Muhammad Reza Gemilang
ABSTRAK
PENINGKATAN EFEKTIVITAS CUKA SEBAGAI HERBISIDA DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN BUAH LERAK TERHADAP BEBERAPA
JENIS GULMA
Oleh
Muhammad Reza Gemilang
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Cuka dapat dimanfaatkan sebagai herbisida karena memiliki mekanisme kerja mirip paraquat. Pada aplikasinya, konsentrasi cuka yang dibutuhkan masih terlalu tinggi sehingga diperlukan bahan tambahan yang dapat menurunkan konsentrasi cuka tanpa mengurangi efektivitas
Muhammad Reza Gemilang
konsentrasi larutan buah lerak 0, 2,5 dan 5%. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% digunakan untuk menguji nilai tengah antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Penambahan larutan buah lerak 2,5 dan 5% kedalam cuka 15% sebagai ajuvan mampu meningkatkan keracunan terhadap gulma Cyperus rotundus, Cyperus kyllingia, Eleusine indica, Asystasia gangetica, serta Paspalum conjugatum ; 2). Campuran cuka 15% + 2,5% dan 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma Cyperus kyllingia dan campuran cuka 15% + 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma Paspalum
conjugatum memiliki efektivitas yang sama dengan cuka 20%.
PENINGKATAN EFEKTIVITAS CUKA SEBAGAI HERBISIDA DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN BUAH LERAK TERHADAP BEBERAPA
JENIS GULMA (SKRIPSI)
Oleh
MUHAMMAD REZA GEMILANG
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Muhammad Reza Gemilang
ABSTRAK
PENINGKATAN EFEKTIVITAS CUKA SEBAGAI HERBISIDA DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN BUAH LERAK TERHADAP BEBERAPA
JENIS GULMA
Oleh
Muhammad Reza Gemilang
Gulma merupakan tumbuhan pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Cuka dapat dimanfaatkan sebagai herbisida karena memiliki mekanisme kerja mirip paraquat. Pada aplikasinya, konsentrasi cuka yang dibutuhkan masih terlalu tinggi sehingga diperlukan bahan tambahan yang dapat menurunkan konsentrasi cuka tanpa mengurangi efektivitas
Muhammad Reza Gemilang
konsentrasi larutan buah lerak 0, 2,5 dan 5%. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% digunakan untuk menguji nilai tengah antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Penambahan larutan buah lerak 2,5 dan 5% kedalam cuka 15% sebagai ajuvan mampu meningkatkan keracunan terhadap gulma Cyperus rotundus, Cyperus kyllingia, Eleusine indica, Asystasia gangetica, serta Paspalum conjugatum ; 2). Campuran cuka 15% + 2,5% dan 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma Cyperus kyllingia dan campuran cuka 15% + 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma Paspalum
conjugatum memiliki efektivitas yang sama dengan cuka 20%.
PENINGKATAN EFEKTIVITAS CUKA SEBAGAI HERBISIDA DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN BUAH LERAK TERHADAP BEBERAPA
JENIS GULMA
Oleh
Muhammad Reza Gemilang
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Tengah pada tanggal 17 Oktober 1994. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sukirno dan Ibu Sukowati.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Bustanul Ulum Terbanggi Besar Lampung Tengah pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 02 Sendang Agung Lampung Tengah pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 01 Bandar Mataram pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 01 Seputih Mataram Lampung Tengah pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Tertulis.
Pada tahun 2015, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT. Nusantara Tropical Farm, Kabupaten Lampung Timur dan pada tahun 2015 penulis
“Manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu masih setia pada hatinya atau berSH pada dirinya
sendiri”
(Persaudaraan Setia Hati Terate)
Sepiro gedene sengsoro yen tinompo amung dadi cobo. (RM. Imam Koesopangat)
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.
(Anonim)
“Ilmu lebih utama daripada harta sebab ilmu warisan para nabi dan harta warisan qorun. Ilmu lebih utama daripada harta karena ilmu menjaga kamu, sedangkan
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat, karunia, dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PENINGKATAN EFEKTIVITAS CUKA SEBAGAI HERBISIDA DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN BUAH
LERAK TERHADAP BEBERAPA JENIS GULMA”. Melalui tulisan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksanaan penelitian maupun dalam penulisan hasil penelitian, khususnya kepada :
1. Bapak Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan, arahan, saran, motivasi, dan ilmu yang diberikan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Nanik Sriyani, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas arahan, saran, motivasi, dan ilmu yang diberikan.
3. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku Pembahas atas ilmu, saran, nasehat, dan pengarahan yang diberikan.
5. Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan, arahan, dan nasehat yang diberikan.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Agronomi atas saran, nasehat dan pengarahan yang diberikan.
7. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung.
8. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banua, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
9. Teman-Teman Seperjuangan Muhammad Pambudi Am, Muhammad Andi Safei, Nova Adelina Lubis, Mesva Riza Lista, Nia Nurmala S, Nur Aeni, Rahmadyah Hamiranti, Lesty Mantia Sari, Misluna, Adriyanus Ivan Pratama, dan Meilan Angraini.
10. Sedulur-sedulurku di UKM-U PSHT Unila yang selalu memberikan motivasi dan dorongan.
11. Teman-Teman AGT 2012 dan khususnya untuk kelas C yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini diridhoi Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Desember 2016 Penulis,
i
Dengan segala kerendahan hati, tiada kata yang lebih indah selain
mengucapkan syukur kepada Allah atas segala rahmat dan nikmat yang Kau
berikan selama ini.
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk manusia yang paling aku cintai
Rasulullah SAW, Semua hamba yang mencintai Allah SWT dan Rasulullah
SAW, Mujahid dan Mujahidah yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Kupersembahkan karya kecil ini kepada Bapak Sukirno dan Ibu Sukowati
yang setiap sujudnya selalu mendoakan keberhasilanku. Adikku Reza yang
selalu memberikan semangat kepadaku, serta keluarga besarku atas dukungan
dan doa yang diberikan.
Serta almamater tercinta
iv
4.3.6 Synedella nodiflora ... 60
4.4 Bobot Kering Gulma ... 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
v DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Perlakuan asam cuka (asam asetat) dan larutan buah lerak ... 23 2. Rangkuman Analisis Ragam pada Variabel Pengamatan Gulma
Teki ... 31 3. Rangkuman Analisis Ragam pada Variabel Pengamatan Gulma
Rumput ... 31 4. Rangkuman Analisis Ragam pada Variabel Pengamatan Gulma
Daun Lebar ... 31 5. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Cyperus rotundus pada 3 HSA ... 33 6. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Cyperus kyllingia pada 3 HSA ... 35
7. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Paspalum conjugatum pada 3 HSA ... 37 8. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Eleusine indica pada 3 HSA ... 39 9. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Asystasia gangetica pada 3 HSA ... 41
10. Pengaruh Perlakuan Asam Asetat + Larutan Buah Lerak Terhadap
Tingkat Keracunan Gulma Synedrella nodiflora pada 3 HSA ... 43 11. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat
Kehijauan Daun Gulma Cyperus rotundus pada 3 HSA ... 44 12. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat
vi 13. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat
Kehijauan Daun Gulma Paspalum conjugatum pada 3 HSA ... 46
14. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Eleusine indica pada 3 HSA ... 47
15. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Asystasia gangetica pada 3 HSA ... 48
16. Pengaruh Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Synedrella nodiflora pada 3 HSA ... 49
23. Pengaruh Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus, Eleusine indica, Asystasia gengetica, dan Synedrella nodiflora ... 62
24. Pengaruh Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia ... 63
25. Pengaruh Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum ... 64
26. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Cyperus rotundus pada Pengamatan 3 HSA ... 70
27. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Cyperus rotundus pada Pengamatan 3 HSA ... 71
vii 29. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Cyperus kyllingia
pada Pengamatan 3 HSA ... 72
30. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Cyperus kyllingia pada Pengamatan
3 HSA ... 73 31. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Cyperus kyllingia pada
Pengamatan 3 HSA ... 73 32. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Paspalum conjugatum
pada Pengamatan 3 HSA ... 74 33. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Paspalum conjugatum pada
Pengamatan 3 HSA ... 75 34. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Paspalum conjugatum
pada Pengamatan 3 HSA ... 75 35. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Eleusine indica
pada Pengamatan 3 HSA ... 76 36. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Eleusine indica pada Pengamatan
3 HSA ... 77 37. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Eleusine indica pada
Pengamatan 3 HSA ... 77 38. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Asystasia gangetica
pada Pengamatan 3 HSA ... 78 39. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Asystasia gangetica pada
viii 40. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Asystasia gangetica pada
Pengamatan 3 HSA ... 79 41. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Synedrella nodiflora
pada Pengamatan 3 HSA ... 80 42. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Synedrella nodiflora pada
Pengamatan 3 HSA ... 81 43. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Keracuanan Gulma Synedrella nodiflora pada
Pengamatan 3 HSA ... 81 44. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus
rotundus pada Pengamatan 3 HSA ... 82 45. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus rotundus
pada Pengamatan 3 HSA ... 83 46. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus rotundus
pada Pengamatan 3 HSA ... 83 47. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus kyllingia
pada Pengamatan 3 HSA ... 84 48. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus kyllingia pada
Pengamatan 3 HSA ... 85 49. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Cyperus kyllingia pada
Pengamatan 3 HSA ... 85 50. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Paspalum
ix 51. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Paspalum conjugatum pada
Pengamatan 3 HSA ... 87 52. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Paspalum conjugatum
pada Pengamatan 3 HSA ... 87 53. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Eleusine indica
pada Pengamatan 3 HSA ... 88 54. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Eleusine indica pada
Pengamatan 3 HSA ... 89 55. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Eleusine indica pada
Pengamatan 3 HSA ... 89 56. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Asystasia
gangetica pada Pengamatan 3 HSA ... 90 57. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Asystasia gangetica pada
Pengamatan 3 HSA ... 91 58. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Asystasia gangetica
pada Pengamatan 3 HSA ... 91 59. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Synedrella
nodiflora pada Pengamatan 3 HSA ... 92 60. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh
Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Synedrella nodiflora pada
Pengamatan 3 HSA ... 93 61. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Tingkat Kehijauan Daun Gulma Synedrella nodiflora
x 62. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah
Lerak Terhadap Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus ... 94 63. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
Gulma Cyperus rotundus ... 95 64. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
Bobot Kering Gulma Cyperus rotundus ... 95 65. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia ... 96 66. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
Gulma Cyperus kyllingia ... 97 67. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
Bobot Kering Gulma Cyperus kyllingia ... 97 68. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum ... 98 69. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
Gulma Paspalum conjugatum ... 99 70. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
Bobot Kering Gulma Paspalum conjugatum ... 99 71. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Bobot Kering Gulma Eleusine indica ... 100 72. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
Gulma Eleusine indica ... 101 73. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
Bobot Kering Gulma Eleusine indica ... 101 74. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica ... 102 75. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
xi 76. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
Bobot Kering Gulma Asystasia gangetica ... 103 77. Data Pengaruh Kombinasi Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak
Terhadap Bobot Kering Gulma Synedrella nodiflora ... 104 78. Uji Bartlett Untuk Homogenitas Ragam Data Pengaruh Kombinasi
Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap Bobot Kering
Gulma Synedrella nodiflora ... 105 79. Analisis Ragam Perlakuan Cuka dan Larutan Buah Lerak Terhadap
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Struktur kimia asam asetat ... 12 2. Struktur kimia saponin steroid ... 20 3. Struktur kimia saponin triterpenoid ... 21 4. Tata letak petak percobaan ... 24 5. Skema petak aplikasi ... 27 6. Gejala keracunan gulma Cyperus rotundus pengamatan 3 HSA .... 32 7. Gejala keracunan gulma Cyperus kyllingia pengamatan 3 HSA .... 34 8. Gejala keracunan gulma Paspalum conjugatum pengamatan
3 HSA ... 36 9. Gejala keracunan gulma Eleusine indica pengamatan 3 HSA ... 38 10. Gejala keracunan gulma Asystasia gangetica pengamatan
3 HSA ... 40 11. Gejala keracunan gulma Synedrella nodiflora pengamatan
3 HSA ... 42 12. Jaringan epidermis bawah daun gulma Cyperus rotundus dengan
pembesaran mikroskop 100x10 m ... 50 13. Jaringan epidermis bawah daun gulma Cyperus kyllingia dengan
pembesaran mikroskop 100x10 m ... 52 14. Jaringan epidermis bawah daun gulma Paspalum conjugatum
dengan pembesaran mikroskop 100x10 m ... 54 15. Jaringan epidermis bawah daun gulma Eleusine indica dengan
xiii 16. Jaringan epidermis bawah daun gulma Asystasia gangetica dengan
pembesaran mikroskop 100x10 m ... 58 17. Jaringan epidermis bawah daun gulma Synedrella nodiflora dengan
pembesaran mikroskop 100x10 m ... 60 18. Jaringan epidermis bawah daun gulma Cyperus rotundus dengan
pembesaran mikroskop 40x10 m ... 106 19. Jaringan epidermis bawah daun gulma Cyperus kyllingia dengan
pembesaran mikroskop 40x10 m ... 107 20. Jaringan epidermis bawah daun gulma Paspalum conjugatum
dengan pembesaran mikroskop 40x10 m ... 108 21. Jaringan epidermis bawah daun gulma Eleusine indica dengan
pembesaran mikroskop 40x10 m ... 109 22. Jaringan epidermis bawah daun gulma Asystasia gangetica dengan
pembesaran mikroskop 40x10 m ... 110 23. Jaringan epidermis bawah daun gulma Synedrella nodiflora dengan
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia terutama dalam proses budidaya tanaman. Gulma menjadi salah satu faktor penting yang dapat menyebababkan turunnya produksi tanaman.
Kehadiran gulma pada lahan budidaya mengakibatkan terjadinya kompetisi unsur-unsur penunjang kehidupan tanaman seperti kompetisi unsur-unsur hara, air, dan cahaya matahari. Gulma juga dapat merugikan petani atau perusahan agribisnis dengan cara menurunkan kualitas produk pertanian, mengganggu proses produksi seperti pemupukan dan pemanenan, dan sebagai inang sementara atau tempat sembunyi hama dan penyakit (Pujisiswanto, 2012). Kompetisi tersebut sangat merugikan bagi tanaman budidaya karena dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
2
terus menerus adalah munculnya resiko pencemaran lingkungan akibat residu bahan aktif herbisida dan munculnya resistensi gulma. Oleh karena itu diperlukan alternatif herbisida dengan bahan aktif yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Chinery (2002), cuka makanan (asam asetat) dapat digunakan sebagai bioherbisida. Mekanisme kerja dari asam asetat adalah mirip dengan paraquat dimana asam asetat menyebabkan pembubaran cepat keutuhan membran sel yang mengakibatkan pengeringan jaringan daun, dan akhirnya kematian tumbuhan. Hasil penelitian Dayan et al. (2009) menunjukkan bahwa larutan asam asetat (10-20%) mampu mengendalikan lebih dari 80% gulma muda. Hasil Penelitian Evans et al. (2009) menunjukkan bahwa asam asetat 20% yang diterapkan pada volume 636 l/ha memberikan pengendalian Amaranthus retroflexus 100% pada 6 hari setelah aplikasi (6 HSA ). Hasil penelitian Pujisiswanto (2015) menunjukkan bahwa aplikasi asam asetat pascatumbuh 20% efektif menekan pertumbuhan gulma, menyebabkan pertumbuhan dan hasil jagung setara dengan aplikasi asam asetat pratumbuh + pascatumbuh dan penyiangan mekanis 2 kali.
Penelitian lain menunjukkan bahwa aplikasi asam asetat dapat menekan
3
asetat 10-20% mampu mengendalikan pertumbuhan gulma daun lebar Asystasia gangética, sedangkan gulma daun lebar lain yaitu kacangan (LCC) dan Mikania micranta mampu dikendalikan dengan konsentrasi 20% sampai dengan 4 MSA. Gulma golongan rumput yaitu Digitaria longiflora tidak mampu dikendalikan oleh cuka sampai 4 MSA (Pujisiswanto, 2012).
Namun dalam aplikasinya, konsentrasi cuka yang digunakan sebagai herbisida masih terlalu tinggi sehingga perlu penambahan ajuvan untuk menurunkan konsentrasi cuka. Menurut Djojosumarto (2008), dalam suatu formulasi terdapat bahan aktif, bahan pembantu (adjuvan), dan bahan pembawa (carier). Adjuvan yaitu bahan atau senyawa yang ditambahkan didalam proses formulasi agar pestisida mudah diaplikasikan. Carier yaitu bahan yang digunakan untuk
menurunkan konsentrasi produk pestisida tergantung bagaimana cara penggunaan yang diinginkan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah berikut ini :
1. Apakah efikasi cuka ditambah larutan buah lerak (Sapindus rarak) mampu mengendalikan berbagai jenis gulma?
4
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menguji larutan buah lerak (Sapindus rarak) sebagai ajuvan herbisida untuk meningkatkan efektivitas cuka dalam mengendalikan gulma
2. Mendapatkan kombinasi campuran cuka dan larutan buah lerak pada konsentrasi cuka yang lebih rendah dari 20% tanpa mengurangi efektivitas dalam mengendalikan gulma
1.3 Kerangka Pemikiran
Kehadiran gulma di lahan budidaya menyebabkan terjadinya kompetisi unsur penunjang kehidupan seperti air, unsur hara, dan cahaya matahari. Pertumbuhan gulma yang lebih cepat dari tanaman budidaya juga mengakibatkan kerugian di awal penanaman karena dapat menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Pengendalian gulma pada lahan budidaya tanaman sangat penting dilakukan. Pengendalian gulma baik secara mekanis, kultur teknis, dan kimiawi menjadi alternatif pilihan yang dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhan dan
keberadaan gulma di lahan budidaya. Pengendalian secara kimiawi (penggunaan herbisida) menjadi yang paling populer karena dianggap efektif dalam menekan pertumbuhan gulma dan efisien dalam hal biaya dan waktu. Namun jika
digunakan secara terus menerus dan dalam jangka panjang, masalah pencemaran lingkungan dan resistensi gulma akan timbul.
5
asetat pascatumbuh menghambat gulma melalui membran sel bocor, penurunan konduktansi stomata dan menginduksi penutupan stomata, penurunan laju transpirasi, penurunan serapan CO2, dan peningkatan O2, menghambat sintesis protein dan penurunan kadar klorofil sehingga menghambat laju fotosintesis.
Namun dalam aplikasinya, dibutuhkan sekitar 20% konsentrasi cuka dari 500 l/ha untuk mendapatkankan hasil efikasi yang baik. Penggunaan konsentrasi cuka yang masih tinggi mendorong untuk mencari cara dan formulasi baru dalam penggunaannya. Salah satu caranya adalah dengan mencampur cuka tersebut dengan berbagai bahan campuran lain untuk mendapatkan spektrum daya berantas yang luas. Penambahan bahan campuran ini akan dapat meningkatkan daya efikasi cuka sehingga konsentrasi cuka yang digunakan menurun dan secara langsung juga akan menekan biaya untuk pengendalian gulma. Oleh karena itu perlu dicari alternatif cara pengendalian yang dapat menekan penggunaan konsentrasi cuka tanpa mengurangi daya efikasi terhadap pertumbuhan gulma.
6
1.5 Hipotesis
Menurut kerangka pemikiran yang telah diutarakan, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Penambahan larutan buah lerak (Sapindus rarak) pada cuka efektif mengendalikan gulma.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Gulma
Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang merugikan kepentingan manusia baik dari segi ekonomi, ekologis, kesehatan, maupun estetika. Kehadiran gulma selama proses budidaya tanaman tidak selalu berkonotasi dengan kemampuan gulma tersebut berkompetisi dengan tanaman dalam memperebutkan sarana tumbuh, seperti hara, air, cahaya, maupun ruang tumbuh, tetapi gulma juga dapat merugikan petani atau perusahan agribisnis dengan cara menurunkan kualitas produk pertanian, mengganggu proses produksi seperti pemupukan dan
pemanenan, sebagai inang sementara atau tempat sembunyi hama dan penyakit, dan mengganggu keindahan lahan (Pujisiswanto, 2012).
8
2.1.1 Gulma Golongan Teki (Sedges)
2.1.1.1 Cyperus rotundus
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus
Tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Umumnya rumput ini tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia, dan Kawasan Asia Tenggara. Rumput teki banyak tumbuh di tempat terbuka atau tidak terkena sinar matahari secara langsung seperti tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu kering, ladang, kebun, tegalan, pinggir jalan, yang hidup sebagai gulma karena sangat susah untuk diberantas (Gunawan et al.,1998).
2.1.1.2 Cyperus kyllingia
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Cyperales
9
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus kyllingia.
Rumput teki banyak ditemukan pada tempat yang menerima curah hujan lebih dari 1000 mm pertahun yang memiliki kelembapan 60-85%. Suhu terbaik untuk pertumbuhan rumput teki adalah suhu dengan rata-rata 25˚C, pH tanah untuk menumbuhkan rumput teki berkisar antara 4,0-7,5 (Syarif, 2013).
2.1.2 Gulma Golongan Rumput (Grasses)
2.1.2.1 Paspalum conjugatum
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotiledoneae Ordo : Poales
Famili : Poaceae Genus : Paspalum
Spesies : Paspalum conjugatum
10
2.1.2.2 Eleusine indica
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Eleusine Spesies : Eleusine indica
E. indica (Gulma lulangan) merupakan gulma semusim berumur pendek dan memiliki alat perkembangbiakan berupa biji. E. indica dapat tumbuh hingga 2000 m dpl. Gulma ini merupakan gulma yang memiliki daun sempit, batang
berbentuk cekungan dan menempel pipih, pelepah menempel kuat, lidah daun berbentuk selaput pendek dan tumbuh dalam rumpun, dan batang seringkali bercabang. Akar E. indica sangat kuat, tumbuh liar dipinggir jalan atau dilapangan (Moenandir, 1988).
2.1.3 Gulma Golongan Daun Lebar ( Broad Leaved )
2.1.3.1 Asystasia gangetica
Kerajaan : Plantae
11
Genus : Asystasia
Spesies : Asystasia gangetica
Di kawasan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia, A. gangetica merupakan gulma penting yang telah tersebar luar di perkebunan karet, kopi, kakao, nanas dan terutama kelapa sawit sejak tahun 1970-an. Dewasa ini,
dominasi A.gangetica di banyak perkebunan tersebut berkaitan dengan pengunaan glifosat secara terus menerus (Purba, 2009).
2.1.3.2 Synedrella nodiflora
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Synedrella
Spesies : Synedrella nodiflora
12
2.2 Asam Asetat
Nama asam asetat berasal dari kata Latin “asetum”. Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang merupakan asam karboksilat yang paling penting di perdagangan, industri, dan laboraturium dan dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat memiliki rumus kimia CH3COOH. Asam asetat merupakan asam lemah yang terionisasi sebagian dalam air, walaupun demikian, keasaman asam asetat tetap lebih tinggi dibanding dengan keasaman air (Hardoyo et al., 2007).
Bentuk murni dari asam asetat ialah asam asetat glacial. Asam asetat glacial mempunyai ciri-ciri tidak berwarna, mudah terbakar (titik beku 17°C dan titik didih 118°C) dengan bau menyengat, dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Dalam bentuk cair atau uap, asam asetat sangat korosif terhadap kulit dan jaringan lain. Suatu molekul asam asetat mengandung gugus OH dan dengan sendirinya dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air. Karena adanya ikatan hidrogen ini, maka asam asetat yang mengandung atom karbon satu sampai empat dan dapat bercampur dengan air (Gambar 1) (Hewitt, 2003).
H O
H C C
H O H
13
Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
asmosferik, titik didihnya 118,1oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat luas di bidang industri dan pangan (Hardoyo et al., 2007).
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Asam asetat adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan
kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan laboratorium seperti sebagai pelarut, reagen, dan katalis. Asam asetat juga digunakan sebagai bahan penyusun cat, pernis dan glasir, serta digunakan dalam perawatan medis, misalnya dalam pengobatan sengatan ubur-ubur ( Hart dan Craine, 2003).
14
LD50 asam asetat setelah diuji yakni LD50 oral-tikus (rat): 3310 mg/kg, LD50 kulit-kelinci: 1060 mg/kg, sedangkan LD50 paraquat yakni yakni LD50 oral-tikus (rat): 100 mg/kg, LD50 kulit-tikus: 236 mg/kg. Data tersebut menunjukkan bahwa asam asetat lebih ramah terhadap lingkungan karena memiliki LD50 yang lebih tinggi dibanding dengan paraquat. (BPOMRI, 2011).
Dekomposisi maupun degradasi asam asetat pada lingkungan dapat terjadi melalui bantuan sinar ultra violet dan mikroorganisme. Park dan Lee (2009)
menunjukkan bahwa asam asetat terurai dalam waktu 120 menit oleh radiasi UV dibawah konsentrasi 500 ppm. Penelitian lain menunjukkan bahwa campuran kultur bakteri dari tanah ( Bacillus sp.) dapat membantu biodegradasi asam asetat. Campuran kultur bakteri mengakibatkan hilangnya asam asetat 100% dalam 72 jam pada konsentrasi cuka 1% dan 4%, dan 97% pada konsentrasi cuka 7%. Biodegradasi aerobik tampaknya menjadi pendekatan yang relevan untuk menanggulangi limbah cuka komersial(Kumbha et al., 2013).
15
2.2.1 Asam Asetat Sebagai Bioherbisida
Menurut Chinery (2002), cuka makanan dapat digunakan sebagai bioherbisida, namun penelitian yang mendukung masih terbatas. Sejak laporan tersebut, para ilmuwan mulai meneliti daya racun asam asetat sebagai herbisida organik (Johnson et al., 2003).
Mekanisme kerja dari asam asetat adalah mirip dengan paraquat dimana asam asetat menyebabkan pembubaran cepat keutuhan membran sel mengakibatkan pengeringan jaringan daun, dan akhirnya kematian tanaman. Paraquat merupakan salah satu herbisida kontakyang banyak digunakan dalam persiapan lahan (Owen, 2002).
Mekanisme asam asetat pascatumbuh menghambat gulma melalui membran sel bocor, penurunan konduktansi stomata dan menginduksi penutupan stomata, penurunan laju transpirasi, penurunan serapan CO2, dan peningkatan O2,
16
Aplikasi cuka 10 dan 20% pada 2 dan 4 MSA mampu mengendalikan
pertumbuhan gulma total. Hasil pengamatan visual persentase penutupan gulma total secara umum memperlihatkan bahwa di seluruh petak perlakuan cuka mempunyai tingkat penutupan gulma yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol pada 2 MSA, sedangkan pada 4 MSA terlihat bahwa cuka 10 dan 20% mempunyai tingkat penutupan yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Pujisiswanto, 2012).
Aplikasi asam asetat pascatumbuh 20% efektif menekan pertumbuhan gulma, menyebabkan pertumbuhan dan hasil jagung setara dengan aplikasi asam asetat pratumbuh + pascatumbuh dan penyiangan mekanis 2 kali. Pengendalian gulma dengan aplikasi asam asetat pratumbuh + pascatumbuh, pascatumbuh dan penyiangan mekanis 2 kali menyebabkan penurunan hasil jagung lebih rendah yaitu masing-masing sebesar 19,48% 20,86% dan 16,79% dibandingkan dengan perlakuan bergulma sebesar 47,67% (Pujisiswanto, 2015).
2.3 Penambahan Larutan Buah Lerak Sebagai Ajuvan
Kecenderungan penggunaan herbisida di Indonesia telah mengalami
perkembangan ke arah efisiensi penggunaan yang lebih tinggi. Aktivitas yang terjadi antara lain mencampur herbisida dengan berbagai bahan aktif untuk mendapatkan spektrum daya berantas yang luas, mencampur urea dengan
17
2.3.1 Ajuvan
Ajuvan merupakan bahan yang ditambahkan dalam formulasi herbisida untuk menambah aktivitasnya. Ajuvan dapat meningkatkan daya peracunan (toksisitas), membantu membentuk emulsi, menambah sifat penyebaran larutan,
mempermudah retensi dan penetrasi. Ajuvan dapat berupa surfaktan, sticker, emulsifier, sequesting agent, dispersing agent, anti caking agent dan sebagainya (Rakian dan Muhidin, 2008).
18
Hasil penelitian menunjukkan penambahan ajuvan sangat berpengaruh nyata terhadap penggunaan dosis. Campuran ajuvan ammonium sulfat dan glifosat lebih efektif untuk mengendalikan gulma apabila digunakan secara bersama-sama dibandingkan dengan penggunaan secara individu. Perlakuan pemberian
herbisida dengan dosis 3 l/ha tanpa ammoniumm sulfat, kurang efektif untuk menekan pertumbuhan alang-alang dibandingkan dengan pemberian herbisida pada dosis 3 l/ha tetapi diberi ammonium sulfat (Rakian dan Muhidin, 2008).
Penelitian lain menunjukkan interaksi herbisida dengan surfaktan berpengaruh nyata terhadap persen penutupan gulma, bobot kering gulma total dan bobot kering Borreria alata. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas herbisida yang dicampur dengan surfaktan berbeda dibanding tanpa surfaktan. Konsentrasi surfaktan yang memberikan peningkatan efektivitas herbisida besarnya berbeda utnuk jenis herbisida yang berbeda. Glifosat clan sulfosat yang dicampur surfaktan 0,2% dapat mengendalikan gulma lebih baik dibanding parakuat. Hingga 12 MSA campuran herbisida dan surfaktan tersebut masih dapat menekan penutupan gulma. Hasil yang sama juga terlihat pada bobot kering gulma. Dengan konsentrasi surfaktan 0,2% glifosat dan sulfosat dapat mengendalikan gulma dengan baik (Sulistyono et al., 1999)
2.3.2 Buah Lerak (Sapindus rarak)
19
ketinggian 450-1500 m di atas permukaan air laut. Tinggi tanaman dapat
mencapai 15-42 m dan batang kayu yang berwarna putih kusam berbentuk bulat, keras, dan dapat berukuran 1 m. Biji tanaman berbentuk bulat, keras, dan
berwarna hitam. Buahnya berbentuk bulat, keras, diameter ± 1,5 cm, dan
berwarna kuning kecoklatan. Di dalam buah terdapat daging buah yang aromanya wangi. Tanaman lerak mulai berbuah pada umur 5-15 tahun. Pada umumnya musim berbuah pada awal musim hujan dan menghasilkan biji sebanyak 1.000-1.500 biji (Syahroni et al., 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat di beberapa jurnal menyebutkan bahwa buah, kulit batang, biji, dan daun tanaman lerak mengandung saponin, alkaloid, steroid, antikuinon, polifenol, dan tanin (Syahroni et al., 2013).
Saponin terdapat pada semua bagian tanaman Sapindus dengan kandungan tertinggi terdapat pada bagian buah. Saponin berasal dari bahasa latin “Sapo” yang berarti sabun karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin merupakan senyawa kimia yang berasal dari metabolit sekunder yang banyak diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Saponin memiliki sifat berasa pahit, berbentuk busa stabil dalam air, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin (seperti : ikan, siput, dan serangga), dapat menstabilkan emulsi, dan menyebabkan hemolisis (rusaknya sel darah merah) (Syahroni et al, 2013).
20
Berdasarkan struktur aglikon (sapogenin)nya dikenal 2 macam saponin, yaitu : tipe steroid dan triterpenoid. Saponin tipe steroid (Gambar 2) mengandung aglikon polisiklik yang merupakan sebuah steroid cholin. Di alam, saponin tipe steroid tersebar luas pada beberapa keluarga Monocotyledoneae (contoh:
Dioscorea spp.), terutama keluarga Dioscoreaceae dan keluarga Amaryllidaceae (contoh: Agave sp.). Saponin steroid penting karena mempunyai kesamaan struktur inti senyawa-senyawa vitamin D, glikosida jantung, dan kortison sehingga biasa digunakan sebagai bahan baku untuk sintesa senyawa-senyawa tersebut (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Gambar 2. Struktur kimia saponin steroid
21
22
BAB III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2016.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah cuka makan 25% , larutan buah lerak, bibit gulma (2 golongan teki : C. rotundus dan C. kyllingia, 2 golongan rumput : P. conjugatum dan E. indica dan 2 golongan daun lebar : A. gangetica dan S. nodiflora), dan cat kuku. Sedangkan alat yang digunakan adalah pot (diameter 8,5 cm dan tinggi 11,5 cm), timbangan digital, gelas ukur, knapsack sprayer dengan nosel warna biru (lebar bidang semprot 1,5 m), SPAD 502, mikroskop, gelas preparat, ruber bulb, pipet, oven, kantong plastik, gunting, selotip dan amplop.
3.3 Metodologi Penelitian
23
Tabel 1. Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak
Cuka (%) 0% Larutan Buah Lerak (%) (L0)
2,5% (L1)
5% (L2)
0% (C0) C0L0 C0L1 C0L2
5% (C1) C1L0 C1L1 C1L2
10% (C2) C2L0 C2L1 C2L2
15% (C3) C3L0 C3L1 C3L2
20% (C4) C4L0 C4L1 C4L2
Perlakuan sebanyak 15 perlakuan diulang sebanyak 4 kali dengan 6 jenis gulma sasaran sehingga diperoleh 360 satuan percobaan. Perlakuan campuran asam asetat dan larutan buah lerak diuji dengan macam-macam konsentrasi untuk melihat pengaruhnya terhadap gulma . Uji Bartlett digunakan untuk menguji homogenitas ragam dan Uji Tukey untuk menguji additifitas data. Jika asumsi terpenuhi, analisis data akan dilanjutkan dengan sidik ragam dan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% digunakan untuk menguji perbedaan nilai tengah.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Tata Letak Percobaan
24
CnLn : Perlakuan cuka + larutan buah lerak U : Ulangan
3.4.2 Penetapan Gulma Sasaran
25
rumputan (P. conjugatum dan E. indica), dan golongan daun lebar (A. gangetica dan S. nodiflora).
3.4.3 Penanaman Gulma
Penanaman gulma dilakukan dengan menanam gulma yang masih muda. Bibit gulma diambil di sekitar Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung. Media yang digunakan adalah tanah dengan kondisi sama dengan tempat
pengambilan gulma dengan berat masing-masing pot berisi 300 g tanah. Untuk mengantisipasi matinya gulma di pot, maka penanaman gulma dilakukan lebih dari jumlah satuan percobaan dan ditanam di pot tersendiri sehingga
mempermudah dalam melakukan penyulaman.
3.4.4 Pemeliharaan Gulma
26
3.4.5 Aplikasi Cuka dan Larutan Buah Lerak
3.4.5.1 Prosedur Pembuatan Larutan Lerak
Larutan buah lerak dibuat dengan cara menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan. Buah lerak sebanyak ± 60 gram atau setara dengan ± 15 biji buah lerak dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi 250 ml air panas, didiamkan beberapa saat sampai buah menjadi lunak. Setelah buah lerak lunak, tumbuk daging buahnya menggunakan lumpang dan alu porselin lalu didiamkan di dalam air tersebut selama ± 24 jam, kemudian disaring.
3.4.5.2 Kalibrasi
Alat semprot dikalibrasi untuk mengetahui keluaran nosel persatuan luas.
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan metode luas untuk mengetahui volume semprot. Volume semprot yang dibutuhkan sebesar 500 l/ha.
3.4.5.3 Aplikasi
27
Gambar 5. Skema petak aplikasi
3.5 Pengamatan
3.5.1. Fitotoksisitas (Tingkat Keracunan) Gulma
Tingkat keracunan gulma akibat aplikasi cuka dan larutan buah lerak (sesuai perlakuan) dilihat secara visual dengan penggunaan metode skoring yang disesuaikan dengan aturan dari Komisi Pestisida (2011) dalam
metode standar pengujian efikasi herbisida adalah sebagai berikut:
0 = Tidak ada keracunan 0-5% bentuk dan atau warna daun dan atau pertumbuhan tidak normal
1 = Keracunan ringan >5-20% bentuk dan atau warna daun dan atau pertumbuhan tidak normal
2 = Keracunan sedang >20-50% bentuk dan atau warna daun dan atau P. conjugatum
A. gangetica C. rotundus
28
pertumbuhan tidak normal
3 = Keracunan berat >50-75% bentuk dan atau warna daun dan atau pertumbuhan tidak normal
4 = Keracunan sangat berat >75% bentuk dan atau warna daun dan atau pertumbuhan tidak normal sampai mati
Pengamatan dilakukan pada 3 hari setelah aplikasi (HSA) .
3.5.2 Tingkat Kehijauan Daun Gulma
Pengamatan tingkat kehijauan daun dilakukan pada 3 HSA diukur dengan menggunakan alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Alat ini secara digital mencatat tingkat kehijauan (Farhana et al., 2007). Daun yang diamati adalah daun yang telah membuka sempurna yakni daun pertama atau daun kedua.
3.5.3 Pengamatan Anatomi Stomata Daun
Pengamatan anatomi stomata daun dilakukan pada 3 HSA. Metode yang digunakan untuk mengamati stomata adalah menggunakan cat kuku transparan diolesi pada daun gulma abaksial (bagian bawah). Pembuatan preparat dilakukan dengan cara cat kuku bening dioleskan pada bagian abaksial luar daun gulma. Setelah cat kering (5-10 menit), cat diangkat dengan menggunakan potongan selotip transparan. Pengamatan dilakukan dengan cara memilih dua bagian daun yang sama antara kontrol dan perlakuan cuka dan larutan buah lerak. Pengamatan dibawah mikroskop dengan mengamati sn (stomata normal), len (lekukan
29
(struktur rusak parah) pada perbesaran 100x10 . Jumlah stomata yang terbuka
normal juga diamati pada perbesaran mikroskop 40x10 .
3.5.4 Bobot Kering Gulma
65
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penambahan larutan buah lerak 2,5% dan 5% sebagai ajuvan pada cuka 15% memiliki tingkat keracunan lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi cuka tunggal terhadap gulma C. rotundus, C. kyllingia, E. indica, A. gangetica dan P. conjugatum.
2. Campuran cuka 15% + 2,5% dan 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma C. kyllingia memiliki efektivitas yang sama dengan cuka 20%. 3. Campuran cuka 15% + 5% larutan buah lerak yang diaplikasikan pada gulma
P. conjugatum memiliki efektivitas yang sama dengan cuka 20%.
5.2. Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S. Dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11 (2) : 166-173. BPOMRI. 2011. Asam Asetat (Acetic Acid). Sentra Informasi Keracunan Nasional
(SIKerNas). Jakarta.
Chinery, D. 2002. Using Acetic Acid (Vinegar) As A Broad-Spectrum Herbicide. Cooperatif Extension Educator, Cornell Cooperative Extentsion of
Rensselaer Country, 61 state street, try NY.
Dayan, F.E, Charles L. Cantrell, Stephen and O. Duke. 2009. Natural products in crop protection. Natural Products Utilization Research Unit, Agricultural Research Service, United States Department of Agriculture, University. Bioorganic & Medicinal Chemistry Vol.17 : 4022–4034.
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Donatus, I.A. 2001. Toksikologi Dasar. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta. Evans, G. J., Bellinder, R.R. and M. C. Goffinet. 2009. Herbicidal Effects of
Vinegar and a Clove Oil Product on Redroot Pigweed (Amaranthus retroflexus) and Velvetleaf (Abutilon theophrasti). Weed Technology 23 (2) : 292-299.
Fatmawati, Ira. 2014. Efektivitas Buah Lerak (Sapindus rarak De Candole) sebagai Bahan Pembersih Logam Perak, Perunggu, dan Besi. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur 8 (2) : 24-31.
Farhana, M.A., M.R. Yusop, M.H. Harun, A.K. Din. 2007. Performance of tenera population for the chlorophyll contents and yield component. in:
International Palm Oil Congress (Agriculture, Biotechnology & Sustainability). Proceedings of the PIPOC Vol. 2 : 701-705. Fischer, H. dan Y. Kuzyakov. 2010. Sorption, Microbial Uptake and
67
Gunawan, Didik, et al.. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. Pusat Penelitian Obat Tradisional (PPOT UGM). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Gunawan, D. dan S. Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar
Swadaya. Jakarta.
Hardoyo, Agus Eko Tjahjono, Dyah Primarini, Hartono dan Musa. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan Acetobacter aceti. J. Sains MIPA Vol. 13, No. 1
Hart, H dan Craine, L. 2003. Kimia Organik. Edisi II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hewitt, P.G. 2003. Conseptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:
Pearson Education, Inc.
Johnson, E N., Wolf, T M. and B. C. Caldwell. 2003. Vinegar (Acetic acid) For Pre-Seed And Post- Emergence Control Of Broadleaf Weeds in Spring Wheat (Triticum aestivum L.). Canadian Weed Sci. Soc. 57th Annual Meeting. Halifax, Nova Scotia, Canada, 57: 87.
Kumbha, S.R., V. Ramanjaneyulu dan A.V.N. Swamy. 2013. Aerobic
Biodegradation of Vinegar Containing Waste Water by Mixed Culture Bacteria From Soil. International Journal of Recent Scientific Research 4 (10) :1598-1601.
Moenandir, J. 1988. Fisiologi Herbisida (Ilmu Gulma:Buku Jilid II). Rajawali Pers. Jakarta.
Nurtjahyani, S. N. dan I. Murtini. 2015. Karakterisasi Tanaman Cabai Yang Terserang Hama Kutu Kebul (Bemisia tabaci). University Research Colloquium.
Owen, M. D. K. 2002. Acetic Acid (Vinegar) for Weed Control Revisited. Organic weed management workshop, July 1, IC-488 (11), page 91. Park, J. Y. dan I. H. Lee. 2009. Decomposition of Acetic Acid by Advanced
Oxidation Processes. Korean J. Chem. Eng. 26 (2) : 387-391 Pujisiswanto, H. 2012. Kajian Daya Racun Cuka (Asam Asetat) Terhadap
Pertumbuhan Gulma Pada Persiapan Lahan. Agrin Vol. 16, No.1.
68
Purba, E. 2009. Keanekaragaman herbisida dalam pengendalian gulma mengatasi populasi gulma resisten dan toleran herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Gulma. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rakian, Tresjia C dan Muhidin. 2008. Peningkatan Efektivitas Herbisida Glifosat Dengan PenambahanAjuvan Ammonium Sulfat Untuk Mengendalikan Alang-Alang. Jurnal Warta Wiptek Vol. 16.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Setyowati, N., U. Nurjanah dan L. S. Sipayung. 2007. Pergeseran Gulma Pada Tanaman Cabai Besar Akibat Perbedaan Waktu Pengendalian Gulma. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
http://www.nanik.al-nib.net/2011/02/. Diakses pada tanggal 9 Februari 2016. Situs Peternakan. 2014. Rumput Paitan (Paspalum conjugatum).
http://www.situs-peternakan.com/2014/11/rumput-paitan-paspalum-conjugatum. Diakses pada tanggal 9 Februari 2016.
Streibig, Jens C. 2003. Assessment of herbicide effects. Chapter 1 :1-44. Solihin, A. 2014. Morfologi Daun, Kadar Klorofil dan Stomata Glodogan
(Polyalthia longifolia) Pada Daerah Dengan Tingkat Paparan Emisi Kendaraan yang Berbedadi Yogyakarta. Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sulistyono, Eko, A. Pieter Lontoh, dan Hady Widagdo. 1999. Studi Efektivitas Pencampuran Surfaktan Dengan Herbisida Untuk Jalur Tanaman Karet Belum Menghasilkan. Bul. Agron 27 (1) : 25-29.
Syahroni, Yan Yanuar dan Djoko Prijono. 2013. Aktivitas Insektisida Ekstrak Buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC.
(Sapindaceae) serta Campurannya Terhadap Larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera : Crambidae). Jurnal Entomologi Indonesia 10 (1) : 39 – 50.
Syarif, Ahmad. 2013. Identifikasi dan Analisis Vegetasi Gulma.