• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

Oleh:

ANGGI YOSEFIN PRATIWI BUTAR BUTAR 120100103

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh:

ANGGI YOSEFIN PRATIWI BUTAR BUTAR 120100103

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

Nama : Anggi Yosefin P. Butar Butar

NIM : 120100103

Pembimbing, Penguji I,

dr. Bambang Prayugo, Sp.B dr. Vita Camelia Sp.KJ NIP. 19800228 200501 1 003 NIP. 19780404 200501 2 002

Penguji II,

dr. Bayu Rusfandi Nst, Sp.PD NIP. 19850514 200912 1 002 Medan, Desember 2015

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya. Masalah

utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat

Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi

kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini akan menganalisis dua variabel yaitu pengetahuan tentang

sirkumsisi sebagai variabel independen dan tindakan sirkumsisi sebagai variabel dependen. Data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada 173 orang tua dan akan didapatkan tingkat pengetahuan orang tua dengan tiga kategori yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (<56%).

Dari hasil penelitian didapati bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup, dan 33,5% kurang. Tindakan sirkumsisi telah silakukan oleh 113 orang (31 pengetahuan baik, 47 pengetahuan cukup, 35 pengetahuan kurang) dan masih ada 60 (9 pengetahuan baik, 28 pengetahuan cukup, 23 pengetahuan kurang) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan sirkumsisi (p value = 0,175).

(5)

ABSTRACT

Circumcision is the removal of the foreskin around the end of the penis as to

expose the penis from the foreskin. When the prepuce still exists, there’s a lot of

disease-causing dirt that attached to the glans penis. The goal of circumcision is to

clean the glans penis from the dirt. The main problem nowadays most of Inodnesians

do not know why circumcision should be done and what the impact of it to our health.

This study is aiming to determine the correlation between knowledge and actions of

parents about circumcision in Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

This study uses an analytical method with the approaching of cross-sectional.

This study will analyze two va riables which are knowledge about circumcision as a n

independent variable and circumcision acts a s the dependent va riable. Data obtained

by giving questionnaires to 173 pa rents and grouping the level of knowledge from

parents into three categories: excellent (76-100%), sufficient (56-75%) and less

(< 56%).

From the results of study it showed that level of parental knowledge about

circumcision 23,1% good, 43,4% sufficient, and 33,5% less.The act of circumcision

has been performed by 113 people 31 well knowledge, 47 sufficient knowledge, 35

less knowledge) and there are 60 of people who have not done circumcision (9 well

knowledge, 28 sufficient knowledge, 23 less knowledge). Analyze showed there is no

significant relationship between the level of knowledge with action circumcision (p

value = 0,175).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah dengan judul: Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama proses penyusunan dan penyelesaian proposal penelitian ini, antara lain:

1. Prof. dr. Gontar Siregar, Sp. PD - KGEH, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran USU, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran USU.

2. dr. Bambang Prayugo Sp.B, sebagai dosen pembimbing karya tulis ilmiah, yang telah memberikan waktu untuk membimbing saya dalam proses penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran USU, yang telah membimbing dan mendidik saya selama mengikuti Program Pendidikan Kedokteran.

4. Orang tua saya yang selalu mendukung, membimbing, dan mendoakan saya dalam menjalani tiap hal yang saya lakukan, termasuk penyusunan dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

(7)

6. Seluruh keluarga dan teman yang tidak dapat diucapkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih atas segala dukungannya.

Saya menyadari kekurangan yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini. Saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhir kata, saya ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kurnia-Nya kepada kita semua.

Medan, 7 Desember 2015

Penulis,

Anggi Yosefin P. Butar Butar

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi...…... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Istilah... x

Daftar Lampiran... xi BAB I

BAB 2

PENDAHULUAN... 1.1Latar Belakang... 1.2Rumusan Masalah... 1.3Tujuan Penelitian... 1.4Manfaat Penelitian... TINJAUAN PUSTAKA... 2.1 Pengetahuan...

(9)

BAB 3

BAB 4

BAB 5

BAB 6

2.2.6 Prinsip Dasar dalam Melakukan Sirkumsisi... KERANGKA PENELITIAN DAN DEFENISI

(10)

Nomor

DAFTAR TABEL

2.1 Jumlah Orang yang Telah Melakukan Sirkumsisi

Berdasarkan Data WHO tahun 2007...

3.1 Definisi Operasional Penelitian...

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin... 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia... 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama... 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak Laki-laki... 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan... 5.7 Deskripsi Frekuensi Tindakan Sirkumsisi... 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan

Sirkumsisi... 5.9 Hubungan Agama dengan Tindakan Sirkumsisi... 5.10 Hubungan Agama dengan Tingkat Pengetahuan

Sirkumsisi... 5.11 Hubungan Umur Anak Laki-laki dengan Tindakan

Sirkumsisi... 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil

(11)

Nomor

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Foreskin... Gambar 2.2 Dorsumsisi...

(12)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan Penerangan

Analgesik Obat penahan rasa sakit Desquamation Pelepasan elemen epitel

HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome

Prepusium Lipatan dari kulit penis yang menutupi glans penis SPSS Statistical Product for the Social Sciences

(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Uji Validitas Kuesioner Lampiran 6 Uji Reliabilitas Kuesioner Lampiran 7 Data Induk Responden Lampiran 8 Output SPSS

(14)

ABSTRAK

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka. Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya. Masalah

utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat

Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi

kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini akan menganalisis dua variabel yaitu pengetahuan tentang

sirkumsisi sebagai variabel independen dan tindakan sirkumsisi sebagai variabel dependen. Data diperoleh dengan cara memberikan kuesioner kepada 173 orang tua dan akan didapatkan tingkat pengetahuan orang tua dengan tiga kategori yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (<56%).

Dari hasil penelitian didapati bahwa tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup, dan 33,5% kurang. Tindakan sirkumsisi telah silakukan oleh 113 orang (31 pengetahuan baik, 47 pengetahuan cukup, 35 pengetahuan kurang) dan masih ada 60 (9 pengetahuan baik, 28 pengetahuan cukup, 23 pengetahuan kurang) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan sirkumsisi (p value = 0,175).

(15)

ABSTRACT

Circumcision is the removal of the foreskin around the end of the penis as to

expose the penis from the foreskin. When the prepuce still exists, there’s a lot of

disease-causing dirt that attached to the glans penis. The goal of circumcision is to

clean the glans penis from the dirt. The main problem nowadays most of Inodnesians

do not know why circumcision should be done and what the impact of it to our health.

This study is aiming to determine the correlation between knowledge and actions of

parents about circumcision in Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

This study uses an analytical method with the approaching of cross-sectional.

This study will analyze two va riables which are knowledge about circumcision as a n

independent variable and circumcision acts a s the dependent va riable. Data obtained

by giving questionnaires to 173 pa rents and grouping the level of knowledge from

parents into three categories: excellent (76-100%), sufficient (56-75%) and less

(< 56%).

From the results of study it showed that level of parental knowledge about

circumcision 23,1% good, 43,4% sufficient, and 33,5% less.The act of circumcision

has been performed by 113 people 31 well knowledge, 47 sufficient knowledge, 35

less knowledge) and there are 60 of people who have not done circumcision (9 well

knowledge, 28 sufficient knowledge, 23 less knowledge). Analyze showed there is no

significant relationship between the level of knowledge with action circumcision (p

value = 0,175).

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sirkumsisi adalah membuang prepusium penis sehingga glans penis menjadi terbuka (Purnomo, 2003). Tindakan ini merupakan prosedur bedah minor yang paling sering dilakukan di seluruh dunia terutama pada laki-laki. Secara medis sirkumsisi dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual dan mencegah penyakit menular seksual (Ferris et al, 2010). Tujuannya adalah membersihkan glans penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada glans penis yang masih ada prepusiumnya.

Sirkumsisi, yang lebih dikenal dengan istilah “sunat”, adalah tuntunan syariat Islam yang sangat mulia dan disyariatkan baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak hanya dalam agama Islam, tetapi agama lain seperti Yahudi dan Nasrani juga mengenal sirkumsisi dalam ajarannya. Agama lainnya sekarang juga banyak menjalani sirkumsisi karena terbukti memberikan manfaat terhadap banyak masalah kesehatan (Hana, 2010).

WHO (2007) mencatat bahwa di seluruh dunia 30% laki-laki usia 15 tahun ke atas telah melakukan sirkumsisi, dimana dua pertiganya (69%) adalah Muslim, 0,8% Yahudi, dan 13% non-Muslim dan non-Yahudi. Sirkumsisi pada neonatus juga sering dilakukan Israel, Amerika, Canada, Australia, dan New Zealand, dan banyak dilakukan di negara-negara Asia Tengah dan Afrika Barat, tetapi jarang di negara-negara Timur maupun Afrika Selatan.

(17)

Masalah utama sampai saat ini yang masih memerlukan perhatian adalah kebanyakan masyarakat Indonesia belum mengetahui mengapa harus dilakukan sirkumsisi dan apa dampaknya bagi kesehatan, misalnya seperti dampak sirkumsisi terhadap pencegahan penyakit menular seksual (Rediger, 2013). Angka penyakit menular seksual di Indonesia, khususnya Sumatera Utara, terus meningkat tajam. Salah satu contohnya adalah HIV/AIDS pada tahun 2012 mencapai 6.430 kasus yang pada tahun sebelumnya adalah 3.237 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012). Sirkumsisi dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit menular seksual.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi, khususnya pada penduduk di Kelurahan Binjai Estate. Dengan demikian, dapat diketahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi terhadap tindakan sirkumsisi.

1.2. Rumusan Masalah

Latar belakang yang telah diuraikan di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

(18)

2. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai indikasi dan kontraindikasi dilakukannya sirkumsisi

3. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai persiapan dalam melakukan sirkumsisi

4. Mengetahui distribusi pengetahuan orang tua mengenai tindakan pascasirkumsisi

5. Mengetahui proporsi sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Peneliti

Memperdalam pengetahuan peneliti tentang sirkumsisi serta melatih kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah. 2. Bagi Masyarakat

Menambah wawasan masyarakat tentang sirkumsisi dan manfaatnya dalam bidang kesehatan

3. Bagi Pihak Lain

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). 2.1.2. Cara memperoleh pengetahuan (Notoadmojo, 2010)

a. Cara tradisional

1. Trial and Error

Cara ini telah digunakan sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk mencoba hal baru yang belum diketahui kebenarannya.

2. Kekuasaan (Otoritas)

Kekuasaan yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh generasi sebelumnya dan diwariskan turun temurun ke generasi-generasi berikutnya.

3. Pengalaman

Pengalaman adalah hal yang telah terjadi pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, pengalaman dapat menjadi suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

4. Akal Budi (Logika)

(20)

mengintegrasikan informasi yang diperoleh dan menjadikannya sebagai pengetahuan yang baru.

b. Cara modern

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010) a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.

Menurut Depkes RI (2009) kategori usia terbagi atas 9 yaitu: 1. Masa balita : 0-5 tahun

(21)

3. Masa remaja awal : 12-16 tahun 4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun 5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun 6. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun 7. Masa lansia awal : 46-55 tahun 8. Masa lansia akhir : 56-65 tahun 9. Masa Manula : 65 tahun ke atas b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.4. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010), pengetahuan memiliki 6 tingkatan: a. Tahu (Know)

(22)

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rea l (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

(23)

didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Ircham (2008) penentuan tingkat pengetahuan responden terbagi atas 3 kategori sebagai berikut:

a. Baik: bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% b. Cukup: bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75% c. Kurang: Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55% 2.2. Sirkumsisi

2.2.1. Definisi

Sirkumsisi/khitan (circumcision) merupakan proses pemotongan kulit depan atau prepusium penis dengan menyisakan mukosa (lapisan dalam kulit) dari

sulcus coronarious ke arah kepala penis, yang bertujuan untuk mencegah

timbulnya penumpukan smegma pada penis baik itu dengan alasan sosial, agama maupun budaya (Schoen, 1990). Pendapat lain juga mengatakan bahwa sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di seluruh dunia, baik oleh dokter, paramedis ataupun oleh dukun sunat (Purnomo, 2003).

2.2.2. Epidemiologi

Dalam bidang kesehatan, tidak ada ketetapan batasan umur untuk melakukan sirkumsisi. Seringkali usia melakukan sirkumsisi dipengaruhi oleh agama maupun budaya setempat. Di Arab Saudi anak disirkumsisi pada usia 3-7 tahun, di Mesir antara 5 dan 6 tahun, di India 5 dan 9 tahun dan di Iran biasanya umur 4 tahun.Di Indonesia, misalnya Suku Jawa lazimnya melakukan sirkumsisi anak pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan Suku Sunda pada usia 4 tahun (Hermana, 2000).

Tabel 2.1. Jumlah Orang yang Sudah Melakukan Sirkumsisi (WHO, 2007)

(24)

Persen % Jumlah (Juta)

Angola 3.44 99 3.4

Australia 8.05 98,5 7.5

Canada 11.79 96,9 11.4

Indonesia 84.98 12 10.2

Inggris 24.22 97,3 23.6

Nigeria 28.75 50 17.6

Philipina 14.87 95 27.3

Afrika Selatan 24.22 95.5 14.6

Amerika 115.56 98 113.2

Bisa dilihat dari tabel 2.1 Indonesia hanya 10,2 juta (12%) lebih rendah daripada negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama Islam terbanyak (WHO, 2007).

2.2.3. Anatomi Prepusium

Prepusium adalah lipatan dari kulit penis yang menutupi glans penis. Prepusium pertama kali terbentuk pada minggu ke delapan dalam masa janin. Dalam 16 minggu, prepusium akan menutupi glans penis. Pada tahapan ini lapisan epidermis prepusium yang menutupi glans akan menyatu dengan epidermis glans dan disebut frenulum. Kedua lapisan epidermis tersebut terdiri dari epitel squamous. Prepusium dan glans penis menutupi suatu celah yang kemungkinan akan menjadi kantong pada prepusium. Akhirnya ruang yang terbentuk pada prepusium adalah hasil dari suatu proses desquamation, dan prepusium perlahan-lahan akan terpisah dengan glans.

(25)

umumnya pemisahan prepusium dengan glans penis terjadi saat pubertas (Gairdner, 1949).

Gambar 2.1 Foreskin (McCoombe and Short, 2006)

Prepusium memiliki dua fungsi utama. Pertama, prepusium berfungsi untuk melindungi glans penis. Kedua, prepusium adalah bagian sensoris utama pada penis (Kim D, 2007).

2.2.4. Indikasi Sirkumsisi a. Agama

Sirkumsisi dalam agama Yahudi dilakukan pada bayi laki-laki berumur 8 tahun. Hal ini dilakukan karena adanya suatu perjanjian antara Abraham dan Tuhan bahwa semua bangsa Yahudi harus melakukan sirkumsisi (Johnson, 1993). Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan sebagai tuntunan syariat Islam yang dilakukan pada laki-laki maupun perempuan (Thomas, 2003).

b. Medis 1. Fimosis

Fimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian glans penis (Cathcart P et al, 2006).

2. Parafimosis

(26)

3. Balanopostitis

Balanopostitis adalah suatu inflamasi mukosa permukaan pada prepusium yang terjadi secara akut ataupun kronik (Rickwood AM, 1999).

4. Balanitis xerotica obliterans

Balanitis xerotica obliterans adalah suatu sklerosis kronik dan proses atropi

dari glans penis maupun prepusium. Keadaan ini juga menjadi faktor risiko terjadinya suatu kanker penis dan satu-satunya indikasi absolut pada sirkumsisi (Holman JR, 1999).

5. Indikasi yang jarang

Tumor-tumor pada prepusium, kulit frenulum yang terlalu berlebihan maupun terlalu sedikit melekat (Holman JR, 1999).

2.2.5. Kontraindikasi

Pada sirkumsisi terdapat beberapa kontraindikasi (Hammond T, 1999): 1) Hipospadi dan kelainan kongenital penis lainnya, seperti epispadia

2) Chordee (bagian ventral penis yang mengalami angulasi)

3) Buried penis (penis yang berukuran normal namun seperti tertanam dibawah

abdomen, paha, atau skrotum.

4) Bayi yang sakit dan dalam kondisi yang tidak stabil

5) Jaundice ataupun ikterus

6) Riwayat kelainan perdarahan pada keluarga

7) Fasilitas dan tenaga kesehatan yang tidak memadai 2.2.6. Prinsip dasar dalam melakukan sirkumsisi

Sirkumsisi dilakukan harus sesuai dengan beberapa prinsip dasar, yaitu: 1. Asepsis

2. Pengangkatan kulit prepusium secara adekuat 3. Hemostasis yang baik

(27)

Sirkumsisi pada neonatus (<1 bulan) dapat dikerjakan tanpa menggunakan anastesi, sedangkan anak yang lebih besar harus dengan anastesi umum. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya trauma psikologis (Purnomo, 2003).

Metode sirkumsisi pada anak maupun dewasa 1. Persiapan pasien

1. Rambut di sekitar penis (pubes) dicukur

2. Penis dan sekitarnya dibersihkan dengan air sabun 3. Perlu dilakukan pendekatan agar tidak cemas dan gelisah

4. Periksa apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat dan riwayat penyakit terdahulu (Bachsinar, 1993).

2. Teknik dalam sirkumsisi

Teknik sirkumsisi yang paling sering digunakan adalah dorsumsisi dan klasik (WHO/UNAIDS/JHPIEGO, 2008). Prosedur tindakan sirkumsisi adalah, sebagai berikut:

1) Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon yodium 2) Daerah operasi ditutup dengan kain steril

3) Pada anak yang lebih besar atau dewasa, pembiusan dilakukan dengan memaki anasteri local dengan menyuntikkan obat pada basis penis . obat anastesi disuntikkan dengan cara di bawah kulit dan melingakar basis ilfiltrasi di bawah kulit dan melingkari bawah kulit. Kemudian ditunggu beberapa saat dan dinyakinkan bahwa batang penis sudah terbius.

4) Jika terjadi fimosis, dilakukan dilatasi dulu dengan klem sehinggga prepusium dapat ditarik ke proksimal. Selanjutnya prepusium dibebaskan dari perekatannya dengan glands penis dan dibersihkan dari smegma atau kotoran lain.

5) Pemotongan prepusium ( B Purnomo, 2003).

(28)

petongan melingkar ke kiri dan ke kanan sepanjang sulkus koronarius glandis. Cara ini lebih dianjurkan, karena dianggap lebih etis dibanding cara guilotin. Dengan sering berlatih melakukan cara ini, maka akan semakin terampil, sehingga hasil yang didapat juga lebih baik ( Bachsinar, 1993).

Keuntungan dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah: 1) Kelebihan mukosa-kulit bisa diatur.

2) Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti cara guilotin.

3) Kemungkinan melukai glands penis dan merusak frenulum prepusium lebih kecil.

4) Pendarahan mudah dilatasi, karena insisi dilakukan bertahap Kerugian dengan menggunakan teknik dorsumsisi adalah:

1) Tekniknya lebih rumit dibandingakan cara guilotin 2) Bila tidak terbiasa, insisi tidak rata

3) Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan guilotin (Bachsinar, tahun 1993)

Cara kerja dalam melakukan teknik dorsumsisi adalah: 1) Prepsium dijepit pada jam 11, 1 dan 6

2) Prepusium diinsisi di antara jam 11 dan 1 ke arah sulkus koronarius glandis, sisakan mukosa-kulit 2-3 mm dari bagian distal sulkus; pasanglah tali kendali 3) Insisi melingkar ke kiri dan ke kanan sejajar sulkus

4) Pada frenulum prepusim insisi dibuat agak runcing (membentuk segitiga) 5) Perdarahan dirawat

6) Buatlah tali kendali pada jam 3 dan 9

(29)

1) Ukurlah mukosa-kulit pada pemotongan antara jam 11 dan 1 sebagai patokan pada insisi ke lateral

2) Pada insisi ke lateral, kulit-mukosa tak boleh terlalu ditarik karena sisa mukosa dapat menjadi terlalu sedikit, yang mempersulit penjahitan

3) Ikatan plain cat-gut pada perwatan perdarahaan dilakukan minimal tiga kali, untuk mencegah terlepasnya benang dari simpul

4) Pada penjahitan keliling, jahitan harus serapat mungkin, tidak boleh terdapat tumpang tindih (Purnomo, 2003).

Gambar 2.2. Dorsumsisi (Purnomo, 2003)

Setelah dilakukan tindakan sirkumsisi, perlu diperhatikan perawatan pascasirkumsisi. Ada beberapa perawatan yang harus dilakukan pasca operasi, yaitu: 1. Obat analgesik dan antibiotik

(30)

Obat antibiotik juga sebaiknya diminum secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka khitan.

2. Menjaga daerah alat kelamin tetap bersih dan kering

a) Menggunakan celana yang tidak ketat untuk menghindari gesekan.

b) Membersihkan uretra eksternal secukupnya secara perlahan setiap selesai buang air kecil tanpa mengenai bekas sirkumsisi.

c) Membersihkan penis dari bercak-bercak darah yang menggumpal seperti borok dengan menggunakan iodine atau rivanol.

d) Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat dengan cara masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peras dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” sampai terlepas.

3. Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal

Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu, bengkak dapat dikompres selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini dapat dilakukan mulai 2 hari setelah sirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.

4. Mengatur Makanan

(31)

hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses khitan saja.

5. Tidak perlu berlebihan

Biasanya orang yang terlalu khawatir akan penyembuhan luka pasca sirkumsisi menggunakan berbagai obat ataupun salep secara berlebihan. Hal ini justru sangat tidak dianjurkan karena bisa menjadi kotoran yang berdampak pada infeksi bila tidak rajin dibersihkan. Selama 4-5 hari setelah sirkumsisi sebaiknya mandi dengan cara dilap tubuhnya. Setelah waktu itu jika luka khitan sudah kering maka diperbolehkan mandi dengan air seperti biasanya.Gunakanlah sabun secukupnya dan tidak berlebihan agar tidak menyebabkan perih apabila mengenai bekas luka khitan. 6. Usahakan tidak bergerak terlalu aktif

Istirahat untuk beberapa hari sangat diperlukan untuk menghindari bengkak (oedem) yang berlebihan. Kalau memang harus berjalan, tidak apa-apa seperlunya. Yang penting jangan melakukan aktifitas yang berlebihan seperti melompat-lompat atau berlari-lari. Hubungan seksual juga sebaiknya ditahan sampai penisnya sembuh total, yaitu sekitar satu setengah bulan.

7. Kontrol dan Melepas Perban

Penggantian perban dapat dilakukan setiap 2-3 hari tergantung perkembangan luka khitan. Jika anda sudah mahir hal tersebut dapat dilakukan sendiri di rumah. Jika merasa kesulitan sebaiknya dibawa ke dokter.

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

[image:32.612.110.531.433.704.2]

Untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel dalam penelitian, maka setiap variabel harus dirumuskan secara operasional. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian

Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan

orang tua

tentang

sirkumsisi

Pengetahuan yang

dimiliki ibu dan

atau ayah yang

berkaitan dengan

sirkumsisi dan

implikasinya

Angket Kuesioner Baik:

76%-100%

Cukup:

56%-75%

Kurang: 40-55%

Kategorik Pengetahuan Orang Tua

(33)

Tindakan

sirkumsisi

Anak laki-laki

yang telah

melakukan

sirkumsisi

Angket Kuesioner - Sirkumsisi

- Tidak

sirkumsisi

Kategorik

3.3. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan orang tua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan. 2. Hipotesis Alternatif (Ha)

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross-sectional. Rancangan cross-sectional merupakan rancangan penelitian yang pengukurannya dilakukan secara simultan pada satu saat atau sekali waktu (Hidayat,2007). Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Agustus 2015. Lokasi penelitian adalah Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan dengan pertimbangan bahwa belum pernah diteliti hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian a) Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sudigdo, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan

b) Sampel

(35)

1. Kriteria inklusi

a. Orang tua yang mempunyai anak laki-laki yaitu berumur 0-18 tahun b. Orang tua yang bertempat tinggal di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan

Binjai Selatan 2. Kriteria eksklusi

a. Mahasiswa Kedokteran

b. Tenaga medis seperti dokter, perawat, bidan, dan lain-lain

Besar sampel yang akan digunakan pada penelitian diukur dengan menggunakan rumus penelitian analitis kategorik tidak berpasangan:

N1 = N2 = √ √

Keterangan

Zα = deviat baku alfa Zβ = deviat baku beta

= proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 1 -

= proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti = 1 -

- = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P = proporsi total = ( + )/2

Q = 1 – P

N1 = N2 = √ √

N1 = N2 =

N1 = N2 = 172,451 =173

(36)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diisi oleh responden.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2015 di Kelurahan Binjai Estate dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 173 orang tua yang mempunyai anak laki-laki dengan menggunakan instrumen kuesioner. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dengan paparan di bawah ini. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Binjai Estate. Kelurahan Binjai Estate adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Binjai Selatan dengan jumlah penduduk 11.589 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan yang memenuhi pertimbangan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditentukan. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

[image:37.612.114.525.566.674.2]

Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat memberikan deskripsi frekuensi karakteristik responden penelitian. Berikut adalah tabel-tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 100 57,8

Perempuan 73 42,2

(38)
[image:38.612.109.534.206.441.2]

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah laki-laki dengan total 100 orang (57,8%), sedangkan responden perempuan ada sebanyak 73 orang (42,2%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Kategori Usia N %

Remaja akhir (17-25) 12 6,9

Dewasa awal (26-35) 51 29,5

Dewasa akhir (36-45) 55 31,8

Lansia awal (46-55) 35 20,2

Lansia akhir (56-65) 19 11,0

Manula (> 65) 1 0,6

Total 173 100,0

(39)
[image:39.612.111.535.128.339.2]

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan N %

D3 3 1,7

S1 20 11,6

SD 11 6,4

SMA 113 65,3

SMP 26 15,0

Total 173 100,0

Dari tabel 5.3 mayoritas tingkat pendidikan akhir responden adalah SMA yaitu 113 orang (65,3%). Tingkat pendidikan akhir SMP sebanyak 26 orang (15,0%), tingkat pendidikan akhir S1 sebanyak 20 orang (11,6%), tingkat pendidikan akhir SD sebanyak 11 orang (6,4%), dan yang paling sedikit jumlahnya adalah tingkat pendidikan akhir D3 yaitu hanya 3 orang (1,7%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama

Agama N %

Islam 131 75,7

Kristen 42 24,3

Total 173 100,0

[image:39.612.106.532.482.584.2]
(40)
[image:40.612.109.535.134.293.2]

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Anak Laki-laki

Umur Anak N %

Balita (0-5) 28 16,2

Kanak-kanak (6-11) 55 31,8

Remaja awal (12-16) 53 30,6

Remaja akhir (17-25) 37 21,4

Total 173 100

Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa umur anak laki-laki paling banyak pada kategori umur kanak-kanak yaitu 55 orang (31,8%) dan yang paling sedikit adalah anak dengan kategori umur balita yaitu 28 orang (16,2%).

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Penelitian yang telah dilakukan terhadap 173 orang responden adalah dengan menggunakan metode cross-sectional dan instrumen kuesioner yang mengandung 15 soal. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan uji hipotesis

chi-square. Berikut deskripsi frekuensi tingkat pengetahuan dan tindakan

sirkumsisi dari responden penelitian:

Tabel 5.6 Deskripsi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan N %

Baik 40 23,1

Cukup 75 43,4

Kurang 58 33,5

Total 173 100

[image:40.612.108.534.533.659.2]
(41)
[image:41.612.108.532.207.306.2]

(43,4%). Masih ada 58 orang tua (33,5%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang sirkumsisi, dan hanya 40 orang (23,1%) orangtua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik.

Tabel 5.7 Deskripsi Frekuensi Tindakan Sirkumsisi

Tindakan N %

Sudah 113 65,3

Belum 60 34,7

Total 173 100

Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan 113 orang (65,3%) responden telah melakukan sirkumsisi terhadap anak laki-lakinya dan 60 orang (34,7%) responden belum melakukan.

5.1.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Sirkumsisi

Pada hasil uji hipotesis chi-squere, nilai yang digunakan adalah Pearson

chi-suare dengan confidence interval 95%.

Tabel 5.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Sirkumsisi Tindakan

Sirkumsisi

Tingkat Pengetahuan

Total P

Baik Cukup Kurang

Sudah 31 47 35 113 0,175

Belum 9 28 23 60

Total 40 75 58 173

[image:41.612.107.539.487.638.2]
(42)
[image:42.612.108.534.131.283.2]

Tabel 5.9 Hubungan Agama dengan Tindakan Sirkumsisi Tindakan

Sirkumsisi

Agama

Total P

Islam Kristen

Sudah 87 26 113 0,086

Belum 45 15 60

Total 132 41 173

Dengan uji hipotesis chi-square yang menganalisis hubungan agama dengan tindakan sirkumsisi, didapatkan hasil yang dapat dilihat dari tabel 5.8 yang menunjukkan bahwa p=0,086 > p=0,05. Artinya adalah tidak ada hubungan antara agama responden dengan tindakan sirkumsisi pada Kelurahan Binjai Estate tahun 2015.

Tabel 5.10 Hubungan Agama dengan Tingkat Pengetahuan Sirkumsisi

Agama

Tingkat Pengetahuan

Total P

Baik Cukup Kurang

Islam 35 59 37 131 0,020

Kristen 5 16 21 42

Total 40 75 58 173

[image:42.612.105.537.427.578.2]
(43)
[image:43.612.110.532.131.291.2]

Tabel 5.11 Hubungan Umur Anak Laki-laki dengan Tindakan Sirkumsisi

Umur Sudah Sunat Belum Sunat Total P

Balita 4 24 28 0,000

Kanak-kanak 28 27 55

Remaja awal 48 5 53

Remaja akhir 33 4 37

Total 133 60 173

(44)
[image:44.612.111.530.132.644.2]

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hasil Kuesioner

No Pertanyaan Benar % Salah %

1 Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah

112 64,7 61 35,3

2 Apa yang menjadi manfaat dari sunat? 109 63,0 64 37,0

3 Apa yang menjadi alasan untuk melakukan sunat? 85 49,1 88 50,9

4 Orang yang bisa melakukan sunat adalah : 115 66,5 58 33,5

5 Dibawah ini yang menjadi alasan medis untuk melakukan sunat adalah :

121 69,9 52 30,1

6 Selain kelainan pada kulit kelamin, kelainan apalagi yang menjadi alasan medis untuk sunat?

69 39,9 104 60,1

7 Menurut Anda yang menjadi larangan untuk sunat?

118 68,2 55 31,8

8 Jika terdapat kelainan letak lubang buang air kecil, yang boleh menyunat dalam keadaan ini adalah :

155 89,6 18 10,4

9 Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali?

121 69,9 52 30,1

10 Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat?

63 36,4 110 63,6

11 Bagaimana cara membuat agar kelamin tetap bersih dan kering setelah disunat?

144 83,2 29 16,8

12 Berapa lama harus dilakukan penggantian perban?

126 72,8 47 27,2

13 Kapan kita bisa bersihkan bekas darah dengan air hangat?

75 43,4 98 56,6

(45)

orangtua telah mengerti tentang manfaat sirkumsisi yaitu untuk mencegah timbulnya penumpukan smegma pada penis (Schoen,1990), terlihat dari jumlah jawaban yang benar 106 orang (63%) dan yang menjawab salah ada 64 orang (37%).

Alasan sebagian responden melakukan sirkumsisi 85 orang (49,1%) menjawab benar yaitu dengan alasan agama dan medis, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 88 orang (50,9%). Indikasi medis untuk melakukan sirkumsisi salah satunya adalah fimosis (Cathcart P et al, 2006), sebanyak 121 orang (69,9%) telah menjawab dengan benar dan 52 orang (30,1%) menjawab salah. Indikasi lainnya adalah Tumor-tumor pada prepusium, kulit frenulum yang terlalu berlebihan maupun terlalu sedikit melekat (Holman JR, 1999). Dari jawaban responden 69 orang (39,9%) menjawab benar dan 104 orang (60,1%) menjawab salah.

Dalam melakukan sirkumsisi, juga perlu memerhatikan kontraindikasinya. Salah satu kontraindikasi untuk melakukan sirkumsisi adalah riwayat kelainan perdarahan pada keluarga (Hammond T, 1999). Sebagian besar responden telah menjawab benar yaitu 118 orang (68,2%), dan 55 orang (31,8%) menjawab salah.

Sebelum sirkumsisi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang salah satunya adalah membersihkan penis dan sekitarnya dengan menggunakan air sabun (Bachsinar, 1993). Sebagian besar responden telah menjawab benar yaitu 121 orang (69,9%) dan 52 orang (30,1%) menjawab salah.

(46)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Responden penelitian lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 100 orang (57,8%) dibandingkan perempuan yaitu 73 orang (42,2%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2010) dimana responden laki-laki 56% dan perempuan 44%.

Berdasarkan usia responden, responden dengan usia dewasa akhir (31,8%) paling banyak dan diikuti oleh usia dewasa awal (29,5%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution (2010)dimana responden berumur 31-40 tahun sebanyak 68%. WHO (2007) mencatat bahwa 69% laki-laki di dunia yang telah melakukan sirkumsisi beragama Islam. Dari hasil penelitian ini, 87 orang (76,9%) responden beragama muslim telah melakukan sirkumsisi.

Data penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara agama dengan tingkat pengetahuan tentang sirkumsisi. Responden beragama Islam pada umumnya memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hasil dari penelitian tersebut bermakna karena memiliki tingkat signifikasi yang baik karena p-value lebih kecil dari 0,05. Dalam agama Islam, sirkumsisi dilakukan sebagai tuntunan syariat Islam yang dilakukan pada laki-laki maupun perempuan (Thomas, 2003). 5.2.2. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Tindakan Sirkumsisi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 173 orangtua di Kelurahan Binjai Estate didapati bahwa 113 (65,3%) orang telah melakukan tindakan sirkumsisi dan masih ada 60 (34,6%) orang yang belum melakukan tindakan sirkumsisi. Ditinjau dari agama responden, ternyata perbedaan tindakan sirkumsisi antara agama Islam dengan Kristen tidak bermakna (p=0,086 > p=0,05). Hal ini dikarenakan tindakan sirkumsisi tidak hanya dianjurkan secara agama, tetapi juga bermanfaat secara medis.

(47)

Penyebabnya ialah budaya pada negara bagian timur sirkumsisi dilakukan paling sering pada usia 5-12 tahun (WHO, 2007). Sementara pada umur remaja akhir umumnya memiliki anak laki-laki yang masih di bawah lima tahun.

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orang Tua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan orang tua tentang sirkumsisi 23,1% baik, 43,4% cukup baik, dan 33,5% kurang baik.

2) Agama dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang sirkumsisi. Hal ini dapat dilihat bahwa responden beragama Islam memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik. Hasil analisis ini bermakna dengan nilai p=0,020 < p=0,05. 3) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan sirkumsisi

pada responden di Kelurahan Binjai Estate tahun 2015 (p value = 0,175). Kebanyakan responden dengan tingkat pengetahuan kurang juga melakukan tindakan sirkumsisi karena alasan agama, medis, ataupun sosial.

6.2. Saran

1) Kepada orang tua agar lebih banyak mencari informasi mengenai sirkumsisi dari berbagai sumber dan melakukan tindakan sirkumsisi kepada anak laki-laki baik dengan alasan keagamaan maupun kesehatan.

2) Kepada petugas kesehatan agar berperan aktif dalam memberikan penyuluhan mengenai sirkumsisi kepada masyarakat.

(49)

DAFTAR PUSTAKA Bachsinar, B., 1993. Sirkumsisi. Ed.4. Jakarta: Hipokrates.

Cartcart, P, et al, 2006. Trends in Paediatric Circumcision and Its Complications in England Between 1997 and 2003. Br J Surg 93(7): 885-890.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Sistem Kesehatan Na sional. http://www.depkes.go.id [Accessed 15 April 2015].

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2012. http://www.depkes.go.id [Accessed 15 April 2015].

Ferris, J.A., et al, 2010. Circumcision in Australia: Further Evidence on Its Effects on Sexual Health and Wellbeing. Australian and New Zealand Journal of Public

Health 34: 160-164.

Gairdner, D, 1949. Fate of The Foreskin. Br Med J 2(4642): 1433-7.

Hammond, T.A., 1999. A Preliminary Poll of Men Circumcised in Infancy or Childhood. BJU Int 83(51): 85-92.

Hana, A, 2010. Mengenal 7 Metode Sunat/Khitan (Sirkumsisi). Available from: http://www.kaahil.wordpress.com [Accessed 2 May 2015].

Hermana, A, 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap, Sistematis, dan Praktis. Ed.1. Jakarta: Widya Medika.

Holman, J.R., Stuessi, K.A., 1999. Adult Circumcision. Am Fam Physician 59(6): 1514-1518.

Hurlock, Elizabeth B, 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

(50)

Ircham, Machfoedz, 2008. Ilmu Perilaku dan Aplikasinya dalam Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Johnson, P. Israelites, 1993. A History of Jews. London: Phoenix Press.

Kim D, Pang M.G., 2007. The Effect of Male Circumcision on Sexuality. BJU

International 99(3): 619-22.

Mavhu W, et al, 2011. Prevalence and Factors Associated with Knowledge of and Willingness for Male Circumcision in Rural Zimbabwe. Pubmed 16(5): 589-97. McCoombe, S.G., 2006. Short RV. Potential HIV-1 Target Cells in The Human

Penis. AIDS 20(11): 1491-1495.

Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepera watan. Jakarta: Salemba Medika.

Purnomo, B, 2003. Dasar-dasar Urologi. Ed.3. Jakarta: Sagung Seto.

Rediger, Chris, dan Muller, Andries J, 2013. Parents’ Rationale for Men Circumsicion. Canadian Family Physician 59: 110-5.

Rickwood, A.M., 1999. Medical Indications for Circumcision. BJU Int 83: 45-51. Schoen, Edgar J, 1990. Benefits of Newborn Circumcision: Is Europe Ignoring

Medical Evidence?. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov PMC2083089

[Accessed 29 May 2015].

(51)

Wawan, A, dan Dewi, M, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogayakarta: Nuha Medika.

WHO/UNAIDS/JHPIEGO, 2008. Manual for Male Circumcision Under Loca l

Anasthesia. World Health Organization.

World Health Organization, 2007. Male circumcision: Global Trends and

Determinants of Prevalence, Safety, and Acceptability. Available from:

(52)

Lampiran 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Anggi Yosefin Pratiwi Butar Butar Tempat, tanggal lahir : Rantau Prapat, 31 Oktober 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Dr. Sumarsono no.8, Medan

Riwayat pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 020261 Binjai tahun 2000-2006 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai tahun 2006-2009 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Binjai 2009-2012

4. S1 Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012 -sekarang

Riwayat organisasi :

(53)

2. Anggota seksi dana panitia Natal FK USU tahun 2012 3. Anggota seksi konsumsi Paskah FK USU tahun 2013 4. Anggota seksi medis Baksos FK USU tahun 2014 5. Ketua Paduan Suara FK USU 2014

6. MPM FK USU 2014

(54)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat,

Saya yang bernama Anggi Yosefin P. Butar Butar/NIM 120100103 adalah mahasiswa Fakultas Kedokterean Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research Programme.

Sirkumsisi atau yang dikenal dengan istilah sunat merupakan prosedur bedah minor yang paling sering dilakukan di seluruh dunia terutama pada laki-laki. Secara medis sirkumsisi dilakukan untuk menjaga kesehatan seksual dan mencegah penyakit menular seksual.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan orangtua tentang sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan.

Partisipasi bapak/ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Identitas pribadi bapak/ibu sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini bapak/ibu tidak dikenakan biaya apa pun. Bila bapak/ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya: Nama : Anggi Yosefin Pratiwi Butar Butar

(55)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang Penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan” maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Binjai,...2015

(56)

Lampiran 4

Lembar Kuesioner Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Orangtua tentang Sirkumsisi di Kelurahan Binjai Estate Kecamatan Binjai Selatan Nama :

Umur : Alamat :

Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Buddha ( ) Lain-lain... Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

Pendidikan terakhir : ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Lain-lain... Status Sirkumsisi pada anak laki-laki : ( ) Sudah ( ) Belum

A. Soal 1-15 Tentang Sirkumsisi

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda centang (√) pada pertanyaan dibawah ini.

1. Menurut Anda yang dimaksud dengan sunat adalah :

( ) Membuang kulit kelamin sehingga kulit kelamin menjadi terbuka ( ) Melukai kelamin

( ) Memotong kulit kelamin

2. Apa yang menjadi manfaat dari sunat? ( ) Menjaga kelamin agar tetap bersih

( ) Meningkatkan kenikmatan pada saat hubungan suami istri ( ) Syariat agama

3. Apa yang menjadi alasan untuk melakukan sunat? ( ) Agama, medis dan sosial

(57)

( ) Medis ( ) Sosial

4. Orang yang bisa melakukan sunat adalah : ( ) Dokter

( ) Dukun sunat ( ) Keduanya benar

5. Dibawah ini yang menjadi alasan medis untuk melakukan sunat adalah : ( ) penyempitan pada kulit kelamin yang berada di ujung kelamin

( ) Susah buang air kecil

6. Selain kelainan pada kulit kelamin, kelainan apalagi yang menjadi alasan medis untuk sunat?

( ) AIDS ( ) Kutil

7. Menurut Anda yang menjadi larangan untuk sunat? ( ) Kelainan perdarahan yang sulit berhenti

( ) Karena ukuran kelamin yang kecil

8. Jika terdapat kelainan letak lubang buang air kecil, yang boleh menyunat dalam keadaan ini adalah :

( ) Perawat ( ) Dokter bedah ( ) Dukun sunat

9. Sebelum disunat apa yang harus dilakukan anak pertama kali? ( ) Dibersihkan kelaminnya dengan air sabun

(58)

10. Makanan apa saja yang menjadi larangan setelah disunat? ( ) Daging

( ) Makanan yang pedas ( ) Telur

11. Bagaimana cara membuat agar kelamin tetap bersih dan kering setelah disunat? ( ) Cuci dengan sabun

( ) Menggunakan kain kassa steril dengan air yang hangat 12. Berapa lama harus dilakukan penggantian perban? ( ) 1 hari

( ) 2-3 hari

( ) setelah sembuh

13. Kapan kita bisa bersihkan bekas darah dengan air hangat? ( ) langsung setelah selesai sirkumsisi

(59)
(60)

Lampiran 5

Correlations

p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 total

P1

Pearson

Correlation ,089 1 ,160 ,106 ,153 ,351

**

,150 ,160 ,316* ,239 ,265* ,077 ,131 ,253 ,671**

Sig.

(2-tailed) ,512 ,234 ,435 ,257 ,007 ,264 ,234 ,017 ,073 ,046 ,568 ,331 ,058 ,000 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P2

Pearson

Correlation -,029 ,160 1 ,185 -,125 ,135 ,020 ,107 -,024 -,183 -,004 -,004 ,029 ,350

**

,324*

Sig.

(2-tailed) ,831 ,234 ,168 ,356 ,318 ,881 ,429 ,858 ,173 ,976 ,974 ,831 ,008 ,014 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P3

Pearson

Correlation -,159 ,106 ,185 1 ,256 ,065 -,023 -,044 -,211 -,031 ,092 ,021 -,062 ,223 ,298 * Sig.

(2-tailed) ,238 ,435 ,168 ,054 ,629 ,866 ,744 ,115 ,817 ,495 ,878 ,647 ,095 ,024

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P4

Pearson

Correlation ,013 ,153 -,125 ,256 1 ,073 -,029 ,051 ,035 ,093 -,050 ,006 ,071 ,156 ,321 * Sig.

(2-tailed) ,922 ,257 ,356 ,054 ,587 ,830 ,708 ,797 ,492 ,712 ,963 ,599 ,245 ,015 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P5

Pearson

Correlation ,100 ,351

**

,135 ,065 ,073 1 ,224 ,135 ,223 ,083 -,035 ,190 ,059 ,168 ,530** Sig.

(2-tailed) ,457 ,007 ,318 ,629 ,587 ,095 ,318 ,095 ,538 ,799 ,157 ,665 ,213 ,000 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P6

Pearson

Correlation -,109 ,150 ,020 -,023 -,029 ,224 1 -,057 ,308

*

-,070 ,229 ,355** ,035 -,122 ,363**

Sig.

(2-tailed) ,419 ,264 ,881 ,866 ,830 ,095 ,675 ,020 ,607 ,086 ,007 ,795 ,366 ,006 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P7

Pearson

Correlation ,049 ,160 ,107 -,044 ,051 ,135 -,057 1 ,206 ,133 ,073 ,080 ,185 -,109 ,371 **

Sig.

(2-tailed) ,715 ,234 ,429 ,744 ,708 ,318 ,675 ,125 ,323 ,587 ,556 ,168 ,421 ,004 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P8 Pearson

Correlation ,064 ,316

*

(61)

Validitas Kuesioner

Sig.

(2-tailed) ,635 ,017 ,858 ,115 ,797 ,095 ,020 ,125 ,653 ,569 ,362 ,730 ,966 ,004 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

P9

Pearson

Correlation ,257 ,239 -,183 -,031 ,093 ,083 -,070 ,133 ,061 1 ,130 ,113 -,028 -,043 ,344 ** Sig.

(2-tailed) ,054 ,073 ,173 ,817 ,492 ,538 ,607 ,323 ,653 ,336 ,401 ,836 ,750 ,009 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

p10

Pearson

Correlation ,067 ,265

*

-,004 ,092 -,050 -,035 ,229 ,073 ,077 ,130 1 -,146 ,008 -,238 ,297*

Sig.

(2-tailed) ,621 ,046 ,976 ,495 ,712 ,799 ,086 ,587 ,569 ,336 ,277 ,954 ,074 ,025 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

p11

Pearson

Correlation -,089 ,077 -,004 ,021 ,006 ,190 ,355

**

,080 ,123 ,113 -,146 1 -,072 ,137 ,338*

Sig.

(2-tailed) ,508 ,568 ,974 ,878 ,963 ,157 ,007 ,556 ,362 ,401 ,277 ,592 ,308 ,010

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

p12

Pearson

Correlation ,206 ,131 ,029 -,062 ,071 ,059 ,035 ,185 ,047 -,028 ,008 -,072 1 -,085 ,301 * Sig.

(2-tailed) ,124 ,331 ,831 ,647 ,599 ,665 ,795 ,168 ,730 ,836 ,954 ,592 ,528 ,023 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

p13

Pearson

Correlation ,012 ,253 ,350

**

,223 ,156 ,168 -,122 -,109 -,006 -,043 -,238 ,137 -,085 1 ,339**

Sig.

(2-tailed) ,932 ,058 ,008 ,095 ,245 ,213 ,366 ,421 ,966 ,750 ,074 ,308 ,528 ,010 N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

total

Pearson Correlation ,291

*

,671** ,324* ,298* ,321* ,530** ,363** ,371** ,378** ,344** ,297* ,338* ,301* ,339** 1

Sig.

(2-tailed) ,028 ,000 ,014 ,024 ,015 ,000 ,006 ,004 ,004 ,009 ,025 ,010 ,023 ,010

N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

(62)

Lampiran 6

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

(63)

Lampiran 7

DATA INDUK Nama Gender Umur Pendidikan

Akhir Agama Kategori Usia Sunat

Umur Anak

Tingkat Pengetahuan Harry Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 7 baik Suwartik Perempuan 52 SMA Islam lansia awal sudah 16 cukup

Sofyan Perempuan 50 SMA Islam lansia awal sudah 16 cukup Gito Laki-laki 47 SMA Islam lansia awal sudah 12 cukup Bangun Laki-laki 54 SMA Islam lansia awal sudah 17 kurang

Yusni Perempuan 47 SD Islam lansia awal sudah 11 kurang Joni Laki-laki 38 SMA Kristen dewasa akhir sudah 13 kurang Puji Perempuan 58 SD Islam lansia akhir sudah 18 baik M Akbar Laki-laki 30 S1 Islam dewasa awal sudah 7 baik Arta Perempuan 47 SMA Kristen lansia awal sudah 15 kurang Dewi Perempuan 40 SMA Kristen dewasa akhir belum 10 kurang M Taufan Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 10 cukup

Irma Perempuan 20 SMA Islam remaja akhir belum 1 kurang Megawati Perempuan 46 SMA Islam lansia awal sudah 17 cukup

Yuliana Perempuan 30 S1 Kristen dewasa awal belum 7 cukup I Sinaga Laki-laki 56 SMP Kristen lansia akhir belum 18 kurang

Ade Laki-laki 44 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 cukup Basar Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang

Irfan Laki-laki 24 SMA Islam remaja akhir belum 1 kurang Sutejo Laki-laki 50 SMA Islam lansia awal sudah 17 baik

Yudi Laki-laki 32 S1 Islam dewasa awal belum 6 cukup Masni Perempuan 39 SMA Kristen dewasa akhir sudah 8 baik

Linda Perempuan 42 S1 Islam dewasa akhir belum 12 cukup Rina Perempuan 29 SMA Islam dewasa awal belum 4 baik Widya Perempuan 24 SMA Islam remaja akhir belum 2 cukup

Sisca Perempuan 29 SMP Islam dewasa awal belum 2 baik Nur Perempuan 45 SMP Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Nelson Laki-laki 58 SMA Kristen lansia akhir belum 18 kurang

Fitri Perempuan 40 SMP Islam dewasa akhir sudah 15 kurang Yeni Perempuan 34 SMA Islam dewasa awal sudah 9 cukup Farah Perempuan 32 S1 Islam dewasa awal belum 5 cukup Ratna Perempuan 33 S1 Islam dewasa awal belum 5 kurang Rahma Perempuan 29 SMP Islam dewasa awal belum 3 baik

(64)

Mujiono Laki-laki 38 S1 Islam dewasa akhir belum 9 cukup Junita Perempuan 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Irna Perempuan 51 SMP Islam lansia awal sudah 17 cukup Nurita Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 kurang

Atma Perempuan 75 SMA Islam manula sudah 18 kurang

Tumini Perempuan 63 SD Islam lansia akhir sudah 18 kurang Rudi Laki-laki 45 SD Islam dewasa akhir sudah 17 kurang Abu Laki-laki 36 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 kurang Kahar Laki-laki 52 SMA Islam lansia awal sudah 17 cukup Suriadi Laki-laki 42 SD Islam dewasa akhir sudah 14 baik Nasrun Laki-laki 49 SMP Islam lansia awal sudah 16 kurang Andrik Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang Sularni Perempuan 46 SD Islam lansia awal sudah 16 kurang Awaludin Laki-laki 60 SMA Islam lansia akhir sudah 18 kurang Arianto Laki-laki 38 SMA Islam dewasa akhir belum 8 kurang Lusiana Perempuan 32 SMA Islam dewasa awal belum 9 cukup

Rempu Laki-laki 48 SMA Islam lansia awal sudah 15 baik Nora Perempuan 32 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup

Mia Perempuan 33 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup Pristi Perempuan 29 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang

Heri Laki-laki 33 S1 Islam dewasa awal belum 6 kurang Arman Laki-laki 59 SMP Islam lansia akhir sudah 18 baik

Risi Perempuan 35 S1 Islam dewasa awal belum 6 cukup Sri Perempuan 44 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 cukup Masita Perempuan 48 SMA Islam lansia awal sudah 16 baik Hamdan Laki-laki 63 SMP Islam lansia akhir sudah 18 cukup

Dewi Perempuan 42 SMA Islam dewasa akhir sudah 14 cukup Masdori Perempuan 54 SMA Islam lansia awal sudah 17 kurang

Supeno Laki-laki 64 SMA Islam lansia akhir sudah 18 cukup Maria Perempuan 33 SMA Islam dewasa awal belum 7 cukup Darmi Perempuan 61 SMP Islam lansia akhir sudah 17 cukup Putri Perempuan 28 SD Islam dewasa awal sudah 8 cukup Feryanto Laki-laki 32 SD Islam dewasa awal belum 9 cukup Meifan Laki-laki 44 SMA Islam dewasa akhir belum 12 baik

(65)

Agus Laki-laki 46 SMA Islam lansia awal sudah 15 kurang Wasito Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 13 kurang Endang Perempuan 46 D3 Islam lansia awal sudah 16 cukup

Dahlia Perempuan 58 SMP Islam lansia akhir sudah 17 baik Sajuli Laki-laki 63 SMA Islam lansia akhir sudah 18 cukup

Eka Laki-laki 39 S1 Islam dewasa akhir sudah 11 baik Tasbih Laki-laki 41 SMA Islam dewasa akhir sudah 12 baik Yuni Perempuan 35 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Ishak Laki-laki 47 S1 Islam lansia awal sudah 12 cukup Tarigan Laki-laki 39 SMA Islam dewasa akhir belum 8 cukup Bambang Laki-laki 52 SMA Islam lansia awal belum 18 baik

Rida Perempuan 35 SMA Islam dewasa awal belum 8 cukup Nurhayat Perempuan 50 D3 Islam lansia awal sudah 17 baik

Sugit Laki-laki 47 SMA Islam lansia awal sudah 15 baik Siti Perempuan 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 16 baik Ridwan Laki-laki 37 SMP Islam dewasa akhir belum 10 cukup

Zainal Laki-laki 55 SMA Islam lansia awal sudah 18 cukup Raja Laki-laki 21 SMP Islam remaja akhir belum 1 cukup Andri Laki-laki 30 SMP Islam dewasa awal belum 5 kurang

Sidi Laki-laki 34 SMP Islam dewasa awal belum 6 kurang Herma Perempuan 28 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Parmin Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 7 cukup Nadya Perempuan 22 SMA Islam remaja akhir belum 1 cukup Syahrial Laki-laki 43 SMA Islam dewasa akhir sudah 15 cukup Ewa Laki-laki 35 SMA Islam dewasa awal sudah 6 cukup Firdy Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal belum 3 kurang Jumiati Perempuan 53 SMP Islam lansia awal sudah 18 cukup

Reza Laki-laki 30 S1 Islam dewasa awal sudah 7 baik Amrizal Laki-laki 58 SMA Islam lansia akhir sudah 18 kurang Khamsah Laki-laki 29 SMA Islam dewasa awal belum 6 kurang Abdul Laki-laki 32 SMA Islam dewasa awal belum 8 baik

(66)

Kenny Laki-laki 24 SMA Kristen remaja akhir sudah 3 kurang Rudi Laki-laki 30 SMA Islam dewasa awal sudah 8 cukup Yopie Laki-laki 31 SMA Kristen dewasa awal belum 6 cukup Wahidin Laki-laki 52 S1 Kristen lansia awal sudah 17 baik

Anton Laki-laki 51 SMA Kristen lansia awal sudah 18 cukup Mangar Laki-laki 37 SMA Kristen dewasa akhir sudah 11

Gambar

Gambar 2.1 Foreskin (McCoombe and Short, 2006)
Gambar 2.2. Dorsumsisi (Purnomo, 2003)
Tabel 3.1. Definisi operasional variabel penelitian Variabel
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dimana pengambilan data dilakukan hanya

Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross-sectional yaitu dilakukan pengamatan sesaat dalam satu waktu untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa SMA

Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain cross sectional, penelitian ini mengamati subjek di observasi satu kali saja pada saat pengambilan data tentang

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional yaitu

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional yaitu

2018 dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengkaji masalah pada waktu penelitian dan pengamatan variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada saat yang

Cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat

Metode Penelitian: Jenis penelitian kuantitatif dengan adalah rancangan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional yang merupakan penelitian