F
UNI
SKRIPSI
Oleh
Fauzan Suherdi
111101058
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
F
UNI
SKRIPSI
Oleh
Fauzan Suherdi
111101058
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
untuk segala berkat, penyertaan dan kasih karunia-Nya skripsi ini dapat
diselesaikan dengan judul “pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan
rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari
Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat”. Penulis sangat merasakan penyertaan dan
pertolongan-Nya sepanjang pengerjaan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membimbing penulis selama pengerjaan proposal penelitian ini, yaitu kepada:
1. Dekan Fakultas Keperawatan, Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes.
2. Pembantu dekan I, Ibu Erniyati, S.Kp., MNs, pembantu dekan II, Ibu Evi
Karota Bukit, S.Kep., MNs, pembantu dekan III, Bapak Ikhsanuddin
Ahmad Harahap, S.Kp., MNs.
3. Dosen pembimbing, Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes yang banyak memberi
bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dosen penguji, Ibu Lufthiani, S.Kep., Ns., M.Kes dan DR. Siti Saidah
Nasution, S.Kp., Ns., M.Kep, Sp.Mat yang bersedia menjadi penguji dan
memberikan masukan untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
5. Orangtua penulis yang terus mendukung dan mendoakan.
6. Abang, kakak, adik dan sahabat-sahabat penulis yang turut mendukung,
Medan, Januari 2015
Halaman Pengesahan... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel... ix
Daftar Skema... x
Abstrak... xi
Bab 1 Pendahuluan... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
Bab 2 Tinjauan Pustaka... 6
2.1 Perilaku ... 6
2.2 Pengetahuan ... 6
2.2.1 Definisi Pengetahuan ... 6
2.2.2 Jenis Pengetahuan ... 7
2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8
2.2.4 Tingkat Pengetahuan ... 10
2.2.5 Pengukuran Pengetahuan ... 11
2.3 Sikap... 12
2.3.1 Definisi Sikap... 12
2.3.2 Tingkat Sikap ... 13
2.3.3 Komponen Pokok Sikap... 14
2.5 Rematik ... 17
2.5.1 Definisi Rematik ... 17
2.5.2 Etiologi... 18
2.5.3 Gejala Penyakit Rematik... 18
2.5.4 Jenis-Jenis Penyakit Rematik... 19
2.6 Perawatan Diri Penderita Rematik ... 20
Bab 3 Kerangka Penelitian... 25
3.1 Kerangka Konseptual ... 25
3.2 Definisi Operasional... 26
Bab 4 Metodologi Penelitian... 28
4.1 Desain Penelitian... 28
4.2 Populasi dan Sampel ... 28
4.2.1 Populasi ... 28
4.2.2 Sampel... 28
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4.4 Pertimbangan Etik... 30
4.5 Instrumen Penelitian ... 31
4.5.1 Kuesioner Penelitian ... 31
4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32
4.6 Pengumpulan Data ... 33
4.7 Analisa Data ... 34
Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 37
5.1 Hasil Penelitian ... 37
Daftar Pustaka... 49
Lampiran-lampiran
Lampiran 1 Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 2 Inform consent
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Taksasi Dana
Lampiran 5 Lembar Bukti Bimbingan
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Validitas
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian
Lampiran 8 Master Tabel
Lampiran 9 Tabel Lampiran
Tabel. 2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori pengetahuan ... 39
Tabel. 3. Distribusi frekuensi dan persentase kategori sikap ... 39
Nim : 111101058
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Abstrak
Salah satu Penyakit yang berhubungan dengan nyeri dan persendian dan tulang yang biasa dikeluhkan masyarakat akibat nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas adalah rematik, kejadian tersebut akan meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah klien rematik yang bertempat tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari. Sampel berjumlah 54 responden dengan menggunakan teknik sampling accidental. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 37 orang (68,5%), sikap klien terhadap rematik menunjukkan sikap yang mendukung sebanyak 52 orang (96,3%), dan perawatan diri klien rematik dalam ketegori cukup sebanyak 42 orang (77,8%). Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih lanjut memberikan informasi tentang penyakit rematik dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan dapat dilakukan melalui konseling atau penyuluhan kesehatan sehingga dapat meeningkatkan pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik.
Std. ID Number : 111101058
Department : S1 (Undergraduate) Nursing
ABSTRACT
One of the diseases which are related to pain in joints and bones complained by people because it disturbs their activities is rheumatism. This disease will increase, along with the growing age. The objective of the research was to find out the description of knowledge, attitude, and self-care of the clients suffered from rheumatism in the working area of Muaro Boldi Puskesmas, IV Nagari Subdistrict, Sijunjung District, West Sumatera. The research used descriptive design. The population was clients suffered from rheumatism in the working area of Muaro Bodi Puskesmas, IV Nagari Subdistrict, and 54 of them were used as the samples, taken by using accidental sampling technique. The result of the research showed that 37 respondents (68.5%) had good knowledge, 52 respondents (96.3%) had supportive attitude, and 42 respondents (77.8%) had good self-care. It is recommended that health care providers give information about rheumatism in order to increase health status by providing health counseling so that the knowledge, attitude, and self-care of clients suffered from rheumatism can improve.
1. 1 Latar Belakang
Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang
persendian dan struktur disekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap
rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal jika
tidak ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal,
mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur
hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas
kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009). Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi,
merupakan penyakit-penyakit tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari dan
kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan
gangguan rematik yang merupakan salah satu penyakit degeneratif (Ayad, 2013).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335
juta orang di dunia mengidap penyakit rematik. Jumlah ini sesuai dengan
pertambahan manusia berusia lanjut dan beragam faktor kesehatan lainnya yang
diprediksi akan terus mengalami peningkatan di masa depan. Diperkirakan sekitar
25 persen penderita rematik akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada
tulang dan gannguan persendian (Junaidi, 2012). Berdasarkan penelitian
Nainggolan (2009), angka prevalensi rematik di Indonesia cukup tinggi dan
bervariasi di setiap provinsi dengan prevalensi terendah 17,6 persen dan tertinggi
Angka prevalensi rematik tinggi pada yang berpendidikan rendah yaitu sebesar
36,9 persen dan pendidikan tinggi sebesar 18,9 persen. Sedangkan Riset
Kesehatan Dasar (2013) menemukan angka untuk penyakit sendi di Sumatera
Barat sebesar 12,7 persen yang berada di urutan ke 4 dari provinsi lainnya.
Prevalensi rematik lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah sebanyak
24,1 persen dan prevalensi rematik yang tinggal di pedesaan sebanyak 13,8 persen
lebih tinggi dari yang tinggal di perkotaan yang hanya 10 persen.
Wahyuni, dkk (2008) sepertiga dari penderita dewasa mempunyai gejala
dan tanda rematik (arthritis) mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan
sebanyak 17,5 persen, hilangnya penghasilan akibat penurunan aktivitas,
hilangnya kesempatan kerja dan pengembangan karir. Penyakit rematik
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup yang tidak sehat, kurang gerak
dan olahraga, serta pengetahuan mengenai pencegahan rematik yang kurang.
Junaidi (2012) menyatakan kecenderungan umum yang dilakukan
masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri, dan kaku pada sendi atau
otot, yang kemungkinan besar adalah gejala awal rematik, adalah mengambil
langkah praktis, yaitu membeli obat penawar pegal, linu, dan nyeri yang dijual
bebas di warung-warung terdekat. Riset kesehatan dasar (2013) menyatakan
prevalensi rematik tertinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah baik sebesar
24,1 persen dan prevalensi rematik di pedesaan (27,4%) lebih tinggi dibanding
Selain pengetahuan untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita
rematik, diperlukan sikap yang mendukung. Adapun sikap yang dilakukan
masyarakat terhadap penyakitanya. Misalnya terkait pantangan terhadap makanan
yang dapat membuat rematik kambuh lagi, masyarakat tetap meengkonsumsinya
walaupun sudah tahu makanan tersebut memperberat penyakitnya. Purnomo
(2010) dalam penelitiannya mengatakan beberapa penderita rematik mengalami
pegal-pegal, nyeri sendi dan otot setelah melakukan aktivitas berat atau habis
bekerja, namun mereka jarang memeriksakan penyakitnya ke puskesmas dengan
alasan jarak antara puskesmas dengan tempat tinggal yang jauh, terkadang tidak
ada waktu untuk periksa karena sibuk dengan kegiatannya. Mereka hanya
memilih melakukan pemijatan pada bagian anggota tubuh yang sakit dan tidak
menghindari makanan–makanan yang memperberat penyakit.
Perawatan diri yang menderita rematik diidentifikasikan sebagai
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesehatannya seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur,
istirahat cukup atau dengan diet, obat-obatan untuk meningkatkan dan
memulihkan penyakitnya (Wahyuni, dkk 2008).
Dalam penelitian Wahyuni, dkk (2008) dengan sampel sebanyak 48
responden di Panti Werdha Ogan Ilir, Sumatera Selatan, didapat data 15 orang
(42,9%) umumnya responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sikap
yang mendukung sebanyak 19 orang (54,29%) dan kemampuan merawat diri
dengan penyakit rematik melakukan dengan baik sebanyak 14 orang (40%). Dari
baik dikarenakan adanya peran perawat komunitas, Namun peran perawat
komunitas belum dioptimalkan di lingkungan yang lebih luas lagi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Sumatera Barat .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian yaitu,
bagaimana pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien rematik yang tinggal di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Sumatera Barat?.
1.3 Tujuan Penelitian
a.Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,
sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas
Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengetahuan klien rematik yang tinggal di wilayah
Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
2. Untuk mengetahui sikap klien rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas
Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.
3. Untuk mengetahui perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten
Sijunjung Sumatera Barat.
1.4 Manfaat Penelitiaan
1. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perawat dalam memberikan intervensi keperawatan, terutama dalam memberikan
pendidikan kesehatan untuk menambah pengetahuan, meningkatkan sikap dan
perawatan diri klien dengan rematik.
2. Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dan pengetahuan
peserta didik keperawatan tentang perawatan diri klien dengan rematik.
3. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan
dasar bila ingin mengembangkan penelitian untuk mencari keterkaitan adanya
2.1Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,
yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang
dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses
belajar. Dalam proses belajar sesorang hanya ditentukan memiliki kemampuan
membaca, menulis, dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan
memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif
dan inovatif, dari kemampuan-kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kognitif yang
paling rendah namun sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang
(Bloom 1956 dalam Notoatmodjo, 2007).
2.2.2 Jenis Pengetahuan
Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan
diantaranya sebagai berikut:
a. Pengetahuan Implisit
pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam
bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata
seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang
biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
b. Pengetahuan Eksplisit
pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan
atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.
b. Informasi atau media massa.
Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,
news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk
menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu
(Undang-Undang Teknologi Informasi).
c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecaahkan masalah yang dihadapi masa
pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
f. Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.2.4 Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisa (analysis), sintesis
(syntesis)dan evaluasi (evaluation).
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali(recall),
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
b. Memahami(comprehension),diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi
c. Aplikasi (appilcation), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi
atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek
2.2.5 Pengukuran Pengetahuan
Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus
diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.
Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori
tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai
persentase yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya≥ 75%
c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.
a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya≤ 50%
2.3 Sikap
2.3.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan pernyataan
evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa (Stepan 2007 dalam Riyanto dan
Budiman, 2013)
2.3.2 Tingkat Sikap
Notoatmodjo (2010) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri
a. menerima(receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
b. Merespon(responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai(valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi
menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah
suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi
anak.
d. bertanggung jawab(responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang
2.3.3 komponen Pokok Sikap
Komponen sikap menurut notoatmodjo (2010) ada tiga komponen :
a. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
Merupakan keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu objek.
b. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
Merupakan penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek.
c. kecenderungan untuk bertindak(tend of behave)
Sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku
terbuka (tindakan)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude)
2.3.4 Pengukuran Sikap
Riyanto dan Budiman (2013) menjelaskan bahwa ranah afektif tidak dapat
diukur seperti halnya ranah kognitif kemampuan yang diukur adalah: menerima
(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala
objek di antaranya menggunakan skala sikap. Hasil pengukuran berupa kategori
sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Salah satu skala
sikap yang digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert,
pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan-pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh
subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat
tidak setuju.
2.4 Tindakan
2.4.1 Definisi Tindakan
Tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang
diketahui, proses selanjutnya melaksanankan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012).
2.4.2 Tingkat Tindakan
Notoatmodjo (2012) membagi tingkatan tindakan sebagai berikut:
a. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat pertama.
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
tindakan tingkat kedua.
c. Adopsi
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
2.5 Rematik
2.5.1 Definisi Rematik
Junaidi (2012) menjelaskan bahwa rematik adalah penyakit yang
menyerang sendi. Sekalipun kata rematik sudah akrab di telinga kita, faktanya
adalah hingga kini belum ada pemahaman yang memadai tentang penyakit
rematik. Penyebab rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit rematik itu
sendiri.
Rubenstein, Wayne, dan Bradley (2007) mengemukakan bahwa penyakit
rematik merupakan regangan muskuloskeletal yang sangat sering dijumpai dan
merupakan sebab tersering seorang pasien dirujuk pada praktek umum (cedera
olahraga dan nyeri punggung). Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit
Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang
persendian dan struktur disekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap
rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika
tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak
normal, mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan
seumur hidup. Rasa yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas
kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009).
2.5.2 Etiologi
Penyebab penyakit rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit
rematik itu sendiri. Beberapa jenis penyakit rematik yang telah diketahui
penyebabnya adalah arthritis infeksi dan asam urat. Sementara itu, untuk jenis
penyakit osteoarthritis para rematolog menduga bahwa penyakit itu disebabkan
oleh tekanan berlebihan pada tulang, sendi yang cedera secara berulang, atau
kelemahan tulang rawan (kartilago) bawaan. Untuk jenis penyakit rematik arthitis
rematoid, penyebabnya yang dominan adalah faktor keturunan, hormon, dan
lingkungan (Junaidi, 2012).
2.5.3 Gejala Penyakit Rematik
Junaidi (2012) mengemukakan secara garis besar, penyakit rematik terdiri
dari:
a. Artralgia, yaitu gejala yang hanya ditemukan pada sendi, berupa pegal linu,
tanpa gejala lainya. Gejala pegal-pegal ini biasanya ditemukan pada penyakit
b. Arthritis atau radang pada sendi. Gejala peradangan arthritis cenderung
lengkap, yaitu: terjadi pembengkakan, muncul kemerahan di kulit, terasa nyeri
dan panas pada sendi yang terserang dan biasanya sendi menjadi sulit untuk
digerakkan.
c. Nyeri sendi dengan tanda radang yang tidak lengkap (artropik). Misalnya,
terjadi pembengkakan pada tulang, bukan pada jaringan lunak. Atau, terjadi
pembengkakan tulang yang diikuti dengan gangguan fungsi tulang, tetapi tidak
mun cul kemerahan di kulit atau rasa panas. Nyeri sendi juga dialami oleh
penderita kanker, terutama kanker darah.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi
terutama menyerang sendi (Brunner dan suddart 2002 dalam Afriyanti, 2009)
2.5.4 Jenis–Jenis Penyakit Rematik
Junaidi (2012) menyebutkan ragam penyakit rematik sebagai berikut :
a. Gout
Serangan gout muncul secara mendadak, biasanya di jempol kaki atau
sendi- sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin
yang menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk
dalam sendi atau tempat lainnya.
Arthritis reumatoid terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau
membran sinovial sendi. Umumnya proses ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan kelelahan, kehilangan berat badan, kurang darah (anemia), serta
menyerang paru-paru, jantung, dan mata.
c. Osteoarthritis
Osteoarthritis disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago) yang
menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering disebut sebagai arthritis degeneratif.
d. Lupus (systemic lupus erythematosus)
Penyakit ini menyerang kulit dan melibatkan sendi, otot, serta terkadang
organ dalam atau tubuh lainnya.
2.6 Perawatan Diri Penderita Rematik
Perawatan diri yang menderita rematik diidentifikasikan sebagai
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesehatannya seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur,
istirahat cukup atau dengan diet, obat-obatan untuk meningkatkan dan
memulihkan penyakitnya (Wahyuni, Tjekyan, dan Kartisari, 2008).
Junaidi (2012) menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan penderita
rematik untuk meringankan penyakitnya antara lain:
a. Diet dan suplemen
Diet terutama ditekankan pada penderita gout dan osteoarthritis.
mengandung protein (purin) tinggi, seperti jeroan (hati, ginjal), makanan laut, dan
kuah daging. Hindari makanan yang berpotensi memperburuk radang sendi,
seperti daging merah, tomat, telur dan kafein.
Kebutuhan protein dapat diperoleh dengan mengonsumsi beras, cokelat,
kacang-kacangan (almond, biji bunga matahari), polong, buncis, sayuran hijau,
brokoli, bayam, dam biji-bijian. Penderita rematik atau radang sendi akan
memperoleh banyak manfaat dengan melakukan diet sehat, yaitu diet seimbang
yang mencakup sayur, buah, ikan salmon, dan daging putih.
b. Terapi Obat
Ada banyak obat yang digunakan untuk mengobati gejala penyakit
rematik. Jenis obat yang digunakan bergantung pada jenis penyakit rematik dan
kondisi pasien. Obat-obatan yang ada hanya mampu mengatasi gejala penyakit
rematik, terutama gejala nyeri dan peradangannya. Beberapa obat yang dapat
digunakan untuk mengatasi penyakit rematik, antara lain acetaminophen,
cortisone, solumedrol dan hidrokortison.
c. Terapi Herbal
Bahan herbal yang membantu melawan nyeri rematik antara lain :
1. Jahe dan kunyit. Keduanya adalah bahan anti-inflamasi yang sangat baik, serta
dapat mengurangi nyeri dan bengkak pada sendi.
3. Lidah buaya adalah anti-inflamasi yang sangat kuat, dapat meningkatkan
system kekebalan. Mengandung asam salisilat dan magnesium yang berfungsi
melawan arthritis.
4. Rosemary berfungsi seperti aspirin, tetapi lebih aman. Bekerja sebagai
anti-inflamasi untuk semua jenisarthritis.
5. Aroma terapi. Menggunakan minyak esensial sebagai losion yang diserap
melalui kulit.
6. minyak Jupiter untuk menghilangkan bengkak pada sendi.
d. Terapi panas dan dingin
Terapi panas dan dingin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan
peradangan pada rematik. Cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk
meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang dengan demikian
proses radang dapat dikurangi dan sendi dapat berfungsi secara normal.
Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal pada sendi yang terserang
rematik sehingga mengurangi nyeri, peradangan, kaku dan kejang otot. Terapi
dingin dapat dilakukan dengan menggunakan kantong berisi air dingin, semprotan
dingin.
e. Olahraga dan Istirahat
Tidur sejenak disiang hari membantu tubuh memperbaiki kerusakan yang
dalam posisi telentang. Pada penderita rematik pada sendi panggul atau lutut
sebaiknya mempertahankan sendi dalam posisi lurus, badan telentang dan
meletakkan bantal kecil di bawah sendi lutut untuk menghilangkan tegangan.
Aktivitas fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi,
serta dapat meningkatkan kelenturan, otot yang kuat, dan ketahanan. Latihan dan
olahraga yang dianjurkan adalah:
1. Range of motion exercises. Latihan fisik yang membantu menjaga pergerakan
sendi secara normal, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas, dan
menghilangkan kekakuan sendi.
2. Strengthening exercise. Memelihara atau meningkatkan kekuatan otot. Otot
yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit rematik.
3.aerobic or edurance exercise.Meningkatkan kesehatan pembuluh darahjantung
(kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal, dan memperbaiki
kesehatan secara menyeluruh.
Anjurkan pasien arthritis untuk melakukan aerobic derajat sedang selama
30 menit etiap hari. Latihan yang terlalu berat, yang menyebabkan nyeri, harus
dihindari. Hal itu berarti bahwa olah ranga berat, seprti sepak bola, basket, voli,
dan sebagainya, harus dijauhi.
f. Fisipoterapi dan Relaksasi
Fisioterapi atau mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan
dilakukan dengan hati-hati, seperti menarik secara lembut dan terus-menerus pada
otot yang kakau, pemijatan, dan manipulasi dengan menggunakan kedua tangan
untuk memperbaiki pergerakan sendi yang kaku.
Relaksasi progresif membantu mengurangi nyeri dengan menggunakan
gerakan yang melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progresif gerakan
yang dilakukan adalah, pertama-tama mengencangkan kumpulan otot tertentu,
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran
pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Sumatera Barat.
Skema 3.1 Kerangka Konseptual Pengetahuan klien
tentang rematik
- Baik - Cukup - Kurang
Sikap klien
terhadap rematik
- Positif - Negatif
-Perawatan Diri
Klien dengan
3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
1 Pengetahuan Segala sesuatu yang
diketahui responden
2 sikap Kecendrungan klien
untuk berespon
meliputi:
1. Sikap terhadap
pentingya latihan dan
olahraga untuk
melancarkan gerak
sendi dan menguatkan
tulang termasuk
rehabilitasi
2. Sikap terhadap
pentingnya terapi
kompres panas untuk
3. Sikap terhadap
4. Diet dan makanan
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik
yang tinggal di wilayah Muaro Bodi kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Sumatera Barat.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang
akan dikenai generalisasi hasil penelitian (Priyatno, 2008). Populasi dalam
penelitian ini adalah klien rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro
Bodi Kecamatan Muaro Bodi Kabupaten Sijunjung. Populasi didapatkan
berdasarkan data penderita rematik dari Puskesmas Muaro Bodi. Jumlah populasi
adalah 116 orang.
4.2.2 Sampel
a. Teknik Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling insidental. Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Kriteria sampel yang akan diteliti:
1. Klien rematik
2. Ada tanda dan gejala rematik
3. Bersedia menjadi responden
4. Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif
5. Tidak mengalami gangguan jiwa
b. Jumlah Sampel
Dalam menentukan besar sampel yang harus diambil dari populasi
menggunakan rumus slovin.
n =
( )Dimana : n = Jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas kesalahan yang ditolerir untuk setiap populasi (1%, 5%, 10%)
n
=
( , )
n
=
,n = 53,7
jumlah sampel = 54 orang
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV
Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi
tersebut karena penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien
dengan rematik belum pernah dilakukan di lokasi tersebut.kegiatan penelitian
dilaksanakan bulan April sampai Mei 2015.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melaksanakan peneitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu
memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian
dan penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari fakultas keperawatan.
Lembar persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia,
maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.
Tetapi bila calon responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati
Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik
resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden
dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan
data, hanya dengan menuliskan inisial. Kerahasiaan informasi responden terjamin
oleh peneliti, hanya data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Kuesioner Penelitian
Kuesioner peneliti terdiri dari 4 bagian yaitu kuesioner data demografi,
kuesioner pengetahuan klien tentang rematik, kuesioner sikap klien terhadap
rematik, dan kuesioner perawatan diri klien dengan rematik.
a. Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi responden terdiri dari 6 pertanyaan dengan
cara pengisian pernyataan yang ada, berkaitan dengan nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menderita rematik.
b. Kuesioner pengetahuan klien tentang rematik
Kuesioner pengetahuan klien tentang rematik terdiri dari 15 pertanyaan
pilihan ganda dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu
pilihan yang tersedia. Adapun kategori hasil ukurnya adalah baik dengan skor
19-22, cukup dengan skor 15-18, dan kurang baik dengan skor 11-14
Kuesioner sikap klien terhadap rematik terdiri dari 10 pertanyaan dan
cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan yang
tersedia. Untuk pertanyaan sikap klien terhadap rematik terdiri dari 4 pilihan
jawaban : a) sangat setuju, b) setuju, c) tidak setuju, d) sangat tidak setuju.
Adapun kategori hasil ukurnya adalah positif 10-24 dan negatif 25-40.
d. Kuesioner perawatan diri klien dengan rematik
Kuesioner perawatan diri klien dengan rematik terdiri dari 10
pertanyaan dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu
jawaban yang tersedia. Untuk pertanyaan kemampuan merawat diri klien rematik
terdiri dari 4 pilihan jawaban : a) tidak pernah, b) kadang-kadang, c) sering, d)
selalu. Adapun kategori hasil ukurnya adalah baik dengan skor 31-40, cukup
dengan skor 21-30, dan kurang baik dengan skor 10-20
4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi
(content validity) yaitu dengan memberikan instrumen kepada 3 orang yang ahli
dibidangnya untuk menilai apakah kuesioner valid atau tidak dan nilai content
validity index (CVI) adalah 0,8. Instrument ini diuji oleh 3 dosen yang
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah
alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang (Priyatno, 2008). Uji Realibilitas dilakukan pada 30
orang responden , dikatakan reliable bila hasil reliabilitas bernilai 0,7 (Priyatno,
2008)
Uji reliabilitas dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 orang
responden diluar responden penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas
Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari. Adapun tempat uji reliabilitas di
tempat yang sama karena keterbatasan penelitian. Uji reliabilitas untuk
pengetahuan Guttman split-half coefficient dengan hasil 0,75. Sedangkan untuk
uji reliabilitas sikap dan kemampuan merawat diri menggunakan uji cronbach
alpha dengan hasil 0,74, dan kemampuan merawat diri dengan hasil 0,75. Hasil
yang didapat sudah reliabel
4.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,
2003). Pengumpulan data di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV
Nagari dengan prosedur sebagai berikut:
a. Setelah dilakukan Ujian sidang proposal dan telah disetujui dosen
pembimbing akademik dilanjutkan dengan membuat surat izin
yang ditujukan ke Kantor kesatuan bangsa dan politik Kabupaten
Sijunjung.
b. Setelah mendapatkan surat rekomendasi pengumpulan data dari kantor
kesatuan bangsa dan politik Kabupaten Sijunjung. Permohonan izin
pengumpulan data ke Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari.
c. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan tekniksampling incidental.
d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden
setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian serta hak dan kewajiban responden. Responden yang bersedia
selanjutnya diminta menandatangaini informed consent.
e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang
belum jelas.
f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti
mengumpulkan data mengucapkan terima kasih kepada responden.
4.7 Analisa Data
Analisa data adalah proses mengolah data dan penginterpretasian hasil
pengolahan data (Priyatno, 2008). Setelah data terkumpul, maka peneliti
melakukan analisa masalah melalui beberapa tahap.
a. Editing
Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap
b. Coding
Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap
pertanyaan sesuai dengan petunjuk coding. Pengkodean merupakan
kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk
bilangan. Setelah data kuesioner maka diberikan kode pada kolom di
setiap item agar lebih memudahkan dalam pengolahan data.
c. Scoring
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan
tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah
item pertanyaan dari setiap variable.
d. Entri Data
Proses memasukkan data, setelah pemberian kode dan skoring lalu data
dimasukkan kedalam program computer (software analysis) yang sesuai
kemudian diolah oleh peneliti.
e. Cleaning Data
Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke
dalam tebel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan
bahwa data bersih dari kekeliruan.
f. Analysis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk
memberikan gambaran tentang variable pengetahuan, sikap, dan
kemampuan merawat diri klien dengan rematik. Analisis data hasil
data dengan menggunakan komputer (software analysis). Pada analisis data
ini data demografi, pengetahuan, sikap, dan kemampuan merawat diri klien
dengan rematik akan dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk
proporsi (persentase) dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang
dijumlahkan frekuensinya dibagi jumlah responden dan dikali 100 %. Hasil
akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus
(Nursalam, 2003) :
P = 100%
Keterangan : P = proporsi / persentase (%)
F = jumlah frekuensi / banyaknya data
5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengetahuan,
sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang dilakukan pada tanggal 25
April 2015 sampai dengan 7 Mei 2015 di wilayah Puskesmas Muaro Bodi
Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat dengan jumlah
responden 54 orang.
5.1.1 Karakteristik Responden
Deskriptif karakteristik responden meliputi umur klien rematik, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita rematik dapat dilihat pada
tabel 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar klien rematik yang
menjadi responden berusia 60 – 74 tahun (n = 33 atau 61,1 %), lalu usia 45-59
tahun (n=19 atau 35,2 %), dan paling sedikit dengan usia 75 –90 tahun (n=2 atau
3,7 %). Klien rematik yang menjadi responden lebih banyak dialami pada
perempuan (n=35 atau 64,8 %) dibandingkan pada laki-laki (n= 19 atau 35,2 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan klien rematik dengan tidak sekolah (n=1 atau 1,9
%), Sekolah dasar atau sederajat (n=9 atau 16,7 %), sekolah menengah pertama
atau sederajat (n= 15 atau 27,8 %), sekolah menengah atas atau sederajat (n= 27
rematik yang menjadi responden adalah pegawai negeri sipil (n=11 atau 20,4 %),
Ibu rumah tangga (n= 30 atau 55,6 %), wiraswasta (n= 9 atau 16,7 %), petani (n=
4 atau 7,4 %). Selain itu untuk lama menderita rematik≤ 1 tahun (n= 11 atau 20,4
%), 2–4 tahun (n= 26 atau 48,1%), 5 tahun (n= 17 atau 31,5 %).
Untuk lebih jelas karakteristik responden dapat dilihat pada tebel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan klien tentang rematik
yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi kecamatan IV Nagari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase
pengetahuan klien tentang rematik berdasarkan kategori kurang, cukup, dan baik.
Untuk lebih jelas tentang pengetahuan klien dengan rematik dapat dilihat pada
tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan klien tentang rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV
5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase sikap klien terhadap rematik yang
tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase
sikap klien terhadap rematik berdasarkan kategori positif dan negatif. Untuk lebih
jelas tentang sikap klien terhadap rematik dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase perawatan diri klien dengan
rematik yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV
Nagari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase
kemampuan merawat diri klien dengan rematik berdasarkan kategori kurang,
cukup, dan baik. Untuk lebih jelas tentang kemampuan merawat diri klien rematik
dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari
Kategori Frekuensi Persentase(%)
Perawatan diri Kurang Cukup Baik
7 42
5
13 77,8
5.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini, penelitian menunjukkan gambaran tentang
pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung
Sumatera Barat.
5.2.1 Pengetahuan Klien Tentang Rematik.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 di atas dapat diketahui
bahwa klien rematik yang berpengetahuan baik tentang penyakit rematik sebanyak
37 orang (68,5%). Sementara berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (29,6%).
Sedangkan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,9%). Dari hasil penelitian
yang didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit
rematik adalah baik. Adapun pengetahuan responden dalam kategori baik, hal ini
terkait dengan asumsi bahwa mayoritas responden mimiliki tingkat pendidikan
SMA, sehingga intelegensi seseorang mempengaruhi pengetahuan orang tersebut.
Tingkat pendidikan individu sangat berpengaruh terhadap anggapan
seseorang terhadap kesehatannya. Kemampuan kognitif mempengaruhi cara
seseorang untuk berpikir, termasuk kemampuan untuk memahami faktor penyakit
dan penerapan pengetahuan kesehatan ke dalam praktik kesehatan individu (Potter
dan Perry, 2009). Adapun tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah
tingkat SMA sebanyak 27 orang (50%), sehingga intilegensi seseorang
Hal ini juga Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), bahwa
tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, motivasi, lingkungan dan
sosial ekonomi, ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sekolah atau
pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi individu dan
mempertinggi taraf intelegensi individu. Dengan pendidikan, maka seseorang
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, dari orang lain maupun media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh
dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
nonformal .
Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti (2009) di
panti werdha Cipayung Jakarta didapatkan hasil responden berpengetahuan
kurang sebanyak 60 orang (60%), hal ini dikarenakan tingkat pendidikan
responden sebagian besar adalah tamat SD.
Menurut Riyanto dan Budiman (2013), Pengetahuan bukanlah fakta
dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain
tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah suatu pembentukan yang terus menerus
oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya
pemahaman-pemahaman baru. Hal ini terkait dengan karakteristik responden pada
lama menderita rematik yang sudah memiliki pengalaman terhadap penyakit
besar responden sudah menderita rematik selama 2 sampai dengan 4 tahun
sebanyak 26 orang (48,1%) dan lebih dari 5 tahun sebanyak 17 orang (31,5%).
Menurut Riyanto dan Budiman (2012) menyatakan semakin tua
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pengetahuan juga
diperoleh dari pengalaman. Pengalaman merupakan sebagai sumber pengetahuan
adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi di masa lalu.
5.2.2 Sikap klien Terhadap Rematik
Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap klien terhadap rematik di
wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari, diperoleh sebagian besar
responden memiliki sikap positif yaitu sebanyak 52 orang (96,3%). Adapun sikap
klien terhadap rematik menunjukkan sikap yang mendukung atau positif, hal ini
terkait dengan asumsi peneliti bahwa klien dengan rematik masih memperhatikan
kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kepetugas kesehatan atau
melakukan pencarian pengobatan terhadap penyakitnya. Selain itu klien dengan
rematik juga antusias mengikuti senam lansia yang diadakan oleh puskesmas
setiap minggunya.
Purwanto (2002) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak
selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai
objek tertentu.
Sikap positif atau mendukung akan didapat apabila ada kesesuaian
dari pengetahuan, keyakinan, motivasi dan emosi. Hal ini sesuai dengan sikap
Notoadmodjo (2012) yaitu sikap yang mendukung dapat disebabkan oleh adanya
kesesuaian dan keutuhan dari 3 komponen pokok yang saling berhubungan secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh antara lain kepercayaan atau
keyakinan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk bertindak.
Dari hasil penelitian pendidikan dan pengalaman merupakan faktor
yang mempengaruhi sikap penderita rematik. Adapun mayoritas tingkat
pendidikan responden adalah SMA sebanyak 27 orang (50%) dan lamanya
menderita rematik selama 2-4 tahun sebanyak 26 orang (48,1%) dan lebih dari 5
tahun sebanyak 17 orang (31,5 %). Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan pengalaman
merupakan suatu cara memperoleh kebenaran dalam memecahkan masalah yang
dihadapi (Riyanto dan Budiman, 2012).
5.2.3 Perawatan diri klien dengan rematik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas
Muaro Bodi, perawatan diri klien dengan penyakit rematik pada umumnya dalam
kategori cukup baik yaitu sebanyak 42 orang (77,8%). Adapun perawatan diri
klien dengan rematik dalam kategori cukup baik diasumsikan adanya kesadaran
laut, hati dan lain-lain. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni
(2008), yang dilakukan di panti werdha Sumatera Selatan, didapatkan hasil
penelitian dalam kategori buruk yaitu sebanyak 21 responden dari 35 responden.
Hal ini dikarenakan kebanyakan penderita rematik tidak menjalakan perawatan
terhadap penyakitnya.
Berdasarkan penelitian ini penderita rematik terbanyak berada pada
kelompok umur 60 – 74 tahun (61,1%) yang berarti sebagian besar responden
adalah lansia. Menurut Zainudin (2009), masih banyak masyarakat ataupun lansia
yang beranggapan bahwa dirinya tidak mampu dalam mempelajari pengetahuan
dan ketarampilan baru, serta menganggap dirinya jompo, rapuh, tidak perlu
belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, hal semacam inilah yang akan
menimbulkan stress dan distress serta despair (putus harapan) pada lansia. Hal ini
juga yang berpengaruh terhadap perawatan diri lansia.
Menurut Potter dan Perry (2009), status ekonomi juga
mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap terapi kesehatan. Seseorang dengan
tingkat kebutuhan yang tinggi, keluarga besar, dan pendapatan yang rendah
cenderung member prioritas lebih dahulu terhadap makanan dan kebutuhan hidup
lainnya dibandingkan dengan obat-obatan atau terapi untuk meningkatkan
kesehatannya. Hal ini terlihat pada karakteristik responden yang sebagian
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (64,8%) dan mayoritas
berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan penghasilan dari
Notoadmodjo (2012) menyatakan tindakan merupakan reaksi
konkrit seseorang terhadap objek. Seseorang telah mempraktekkan apa yang
diketahui atau yang disikapi. Adapun kategori cukup baik untuk perawatan diri
klien dengan rematik dikarenakan klien rematik tetap melakukan aktivitas atau
kegiatan sehari-hari dan tetap melakukan kegiatan olahraga seperti senam lansia
yang diadakan setiap hari sabtu di Puskesmas. Hal ini sesuai menurut Junaidi
(2012), beberapa hal yang dilakukan oleh penderita rematik dalam meringankan
penyakitnya, yaitu dengan aktivitas dan olahraga. Aktivitas dan olahraga dapat
mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, serta dapat meningkatkan kelenturan, otot
yang kuat, dan ketahanan.
Selain itu Puskesmas juga ikut berperan dalam pelayanan
kesehatan sebagai tempat penyediaan obat maupun memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien dengan penyakit rematik. Itulah sebabnya penelitian ini
diperoleh mayoritas responden memiliki perawatan diri dalam kategori cukup
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 54 orang responden klien rematik yang
tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagri menggambarkan
sebagian besar responden (68,5 %) memiliki tingkat pengetahuan yang baik
terkait penyakit rematik. Ini dikarenakan klien rematik mayoritas memiliki tingkat
pendidikan minimal SMA sehingga berpengaruh pada tingkat inteligensi mereka.
Selain itu klien rematik juga memiliki banyak pengalaman terkait penyakitnya
yaitu sebagian besar lama menderita rematik adalah 2 –4 tahun. Sehingga dalam
rentang waktu itu, klien rematik sudah banyak mengumpulkan informasi terkait
penyakitnya.
Sedangkan gambaran sikap klien terhadap penyakit rematik , memiliki
sikap positif sebanyak 52 orang (96,3%). Hal ini dikarenakan adanya kesesuai
dari pengetahuan, keyakinan, motivasi dan emosi. Selain itu terkait dengan
pendidikan, yang mana pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dan ada 3,7 persen memiliki sikap
negative.
dikarenakan masih kurangnya kesadaran diri klien rematik dalam menjaga
kesehatan nya, ini terlihat pada pernyataan tentang menghindari pantangan
makanan yang memperberat rematik sebanyak 25 orang (46,3%) menjawab
dengan kadang-kadang. Selain itu juga aktivitas dan olahraga seperti senam lansia
yang masih kurang dillakukan klien rematik. Hal ini terlihat pada pernyataan
tentang melakukan aktivitas olahraga sebanyak 27,8 persen menjawab
kadang-kadang.
6.2 Saran
6.2.1 Praktek Keperawatan
Dalam praktek keperawatan diharapkan kepada petugas kesehatan untuk
terus memberikan informasi tentang perawatan diri klien dengan rematik agar
perawatan diri klien dengan rematik menjadi baik dan meningkatkan derajat
kesehatan klien dengan rematik.
6.2.2 Pendidikan Keperawatan
Dalam institusi keperawatan diharapkan untuk mempersiapkan mahasiswa
keperawatan dengan melibatkan mahasiswa dalam meningkat derajat kesehatan
klien rematik melalui pengabdian kepada masyarakat
6.2.3 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi pengembang
instrumen penelitian yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, F, N. (2009). Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ayad, S. (2013). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Rematik di
Panti Sosial Trena Werdha Ilomata Kota Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Junaidi, I. (2012). Rematik dan Asam urat Edisi Revisi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Misnadiarly. (2007). Rematik Asam Urat-Hiperusimia Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Mubarak. (2006).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.Jakarta: Sagung Seto
Nainggolan, O. (2009). Prevalensi Rematik. Artikel Penelitian Kedokteran Indonesia, 59, 2
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS (statistical product and service solution).Yogyakarta: Media Kom
Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Riyanto, A, dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika
Wahyuni, D., Tjekyan, S., dan Kartisari A. (2008). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Lansia Terhadap Self Care dengan Penyakit Rematik Di Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya OI.Artikel Penelitian, 40, 4
Rubenstein, D., Wayne, D., dan Bradley, J. (2007). Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga
Zainuddin, K. (2009).Memahami Mitos dan realita tentang lansia. Diunduh dari
No. Kode Responden
( )
FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Judul : Pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah puskesmas Muaro Bodi kecamatan IV Nagari Kab. Sijunjung, Sumatera Barat
Nama peneliti : Fauzan Suherdi
Nim : 111101058
Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah puskesmas muaro bodi kecamatan IV Nagari. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saya mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai dengan fakta bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti bapak/ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian bapak/ibu untuk penelitian ini.
Muaro Bodi, April 2015 Responden
---KUESIONER DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian:
a. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab pertanyaan yang ada
b. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist
(√) pada tempat yang disediakan.
c. Bila ada yang tidak dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.
A. Data Demografi
1. Nama (Inisial) :
2. Umur : ...tahun
3. Jenis Kelamin : 1. () Laki-laki 2. () Perempuan
4. Pendidikan terakhir : 1. ( ) Tidak sekolah
2. ( ) SD/sederajat
3. ( ) SMP/sederajat
4. ( ) SMA/sederajat
5. ( ) Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan : 1. ( ) PNS 4. ( ) Wiraswasta
2. ( ) Pegawai swasta 5. ( ) Lain-lain, sebutkan……..
3. ( ) Ibu rumah tangga
B. Kuesioner Pengetahuan Klien Tentang rematik
Petunjuk pengisian :
1. Pertanyaan berikut ini adalah mengenai pengetahuan anda tentang rematik
2. Beri tanda ceklist (√) pada setiap jawaban yang anda anggap benar
3. Jika andsa ingin memperbaiki jawaban. Beri tanda (=) pada jawaban yang salah kemudian beri tanda ceklist (√) untuk jawaban yang benar
4. Tanyakan langsung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan
5. Mohon kuesioner dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi semua
7. Atas kesediaan Bapak/Ibu. Peneliti ucapkan terima kasih
PERTANYAAN
1. Penyakit (rematik) merupakan...
a. Penyakit yang menyerang sendi dan tulang
b. Penyakit peradangan pada fungsi jantung
c. Penyakit peradangan pada fungsi otak
2. Keluhan yang dirasakan bila terkena rematik adalah...
a. Sendi terasa nyeri, kaku dan bengkak c. Sesak nafas
b. Pusing, Mual, dan Muntah
3. Bukan merupakan tanda-tanda seseorang terkena rematik adalah...
a. Sendi terasa nyeri dan kaku
b. Demam di malam hari
c. Peradangan dan bengkak pada sendi
4. Rematik dapat mengakibatkan...
a. Tulang keropos
b. Diabetes/penyakit gula
c. Kebutaan
5. Kekakuan sendi pada penderita rematik biasanya muncul saat...