batubara lignit dan batubara
briket. Batubara antrasit memiliki nilai kalori tinggi yaitu 7000-8000 kkal per kg
dan kadar air (H2O) 1-3 persen. Batubara bituminous juga memiliki nilai kalori
7000-8000 kkal per kg dan kadar air 5-10 persen. Batubara sub-bituminous
memiliki kadar air 10-25 persen dengan nilai kalori 5000-6500 kkal per kg.
Sedangkan batubara peringkat rendah itu sendiri (lignit) dicirikan dengan
tingginya kadar air total (30-45 persen) dan juga rendahnya nilai kalor (<5000
kkal per kg).
Batubara yang dimiliki Indonesia tergolong bersih dan kandungan
pencemarannya kecil. Kandungan pencemar yang paling memprihatinkan yaitu
sulfur, karena jika dibakar sulfur akan mengeluarkan gas SOx yang akan terbang
ke udara dan bereaksi dengan uap air di atmosfir dan turun menjadi hujan asam
yang sangat membahayakan kehidupan di bumi. Namun, batubara yang dimiliki
Indonesia komponen sulfurnya rendah yaitu berada di bawah 1 persen dan
sebagian besar dibawah 0,5 persen sehingga tidak membahayakan bagi kehidupan.
2.1.5. Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia
Produksi batubara Indonesia saat ini dilakukan oleh tiga kelompok
produsen utama yaitu Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA),
pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan
pemegang Kuasa Penambangan (KP) termasuk Koperasi Unit Desa (KUD).
Selatan dan Sumatera Barat. PKP2B diperuntukkan bagi penanam modal dalam
negeri (PMDN) dan penanam modal asing (PMA), luas areal yang diminta dapat
mencapai 100 ribu Ha. Sedangkan KP diperuntukkan bagi perorangan atau Badan
Usaha, luas izin maksimal 12.500 Ha untuk badan hukum dan 2.500 Ha untuk
perseorangan.
Tabel 2.2. Jumlah Pelaku Pertambangan Batubara Indonesia
Tingkat Kegiatan Pelaku
Produksi Konstruksi Eksplorasi Keterangan
PTBA 1
Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, 2003
Sementara itu terdapat dua cara yang lazim digunakan dalam
penambangan batubara yaitu (Capricorn Indonesia Consult, 1998):
1. Penambangan terbuka (open cast strip atau open pit mining)
Cara ini dapat dilaksanakan secara ekonomis apabila perbandingan tebal
batuan penutup dengan tebal lapisan batubara tidak terlalu besar misalnya 5 : 1
atau 6 : 1. Pekerjaan utama dalam penambangan batubara terbuka pada
dasarnya terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan, pengangkutan dan
penumpukan atau pembuangan.
2. Penambangan bawah tanah (tambang dalam atau underground mining)
a) Room dan pillar, dengan cara ini nilai biayanya cukup murah hanya
dengan mengambil 50 persen - 65 persen dari jumlah lapisan batubara,
sedang sisanya ditinggalkan untuk pillar penyangga.
b) Longwall caving menghasilkan rendemen yang tinggi, tetapi dapat
membuat permukaan tanah menjadi amblas.
c) Cut and fill, dengan cara ini dapat menghasilkan rendemen tinggi, tetapi
operasinya cukup merepotkan dan memerlukan banyak air untuk
menyalurkan pasir atau tanah guna mengisi rongga-rongga bekas
penggalian.
2.2. Perdagangan Luar Negeri Melalui Ekspor Batubara
Lipsey, et al. (1995) negara mengekspor produk-produk yang harga
dunianya lebih besar daripada harga yang berlaku di dalam negeri, dengan asumsi
tidak ada perdagangan luar negeri. Jika harga dunia batubara lebih tinggi, maka
harga aktual batubara dalam negeri akan lebih besar dari harga tanpa
perdagangan. Sehingga akan terjadi kelebihan penawaran batubara dibanding
permintaan batubara di dalam negeri, akibatnya surplus produksi akan dieskpor
untuk dijual ke luar negeri.
Ekspor terjadi jika ada kelebihan penawaran domestik pada tingkat harga
dunia. Kurva permintaan dan penawaran domestik adalah D dan S, harga
domestik tanpa adanya perdagangan luar negeri adalah Pd dengan kuantitas yang
diproduksi dan dikonsumsi dalam negeri adalah sebesar Qd. Harga dunia sebesar
adalah jumlah yang diminta sementara Q2 adalah kuantitas yang ditawarkan
domestik. Perbedaan antara kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan akan
menciptakan kelebihan penawaran sebesar Q2-Q1 yang kemudian diekspor ke
pasar dunia melalui perdagangan luar negeri.
Q1 Qd Q2
Pd
Pw
Harga
Kuantitas
D S Ekspor
Sumber : Lipsey, et al., 1995
Gambar 2.1. Kurva Penetapan Ekspor
Lipsey, et al. (1995) komponen pendapatan nasional dari sisi pengeluaran
terdiri dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih.
Sementara itu apabila dilihat dari sisi penerimaan, pendapatan nasional adalah
jumlah berbagai pendapatan faktor yang dihasilkan pada proses memproduksi
keluaran akhir ditambah pajak tak langsung neto subsidi ditambah penyusutan.
Kondisi keseimbangan tercipta apabila penerimaan sama dengan pengeluaran.
Seperti dirumuskan menurut perhitungan berikut:
Y = AE = C + I + G + NX (2.1)
dimana:
Y : Pendapatan nasional
C : Konsumsi
I : Investasi
NX : Ekspor bersih
AE = Y
AE1
AE0
AE2
Y Y2 Y0 Y1
Pendapatan Nasional Pengeluaran Agregat
AE
e1
e0
e2
Sumber : Lipsey, et al., 1995
Gambar 2.2. Kurva Pengeluaran Agregat dan Pendapatan Nasional
Jika kuantitas ekspor batubara meningkat maka kurva AE akan bergeser ke
atas menjadi AE1, yang meningkatkan pengeluaran agregat dengan jumlah yang
sama pada setiap tingkat pendapatan nasional. Sehingga peningkatan ekspor
menyebabkan AE meningkat dari AE0 menjadi AE1, dengan pengeluaran yang
diinginkan akan meningkat dari e0 menjadi e1. Sementara itu pendapatan nasional
juga akan mengalami peningkatan yang sama dengan peningkatan pengeluaran
yaitu meningkat dari Y0 menjadi Y1.
Sebaliknya jika terjadi penurunan kuantitas ekspor batubara, maka kurva
AE0 akan bergeser ke bawah menjadi AE2. Akibatnya, terjadi penurunan
juga akan mengalami penurunan dari Y0 menjadi Y2. Sehingga penurunan ekspor
batubara akan menurunkan pendapatan nasional.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Widy Indrayanto (2003) dengan judul
Pendugaan Volume Ekspor Ban (Studi Perbandingan Beberapa Metode Deret
Waktu). Salah satu metode deret waktu yang digunakan dalam penelitian adalah
ARIMA. Berdasarkan hasil yang didapatkan, keakuratan model dan
penggunaanya. Metode ARIMA merupakan metode terbaik untuk menduga model
data asli volume ekspor ban PT. Goodyear Indonesia Tbk dibanding metode deret
waktu lainnya.
Muliawarman (2004), prospek pasar batubara di mancanegara
diperkirakan cukup cerah. Permintaan batubara yang cukup besar itu merupakan
tantangan untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi bagi produsen. Konsumen
utama batubara diperkirakan tetap pada negara-negara di kawasan Eropa meski
volume permintaannya pada tahun 2004 hanya sekitar 130 juta ton. Selain Eropa
yang akan mengkonsumsi batubara cukup besar adalah negara Jepang.
2.4. Kerangka Pemikiran Teoritis
2.4.1. Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
Hanke, et al. (2003) autoregressive integrated moving average (ARIMA)
atau model gabungan autoregresi AR(p) dengan rata-rata bergerak MA(q) adalah
stasioner. Metode ARIMA sangat bermanfaat untuk peramalan jangka pendek dan
biasa diterapkan dalam pemodelan dan peramalan deret waktu, seperti peramalan
atas ekspor batubara nasional tahun 2006 dalam penelitian ini.
Dalam peramalannya, ARIMA menggunakan informasi dari seriesnya
sendiri, karena tidak mengikutsertakan variabel bebas dalam pembentukan
modelnya. Peramalan model auto-regresif (AR) didasarkan pada fungsi dari nilai
pengamatan masa lalu dalam jumlah terbatas. Sedangkan, peramalan model
rata-rata bergerak (MA) berdasarkan kombinasi linier galat masa lalu dalam jumlah
terbatas pula.
Syarat penting agar suatu data dapat dimodelkan pada metode runtun
waktu ARIMA adalah kestasioneran data. Kestasioneran diperlukan untuk
mempermudah dalam identifikasi dan penarikan kesimpulan. Data runtun waktu
dikatakan stasioner jika data menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke
waktu. Data yang tidak stasioner pada nilai tengah dapat diatasi dengan
melakukan pembedaan atau diferensiasi derajat d pertama atau kedua. Sesuai
dengan pada diferensiasi derajat berapa data tersebut mencapai kestasioneran.
Sedangkan data yang tidak stasioner pada varian diatasi dengan melakukan
transformasi.
Untuk memprediksi jumlah ekspor batubara selain metode ARIMA, masih
banyak metode-metode lain yang dapat digunakan seperti regresi berganda,
dekomposisi dan rata-rata bergerak ganda. Namun, untuk menggunakan metode
regresi berganda cukup sulit karena memerlukan ketersediaan jenis data dalam
melibatkan komponen trend dan variasi musiman. Meskipun komponen siklus dan
keacakan dapat diidentifikasi dan dapat mempengaruhi masa yang akan datang,
namun pengaruhnya tidak tentu dan sulit digunakan dalam peramalan.
2.4.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) a. Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Social Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi
(SNSE) merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matriks yang
merangkum berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi
sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu
negara dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada waktu
tertentu (BPS, 1998). Analisis SNSE pertama kali dirintis oleh Richard Stone dan
kawan-kawannya dari Cambridge University of England, karya tersebut kemudian
dipublikasikan oleh United Nation tahun 1953.
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia merupakan salah satu
perangkat data ekonomi makro, yang dapat mengukur masalah pemerataan
pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. SNSE
dirancang untuk dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang berbagai
hubungan yang penting antara struktur produksi, input faktor produksi yang
sebagian besar dimiliki oleh rumah tangga, alokasi (distribusi dan redistribusi)
pendapatan faktor produksi, komposisi permintaan atas barang dan jasa untuk
Kerangka SNSE dapat dipahami sebagai suatu sistem data analisis dengan
cara mempelajari hubungan timbal balik antara struktur produksi, distribusi
pendapatan (value added) yang diakibatkan karena adanya kegiatan produksi,
redistribusi pendapatan, konsumsi, tabungan serta investasi. Hubungan-hubungan
ini dapat digambarkan sebagai arus yang berputar (circular flow) melalui
transaksi-transaksi yang terjadi.
Dalam BPS (2000) SNSE harus memuat dua hal pokok yaitu:
1. Sebagai suatu kerangka dasar analisis yang bersifat modular, yang mampu
menjelaskan hubungan variabel-variabel di dalam maupun antar berbagai
subsistem yang saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Suatu sistem klasifikasi yang konsisten dan terinci serta ditunjang oleh data
sosial ekonomi yang lengkap.
b. Kerangka SNSE
Perangkat SNSE disajikan dalam bentuk matriks yang merangkum neraca
sosial dan ekonomi secara menyeluruh. Setiap neraca dalam SNSE disusun dalam
bentuk baris dan kolom. Pada tiap neraca lajur ke samping (vektor baris)
menunjukkan struktur transaksi penerimaan sedangkan neraca lajur ke bawah
(vektor kolom) merinci transaksi pengeluaran. Pertemuan antara sisi baris dengan
sisi kolom tiap satu sel blok neraca menjelaskan bahwa penerimaan di satu sisi
merupakan pengeluaran di sisi yang lain atau sebaliknya.
Struktur neraca penerimaan dan pengeluaran dikelompokkan menjadi dua
kelompok berdasar fungsinya masing-masing yaitu kelompok neraca endogen dan
blok neraca yaitu blok neraca-neraca faktor produksi, blok neraca-neraca institusi
dan blok neraca-neraca kegiatan produksi Empat neraca utama yang terdapat
dalam kerangka SNSE terdiri dari neraca faktor produksi, neraca institusi, neraca
kegiatan (sektor) produksi dan neraca lainnya. Susunan SNSE secara sederhana
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kerangka Dasar SNSE
Pengeluaran
Sumber : Thorbecke dalam Prihawantoro, 2001
Untuk setiap lajur baris, kolom lima merupakan penjumlahan dari kolom
1, 2, 3 dan 4. Begitu juga pada setiap lajur kolom, baris lima merupakan
penjumlahan dari baris 1, 2, 3 dan 4. Dalam kerangka SNSE, penerimaan harus
Matriks yang menyusun Tabel 2.3 yang memuat kerangka SNSE terdiri dari
matriks T yang merupakan matriks transaksi antar blok dalam neraca endogen.
Matriks Xi merupakan matriks yang mengindikasikan penerimaan neraca endogen
yang diperoleh dari neraca eksogen. Matriks Li menunjukkan pengeluaran neraca
endogen untuk neraca eksogen. Matriks Y merupakan pendapatan total dari neraca
endogen sedangkan matriks Y´ menunjukkan pengeluaran total dari neraca
endogen.
Distribusi pendapatan neraca endogen pada Tabel SNSE dapat dirinci
sebagai berikut :
(1) Jumlah pendapatan faktor produksi : Y1 = T13 + X1 (2.2)
(2) Jumlah pendapatan institusi : Y2 = T21 + T22 + X2 (2.3)
(3) Jumlah pendapatan kegiatan produksi : Y3 = T32 + T33 + X3 (2.4)
Sedangkan distribusi pengeluaran dari neraca endogen tabel SNSE dapat dirinci
menjadi :
(4) Jumlah pengeluaran faktor produksi : Y1´ = T21 + L1 (2.5)
(5) Jumlah pengeluaran institusi : Y2´ = T22 + T32 + L2 (2.6)
(6) Jumlah pengeluaran kegiatan produksi : Y3´ = T13 + T33 + L3 (2.7)
Matriks transaksi antar blok di dalam neraca endogen yaitu matriks T dapat ditulis
sebagai berikut :
Dilihat per lajur baris, pada baris pertama matriks T13 menunjukkan
kedua, T21 menunjukkan penerimaan institusi berasal dari faktor produksi dan T22
menunjukkan penerimaan institusi berasal dari institusi itu sendiri atau transfer
antar institusi. Pada baris ketiga, T32 menunjukkan penerimaan kegiatan produksi
yang diperoleh dari institusi atau konsumsi barang dan jasa oleh institusi dan T33
menunjukkan penerimaan kegiatan produksi berasal dari kegiatan produksi itu
sendiri atau transaksi barang dan jasa antar sektor produksi.
Dilihat per lajur kolom, pada kolom pertama matriks T21 menunjukkan
pengeluaran faktor produksi untuk institusi. Pada kolom kedua, T22 menunjukkan
pengeluaran institusi yang diberikan untuk institusi itu sendiri dan T32
menunjukkan pengeluaran institusi untuk membiayai kegiatan produksi. Pada
kolom ketiga, T13 menunjukkan pengeluaran kegiatan produksi untuk faktor
produksi dan T33 menunjukkan pengeluaran kegiatan produksi untuk membiayai
kegiatan produksi itu sendiri. Hubungan transaksi antar blok dalam Tabel SNSE
dapat dilihat pada Gambar 2.3 (tanda panah dalam gambar menunjukkan aliran
uang).
Sumber : Thorbecke dalam Prihawantoro, 2001
2.5. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pembangunan sektor pertambangan khususnya sumberdaya batubara
nasional pada dasarnya merupakan upaya pemerintah untuk mendayagunakan
sumberdaya batubara secara besar-besaran. Dalam rangka penyediaan energi
nasional dan sumber perolehan devisa optimal melalui peningkatan ekspor tanpa
mengenyampingkan pelestarian fungsi serta keseimbangan lingkungan hidup,
pembangunan yang berkelanjutan , kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat
lokal serta penataan ruang.
Untuk mewujudkan dan menjamin terciptanya suatu pembangunan yang
berkelanjutan maka dalam eksploitasi dan pemanfaatannya, batubara nasional
diharapkan dapat memberikan nilai tambah yang setinggi-tingginya baik sebagai
penyumbang devisa negara maupun bagi kemakmuran rakyat. Mengingat
kandungan sumberdaya batubara yang dimiliki Indonesia cukup berlimpah.
Penelitian ini akan memprediksi jumlah ekspor batubara Indonesia pada
tahun 2006 dengan menggunakan metode runtun waktu ARIMA. Berdasarkan
hasil peramalan tersebut, dan dengan menggunakan metode SNSE maka dampak
dari kegiatan konsumsi batubara oleh pasar dunia (ekspor) terhadap perekonomian
Indonesia akan dilihat melalui analisis distribusi pendapatan pada faktor produksi,
Komoditi Domestik dan Ekspor
Pertambangan Batubara Nasional
Peramalan Jumlah Ekspor Batubara Tahun 2006 (ARIMA)
Simulasi Ekspor Batubara Indonesia Tahun 2006
Tabel (SNSE) Indonesia Tahun 2000
Analisis Distribusi Pendapatan Indonesia Tahun 2006
Perekonomian Indonesia
Faktor Produksi
Institusi Sumberdaya Batubara
Indonesia 57.87 MT
Injeksi Devisa Negara
Alokasi Nilai Tambah dan Pendapatan (berupa upah, gaji, dan nilai tambah
sebagai balas jasa) Sektor Produksi
Keterangan : - - - Ruang lingkup penelitian ( ) Metode Analisis
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini data yang digunakan sebagai bahan analisis adalah data
sekunder yaitu data triwulanan ekspor batubara nasional dari tahun 1990 sampai
2005 serta Tabel SNSE Indonesia tahun 2000, yang disagregasi menjadi 52 sektor
sehingga memungkinkan sektor pertambangan batubara dapat dianalisis. Data
tersebut diantaranya diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktorat Pengusahaan
Mineral dan Batubara (DPMB) serta berbagai instansi terkait lainnya.
3.2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada
penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu pertama, metodologi Box-Jenkins
(ARIMA) yang mana digunakan pada tahap pertama penelitian dengan tujuan
untuk meramalkan jumlah ekspor batubara Indonesia pada tahun 2006. Metode
deret waktu ARIMA ini dipilih dalam peramalan dikarenakan memiliki nilai
error yang paling kecil bila dibandingkan dengan metode deret waktu lainnya,
seperti rata-rata bergerak ganda dan dekomposisi. Analisis kedua penelitian ini
menggunakan pendekatan model analisis SNSE dengan tujuan untuk
menganalisis efek pengganda dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Perubahan
jumlah ekspor batubara akan menyebabkan perubahan pada pendapatan nasional,
3.2.1. Metodologi Box-Jenkins (ARIMA)
Model gabungan autoregresi dengan rata-rata bergerak menghasilkan suatu
model yang dinamakan model autoregressive integrated moving average
(ARIMA). Model auto-regresif merupakan model yang mengekspresikan suatu
fungsi nilai terdahulu dari deret waktu, sehingga peramalannya bergantung pada
fungsi dari nilai pengamatan periode waktu sebelumnya dalam jumlah terbatas.
Berbeda dengan model rata-rata bergerak dimana peramalannya berdasarkan
kombinasi linier galat (error) masa lalu dalam jumlah yang terbatas pula (Hanke,
et al. 2003).
Gabungan dari model auto-regresif dinotasikan dengan AR(p) dan model
rata-rata bergerak dinotasikan dengan MA(q), akan membentuk model ARIMA
(p,d,q), dimana p adalah ordo dari auto-regresif, d ordo dari integrasi dan q ordo
dari moving average. Bentuk dasar dari model ARIMA adalah sebagai berikut:
Model AR(p)
Yt = α0 + α1 Yt-1 + α2 Yt-2 + α3 Yt-3 + …… + αp Yt-p + et (3.1)
Model MA(q)
Yt = β0 - β1 et-1 - β 2 et-2 - β3 et-3 - …… - βq et-q + et (3.2)
Model ARMA (p,q)
Yt = γ 0 + α1 Yt-1 + α2 Yt-2 + α3 Yt-3 + …… +αp Yt-p - β 1 et-1 - β2 et-2 - β 3 et-3
- …… - βq et-q + et (3.3)
dimana :
Yt = nilai peubah tak bebas pada waktu t ( nilai ramalan ekspor batubara tahun
α = koefisien atau parameter dari model AR
et = sisaan waktu ke t
β = koefisien atau parameter dari model MA
Untuk membentuk model dari ARIMA diperlukan rangkaian
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi Model
Dilakukan dengan menentukan kestasioneran data. Deret waktu non-stasioner
terindikasi apabila deret muncul dengan pertumbuhan atau penurunan
sepanjang waktu dan autokorelasi sampel tidak dapat menghilang dengan
cepat. Deret non-stasioner dapat dikonversikan menjadi deret stasioner melalui
proses differencing, yaitu dengan mengganti deret asli menjadi deret selisih.
Untuk menguji kestasioneran data dapat dilihat dari uji Augmented Dicky
Fuller (ADF) test.
2. Estimasi Parameter Model
Setelah melalui proses identifikasi model melalui ADF test, dilakukan estimasi
parameter model dengan menguji beberapa nilai berbeda untuk mencari nilai
yang meminimisasi jumlah kuadrat error. Namun, sebelum model diestimasi
maka ditentukan terlebih dahulu ordo maksimum dari AR(p) dan MA(q)
dengan melihat PACF untuk ordo AR dan ACF untuk ordo MA. Ordo dari
integrasi (d) juga harus ditentukan.
3. Pengujian Parameter Model
Sebelum menggunakan model untuk peramalan, model hendaknya diperiksa
model-model yang telah diestimasi pada tahap sebelumnya, sesuai dengan
kombinasi model ARIMA.
Terdiri dari dua pengujian parameter model yaitu :
a) Pengujian masing-masing parameter model secara parsial.
b) Pengujian model secara keseluruhan.
4. Pemilihan Model Terbaik
Untuk menentukan model yang terbaik dapat dilakukan dengan menggunakan
a) Dengan melihat model yang diestimasi semuanya memiliki koefisien
yang signifikan secara statistik.
b) Memastikan bahwa model tersebut memiliki error yang random.
c) Standard Error of Regression (S) yang paling kecil dibandingkan
kombinasi model-model lainnya.
Apabila suatu model memenuhi ketiga kriteria tersebut maka model tersebut
dapat diasumsikan sebagai model yang terbaik.
5. Peramalan (forecasting)
Proses peramalan dilakukan setelah diperoleh satu model terbaik yang
memenuhi ketiga kriteria untuk menjadi model terbaik
Keunggulan pendekatan ARIMA pada analisis deret waktu adalah
merupakan alat yang sangat kuat dalam menyediakan ramalan jangka pendek.
Model ARIMA agak fleksibel dan dapat mewakili rentang yang lebar dari
karakteristik deret waktu yang terjadi dalam prakteknya. Prosedur formal
pengujian kesesuaian model telah tersedia dan juga interval ramalan dan prediksi
Namun, selain memiliki keunggulan metode ARIMA juga memiliki
keterbatasan dalam penggunaannya. Adapun beberapa kekurangan yang dimiliki
oleh model ARIMA antara lain:
1. Diperlukan data dalam jumlah yang besar. Untuk data non musiman
dibutuhkan sekitar 40 atau lebih pengamatan. Sementara untuk data musiman
diperlukan sekitar enam atau sepuluh tahun data, tergantung dari panjangnya
periode musim untuk membentuk model ARIMA.
2. Tidak terdapat cara yang mudah untuk memperbaharui model ARIMA begitu
data baru tersedia. Model harus secara berkala disesuaikan kembali secara
menyeluruh, dan kadang-kadang model baru harus dikembangkan.
3. Pembentukan model ARIMA yang memuaskan memerlukan investasi waktu
dan sumber daya lain yang besar.
3.2.2. Analisis Efek Pengganda Neraca
Analisis efek pengganda merupakan salah satu model analisis yang
menjelaskan dampak yang ditimbulkan oleh variabel eksogen terhadap variabel
endogen. Dalam hal ini akan dilihat pengaruh ekspor batubara Indonesia terhadap
faktor produksi, institusi, dan sektor produksi di Indonesia.
Perhitungan kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure
propensity) yang besarannnya dapat dicari dari kerangka SNSE berfungsi sebagai
penyusun matriks analisis efek pengganda. Dengan membagi masing-masing
isian sel dalam matriks T dengan jumlah kolomnya, yang dirumuskan sebagai
Aij = Tij Y´j-1 (3.4)
dimana:
Aij = kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure
propensity) baris ke-i kolom ke-j
Tij = neraca baris ke-i kolom ke-j
Y´j-1 = total kolom ke-j
dengan demikian kerangka SNSE dapat dituliskan dalam bentuk matriks sebagai
berikut :
dengan Xi merupakan vektor dari matriks Xuntuk masing-masing i = 1, 2, 3, 4.
Dikarenakan Aij merupakan suatu matriks dengan unsur-unsur konstan,
maka matriks diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
⎥
sehingga persamaan matriks diatas dapat ditulis dalam notasi sebagai berikut :