Oleh Melani Pakpahan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
Bacillus thuringiensisDARI TANAH NAUNGAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh Melani Pakpahan
Bacillus thuringiensisadalah bakteri gram positif berbentuk batang, dan
pembentuk spora yang banyak ditemukan tersebar di tanah yang dikembangkan sebagai bioinsektisida. KeberadaanBacillus thuringiensisdipengaruhi kondisi lingkungan. Perbedaan kondisi lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan sifat-sifat fisiologi mikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisiologi isolatBacillus thuringiensisyang berasal dari tanah naungan meliputi katalase, motilitas, pengaruh suhu dan pH terhadap pertumbuhan Bacillus thuringiensis.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2013 di Laboatorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Unila. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) tiga kali pengulangan. Parameter yang diamati yaitu enzim katalase dari masing-masing isolat, sifat motilitas isolat, pertumbuhan koloni isolat pada variasi pH dan suhu. Isolat yang diuji adalah isolatBtPBG2,BtPKP,BtPMH2,BtPBG1,BtPML,Bt PBR1,BtPMH1,BtPAKA,BtPBR2. Semua isolat menghasilkan enzim katalase, 8 isolat bersifat motil dan 1 isolatBtPMH1 tidak motil. IsolatBtPBG1,Bt PBR1, danBtPML menunjukkan karakterBacillus thuringiensisyaitu bersifat toksik terhadap ulat. Pertumbuhan optimumBtPBG1 terdapat pada suhu 30oC dan pH 7,5;BtPBR1 terdapat pada suhu 30oC dan pH >8;BtPML terdapat pada suhu 30oC dan pH 7,4.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan Penelitian ... 4
C. Manfaat Penelitian ... 4
D. Kerangka Pemikiran ... 4
E. Hipotesis ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bacillus thuringiensis... 6
1. Ciri-ciri MorfologiBacillus thuringiensis... 7
2. KlasifikasiBacillus thuringiensis... 8
3. FisiologiBacillus thuringiensis... 9
B. Karakterisasi Bakteri ... 12
C. Pengaruh Suhu ... 14
D. Pengaruh pH ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 17
B. Alat dan Bahan ... 17
C. Metode Penelitian ... 18
D. Prosedur Kerja ... 18
1. Pengecatan Gram ... 18
2. Pengecatan Spora... 19
3. Uji Katalase ... 19
4. Uji Motilitas... 20
5. Uji Toksisitas ... 21
6. Perhitungan Sel Bakteri sdecara Langsung ... 21
7. Pengaruh pH ... 22
E. Tahapan Penelitian... 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Katalase, Motilitas, dan Uji Toksisitas
Bacillus thuringiensis... 24 B. Pengaruh pH terhadap Pertumbuhan
Bacillus thuringiensis... 26 C. Pengaruh Suhu terhadap Pertumbuhan
Bacillus thuringiensis... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 34 B. Saran ... 34
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang telah dikembangkan menjadi salah satu bioinseksitisida yang patogenik
terhadap larva nyamuk dan larva lalat hitam. Namun tidak toksik terhadap
lingkungan dan organisme bukan sasaran (Carroziet al.,1991). Menurut Feitelson,et al.(1992), secara ekonomiBacillus thuringiensissangat banyak digunakan untuk produksi bioinsektisida dan telah digunakan secara luas untuk
mengendalikan larva hama serangga.
Bacillus thuringiensis adalah bakteri Gram positif berbentuk batang, dan pembentuk spora yang banyak ditemukan tersebar di tanah. Salah satu
karakteristikBacillus thuringiensisadalah dapat memproduksi toksin kristal protein di dalam sel yang bersama-sama dengan spora ketika mengalami
sporulasi. Dalam perkembangannya, protein yang bersifat toksin terhadap
serangga tersebut dinamakan sebagaiinsecticidal crystal protein(ICP) atau delta endotoksin (Gillet al., 1992). Kristal protein bersifat toksin pada serangga disebabkan adanya aktifitas proteolisis dalam sistem pencernaan
serangga. Toksin akan bereaksi dalam usus serangga sehingga menyebabkan
Hal ini mengganggu keseimbangan osmotik sel di dalam usus sehingga
serangga akan berhenti makan dan mati (Bahagiawati, 2002).
Bacillus thuringiensisdapat diisolasi dari berbagai habitat, antara lain dari tanah, serangga mati, dan daun pada beberapa jenis tanaman conifer.
Beberapa jenisBacillus thuringiensis jugadapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, kapas, tembakau, dan tanaman hutan.
Namun yang lebih banyak ditemukan adalah di tanah. Menurut lay (1994),
bakteri tanah perlu dilakukan identifikasi yang didasarkan pada morfologi,
sifat biakan, dan sifat biokimia karena bakteri tidak memiliki ciri anatomi
yang nyata.
KeberadaanBacillus thuringiensisdalam tanah dipengaruhi beberapa faktor antara lain tipe tanah, kemampuan spora untuk germinasi dan kondisi geografi.
Tanah dengan kisaran pH 6,0 - 6,5 lebih baik untuk ketahanan spora
dibandingkan dengan pH 4,0 - 4,9 (Petras dan Casida, 1985). Kemampuan
spora untuk germinasi tidak dipengaruhi oleh pH tanah melainkan dipengaruhi
oleh kelembaban tanah.
Kondisi tanah pada setiap jenis-jenis pohon naungan berbeda-beda, dapat
dilihat dari struktur dan komponen penyusun tanah. Komponen dan struktur
tanah menentukan keberadaan oksigen dan air dalam tanah. Kondisi tersebut
dapat menyediakan makanan dan ruang hidup bagi mikroorganisme tanah
mikroorganisme di dalam tanah tidak terpisah dari ketersediaan bahan organik
dan mineral, keadaan iklim daerah, tanaman yang tumbuh, reaksi yang
berlangsung di dalam tanah dan kelembaban tanah (Sutedjo,et al.,1996).
Pohon naungan mampu tumbuh pada tanah kering maupun tanah yang lembab
dan memiliki jenis tegakan yang berbeda-beda. Pohon naungan pada kondisi
lingkungan yang berbeda memiliki ketersediaan unsur hara, kondisi faktor
biotik dan abiotik yang berbeda juga. Hal ini akan mempengaruhi aktifitas
dan jenis mikroorganisme yang ada dalam tanah naungan. Perbedaan kondisi
lingkungan dapat mengakibatkan perbedaan sifat morfologi dan sifat fisiologi
mikroba. PertumbuhanBacillus thuringiensisdipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya suhu dan pH. Menurut Morriset al. (1996), suhu dan pH berpengaruh terhadap produksi spora dan kristal protein. Isolat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah isolat yang berasal dari tanah naungan
yang berbeda yaitu naungan pohon Bungur, Kerai Payung, Mahoni, Melinjo,
Beringin, dan Akasia. Bentuk naungan dapat mempengaruhi karakter bakteri
seperti motilitas, ada tidaknya enzim katalase, dan pertumbuhan bakteri
terhadap pengaruh suhu dan pH lingkungan. IsolatBacillus thuringiensis yang berasal dari naungan di lingkungan Unila tersebut belum diketahui
B. Tujuan Penelitian
Mengetahui sifat-sifat fisiologi isolatBacillus thuringiensisyang berasal dari tanah naungan meliputi katalase, motilitas, pengaruh suhu dan pH terhadap
pertumbuhanBacillus thuringiensis.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakter fisiologi dan pertumbuhanBacillus thuringiensispada jenis-jenis tanah naungan di lingkungan Universitas Lampung sebagai kontrol biologis
serangga yang dapat digunakan menjadi bioisektisida.
D. Kerangka Pemikiran
KeberadaanBacillus thuringiensisdalam tanah dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain pH dan suhu. Mikroorganisme memiliki suhu
minimum dan suhu maksimum yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan untukBacillus thuringiensisberkisaran antara 15oC–40oC. Bacillus thuringiensisdapat tumbuh pada medium yang memiliki pH pada kisaran 5.5 - 8.5 dan tumbuh optimum pada pH 6.5 - 7.5
(Bernhard dan R. Utz, 1993).
Naungan pohon berpengaruh terhadap faktor biotik dan abiotik yang dapat
mengakibatkan perbedaan sifat fisiologi mikroba. Universitas Lampung
memiliki banyak jenis pohon naungan, beberapa diantaranya ditemukan isolat
Akasia, Mahoni, Kerai Payung dan Beringin. Naungan tersebut memiliki
kondisi lingkungan berbeda yang berpengaruh terhadap struktur dan
komponen penyusun tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jenis serasah dan tingkat
pencahayaan pada naungan tersebut berbeda-beda. Senyawa organik yang
terkandung dalam serasah seperti kandungan lignin, selulosa dan karbohidrat
dapat mempengaruhi kemampuan suatu mikroba mendekomposisi serasah.
Kandungan senyawa organik pada serasah menentukan keasamaan lingkungan
tanah di bawah naungan. Naungan juga berpengaruh terhadap intensitas
cahaya. Naungan dengan kanopi yang luas dapat mengurangi penguapan pada
tanah sehingga kondisi lingkungan lebih lembab, sedangkan naungan dengan
kanopi yang sempit, pencahayaan dapat terpapar langsung ke tanah dan
meningkatkan penguapan sehingga kondisi tanah lebih kering. Hal ini akan
menentukan suhu suatu lingkungan pada naungan. Suhu dan keasaman tanah
akan mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakter
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Bacillus thuringiensis
Bacillus thuringiensismerupakan salah satu bakteri patogen bagi serangga. Bakteri ini bersifat gram positif, berbentuk batang, memilki flagella,
membentuk spora secara aerob dan selama sporulasi membentuk kristal
protein paraspora yang dapat berfungsi sebagai insektisida. Kristal protein ini
dikenal dengan nama N-endotoksin (Shieh, 1994 ; Knowles, 1994). Menurut
Gillet al. (1992) spora yang dihasilkan olehBacillus thuringiensisberbentuk oval dan berwarna terang, rata-rata memiliki dimensi 1,0 - 1,3 µm. Jika
ditumbuhkan pada medium padat, koloniBacillus thuringiensisberbentuk bulat dengan tepian berkerut, memiliki diameter 5-10 mm, berwarna putih,
elevasi timbul pada permukaan koloni kasar (Bucher, 1981).
Bacillus thuringiensispertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1901 dari penyakit pada jentik ulat sutera (Swadener, 1994). Ishiwata adalah orang
yang pertama kali mengisolasikanBacillus thuringiensisdari larva ulat sutera yang mati (Dulmageet al., 1990). Pada saat itu, belum dikenal sebagai Bacillus thuringiensis. Tahun 1911, Berliner menemukan sejenis bakteri yang sama dengan yang ditemukan oleh Ishiwata dari kumbang tepung
(Swadener, 1994; Dulmageet al., 1990). Bakteri ini kemudian dinamakan denganBacillus thuringiensis.
1. Ciri-ciri MorfologiBacillus thuringiesis
Bacillus thuringiensismerupakan salah satu anggotaB. cereusgrup bersama denganB. anthraxis. B. thuringiensismempunyai ciri khusus yaitu
kemampuannya untuk menghasilkan protein kristal protoksin intraseluler
dari kelompok -endotoksin sehingga dapat dibedakan denganB. Cereus. Endospora berbentuk oval hingga silindris, terletak parasentral atau terminal.
Bakteri tersebut dapat nonmotil atau motil dengan adanya flagela tipe
peritrik (Bravo, 1997).
Pewarnaan Gram dan spora dapat dilakukan dalam uji sifat sitologi suatu
bakteri. Prinsip pewarnaan Gram adalah kemampuan dinding sel terhadap
zat warna dasar (Kristal violet) setelah pencucian alkohol 96%. Bakteri
Gram positif terlihat berwarna ungu karena dinding selnya mengikat Kristal
violet lebih kuat, sedangkan sel Gram negatif mengandung lebih banyak
lipid sehingga pori-pori mudah membesar dan Kristal violet mudah larut saat
pencucian alkohol (Pelczar and Chan, 2008).
Bacillus thuringiensismerupakan bakteri Gram positif. Menurut Klien, et al.(2007) bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan dan juga asam teikoat dan asam teikuronat. Oleh sebab itu
beberapa bakteri, asam teikoat merupakan antigen permukaan (antigen
dinding sel) dan ada yang merupakan selaput pada selnya. Asam teikoat ini
pada umumnya terdiri dari gula netral seperti galaktosa, manosa, ramnosa,
arabinosa dan glukosamin. Lapisan yang demikian itu akan menyelimuti
seluruh sel bakteri sehingga menyerupai selubung yang kuat dan dinamakan
murein.
2. KlasifikasiBacillus thuringiensis Klasifikasi menurut Tarumingkeng (2001) :
Kingdom : Eubacteria
Division : Bakteria
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Bacillaceae
Genus :Bacillus
[image:14.595.134.361.524.684.2]Spesies :Bacillus thuringiensis
Sedikitnya terdapat 34 subspesies dariBacillus thuringiensis yang disebut serotype atau varietas dariBacillus thuringiensisdan lebih dari 800 keturunan atau benihBacillus thuringiensistelah diisolasi (Swadener, 1994). Pada beberapa subspesies dari bakteriBacillus thuringiensisyaitu kurstaki, aizawai, sotto entomocidus, berliner, san diego, tenebroid, morrisoni dan
israelensis, dijumpai beberapa jenis strain, seperti HD-1, HD-5 dan
sebagainya dalam satu subspesies (Bahagiawati, 2002).
3. FisiologiBacillus thuringiensis
Ciri khas yang terdapat padaBacillus thuringiesisadalah kemampuannya membentuk kristal (tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora,
yaitu pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal proteinBacillus thuringiensismempunyai beberapa bentuk, diantaranya bentuk bulat pada subsp.israelensisyang toksik terhadapDiptera, bentuk kubus yang toksik terhadapDipteratertentu danLepidoptera, bentuk pipih empat persegi panjang (flat rectangular) pada subsp.tenebriosisyang toksik terhadap Coleoptera, bentuk piramida pada subsp.kurstakiyang toksik terhadap Lepidoptera(Shieh 1994), sedangkan menurut Trizelia (2001), kristal protein memiliki beberapa bentuk bedasarkan adanya hubungan nyata antara bentuk
kristal dengan kisaran daya bunuhnya. Varietas yang memiliki daya bunuh
terhadap serangga ordoLepidopteramemiliki kristal protein yang berbentuk bipiramida dan jumlahnya hanya satu tiap sel, sedangkan yang berbentuk
kubus, oval, dan amorf umumnya bersifat toksik terhadap serangga ordo
daya bunuh terhadap serangga ordoColeopteraberbentuk empat persegi panjang dan datar batu pipih.
SporaBacillus thuringiensismerupakan suatu usaha perlindungan diri dari pengaruh lingkungan luar yang buruk, hal ini terjadi karena dinding bakteri
yang bersifat impermeabel. Pembentukan spora juga bersamaan dengan
terbentuknya kristal protein yaitu ketika sel mengalami lisis sesuda sporulasi
sempurna (Zeigler, 1999).
Kristal protein yang bersifat insektisida ini sebenarnya hanya protoksin yang
jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi polipeptida yang lebih
pendek (27-147 kDa). Pada umumnya, kristal protein di alam bersifat
protoksin karena adanya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan
serangga yang mengubahBacillus thuringiensisprotoksin menjadi
polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif
berinteraksi dengan sel-sel epitelium di usus tengah serangga sehingga
menyebabkan terbentuknya pori-pori di sel membran saluran pencernaan
serangga (Bahagiawati, 2002).
Efektifitas dari toksin tertentu juga dipengaruhi oleh kelarutan, afinitas
tehadap reseptor yang ada serta pemecahan proteolitik ke dalam toksin.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa cara kerja kristal protein sebagai
(Milneet al. 1990). Faktor lain seperti umur dari serangga juga merupakan salah satu faktor yang menentukan toksisitas dariBacillus thuringiensisjentik serangga yang lebih muda lebih rentan jika dibandingkan dengan jentik yang
lebih tua (Swadener 1994).
Gen yang mengkode kristal protein yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus thuringiensistelah diisolasi dan dikarakterisasi, dikenal dengan sebutan gen Cryyang berasal dari kata Crystal (Bahagiawati, 2002). GenCryadalah paraspora yang mengandung kristal protein dariBacillus thuringiensisyang menghasilkan toksik terhadap organisme sasaran. GenCytadalah paraspora yang mengandung kristal protein dariBacillus thuringiensis yang
menghasilkan aktivitas hemolitik atau sitolitik.
Gen Cry dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu Cry I, Cry II, Cry III
dan Cry IV dilihat dari kesamaan struktur asam amino dan aktifitas
insektisidanya. Masing-masing jenis gen tersebut dapat menentukan sifat
toksik kristal protein yang spesifik terhadap larva. Tipe patogenesis dari ke
4 jenis gen Cry yang mengkode kristal protein dapat dikelompokkan seperti
Tabel 1.Tipe patogenitas dariBacillus thuringiensis
Tipe patogenitas Contoh Jenis Gen Contoh Produk Spesifik untuk ordo
Lepidoptera Contoh: Moth Kupu-kupu Bacillus thuringiensis subsp.Kurstaki
CryI Dipel (Abbott)
Bactospeine (Philip Duphar)
Thuricide, Javelin (Sandoz)
Spesifik untuk ordo Diptera
Contoh:
Two winged flies
Midges
Crane flies
Lalat rumah Nyamuk
Bacillus thuringiensis
subsp.
Israelensis
CryIII Vectobac (Abbott)
Bactimos (Philip Duphar)
Teknar (Sandoz)
Spesifik untuk ordo Coleoptera
Contoh:
Kumbang
Bacillus Thuringiensis
subsp.san diego
CryIV Trident (Sandoz)
M-One (Mycogen)
Spesifik untuk ordo Lepidoptera dan Diptera
Bacillus thuringiensis
subsp.Aizawai
CryII Certan (Sandoz)
Sumber: Ellaret al., 2000
Mekanisme daya kerja dari endotoksin pada masing-masing gen Cry penting
untuk diketahui sebagai penentuan proses kunci yang bertanggung jawab
terhadap kespesifikan dari sebuah kristal protein. Faktor utama yang
menentukan kerja kristal protein adalah perbedaan pada larva yang
mempengaruhi proses kelarutan, proses kristal dari yang tidak aktif menjadi
aktif, dan keberadaan dari spesifik protoksin di dalam usus dari
spesies-spesies serangga (Bahagiawati, 2002).
B. Karakterisasi Bakteri
Karakterisasi bakteri berdasarkan morfologi, sifat biakan dan sifat biokimia
sangat diperlukan karena mikroba tidak memiliki ciri anatomi yang nyata.
tidak cukup untuk mengetahui ciri/jenis suatu mikroba. Ciri lain yang dapat
membantu dalam karakterisasi mikroba adalah pola pertumbuhan, reaksi
pertumbuhan pada karbohidrat dan penggunaan asam amino ( Lay, 1994).
Uji sifat morfologi bakteri sangat penting dilakukan terhadap bakteri maupun
kapang pada medium padat, berdasarkan sifat-sifat koloni seperti bentuk,
ukuran, warna, sensitifitas dan spesifitas (Prabaningtyas, 2003).
Katalase dan motilitas juga merupakan salah satu sifat biakan yang dapat
digunakan untuk mengkarakterisasi biakan tersebut. Uji katalase berguna
dalam mengidentifikasi kelompok bakteri yang dapat menghasilkan enzim
katalase. Dilakukan dengan cara : di atas kaca objek ditetesi satu tetes H2O2 3%, ditambahkan koloni bakteri dan langsung diamati terjadinya penguraian
hidrogen peroksida. Dinyatakan positif bila menghasilkan enzim katalase
yang ditandai dengan terbentuknya gelembung udara dan negatif bila tidak
ada gelembung udara. Terbentuknya gelembung disebabkan karena bakteri
yang ditambahkan hidrogen peroksida tersebut menghasilkan peroksida. Uji
motilitas berperan dalam mengetahui pergerakan bakteri. Bakteri yang
dinyatakan positif motil atau bergerak akan ditunjukan dengan adanya
kekeruhan pada media uji yang menunjukan pertumbuhan koloni (Aksoy dan
Ozman-Sullivan, 2008).
Reaksi positif uji katalase ditunjukkan dengan membentuk
pemecahan H2O2oleh enzim katalase yang diproduksi oleh bakteri tersebut. Bakteri yang termasuk bakteri katalase negatif tidak membentuk gelembung
udara yang berarti tidak terbentuk gas (Suryani, 2010).
Salah satu karakteristik danBacillus thuringiensisadalah dapat
memproduksi kristal protein dalam sel selama fase sporulasi Kristal toksin
memegang peranan penting karena aktivitasnya sebagai insektisida. Untuk
menumbuhkan dan memperbanyak kristal dan sporaBacillus thuringiensis telah digunakan berbagai media kimia seperti agar nutrien, media NYSMA,
NYPC dan Tryptose Phosphate Broth. Beberapa peneliti tidak menggunakan
media kimiawi untuk menumbuhkanBacillus thuringiensis, melainkan menggunakan media alami seperti berbagai media kelapa (air dan
endospermnya). Media kelapa relatif murah, dapat diperoleh setiap saat dan
terdapat di mana-mana, sedangkan media kimia harganya mahal dan tidak
mudah diperoleh. Air kelapa dan endosperm kelapa (santan) kaya akan asam
amino, gula dan garam serta merupakan media yang cocok untuk
pertumbuhanBacillus Thuringiensis(Sriganti, 2000).
C. Pengaruh Suhu
Tinggi rendahnya suhu lingkungan sangat penting bagi organisme karena
tidak semua tingkatan suhu cocok bagi pertumbuhan dan reproduksi
organisme. Secara umum terdapat 4 kelompok mikroorganisme berdasarkan
suhu lingkungan tempat hidupnya yaitu psikrofil, mesofil, termofil,
Gambar 2. Hubungan Suhu dan Pertumbuhan pada Kelompok
Mikroorganisme dengan Temperatur yang Berbeda (Madigan, et al.,2009: 159).
Setiap jenis bakteri memiliki suhu minimum dan suhu maksimum yang
berbeda-beda untuk pertumbuhan. Pada suhu minimum dan suhu lebih
tinggi dari maksimum akan memperlambat pertumbuhan bakteri. Hal ini
dapat dilihat dari pengaruh suhu terhadap enzim, makin tinggi suhu maka
aktifitas enzim juga makin cepat. Suhu yang terlalu tinggi akan
mendenaturasi enzim sehingga sel bakteri akan mengalami fase kematian.
Menurut Hidayat (2006), mikroba dapat dibedakan menjadi tiga golongan
berdasarkan suhu pertumbuhannya:
1. Mikroba psikrofil, dapat tumbuh pada suhu antara 0oC sampai 30oC, dengan suhu optimum 15oC. Kebanyakan tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan ataupun di lautan.
3. Mikroba termofil, dengan suhu pertumbuhan antara 40o-75oC dengan suhu optimum 55o-60oC. Pertumbuhan antara 40o-75oC dengan suhu optimum 55o-60oC. Pada jasad termofil dikenal pula stenotermofil (termofil obligat), yaitu mikroba yang dapat tumbuh baik pada suhu
60oC dan tidak dapat tumbuh pada suhu 30oC dan euritermofil (termofil fakultatif) yaitu yang mampu tumbuh di bawah 30oC.
D. Pengaruh pH
Pengaturan nilai pH medium merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan produk (Ketaren, 1990).
Besarnya pH untuk kecepatan pertumbuhan maksimum seringkali berkisar
antara satu sampai satu setengah unit. Sewaktu pertumbuhan
mikroorganisme, seringkali terjadi perubahan pH media, sebaliknya ketika
metabolisme protein dan asam amino dilepas, ion ammonium menyebabkan
pH menjadi basa. Bila terjadi penyimpangan pH, pertumbuhan dan
metabolisme mikroorganisme tanah dapat terhenti (Lay, 1994).
Bacillus thuringiensisdapat tumbuh pada medium yang memiliki pH pada kisaran 5.5 - 8.5 dan tumbuh optimum pada pH 6.5 - 7.5 (Benhard dan Utz,
1993). Bakteri ini dapat ditemukan di beberapa habitat seperti tanah,
pepohonan, pakan ternak, dan serangga mati. Spora berbentuk oval dan
berwarna hijau kebiruan, berukuran 1,0–1,3 µm dengan posisi terminal,
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor listrik, gelas
ukur, erlenmeyer,beaker glass, cawan petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, mikropipet, mikrotip, jarum ose, kapas, kertas kopi, tisu, aluminium
foil, pH meter, spektro,laminar air flow,inkubator bakteri, oven, vortex mixer dan alat-alat pendukung lainnya.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Nutrient Agar
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung, alkohol 70%,
spritus, cat Gram A, B, C, dan D. Larutan catmalachite green, dan minyak imersi.
C. Metode Penelitian
Sifat fisiologi isolatBacillus thuringiensisdiperoleh dengan melakukan uji toksisitas, uji katalase, uji motilitas, uji pengaruh pH dan suhu terhadap
pertumbuhan bakteri. Hasil uji toksisitas, uji katalase, dan uji motilitas
disajikan dalam bentuk data deskriptif. Uji pengaruh pH dan suhu terhadap
pertumbuhan bakteri menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3
ulangan. Variasi pH yang akan diuji adalah pH 4, 5, 6, 7, dan 8 dan variasi
suhu yang diuji adalah suhu 20oC, 30oC, 40oC, 50oC, dan 60oC. Data yang diperoleh adalah jumlah sel bakteri berdasarkan absorbansi yang diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Data yang
diperoleh dilakukan analisis ragam. Perlakuan yang terdapat perbedaan nyata
pada taraf= 5%, dilanjutkan dengan menggunakan analisis polinomial
orthogonal.
D. Prosedur Kerja 1. Pengecatan Gram
Pengecatan gram dilakukan dengan cara mengambil satu ose dari
masing-masing isolat bakteri tanah naungan,lalu diletakkan pada gelas preparat, diratakan, lalu difiksasi sebentar di atas api bunsen (± 5 detik). Setelah itu
menit, lalu dibilas dengan akuades, kemudian ditetesi kembali dengan
larutan Gram B 3 tetes dan didiamkan selama 1 menit, lalu dibilas.
Setelah itu diteteskan larutan Gram C 3 tetes, diamkan selama 30 detik,
lalu dibilas dengan akudes. Lalu diteteskan dengan larutan Gram D 3
tetes, diamkan selama 2 menit, setelah itu dibilas dengan akuades dan
dikeringanginkan. Dikatakan Gram positif jika hasil pengecatan berwarna
ungu, dan Gram negatif jika berwarna merah.
2. Pengecatan Spora
Pengecatan spora dilakukan dengan cara mengambil satu ose dari
masing-masing isolat bakteri tanah naungan,lalu diletakkan pada gelas preparat, diratakan, lalu difiksasi dengan melewatkannya di atas bunsen sebanyak
10 kali. Kemudian preparat tersebut ditetesi catmalachite greendan didiamkan selama 10 menit, setelah itu dibilas dengan aquades dan
dikeringanginkan. Membedakan endospora dan sel vegetatif, diberikan cat
penutup yaitu larutansafraninselama 5 detik kemudian dibilas dengan aquades dan dikeringanginkan. Hasil pengecatan ini akan menunjukkan
spora tampak berwarna hijau, sedangkan sel vegetatifnya berwarna merah.
3. Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan mengambil satu mata jarum ose koloni
bakteri dari stok kultur, kemudian dioleskan pada gelas objek. H2O2 diteteskan pada preparat bakteri tersebut kemudian diamati keberadaan
Contoh tahapan uji katalase dapat dilihat pada Gambar 3a. Uji katalase
dikatakan positif bila terjadi gelembung udara (O2), sedangkan dikatakan negatif bila tidak terjadi gelembung udara (Gambar 3b).
(a) (b)
Gambar 3. (a) Tahapan Uji Katalase, (b) Contoh Hasil Uji Katalase Sumber: Pradhika (2010)
4. Uji Motilitas
Uji motilitas dilakukan dengan mengambil satu ose masing-masing isolat
bakteri tanah naungan dengan ose runcing, lalu ditusukkan secara lurus
atau vertikal pada media NA padat yang telah disiapkan pada tabung
reaksi, kemudian diinkubasi 2 hari dalam inkubator. Dikatakan motil jika pertumbuhan koloni bakteri menyebar, sedangkan non-motil jika
[image:26.595.172.499.214.385.2]5. Uji Toksisitas
Uji toksisitas dilakukan dengan menggunakan ulat (larva Lepidoptera).
Ulat tersebut dimasukkan dalam wadah dan diberikan makanan berupa
daun yang telah dioleskan dengan isolatBt. Wadah tersebut ditutup menggunakan plastik dan dilubangi secukupnya untuk saluran udara. Uji
toksisitas ini dilakukan selama 72 jam.
6. Perhitungan Sel Bakteri secara Langsung (Mikroskopis)
Perhitungan sel bakteri secara mikroskopis dilakukan dengan membuat
pengenceran. Pengenceran pertama (10-1) diperoleh dengan mengambil 1 ml suspensi bakteri kemudian ditambahkan ke dalam 9 ml aquades dan
dihomogenkan mengunakan vortek selama 1-2 menit. 1 ml dari
pengenceran pertama ditambahkan ke dalam 9 ml aquades berikutnya
sehingga diperoleh pengenceran 10-2, kemudian dari pengenceran 10-2 diambil 0,01 ml suspensi bakteri dan diletakkan pada gelas objek yang
berukuran 1 cm X 1 cm dan dilakukan pengecatan gram. Perhitungan
kepadatan sel bakteri secara langsung dilakukan dengan melihat jumlah sel
pada luas lapang pandang mikroskop. Penentuan luas lapang pandang
mikroskop dilakukan dengan mengukur diameter areal pandang mikroskop
menggunakan mikrometer objektif yang mempunyai skala terkecil 0,01
mm. Nilai diameter areal pandang mikroskop digunakan untuk
Luas areal pandang mikroskop =
Dimana r= jari-jari areal pandang mikroskop
Sedangkan rumus penentuan perhitungan kepadatan sel bakteri secara
langsung yaitu sebagai berikut:
Konsentrasi Sel =
( ) ( )
7. Pengaruh pH
Uji pengaruh pH terhadap isolatBacillus thuringiensis(kuantitatif) dilakukan dengan menggunakan media cair Nutrient Broth (NB) yang
diatur pada pH dengan perlakuan pH 4, pH 5, pH 6, pH 7, pH 8.
Masing-masing perlakuan diinokulasi kultur isolatBacillus thuringiensis/ bakteri uji sebanyak 106CFU/ml. Sebagai kontrol adalah media NB cair tanpa penambahan bakteri. Kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam suhu
37oC. Pertumbuhan sel ditentukan berdasarkan absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-vis pada panjang gelombang 620 nm.
8. Pengaruh Suhu
Uji pengaruh suhu terhadap pertumbuhan isolatBacillus thuringiensis (kuantitatif) dilakukan menggunakan media cair yaitu Nutrient Broth (NB)
yang disterilisasikan dengan ketetapan pH optimum pertumbuhan,
berdasarkan abso
panjang gelom
[image:29.595.72.525.182.725.2]E. Tahapan Peneliti
Gambar 4. Diagram A Identifika
Isola
Uji Katalase
Uji Toksisitas
Spektrofotometer =
Pengar pH 7, da
Pengar 50oC, da Uji Motilitas
absoransi menggunakan spektrofotometer
UV-ombang 620 nm.
litian
Alir Tahapan penelitian
Penge Gram Pen Spo P Kr
ifikasiBacillus thuringiensis
solatBacillus thuringiensis
Spektrofotometer =
Pembuatan Kurva Standar
aruh pH ( pH 4, pH 5, pH 6, 7, dan pH 8)
aruh suhu (20oC, 30oC, 40oC, , dan 60oC)
V-vis pada gecatan m engecatan pora Pengecatan Kristal Protein
Spektrofotometer =
I. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan identifikasi terhadap 9 isolat bakteri tanah terdapat 3 isolat
yaitu isolatBtPBG1,BtPBR1, danBtPML yang menunjukkan karakter Bacillus thuringiensis yaitu bersifat toksik terhadap ulat, menghasilkan enzim katalase dan bersifat motil.
2. IsolatBtPBG1,BtPBR1, danBtPML merupakan golongan bakteri mesofilik dengan pertumbuhan sel optimum terletak antara suhu 30oC dan 40oC.
3. IsolatBtPBG1,BtPBR1, danBtPML tumbuh dengan baik pada pH basa yaitu dengan perkiraan pH 7,5 pada isolatBtPBG1, pH >8 pada isolatBt PBR1, dan pH 7,4 pada isolatBtPML.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian uji toksisitas, uji katalase, uji motilitas,
karakteristik fisiologi dengan melihat bentuk-bentuk kristal protein untuk
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A., K. Nugroho, dan S. Karama. 1998. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan untuk mendukung program Gema Palagung 2001.
Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan Komda HITI 1998.
Buku 1. hlm. 1-11.
Ahdianto D. F. 2006. Kajian Pengaruh ph dan Suhu Terhadap Produksi
Bioinsektisida oleh Bacillus thuringiensis subsp.israelensis Menggunakan Substrat Onggok Tapioka.SkripsiFakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bahagiawati. 2002. PenggunaanBacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. Buletin Agrobio 5(1): 21-28. Bogor.
Benson, H. J. 2002.Microbiology Applications Laboratory Manual in General Microbiological,. Mc Graw Hill Companies, New York.
Bernhard K., R. Utz. 1993. Production ofBacillus thuringiensis Insecticides for Experimental and Commeercial Uses. Di dalam P. F. Entwilse, J. S. Cory, M. J. Bailey dan S. Higgs (Penyunting).Bacillus thuringiensis an Enviromental Biopesticide theory and Practice.John Wiley and Sons, Chichester.Hlm. 255-265.
Buchner, G. E. 1981.Identification of Bacteria Found in Insect. Di dalam H. D. Gurges (editor). Microbial Control Pest and Plant Disease 1970-1980. Academic Press, New York.
Carozzi, N.B., V.C. Kramer, G.W. Warren, S. Evola, and M.G. Koziel. 1991. Prediction of insecticidal activity ofBacillus thuringiensisstrains by polymerase chain reaction product profiles.Appl. Environ. Microbiol. 57: 3057–3061.
Deacon J . W. 1983.Microbial Control of Plant and Diseases. Van Nostrand Reinhold (VK) Co, Ltd.
Dulmage, H. T., J. A. Corea dan G. G. Morales. 1990. Potential for Improved Formulation of Bacillus thuringiensis israelensis through Standarization and Fermentation Development. Dalam H. de Barjac dan D. J.
Surtherland (editor).Bacterial Control of Mosquitos and Blackfleis : Biochemistry, Genetic and Application of Bacillus thuringiensis israelensis & Bacillus sphaericus. Rotgers University Press. New Brunswick, New Jersey, USA : 110-133.
Ellar, D.J. dan B. Promdonkoy. 2000. Membrane Pore Architecture of A Cytolitycoxin fromBacillus thuringiensis.Biochemical Journal. 350, 275-282.
Feitelson, J. S., Payne, L. Kim. 1992.Bacillus thuringiensis: Insects and Beyond. Biotechnology. 10 : 271–275. Dalam Bahagiawati (2002). Penggunaan Bacillus thuringiensissebagai Bioinsektisida.Bulletin Agrobio5 (1) : 21-28.
Gill, S. S., E. A. Cowles dan P. V. Pietrantonio. 1992.The Mode of Action of Bacillus thuringiensis. Endotoxin. Annu, Rev. Entomol. 37 : 615-636. Gumbira-Sa’id, E. 1987.Bioindustri. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Hidayat, Nur. 2006.Mikrobiologi Industri.Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Ketaren, S. 1990.Kinetika Reaksi Biokimia. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PAU Bioteknologi. IPB, Bogor.
Klein E, DL.Smith, Laxminarayan. 2007. Hospitalizations and Deaths Caused by Methicillin Resistant Staphylococcus aureus, United States, 1999–2005. Emerg Infect Dis13 (12): 1840–6.
Lay, B. W. and Hastowo. 1992.Mikrobiologi.Rajawali Press. Jakarta. Lay, B. W. 1994.Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Madigan, T.M., J.M. Martinko, P.V. Dunlap, and D.P. Clark. 2009.Biology of Microorganisms. Ed ke 12. Pearson Benyamin Cummings. San Fransisco. Hlm: 149, 390, 624.
Nurwijayanti, R. 2005. Daya Bunuh Bacillus thuringiensis Isolat Bangkalan Madura terhadap Berbagai Instar Larva Nyamuk.SkripsiJurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Pelczar, M. J. and Chan E. C. S. 2008.Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Hadioetomo (penerjemah), Terjemahan dari:Elements of Microbiology. UI press. Jakarta.
Petras, S. F. and L. E. Casida. 1985. Survival of Bacillus thuringiensis spores in soil.Appl. Environ. Microbiol.50: 1496-1501.
Shieh, T. R. 1994. Identification and Clasification of Bacillus thuringiensis. DalamKumpulan Makalah Seminar Bacillus thuringiensis. Komisi Pestisida, Departemen Pertanian. Jakarta.
Sriganti E.2000. ToksisitasBacillus thuringiensis subspberlinerdansubs aizaway Terhadap LarvaCrocodoloma binotalis zell(Lepidoptera: Pyralidae) dan Spodopteralitura(Lepidopotera;Noctuidae).SkripsiFakultas MIPA Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suryani, Y. Astuti, B. Oktavia, dan S. Umniyati. 2010.Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kotoran Ayam Sebagai Agensi
Probiotik dan Enzim Kolesterol Reduktase.Prosiding Seminar Nasional Biologi. 138-147
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra, R. D. S. Sastroadmodjo. 1996.Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rinekha Cipta, Jakarta.
Swadener, C. 1994. Bacillus thuringiensis. Journal of Pesticides Reform vol. 14, No 3: 13-20. Northwest Coalition for Alternative to Pesticides.Ottawa. Taruminkeng, Rudy C. 2001.Makalah Falsafah Sains (Pps 702). Program
Pascasarjana/S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Trizelia. 2001.Makalah Falsafah Sains(PPs 702). Program Pascasarjana/SC. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lampiran 1.Hasil Uji Absorbansi Pertumbuhan Sel Standar Tabel 5. Data hubungan jumlah sel dengan absorbansi 620nm
Absorbansi Jumlah sel
0,161 3,075
0,121 2,075
0,064 1,075
0,038 0,075
Persamaan regresi menggunakan metode Least Square
Y = a + bx
Y = jumlah sel
X = nilai absorbansi pada panjang gelombang 620 nm
=
( )( )
( ) ( )²
a =Y̅-bX̅
Tabel 6. Perhitungan Regresi
X Y XY X²
0,161 3,075 0,495 0,026
0,121 2,075 0,251 0,015
0,064 1,075 0,069 0,004
0,038 0,075 0,003 0,001
∑ X =0,384 ∑ Y = 6,3 ∑ XY = 0,818 ∑ X² = 0,046
̅
X = 0,096 ̅Y = 1,575 Diketahui n = 4
Maka :
= 0,818
(0,384)(6,3) 4
0,046 (0,384)4 ²
= 23,056
[image:35.595.104.527.267.759.2]Gambar 10. Kurva Standar PertumbuhanBacillus thuringiensdengan Persamaan linear
✌✍ ✎✏ ✑
✒✍ ✎✏ ✑
✓✍ ✎✏ ✑
✎✍ ✎✏✑
y = 23,✎✑✔ - 0,638 R² = 0,982
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
0 0,05 0,1 0,15 0,2
Ju
m
la
h
s
e
l
Absorbansi
Series1