• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE DISCOVERY-INQUIRY"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE

DISCOVERY-INQUIRY

Oleh

Hanny Kruisdiarti

Pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa dan tidak lagi menempatkan guru sebagai sumber belajar. Sehingga, perlu implementasi berbagai inovasi

(2)

Hanny Kruisdiarti sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas VIIID sebagai kelompok eksperimen 2. Desain penelitian menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil belajar

menggunakan skor gain ternormalisasi, sedangkan data keterampilan berpikir kritis dianalisis menggukan persentase perolehan nilai. Pada pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test. Berdasarkan hasil tes, nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas siklus belajar empiris induktif

sebesar 66,26 dan pada kelas modified free discovery-inquiry sebesar 75,35. Untuk hasil belajar, kelas siklus belajar empiris induktif memperoleh rata-rata N-gain hasil belajar sebesar 0,67 dan kelas modified free discovery-inquiry

memperoleh rata-rata N-Gain hasil belajar sebesar 0,76. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar pada kelas modified free discovery-inquiry lebih tinggi dibandingkan dengan kelas siklus belajar empiris induktif.

Kata kunci : keterampilan berpikir kritis, hasil belajar, model siklus belajar empiris induktif, dan pembelajaran modified free discovery-inquiry

(3)

PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN

SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE

DISCOVERY-INQUIRY

Oleh

Hanny Kruisdiarti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PERBANDINGAN KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DENGAN PEMBELAJARAN MODIFIED FREE

DISCOVERY-INQUIRY Nama Mahasiswa : Hanny Kruisdiarti Nomor Pokok Mahasiswa : 0913022048 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc Dr. Undang Rosidin, M.Pd NIP 19580603 198303 1 002 NIP 19600301 198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. ...

Sekretaris : Dr. Undang Rosidin, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Agus Suyatna, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Hanny Kruisdiarti NPM : 0913022048 Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Jln. Pajajaran Gg. Belia 30A Jagabaya II Bandarlampung

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013 Yang Menyatakan,

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jalan Jenderal Sudirman Gg. Rahayu, Kotabumi, Lampung Utara pada Tanggal 02 Agustus 1991. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Parwoto dan Ibu Mursujiati.

Pendidikan yang penulis tempuh berawal dari Taman Kanak-kanak Xaverius Kotabumi diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar di SD Xaverius Kotabumi diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 23 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Al Azhar 3 Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

(8)

MOTTO

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman : 3)

(9)

PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini

sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

1. Mama dan Papa tercinta yang telah membesarkan, mendidik, selalu mendoakan dan memberikan yang terbaik untuk menuju keberhasilanku.

2. Mas Eko Putranto dan Mbak Adriyani Meilani, Mbak Mutiarini dan Mas Hadi Prayitno serta adikku tersayang Muhammad Ridho atas motivasi, doa dan semangatnya.

3. Teman-teman Pendidikan Fisika Angkatan 2009 Kelas B.

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus Pembahas atas saran dan kritik yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritiknya selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.

7. Bapak Drs. Bahrunsyah, M.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 3 Bandarlampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

8. Ibu Hj. Darmi Betty, S.Pd selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Sahabat terbaik ‘Cawan’, Merta Dhewakusuma, Putri Deryati, Rina Kurnia Dewi, Galuh Utami, Citra Mutiara, Febrianti Manullang, dan Pramita Sylvia Dewi atas motivasi dan semangat yang diberikan.

10.Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Desma, Vera, Dita, Anggit Chibi, Sofyan-bintang 4, Kadek, Soirwan, dan Ria.

11.Seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 atas kerja sama dan kekompakannya.

12.Kakak tingkat angkatan 2008, 2007, dan 2006 atas bimbingannya serta adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, dan 2012.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, April 2013 Penulis,

(12)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Model Siklus Belajar Empiris Induktif ... 6

2. Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry ... 10

3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

4. Hasil Belajar ... 14

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis ... 18

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 19

B. Sampel Penelitian ... 19

C. Desain Penelitian ... 19

D. Variabel Penelitian ... 20

(13)

xiv

F. Analisis Instrumen ... 20

G. Teknik Pengumpulan Data ... 23

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 23

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

6 Rubrik Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis ... 100

7 Rubrik Penilaian Hasil Belajar ... 101

8 Lembar Pretest dan Posttest ... 102

9 Lembar Kerja Kelompok ... 107

10 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 134

11 Data Hasil Uji Coba Soal ... 144

12 Hasil Uji Validitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 146

13 Hasil Uji Validitas Soal Hasil Belajar ... 147

14 Hasil Uji Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 148

15 Hasil Uji Reliabilitas Soal Hasil Belajar ... 149

16 Analisis KBK Kelas Siklus Belajar Empiris Induktif ... 150

17 Analisis KBK Kelas Modified Free Discovery-Inquiry ... 151

(14)

xv

19 Analisis Hasil Belajar Kelas Modified Free Discovery-Inquiry ... 153

20 Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 154

21 Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar ... 155

22 Hasil Uji Independent Sample T Test pada KBK siswa ... 156

(15)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tahapan Siklus Belajar Empiris Induktif ... 8

2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Modified Free Discovery-Inquiry ... 12

3.1. Indeks Reliabilitas ... 23

4.1 Hasil Uji Validitas Soal ... 41

4.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 41

4.3 Perolehan Skor KBK Siswa ... 43

4.4 Hasil Uji Normalitas Skor KBK ... 43

4.5 Hasil Uji Perbedaan KBK Siswa ... 44

4.6 Perolehan Skor Hasil Belajar Siswa ... 45

4.7 Hasil Uji Normalitas Rata-Rata Hasil Belajar ... 45

(16)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram Kerangka Pemikiran ... 18

3.1 Desain Eksperimen One-Group Pretest-Posttest ... 20

4.1 Grafik Nilai Rata-Rata KBK per kelas eksperimen ... 48

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Bandarlampung masih belum menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru berperan sebagai sumber belajar sekaligus pusat dari keseluruhan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Bandarlampung, diketahui bahwa semua guru IPA di sekolah tersebut berlatar belakang pendidikan biologi. Guru merasa agak kesulitan ketika mengajarkan materi di luar bidang mereka khususnya fisika. Pada penerapannya guru cenderung melakukan pembelajaran langsung untuk materi fisika atau bahkan melewatkan beberapa materi yang kurang dipahami. Idealnya, pembelajaran fisika disampaikan secara utuh untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Salah satu kecakapan yang penting untuk dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir kritis. Kecakapan-kecakapan seperti kemampuan mendefinisikan masalah, kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, kemampuan mengenali asumsi-asumsi, kemampuan merumuskan hipotesis, dan kemampuan menarik kesimpulan merupakan bagian dari keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat membantu siswa

(18)

2 kemampuan analisis yang baik untuk memahami secara mendalam konsep dan aplikasi konsep yang disampaikan guru.

Pada usaha penyusunan kegiatan pembelajaran, sebaiknya merancang

pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai pusat belajar dan guru berperan hanya sebagai fasilitator. Untuk membentuk kondisi kelas yang

membangkitkan motivasi belajar siswa, menyenangkan dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa sehingga meningkatkan pencapaian hasil belajar, dapat digunakan beberapa inovasi pembelajaran yang telah ada. Model yang dapat digunakan adalah model yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran siklus belajar empiris induktif (SBEI) merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berlandaskan paradigma konstruktivistik. Proses mengajar menjadi kegiatan untuk membangun pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Pada model ini, siswa melalui tiga fase pembelajaran, seperti eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. SBEI dilakukan melalui tahapan-tahapan observasi atau pengamatan langsung secara sistematis. Sehingga, keterampilan berpikir kritis dapat terasah dan diharapkan dapat membangkitkan hasil belajar siswa.

(19)

3 bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali keterampilan berpikir kritis yang diharapkan dapat memengaruhi hasil belajar siswa.

Bedasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

Fisika antara Model Siklus Belajar Empiris Induktif dengan Pembelajaran Modified Free Discovery Inquiry”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(1) Adakah perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI?

(2) Adakah perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

(1) perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI

(20)

4 D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut : (1) Dapat dijadikan referensi bagi guru untuk memvariasikan penyajian

materi guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar fisika siswa.

(2) Dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan hasil belajar.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Model SBEI. Model ini adalah proses pembelajaran secara sistematis melalui tahapan-tahapan berdasarkan obervasi atau pengamatan langsung dengan fase pembelajaran (a) eksplorasi, (b) pengenalan konsep, dan (c) aplikasi konsep

(2) Model pembelajaran MFDI. Model ini diartikan sebagai pembelajaran yang menuntut siswa untuk menjawab suatu permasalahan melalui pengamatan ataupun eksperimen atas inisiatif sendiri, dengan sintaks pembelajarannya antara lain, (a) perumusan masalah, (b) perumusan hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengolahan data, (e) penyajian kesimpulan, dan (f) pembuatan laporan

(21)

5 (4) Hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif. Hasil belajar ini didefinisikan

sebagai representasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan (5) Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 3 Bandarlampung

tahun ajaran 2012/2013

(6) Materi yang dibelajarkan dalam penelitian ini adalah materi pokok Gaya (7) Penelitian ini membandingkan antara model SBEI dengan pembelajaran

(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretis

1. Model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

SBEI merupakan salah satu dari tiga macam model siklus belajar. Adapun model siklus belajar termasuk ke dalam pendekatan konstruktivistik karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pemahamannya.

Menurut Lawson dalam Adnyana (2011:1) mengemukakan macam-macam siklus belajar ditinjau dari segi penalarannya sebagai berikut :

a. Siklus belajar deskriptif menghendaki pola-pola deskriptif, seperti seriasi, klasifikasi, dan konservasi.

b. Siklus belajar hipotesis-deduktif menghendaki pola-pola tingkat tinggi, seperti mengendalikan variabel, penalaran korelasional, dan penalaran hipotetis-deduktif.

c. Siklus belajar empiris-induktif bersifat intermediet, yakni penggabungan antara pola-pola deskriptif dan tingkat tinggi.

SBEI diartikan sebagai proses pembelajaran secara sistematis melalui tahapan-tahapan berdasarkan obervasi atau pengamatan langsung. Siswa dituntut dapat menjelaskan fenomena dan mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan bimbingan dari guru sebagai fasilitator. Observasi yang dilakukan melalui beberapa fase, antara lain fase eksplorasi, fase

(23)

7 1. Fase Eksplorasi

Pada fase eksplorasi, siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan

reaksi-reaksi mereka sendiri dalam situasi baru. Dalam fase ini, mereka sering kali

mengeksplorasi fenomena baru dengan tuntunan minimal. Fenoma baru ini

harus memunculkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleksan yang tidak

dapat dipecahkan dengan konsepsi mereka yang ada atau pola-pola berpikir

yang sudah biasa.

Adnyana (2011: 1) berpendapat mengenai fase eksplorasi dalam SBEI,

sebagai berikut :

Serangkaian kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa pada fase eksplorasi, seperti: melakukan pengamatan (observasi), membaca uraian, membaca dan menganalisa artikel, membaca tabel dan berdiskusi.

Berdasarkan pendapat Adnyana, pengamatan (observasi) pada tahap

eksplorasi mengharapkan siswa agar mampu menetapkan

hubungan-hubungan, mengamati pola, dan bertanya tentang suatu peristiwa. Adapun

diskusi dilakukan agar dapat terlihat pengetahuan yang dimiliki siswa

apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian

benar. Guru sebagai fasilitator siap membantu siswa dalam usaha

mengumpulkan fakta-fakta.

2. Fase Pengenalan Konsep

Pada tahap ini siswa memperoleh istilah-istilah dari konsep yang dipelajari.

Menurut Yasin (2009), “fase ini dimulai oleh guru dengan pengenalan istilah

baru yang digunakan untuk menamakan pola yang ditemukan selama

eksplorasi”. Pada tahap ini siswa diberi paparan untuk memperkenalkan

(24)

8 mendapatkan penjelasan tentang konsep yang ditemukan dan memperoleh

informasi yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari dengan

kehidupan sehari-hari. Uraian pengayaan diarahkan untuk menyamakan

presepsi, definisi atau hubungan antarkonsep.

3. Fase Aplikasi Konsep

Pada fase ini, menurut Yasin (2009) siswa diberi kesempatan untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru serta memahami

hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep-konsep lain. Siswa

diberi kegiatan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang telah

dipelajari. Kegiatan yang dilakukan bisa dengan mengaitkan konsep yang

diperoleh dengan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Secara lebih lanjut tahapan pembelajaran dengan model SBEI dijabarkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan SBEI

Indikator

Tahapan Eksplorasi Pengenalan

Konsep Cara yang dapat

(25)

9 konsep baru dan berdiskusi dalam

(Samsudin, 2012: 27)

Pengamatan-pengamatan yang dilakukan pada SBEI bersifat deskriptif dan ada usaha untuk melahirkan jawaban atau dugaan sementara untuk menjelaskan hasil pengamatannya. Dengan kata lain, pembelajaran ini mengemukakan sebab dan menguji sebab itu, sehingga disebut empiris induktif.

Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan pada model SBEI. Yasin (2007) mengemukakan beberapa keunggulan model SBEI, antara lain :

1) Bagi Siswa

(a) Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga lebih terkondisi

(b) Siswa dapat mengeksplorasi pengetahuannya selama pembelajaran

(c) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat (d) Pemahaman konsep siswa akan lebih baik dengan

melalui percobaan

(e) Siswa mendapatkan pengalaman belajar 2) Bagi Guru

(a) Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran (b) Untuk mengenalkan konsep baru, guru hanya

(26)

10 (c) Memudahkan pengkonstruksian suatu konsep sehingga

terjadi asimilasi berdasarkan percobaan

(d) Selama proses pembelajaran terjadi dialog interaktif sehingga semua siswa terlibat langsung dan aktif Beberapa keunggulan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, siswa cenderung dapat mengeksplorasi pengetahuan, memahami konsep lebih baik, dan memperoleh pengalaman belajar. Sedangkan manfaat lain, guru cenderung berfungsi sebagai fasilitator, pengkonstruksian konsep lebih mudah, dan terjadi dialog interaktif di kelas.

2. Pembelajaran Modified Free Discovery Inquiry (MFDI)

Pembelajaran inkuiri terdiri dari tiga jenis model pembelajaran yaitu, inkuiri terbimbing, inkuiri bebas dan inkuiri bebas termodifikasi. Dimana inkuiri bebas termodifikasi merupakan gabungan dari inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Al-Hafizh (2012: 1) mengemukakan bahwa :

Model pembelajaran Inquiry (inkuiri) ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model pembelajaran Inquiry (inkuiri) sebelumnya, yaitu: model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri bebas. Meskipun begitu

permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada.

(27)

11 Model pembelajaran discovery-inquiry bebas termodifikasi

merupakan suatu kegiatan discovery-inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus di dorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan.

Dalam pembelajaran ini, guru berperan sebagai pendorong, narasumber, dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk bereksperimen dan berdiskusi menjawab permasalahan yang diberikan.

Sintaks pembelajaran MFDI secara umum menurut Hermawan (2009: 1) yaitu:

(1)Perumusan masalah (2)Merumuskan hipotesis

(3)Pengumpulan data eksperimen (4)Mengolah data eksperimen (5)Membuat kesimpulan

(6)Mengkomunikasikan dalam bentuk laporan

(28)

12 Dalam inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan

memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran MFDI lebih khusus dijelaskan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran MFDI

No Langkah Pokok Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Perumusan masalah -Menjelaskan metode inquiri

-Menyajikan situasi problematika dengann pertanyaan, mengajukan persoalan

- Mendengarkan dan mengikuti prosedur

-Membimbing dan memacu siswa dalam merumuskan hipotesa -Menjelaskan tujuan dari

kegiatan yang akan dilaksanakan

- Merumuskan hipotesa

- Siswa menuliskan tujuan dari

eksperimen yang akan dilakukan

3. Pengumpulan data eksperimen

-Memberi alat dan bahan -Memberi pengarahan

berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan suatu problem

-Meminta siswa membuat langkah-langkah eksperimen sendiri/mencari pada sumber bacaan sendiri -Meminta siswa untuk

- Mengambil data dan memeriksanya - Mencari dasar teori

pada buku sumber - Membuat langkah- langkah/prosedur eksperrimen - Melakukan

kegiatan sesuai prosedur yang telah dibuat sendiri - Merangkai alat

sendiri

(29)

13 melakukan eksperimen

sendiri

-Sebagai teman siswa sebagai narasumber

4. Mengolah data eksperimen

-Mengawali proses pengolahan data

-Menjawab kemungkinan ada pertanyaan dari siswa

- Mengolah data hasil eksperimen - Berdiskusi

5. Membuat kesimpulan

-Sebagai pengamat - Membuat kesimpulan

6. Mengkomunikasikan dalam bentuk laporan

-Meminta siswa untuk membuat laporan hasil kegiatannya

- Menyusun laporan hasil kegiatan

(Hermawan, 2009)

3. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esenssial dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan. Seperti diungkapkan oleh Achmad (2007) bahwa berpikir kritis telah dikemukakan oleh banyak ahli dan dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan. Proses berpikir kritis langsung kepada fokus dari tujuan sehingga dapat disebut kegiatan berpikir tingkat tinggi. Sebagaimana pendapat Agustinus (2007) bahwa kemampuan dalam berpikir kritis dapat dengan tepat menentukan keterkaitan antara satu dan lain hal dengan lebih akurat.

Sesuai dengan pendapat Anggelo dalam Achmad (2007:1) :

(30)

14 Keterampilan berpikir kritis disimpulkan oleh Yuniar (2007) sebagai keterampilan berpikir yang memadukan proses kognitif serta mengajak siswa untuk berpikir reflektif dalam proses pemecahan masalah. Tujuan dari berpikir kritis adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menganalisis berbagai informasi yang diperoleh berdasarkan observasi maupun pengalaman.

Menurut Ennis seperti dikutip oleh Yuniar (2007: 1) bahwa :

Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis (abilities) dikembangkan menjadi indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari lima kelompok besar yaitu :

(1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification) (2) Membangun keterampilan dasar (basic support)

(3) Menyimpulkan (interference)

(4) Memberi penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) (5) Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics)

Morgan dalam Solo (2011) mengutip kemampuan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Komite Berpikir Kritis Antar-Universitas (Intercollege Committee on Critical Thinking) yang terdiri atas: (1) kemampuan

mendefinisikan masalah, (2) kemampuan menyeleksi informasi untuk pemecahan masalah, (3) kemampuan mengenali asumsi-asumsi, (4) kemampuan merumuskan hipotesis, dan (5) kemampuan menarik kesimpulan.

4. Hasil Belajar

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.

(31)

15 mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan

pembelajaran sesungguhnya adalah sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang diperoleh siswa. Sehingga, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah representasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain (2006 : 107) sebagai berikut :

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

Siswa dengan kemampuan analisis mampu memecahkan suatu permasalahan teori tertentu dengan menganalisis pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi gagasan-gagasan untuk

dikonstruk. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2002 : 19) :

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.

Hasil belajar dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah tes dilakukan. Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 26) :

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu

1. Ranah Kognitif

(32)

16 2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu menerima, merespon, Menghargai, mengorganisasikan dan karakterisasi menurut nilai. 3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu meniru, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Selain itu, hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.

B. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model SBEI (X1) dengan pembelajaran MFDI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis (Y1) dan hasil belajar (Y2). Dalam penelitian ini ada dua keterampilan berpikir kritis dan dua hasil belajar yang diukur yaitu keterampilan berpikir kritis pada model SBEI dan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran MFDI, serta hasil belajar pada model SBEI dan hasil belajar pada pembelajaran MFDI, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui mana yang lebih tinggi rata-rata keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

(33)

17 mengemukakan gagasan-gagasan untuk menjawab permasalahan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menggali keterampilan berpikir kritis siswa secara efektif. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya senantiasa merangsang siswa untuk berpikir kritis sehingga turut meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Kedua pembelajaran yang digunakan merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Kedua model pembelajaran

memiliki kesamaan karakterisitik yaitu menyajikan masalah untuk kemudian diselesaikan melalui observasi berupa demonstrasi atau eksperimen.

Pada model SBEI, siswa memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dengan bimbingan secara langsung dari guru sebagai fasilitator agar dapat

menjelaskan fenomena yang disajikan. Proses pembelajaran dilalui secara sistematis berdasarkan observasi atau pengamatan. Sedangkan pada

pembelajaran MFDI, dalam pelaksanaan eksperimen guru hanya menyediakan alat dan bahan. Guru hanya memberikan bantuan seminimal mungkin dalam proses pemecahan masalah.

Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran MFDI cenderung

(34)

18 demikian, siswa cenderung untuk mencari dan menemukan cara penelitian yang tepat atas hasil pemikirannya sendiri dalam proses pemecahan masalah. Sedangkan pada pembelajaran SBEI, siswa kurang kecenderungannya untuk mengemukakan pertanyaan berdasarkan hasil pemikirannya.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran MFDI lebih baik dalam merangsang berpikir kritis siswa sehingga hasil belajar pun dapat ditingkatkan. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diagram kerangka pemikiran.

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

Keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

2. Hipotesis Kedua

Rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

X1

X2

dibandingkan Y2

(35)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Bandarlampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 7 kelas berjumlah 251 siswa.

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa tidak ada kelas unggulan di sekolah tersebut. Kemampuan siswa tersebar secara merata pada tiap kelas, sehingga pengambilan sampel dilakukan secara acak. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 7 kelas diambil 2 kelas secara acak sebagai sampel. Sampel yang diperoleh adalah kelas VIIIB kelas eksperimen 1 dan kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen 2.

C. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk

(36)

20

Keterangan:

O1 : nilai pretest O2 : nilai posttest

1

X : model SBEI

2

X : pembelajaran MFDI

1

O X1 O2

1

O X2 O2

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain eksperimen One Group Pretest-Posttest Design

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model SBEI (X1) dan pembelajaran MFDI (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah

keterampilan berpikir kritis (Y1) dan hasil belajar (Y2).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah soal uraian terdiri dari 5 soal esai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan 5 soal esai untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada saat pretest dan posttest.

F. Analisis Instrumen

(37)

21 1. Uji Validitas

Validitas menunjuk pada sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(38)

22 lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construct yang kuat (valid).

2. Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrumen itu dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.

Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:

r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

σt2 = varians total

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 17.0 dengan model Cronbach’s Alpha yang diukur berdasarkan skala Cronbach’s Alpha 0 sampai 1.

(39)

23 Tabel 3.1. Indeks Reliabilitas

No. Indeks Reliabilitas Kriteria 1 antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi 2 antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

3 antara 0,400 sampai dengan 0,600 Sedang 4 antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

5 antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest sebelum dilakukan perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis Data

1.1Analisis Data Hasil Belajar

(40)

24

Keterangan: g = N-Gain Spre = Skor pretest Spost = Skor posttest Smax = Skor maksimum

1.2Analisis Data Keterampilan Berpikir Kritis

Data keterampilan berpikir kritis yang diperoleh berupa nilai pretest dan posttest. Nilai pretest dan posttest siswa digunakan untuk melihat peningkatan keterampilan berpikir kritis sebelum dan setelah diberi perlakuan. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran diberikan dan nilai posttest diambil setelah pembelajaran dilaksanakan. Adapun teknik penskoran nilai yaitu :

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

2. Pengujian Hipotesis 1. Uji Normalitas

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

(41)

25 Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

2. Uji Hipotesis

Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.

1) Independent Sample T Test

Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas). Independent Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Pengujian dilakukan menggunakan SPSS 17.0.

(42)

26 Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis

siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.

1

H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa

pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

(43)

27

Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut :

Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

Kriteria pengujian

(1) HO diterima jika -t tabel  t hitung  t tabel

(2) HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik non parametrik tes.

2) Uji Data Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independen)

(44)

28 menguji data dari dua sampel yang tidak berhubungan

menggunakan Uji Mann-Whitney.

Hipotesis Pertama

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis

siswa pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.

1

H : Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa

pada pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

ditolak.

Hipotesis Kedua

O

H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

pembelajaran fisika antara model SBEI dengan pembelajaran MFDI.

1

H : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada

(45)

29 Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.

(1) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO

diterima.

(2) Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO

(46)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada perbedaan rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran MFDI dengan SBEI. Data kuantitatif yang diperoleh mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran MFDI dengan model pembelajaran SBEI. Berdasarkan data kuantitaif yang diperoleh dapat dikemukakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran MFDI lebih tinggi dibandingkan pada model SBEI.

B. Saran

Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

(47)

56 2. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan

indikator-indikator yang harus dicapai pada hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis dan mampu mengelola kelas dengan baik sehingga siswa dapat benar-benar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dengan baik.

3. Agar pelaksanaan pembelajaran MFDI dapat berjalan dengan baik, guru harus mempersiapkan secara matang baik mental dan pengetahuan maupun peralatan yang akan digunakan, serta kondisi siswa. Sehingga secara teknis seluruh proses pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan baik.

4. Guru hendaknya benar-benar membimbing siswa untuk aktif pada seluruh proses pembelajaran karena jika siswa aktif dalam seluruh proses

pembelajaran, maka pemahaman siswa terhadap materi akan bertambah dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa hingga mampu meningkatkan hasil belajar.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Artikel: Memahami Berpikir Kritis. Bandung. http://re-searchengines.com/1007arief3.html. Diakses 30 Oktober 2012 (18:33 WIB) Adnyana, Gede Putra. 2011. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).

http://www.psb-psma.org/content/blog/3927-model-siklus-belajar-learning-cycle. Diakses 4 Desember 2012 (19.05 WIB)

Agustinus, Setiono. 2007. Berpikir Kritis. http://agustinussetiono.wordpress.com /2007/09/25/berpikir-kritis/. Diakses 31 Oktober 2012 (17.28 WIB) Al-Hafizh, Mushlihin. 2012. Model Pembelajaran Inquiry (Inkuiri).

http://www.referensimakalah.com/2012/10/model-pembelajaran-inquiry-inkuiri.html. Diakses 6 Desember 2012 (20.41 WIB)

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Herdian. 2010. Model Pembelajaran Inkuiri. http://herdy07.wordpress.com/2010/ 05/27/model-pembelajaran-inkuiri/. Diakses 6 Desember 2012 (21.10 WIB) Hermawan, Hendrik. 2009. “Penggunaan Metode Guided dan Modified Discovery

- Inquiry terhadap Ketrampilan Psikomotorik Siswa Ditinjau dari Kecerdasan Emosi (EQ). (Studi Kasus Pembelajaran Fisika Siswa Kelas VII Mts Darul Huda Ponorogo Pada Materi Kinematika Gerak Lurus Tahun Pelajaran 2008 / 2009)”. Skripsi.Universitas Negeri Sebelas Maret. http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=4790.

(49)

Hirawan, I Kadek Adi. 2009. Model Siklus Belajar (Learning Cycle).

http://www.scribd.com/doc/16315603/Model-Siklus-Belajar. Diakses 10 Desember 2012 (22.12 WIB)

Karim, Saeful. Ida Kaniawati. Yuli Nurul Fauziah. Wahyu Sopandi. 2008. Belajar IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Krisno, H. Moch. Agus. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam : SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kusumah, Wijaya. 2008. Model-Model Pembelajaran. http://wijayalabs. multiply.com Diakses pada tanggal 28 Oktober 2012 (19.00 WIB) Novianti, Devi Sri. 2008. “Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar Tipe

Empiris Induktif Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d025_040208_chapter2.pdf. Diakses 31 Oktober 2012 (19.05 WIB)

Pratiwi, Rinie. Nur Kuswanti. Rahardjo. Yuni Sri Rahayu. Muhammad Amin. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusatr Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rijal, Resolusi. 2011. Pembelajaran Discovery-Inquiry. http://resolusirijal. blogspot.com. Diakses 30 Oktober 2012 (19:44 WIB)

Samsudin, Achmad. 2012. Model-Model Pembelajaran. http://file.upi.edu/Direk-tori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMSUDIN/BPF/ MODEL-MODEL_PEMBELAJARANx.pdf. Diakses 10 Desember 2012 (21.14 WIB)

Setiyani, Hesti. 2011. “Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Cooperative Learning Type Think Pair Share dan Group Investigation (GI)”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandarlampung

Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Inkuiri. http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri/. Diakses 10 Desember 2012 (20.33 WIB)

(50)

Wasis. Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Yasin, Ahmad. 2009. Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran Kimia Melalui Model Learning Cycle.

http://fikriam.blogspot.com/ Diakses 6 Desember 2012 (20.03 WIB) Yuniar, Ratna. 2007. Keterampilan Berpikir Kritis.

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan SBEI
Tabel 2.2  Langkah-Langkah Pembelajaran MFDI
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1  Desain eksperimen One Group Pretest-Posttest Design
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam pelaksanaan Landasan Teori dan Program Akhir Arsitektur kali ini bertujuan untuk memenuhi syarat menuju kelulusan Program Sarjana Arsitektur (S1) di Fakultas

Dilihat dari pangsa pemasukan ternak sapi potong seperti yang tertera pada Tabel 2, tampak bahwa Kota Surakarta, dan Kabupaten Boyolali merupakan daerah tujuan perdagangan

Penelitian ini berangkat dari permasalahan siswa yang kurang kreatif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Kondisi ini menimbulkan interaksi yang kurang baik

Mereka ini maksudnya anak-anak TUHAN mengalahkan iblis dengan darah anak domba Allah, melalui kata-kata (berupa kesaksian), doa-doa kita, penyembahan yang keluar dari mulut dan

- Sudah dapat makan potongan kecil dengan konsistensi lunak dari makanan keluarga. - Mulai makan sendiri

This paper reports a nonlinear finite ele,ment malysis of pressurized circular toroidal t-nk with radial flush cylin&amp;ical nozzle used fot gas fuel tank of personal car.

Peneliti mengambil sampel dengan memilih beberapa perangkat Kelurahan Bulukerto, Ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Bulukerto, Kepala Komisi Pemilihan

QR-Code yang sudah dibentuk dapat diletakkan pada papan nama benda – benda bersejarah di Museum atau diperbanyak dan dipublikasi, sehingga QR- Code ini dapat