SKRIPSI
PENGARUH FIRM SIZE, EARNING PER SHARE DAN BOOK TO
MARKET RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN
DEVIDEN SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
REVINA OCHA LESTARI 110503150
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang
disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Medan, 23 Maret 2015
Yang membuat pernyataan
Revina Ocha Lestari NIM : 110503150
ABSTRAK
PENGARUH FIRM SIZE, EARNING PER SHARE DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN KEBIJAKAN DEVIDEN
SEBAGAI MODERATING VARIABEL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan deviden sebagai moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 sampai dengan tahun 2013. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap return saham. Data yang digunakan adalah laporan tahunan dari masing-masing perusahaan sampel, yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari firm size, earning per share dan book to market ratio sebagai variabel independen, return saham sebagai variabel dependen dan kebijakan deviden sebagai variabel moderating dengan total sampel per tahun sebanyak 19 perusahaan.
.
Hasil penelitian ini adalah variabel independen yang berpengaruh terhadap return saham yaitu earning per share secara parsial dan terdapat dua variabel independen yang tidak memiliki pengaruh terhadap return saham yaitu variabel firm size dan book to market ratio. Lalu hasil penelitian secara simultan tidak terdapat pengaruh secara signifikan terhadap return saham pada ketiga variabel independen nya yaitu firm size, earning per share dan book to market ratio. Dan kebijakan deviden sebagai moderating variabel tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh firm size, earning per share dan book to market ratio terhadap return saham.
Kata Kunci : firm size, earning per share, book to market ratio, return saham dan kebijakan deviden .
ABSTRACT
THE EFFECT OF FIRM SIZE, EARNING PER SHARE AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN WITH DIVIDEND POLICY AS
MODERATING VARIABLE AT THE COAL MINING COMPANIES THAT LISTED IN
INDONESIAN STOCK EXCHANGE.
The purpose of this research is to know the effect of firm size, earning per share and book-to-market ratio on stock return with dividend policy as moderating variable at the coal mining companies that listed in Indonesian Stock Exchange period 2011 up to 2013. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the stock return. Data that used in this research is annual report from each company, publized through website www.idx.co.id
Analysis method that used in this research is quantitative method with multiple regression. Variables that used in this research are This result show that stock return which is proxied by firm size, earning per share and book-to-market ratio as independent variable, stock return as dependent variable and dividend policy as moderating variable consist of the 19 firms.
.
This research concludes that independent variable has influence toward stock return is earning per share in parcial and two independent variables haven’t influence toward stock return are firm size and book-to-market ratio. and in simultaneous the result is haven’t significantly influence to stock return on its three independent variables that firm size, earning per share and book-to-market ratio. And dividend policy as a moderating variable is not able to significantly moderate the effect of firm size, earning per share and book-to-market toward stock return.
Keywords: firm size, earning per share and book-to-market, stock returns and dividend policy
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh firm size, earning per share dan book to marketterhadap return saham
pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI)” Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari
berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua
saya yang sangat saya kagumi, Syaiful dan Nur Aprisah yang tidak pernah lelah
memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Azhar Maksum, Mec.Ac,Ak,CA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, selaku Ketua Departemen
dan bapak Drs.Hotmal Ja’far, M.M., Ak. selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Ibu Yeti Meliany Lubis, SE, Msi, Ak. selaku Penasehat Akademik
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama
masa perkuliahan.
4. Ibu Dra. Naleni Indra, M.M., Ak. yang juga selaku Dosen Pembimbing
saya, Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji dan Bapak
Drs. Idhar Yahya, Mba, Ak. selaku Dosen Pembanding saya yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan perbaikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Yang sangat saya kasihi adik-adik saya Kori Bahana, Gilang Kurnia,
Melati Mahardika Lestari dan Bunga Indah Lestari yang selalu
memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini.
Teman-teman angkatan 2011 teristimewa Antassa, Fika, Debby, Widhy,
Reno, Adrian, Tiasa, Fani, Doly, Ahmad, Eka dan Gordon yang tidak
pernah letih memberikan kasih sayang, semangat dan bantuan sepanjang
masa perkuliahan saya. Serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan selama ini dan saya sangat banggakan organisasi yang telah
mengajarkan saya banyak hal yaitu Himpunan Mahasiswa Akuntansi
(HMA) FE USU.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 23 Maret 2015 Penulis,
Revina Ocha Lestari NIM : 110503150
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...i
ABSTRAK ...ii
ABSTRACT...iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... .. 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 12
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13
1.3.1 Tujuan Penelitian.. ... 13
1.3.2 Manfaat Penelitian... ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... .. 15
2.1Tinjauan Teoritis ... 15
2.1.1 Investasi ... 15
2.1.2 Return Saham ... 16
2.1.3 Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 18
2.1.4 Earning Per Share ... 20
2.1.5 Book to Market Ratio ... 22
2.1.6 Kebijakan Deviden ... 24
2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27
2.3Kerangka Konseptual ... 32
2.4Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1Desain Penelitian ... 37
3.2Jenis dan Sumber Data ... 37
3.3Populasi dan Sampel Penelitian... 37
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5Definisi Operasional dan Pengurukan Variabel ... 40
3.5.1 Variabel Dependen (Y) ... 40
3.5.2 Variabel Independen (X) ... ... 41
3.5.2.1 Firm Size ... ... 41
3.5.2.2 Earning Per Share ... 41
3.5.2.3 Book to Market Ratio ... 42
3.5.3 Variabel Moderating ... 42
3.6Metode Analisis Data ... 44
3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 44
3.6.1.1 Uji Normalitas Data ... 44
3.6.1.2.Uji Multikolonearitas ... 45
3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 45
3.6.1.4Uji Autokolerasi ... 46
3.6.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47
3.6.2.1Pengujian Koefisien Determinasi... 48
3.6.2.2Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 48
3.6.2.3Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 49
3.6.2.4 MengujiRegresi dengan Variabel Moderating .... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
4.1Gambaran Umum ... 52
4.2Hasil Penelitian ... 52
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 52
4.2.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi ... 55
4.2.2.1 Uji Normalitas Data ... 55
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 57
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 58
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 59
4.2.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 60
4.2.3.1 Uji Normalitas Data ... 60
4.2.3.2 Uji Mulikolinearitas ... 63
4.2.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 64
4.2.3.4 Uji Autokorelasi ... 65
4.3Pengujian Hipotesis ... 66
4.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi ... 66
4.3.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 67
4.3.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 67
4.3.3 Pengujian Regresi dengan Variabel Moderating ... 69
4.4Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 73
5.3 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ...75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu...29
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ...39
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...43
4.1 Statistik Deskriptif ...53
4.2 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...57
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ...57
4.4 Uji Durbin-Watson ...60
4.5 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test setelah Transformasi ...63
4.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas Setelah Transformasi ...64
4.7 Durbin-Watson Setelah Transformasi ...66
4.8 Uji Koefisien Determinasi ... 66
4.9 Hasil Uji F ... 67
5.0 Hasil Uji t ...67
5.1 Hasil Uji Residual ...69
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual Penelitian...32
4.1 Normal P-Plot Sebelum Transformasi ...55
4.2 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ...56
4.3 Diagram Scatterplot Sebelum Transformasi ... 59
4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ...61
4.5 Normal Plot Setelah Transformasi ...62
4.6 Diagram Scatterplot Setelah Transformasi ...65
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
A Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Pertambangan Batubara Periode
2011-2013... 78
B Data Firm Size ...79
C Data Earning Per Share ...80
D Data Book To Market Ratio ...81
E Data Dividend Payout Ratio ...82
F Data Return Saham ...83
G Hasil Pengolahan Data ... 84
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Return merupakan alasan mengapa investor menginvestasikan uangnya.
Investasi atau penanaman sejumlah sumber daya yang dilakukan oleh investor
bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasi. Hasil atau
keuntungan yang diperoleh dari investasi disebut return. Emamgholipour (2013:1)
menyatakan bahwa tujuan utama dari investor untuk berinvestasi di perusahaan
adalah untuk peningkatan kekayaan yang ingin dicapai melalui return saham. Ada
beberapa bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, salah satunya
adalah investasi dalam bentuk penyertaan modal atau biasa dikenal dengan
investasi saham. Saham merupakan instrument yang banyak dipilih para investor
karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham juga
merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Harga saham sebagai proksi dari return
saham mudah berfluktuasi sejalan dengan pasang surut kegiatannya. Hal ini
mencerminkan bahwa investasi saham di pasar modal berisiko tinggi namun
menjanjikan keuntungan yang relatif besar. Kelaziman yang sering dijumpai
adalah bahwa semakin besar return yang diharapkan (expected), semakin besar
pula peluang resiko yang terjadi. Return dibedakan menjadi dua, yaitu realized
return atau return realisasi (return yang terjadi atau return sesungguhnya) dan
expected return (return yang diharapkan oleh investor). Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi
(realized return) ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa
mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return
ekspektasi sifatnya belum terjadi. Pada dasarnya, return terdiri dari capital gain
(loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga
investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Dalam investasi saham
capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Jika harga saham sekarang lebih tinggi dari harga saham periode
lalu maka investor dapat dikatakan memperoleh keuntungan modal (capital gain),
sebaliknya jika harga saham sekarang lebih rendah dari harga saham periode lalu
maka investor mengalami kerugian modal (capital loss).
Terdapat beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi return saham
seperti profitabilitas dan likuiditas. Kemampuan perusahaan memperoleh laba
atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan tercermin dalam
profitabilitas. Sedangkan likuiditas menunjukkan kemampuan pendanaan
operasional perusahaan serta pelunasan kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi
profitabilitas dan likuiditas merupakan penilaian kinerja perusahaan yang
dilakukan hanya berdasarkan analisis rasio keuangannya. Oleh karena itu, diluar
rasio keuangan tersebut terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh
terhadap return saham.Salah satunya adalah faktor ukuran perusahaan. Faktor ini merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan return saham.
Perusahaan yang ukurannya lebih besar dapat menghasilkan earning yang lebih
besar sehingga mendapatkan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang
lebih kecil. Dengan demikian investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di
perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
pasar modal lebih mudah dimasuki oleh perusahaan yang besar sehingga dengan
kesempatan ini perusahaan akan lebih optimal dalam menghasilkan output guna
memaksimalkan laba yang akan diperoleh untuk membayar dividen yang semakin
besar kepada pemegang saham. Fama dan French (1992:11) membagi perusahaan
berdasarkan ukurannya (firm size) yaitu besar (big) dan kecil (small) serta
berdasarkan perbandingan nilai buku terhadap nilai pasar perusahaan (book to
market rasio) yaitu tinggi (high) dan rendah (low). Investor sering menggunakan
firm size sebagai indikator apakah mampu menghadapi krisis dalam menjalankan
usahanya, hal ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi
suatu perusahaan. Firm Size atau Ukuran Perusahaan menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan,
rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Sehingga, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran
perusahaan dikaitkan dengan return saham. Hal ini tidak mengherankan karena
komponen utama return saham adalah harga saham, dan harga saham seringkali
digunakan sebagai indikator nilai perusahaan. Sehingga, semakin besar
perusahaan maka semakin besar pula nilai perusahaan tersebut. Penelitian Drew
et.al (2003:24) adalah salah satu contohnya dan mereka berhasil membuktikan
bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dan return saham secara statistic
signifikan.
Salah satu pendekatan penilaian harga saham menggunakan analisis rasio,
dimana pendekatan yang diambil untuk menaksir harga saham dengan
menggunakan analisis fundamental yaitu pendekatan price earning ratio (PER)
dan earning per share (EPS). Price Earning Ratio (PER) adalah cara mengukur
seberapa besar investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. PER dapat
menjadi indikator pertumbuhan laba dan mengindikasikan pertumbuhan laba di
masa yang akan datang. Namun, pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham lebih tertarik pada Earning
Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa dan menggambarkan prospek perusahaan di
masa depan. Informasi tentang EPS menjadi kebutuhan yang sangat mendasar
dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut dapat mengurangi
ketidakpastian dan risiko yang mungkin terjadi sehingga keputusan yang diambil
diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Tujuan utama investor
melakukan investasi saham adalah mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan
dalam bentuk laba per lembar. EPS dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan
perusahaan, apabila EPS yang dibagikan kepada para investor tinggi maka
menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang dibagikan
rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan manfaat
sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. EPS merupakan perbandingan
antara pendapatan yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar.
Dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika
laba menurun maka harga saham ikut turun juga, hal itu juga akan diikuti
perubahan return sahamnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar
saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per saham.
Keputusan investor untuk berinvestasi dilandasi oleh trade-off antara
return yang diharapkan dan risiko yang dihadapinya. Setiap investor pada
umumnya mengharapkan return yang sebesar-besarnya. Namun hal ini tidak
selalu dapat dicapai karena adanya kendala-kendala yang dihadapi investor.
Kendala utama yang dihadapi investor adalah risiko. Menurut Jiang dan Lee
(2009:6), rasio keuangan dan pendapatan dapat digunakan untuk memprediksi
return saham baik jangka panjang maupun jangka pendek. Investor aktif perlu
memperhatikan rasio keuangan karena risiko pasar yang terjadi setiap waktu.
Risiko pasar ini adalah perubahan yang terjadi setiap waktu pada pasar modal.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengantisipasi risiko pasar seperti
risiko sistematis menggunakan Beta (β) pasar. Beta (β) pasar yaitu beta dari suatu
sekuritas terhadap pergerakan pasar. Beta pasar mengukur respon dari
masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Risiko sistematis berpotensi untuk
mempengaruhi kinerja pasar modal, kinerja perusahaan, dan nilai perusahaan.
Namun rasio keuangan paling populer yang berkaitan untuk mengantisipasi risiko
pasar antara lain Book to Market Ratio (BtM). BtM adalah perbandingan antara
nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per lembar
saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada
nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku per lembar saham
adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan jumlah lembar saham yang
beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total
kewajiban, sedangkan harga pasar adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli
saham. Analisis Book to Market Ratio diperlukan bagi investor karena nilainya
yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih
undervalue. Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka dapat dikatakan
perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu
memberikan keuntungan bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
BtM merupakan cerminan apresiasi atau penilaian investor terhadap nilai
perusahaan melalui harga saham. Menurut Pontiff dan Schall (1998:142), dalam
penelitiannya Book to Market Ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai
buku dengan stock return, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan
capital gain (keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang
telah dipilihnya. Menurut Ang (1997:67), book to market ratio merupakan rasio
yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui
harga pasarnya. Perusahaan dengan BtM tinggi mengindikasikan bahwa pasar
menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan.
Secara teoritis rasio BtM memiliki pengaruh negatif terhadap return saham
dengan kata lain semakin tinggi rasio BtM suatu perusahaan maka semakin
rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan
dengan rasio BtM rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi,
Fama dan French (1992:10) menyatakan nilai book to market ratio yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan cenderung
mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau mempunyai prospek yang
kurang baik. Mereka berkesimpulan bahwa BtM mempunyai hubungan negatif
terhadap return, artinya semakin besar nilai BtM maka semakin kecil return
saham suatu perusahaan.
Dividen merupakan pembagian laba bersih badan usaha kepada pemegang
saham yang diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. Badan usaha
tidak diharuskan oleh hukum untuk selalu membayar dividen kepada pemegang
saham biasa. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba
yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Dalam
menetapkan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, badan
usaha menetapkan kebijakan berupa dividen payout ratio yang merupakan
penetapan persentase laba bersih yang dibagikan. Dividen yang diberikan oleh
badan usaha dapat berupa dividen kas dan dividen saham. Semakin besar dividen
yang dibagikan kepada pemegang saham, maka return saham perusahaan akan
dianggap semakin tinggi dan pada akhirnya penilaian terhadap perusahaan yang
tercermin melalui harga saham akan semakin baik. Kebijakan Dividen adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa datang. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan internal.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka
kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Kebijakan dividen
merupakan kebijakan yang mempersoalkan sebaiknya kapan (artinya, dalam
keadaaan seperti apa) dan berapa bagian dari laba perusahaan yang dicapai dalam
suatu periode, yang didistribusikan kepada para pemegang saham dan yang
ditahan didalam perusahaan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu
meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan dividen ini sangat penting artinya bagi
manajer keuangan, karena seorang manajer harus memperhatikan kepentingan
perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan pemerintah.
Peneliti beranggapan bahwa kebijakan dividen menarik untuk digunakan
sebagai variabel moderasi antara firm size, earning per share dan book to market
ratio terhadap return saham dalam penelitian ini, karena peneliti ingin melihat
apakah kebijakan dividen akan memperkuat atau memperlemah variabel
independent terhadap return saham. Diharapkan semakin baik kebijakan
perusahaan dalam membagikan dividen kepada pemegang saham, maka return
saham akan dianggap semakin tinggi dengan demikian dapat memaksimumkan
nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk mengidentifikasi sejauh mana hubungan kebijakan dividen dapat
mempengaruhi return saham.
Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang baik apabila perusahaan
memperhatikan stakeholder atau pemegang saham. Fenomena yang terjadi
dilapangan masih sedikit perusahaan yang memikirkan cara untuk meningkatkan
nilai pemegang saham. Sebuah artikel berjudul “Low Adoption of Shareholder
Value Concepts Here” dalam majalah di Singapura bernama The Business Times
tanggal terbit 14 Februari 2002 menjelaskan bahwa
salah satu perusahaan global di Singapura melakukan survei terhadap 82 perusahaan Singapura untuk menguji pemahaman dan implementasi nilai
pemegang saham. 90% mengatakan tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai pemegang saham namun hanya 44% yang mengambil langkah mencapai tujuan tersebut.
Dari artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa masih sedikit perusahaan
yang memperhatikan nilai pemegang sahamnya melalui nilai perusahaan.
Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin baik pula penilaian investor
terhadap perusahaan tersebut begitu pula terhadap return sahamnya. Semakin baik
nilai perusahaan makan semakin tinggi pula return yang diharapkan oleh para
investor dan hal itu yang menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di suatu
perusahaan.
Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara
membeli saham-saham perusahaan (emiten) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah
sektor pertambangan batubara. Sektor pertambangan batubara merupakan
kelompok emiten yang cukup diandalkan Indonesia karena Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alam. Perusahaan yang berada pada sektor
pertambangan juga merupakan emiten yang berbeda dengan industri lainnya.
Karena industri ini memerlukan biaya investasi yang sangat besar dan berjangka
panjang. Dengan biaya investasi yang sangat besar tentunya investor
mengharapkan return yang besar pula dan hal itu yang dapat menarik investor
untuk berinvestasi di perusahaan pertambangan, selain itu berinvestasi di bidang
pertambangan merupakan investasi jangka panjang seperti yang kita ketahui
bahwa Indonesia dikenal dengan sumber daya alam yang melimpah. Jumlah
perusahaan pertambangan batubara di Indonesia yang berjumlah 23 perusahaan
dimaksud agar penelitian ini lebih fokus untuk melihat pengaruh-pengaruh yang
terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk
meneliti perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI tahun
2011-2013.
Dalam penelitian lain, Fama dan French (1995:45) menyatakan bahwa
firm size dan book to market ratio memiliki sensitivitas terhadap faktor risiko
yang juga merupakan faktor penentu pada variasi stock return dan membantu
menjelaskan cross sections of average return. Bukti-bukti pada penelitian mereka
menunjukkan bahwa firm size dan book to market ratio berhubungan dengan
keuntungan yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh Martani, Mulyono dan
Khairurizka (2009:1) dalam penelitian “The effect of financial ratios, firm size,
and cash flow from operating activities in the interim report to the stock return”
mengatakan bahwa firm size tidak memiliki pengaruh terhadap return saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2006.
Penelitian pada objek lain juga dilakukan oleh Emamgholipour,
Pouraghanjan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar (2013:3) yang melakukan
penelitian terhadap Tehran Stock Exchange periode 2006 – 2010 untuk menguji
return saham, dalam hubungannya dengan earning per share (EPS), Price to
Earnings Ratio (P/E) dan ratio of market value to book value (M/B). Dari hasil
penelitian tersebut, mereka menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan
antara earning per share (EPS), Price to Earnings Ratio (P/E) dan ratio of market
value to book value (M/B) terhadap stock return pada Tehran Stock Exchange.
Berbeda dengan Lestari (2012:25) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Price Earning Ratio dan Earning Per Share terhadap Retun Saham (Studi pada
perusahaan indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI)” yang menyatakan bahwa EPS
tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan bernilai negatif.
Arlian (2009:5) dalam penelitian “Pengaruh Profitabilitas, leverage dan
Book to Market Ratio pada Return Saham pada Perusahaan Property di BEI”
menemukan hubungan negatif antara book to market ratio dan return saham yang
ditandai dengan peningkatan market capitalization, dan menegaskan bahwa
adanya peran informasional volume penjualan saham dan penerapannya dalam
analisis teknis. Berbeda dengan Margaretha dan Damayanti (2008:6) dalam
penelitian “ Pengaruh Price Earning Ratio, dividend yield dan Book to Market
Ratio terhadap Stock Return di BEI” yang menemukan bahwa book market to
ratio memiliki hubungan signifikan terhadap return saham.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti
menggunakan kebijakan dividen sebagai variable moderating untuk melihat
pengaruh kebijakan dividen terhadap hubungan antara variabel independen
dengan return saham. Untuk penelitian tentang kebijakan dividen sebagai variabel
moderator di Indonesia hasil temuan Sinaga (2013:7) menunjukan bahwa
kebijakan dividentidak mampu secara signifikan memoderasi current ratio, debt
to equity, return on assets, size, cash flow to debt, cash flow terhadap return
sahampada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2011. Berbeda dengan peneliti yang menggunakan firm size, EPS, dan book to
market ratio sebagai variabel independent pada penelitian ini. Perusahaan yang
digunakan oleh peneliti juga berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan perusahaan pertambangan batubara yang
terdaftar di BEI dan tahun penelitian menggunakan periode terbaru yaitu
2011-2013.
Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu (research gap) serta
perbedaan realita dan teori (fenomena gap), maka perlu diadakan penelitian
mengenai hubungan antara Ukuran Perusahaan (firm size), earning per share dan
book to market ratio terhadap return saham dengan kebijakan dividen sebagai
moderating variabel pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas terlihat bahwa terdapat reseach gap dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan. Terjadi ketidak konsistenan hasil
mengenai hubungan antara firm size, earning per share dan book to market ratio
dan return saham dengan kebijakan dividen sebagai moderating variabel. Dari
uraian latar belakang juga terlihat bahwa adanya fenomena gap tentang masih
sedikitnya perusahaan yang memperhatikan nilai pemegang sahamnya melalui
nilai perusahaan yang tercermin dalam Firm Size, EPS, dan Book to market Ratio.
Berdasarkan masalah penelitian tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
(research gap) sebagai berikut :
1. Apakah Firm Size, Earning Per Share dan Book To Market Ratio
berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap Return saham ?
2. Apakah Kebijakan Dividen mempengaruhi Firm Size, Earning per Share
dan Book To Market Ratio terhadap Return saham ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Sebagaimana uraian dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di
atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Menguji dan menganalisis hubungan antara ukuran perusahaan
(firm size), earning per share dan book to market ratio secara
parsial maupun simultan terhadap return saham pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2011-2013.
2. Menguji dan menganalisis hubungan antara firm size, earning per
share dan book to market ratio terhadap return saham dengan
kebijakan dividen sebagai moderating variabel pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2011-2013.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
menerapkan strategi di pasar modal khususnya saham.
2. Bagi emiten
Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dalam pasar modal
untuk memaksimalkan capitalization market dan kebijakan harga saham.
3. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian
serupa yang nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya
kesempurnaan baik teori dan hasil penelitian sebelumnya.
i BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi
Pengertian investasi di dalam akuntansi meliputi semua penanaman
dana perusahaan atau penyertaan perusahaan pada perusahaan lain, yang tidak
ada hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. Berdasarkan
tujuan investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Investasi jangka pendek
2. Investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek tujuannya untuk menghindari terjadinya kas
yang menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :
1. Untuk mengendalikan perusahaan lain, supaya dapat menjamin bahan atau
pasar yang diperlukan.
2. Untuk memperoleh bagian laba (dividen).
3. Untuk mendapatkan capital gain.
4. Untuk membentuk dana tertentu.
Terdapat bermacam-macam batasan atau definisi tentang "investasi"
diantaranya adalah :
1. Pengertian investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK
(2008:138) adalah
suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi
(seperti: bunga, royalti, deviden dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.
2. Menurut Lubis dan Putra (2012:55)Investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu
lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang.
3. Menurut Husnan (1996:123) menyatakan bahwa “proyek investasi
merupakan suatu rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya,
baik proyek raksasa ataupun proyek kecil untuk memperoleh manfaat pada
masa yang akan datang.”
2.1.2 Return Saham
Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk
memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, Ang
(1997:78).motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk
memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat
risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati
oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Investor tentunya tidak
akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang
diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan tingkat keuntungan
dari suatu investasi (Jogiyanto, 2003:97). Dalam melakukan investasi terdapat
beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return
total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
yang tertentu. Sumber-sumber dari return investasi terdiri dari dua komponen
utama, yaitu :
1. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi.
2. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga dari suatu surat
berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) para investor. Dengan kata lain capital
gain (loss) adalah selisih harga beli dan harga jual.
Menurut Jogiyanto (2003:105) menjelaskan return saham dinyatakan
sebagai berikut ini. :
Return Saham = ��–(��−1)
��−1 x 100% Keterangan :
Pt = Harga saham pada periode sekarang (tahun t)
Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya (tahun t-1)
Menurut Jogiyanto (2003: 109), return saham dibedakan menjadi dua
yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected
return).
1. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur
kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan risiko dimasa
mendatang.
2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan di masa mendatang
dan masih bersifat tidak pasti. Dalam melakukan investasi investor
dihadapkan pada ketidakpastian (uncertainty) antara return yang akan
diperoleh dengan risiko yang akan dihadapinya. Semakin besar return
yang diharapkan akan diperoleh dari investasi, semakin besar pula
risikonya, sehingga dikatakan bahwa return ekspektasi memiliki hubungan
positif dengan risiko.
Menurut Ang (1997:58), menyatakan bahwa tanpa adanya
keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi tentunya investor tidak
mau berinvestasi jika pada akhirnya tidak ada hasil. Lebih lanjut setiap
investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan
untuk mendapatkan keuntungan.
2.1.3 Ukuran Perusahaan (firm size)
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur
besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran
umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran sebuah
perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset
perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini.
Menurut Ganerse dan Suarjaya (2012:56) yaitu “Besar kecilnya
perusahaan dilihat dari nilai equity, nilai penjualan atau nilai total aktiva”.
Menurut Undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, menjelaskan
bahwa
perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) digolongkan ke dalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp 1.000.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dapat dikelompokkan kedalam industri menengah dan besar.
Selain itu, ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang
dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM
No.11/PM/1997, yang menyatakan bahwa “Perusahaan menengah atau kecil
adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih
dari 100 milyar rupiah”.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki
perusahaan, karena total aktiva perusahaan bernilai milyaran rupiah, maka
hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikannya ke dalam
logaritma natural. Menurut Trisnadewi (2012 : 58) ukuran perusahaan juga
dapat di hitung dengan :
Firm Size = log�total asset x 100%
Perusahaan yang ukurannya lebih besar cenderung menghasilkan
laba yang lebih besar sehingga return yang diharapkan lebih tinggi
dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan demikian ukuran
perusahaan yang besar mencerminkan prospek baik perusahaan dan menarik
minat investor untuk berinvestasi. Apabila ukuran perusahaan semakin besar
maka return yang diharapkan investor akan semakin besar. Penelitian yang
dilakukan oleh Ganerse dan Suarjaya (2012:1) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham.
2.1.4 Earning Per Share
Komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan
adalah laba per lembar saham atau dikenal sebagai Earning per Share
(EPS). Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.
Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan
keuangan perusahaan (Lestari, 2012:78).
Earning Per Share (EPS) sering dipandang sebagai angka yang
memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka Earning Per
Share (EPS) paling sering digunakan dalam publikasi mengenai
performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum
(go public). Perhitungan Earning Per Share (EPS) mempunyai beberapa
tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan,
menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya dividen yang
akan dibagikan. Earning Per Share (EPS) merupakan suatu ukuran dimana
baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar.
Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk
menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan.
Menurut Darmadji dan Fachruddin (2006:139) Earning Per Share
(EPS) adalah “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return)
yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi
nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin
besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.
“Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak” (Kasmir 2008:207).
Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang
beredar.
Rumus yang digunakan untuk mengukur Earning Per Share (EPS)
menurut Lubis dan Putra (2012:175) adalah sebagai berikut:
Earning Per Share = Laba bersih setelah pajak
jumlah saham yang beredarx 100%
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
return, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan
perusahaan untuk membagikan dividen sehingga return yang diharapkan
juga kecil. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang
memiliki EPS yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS yang
rendah. Apabila EPSbesar maka perusahaan berhasil memuaskan pemegang
saham melalui return sahamnya. Penelitian yang dilakukan oleh
Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast, dan Shirsavar (2013:1)
mengatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap stock return.
2.1.5 Book To Market Ratio
Book to Market Ratio merupakan cerminan apresiasi atau penilaian
investor terhadap nilai buku sebuah perusahaan melalui harga saham. Book
to market ratio yang berasal dari neraca memberikan informasi tentang nilai
bersih sumber daya perusahaan. Book to market ratio adalah perbandingan
antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Nilai buku per
lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan
tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku
per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis dibagi dengan
jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis adalah
selisih total aktiva dengan total kewajiban, sedangkan harga pasar adalah
harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Semakin tinggi book to
market ratio, maka semakin baik pula penilaian investor terhadap nilai buku
perusahaan.
Dengan demikian, book to market ratio menurut Arlian (2009 : 31)
dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:
����
��
������
�����
=
���� ���� ��������������� ����� �� ������ x 100%
Margaretha dan Damayanti (2008) menjelaskan nilai buku terdiri dari :
1. Dana perusahaan yang diperoleh dari penerbitan semua saham
dikurangi dengan saham yang diperoleh kembali oleh perusahaan.
2. Jumlah pendapatan perusahaan dikurangi dividen karena ini sudah
dipisahkan.
Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam
menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor
menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara
lain (Drew 2003:68) :
1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price.
2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue.
Menurut Pontiff dan Schall (1998:142), dalam penelitiannya market to
book ratio mampu memperkirakan pengaruh antara nilai buku dengan stock
return, serta menentukan apakah investor akan mendapatkan capital gain
(keuntungan) atau capital loss (kerugian) atas investasi saham yang telah
dipilihnya. Apabila book to market ratio memiliki rasio yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut masih undervalue, suatu
kondisi dimana perusahaan tersebut kurang bagus sehingga kurang mampu
memberikan return bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
Demikian pula apabila rasio book to market ratio rendah mengindikasikan
bahwa perusahaan tersebut overvalue sehingga mampu memberikan return
bagi para investor yang telah menanamkan modalnya.
2.1.6 Kebijakan Dividen
Menurut Sartono (2001: 281) “kebijakan dividen adalah keputusan
apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang”. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan
dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau keuangan
internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Ada beberapa teori kebijakan dividen yang digunakan sebagai
landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan, sehingga
dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil
kebijakan dividen tertentu, teori-teori tersebut adalah sebagai berikut (Lubis
dan Putra, 2012:235) :
1. The dividend irrelevancce theory
Teori ini beranggapan bahwa kebijakan dividen tidak relevan, karena tidak ada pengaruh dividen terhadap harga saham maupun cost of capital. Nilai perusahaan ditentukan oleh basic earning power dan business risk perusahaan. Miller dan Modigliani (1961:235) mengatakan bahwa nilai perusahaan tergantung hanya pada income yang diperoleh dari assets yang dimilikinya dan bukan bagaimana income tersebut dibagi (didistribusikan) yaitu antara dividend dan retained earning. Jadi menurut Miller dan Modgliani, dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
2. The bird in the hand theory
Menurut Keown (2000:611) kepercayaan bahwa pendapatan dividen mempunyai nilai lebih tinggi bagi investor daripada
pendapatan modal. Sedangkan menurut Litner (1962:236) mengemukakan bahwa para pemegang saham lebih suka kalau keuntungan dibagikan dalam bentuk dividen dari pada retained earning. Alasan mereka adalah pembayaran dividen merupakan penerimaan yang pasti dibanding dengan capital gain. Mereka mengkiaskan bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori inilah yang kemudian disebut sebagai bird in the hand theory.
3. The tax preference theory
Apabila dividen dikenakan pajak dengan jumlah yang lebih tinggi dari pada pajak atas capital gain, pemodal menginginkan agar dividen tersebut dibagikan dalam jumlah kecil dengan maksud untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Lubis dan Putra (2012:158) faktor yang mempengaruhi
dalam menetukan kebijakan dividen, antara lain:
1. Perjanjian hutang, pada umumnya perjanjian hutang antara perusahaan dengan kreditor membatasi pembayaran dividen.
2. Pembatasan dari saham preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya kas, dividen berupa uang tunai hanya dapat dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan control terhadap perusahaan, ia cenderung menjual saham baru. Akibat dividen yang dibayarkan kecil.
5. Kebutuhan dana untuk investasi, perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan.
6. Fluktuasi laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relative besar tanpa takut harus menurunkan dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan berfluktuasi dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan rasio antara dividend per
share dengan earning per share. Dividend Payout Ratio mencerminkan
kebijakan dividen dari manajemen mengenai besarnya dividen yang harus
dibagikan kepada pemegang saham. menurut Lubis dan Putra (2012:187)
Devidend Payout Ratio dapat dirumuskan dengan :
DPR
=
������ x 100%
Dimana :
DPR = Dividend Payout Ratio
DPS = Dividend Per Share
EPS = Earning Per Share
kebijakan Menurut Sartono (2001:292), faktor-faktor yang
mempengaruhi dividen ada lima, yaitu:
1. Kebutuhan dana perusahaan.
Kebutuhan dana perusahaan merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen karena posisi kas perusahaan harus diperhatikan.
2. Likuiditas perusahaan.
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen karena dividen merupakan kas keluar bagi perusahaan, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
3. Kemampuan meminjam
Perusahaan yang memiliki kemampuan meminjam lebih besar akan memiliki kemampuan untuk membayar dividen yang lebih besar pula. 4. Keadaan pemegang saham
Jika keadaan pemegang saham lebih besar berorientasi pada capital gain, maka dividend payout akan rendah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menahan laba untuk investasi yang profitable.
5. Stabilitas dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi.
Menurut Twaijry (2008:36) faktor penentu paling penting dalam
strategi dividen adalah:
1. Pola dividen masa lalu.
2. Stabilitas pendapatan.
3. Laba saat ini dan masa yang akan datang.
Adapun pengaruh dari kebijaksanaan dividen, yaitu :
1. Pemegang saham lebih tertarik terhadap current dibandingkan future
income
2. Akan menahan dividen yang beresiko tinggi dibandingkan capital gains
3. Adanya keuntungan dari pajak terhadap capital gain
4. Informasi mengenai dividend A (signaling)
Kebijakan dividen termasuk bagian inti suatu keputusan
pembelanjaan perusahaan yang dikarenakan dari likuiditas perusahaan itu
sendiri (Lubis dan Putra, 2012:235). Sehingga semakin baik kebijakan
deviden yang dibuat oleh perusahaan dalam membagikan deviden kepada
pemegang sahamnya, maka return yang diharapkan oleh para investor juga
dianggap semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Margaretha dan
Damayanti (2008:1) menyatakan bahwa kebijakan dividen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap stock return.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Emamgholipour, Pouraghajan, Tabari, Haghparast dan Shirsavar
(2013:2) dalam penelitian berjudul “The Effects of Performance Evaluation
Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange”
menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh secara positif terhadap return
saham.
Acheampong, Agalega, Shibu (2014:1) dalam penelitian berjudul “Effect of
Financial Leverage and Market Size on Stock Returns on the Ghana Stock Exchange :
Evidence from Selected Stocks in the Manufacturing Sector” menunjukkan bahwa Stock
Return berpengaruh positif terhadap market size di Ghana Stock Exchange.
Dwi Martani, Mulyono, Rahfiani Khairurizka (2009:1) dalam penelitian berjudul
“The effect of financial ratios, firm size, and cash flow from operating activities in the
interim report to the stock return” menunjukkan bahwa firm size berpengaruh terhadap
return saham.
Margaretha dan Damayanti (2008:2) menguji Price Earnings Ratio,
Dividend Yield dan Book to Market Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek
Indonesia. Hasilnya adalah book to market ratio memiliki pengaruh signifikan
terhadap return saham
Ganerse dan Suarjaya (2012:3) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Retun
Saham Perusahaan F&B ( food and beverages)” menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan (firm size) berpengaruh positif terhadap return saham
Sinaga (2013:2) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Moderating Variabel Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”
menunjukkan bahwa kebijakan deviden tidak mampu secara signifikan
memoderasi hubungan rasio keuangan (current ratio, debt to equity ratio, return
on asset, size, cash flow to debt dan cash flow) dengan return saham.
Ikhtisar dari tinjauan penelitian terdahulu di atas tercantum pada Tabel 2.1
bermanfaat bagi peneliti untuk membangun kerangka konseptual dan hipotesis
penelitian.
Tabel 2.1
Tinjauan Peneliti Terdahulu
NO Penulis danTahun
NO Penulis dan Tahun
Judul Penelitian Analisis Penelitian dan Variabel
Hasil Penelitian
4. Farah Margaretha dan Irma Dividend Yield dan
NO Penulis dan Tahun
Return Saham
( Y ) 2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai
hubungan antara firm size, earning per share, book to market ratio, kebijakan
deviden dan return saham, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Moderating Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam penelitian ini, return saham menjadi variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan return saham sebagai dependen
karena investasi atau penanaman sejumlah sumber daya yang dilakukan oleh
investor bertujuan untuk mendapatkan tingkat pengembalian berupa hasil atau
keuntungan yang diperoleh dari investasi yang disebut return.
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut : Firm Size ( X1)
Earning Per Share (X2)
Book to Market Ratio (X3)
Kebijakan Deviden (Z)
H1
H3
H2 H4
H5
a. Pengaruh Firm Size terhadap Return Saham
Ukuran Perusahaan merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur besar
kecilnya suatu perusahaan. Total aset merupakan salah satu ukuran umum
untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Faktor ini merupakan
salah satu faktor penting dalam pembentukan return. Perusahaan yang lebih
besar dapat menghasilkan earning yang lebih besar sehingga menghasilkan
return yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Maka
H1: Firm Size Berpengaruh terhadap Return Saham
b. Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham
Tujuan utama investor melakukan investasi saham adalah mengharapkan
manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar. Earning Per
Share (EPS) dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan perusahaan, apabila
Earning Per Share (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka
pengembalian atas investasi (return) yang diharapkan juga tinggi hal ini
menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham sedangkan Earning Per
Share (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan
tersebut gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang
saham.
H2 : EPS berpengaruh terhadap Return Saham
c. Pengaruh Book to Market Ratio terhadap Return Saham
Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan
dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang
dimilikinya. Kekayaan bersih ekonomis adalah selisih total aktiva dengan total
kewajiban. Analisis book to market ratio diperlukan bagi investor karena book
to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan
tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan dinilai undervalue maka
dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam kondisi kurang bagus
sehingga kurang mampu memberikan keuntungan (return) bagi para investor
yang telah menanamkan modalnya.
H3 : Book to Market Ratio berpengaruh terhadap Return Saham
d. Pengaruh Firm Size, Earning Per Share dan Book to Market Ratio secara
simultan terhadap Return Saham
Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio adalah penilaian yang
digunakan oleh para investor untuk memutuskan apakah mereka akan
berinvestasi di suatu perusahaan atau tidak. Dengan firm size yang nilainya
tinggi, EPS yang tinggi, dan BtM yg memiliki rasio rendah menjadi penilaian
yang baik bagi para investor sehingga dapat menarik perhatian investor untuk
menanamkan modalnya karena return yang diharapkan juga akan dianggap
semakin tinggi. Semakin baik nilai perusahaan maka semakin baik pula return
yang akan diperoleh oleh para investor.
H4 : Firm Size, EPS dan Book to Market Ratio berpengaruh secara
simultan terhadap Return saham
e. Pengaruh Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Moderating Dalam
Memoderasi Hubungan Antara Variabel Independen Dengan Return Saham
Kebijakan Dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung dari besar kecilnya laba
yang diperoleh badan usaha dan kebijakan pembagian dividen. Dividen yang
diberikan oleh badan usaha dapat berupa dividen kas dan dividen saham.
Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka return
saham perusahaan akan dianggap semakin tinggi dan pada akhirnya penilaian
terhadap perusahaan yang tercermin melalui harga saham akan semakin baik.
Maka semakin baik kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan dapat
menentukan apakah return yang diharapkan oleh investor semakin besar.
H5 : Kebijakan Deviden mempengaruhi Firm Size, Earning Per Share
dan Book to Market Ratio terhadap Return Saham
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan hasil
penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
H1 : Firm Size berpengaruh terhadap Return saham.
H2 : Earning Per Share berpengaruh terhadap Return saham.
H3 : Book To Market Ratio berpengaruh terhadap Return saham.
H4 : Firm size, earning per share dan book to market ratio berpengaruh secara
simultan terhadap Return saham
H5 : Kebijakan deviden mempengaruhi Firm size, earning per share dan book to
market ratio terhadap Return saham
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif
dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan
hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antara variabel melalui pengujian
hipotesis. Menurut Sugiyono (2004:263) penelitian asosiatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel ataupun lebih.
Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder
merupakan data primer yang telah dikelola lebih lanjut dan disajikan baik oleh
pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Data yang diperoleh adalah
data time series yaitu data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari
beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, dan
tahunan. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mendownload
melalui situs
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004: 267), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan batubara
yang terdaftar di BEI sebanyak 23 perusahaan.
Menurut Sugiyono (2004:268), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Metode pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu dengan pertimbangan
tertentu judgment sampling ( Jogiyanto,2003:9 ).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan
Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun yang
menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011, 2012 dan 2013.
2. Perusahaan yang tidak delisting dari Bursa Efek Indonesia dalam jangka
waktu tiga tahun berturut-turut.
Berdasarkan kriteria tersebut, setelah melakukan purposive sampling
diperoleh 19 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini tercantum
pada Tabel 3.1, maka perusahaan yang lolos uji adalah:
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Kriteria Penelitian Sampel
Terdaftar
Sumber : Lampiran A
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
dokumentasi berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan batubara yang