PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI RANTAI PANJANG
POLYISOPRENOID PADA MANGROVE
Avicennia marina (Forsk). DI BAWAH
CEKAMAN SALINITAS
SKRIPSI
Oleh :
HAMSYAH R HARAHAP 111201134
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERTUMBUHAN DAN KOMPOSISI RANTAI PANJANG
POLYISOPRENOID PADA MANGROVE
Avicennia marina (Forsk). DI BAWAH
CEKAMAN SALINITAS
SKRIPSI
Oleh :
HAMSYAH R HARAHAP 111201134
BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan
Universitas Sumatera Utara
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Pada Mangrove Avicennia marina (Forsk). Di Bawah Cekaman Garam
Nama : Hamsyah R Harahap
NIM : 111201134
Program studi : Budidaya Hutan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Mohammad Basyuni, S.Hut., M.Si., Ph.D Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
i
ABSTRACT
HAMSYAH R HARAHAP. Growth and Long-Chain Polyisoprenoid
Composition on Mangrove Species Avicennia marina (Forsk). under Salinity. Guided by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove plants have ability to remove excess of salt and contain secondary metabolite to adapt to wide salinity levels. The purpose of this study was to determine the best salinity level for growth of A. marina seedlings and to evaluate the effect on long-chain polyisoprenoid composition. A. marina seed was used with 5 treatments,-i.e 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% grown for 3 months. Results showed that the best growth characterized by height, number of leaves, wet weight of root, wet weight of shoot, dry weight of root, dry weight of shoot, and ratio of shoot to root of A. marina seedlings in 2% concentration. The best of diameter was in 0% salinity level. Polyisoprenoid showed in A. marina seedlings in 3% salinity level more higher content than control.
ii
ABSTRAK
HAMSYAH R HARAHAP. Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Pada Mangrove Avicennia marina (Forsk). Di bawah Cekaman
Salinitas. Dibimbingan oleh MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove merupakan tanaman yang mampu mensekresi garam dan memiliki metabolit sekunder dalam melakukan adaptasi lingkungan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat salinitas terbaik pada pertumbuhan semai A. marina dan mengetahui pengaruh variasi salinitas pada rantai panjang polyisoprenoid. Penelitian ini menggunakan semai A. marina dengan 5 perlakuan variasi salinitas, yaitu 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (8-14 ulangan) selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan respon pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, dan rasio tajuk dan akar semai A. marina terbaik terdapat pada tingkat salinitas 2%. Sedangkan diameter terbaik terdapat pada tingkat salinitas 0%. Analisis polyisoprenoid menunjukkan bahwa kandungan NSL semai A. marina lebih tinggi pada tingkat salinitas 3% (terbanyak pada akar 1,52 ml/mg) dibandingkan dengan perlakuan 0%.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 18 Desember 1992 dari
Bapak Amru Harahap S.E. dan Ibu Rosmaniar Siregar. Penulis merupakan anak
pertama dari empat bersaudara.
Pada tahun 2005 Penulis lulus dari SD Negeri 112134 Rantauprapat, tahun
2008 lulus dari SMP Negeri 1 Rantau Selatan, dan tahun 2011 lulus dari SMA
Negeri 1 Rantau Selatan. Pada tahun 2011 Penulis melanjutkan kuliah di
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai mahasiswi di Program Studi
Kehutanan, Fakultas Pertanian melalu jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan Praktek
Pengenalan Ekosisten Hutan (PEH) di Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan
pada tahun 2013. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Perum
Perhutani Unit III KPH Bandung Utara (28 Januari- 28 Febuari 2015). Penulis
melaksanakan penelitian dari bulan September 2014 sampai Desember 2014
dengan judul “Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Pada
Mangrove Avicennia marina (Forsk). Di bawah Cekaman Salinitas” di bawah
bimbingan bapak Mohammad Basyuni S. Hut., M.Si., Ph.D dan ibu
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam skripsi ini,
penulis akan meneliti mengenai “Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang
Polyisoprenoid Pada Mangrove Avicennia marina (Forsk). Di bawah Cekaman
Salinitas”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada
banyak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Komisi pembimbing menulis Mohammad Basyuni., S. Hut., M.Si., Ph.D.
sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Lollie A.P Putri., M. Si.
sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan selama penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.
2. Ayah Amru Harahap., S.E. dan ibu Rosmaniar Siregar dan saudara Endah
Oktari (adik), Muhammad Rizki (adik), dan Sahrul Ramadhan (adik).
3. Kepada teman-teman di program studi kehutanan khususnya stambuk
2011, dan teman-teman di kehutanan dan di luar kehutanan serta seluruh
pegawai di program studi Kehutanan dan semua teman yang mengenal
saya dan tidak tersebutkan.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kehutanan. Akhir kata penulis mengucapkan
v Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel ... 8
Alat dan Bahan ... 9
Prosedur Penelitian ... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN Salinitas ... 16
Terhadap tinggi dan diameter semai A. marina ... 16
Terhadap jumlah daun semai A. marina ... 18
Terhadap Berat Basah Akar, Berat Kering Akar A. marina ... 19
Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering Tajuk A. marina ... 21
Terhadap Rasio Tajuk dan Akar A. marina ... 22
Analisis Regresi Linear Salinitas dengan Parameter ... 24
Terhadap tinggi dan diameter semai A. marina ... 24
Terhadap jumlah daun semai A. marina ... 25
Terhadap Berat Basah Akar, Berat Kering Akar A. marina ... 27
Terhadap Berat Kering Akar, Berat Kering Tajuk A. marina ... 28
Terhadap Rasio Tajuk dan Akar A. marina ... 30
Analisis Korelasi Parameter Pengamatan ... 31
Ekstraksi Lipid dan Analisis Non-saponifiable Lipids (NSL) ... 33
Analisis One-Dimensional Plate Thin-Layer Chromatography (1D-TLC) .. 34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37
Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Korelasi parameter pengamatan pada semai A. marina ... 31
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Pengaruh variasi salinitas terhadap tinggi dan diameter A. marina
pada umur 3 bulan ... 16
2. Pengaruh variasi salinitas terhadap jumlah daun A. marina pada umur
3 bulan. ... 19
3. Pengaruh variasi salinitas terhadap berat basah akar dan berat kering
akar A. marina pada umur 3 bulan ... 20
4. Pengaruh variasi salinitas terhadap berat basah tajuk dan berat kering
Tajuk A. marina pada umur 3 bulan... 21
5. Pengaruh variasi salinitas terhadap rasio tajuk dan akar A. marina
pada umur 3 bulan ... 23
6. Analisis regresi variasi salinitas terhadap tinggi dan diameter
semai A. marina ... 24
7. Analisis regresi variasi salinitas terhadap jumlah daun semai
A. marina ... 26 8. Analisis regresi variasi salinitas terhadap berat basah akar
dan berat kering akar semai A. marina ... 28
9. Analisis regresi variasi salinitas terhadap berat basah tajuk dan
berat kering tajuk semai A. marina ... 29
10.Analisis regresi variasi salinitas terhadap rasio tajuk dan
akar semai A. marina ... 30
i
ABSTRACT
HAMSYAH R HARAHAP. Growth and Long-Chain Polyisoprenoid
Composition on Mangrove Species Avicennia marina (Forsk). under Salinity. Guided by MOHAMMAD BASYUNI and LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove plants have ability to remove excess of salt and contain secondary metabolite to adapt to wide salinity levels. The purpose of this study was to determine the best salinity level for growth of A. marina seedlings and to evaluate the effect on long-chain polyisoprenoid composition. A. marina seed was used with 5 treatments,-i.e 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% grown for 3 months. Results showed that the best growth characterized by height, number of leaves, wet weight of root, wet weight of shoot, dry weight of root, dry weight of shoot, and ratio of shoot to root of A. marina seedlings in 2% concentration. The best of diameter was in 0% salinity level. Polyisoprenoid showed in A. marina seedlings in 3% salinity level more higher content than control.
ii
ABSTRAK
HAMSYAH R HARAHAP. Pertumbuhan Dan Komposisi Rantai Panjang Polyisoprenoid Pada Mangrove Avicennia marina (Forsk). Di bawah Cekaman
Salinitas. Dibimbingan oleh MOHAMMAD BASYUNI dan LOLLIE AGUSTINA P. PUTRI.
Mangrove merupakan tanaman yang mampu mensekresi garam dan memiliki metabolit sekunder dalam melakukan adaptasi lingkungan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat salinitas terbaik pada pertumbuhan semai A. marina dan mengetahui pengaruh variasi salinitas pada rantai panjang polyisoprenoid. Penelitian ini menggunakan semai A. marina dengan 5 perlakuan variasi salinitas, yaitu 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (8-14 ulangan) selama 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan respon pertumbuhan tinggi, jumlah daun, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, dan rasio tajuk dan akar semai A. marina terbaik terdapat pada tingkat salinitas 2%. Sedangkan diameter terbaik terdapat pada tingkat salinitas 0%. Analisis polyisoprenoid menunjukkan bahwa kandungan NSL semai A. marina lebih tinggi pada tingkat salinitas 3% (terbanyak pada akar 1,52 ml/mg) dibandingkan dengan perlakuan 0%.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 22.6% dari luas
total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Giri et al., 2011).
Mangrove adalah tumbuhan berkayu yang hidup diantara daratan dan lautan
daerah pasang surut, kondisi tanah berlumpur dan salinitas tinggi di daerah tropis
dan subtropis. Menurut karakteristik morfologinya dalam manajemen garam,
tanaman mangrove dibagi ke dalam dua kelompok besar (Scholander et al., 1962).
Kelompok pertama adalah jenis sekresi (secreting species) yang memiliki kelenjar
garam di daunnya atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam.
Yang kedua adalah jenis non-sekresi (non-scereting species) yang tidak memiliki
fitur morfologi tersebut untuk menghilangkan kelebihan garam (Scholander et al.,
1962; Tomlinson, 1986).
Mangrove terkenal sebagai penghasil senyawa metabolit sekunder terutama
senyawa triterpenoid dan fitosterol (isoprenoid). Penelitian sebelumnya telah
mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa isoprenoid (C30) di hutan mangrove
pulau Iriomote, Jepang dan Sumatera Utara, Indonesia (Basyuni et al., 2014).
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa variasi salinitas menginduksi
perubahan konsentrasi isoprenoid di mangrove baik jenis sekresi maupun non-sekresi
(Basyuni et al., 2012). Sedangkan senyawa rantai panjang polyisoprenoid (>C50),
meskipun tersebar di kerajaan tanaman, tetapi distribusi, keanekaragaman dan fungsi
fisiologisnya di hutan mangrove belum dipahami dengan baik dan penelitiannya
2
Sejauh ini penelitian tentang rantai panjang polyisoprenoid lebih
difokuskan pada bakteria, mamalia, hewan, dan sel kultur, namun sedikit pada
tanaman, terlebih dari tanaman tropik (Swiezewska dan Danikiewicz, 2005;
Skorupinska Tudek dan Swiezewska, 2008). Fungsi dan peranan rantai panjang
polyisprenoid juga belum banyak diketahui terutama dari sepesies mangrove
(Surmacz dan Swiezewska, 2011). Selain itu penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh tingkat variasi salinitas yang baik terhadap pertumbuhan
anakan Avicennia marina (Forsk). masih terbatas. Sehingga diperlukan penelitian
untuk mengetahui konsentrasi yang baik untuk pertumbuhan anakan dan pengaruh
variasi salinitas terhadap konsentrasi dan konten rantai panjang polyisoprenoid
Avicennia marina (Forsk).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi garam
terhadap perubahan komposisi dan konten rantai panjang polyisoprenoid pada
jenis mangrove A. marina (Forsk). Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk
menduga salinitas yang baik untuk pertumbuhan anakan A. marina (Forsk).
Hipotesis Penelitian
Konsentrasi dan tingkat salinitas diduga mempengaruhi komposisi rantai
panjang polysoprenoid dan pertumbuhan anakan A. marina (Forsk). Selain itu
3 Manfaat penelitian
1. Memberikan informasi tingkat variasi salinitas yang terbaik untuk
pertumbuhan anakan A. marina (Forks). di rumah kaca.
2. Mengetahui kandungan rantai panjang polyisoprenoid pada semai A. marina
(Forks). umur 3 bulan terhadap salinitas.
3. Publikasi jurnal ilmiah tentang rantai panjang polyisoprenoid pada tumbuhan
4
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan Mangrove
Mangrove adalah istilah non-taksonomi yang digunakan untuk
menggambarkan berbagai kelompok tanaman yang berada pada daerah pasang
surut dan bersalinitas. Mangrove biasanya dapat merujuk kepada individu jenis
apabila sebagai komunitas mangrove, ekosistem mangrove, hutan mangrove,
rawa. Kata mangal digunakan untuk menggambarkan komunitas mangrove
seluruhnya (Sitnik, 2002). Mangrove berkembang baik pada tanah berlumpur,
berlempung atau berpasir, dengan bahan bentukan berasal dari lumpur, pasir atau
pecahan karang/koral, tergenang air laut secara berkala (Halidah, 2013).
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni
: (1) Flora mangrove mayor (flora mangrove sejati), yakni flora yang
menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk
tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara
morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas)
terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam
mengontrol garam. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa. (2) Flora mangrove sejati minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni,
sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas,
contohnya Excoecaria, Xylocarpus, Heritiera, Aegiceras, Aegialitis, Acrostichum,
Camptostemon, Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera. (3) Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris, Hibiscus, Calamus, dan
5 Zonasi mangrove
Pola Zonasi di hutan mangrove dapat bervariasi pada skala lokal. Kondisi
komposisi dari air tawar juga akan mempengaruhi zonasi mangrove. Sebagai
contoh, spesies yang ditemukan di ujung muara mungkin tidak ada di daerah hulu.
Meskipun zonasi biasanya mengacu pada pola yang diciptakan oleh pemisahan
spesies yang berbeda, perbedaan tinggi tanaman, dan produktivitas tanaman di
seluruh kondisi lingkungan juga dapat mengakibatkan terjadinya zonasi. Zonasi
dapat terdiri dari susunan yang berbeda mewakili variasi tinggi dan kemampuan
bertahan hidup. Pada kondisi tertentu suatu spesies mungkin memiliki "double
distribution". Ini adalah situasi di mana spesies mungkin melimpah di dua zona
yang berbeda dari hutan (Sitnik, 2002).
Avicenia marina (Forsk).
Berikut dibawah ini adalah taksonomi dari A. marina yang diambil dari
IUCN (www.iucnredlist.org) :
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Kelas : Magnolopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Avicenniaceae
Genus : Avicennia
Deskripsi Umum
Pohon api-api (A. marina) memiliki akar napas (peneumatofora) yang
merupakan akar percabangan yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal
6
kriptovivipar, yaitu biji tumbuh keluar dari kulit biji saat masih menggantung
pada tanaman induk, tetapi tidak tumbuh keluar menembus buah sebelum biji
jatuh ke tanah. Buah berbentuk seperti mangga, ujung buah tumpul dan panjang 1
cm, daun berbentuk ellips dengan ujung tumpul dan panjang daun sekitar 7 cm,
lebar daun 3-4 cm, permukaan atas daun berwarna hijau mengkilat dan permukaan
bawah berwarna hijau abu-abu dan suram (Adiarti, 2013).
Salinitas
Salinitas adalah salah satu faktor yang diperhatikan dalam distribusi
ekologi mangrove. Mangrove bukan termasuk halophytes. Mangrove sepenuhnya
mampu tumbuh di air tawar. Propagul mampu bertahan hidup, tetapi tidak
mencapai pertumbuhan yang optimal, selain itu dapat rumbuh diberbagai salinitas
(0-100 ‰ tergantung pada spesies). Pertumbuhan bibit maksimum untuk berbagai
spesies antara 8-15 ‰ berdasarkan penelitian kultur laboratorium (Sitnik, 2002).
Salinitas didefinisikan sebagai berat dalam gram dari semua zat padat yang
terlarut dalam 1 kilo gram air laut jikalau semua brom dan yodium digantikan
dengan khlor dalam jumlah yang setara, semua karbonat diubah menjadi
oksidanya dan semua zat organik dioksidasikan. Nilai salinitas dinyatakan dalam
g/kg yang umumnya dituliskan dalam ‰ atau ppt yaitu singkatan dari part per
thousand (Arief, 1984).
Lear & Turner (1977) mengemukakan bahwa jenis-jenis seperti Avicenia
marina, Aegialitis annulata dan Aegiceras corniculatum mengadsorbsi air kedalam akar dalam jumlah sedikit dari komposisi garam. Garam ini kemudian
7
khusus. Kemampuan ini disebut “salt secretors” dimana kelebihan garam akan
dikeluarkan melalui sel kelenjar.
Polyisoprenoid
Polyisoprenoid terbagi menjadi polyprenols dan dolichols. Polyisoprenoid
tersusun atas polimer lurus yang terdiri dari beberapa hingga lebih dari 100 unit
isoprenoid yang telah diidentifikasi di hampir semua makhluk hidup baik hewan
maupun tumbuhan (Tudek et al., 2007).
Polyisoprenoid Alkohol terdapat dalam semua organisme, mulai dari
bakteri sampai eukariota yang lebih tinggi. Salah satu metabolit sekunder yang
ditemukan disemua makhluk hidup (Swiezewska dan Danikiewicz, 2005.
Berdasarkan penelitian Basyuni et al. (2012) setiap metabolit sekunder pada hutan
mangrove memiliki peranannya masing-masing. Triterpenoid merupakan senyawa
metabolit sekunder yang ada pada mangrove yang digunakan untuk beradaptasi
dengan tingginya salinitas air laut, dimana senyawa triterpenoid meningkat
keberadaanya diakar dan di daun dengan meningkatnya salinitas yang diberikan
pada A. marina. Suga et al. (1989) yang menyatakan konsentrasi polyisoprenoid
pada tanaman mengalami perubahan yang disebabkan oleh perbedaan umur dan
musim. Swiezewska dan Danikiewicz (2005) juga menyatakan bahwa
konsentrasi dolichol dan polyprenol akan meningkat pada jaringan tanaman
8
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di rumah kaca, laboratorium Ekologi
Hutan dan laboratorium Farmasi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan. Penelitian ini akan dilakukan mulai Agustus – Desember 2014.
Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel
Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa yang berada digugusan
pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat
Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat.
Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2. Di Pulau ini terdapat hutan
mangrove yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir. Kondisi air
tanah masih cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau
terkena intrusi air laut (BPS, 2010).
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel buah A. marina diambil dari pohon dewasa yang
dilakukan di Pulau Sembilan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Buah yang
digunakan sesuai SNI 7513-2008 yaitu berasal dari buah yang matang yang
berasal dari pohon induk minimal 5 tahun dengan warna kulit buah hijau
kekuningan, kadang kulit buah sedikit terbuka dan mudah terlepas dari
9 Alat dan Bahan Pertumbuhan Tanaman
Alat yang digunakan dalam pertumbuhan tanaman ini yaitu Refractometer
(Atago, Ltd, Tokyo, Jepang), counter, timbangan (Camry; Model: EK3820),
kamera digital, ember, cutter, gunting, seng, cangkul, sekat kayu, sprayer, bak
kecambah, kain penyaring, caliper, parang, alat tulis, dan perangkat komputer
yang dilengkapi paket SPSS 16,0 dan SAS 9.1.
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu buah
A. marina, label nama, alat tulis, batu bata, masker, botol mineral 1,5 l, sarung tangan, pasir, tali plastik, garam dengan kadar salinitas 0 %; 0,5%; 1,5%; 2 %; dan
3%.
Penananam
Penanaman buah A. marina dengan dilakukan selama sebulan. Bibit yang
berumur sebulan setelah masa tanam di pindahkan dengan perlakuan berbagai
konsentrasi garam selama 3 bulan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Prosedur Penelitian 1. Pemilihan Buah
Buah A. marina yang digunakan berasal dari pohon induk yang berumur 5
tahun atau lebih. Buah yang digunakan sesuai SNI 7513-2008 yaitu berasal dari
buah yang matang yang berasal dari pohon induk minimal 5 tahun dengan warna
kulit buah hijau kekuningan, kadang kulit buah sedikit terbuka dan mudah terlepas
dari kelopaknya. Buah A. marina direndam selama 1 hari hingga kulitnya terlepas
dengan sendiri. Penyeleksian biji yang akan dikecambahkan ialah biji yang
10 2. Penanaman pada Bak Kecambah
Biji yang telah terseleksi, ditanam ke dalam bak kecambah yang telah diisi
pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir sungai yang sebelumnya telah
digongseng selama hampir 2 jam. Dilakukan penyiraman dengan air tanpa
salinitas dua kali sehari hingga kecambah A. marina berdaun dua. Media tanam
harus selalu dalam kondisi kapasitas lapang.
3. Penyiapan Media Tanam
Bibit A. marina ditanam dalam botol mineral plastik dengan media pasir dan
diberi salinitas bervariasi di rumah kaca. Dalam penelitian ini, ada 5 perlakuan
konsentrasi garam yang dibuat, mulai dari 0%, 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dengan
total sample 52 sample dan 8-14 ulangan untuk setiap perlakuannya. Di dalam
penelitian ini, salinitas ditemukan dari perbandingan massa bubuk garam dengan
massa larutan. Metode ini mengacu pada penelitian Fofonoff dan Lewis (1979)
yang menyatakan jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial
(marine salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0,5%; 1,5%; 2%; dan 3%
dibuat dengan melarutkan 5,66 g; 17 g; 22,6 g; dan 34 g bubuk garam komersial
untuk 1 liter air. Namun, sebelum dilakukan penyiraman, dilakukan juga proses
pengukuran konsentrasi variasi salinitas pada setiap perlakuan dan ulangan, agar
konsentrasi garam pada larutannya tetap stabil sesuai dengan perlakuan yang
diberikan.
4. Penanaman Bibit
Bibit A. marina yang telah disediakan ditanam ke dalam botol plastik yang
masing-11
masing. Kemudian botol plastik diberi tanda/label sesuai dengan perlakuan yang
diberikan.
Selama 3 bulan proses pertumbuhan semai A. marina di rumah kaca,
dilakukan penyiraman setiap sore hari sesuai dengan perlakuannya (kontrol; 0,5%;
1,5%; 2%; dan 3%) hingga media pasir tergenang. Tujuannya agar kondisi
lingkungannya sesuai dengan kondisi dilapangan (mangrove yang umumnya
selalu tergenang). Jika ditemukan kenaikan konsentrasi salinitas, maka
penyiraman hanya dilakukan dengan tap water hingga konsentrasinya kembali ke
salinitas yang diinginkan.
Parameter yang Diamati (Analisis Data)
Parameter yang diamati dilakukan 3 bulan setelah penanaman di rumah kaca
dengan parameter yang diamati adalah :
a. Tinggi semai (cm)
Pengambilan data tinggi semai A. marina dilakukan 3 bulan setelah
penanaman di rumah kaca dengan menggunakan penggaris pada setiap
satuan percobaan. Tinggi semai diukur mulai dari permukaan media tanam
hingga ke titik tumbuh tertinggi.
b. Diameter semai (cm)
Pengukuran diameter semai A. marina dengan menggunakan caliper
sekitar 1 cm dari atas media tanam. Pengukuran dilakukan 3 bulan setelah
12 c. Jumlah Daun (helai)
Penghitungan jumlah daun bersamaan dengan pengukuran tinggi dan
diameter semai, mulai dari jumlah daun tua hingga ke pucuk semai A.
marina. Pengukuran dilakukan 3 bulan setelah penanaman. d. Berat Basah Akar (g)
Untuk mendapatkan berat basah akar (akar utama, primer, dan
sekunder), bagian akar yang baru dipanen dimasukkan ke dalam amplop dan
diberi label sesuai dengan perlakuan. Ditimbang berat awal akar A. marina.
Pengukuran dilakukan 3 bulan setelah penanaman.
e. Berat Basah Tajuk (g)
Untuk mendapatkan berat basah tajuk, bagian tajuk yang baru dipanen
dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai dengan perlakuan.
Ditimbang berat awal tajuk A. marina. Pengukuran dilakukan 3 bulan
setelah penanaman.
f. Berat Kering Akar (g)
Untuk mendapatkan berat kering akar (akar utama, primer, dan
sekunder), bagian akar dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai
dengan perlakuan. Kemudian akar A. marina dioven pada suhu 75ºC sampai
berat kering konstan (2-3 hari), lalu ditimbang berat kering akar A. marina.
g. Berat Kering Tajuk (g)
Untuk mendapatkan berat kering tajuk, bagian tajuk dimasukkan ke
dalam amplop dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Kemudian tajuk A.
13
lalu ditimbang berat kering tajuk A. marina. Pengukuran dilakukan 3 bulan
setelah penanaman.
h. Rasio Tajuk dan Akar
Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan.
Perhitungan rasio tajuk dan akar dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rasio =
akar kering Berat
tajuk kering Berat
Ekstraksi Lipid dan Analisis Nonsaponifiable Lipids (NSL)
Daun A. marina sebanyak 4-6 g digerus dengan nitrogen cair, kemudian
diekstrak dengan chloroform-methanol 2:1 (CM21). Dinding sel yang berisi
kotoran yang tidak larut dalam CM21 disaring dengan kertas filtrasi No. 2
(Advantec, Tokyo, Jepang) dan yang tersisa adalah ekstrak lipid di dalam
chloroform. Sebagian ekstrak dimurnikan untuk dianalisis kandungan lipidnya
seperti yang digambarkan sebelumnya (Basyuni et al., 2007). Cairan ekstrak lipid
yang pekat dikeringkan kemudian ditimbang dan didapatkan berat lipidanya.
Sehingga dapat diketahui kandungan total lipid/jaringan (mg/g jaringan).
Ekstrak lipid di dalam chloroform (yang telah diketahui berat total
lipidanya) dikeringkan kemudian ditambahkan 2 ml KOH 20% dalam ethanol
50% di refluxed selama 10 menit dengan suhu 90º C, ditambahkan 2 ml hexane
(NSL) kemudian diaduk. Lapisan hexane dipindahkan kedalam tube yang telah
diketahui beratnya, kemudian cairan di keringkan dengan nitrogen stream, dan
dikeringkan di bawah vakum selama 10 menit, selanjutnya ditimbang berat
NSLnya. sehingga dapat diketahui kandungan NSL/jaringan dan kandungan
14 Analisis Polyisoprenoid
Daun dan akar semai A. marina yang telah berumur 3 bulan dengan berat
basah masing-masing adalah 30 g, dikeringkan selama 1-2 hari pada suhu 60oC –
76oC. Jaringan yang telah dikeringkan dihaluskan menjadi potongan potongan
kecil atau menjadi bubuk dan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama (2,35 g)
direndam ke dalam 25 ml pelarut acetone:hexane (1:1) dan bagian kedua (3,75 g)
direndam ke dalam 15 ml CHCl3:CH3OH (2:1) selama satu hari. Kedua jenis
larutan kemudian diinkubasi pada suhu 40oC selama 2 jam. Kemudian secara
terpisah masing-masing larutan difilter dan dihasilkan filtrate. Hasil filtrate
disebut juga ekstrak lipid.
Ekstrak lipid dari daun, disaponifikasi pada suhu 65oC – 70oC selama 2
jam dalam 2 ml metanol 50% yang mengandung 2 M KOH. Ekstrak lipid dari
akar disaponifikasi pada suhu 55oC selama 3 jam dalam 20 ml ethanol 95% yang
mengandung 15% (w/v) KOH. Saponin yang tak tersabunkan dari lipid mentah
dari masing-masing jaringan diekstraksi dengan hexane dan pelarut organik yang
telah di evaporasikan. Sisa dari masing-masing sampel dilarutkan dalam methanol
dan diterapkan ke dalam sebuah kolom RP-18 Sep-Pak dengan methanol dan lipid
non-polar yang mengandung alkohol polyisoprenoid dengan hexane.
Analisis One-Dimensional Plate Thin-Layer Chromatography (1D-TLC)
One-Dimensional Plate Thin-Layer Chromatography (1D-TLC) dilakukan dengan menggunakan silika gel 60 normal phase. Bahan hasil NSL dilarutkan
dengan toluene:Etil Asetat (19:1). Alkohol Polyisoprenoid dipisahkan dan diteliti
15
dengan iodine vapour. Selanjutnya gambar chromatograpy dihasilkan dan dicatat
dengan scanner.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas)
berdasarkan tingkat salinitas yang ada di lapangan :
a. Salinitas 0 % b. Salinitas 0,5 % c. Salinitas 1,5 % d. Salinitas 2 % e. Salinitas 3 %
Model linear RAL non faktorial
Yij = μ + τi + εij
Dimana :
Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai rataan umum (mean)
τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j i = perlakuan
j = ulangan (8-14)
Data dianalisis dengan analisis dengan uji lanjut untuk menentukan nilai
yang berpengaruh atau tidak dengan uji Dunnett untuk perbandingan semua
perlakuan terhadap kontrol. Nilai P < 0.05 dipilih sebagai batas signifikansi secara
statistic. Uji lanjutan dengan menggunakan SAS (Statistical Analysis System)
versi 9.1, SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.0 dan Micrisoft
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengamatan dan pengukuran selama 3 bulan maka
diperoleh hasil dengan beberapa parameter sebagai berikut :
Salinitas
A. Pengaruh salinitas terhadap tinggi dan diameter semai A. marina
A B
Gambar 1. Pengaruh variasi salinitas terhadap tinggi (A) dan diameter (B) A. marina pada umur 3 bulan. Data merupakan rata-rata (n = 8–14) ± SE. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) pada P<0,05 dengan uji Dunnet.
Berdasarkan hasil pengamatan tinggi yang dilakukan, diketahui bahwa
pertumbuhan semai A. marina yang paling besar terdapat pada salinitas 2,0%
dengan rata-rata tinggi 12,167 cm dan pertumbuhan terendah terdapat pada
salinitas 0% dengan rata-rata tinggi 8,671 cm. Hasil uji Dunnet P<0,05
menunjukkan bahwa tingkat salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
semai A. marina pada umur 3 bulan. Setiap jenis mangrove memiliki kemampuan
adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan, khususnya variasi
salinitas Pertumbuhan tinggi semai A. marina yang terbaik pada 2%, hal ini
diasumsikan karena kemampuan A. marina dalam mengsekresi salinitas sampai
17
tanaman ini bukan tercekam pada salinitas tetapi toleran terhadaap salinitas dan
tumbuh baik dibandingkan tanpa salinitas. Tetapi pada salinitas 3%
pertumbuhannya menurun menunjukkan bahwa konsentrasi salinitas 3% dapat
menghambat pada pertumbuhan tanaman ini untuk semai berumur 3 bulan.
A. marina mempunyai kelenjar sekresi garam yang dapat mensekresikan garam NaCl melalui proses aktif (Atkinson et al., 1967 dalam Onrizal, 2005).
Pada Gambar 1 juga diketahui bahwa pertumbuhan diameter semai
A. marina yang paling besar terdapat pada salinitas 0% dengan diameter rata-rata 0,400 mm dan diameter paling kecil terdapat pada salinitas 0,5% dan 1,5% dengan
diameter rata-rata 0,170 mm. Berdasarkan uji Dunnet P<0,05 menunjukkan
bahwa pemberian variasi salinitas berbeda nyata pengaruhnya terhadap
pertumbuhan diameter semai A. marina umur 3 bulan. Pengaruh tersebut pada
perlakuan salinitas 0,5% dan 1,5% jika dibandingkan dengan kontrol. A. marina
merupakan tanaman yang toleran terhadap salinitas. Sehingga pada kondisi tanpa
salitas tanaman ini tetap dapat tumbuh. Hal ini diasumsikan bahwa pada kontrol
pertumbuhan pada diameter karena air dapat mempengaruhi perkembangan turgor
sel sehingga mendorong dinding sel dan memperbesar membran sel. Hal ini sesuai
pernyataan Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa kandungan air akan
meningkatkan turgor dinding sel yang mengakibatkan dinding sel mengalami
peregangan sehingga ikatan antara dinding sel melemah. Hal inilah yang
mendorong dinding dan membran sel bertambah besar, sehingga minimnya
ketersediaan air akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Namun jika diberikan konsentrasi salinitas maka akan menurun jika
18
peningkatan salinitas, hal ini dapat diasumsikan bahwa peningkatan salinitas dapat
menghambat pertumbuhan diameter, namun tetap terjadi peningkatan diameter
seiring peningkatan salinitas pada semai berumur 3 bulan.
B. Pengaruh salinitas terhadap jumlah daun semai A. marina
Semai A. marina yang memiliki jumlah daun paling banyak terdapat pada
salinitas 2% dengan rata-rata jumlah daun 6 helai dan jumlah daun paling kecil
terdapat pada salinitas 0% dengan rata-rata jumlah daun 4 helai daun. Hasil uji
Dunnet P<0,05 menunjukkan bahwa tingkat variasi salinitas yang diberikan tidak
berbeda nyata pengaruhnya terhadap jumlah daun A. marina pada umur 3 bulan.
Jumlah daun terbanyak pada akhir pengamatan diketahui terdapat pada tingkat
variasi salinitas 2%. Hal ini diasumsikan karena A. marina memiliki kelenjar pengeluaran garam pada daun. Sehingga A. marina akan merespons salinitas
dengan cara memproduksi daun yang lebih banyak untuk mengsekresikan garam.
Perbedaan ini dapat dilihat jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang
memproduksi jumlah daun terendah. Namun jika dibandingkan sengan salinitas
yang lain perbedaan tidak signifikan. Pada salinitas 2% jumlah daun terbanyak,
tetapi menurun kembali pada salinitas 3%. Hal ini diasumsikan pertambahan
jumlah daun meningkat seiring peningkatan salinitas dan maksimum pada
salinitas 2% dan menurun seiring peningkatan salinitas kembali. Hal ini
menunjukkan A. marina toleran terhadap salinitas dan tumbuh baik pada salinitas
mencapai 2%. Tumbuhan mangrove dapat mencegah lebih dari 90% masuknya
garam dengan proses filtrasi pada akar. Garam yang terserap dengan cepat
diekskresikan oleh kelenjar garam di daun atau disimpan dalam kulit kayu dan
19
garam dalam cairan biasanya tinggi, sekitar 10% dari air laut. Sebagian garam
dikeluarkan melalui kelenjar garam selanjutnya diuapkan angin atau hujan
(Soeroyo, 1993).
Respons jumlah daun tanaman semai A. marina diukur pada bulan 3
setelah penyapihan. Gambar respons jumlah daun tanaman dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh variasi salinitas terhadap jumlah daun A. marina pada umur 3 bulan. Data merupakan rata-rata (n = 8 – 14) ± SE.
Semakin rendah salinitas akan menurunkan kemampuan melakukan
fotosintesis. Untuk itu A. marina akan mengurangi produksi daun. Penurunan
salinitas akan menurunkan kemampuan mangrove untuk melakukan fotosintesis.
Toleransi mangrove terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur.
Mangrove yang tua dapat mentolerir fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga
berpengaruh terhadap biomasa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan
pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas
Widodo dan Suadi dalam Hafizh (2013).
C. Pengaruh salinitas terhadap Berat basah akar dan berat kering akar daun semai A. marina
Berdasarkan hasil pengamatan berat basah akar yang dilakukan, diketahui
20
basah akar 0,202 gr memiliki berat basah akar tertinggi dan terendah terdapat pada
salinitas 0% dengan rata-rata berat basah akar 0,008 gr. Hasil uji Dunnett yang
dilakukan dengan P<0,05 menunjukkan bahwa perlakuan variasi salinitas tidak
berbeda nyata.
Respons berat basah akar dan berat kering akar tanaman semai A. marina
diukur pada bulan 3 setelah penyapihan. Gambar respons berat basah akar dan
berat kering akar tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.
A B
Gambar 3. Pengaruh variasi salinitas terhadap berat basah akar (A) dan berat kering akar (B) semai A. marina pada umur 3 bulan. Data merupakan rata-rata (n= 8-14) ± SE.
Pada parameter berat kering akar semai A. marina, salinitas 2% dengan
rata-rata berat kering akar 0,078 g memiliki berat kering akar tertinggi dan
terendah terdapat pada salinitas 0% dengan rata-rata berat kering akar 0,039 g.
Hasil uji Dunnett P<0,05 menunjukkan bahwa tingkat salinitas tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering akar A. marina umur 3 bulan.
Hal ini diasumsikan pada salinitas 2% tersimpan air yang lebih banyak
dibandingkan dengan kontrol. Dengan begitu semakin tinggi tingkat salinitas
maka semakin banyak kandungan air dalam akar jika dibandingkan dengan
21
disimpulkan bahwa garam di akumulasikan pada batang dan tajuk. Sehingga hasil
ini sesuai dengan produksi jumlah daun. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Supriharyono (2007) yang menyatakan kemampuan mangrove tumbuh pada
air asin karena kemampuan akar-akar tumbuhan untuk mengeluarkan atau
mengsekresikan garam dan pemisahan air dan garam ini terjadi ketika proses
penguapan atau transpirasi di daun.
D. Pengaruh salinitas terhadap Berat basah tajuk dan berat kering tajuk daun semai A. marina
Respons berat basah tajuk dan berat kering tajuk tanaman semai A. marina
diukur pada bulan 3 setelah penyapihan. Gambar respons berat basah tajuk dan
berat kering tajuk tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.
A B
Gambar 4. Pengaruh variasi salinitas terhadap berat basah tajuk (A) dan berat kering tajuk (A) semai A. marina pada umur 3 bulan. Data merupakan rata-rata (n = 8-14) ± SE. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) pada P<0,05 dengan uji Dunnet.
Berdasarkan hasil pengukuran berat basah tajuk yang dilakukan, diketahui
bahwa semai A. marina yang tumbuh pada salinitas 2% dengan rata-rata berat
basah tajuk 0,560 g memiliki berat basah tajuk tertinggi dan terendah terdapat
pada salinitas 0% dengan rata-rata berat basah tajuk 0,189 g. Uji Dunnet P<0,05
22
berat basah tajuk semai A. marina berumur 3 bulan. Perbedaan tersebut terdapat
pada perlakuan salinitas 2% jika dibandingkan dengan kontrol. Tetapi berat basah
tajuk menurun pada salinitas 3%.
Berat kering tajuk semai A. marina yang tumbuh pada salinitas 2%
dengan rata-rata berat kering tajuk 0,139 g memiliki berat kering tajuk tertinggi
dan pada salinitas 0% dengan rata-rata berat kering tajuk 0,055 g merupakan yang
terendah. Uji Dunnet P>0,05 menunjukkan bahwa tingkat salinitas tidak berbeda
nyata pengaruhnya terhadap berat kering tajuk.
Pada Gambar 4 selisih kandungan meningkat signifikan sesuai dengan
peningkatan salinitas, tetapi pada salinitas 3% terjadi penurunan. Hal ini
diasumsikan bahwa pada tajuk tersimpan air dan garam. Sehingga kandungan
larutan yang hilang terlihat pada berat kering tajuk. Selain itu jumlah daun pada
salinitas 2% merupakan yang terbanyak, sehingga selisih berat basah dan berat
kering tajuk 2% yang terbesar.
E. Pengaruh salinitas terhadap Rasio Tajuk dan Akar semai A. marina
Respons Rasio Tajuk dan Akar tanaman semai A. marina diukur pada
bulan 3 setelah penyapihan. Gambar respons berat basah akar dan berat kering
akar tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Berdasarkan Gambar 5, rasio tajuk dan akar semai A. marina yang paling
besar nilainya terdapat pada salinitas 2% dengan rata-rata 3.031 dan rasio tajuk
akar terendah terdapat pada salinitas 0,5% dengan rata-rata 1,172. Uji Dunnet
P<0,05 menunjukkan bahwa tingkat variasi salinitas tidak berbeda nyata terhadap rasio tajuk dan akar semai A. marina pada umur 3 bulan. Pada salinitas 2%
23
bahwa pada salinitas 2% A. marina memiliki pertumbuhan akar dan tajuk yang
baik.
Gambar 5. Pengaruh variasi salinitas terhadap rasio tajuk dan akar semai A. marina pada umur 3 bulan. Data merupakan rata-rata ± SE (n = 8 - 14) ± SE.
Namun pada salinitas 3% pertumbuhan akar dan tajuk menurun. Dengan
demikian terjadi peningkatan rasio tajuk dan akar secara signifikan seiring
peningkatan salinitas sampai salinitas 2%, tetapi terjadi penurunan pada salinitas
3% pada semai A. marina berumur 3 bulan. Hal ini berhubungan dengan
pernyataan Klepper (1991) dalam Ramayani (2012) bahwa setiap tanaman
mempunyai ciri khas yang berbeda untuk menggambarkan hubungan antara tajuk
dan akar. Keseimbangan tajuk dan akar merupakan upaya organ tanaman tersebut
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis, sehingga masing-masing organ
tanaman dapat melakukan fungsinya secara normal.
Regresi
Analisa regresi linier sederhana digunakan untuk melihat pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat (Harahab, 2009). Analisa regresi
sederhana guna mengetahui seberapa jauh perubahan variabel bebas dalam
24
dilakukan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap parameter dan sejauh
mana salinitas mempengaruhi parameter.
1. Regresi Linear antara Variasi Salinitas terhadap Parameter Tinggi dan Diameter A. marina
Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan variasi salinitas yang diberikan
berkorelasi positif lemah terhadap pertumbuhan tinggi dan berkolerasi negatif
lemah terhadap diameter semai A. marina. Nilai koefisien determinasi diameter
yang juga bernilai positif yaitu 0.045 menunjukkan kekuatan mempengaruhi yang
positif lemah. Nilai koefisien determinasi diameter yang juga bernilai positif yaitu
0.001 menunjukkan kekuatan mempengaruhi yang positif lemah.
Untuk mengetahui hubungan tingkat variasi terhadap parameter tinggi dan
diameter maka dilakukan analisis korelasi. Hasil analisis ini disajikan dalam
Gambar 6.
A B
Gambar 6. Analisis regresi variasi salinitas terhadap tinggi (A) dan diameter (B) semai A. marina.
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan hubungan antara variabel bebas
25
Gambar 6 terhadap tinggi, diperoleh nilai y = 17,870x + 9,677. Jika nilai variasi
salinitas berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 17,870
satuan menjadi 27,547. Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel
salinitas, maka akan semakin tinggi peningkatan yang terjadi pada variabel tinggi.
Koefisien determiniasi (R2) menunjukkan kemampuan variabel variasi salinitas
mempengaruhi variabel tinggi. Nilai R2 = 0,001 atau 0,1%. Nilai ini menunjukan
kemampuan variabel variasi salinitas dalam mempengaruhi variabel tinggi semai
A. marina hanya sebesar 0,1%. Sisanya sekitar 99,9% variabel tinggi semai dipengaruhi oleh variabel bebas selain variasi salinitas.
Gambar 6 terhadap diameter menunjukkan nilai y = -3,703x + 0,274. Jika
nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan turun sebesar 3,703 satuan
menjadi -3,429. Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel variasi
salinitas, maka akan semakin tinggi pula penurunan yang terjadi pada variabel
diameter. Pada Gambar 6, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (R2)= 0,045
atau 4,5%. Nilai ini menunjukan kemampuan 25ariable variasi salinitas dalam
mempengaruhi 25 ariable diameter semai A. marina hanya sebesar 4,5% dan
sekitar 95,5% variabel diameter dipengaruhi oleh variabel bebas selain variasi
salinitas.
2. Regresi Linear antara Variasi Salinitas terhadap Parameter Jumlah Daun A. marina
Berdasarkan Gambar 7, diketahui bahwa tingkat variasi salinitas
mempengaruhi positif lemah terhadap jumlah daun A. marina pada umur 3 bulan.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan kurva linear dan koefisien determinasi yang
bernilai positif lemah yaitu 0,016. Artinya, jika semakin tinggi tingkat variasi
26
menunjukan kemampuan variabel variasi salinitas dalam mempengaruhi variabel
jumlah daun semai A. marina hanya sebesar 1,6% dan sekitar 98,4% variabel
jumlah daun dipengaruhi oleh variabel bebas selain variasi salinitas. Nilai
koefisien determinasi 0-1 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan antara
parameter variasi salinitas dan jumlah daun kuat. Hal ini karena kelenjar
pengeluaran garam A. marina yang merangsang pertumbuhan dan jumlah daun.
Namun pada salinitas 3% pertumbuhan dan jumlah daun A. marina
menurun.Regresi antara variasi salinitas dengan parameter jumlah daun A. marina
pada umur 3 bulan disajikan dalam Gambar 7.
Gambar 7. Analisis regresi variasi salinitas terhadap jumlah daun A. marina. Berdasarkan Gambar 7 terhadap jumlah daun menunjukkan nilai y =
15,240x + 4,588. Jika nilai x berubah sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik
sebesar 15,240 satuan menjadi 19,828. Semakin besar perubahan yang terjadi
pada variabel variasi salinitas, maka akan semakin tinggi pula peningkatan yang
terjadi pada variabel jumlah daun.
27
3. Regresi Linear antara Variasi Salinitas terhadap Parameter Berat Basah Akar, Berat Kering Akar, dan Kadar Air Akar A. marina Berdasarkan Gambar 8, diketahui bahwa variasi salinitas mempengaruhi
posistif terhadap variabel berat basah akar dan berat kering akar. Hal ini
disebabkan karena koefisien determinasi dari variabel berat basah akar dan berat
kering akar bernilai positif lemah yaitu 0,035 dan 0,015 dan menunjukkan
kekuatan determinasi cukup lemah karena nilai koefisien korelasi 0-0,5. Hal ini
dikarenakan pada akar A. marina toleran terhadap salinitas dan dapat
mengakumulasi garam. Sehingga apabila dibandingkan dengan kontrol berat
basah dan kering akar lebih tinggi pada salinitas 2%, namun menurun untuk
salinitas 3%. Hasil analisis regresi variasi salinitas terhadap berat basah akar dan
berat kering akar semai A. marina disajikan dalam Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8 terhadap berat basah akar. Jika nilai x berubah
sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 2,209 satuan menjadi 0,137
Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel variasi salinitas, maka akan
semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi pada variabel berat basah akar. Pada
nilai koefisien determinasi (R2)menunjukan kemampuan variabel variasi salinitas
dalam mempengaruhi variabel berat basah akar semai A. marina hanya sebesar
3,5% dan sekitar 96,5% variabel berat basah akar dipengaruhi oleh variabel bebas
selain variasi salinitas.
Berdasarkan Gambar 8 terhadap berat kering akar. Jika nilai x berubah
sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 0,451 satuan menjadi 0,505.
Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel variasi salinitas, maka akan
semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi pada variabel berat kering akar.
28
salinitas dalam mempengaruhi variabel berat kering akar semai A. marina hanya
sebesar 1,5% dan sekitar 98,5% variabel berat kering akar dipengaruhi oleh
variabel bebas selain variasi salinitas.
A B
Gambar 8. Analisis regresi variasi salinitas terhadap variabel berat basah akar (A) dan berat kering akar (B) semai A. marina.
4. Regresi Linear antara Variasi Salinitas terhadap Parameter Berat Basah Tajuk, Berat Kering Tajuk, dan Kadar Air Tajuk A. marina Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan adanya nilai koefisien determinasi
yang positif antara variabel variasi salinitas terhadap variabel berat basah tajuk
dan berat kering tajuk semai A. marina pada umur 3 bulan. Hal ini disebabkan
oleh nilai koefisien determinasi masing-masing parameter berat basah tajuk dan
berat kering tajuk bernilai positif lemah yaitu 0,070 dan 0,017. Hal ini
diasumsikan karena A. marina yang saat semai toleran pada kondisi garam dan
dapat mengakumulasinya pada tajuk. Hasil analisis korelasi tingkat variasi
salinitas terhadap berat basah tajuk dan berat kering tajuk dapat dilihat pada
29
Berdasarkan Gambar 9 terhadap berat basah tajuk. Jika nilai x berubah
sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 6,662 satuan menjadi 6,883.
Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel variasi salinitas, maka akan
semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi pada variabel berat basah tajuk.
Pada nilai koefisien determinasi (R2) menunjukan kemampuan variabel variasi
salinitas dalam mempengaruhi variabel berat basah tajuk semai A. marina hanya
sebesar 7% dan sekitar 93% variabel berat basah tajuk dipengaruhi oleh variabel
bebas selain variasi salinitas.
A B
Gambar 9. Analisis regresi variasi salinitas terhadap berat basah tajuk (A) dan berat kering tajuk (B) semai A. marina.
Berdasarkan Gambar 9 terhadap berat kering tajuk. Jika nilai x berubah
sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 0,857 satuan menjadi 0,928.
Semakin besar perubahan yang terjadi pada variabel variasi salinitas, maka akan
semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi pada variabel berat kering tajuk.
Pada nilai koefisien determinasi (R2) menunjukan kemampuan variabel variasi
30
sebesar 1,7% dan sekitar 98,3% variabel berat kering tajuk dipengaruhi oleh
variabel bebas selain variasi salinitas.
5. Regresi Linear antara Variasi Salinitas terhadap Parameter Rasio Tajuk dan Akar A. marina
Berdasarkan Gambar 10, pemberian variasi salinitas menunjukkan nilai
koefisien determinasi yang positif terhadap rasio tajuk dan akar. Nilai koefisien
determinasi yang bernilai positif lemah yaitu 0,005 menunjukkan kekuatan
mempengaruhi bersifat cukup lemah karena mendekati nilai 0,5. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi variasi salinitas yang diberikan terhadap
semai A. marina, maka akan diikuti dengan semakin tingginya nilai rasio tajuk
dan akar semai A. marina.
Regresi variasi salinitas terhadap parameter rasio tajuk dan akar pada
semai A. marina berumur 3 bulan disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10. Analisis regresi variasi salinitas terhadap rasio tajuk dan akar semai A. marina.
Berdasarkan Gambar 10 terhadap rasio tajuk dan akar. Jika nilai x berubah
sebesar satu satuan, maka nilai y akan naik sebesar 9,636 satuan menjadi 11,099.
31
semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi pada variabel rasio tajuk dan akar.
Pada nilai koefisien determinasi (R2) menunjukan kemampuan variabel variasi
salinitas dalam mempengaruhi variabel rasio tajuk dan akar semai A. marina
hanya sebesar 0,5% dan sekitar 99,5% variabel rasio tajuk dan akar dipengaruhi
oleh variabel bebas selain variasi salinitas.
Korelasi
Tabel 1. Korelasi parameter pengamatan pada semai A. marina (n = 8-14).
S U T D JD BBA BBT BKA BKT *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
S = Salinitas, U = Ulangan, T = Tinggi, D = Diameter,
JD = Jumlah Daun, BA = Berat Basah Akar, BKA = Berat Kering Akar, BBT = Berat Basah Tajuk, BKT = Berat Kering Tajuk, RTA = Rasio Tajuk dan Akar
Analisa korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
dua variabel (Harahab, 2009). Analisis Korelasi adalah analisis yang digunakan
guna mengukur tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti.
Tinggi rendahnya derajat hubungan antara variabel yang diteliti tersebut dapat
dilihat dari koefisien korelasi. Koefisien korelasi mendekati angka +1
mengindikasikan terjadi hubungan positif yang erat, namun apabila mendekati
angka –1 mengindikasikan terjadi hubungan negatif yang erat. Koefisien korelasi
mendekati angka 0 (nol) mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel adalah
lemah atau tidak erat. Dengan demikian nilai koefisien korelasi berada pada
kisaran –1 ≤ r ≤ +1 (Kridalaksana, 2014). Analisa korelasi bertujuan untuk
32
Selanjutnya akan diketahui keeratan hubungan antara parameter dengan parameter
yang lain.
Terdapat dua macam label statistik akibat perolehan harga p, yaitu tidak
signifikan atau signifikan. “Tidak signifikan” berarti harga statistik harus
diabaikan dan dianggap tidak ada, berapa besarnya pun harga tersebut.
“Signifikan” berarti harga statistik tidak dapat diabaikan dan harus dianggap ada,
berapa kecilnya pun harga statistik tersebut (Azwar, 2009).
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa salinitas berpengaruh nyata (*) pada
berat basah tajuk P<0,05. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi
salinitas maka semakin tinggi berat basah tajuk pada semai A. marina berumur 3
bulan. Nilai koefisien korelasi hubungan antara salinitas dan berat basah tajuk
adalah positif lemah.
Dari Tabel 1 juga dapat dilihat tinggi berpengaruh nyata pada jumlah
daun, berat basah akar, berat basah tajuk, berat kering akar, dan berat kering tajuk.
Tinggi mempengaruhi dengan pengujian P<0,01 menunjukkan bahwa keeratannya
sangat signifikan dan kefisien korelasi menunjukkan hubungan positif kuat
kecuali pada berat kering akar positif lemah. Tinggi juga berpengaruh nyata
signifikan dengan rasio tajuk dan akar dengan hubungan keeratan positif lemah
dengan (*).
Untuk diameter seluruhnya tidak signifikan. Untuk jumlah daun
berpengaruh nyata sangat signifikan P<0,01 dengan berat basah akar, berat basah
tajuk, berat kering akar dan tajuk. Hubungan keeratan jumlah daun adalah positif
33
Jumlah daun berpengaruh nyata sangat signifikan P<0,01 dengan berat
basah akar, berat basah tajuk, berat kering akar, dan berat kering tajuk. Hubungan
keeratan jumlah daun adalah positif kuat. Namun jumlah daun berkorelasi tidak
signifikan pada rasio tajuk dan akar.
Berat basah akar berpengaruh nyata sangat signifikan P<0,01 dengan berat
basah tajuk, berat kering akar, dan berat kering tajuk. Hubungan keeratan berat
basah akar adalah positif kuat pada berat kering akar dan berat kering tajuk serta
positif lemah pada berat basah tajuk. Berat basah tajuk berpengaruh nyata sangat
signifikan P<0,01 dengan berat kering akar, berat kering tajuk, dan rasio tajuk dan
akar. Hubungan keeratan berat basah tajuk adalah positif kuat pada berat kering
tajuk dan positif lemah pada berat kering akar dan rasio tajuk dan akar.
Berat kering akar berpengaruh nyata sangat signifikan P<0,01 dengan
berat kering tajuk. Hubungan keeratan berat kering akar adalah positif kuat. Berat
kering tajuk berpengaruh nyata sangat signifikan P<0,01 dengan rasio akar dan
tajuk. Hubungan keeratan berat kering tajuk adalah positif lemah.
Ekstraksi Lipid dan Analisis Non-saponifiable Lipids (NSL)
Hasil analisis ekstrak lipid dan NSL pada semai A. marina disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 2. Ekstrak lipid dan NSL pada tajuk dan akar semai A. marina dengan ulangan (n = 2-3).
Jenis Jaringan Perlakuan Berat Awal (mg)
Berdasarkan Tabel 2 kandungan NSL terbesar A. marina pada akar
34
ini diasumsikan pada kondisi tanpa salinitas polyisoprenoid banyak tersimpan
pada daun, tetapi pada kondisi salinitas 3% polyisoprenoid banyak tersimpan pada
akar. Dengan demikian semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi kandungan
polyisoprenoid pada semai A. marina berumur 3 bulan. Selain itu semakin tinggi
salinitas maka semakin tinggi kandungan air pada akar yang menyebabkan
komposisi kandungan polyisoprenoid semakin meningkat pula. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Basyuni et al. (2012) mengemukakan bahwa triterpenoid
merupakan senyawa metabolit sekunder yang ada pada mangrove yang digunakan
untuk beradaptasi dengan tingginya salinitas air laut, dimana senyawa triterpenoid
meningkat keberadaanya diakar dan di daun dengan meningkatnya salinitas yang
diberikan pada A. marina.
Pada penelitian ini, dilakukan analisis NSL terlebih dahulu sebelum
dilakukannya analisis terhadap polyisoprenoid. Basyuni et al. (2007) menyatakan
bahwa NSL pada dasarnya menunjukkan bagian lipid yang sederhana, (kecuali
asam lemak yang merupakan saponifiable lipids) mengandung sterol, rantai
panjang alkohol, dan alkanes. NSL umumnya mewakili fraksi lipid yang lebih
stabil daripada saponifiable lipids (asam lemak). NSL juga resisten terhadap
degradasi yang disebabkan mikroba.
Analisis One-Dimensional Plate Thin-Layer Chromatography (1D-TLC)
Berdasarkan Gambar 11 separasi polyisoprenoid untuk memisahkan
dolichol dan polyprenols tidak berhasil dilakukan. Pada Gambar 11 menunjukkan
keberadaan dolichol disebelah kanan standard yang telah ditentukan pada akar
kontrol. Pada Gambar 11 terlihat bahwa akar 0% menunjukkan pemisahan
35
sampel semua akar tetap tertinggal walupun tajuk telak mati. Namun berat kering
akar pada salinitas 0% rendah. Untuk menentukan polyisoprenoid yang
terkandung dalam A. marina yang telah diberikan perlakuan variasi salinitas,
dilakukan penelitian menggunakan 1D-TLC. Hasil analisis 1D-TLC semai A.
marina disajikan dalam Gambar 11.
Gambar 11. Analisis polyisoprenoid A. marina menggunakan 1D-TLC Keterangan:
Std. : Standard dolichol
1,2 dan 3 : Dolichol pada daun A. marina perlakuan salinitas 0% 4,5 dan 6 : Dolichol pada daun A. marina perlakuan salinitas 3 % 7,8 dan 9 : Dolichol pada akar A. marina perlakuan salinitas 0% 10,11 dan 12 : Dolichol pada akar A. marina perlakuan salinitas 3 %
Berdasarkan Gambar 11 dapat dikatakan kandungan dolichol dan
polyprenol yang sedikit. Hal ini diasumsikan karena umur semai A. marina yang
36
umur. Swiezewska dan Danikiewicz (2005) yang menyatakan bahwa konsentrasi
dolichol dan polyprenol akan meningkat di setiap jaringan tanaman dengan
pertambahan umur dan dengan meningkatnya cekaman lingkungan. Hal ini sesuai
pernyataan Suga et al. (1989) yang menyatakan konsentrasi polyisoprenoid pada
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan semai A. marina terbaik terdapat pada tingkat tingkat salinitas
2%.
2. Semai A. marina dengan tingkat salinitas pada akar 3% (terbanyak pada akar
1,52 ml/mg) memiliki kandungan polyisoprenoid yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan polyisoprenoid tingkat salinitas kontrol.
Saran
Dalam pengujian kandungan polyisoprenoid disarankan semai berumur
lebih dari 3 bulan untuk mengetahui komposisi dolichol dan polyprenol. Untuk
38
DAFTAR PUSTAKA
Adiarti, R. 2013. Aktivitas bakteri endofit batang mangrove Avicennia marina sebagai penghasil antibiotik. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Program Studi Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Arief, D. 1984. Pengukuran Salinitas Air Laut Dan Peranannya Dalam Ilmu Kelautan. Oseana. IX (1): 3-10.
Atkinson, M.R., G.P. Findly, A.B. Hope, M.G. Pitman, H.D.W. Sadler, dan K.R. West. 1967. Salt regulation in the mangroves Rhizophora mucronata Lam. and Aegiliatis annulata R. BR. Australian J. of Biol. Sci.
Azwar, S. 2009. Signifikan Atau Sangat Signifikan?. Fakultas Psikologi. UGM
Basyuni, M., Baba, S., Takara, K., Iwasaki, and Oku, H., 2007. Isoprenoids of Okinawan mangroves as lipid input into estuarine ecosystem. J. Oceanogr., 63, 601-608.
Basyuni, M., Baba, S., Inafuku, M., Iwasaki, H., Kinjo, K., and Oku, H. 2009. Expression of terpenoid synthase mRNA and terpenoid content in salt stressed mangrove. J. Plant Physiol., 166, 1786-1800.
Basyuni, M., Kinjo, Y., Baba, S., Shinzato, N., Iwasaki, H., Siregar, E.B.M., and Oku, H. 2011. Isolation of salt stress tolerance genes from roots of mangrove plant, Rhizophora stylosa Griff., using PCR-based suppression subtractive hybridization. Plant Mol. Biol. Rep., 29, 533-543.
Basyuni, M., Baba, S., Kinjo, K., and Oku, H. 2012. Salinity increase the triterpenoid content of a calt secretor and a non salt secretor mangrove. Aquatic Botany, 97, 17-23.
BPS. 2010. Statistik Indonesia. Sumatera Utara.
Ciepichal, E., Wojcik, J., Bienkowski, T. Kania, M., Daniekiewicz, W., Marczewski, A., Hertel, J., Matysiak, Z., Swiezewska, E., Chojnacki, T., 2007. Alloprenols: novel -trans-p.olyprenols of Allophylus caudatus. Chem. Phys. Lipids 147: 103–112.
Fofonoff, N.P. dan Lewis, E.L.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35, 63–64.
39
Hafizh1, I., Koenawan, C. J., Yandri 2013. Studi Zonasi Mangrove Di Kampung Gisi Desa Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Harahab, Nuddin. 2009. Pengaruh Ekosistem Hutan Mangrove Terhadap Produksi Perikanan Tangkap (Studi Kasus Di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Halidah dan Kama. Harwiyaddin. 2013. Penyebaran alami Avicenia marina (Forsk) vierh dan Sonneratia alba smith pada substrat pasir (distribution pattern and density Avicenia marina (Forsk) vierh and sonneratia alba smith on sand substrate). Balai Penelitian Kehutanan Makassar.
Kridalaksana, A. dan Suryanto, A. 2014. Pengelolaan Tambak Dan Mangrove Di Area Pertambakan Di Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Diponegoro Journal Of Maquares. Management Of Aquatic Resources.
Lear, R. dan Turner. T. 1977. Mangrove of australia. University of Queensland. Press. 44-54.
Tomlinson, P.B. 1986. The botany of mangroves. Cambridge University Press, Cambridge.
Tudek, K.S., Jacek W., Swiezewska E. 2007. Polyisoprenoid alcohols-recent results of structural studies. The Chemical Record 8: 33–45.
K. Skorupinska-Tudek, J. Wojcik, E. Swiezewska. 2008. Polyisoprenoid alcohols-recent results of structural studies, Chem. Rec. 8. 33–45.
Klepper, B. 1991. Root-shoot relationships, p: 265-286. In Waisel et al., 1991. Plant roots the hidden half. Marcel Dekker Inc. New York. 948 p.
Salisbury, F.B., dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB. Bandung. hal. 67-72.
Scholander, P.F., Hammel, H.T., Hemmingsen, E., and Garey, W. 1962. Salt balance in mangroves. Plant Physiol., 37, 722-729.
Sitnik, M. 2002. Mangrove ecology:A manual for a field course. Department of Systematic Biology. Smithsonian Institution.
Supriharyono, 2007. Konservasi Ekosistem dan Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
40
Suga, T., Ohta, S., Nakai, A., dan Munesada, K. 1989. Glycinoprenols: novel polyprenols possessing a phytyl residue from the leaves of soybean. The Journal of Organic Chemistry 54: 3390-3393.
LAMPIRAN
Uji Dunnet P<0,05 semai A. marina pada umur 3 bulan dengan SAS 1. Tinggi
Class : GROUP
Levels : 5
Values : 1 2 3 4 5
Number of Observations Read : 70
Number of Observations Used : 51
1.1. Anova
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 75.592960 18.898240 0.63 0.6456 Error 46 1386.396844 30.139062
Corrected Total 50 1461.989804
R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0.051706 54.18718 5.489905 10.13137 1. 2. Dunnett's t Tests
This test controls the Type I experimentwise error for comparisons of all
treatments against a control.
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 46
Error Mean Square 30.13906
Critical Value of Dunnett's t 2.49603
2. Diameter Class : GROUP
Levels : 5
Values : 1 2 3 4 5
Number of Observations Read : 50
Number of Observations Used : 28
2. 1. Anova
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F
Model 4 0.32424057 0.08106014 2.38 0.0661
Error 45 1.53572143 0.03412714
Corrected Total 49 1.85996200
R-Square Coeff Var Root MSE DATA Mean 0.174326 84.97485 0.184735 0.217400
2.2. Dunnett's t Tests
This test controls the Type I experimentwise error for comparisons of all
treatments against a control.
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 45
Error Mean Square 0.034127
Critical Value of Dunnett's t 2.51416