• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap dan Perawatan Diri Klien dengan Rematik yang Tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap dan Perawatan Diri Klien dengan Rematik yang Tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh

Fauzan Suherdi

111101058

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(2)

F

UNI

SKRIPSI

Oleh

Fauzan Suherdi

111101058

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(3)
(4)
(5)

untuk segala berkat, penyertaan dan kasih karunia-Nya skripsi ini dapat

diselesaikan dengan judul “pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan

rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari

Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat”. Penulis sangat merasakan penyertaan dan

pertolongan-Nya sepanjang pengerjaan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

membimbing penulis selama pengerjaan proposal penelitian ini, yaitu kepada:

1. Dekan Fakultas Keperawatan, Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes.

2. Pembantu dekan I, Ibu Erniyati, S.Kp., MNs, pembantu dekan II, Ibu Evi

Karota Bukit, S.Kep., MNs, pembantu dekan III, Bapak Ikhsanuddin

Ahmad Harahap, S.Kp., MNs.

3. Dosen pembimbing, Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes yang banyak memberi

bimbingan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dosen penguji, Ibu Lufthiani, S.Kep., Ns., M.Kes dan DR. Siti Saidah

Nasution, S.Kp., Ns., M.Kep, Sp.Mat yang bersedia menjadi penguji dan

memberikan masukan untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

5. Orangtua penulis yang terus mendukung dan mendoakan.

6. Abang, kakak, adik dan sahabat-sahabat penulis yang turut mendukung,

(6)

Medan, Januari 2015

(7)

Halaman Pengesahan... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Skema... x

Abstrak... xi

Bab 1 Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka... 6

2.1 Perilaku ... 6

2.2 Pengetahuan ... 6

2.2.1 Definisi Pengetahuan ... 6

2.2.2 Jenis Pengetahuan ... 7

2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 8

2.2.4 Tingkat Pengetahuan ... 10

2.2.5 Pengukuran Pengetahuan ... 11

2.3 Sikap... 12

2.3.1 Definisi Sikap... 12

2.3.2 Tingkat Sikap ... 13

2.3.3 Komponen Pokok Sikap... 14

(8)

2.5 Rematik ... 17

2.5.1 Definisi Rematik ... 17

2.5.2 Etiologi... 18

2.5.3 Gejala Penyakit Rematik... 18

2.5.4 Jenis-Jenis Penyakit Rematik... 19

2.6 Perawatan Diri Penderita Rematik ... 20

Bab 3 Kerangka Penelitian... 25

3.1 Kerangka Konseptual ... 25

3.2 Definisi Operasional... 26

Bab 4 Metodologi Penelitian... 28

4.1 Desain Penelitian... 28

4.2 Populasi dan Sampel ... 28

4.2.1 Populasi ... 28

4.2.2 Sampel... 28

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.4 Pertimbangan Etik... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 31

4.5.1 Kuesioner Penelitian ... 31

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.6 Pengumpulan Data ... 33

4.7 Analisa Data ... 34

Bab 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 37

5.1 Hasil Penelitian ... 37

(9)

Daftar Pustaka... 49

Lampiran-lampiran

Lampiran 1 Jadwal Tentatif Penelitian

Lampiran 2 Inform consent

Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Taksasi Dana

Lampiran 5 Lembar Bukti Bimbingan

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Validitas

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 9 Tabel Lampiran

(10)

Tabel. 2. Distribusi frekuensi dan persentase kategori pengetahuan ... 39

Tabel. 3. Distribusi frekuensi dan persentase kategori sikap ... 39

(11)
(12)

Nim : 111101058

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Abstrak

Salah satu Penyakit yang berhubungan dengan nyeri dan persendian dan tulang yang biasa dikeluhkan masyarakat akibat nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas adalah rematik, kejadian tersebut akan meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah klien rematik yang bertempat tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari. Sampel berjumlah 54 responden dengan menggunakan teknik sampling accidental. Hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 37 orang (68,5%), sikap klien terhadap rematik menunjukkan sikap yang mendukung sebanyak 52 orang (96,3%), dan perawatan diri klien rematik dalam ketegori cukup sebanyak 42 orang (77,8%). Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan kepada petugas kesehatan untuk lebih lanjut memberikan informasi tentang penyakit rematik dalam meningkatkan status kesehatan. Kegiatan dapat dilakukan melalui konseling atau penyuluhan kesehatan sehingga dapat meeningkatkan pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik.

(13)

Std. ID Number : 111101058

Department : S1 (Undergraduate) Nursing

ABSTRACT

One of the diseases which are related to pain in joints and bones complained by people because it disturbs their activities is rheumatism. This disease will increase, along with the growing age. The objective of the research was to find out the description of knowledge, attitude, and self-care of the clients suffered from rheumatism in the working area of Muaro Boldi Puskesmas, IV Nagari Subdistrict, Sijunjung District, West Sumatera. The research used descriptive design. The population was clients suffered from rheumatism in the working area of Muaro Bodi Puskesmas, IV Nagari Subdistrict, and 54 of them were used as the samples, taken by using accidental sampling technique. The result of the research showed that 37 respondents (68.5%) had good knowledge, 52 respondents (96.3%) had supportive attitude, and 42 respondents (77.8%) had good self-care. It is recommended that health care providers give information about rheumatism in order to increase health status by providing health counseling so that the knowledge, attitude, and self-care of clients suffered from rheumatism can improve.

(14)

1. 1 Latar Belakang

Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang

persendian dan struktur disekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap

rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal jika

tidak ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak normal,

mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan seumur

hidup. Rasa sakit yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas

kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009). Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi,

merupakan penyakit-penyakit tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari dan

kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia) yang memang dekat dengan

gangguan rematik yang merupakan salah satu penyakit degeneratif (Ayad, 2013).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335

juta orang di dunia mengidap penyakit rematik. Jumlah ini sesuai dengan

pertambahan manusia berusia lanjut dan beragam faktor kesehatan lainnya yang

diprediksi akan terus mengalami peningkatan di masa depan. Diperkirakan sekitar

25 persen penderita rematik akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada

tulang dan gannguan persendian (Junaidi, 2012). Berdasarkan penelitian

Nainggolan (2009), angka prevalensi rematik di Indonesia cukup tinggi dan

bervariasi di setiap provinsi dengan prevalensi terendah 17,6 persen dan tertinggi

(15)

Angka prevalensi rematik tinggi pada yang berpendidikan rendah yaitu sebesar

36,9 persen dan pendidikan tinggi sebesar 18,9 persen. Sedangkan Riset

Kesehatan Dasar (2013) menemukan angka untuk penyakit sendi di Sumatera

Barat sebesar 12,7 persen yang berada di urutan ke 4 dari provinsi lainnya.

Prevalensi rematik lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah sebanyak

24,1 persen dan prevalensi rematik yang tinggal di pedesaan sebanyak 13,8 persen

lebih tinggi dari yang tinggal di perkotaan yang hanya 10 persen.

Wahyuni, dkk (2008) sepertiga dari penderita dewasa mempunyai gejala

dan tanda rematik (arthritis) mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan

sebanyak 17,5 persen, hilangnya penghasilan akibat penurunan aktivitas,

hilangnya kesempatan kerja dan pengembangan karir. Penyakit rematik

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti gaya hidup yang tidak sehat, kurang gerak

dan olahraga, serta pengetahuan mengenai pencegahan rematik yang kurang.

Junaidi (2012) menyatakan kecenderungan umum yang dilakukan

masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri, dan kaku pada sendi atau

otot, yang kemungkinan besar adalah gejala awal rematik, adalah mengambil

langkah praktis, yaitu membeli obat penawar pegal, linu, dan nyeri yang dijual

bebas di warung-warung terdekat. Riset kesehatan dasar (2013) menyatakan

prevalensi rematik tertinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah baik sebesar

24,1 persen dan prevalensi rematik di pedesaan (27,4%) lebih tinggi dibanding

(16)

Selain pengetahuan untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita

rematik, diperlukan sikap yang mendukung. Adapun sikap yang dilakukan

masyarakat terhadap penyakitanya. Misalnya terkait pantangan terhadap makanan

yang dapat membuat rematik kambuh lagi, masyarakat tetap meengkonsumsinya

walaupun sudah tahu makanan tersebut memperberat penyakitnya. Purnomo

(2010) dalam penelitiannya mengatakan beberapa penderita rematik mengalami

pegal-pegal, nyeri sendi dan otot setelah melakukan aktivitas berat atau habis

bekerja, namun mereka jarang memeriksakan penyakitnya ke puskesmas dengan

alasan jarak antara puskesmas dengan tempat tinggal yang jauh, terkadang tidak

ada waktu untuk periksa karena sibuk dengan kegiatannya. Mereka hanya

memilih melakukan pemijatan pada bagian anggota tubuh yang sakit dan tidak

menghindari makanan–makanan yang memperberat penyakit.

Perawatan diri yang menderita rematik diidentifikasikan sebagai

tindakan-tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kesehatannya seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur,

istirahat cukup atau dengan diet, obat-obatan untuk meningkatkan dan

memulihkan penyakitnya (Wahyuni, dkk 2008).

Dalam penelitian Wahyuni, dkk (2008) dengan sampel sebanyak 48

responden di Panti Werdha Ogan Ilir, Sumatera Selatan, didapat data 15 orang

(42,9%) umumnya responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, sikap

yang mendukung sebanyak 19 orang (54,29%) dan kemampuan merawat diri

dengan penyakit rematik melakukan dengan baik sebanyak 14 orang (40%). Dari

(17)

baik dikarenakan adanya peran perawat komunitas, Namun peran perawat

komunitas belum dioptimalkan di lingkungan yang lebih luas lagi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dirumuskan masalah penelitian yaitu,

bagaimana pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien rematik yang tinggal di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat?.

1.3 Tujuan Penelitian

a.Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,

sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas

Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengetahuan klien rematik yang tinggal di wilayah

Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

(18)

2. Untuk mengetahui sikap klien rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas

Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat.

3. Untuk mengetahui perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung Sumatera Barat.

1.4 Manfaat Penelitiaan

1. Pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perawat dalam memberikan intervensi keperawatan, terutama dalam memberikan

pendidikan kesehatan untuk menambah pengetahuan, meningkatkan sikap dan

perawatan diri klien dengan rematik.

2. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dan pengetahuan

peserta didik keperawatan tentang perawatan diri klien dengan rematik.

3. Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan

dasar bila ingin mengembangkan penelitian untuk mencari keterkaitan adanya

(19)

2.1Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,

yang merupakan hasil bersama atau resultant antara berbagai faktor, baik faktor

internal maupun eksternal. Perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, yaitu

pengetahuan, sikap dan tindakan (Bloom 1908 dalam Notoatmodjo, 2012).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi jika seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

(20)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang

dimiliki seseorang yang diperoleh dari pengalaman, latihan, atau melalui proses

belajar. Dalam proses belajar sesorang hanya ditentukan memiliki kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung. Seseorang dituntut memiliki kemampuan

memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif

dan inovatif, dari kemampuan-kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk

mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kognitif yang

paling rendah namun sangat penting karena dapat membentuk prilaku seseorang

(Bloom 1956 dalam Notoatmodjo, 2007).

2.2.2 Jenis Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) menyatakan bahwa jenis pengetahuan

diantaranya sebagai berikut:

a. Pengetahuan Implisit

pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam

bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata

seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang

biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak

(21)

b. Pengetahuan Eksplisit

pengetahun eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan

atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),

berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima informasi.

b. Informasi atau media massa.

Informasi adalah “that of which one is apprised or told: intelligence,

news” (Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa informasi

adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi

sebagai transfer pengetahuan. Informasi adalah suatu teknik untuk

(22)

menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu

(Undang-Undang Teknologi Informasi).

c. Sosial, Budaya, dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang

juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses

masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecaahkan masalah yang dihadapi masa

(23)

pengetahuan dan keterampilan profesional, serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.2.4 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa Pengetahuan yang dicakup

dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu : tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisa (analysis), sintesis

(syntesis)dan evaluasi (evaluation).

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali(recall),

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

b. Memahami(comprehension),diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi

(24)

c. Aplikasi (appilcation), diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisa (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi

atau obyek ke dalam komponen-komponen tetapi di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthetis), menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek

2.2.5 Pengukuran Pengetahuan

Riyanto dan Budiman (2013) pengkuran dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus

diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

Arikunto (2006 dalam Riyanto dan Budiman, 2013) membuat kategori

tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai

persentase yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya≥ 75%

(25)

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan

menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya≤ 50%

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan pernyataan

evaluatif terhadap objek, orang, atau peristiwa (Stepan 2007 dalam Riyanto dan

Budiman, 2013)

2.3.2 Tingkat Sikap

Notoatmodjo (2010) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri

(26)

a. menerima(receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat

dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

b. Merespon(responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai(valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah

suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi

anak.

d. bertanggung jawab(responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau

menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang

(27)

2.3.3 komponen Pokok Sikap

Komponen sikap menurut notoatmodjo (2010) ada tiga komponen :

a. kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

Merupakan keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap suatu objek.

b. kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

Merupakan penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. kecenderungan untuk bertindak(tend of behave)

Sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku

terbuka (tindakan)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude)

2.3.4 Pengukuran Sikap

Riyanto dan Budiman (2013) menjelaskan bahwa ranah afektif tidak dapat

diukur seperti halnya ranah kognitif kemampuan yang diukur adalah: menerima

(memperhatikan), merespon, menghargai, mengorganisasi, dan menghayati. Skala

(28)

objek di antaranya menggunakan skala sikap. Hasil pengukuran berupa kategori

sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Salah satu skala

sikap yang digunakan adalah skala likert. Dalam skala likert,

pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan-pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh

subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat

tidak setuju.

2.4 Tindakan

2.4.1 Definisi Tindakan

Tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya melaksanankan atau mempraktikkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012).

2.4.2 Tingkat Tindakan

Notoatmodjo (2012) membagi tingkatan tindakan sebagai berikut:

a. Respon terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh merupakan indicator tindakan tingkat pertama.

(29)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai

tindakan tingkat kedua.

c. Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.5 Rematik

2.5.1 Definisi Rematik

Junaidi (2012) menjelaskan bahwa rematik adalah penyakit yang

menyerang sendi. Sekalipun kata rematik sudah akrab di telinga kita, faktanya

adalah hingga kini belum ada pemahaman yang memadai tentang penyakit

rematik. Penyebab rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit rematik itu

sendiri.

Rubenstein, Wayne, dan Bradley (2007) mengemukakan bahwa penyakit

rematik merupakan regangan muskuloskeletal yang sangat sering dijumpai dan

merupakan sebab tersering seorang pasien dirujuk pada praktek umum (cedera

olahraga dan nyeri punggung). Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit

(30)

Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang

persendian dan struktur disekitarnya. Masyarakat pada umumnya menganggap

rematik adalah penyakit sepele karena tidak menimbulkan kematian. Padahal, jika

tidak segera ditangani rematik bisa membuat anggota tubuh berfungsi tidak

normal, mulai dari benjol-benjol, sendi kaku, sulit berjalan, bahkan kecacatan

seumur hidup. Rasa yang timbul bisa sangat mengganggu dan membatasi aktivitas

kegiatan sehari-hari (Nainggolan, 2009).

2.5.2 Etiologi

Penyebab penyakit rematik sepenuhnya bergantung pada jenis penyakit

rematik itu sendiri. Beberapa jenis penyakit rematik yang telah diketahui

penyebabnya adalah arthritis infeksi dan asam urat. Sementara itu, untuk jenis

penyakit osteoarthritis para rematolog menduga bahwa penyakit itu disebabkan

oleh tekanan berlebihan pada tulang, sendi yang cedera secara berulang, atau

kelemahan tulang rawan (kartilago) bawaan. Untuk jenis penyakit rematik arthitis

rematoid, penyebabnya yang dominan adalah faktor keturunan, hormon, dan

lingkungan (Junaidi, 2012).

2.5.3 Gejala Penyakit Rematik

Junaidi (2012) mengemukakan secara garis besar, penyakit rematik terdiri

dari:

a. Artralgia, yaitu gejala yang hanya ditemukan pada sendi, berupa pegal linu,

tanpa gejala lainya. Gejala pegal-pegal ini biasanya ditemukan pada penyakit

(31)

b. Arthritis atau radang pada sendi. Gejala peradangan arthritis cenderung

lengkap, yaitu: terjadi pembengkakan, muncul kemerahan di kulit, terasa nyeri

dan panas pada sendi yang terserang dan biasanya sendi menjadi sulit untuk

digerakkan.

c. Nyeri sendi dengan tanda radang yang tidak lengkap (artropik). Misalnya,

terjadi pembengkakan pada tulang, bukan pada jaringan lunak. Atau, terjadi

pembengkakan tulang yang diikuti dengan gangguan fungsi tulang, tetapi tidak

mun cul kemerahan di kulit atau rasa panas. Nyeri sendi juga dialami oleh

penderita kanker, terutama kanker darah.

d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi

terutama menyerang sendi (Brunner dan suddart 2002 dalam Afriyanti, 2009)

2.5.4 Jenis–Jenis Penyakit Rematik

Junaidi (2012) menyebutkan ragam penyakit rematik sebagai berikut :

a. Gout

Serangan gout muncul secara mendadak, biasanya di jempol kaki atau

sendi- sendi lainnya. Gout disebabkan oleh gangguan metabolisme protein purin

yang menyebabkan asam urat darah meningkat dan kristal asam urat terbentuk

dalam sendi atau tempat lainnya.

(32)

Arthritis reumatoid terjadi karena sistem imun menyerang lapisan atau

membran sinovial sendi. Umumnya proses ini melibatkan seluruh tubuh dan dapat

menyebabkan kelelahan, kehilangan berat badan, kurang darah (anemia), serta

menyerang paru-paru, jantung, dan mata.

c. Osteoarthritis

Osteoarthritis disebabkan oleh patahnya bantalan tulang rawan (kartilago) yang

menjadi bantal tulang. Penyakit ini sering disebut sebagai arthritis degeneratif.

d. Lupus (systemic lupus erythematosus)

Penyakit ini menyerang kulit dan melibatkan sendi, otot, serta terkadang

organ dalam atau tubuh lainnya.

2.6 Perawatan Diri Penderita Rematik

Perawatan diri yang menderita rematik diidentifikasikan sebagai

tindakan-tindakan yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan untuk memperbaiki dan

meningkatkan kesehatannya seperti perbaikan nutrisi dan olahraga teratur,

istirahat cukup atau dengan diet, obat-obatan untuk meningkatkan dan

memulihkan penyakitnya (Wahyuni, Tjekyan, dan Kartisari, 2008).

Junaidi (2012) menyatakan beberapa hal yang dapat dilakukan penderita

rematik untuk meringankan penyakitnya antara lain:

a. Diet dan suplemen

Diet terutama ditekankan pada penderita gout dan osteoarthritis.

(33)

mengandung protein (purin) tinggi, seperti jeroan (hati, ginjal), makanan laut, dan

kuah daging. Hindari makanan yang berpotensi memperburuk radang sendi,

seperti daging merah, tomat, telur dan kafein.

Kebutuhan protein dapat diperoleh dengan mengonsumsi beras, cokelat,

kacang-kacangan (almond, biji bunga matahari), polong, buncis, sayuran hijau,

brokoli, bayam, dam biji-bijian. Penderita rematik atau radang sendi akan

memperoleh banyak manfaat dengan melakukan diet sehat, yaitu diet seimbang

yang mencakup sayur, buah, ikan salmon, dan daging putih.

b. Terapi Obat

Ada banyak obat yang digunakan untuk mengobati gejala penyakit

rematik. Jenis obat yang digunakan bergantung pada jenis penyakit rematik dan

kondisi pasien. Obat-obatan yang ada hanya mampu mengatasi gejala penyakit

rematik, terutama gejala nyeri dan peradangannya. Beberapa obat yang dapat

digunakan untuk mengatasi penyakit rematik, antara lain acetaminophen,

cortisone, solumedrol dan hidrokortison.

c. Terapi Herbal

Bahan herbal yang membantu melawan nyeri rematik antara lain :

1. Jahe dan kunyit. Keduanya adalah bahan anti-inflamasi yang sangat baik, serta

dapat mengurangi nyeri dan bengkak pada sendi.

(34)

3. Lidah buaya adalah anti-inflamasi yang sangat kuat, dapat meningkatkan

system kekebalan. Mengandung asam salisilat dan magnesium yang berfungsi

melawan arthritis.

4. Rosemary berfungsi seperti aspirin, tetapi lebih aman. Bekerja sebagai

anti-inflamasi untuk semua jenisarthritis.

5. Aroma terapi. Menggunakan minyak esensial sebagai losion yang diserap

melalui kulit.

6. minyak Jupiter untuk menghilangkan bengkak pada sendi.

d. Terapi panas dan dingin

Terapi panas dan dingin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan

peradangan pada rematik. Cara kerja terapi panas pada rematik adalah untuk

meningkatkan aliran darah ke daerah sendi yang terserang dengan demikian

proses radang dapat dikurangi dan sendi dapat berfungsi secara normal.

Terapi dingin bertujuan untuk membuat baal pada sendi yang terserang

rematik sehingga mengurangi nyeri, peradangan, kaku dan kejang otot. Terapi

dingin dapat dilakukan dengan menggunakan kantong berisi air dingin, semprotan

dingin.

e. Olahraga dan Istirahat

Tidur sejenak disiang hari membantu tubuh memperbaiki kerusakan yang

(35)

dalam posisi telentang. Pada penderita rematik pada sendi panggul atau lutut

sebaiknya mempertahankan sendi dalam posisi lurus, badan telentang dan

meletakkan bantal kecil di bawah sendi lutut untuk menghilangkan tegangan.

Aktivitas fisik atau olahraga dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi,

serta dapat meningkatkan kelenturan, otot yang kuat, dan ketahanan. Latihan dan

olahraga yang dianjurkan adalah:

1. Range of motion exercises. Latihan fisik yang membantu menjaga pergerakan

sendi secara normal, memelihara atau meningkatkan fleksibilitas, dan

menghilangkan kekakuan sendi.

2. Strengthening exercise. Memelihara atau meningkatkan kekuatan otot. Otot

yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit rematik.

3.aerobic or edurance exercise.Meningkatkan kesehatan pembuluh darahjantung

(kardiovaskuler), membantu menjaga berat badan ideal, dan memperbaiki

kesehatan secara menyeluruh.

Anjurkan pasien arthritis untuk melakukan aerobic derajat sedang selama

30 menit etiap hari. Latihan yang terlalu berat, yang menyebabkan nyeri, harus

dihindari. Hal itu berarti bahwa olah ranga berat, seprti sepak bola, basket, voli,

dan sebagainya, harus dijauhi.

f. Fisipoterapi dan Relaksasi

Fisioterapi atau mobilisasi dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan

(36)

dilakukan dengan hati-hati, seperti menarik secara lembut dan terus-menerus pada

otot yang kakau, pemijatan, dan manipulasi dengan menggunakan kedua tangan

untuk memperbaiki pergerakan sendi yang kaku.

Relaksasi progresif membantu mengurangi nyeri dengan menggunakan

gerakan yang melemaskan otot yang tegang. Pada relaksasi progresif gerakan

yang dilakukan adalah, pertama-tama mengencangkan kumpulan otot tertentu,

(37)

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran

pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat.

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Pengetahuan klien

tentang rematik

- Baik - Cukup - Kurang

Sikap klien

terhadap rematik

- Positif - Negatif

-Perawatan Diri

Klien dengan

(38)

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui responden

2 sikap Kecendrungan klien

untuk berespon

meliputi:

1. Sikap terhadap

pentingya latihan dan

olahraga untuk

melancarkan gerak

sendi dan menguatkan

tulang termasuk

rehabilitasi

2. Sikap terhadap

pentingnya terapi

kompres panas untuk

(39)

3. Sikap terhadap

4. Diet dan makanan

(40)

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik

yang tinggal di wilayah Muaro Bodi kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang

akan dikenai generalisasi hasil penelitian (Priyatno, 2008). Populasi dalam

penelitian ini adalah klien rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro

Bodi Kecamatan Muaro Bodi Kabupaten Sijunjung. Populasi didapatkan

berdasarkan data penderita rematik dari Puskesmas Muaro Bodi. Jumlah populasi

adalah 116 orang.

4.2.2 Sampel

a. Teknik Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sampling insidental. Sampling incidental adalah teknik penentuan sampel

(41)

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Kriteria sampel yang akan diteliti:

1. Klien rematik

2. Ada tanda dan gejala rematik

3. Bersedia menjadi responden

4. Dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif

5. Tidak mengalami gangguan jiwa

b. Jumlah Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang harus diambil dari populasi

menggunakan rumus slovin.

n =

( )

Dimana : n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

e = Batas kesalahan yang ditolerir untuk setiap populasi (1%, 5%, 10%)

(42)

n

=

( , )

n

=

,

n = 53,7

jumlah sampel = 54 orang

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi

tersebut karena penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien

dengan rematik belum pernah dilakukan di lokasi tersebut.kegiatan penelitian

dilaksanakan bulan April sampai Mei 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melaksanakan peneitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu

memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian

dan penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari fakultas keperawatan.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden, bila calon responden bersedia,

maka responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Tetapi bila calon responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

(43)

Penelitian ini tidak beresiko bagi individu yang menjadi responden, baik

resiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden

dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada lembar pengumpulan

data, hanya dengan menuliskan inisial. Kerahasiaan informasi responden terjamin

oleh peneliti, hanya data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Kuesioner Penelitian

Kuesioner peneliti terdiri dari 4 bagian yaitu kuesioner data demografi,

kuesioner pengetahuan klien tentang rematik, kuesioner sikap klien terhadap

rematik, dan kuesioner perawatan diri klien dengan rematik.

a. Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi responden terdiri dari 6 pertanyaan dengan

cara pengisian pernyataan yang ada, berkaitan dengan nama, umur, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, pekerjaan, lama menderita rematik.

b. Kuesioner pengetahuan klien tentang rematik

Kuesioner pengetahuan klien tentang rematik terdiri dari 15 pertanyaan

pilihan ganda dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu

pilihan yang tersedia. Adapun kategori hasil ukurnya adalah baik dengan skor

19-22, cukup dengan skor 15-18, dan kurang baik dengan skor 11-14

(44)

Kuesioner sikap klien terhadap rematik terdiri dari 10 pertanyaan dan

cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu pilihan yang

tersedia. Untuk pertanyaan sikap klien terhadap rematik terdiri dari 4 pilihan

jawaban : a) sangat setuju, b) setuju, c) tidak setuju, d) sangat tidak setuju.

Adapun kategori hasil ukurnya adalah positif 10-24 dan negatif 25-40.

d. Kuesioner perawatan diri klien dengan rematik

Kuesioner perawatan diri klien dengan rematik terdiri dari 10

pertanyaan dan cara pengisian dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu

jawaban yang tersedia. Untuk pertanyaan kemampuan merawat diri klien rematik

terdiri dari 4 pilihan jawaban : a) tidak pernah, b) kadang-kadang, c) sering, d)

selalu. Adapun kategori hasil ukurnya adalah baik dengan skor 31-40, cukup

dengan skor 21-30, dan kurang baik dengan skor 10-20

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi

(content validity) yaitu dengan memberikan instrumen kepada 3 orang yang ahli

dibidangnya untuk menilai apakah kuesioner valid atau tidak dan nilai content

validity index (CVI) adalah 0,8. Instrument ini diuji oleh 3 dosen yang

(45)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang (Priyatno, 2008). Uji Realibilitas dilakukan pada 30

orang responden , dikatakan reliable bila hasil reliabilitas bernilai 0,7 (Priyatno,

2008)

Uji reliabilitas dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 30 orang

responden diluar responden penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas

Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari. Adapun tempat uji reliabilitas di

tempat yang sama karena keterbatasan penelitian. Uji reliabilitas untuk

pengetahuan Guttman split-half coefficient dengan hasil 0,75. Sedangkan untuk

uji reliabilitas sikap dan kemampuan merawat diri menggunakan uji cronbach

alpha dengan hasil 0,74, dan kemampuan merawat diri dengan hasil 0,75. Hasil

yang didapat sudah reliabel

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,

2003). Pengumpulan data di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV

Nagari dengan prosedur sebagai berikut:

a. Setelah dilakukan Ujian sidang proposal dan telah disetujui dosen

pembimbing akademik dilanjutkan dengan membuat surat izin

(46)

yang ditujukan ke Kantor kesatuan bangsa dan politik Kabupaten

Sijunjung.

b. Setelah mendapatkan surat rekomendasi pengumpulan data dari kantor

kesatuan bangsa dan politik Kabupaten Sijunjung. Permohonan izin

pengumpulan data ke Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari.

c. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mengumpulkan data dengan

menggunakan tekniksampling incidental.

d. Meminta calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi responden

setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur

penelitian serta hak dan kewajiban responden. Responden yang bersedia

selanjutnya diminta menandatangaini informed consent.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas.

f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti

mengumpulkan data mengucapkan terima kasih kepada responden.

4.7 Analisa Data

Analisa data adalah proses mengolah data dan penginterpretasian hasil

pengolahan data (Priyatno, 2008). Setelah data terkumpul, maka peneliti

melakukan analisa masalah melalui beberapa tahap.

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan jawaban pada setiap

(47)

b. Coding

Coding adalah pemberian kode untuk setiap jawaban pada setiap

pertanyaan sesuai dengan petunjuk coding. Pengkodean merupakan

kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk

bilangan. Setelah data kuesioner maka diberikan kode pada kolom di

setiap item agar lebih memudahkan dalam pengolahan data.

c. Scoring

Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian dilakukan

tabulasi data dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data serta jumlah

item pertanyaan dari setiap variable.

d. Entri Data

Proses memasukkan data, setelah pemberian kode dan skoring lalu data

dimasukkan kedalam program computer (software analysis) yang sesuai

kemudian diolah oleh peneliti.

e. Cleaning Data

Kegiatan pengecekan kembali terhadap data yang telah dipindahkan ke

dalam tebel dan ditabulasi. Data diperiksa kembali untuk memastikan

bahwa data bersih dari kekeliruan.

f. Analysis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dilakukan untuk

memberikan gambaran tentang variable pengetahuan, sikap, dan

kemampuan merawat diri klien dengan rematik. Analisis data hasil

(48)

data dengan menggunakan komputer (software analysis). Pada analisis data

ini data demografi, pengetahuan, sikap, dan kemampuan merawat diri klien

dengan rematik akan dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Peneliti akan mengolah data variabel tersebut menjadi bentuk

proporsi (persentase) dimana kriteria masing-masing dari jawaban yang

dijumlahkan frekuensinya dibagi jumlah responden dan dikali 100 %. Hasil

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan rumus

(Nursalam, 2003) :

P = 100%

Keterangan : P = proporsi / persentase (%)

F = jumlah frekuensi / banyaknya data

(49)

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai pengetahuan,

sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang dilakukan pada tanggal 25

April 2015 sampai dengan 7 Mei 2015 di wilayah Puskesmas Muaro Bodi

Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Sumatera Barat dengan jumlah

responden 54 orang.

5.1.1 Karakteristik Responden

Deskriptif karakteristik responden meliputi umur klien rematik, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita rematik dapat dilihat pada

tabel 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar klien rematik yang

menjadi responden berusia 60 – 74 tahun (n = 33 atau 61,1 %), lalu usia 45-59

tahun (n=19 atau 35,2 %), dan paling sedikit dengan usia 75 –90 tahun (n=2 atau

3,7 %). Klien rematik yang menjadi responden lebih banyak dialami pada

perempuan (n=35 atau 64,8 %) dibandingkan pada laki-laki (n= 19 atau 35,2 %).

Berdasarkan tingkat pendidikan klien rematik dengan tidak sekolah (n=1 atau 1,9

%), Sekolah dasar atau sederajat (n=9 atau 16,7 %), sekolah menengah pertama

atau sederajat (n= 15 atau 27,8 %), sekolah menengah atas atau sederajat (n= 27

(50)

rematik yang menjadi responden adalah pegawai negeri sipil (n=11 atau 20,4 %),

Ibu rumah tangga (n= 30 atau 55,6 %), wiraswasta (n= 9 atau 16,7 %), petani (n=

4 atau 7,4 %). Selain itu untuk lama menderita rematik≤ 1 tahun (n= 11 atau 20,4

%), 2–4 tahun (n= 26 atau 48,1%), 5 tahun (n= 17 atau 31,5 %).

Untuk lebih jelas karakteristik responden dapat dilihat pada tebel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden

(51)

5.1.2 Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan klien tentang rematik

yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi kecamatan IV Nagari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase

pengetahuan klien tentang rematik berdasarkan kategori kurang, cukup, dan baik.

Untuk lebih jelas tentang pengetahuan klien dengan rematik dapat dilihat pada

tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan klien tentang rematik yang tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV

5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase sikap klien terhadap rematik yang

tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase

sikap klien terhadap rematik berdasarkan kategori positif dan negatif. Untuk lebih

jelas tentang sikap klien terhadap rematik dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

(52)

5.1.4 Distribusi frekuensi dan persentase perawatan diri klien dengan

rematik yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV

Nagari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan persentase

kemampuan merawat diri klien dengan rematik berdasarkan kategori kurang,

cukup, dan baik. Untuk lebih jelas tentang kemampuan merawat diri klien rematik

dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari

Kategori Frekuensi Persentase(%)

Perawatan diri Kurang Cukup Baik

7 42

5

13 77,8

(53)

5.2 Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penelitian menunjukkan gambaran tentang

pengetahuan, sikap, dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

Sumatera Barat.

5.2.1 Pengetahuan Klien Tentang Rematik.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 di atas dapat diketahui

bahwa klien rematik yang berpengetahuan baik tentang penyakit rematik sebanyak

37 orang (68,5%). Sementara berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (29,6%).

Sedangkan berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (1,9%). Dari hasil penelitian

yang didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit

rematik adalah baik. Adapun pengetahuan responden dalam kategori baik, hal ini

terkait dengan asumsi bahwa mayoritas responden mimiliki tingkat pendidikan

SMA, sehingga intelegensi seseorang mempengaruhi pengetahuan orang tersebut.

Tingkat pendidikan individu sangat berpengaruh terhadap anggapan

seseorang terhadap kesehatannya. Kemampuan kognitif mempengaruhi cara

seseorang untuk berpikir, termasuk kemampuan untuk memahami faktor penyakit

dan penerapan pengetahuan kesehatan ke dalam praktik kesehatan individu (Potter

dan Perry, 2009). Adapun tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah

tingkat SMA sebanyak 27 orang (50%), sehingga intilegensi seseorang

(54)

Hal ini juga Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), bahwa

tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, motivasi, lingkungan dan

sosial ekonomi, ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa sekolah atau

pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi individu dan

mempertinggi taraf intelegensi individu. Dengan pendidikan, maka seseorang

akan cenderung untuk mendapatkan informasi, dari orang lain maupun media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan

nonformal .

Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriyanti (2009) di

panti werdha Cipayung Jakarta didapatkan hasil responden berpengetahuan

kurang sebanyak 60 orang (60%), hal ini dikarenakan tingkat pendidikan

responden sebagian besar adalah tamat SD.

Menurut Riyanto dan Budiman (2013), Pengetahuan bukanlah fakta

dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi

kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya.

Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain

tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah suatu pembentukan yang terus menerus

oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru. Hal ini terkait dengan karakteristik responden pada

lama menderita rematik yang sudah memiliki pengalaman terhadap penyakit

(55)

besar responden sudah menderita rematik selama 2 sampai dengan 4 tahun

sebanyak 26 orang (48,1%) dan lebih dari 5 tahun sebanyak 17 orang (31,5%).

Menurut Riyanto dan Budiman (2012) menyatakan semakin tua

semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak

hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Pengetahuan juga

diperoleh dari pengalaman. Pengalaman merupakan sebagai sumber pengetahuan

adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi di masa lalu.

5.2.2 Sikap klien Terhadap Rematik

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap klien terhadap rematik di

wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari, diperoleh sebagian besar

responden memiliki sikap positif yaitu sebanyak 52 orang (96,3%). Adapun sikap

klien terhadap rematik menunjukkan sikap yang mendukung atau positif, hal ini

terkait dengan asumsi peneliti bahwa klien dengan rematik masih memperhatikan

kesehatannya dengan melakukan pemeriksaan kepetugas kesehatan atau

melakukan pencarian pengobatan terhadap penyakitnya. Selain itu klien dengan

rematik juga antusias mengikuti senam lansia yang diadakan oleh puskesmas

setiap minggunya.

Purwanto (2002) sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak

selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini dapat bersifat positif dan dapat pula

bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

(56)

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai

objek tertentu.

Sikap positif atau mendukung akan didapat apabila ada kesesuaian

dari pengetahuan, keyakinan, motivasi dan emosi. Hal ini sesuai dengan sikap

Notoadmodjo (2012) yaitu sikap yang mendukung dapat disebabkan oleh adanya

kesesuaian dan keutuhan dari 3 komponen pokok yang saling berhubungan secara

bersama-sama membentuk sikap yang utuh antara lain kepercayaan atau

keyakinan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk bertindak.

Dari hasil penelitian pendidikan dan pengalaman merupakan faktor

yang mempengaruhi sikap penderita rematik. Adapun mayoritas tingkat

pendidikan responden adalah SMA sebanyak 27 orang (50%) dan lamanya

menderita rematik selama 2-4 tahun sebanyak 26 orang (48,1%) dan lebih dari 5

tahun sebanyak 17 orang (31,5 %). Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, sedangkan pengalaman

merupakan suatu cara memperoleh kebenaran dalam memecahkan masalah yang

dihadapi (Riyanto dan Budiman, 2012).

5.2.3 Perawatan diri klien dengan rematik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas

Muaro Bodi, perawatan diri klien dengan penyakit rematik pada umumnya dalam

kategori cukup baik yaitu sebanyak 42 orang (77,8%). Adapun perawatan diri

klien dengan rematik dalam kategori cukup baik diasumsikan adanya kesadaran

(57)

laut, hati dan lain-lain. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni

(2008), yang dilakukan di panti werdha Sumatera Selatan, didapatkan hasil

penelitian dalam kategori buruk yaitu sebanyak 21 responden dari 35 responden.

Hal ini dikarenakan kebanyakan penderita rematik tidak menjalakan perawatan

terhadap penyakitnya.

Berdasarkan penelitian ini penderita rematik terbanyak berada pada

kelompok umur 60 – 74 tahun (61,1%) yang berarti sebagian besar responden

adalah lansia. Menurut Zainudin (2009), masih banyak masyarakat ataupun lansia

yang beranggapan bahwa dirinya tidak mampu dalam mempelajari pengetahuan

dan ketarampilan baru, serta menganggap dirinya jompo, rapuh, tidak perlu

belajar dan berlatih, dan tidak perlu bekerja, hal semacam inilah yang akan

menimbulkan stress dan distress serta despair (putus harapan) pada lansia. Hal ini

juga yang berpengaruh terhadap perawatan diri lansia.

Menurut Potter dan Perry (2009), status ekonomi juga

mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap terapi kesehatan. Seseorang dengan

tingkat kebutuhan yang tinggi, keluarga besar, dan pendapatan yang rendah

cenderung member prioritas lebih dahulu terhadap makanan dan kebutuhan hidup

lainnya dibandingkan dengan obat-obatan atau terapi untuk meningkatkan

kesehatannya. Hal ini terlihat pada karakteristik responden yang sebagian

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 35 orang (64,8%) dan mayoritas

berprofesi sebagai Ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan penghasilan dari

(58)

Notoadmodjo (2012) menyatakan tindakan merupakan reaksi

konkrit seseorang terhadap objek. Seseorang telah mempraktekkan apa yang

diketahui atau yang disikapi. Adapun kategori cukup baik untuk perawatan diri

klien dengan rematik dikarenakan klien rematik tetap melakukan aktivitas atau

kegiatan sehari-hari dan tetap melakukan kegiatan olahraga seperti senam lansia

yang diadakan setiap hari sabtu di Puskesmas. Hal ini sesuai menurut Junaidi

(2012), beberapa hal yang dilakukan oleh penderita rematik dalam meringankan

penyakitnya, yaitu dengan aktivitas dan olahraga. Aktivitas dan olahraga dapat

mengurangi nyeri dan kekakuan sendi, serta dapat meningkatkan kelenturan, otot

yang kuat, dan ketahanan.

Selain itu Puskesmas juga ikut berperan dalam pelayanan

kesehatan sebagai tempat penyediaan obat maupun memberikan pendidikan

kesehatan kepada klien dengan penyakit rematik. Itulah sebabnya penelitian ini

diperoleh mayoritas responden memiliki perawatan diri dalam kategori cukup

(59)

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan dapat disimpulkan

bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 54 orang responden klien rematik yang

tinggal di wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IV Nagri menggambarkan

sebagian besar responden (68,5 %) memiliki tingkat pengetahuan yang baik

terkait penyakit rematik. Ini dikarenakan klien rematik mayoritas memiliki tingkat

pendidikan minimal SMA sehingga berpengaruh pada tingkat inteligensi mereka.

Selain itu klien rematik juga memiliki banyak pengalaman terkait penyakitnya

yaitu sebagian besar lama menderita rematik adalah 2 –4 tahun. Sehingga dalam

rentang waktu itu, klien rematik sudah banyak mengumpulkan informasi terkait

penyakitnya.

Sedangkan gambaran sikap klien terhadap penyakit rematik , memiliki

sikap positif sebanyak 52 orang (96,3%). Hal ini dikarenakan adanya kesesuai

dari pengetahuan, keyakinan, motivasi dan emosi. Selain itu terkait dengan

pendidikan, yang mana pendidikan merupakan sebuah proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dan ada 3,7 persen memiliki sikap

negative.

(60)

dikarenakan masih kurangnya kesadaran diri klien rematik dalam menjaga

kesehatan nya, ini terlihat pada pernyataan tentang menghindari pantangan

makanan yang memperberat rematik sebanyak 25 orang (46,3%) menjawab

dengan kadang-kadang. Selain itu juga aktivitas dan olahraga seperti senam lansia

yang masih kurang dillakukan klien rematik. Hal ini terlihat pada pernyataan

tentang melakukan aktivitas olahraga sebanyak 27,8 persen menjawab

kadang-kadang.

6.2 Saran

6.2.1 Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan diharapkan kepada petugas kesehatan untuk

terus memberikan informasi tentang perawatan diri klien dengan rematik agar

perawatan diri klien dengan rematik menjadi baik dan meningkatkan derajat

kesehatan klien dengan rematik.

6.2.2 Pendidikan Keperawatan

Dalam institusi keperawatan diharapkan untuk mempersiapkan mahasiswa

keperawatan dengan melibatkan mahasiswa dalam meningkat derajat kesehatan

klien rematik melalui pengabdian kepada masyarakat

6.2.3 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi pengembang

instrumen penelitian yang terkait dengan pengetahuan, sikap dan kemampuan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, F, N. (2009). Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis di Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Ayad, S. (2013). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Rematik di

Panti Sosial Trena Werdha Ilomata Kota Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Junaidi, I. (2012). Rematik dan Asam urat Edisi Revisi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Misnadiarly. (2007). Rematik Asam Urat-Hiperusimia Arthritis Gout. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Mubarak. (2006).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.Jakarta: Sagung Seto

Nainggolan, O. (2009). Prevalensi Rematik. Artikel Penelitian Kedokteran Indonesia, 59, 2

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan Praktis. Edisi 4. Vol I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS (statistical product and service solution).Yogyakarta: Media Kom

Purwanto, H. 1999. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Riyanto, A, dan Budiman. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika

(62)

Wahyuni, D., Tjekyan, S., dan Kartisari A. (2008). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Lansia Terhadap Self Care dengan Penyakit Rematik Di Panti Tresna Werdha Warga Tama Indralaya OI.Artikel Penelitian, 40, 4

Rubenstein, D., Wayne, D., dan Bradley, J. (2007). Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga

Zainuddin, K. (2009).Memahami Mitos dan realita tentang lansia. Diunduh dari

(63)
(64)

No. Kode Responden

( )

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah puskesmas Muaro Bodi kecamatan IV Nagari Kab. Sijunjung, Sumatera Barat

Nama peneliti : Fauzan Suherdi

Nim : 111101058

Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perawatan diri klien dengan rematik yang tinggal di wilayah puskesmas muaro bodi kecamatan IV Nagari. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai dengan fakta bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti bapak/ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian bapak/ibu untuk penelitian ini.

Muaro Bodi, April 2015 Responden

(65)

---KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian:

a. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab pertanyaan yang ada

b. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist

(√) pada tempat yang disediakan.

c. Bila ada yang tidak dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

A. Data Demografi

1. Nama (Inisial) :

2. Umur : ...tahun

3. Jenis Kelamin : 1. () Laki-laki 2. () Perempuan

4. Pendidikan terakhir : 1. ( ) Tidak sekolah

2. ( ) SD/sederajat

3. ( ) SMP/sederajat

4. ( ) SMA/sederajat

5. ( ) Perguruan Tinggi

5. Pekerjaan : 1. ( ) PNS 4. ( ) Wiraswasta

2. ( ) Pegawai swasta 5. ( ) Lain-lain, sebutkan……..

3. ( ) Ibu rumah tangga

(66)

B. Kuesioner Pengetahuan Klien Tentang rematik

Petunjuk pengisian :

1. Pertanyaan berikut ini adalah mengenai pengetahuan anda tentang rematik

2. Beri tanda ceklist (√) pada setiap jawaban yang anda anggap benar

3. Jika andsa ingin memperbaiki jawaban. Beri tanda (=) pada jawaban yang salah kemudian beri tanda ceklist (√) untuk jawaban yang benar

4. Tanyakan langsung pada peneliti jika ada kesulitan menjawab pertanyaan

5. Mohon kuesioner dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi semua

7. Atas kesediaan Bapak/Ibu. Peneliti ucapkan terima kasih

PERTANYAAN

1. Penyakit (rematik) merupakan...

a. Penyakit yang menyerang sendi dan tulang

b. Penyakit peradangan pada fungsi jantung

c. Penyakit peradangan pada fungsi otak

2. Keluhan yang dirasakan bila terkena rematik adalah...

a. Sendi terasa nyeri, kaku dan bengkak c. Sesak nafas

b. Pusing, Mual, dan Muntah

3. Bukan merupakan tanda-tanda seseorang terkena rematik adalah...

a. Sendi terasa nyeri dan kaku

b. Demam di malam hari

c. Peradangan dan bengkak pada sendi

4. Rematik dapat mengakibatkan...

a. Tulang keropos

b. Diabetes/penyakit gula

c. Kebutaan

5. Kekakuan sendi pada penderita rematik biasanya muncul saat...

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
tabel 2 dibawah ini.
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase perawatan diri klien denganrematik yang tinggal di Wilayah Puskesmas Muaro Bodi Kecamatan IVNagari

Referensi

Dokumen terkait

NAMA BUKU PENERBIT TANGGAL

Maka dari itu sebagai bentuk kepeduliaan terhadap pembangunan peternakan, penulis mencoba melibatkan diri dalam upaya pembangunan tersebut, salah satunya dengan melakukan

pengabdian kepada masyarakat juga dilihat dari kesesuaian pengabdian kepada masyarakat dengan keahlian dosen. Data tahun ini menunjukkan bahwa kesesuaian

Senada dengan pendapat Syaodih (2005, hlm. 34) menyatakan bahwa “pada dasarnya anak usia TK sebagai makhluk sosial yang memerlukan kehadiran orang lain dalam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh asuhan kefarmasian yang dilakukan farmasis terhadap hasil terapi dengan parameter tekanan darah sistolik (TDS), tekanan

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test tersebut dapat diartikan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan leaflet terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil

Dalam kebijakan keamanan nasional dan ketertiban masyarakat, kami akan memberi. penekanan pada 8 (delapan)