• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Nilai Parameter Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) Berdasarkan Gender Pada Populasi Sehat Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Nilai Parameter Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) Berdasarkan Gender Pada Populasi Sehat Di Medan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN NILAI PARAMETER BIOELECTRICAL IMPEDANCE

ANALYSIS (BIA) BERDASARKAN GENDER PADA POPULASI

SEHAT DI MEDAN

PENELITIAN POTONG LINTANG DI DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT

DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H ADAM MALIK / RSUD

DR. PIRNGADI MEDAN

Januari 2010 – Juli 2010

TESIS

OLEH

TAUFIK SUNGKAR

057101010

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H ADAM MALIK / RSUD DR PIRNGADI

MEDAN

(2)

PERBEDAAN NILAI PARAMETER BIOELECTRICAL IMPEDANCE

ANALYSIS (BIA) BERDASARKAN GENDER PADA POPULASI

SEHAT DI MEDAN

T E S I S

DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DI DEPAN SIDANG LENGKAP

DEWAN PENILAI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

DAN DITERIMA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK

MENDAPATKAN KEAHLIAN DALAM BIDANG

ILMU PENYAKIT DALAM

TAUFIK SUNGKAR

057101010

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : Perbedaan nilai parameter Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan. Nama Mahasiswa : Taufik Sungkar

Nomor Induk Mahasiswa : 057101010 Bidang Ilmu : Penyakit Dalam

 

MENYETUJUI

PEMBIMBING TESIS I PEMBIMBING TESIS II

(Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis SppD KGH) (Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis SppD KGH)

DISAHKAN OLEH

KEPALA DEPARTEMEN KETUA PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT DALAM ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN USU FAKULTAS KEDOKTERAN USU

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 7 Juli 2010

‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐   

 

 

 

 

PANITIA PENGUJI TESIS

 

1. Ketua :

Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis SpPD KGH ...

2. Anggota :

1. Dr. Mabel Sihombing SpPD KGEH ………..

2. Dr. Yosia Ginting SpPD KPTI ………..

3. Dr. Refli Hasan SpPD SpJP ………...

(5)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu saya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: “ Perbedaan Nilai Parameter Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) Berdasarkan Gender Pada Populasi Sehat Di Medan “ yang merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan dokter ahli di bidang ilmu penyakit dalam pada fakultas kedokteran universitas sumatera utara.

Dengan selesainya karya tulis ini, maka penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Salli Roseffi Nst SppD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU / RSUP H ADAM MALIK MEDAN yang telah memberikan kemudahan dan dorongan buat penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

2. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Dalam Dr. Zulhelmi Bustami SppD-KGH dan Sekretaris Program Ilmu penyakit Dalam Dr Dharma Lindarto SppD-KEMD yang dengan sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi ahli penyakit dalam yang berkualitas, handal dan berbudi luhur serta siap untuk mengabdi bagi nusa dan bangsa.

3. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis SppD-KGH dan Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis SppD-KGH sebagai pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesainya karya tulis ini. Kiranya Allah SWT memberikan rahmat dan karunia kepada beliau beserta keluarga.

(6)

Dr. Bachtiar Fanani Lubis SppD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum SppD-KPsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman SppD-KKV, Prof. Dr. Azhar Tanjung KP-KAI-SpMK, Prof. Dr. OK Moehad Sjah KR, Prof. Dr. Lukman H. Zain KGEH, Prof. Dr. M. Yusuf Nasution KGH, Prof. Dr. Azmi S Kar KHOM, Prof. Dr. Gontar A Siregar KGEH, Prof. Dr. Haris Hasan SppD-SpJP(K), Dr. Nur Aisyah SppD-KEMD, Dr. A Adin St Bagindo SpPD-KKV, Dr. Lutfi Latief SppD-KKV, Dr. Syafii Piliang SppD-KEMD, Dr. T. Bachtiar Panjaitan SppD, Dr. Abiran Nababan SppD-KGEH, Dr. Betthin Marpaung SppD KGEH, Dr. Sri M Sutadi SppD-KGEH, Dr. Mabel Sihombing SppD-KGEH, Dr. Salli R. Nasution SppD-KGH, DR. Dr. Juwita Sembiring SppD-KGEH, Dr. Alwinsyah SppD-KP, Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis SppD-KGH, Dr. Dharma Lindarto SppD-KEMD, DR.Dr Umar Zein SppD-KPTI-DTM&H-MHA, Dr. Yosia Ginting SpPD-KPTI, Dr. Refli Hasan SppD-SpJP, Dr. EN. Keliat SppD-KP, DR.Dr. Blondina Marpaung SppD-KR, Dr. Leonardo D SppD-KGEH, Dr. Pirma Siburian KGer, Dr. Mardianto SppD, Dr. Santi S SppD, Dr. Dairion gatot SppD-KHOM, Dr Zuhrial SppD yang merupakan guru-guru saya yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk kepada saya selama mengikuti pendidikan. 5. Dr. Armon Rahimi SppD-KPTI, Dr. R Tunggul Ch Sukendar SppD-KGH (Alm),

Dr. Daud Ginting SppD, Dr. Tambar Kembaren SppD, Dr. Saut Marpaung SppD, Dr. Dasril Effendi SppD-KGEH, Dr. Ilhamd SppD, Dr. Calvin Damanik SppD, Dr. Zainal Safri SppD, Dr. Rahmat Isnanta SppD, Dr. Jerahim Tarigan SppD, Dr. Endang SppD, Dr. Abraham SppD, Dr. Soegiarto Gani SppD, Dr. Savita Handayani SppD, Dr. Fransiskus Ginting SppD, Dr. Deske Muhadi SppD, Dr. Syafrizal SppD sebagai dokter kepala ruangan / senior yang telah amat banyak membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

6. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang pendidikan keahlian ini. 7. Kepada Kepala Dinas Kesehatan TK I departemen Kesehatan RI Propinsi

(7)

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan menerima saya, sehingga dapat mengikuti pendidikan keahlian ini.

8. Departemen Anestesiologi dan Reanimasi, Prof. Dr. A Hanafie SpAn KIC, Dr. Hasanul Arifin SpAn KIC yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam penggunaan fasilitas untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Para co-assisten dan petugas kesehatan di SMF / Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan / RSUD Dr. Pirngadi Medan / RS Haji Medan / RS Tembakau Deli, karena tanpa adanya mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan yang telah memberikan kemudahan dan keizinan kepada penulis dalam menggunakan fasilitas untuk menyelesaikan penelitian ini.

11. Kepada teman-temanku yang memberikan dorongan semangat: Dr. Leni Sihotang, Dr. Zakhri Ilma Fadly, Dr. Budianto Sigalingging, Dr. Zainal Abdi, Dr Hendra Zufri. Juga para sejawat dan PPDS interna lainnya yang tidak dapat saya sebut satu persatu, paramedic dan Syarifuddin Abdullah, Kak Leni, Fitri, Deni, Wanti, Yanti, atas kerjasama yang baik selama ini.

12. Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan bantuan dan bimbingan yang tulus dalam menyelesaikan penelitian ini.

Rasa hormat dan terima kasih saya yang setinggi-tingginya dan

setulusnya penulis tujukan kepada ayahanda H. Salman Sungkar dan ibunda Hj.

Sukimah yang sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang tepat untuk

mengucapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa-jasanya ayahanda dan ibunda yang tiada mungkin terucapkan dan terbalaskan. Demikian juga dengan

mertua saya Dr. H. Halomoan Hutagalung dan Hj. Linda Pulungan SH yang telah

(8)

Kepada Istriku Dr. Lany Anggreani Hutagalung, terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah diberikan selama ini, semoga apa yang kita capai ini dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kita dan diberkati Allah SWT.

Kepada saudara-saudaraku dr. Hilda Sungkar, dr. Iqbal Sungkar, Lia Sungkar, Firdha Sungkar dan Laila Sungkar yang telah banyak membantu,memberi semangat dan dorongan selama pendidikan, terima kasihku yang tak terhingga untuk segalanya.

Kepada semua pihak baik perorangan maupun instansi yang tidak mungkin kami ucapkan satu persatu yang telah membantu kami dalam menyelesaikan pendidikan spesialis ini kami mengucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT yang maha pengasih, maha pemurah dan maha penyayang.

Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Juni 2010 Penulis,

(9)
(10)

2.4. Kerangka Konsepsional…….…..…....……..…….………... 12

BAB 3. METODOLOGI……….………..……….13

3.1. Desain Penelitian…………..……….………..……….13

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian………..……...………...13

3.3. Kriteria Inklusi…….……….……….…………..………...13

3.4. Kriteria Eksklusi………..……….…………..……….13

3.5. Besar Sampel…..………....……….………….……….14

3.6. Cara Penelitian……….…….………….………….………..15

3.7. Definisi Operasional………..…….……….…..16

3.8. Kerangka Operasional…….………....….………17

3.9. Analisis data……...…….………….………….……… 18

BAB 4. HASIL PENELITIAN……….…..………..19

BAB 5. PEMBAHASAN……….24

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……….………27

6.2. Saran………27

DAFTAR PUSTAKA……….………..28

LAMPIRAN 1. Mastel Tabel Penelitian……….………31

2. Nilai Parameter BIA pada Laki-laki………..…33

3. Nilai Parameter BIA pada Perempuan………34

4. Persetujuan Komite Etik………35

5. Lembar Penjelasan kepada Subjek…....………...36

6. Lembar Inform Consent……….38

(11)

DAFTAR TABEL / GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Arus Listrik yang Dipengaruhi Panjang dan Tebal

Jaringan………..4 Gambar 2. Tehnik Pengukuran Komposisi Tubuh dengan BIA……...5

Gambar 3. Diagram Skematik Komposisi Tubuh………...5

Tabel 1. Nilai Resting Metabolic Rate berdasarkan Jenis Kelamin……….…9

Tabel 2. Nilai Phase Angle berdasarkan Jenis Kelamin………...10

Tabel 1. Karakteristik Dasar Seluruh Populasi……….………...19

Tabel 2. Perbandingan Umur, BMI, suku, Body Density,

Dry Weight dan Muscle pada Populasi sehat

Laki-laki dan Perempuan………..20 Tabel 3. Perbedaan Parameter Status Volume Cairan

Tubuh yang Di ukur dengan BIA pada Populasi

Sehat Laki-Laki dan Perempuan………..21

Tabel 4. Perbedaan Parameter Status Nutrisi yang di ukur Dengan BIA pada Populasi Sehat Laki-Laki dan

Perempuan………..22

Tabel 5. Perbedaan Nilai Phase Angel Pada Populasi Sehat

(12)

DAFTAR SINGKATAN KATA

BIA : Bioelectrical Impedance Analysis

TBW : Total Body Water

ECW : Extracellular Water

ICW : Intracellular Water

BCM : Body Cell Mass

FFM : Fat Free Mass

FM : Fat Mass

TBK : Total Body Kalium

LBM : Lean Body Mass

BMR : Basal Metabolic Rate

ECM : Extracellular Mass

RMR : Resting Metabolic rate

TP : Total Protein

R : Resistance

Xc : Capacitance

TBC : Tuberculosis

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

IMT : Index Massa Tubuh

TD : Tekanan Darah

Hb : Hemoglobin

KGD : Kadar Gula Darah

Lt : Liter

pF : Pico Farad

(13)

Abstrak

PERBEDAAN NILAI PARAMETER BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) BERDASARKAN GENDER PADA POPULASI SEHAT DI MEDAN

Taufik Sungkar, Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis

Divisi Nefrologi dan Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Latar Belakang : BIA merupakan alat portable yang mudah digunakan, bersifat non

invasive dan tidak bergantung pada operator serta hasilnya dapat dipercaya dengan tingkat kesalahan yang rendah sehingga metode ini dapat diterima secara luas.

Nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, index massa tubuh (IMT) dan juga umur. Sehingga pengukuran beberapa parameter BIA lebih baik jika nilai standar BIA yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama.

Sehingga validasi nilai standar BIA dapat mengurangi beberapa kesalahan oleh karena adanya perbedaan komposisi cairan tubuh berdasarkan jenis kelamin serta adanya perbedaan pola distribusi lemak, panjang kaki dan lengan antar kelompok etnik yang akan mempengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan

gender pada populasi sehat di Medan.

Bahan dan Cara : Penelitian ini merekrut 100 populasi sehat (usia 18-40 tahun) di

Medan, pada bulan Januari-Mei 2010. Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan Laboratorium (darah rutin, KGD Ad Random dan Kreatinin Serum). Kemudian data seperti Nama, Umur, Jenis Kelamin, Berat dan Tinggi Badan dicatat dan dimasukkan Ke alat BIA dan secara otomatis keluar hasil kalkulasi dari parameter komposisi tubuh.

Hasil : Dari 100 populasi sehat terdiri dari 50 (50%) laki-laki dan 50

(50%) perempuan, umur 27,9±5,4 tahun, BMI 24,6±2,9 kg/m2, tekanan darah sistolik

113,8±7,8 mmHg, diastolik 69,3±6,1 mmHg. Terdapat perbedaan bermakna pada parameter status volume cairan, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan: TBW laki-laki (39,2±4 Lt) dan perempuan (28,9±2,4 Lt, P<0,05), ECW: (15,8±1,2 vs 12,3±1,3 Lt, P<0,05), ICW : (23,4±3,1 vs16,7±1,5 Lt, P<0,05), TBK : (145,9±14,7 vs 98,5±7,8 Lt, P<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada parameter Status Nutrisi, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan: BCM (30,6±3,1 vs 22,3±1,8 kg, P<0,05), FFM (54,9±4,2 vs 40,3±3,3 kg, P<0,05), FM (17,8±6,1 vs 18,1±6,1 kg, P<0,05), RMR (1668,9±109,3 vs 1321±58,4 kcal, P<0,05) Protein (11,6±1,5 vs 8±1,1 kg, P<0,05), Mineral (4,1±0,5 vs 3,3±0,4 kg, P<0,05) Glikogen (499,2±38 vs 365,6±29,7 g, P<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada Phase Angle, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan (66,8±0,8

vs 5,5±0,80, P<0,05). Hanya pada parameter FM yang nilainya lebih tinggi pada

perempuan dibanding dengan laki-laki.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pada parameter status volume

cairan tubuh , status nutrisi dan phase Angle yang diukur dengan BIA pada laki-laki dan Perempuan, dimana Nilai laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Hanya parameter FM yang dinilainya lebih tinggi pada perempuan dibanding dengan laki-laki.

Kata Kunci : BIA, Parameter Status Volume Cairan, Status nutrisi, Phase

(14)

Abstract

THE DIFFERENCE BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS VALUE PARAMETERS BASED ON GENDER IN MEDAN HEALTHY POPULATIONS

Taufik Sungkar, Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis

Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal medicine Faculty of Medicine, Sumatera Utara University, Medan

Background : Bioelectrical Impedance Analysis is emerging easy, non-invasive,

portable bedside technique that is operator independent and precision error for measurement of resistance is low, so this method has widespread application in the clinical setting.

Sex, BMI, Race, and age specific vector distribution patterns contribute to a better understanding of the factors influencing BIA results. So predictive equations of BIA can be useful only for those populations with characteristics similar to those of the reference populations.

Validated BIA equations can overcome some limitation due to differences in fluid body, fat distribution pattern, and limb length between ethnic groups that might affect the accuracy and precision of the technique.

Aim : To investigate the difference of BIA value parameters

based on gender in Medan Healthy populations.

Method : This study enrolled 100 Healthy populations in Medan (age 18-40

years), on January – May 2010. Furthermore, measurement blood pressure and laboratorium (blood routine, KGD Ad Random, creatinin serum). Data such as name, age, gender, actual body weight, height were noted in BIA tool and automatically the result of parameters come out.

Results : From 100 healthy populations, we found 50 (50%) males

and 50 (50%) females, age 27,9±5,4 years, BMI 24,6±2,9 kg/m2, Sistolic blood pressure

113,8±7,8mmHg, diastolic blood pressure 69,3±6,1mmHg. There were significant difference in body fluid volume, where as the value in males was higher compared with females: TBW males (39,2±4 Lt) and females (28,9±2,4 Lt, P<0,05), ECW: (15,8±1,2 vs 12,3±1,3 Lt, P<0,05), ICW : (23,4±3,1 vs16,7±1,5 Lt, P<0,05), TBK : (145,9±14,7 vs 98,5±7,8 Lt, P<0,05). There were significant difference in nutritional status, where as the value in males was higher compared with females: BCM (30,6±3,1 vs 22,3±1,8 kg, P<0,05), FFM (54,9±4,2 vs 40,3±3,3 kg, P<0,05), FM (17,8±6,1 vs 18,1±6,1 kg, P<0,05), RMR (1668,9±109,3 vs 1321±58,4 kcal, P<0,05) Protein (11,6±1,5 vs 8±1,1 kg, P<0,05), Mineral (4,1±0,5 vs 3,3±0,4 kg, P<0,05) Glikogen (499,2±38 vs 365,6±29,7 g, P<0,05). There were significant difference in Phase Angle parameter, where as the

value in males was higher compared with females (66,8±0,8 vs 5,5±0,80, P<0,05). The

FM (%) is the only higher parameter found compared with males.

Conclusion : There were significant difference in body fluid volume, nutritional

status, and phase angle assessed by BIA in Males and Females, Where as the value in Males was higher compared with Females. The FM (%) is the only higher parameter found compared with males.

(15)

Abstrak

PERBEDAAN NILAI PARAMETER BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) BERDASARKAN GENDER PADA POPULASI SEHAT DI MEDAN

Taufik Sungkar, Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis

Divisi Nefrologi dan Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

Latar Belakang : BIA merupakan alat portable yang mudah digunakan, bersifat non

invasive dan tidak bergantung pada operator serta hasilnya dapat dipercaya dengan tingkat kesalahan yang rendah sehingga metode ini dapat diterima secara luas.

Nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, index massa tubuh (IMT) dan juga umur. Sehingga pengukuran beberapa parameter BIA lebih baik jika nilai standar BIA yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama.

Sehingga validasi nilai standar BIA dapat mengurangi beberapa kesalahan oleh karena adanya perbedaan komposisi cairan tubuh berdasarkan jenis kelamin serta adanya perbedaan pola distribusi lemak, panjang kaki dan lengan antar kelompok etnik yang akan mempengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan

gender pada populasi sehat di Medan.

Bahan dan Cara : Penelitian ini merekrut 100 populasi sehat (usia 18-40 tahun) di

Medan, pada bulan Januari-Mei 2010. Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan Laboratorium (darah rutin, KGD Ad Random dan Kreatinin Serum). Kemudian data seperti Nama, Umur, Jenis Kelamin, Berat dan Tinggi Badan dicatat dan dimasukkan Ke alat BIA dan secara otomatis keluar hasil kalkulasi dari parameter komposisi tubuh.

Hasil : Dari 100 populasi sehat terdiri dari 50 (50%) laki-laki dan 50

(50%) perempuan, umur 27,9±5,4 tahun, BMI 24,6±2,9 kg/m2, tekanan darah sistolik

113,8±7,8 mmHg, diastolik 69,3±6,1 mmHg. Terdapat perbedaan bermakna pada parameter status volume cairan, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan: TBW laki-laki (39,2±4 Lt) dan perempuan (28,9±2,4 Lt, P<0,05), ECW: (15,8±1,2 vs 12,3±1,3 Lt, P<0,05), ICW : (23,4±3,1 vs16,7±1,5 Lt, P<0,05), TBK : (145,9±14,7 vs 98,5±7,8 Lt, P<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada parameter Status Nutrisi, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan: BCM (30,6±3,1 vs 22,3±1,8 kg, P<0,05), FFM (54,9±4,2 vs 40,3±3,3 kg, P<0,05), FM (17,8±6,1 vs 18,1±6,1 kg, P<0,05), RMR (1668,9±109,3 vs 1321±58,4 kcal, P<0,05) Protein (11,6±1,5 vs 8±1,1 kg, P<0,05), Mineral (4,1±0,5 vs 3,3±0,4 kg, P<0,05) Glikogen (499,2±38 vs 365,6±29,7 g, P<0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada Phase Angle, dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan (66,8±0,8

vs 5,5±0,80, P<0,05). Hanya pada parameter FM yang nilainya lebih tinggi pada

perempuan dibanding dengan laki-laki.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna pada parameter status volume

cairan tubuh , status nutrisi dan phase Angle yang diukur dengan BIA pada laki-laki dan Perempuan, dimana Nilai laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Hanya parameter FM yang dinilainya lebih tinggi pada perempuan dibanding dengan laki-laki.

Kata Kunci : BIA, Parameter Status Volume Cairan, Status nutrisi, Phase

(16)

Abstract

THE DIFFERENCE BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS VALUE PARAMETERS BASED ON GENDER IN MEDAN HEALTHY POPULATIONS

Taufik Sungkar, Abdurrahim Rasyid Lubis, Harun Rasyid Lubis

Nephrology and Hypertension Division, Department of Internal medicine Faculty of Medicine, Sumatera Utara University, Medan

Background : Bioelectrical Impedance Analysis is emerging easy, non-invasive,

portable bedside technique that is operator independent and precision error for measurement of resistance is low, so this method has widespread application in the clinical setting.

Sex, BMI, Race, and age specific vector distribution patterns contribute to a better understanding of the factors influencing BIA results. So predictive equations of BIA can be useful only for those populations with characteristics similar to those of the reference populations.

Validated BIA equations can overcome some limitation due to differences in fluid body, fat distribution pattern, and limb length between ethnic groups that might affect the accuracy and precision of the technique.

Aim : To investigate the difference of BIA value parameters

based on gender in Medan Healthy populations.

Method : This study enrolled 100 Healthy populations in Medan (age 18-40

years), on January – May 2010. Furthermore, measurement blood pressure and laboratorium (blood routine, KGD Ad Random, creatinin serum). Data such as name, age, gender, actual body weight, height were noted in BIA tool and automatically the result of parameters come out.

Results : From 100 healthy populations, we found 50 (50%) males

and 50 (50%) females, age 27,9±5,4 years, BMI 24,6±2,9 kg/m2, Sistolic blood pressure

113,8±7,8mmHg, diastolic blood pressure 69,3±6,1mmHg. There were significant difference in body fluid volume, where as the value in males was higher compared with females: TBW males (39,2±4 Lt) and females (28,9±2,4 Lt, P<0,05), ECW: (15,8±1,2 vs 12,3±1,3 Lt, P<0,05), ICW : (23,4±3,1 vs16,7±1,5 Lt, P<0,05), TBK : (145,9±14,7 vs 98,5±7,8 Lt, P<0,05). There were significant difference in nutritional status, where as the value in males was higher compared with females: BCM (30,6±3,1 vs 22,3±1,8 kg, P<0,05), FFM (54,9±4,2 vs 40,3±3,3 kg, P<0,05), FM (17,8±6,1 vs 18,1±6,1 kg, P<0,05), RMR (1668,9±109,3 vs 1321±58,4 kcal, P<0,05) Protein (11,6±1,5 vs 8±1,1 kg, P<0,05), Mineral (4,1±0,5 vs 3,3±0,4 kg, P<0,05) Glikogen (499,2±38 vs 365,6±29,7 g, P<0,05). There were significant difference in Phase Angle parameter, where as the

value in males was higher compared with females (66,8±0,8 vs 5,5±0,80, P<0,05). The

FM (%) is the only higher parameter found compared with males.

Conclusion : There were significant difference in body fluid volume, nutritional

status, and phase angle assessed by BIA in Males and Females, Where as the value in Males was higher compared with Females. The FM (%) is the only higher parameter found compared with males.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

BIA adalah metode non invasif dalam mengevaluasi komposisi tubuh secara sederhana, aman, murah, mudah digunakan dan hasilnya segera didapat dengan tingkat kesalahan dibawah 1 %. Selain mengukur komposisi tubuh, BIA juga dapat digunakan untuk menentukan status nutrisi dan mengukur nilai phase angle(1,2,3).

Parameter BIA yang digunakan untuk menilai status volume cairan tubuh adalah Total Body Water (TBW), Extracellular Water (ECW), Intracellular Water (ICW), Total Body Kalium (TBK). Sedangkan untuk menilai status nutrisi adalah Body Cell Mass (BCM), Fat Free Mass (FFM), Fat Mass (FM), Resting Metabolic rate (RMR), Total Protein, Mineral dan Glikogen(4,5,6).

Nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, index massa tubuh (IMT) dan juga umur. Sehingga pengukuran beberapa parameter BIA lebih baik jika nilai standar BIA yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki karakteristik yang sama baik dari segi jenis kelamin, ras atau etnik, IMT maupun umur. Validasi nilai standar BIA dapat mengurangi beberapa kesalahan oleh karena adanya perbedaan komposisi cairan tubuh berdasarkan jenis kelamin serta adanya perbedaan pola distribusi lemak, panjang kaki dan lengan antar kelompok etnik yang akan mempengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA(2,7,8).

(18)

nilai standar impedansi dari komposisi tubuh beberapa etnik harus lebih spesifik oleh karena adanya perbedaan pada bentuk tubuh, panjang kaki dan ukuran rangka tubuh diantara beberapa etnik. Heyward dan Wagned (1996) mengatakan bahwa pengukuran metode BIA menjadi tidak akurat ketika nilai standar di samaratakan untuk kelompok etnik yang berbeda. Guricci dkk (1999) memprediksi nilai TBW dan ECW di asia tenggara (Indonesia) dengan jumlah sampel sebesar 159 orang untuk masing-masing jenis kelamin dengan hasil TBW Perempuan sebesar (24,4 ± 2,6) Liter dan Laki-laki sebesar (33,8 ± 4,2) Liter, sedangan ECW Perempuan sebesar (11,2 ± 1,3) Liter dan Laki-laki sebesar (14,5 ± 1,8) Liter.

(9,10,11)

.

Di Malaysia telah dilakukan penelitian untuk mencari nilai standar BIA pada beberapa ras atau etnik (Cina, Melayu dan India), ternyata didapatkan hasil yang berbeda diantara ketiga ras atau etnik tersebut. Di Indonesia nilai standar pengukuran BIA yang sering digunakan adalah nilai standar dari Malaysia, oleh karena itu peneliti mencoba untuk mencari perbedaan nilai standar pengukuran BIA berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan.

1.3. HIPOTESIS

Ada perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS

BIA menganalisa komposisi cairan tubuh secara tidak langsung dengan

mencatat perubahan impedance arus listrik segmen tubuh(12).

Prinsip BIA adalah mengukur perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstrasellular dan intrasellular berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Arus listrik dalam tubuh adalah jenis ionik dan berhubungan dengan jumlah ion bebas dari garam, basa dan asam, juga berhubungan dengan konsentrasi, mobilitas, dan temperatur medium. Jaringan terdiri dari sebagian besar air dan elektrolit yang merupakan penghantar listrik yang baik, sementara

lemak dan tulang merupakan penghantar listrik yang buruk(1,12,13).

(20)

Gambar 1. Arus listrik yang dipengaruhi panjang dan tebal jaringan(1)

Resistan dan kapasitan dapat diukur dengan berbagai tingkat frekuensi. Pada frekuensi nol gelombang tidak dapat menembus membran sel yang berfungsi sebagai insulator, dan karenanya gelombang hanya melewati cairan ekstraseluler, sedangkan frekuensi tinggi gelombang dapat menembus membran sel yang menjadi kapasitor sempurna, dan karenanya gelombang melewati cairan intraseluler dan ekstraseluler. Dengan frekuensi 50 kHz, gelombang melewati baik cairan intra dan ekstraseluler, meskipun proporsinya berbeda dari jaringan ke jaringan lain.

Elektroda BIA umumnya ditempelkan pada permukaaan tangan dan kaki, pengukuran dilakukan pada temperatur ruangan normal dimana pasien tidak merasa kedinginan atau kepanasan. Pengukuran tidak boleh dilakukan segera

setelah makan, minum dan olahraga(1,17)

(21)

Gambar 2. Tehnik pengukuran komposisi tubuh dengan BIA(9).

2.2. BEBERAPA PARAMETER YANG DIHASILKAN OLEH BIA

Pengukuran dari hubungan ini merefleksikan volume cairan tubuh {Total Body Water (TBW), Extracellular Water (ECW) dan Intracellular Water (ICW), Total Body Kalium (TBK)} dan status nutrisi tubuh {Body cel Mass(BCM), Fat Free Mass(FFM), dan Fat Mass(FM), Resting Metabolic Rate (RMR), Total Protein,

Mineral dan Glikogen)} serta phase angle(1).

(22)

2.2.1. STATUS VOLUME CAIRAN TUBUH(18,19)

BIA sangat berguna sejak diketahui dapat mengetahui jumlah cairan dalam sel dan di luar sel. Cairan yang berada dalam sel disebut intracellular water sedangkan cairan yang berada di luar sel disebut extracellular water. Total cairan tubuh disebut dengan TBW. Tiga nilai ini mencakup:

1. Fungsi integritas dari sel membran, yang mana bertanggung jawab pada bagian

gradient elektro-osmotik yang melewati membran sel. Cairan intrasel harus seimbang dengan jaringan sekitarnya yang berfungsi sebagai nutrisi sel dan detoksifikasi.

2. Di dalam sel berisi elektrolit. Untuk menjaga supaya cairan tetap didalam sel,

jumlah elektrolit harus cukup untuk menjaga tekanan osmotik agar air tetap bertahan didalam sel. Kalium adalah elektrolit yang utama di dalam intrasel sedangkaan Natrium adalah elektrolit yang utama dalam ekstrasel.

3. Asam lemak berada dalam membran sel. Jika tidak terdapat lapisan lemak di

setiap sel dalam tubuh kita, maka semua cairan akan keluar. Lemak menolak air (seperti minyak dan asam cuka) dan menjaga air tetap dalam sel.

4. Jumlah mesenkim dan jaringan yang mengandung banyak cairan. Pada umumnya

akan menyebabkan toxicitas karena normalnya jaringan hanya mengandung sedikit cairan untuk memisahkan satu sel dengan sel yang lainnya, dan dari pembuluh darah serta sel syaraf.

2.2.1.1. Total Body Water (TBW)

(23)

2.2.1.2. Intracellular Water (ICW)

Adalah cairan yang berada di dalam sel, jumlahnya berkisar 60% dari TBW. Sel seperti otot dan beberapa organ (hati, ginjal, dan otak,dll) berisi lebih banyak air dibanding sel lemak. ICW yang ideal, memiliki jumlah sel yang banyak untuk metabolisme tubuh.

2.2.1.3. Extracellular Water (ECW)

Adalah cairan yang bersirkulasi diluar sel. Ini meliputi darah , kelenjar getah bening dan Extracellular Mass (ECM). Haruslah dicatat bahwa kandungan oksigen terhadap sel dengan jelas atau nyata akan berkurang ketika terdapat kadar cairan yang berlebihan di ekstrasel (edema).

2.2.2. STATUS NUTRISI(18,19)

2.2.2.1. Body Cell Mass (BCM)

BCM didefinisikan sebagai massa intraselular dalam tubuh, yang terutama berisi kalium tubuh (98-99%). Seluruh konsumsi oksigen,, produksi CO2, oksidasi glukosa, sintesa protein dan kerja metabolism lain berlangsung didalam Body cell Mass (BCM). BCM pada hakekatnya merupakan massa dari seluruh elemen sel di dalam tubuh, oleh karena itu merupakan komponen aktif dari metabolism tubuh. Pada individu normal, pada jaringan otot terdiri dari sekitar 60% BCM, jaringan organ sekitar 20% BCM, dan sisanya 20% terdapat pada sel darah merah dan jaringan seperti adiposit, tendon, tulang dan tulang rawan.

2.2.2.2. Free Fat mass (FFM)

(24)

2.2.2.3. Fat Mass (FM)

Lemak adalah tempat penyimpanan energi di dalam tubuh. Fat Mass (FM) sama dengan berat badan aktual dikurangi dengan Fat free Mass (FFM). Nilai normalnya dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.

2.2.2.4. Resting Metabolic Rate (RMR)

Energi merupakan kebutuhan pokok bagi proses biologik. Tanpa energi, proses dasar biologik bagi kehidupan tidak terjadi. Metobolisme terjadi melalui 2 fase yang berbeda: 1). Katabolisme, badan memecah makanan dan menghasilkan energi dan disimpannya dalam ikatan atomnya. 2). Anabolisme, di mana bagian komponen dan energi itu digunakan untuk membangun jaringan yang baru dan melakukan fungsi dasar hidup. RMR adalah jumlah energi dalam tubuh yang dibutuhkan setiap hari untuk melakukan fungsi dasar hidup.

RMR adalah suatu cara untuk mengetahui seberapa cepat pembakaran kalori dalam tubuh. Rendahnya metabolisme, maka berat badan akan tetap. Pembakaran kalori yang lebih besar dari pemasukan, akan menyebabkan penurunan berat badan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi metabolisme. Olahraga merupakan kunci untuk meningkatkan RMR.

(25)

Tabel 1. Nilai Basal Metabolic Rate (BMR) berdasarkan Jenis Kelamin(19).

   

2.2.3. PHASE ANGLE

Phase angle bergantung dari total resistan dan reaktan tubuh dan tidak bergantung dari tinggi dan berat badan serta lemak tubuh. Phase angle yang rendah timbul pada keadaan adanya kematian sel dan kerusakan sel membran. Tingginya nilai phase angle timbul pada keadaan dimana banyak jumlah membran sel dan Body Cell Mass (BCM) yang masih baik. Semua unsur hidup mempunyai nilai phase angle.

Phase angle merupakan prediktor outcome dan mengindikasikan adanya penyakit atau kondisi tubuh yang sehat berdasarkan nutrisi yang baik dan olahraga yang teratur.

(26)

Tabel 2. Nilai Phase Angle berdasarkan Jenis Kelamin(19).

 

 

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VALIDITAS BIA

2.3.1. Jenis Kelamin

Penggunaan secara umum nilai standar BIA pada jenis kelamin yang berbeda tanpa dilakukan validasi sebelumnya harus dihindari, karena akan mempengaruhi akurasi dari pengukuran BIA.

Bailey (1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terjadi perbedaan total massa tubuh antara pria dan wanita, dimana pria memiliki total massa tubuh 8% lebih tinggi dibandingkan wanita sebesar 20%.

(27)

2.3.2. Etnik / Ras

Panjang tubuh dan komposisi tubuh setiap manusia tidak memiliki kesamaan, dan ini akan mempengaruhi terhadap pengukuran BIA. Impedansi tubuh berbeda diantara beberapa kelompok etnik dan ini akan mempengaruhi akurasi dari BIA.

Ada beberapa faktor yang bertanggung jawab terhadap perbedaan etnik, yang mana dapat mempengaruhi secara langsung dan luas terhadap akurasi dari hasil pengukuran komposisi tubuh dengan BIA seperti:

-Distribusi lemak. Etnik mempengaruhi pola distribusi lemak sehingga akan

mempengaruhi validitas dari nilai standar. Ini ditunjukkan bahwa proporsi dari deposisi lemak pada tubuh nilainya bervariasi antara 5,7% diantara etnik Asia, Mexican amerika, Caucasian dan African amerika.

-Densitas tubuh. Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akurasi dari perkiraan

Fat Free Mass. Beberapa studi menunjukkan bahwa African amerika memiliki densitas tubuh dan BCM yang lebih tinggi dibandingkan dengan Caucasian Amerika. Menurut Wang dkk, populasi Asia (China, Malay, Singapura Indian) memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi dan FFM yang rendah.

-Perbedaan proporsi panjang kaki. Impedansi tubuh terutama berdasarkan pada

impedansi dari kaki, adanya perbedaan nilai parameter pada beberapa etnik mungkin berhubungan dengan perbedaan proporsi dari panjang kaki. Hipotesa ini didukung oleh beberapa studi bahwa beberapa studi menunjukkan bahwa populasi

kulit hitam memiliki panjang kaki yang lebih panjang dibanding populasi kulit putih(2).

2.3.3. Umur

(28)

2.4. KERANGKA KONSEPSIONAL

Populasi sehat (Pria dan Wanita) Usia 18 – 40tahun

BIA

Darah rutin Kreatinin serum

Kadar gula darahsewaktu

(29)

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang (cross sectional) yang bersifat analitik numerik berpasangan.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010 s/d Maret 2010 di 4 Rumah Sakit (RS) pendidikan di Medan (RS Haji Adam Malik, RS Pirngadi, RS Tembakau Deli Dan RS Haji Medan).

3.3. Kriteria Inklusi

a. Usia 18 – 40 tahun

b. Bersedia ikut dalam penelitian

3.4. Kriteria Eksklusi

a. Hb < 10 gr%

b. Kadar kreatinin serum > 1,4 mg/dl

c. Dijumpai adanya ascites dan oedema

d. Diabetes mellitus dan Hipertensi

e. Riwayat TBC dan malignansi

(30)

3.5. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel: 2

Rumus yang digunakan N1 = N2 = (Zα + Zβ) S

X1 – X2

N1 = Besar sampel 1

N2 = Besar sampel 2

Zα = Deviat baku alfa

Z yang besarnya tergantung pada α 5% → 1,96

Zβ = Deviat baku beta

Z yang besarnya tergantung pada β 10% → 1,282

S = Standar deviasi gabungan

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Dari kepustakaan (4,2 – 2.6) = 1,6

(Sg)2 = s12 x (n1-1) + s22 x (n2-1)

n1 + n2 – 2

Sg = Standar deviasi gabungan

S1 = Standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

(31)

S2 = Standar deviasi kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = Besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

Sg2 = 2,62 x (159-1) + 4,22 x (159-1)

159+159 – 2

Sg2 = 1068,08 + 2787,12

316

Sg = 3,5

2

N1 = N2 = (Zα + Zβ) S

X1 –X2

2

N1 = N2 = (1,960 + 1,282) 3,5

4,2 – 2,6

N1 = N2 = 50

Total sampel adalah 100 orang.

3.6. Cara Penelitian

(32)

a. Dicatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).

b. Prosedur pengukuran Tekanan Darah (TD): pasien dalam keadaan duduk, dilakukan pengukuran dengan alat tensimeter (sfigmomanometer air raksa), yaitu dengan cara melingkarkan manset pada lengan 2 cm diatas fossa kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sampai kira-kira 20 mmHg diatas tekanan sistolik kemudian tekanan tensimeter diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap denyut jantung. Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (Korotkoff I) sedangkan tekanan diastolik dicatat jika bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).

c. Pemeriksaan Bioelectrical Impedance Analysis (Maltron Bio Scan 916) pada

suhu kamar, dengan frekuensi 50-kHz dan amplitude 800-μA, elektroda

ditempelkan pada kaki dan tangan. Dengan mencatat nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pada alat.

d. Dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan darah rutin, kreatinin serum dan kadar gula darah sewaktu.

3.7. Definisi Operasional

ƒ Populasi sehat adalah subjek yang tidak menderita penyakit akut maupun

kronis yang ditetapkan secara anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan laboratorium (darah rutin, kreatinin serum dan kadar gula darah sewaktu).

ƒ Status nutrisi : keadaan gizi seseorang.

ƒ Total Protein (TP) meliputi semua komponen yang mengandung nitrogen,

dari asam amino sampai nukleoprotein.

ƒ Glikogen adalah polisakarida, dijumpai pada sitoplasma sel, distribusinya

(33)

ƒ Hipertensi (menurut JNC 7) adalah tekanan darah sistol ≥ 140 mmHg dan /

atau tekanan diastol ≥ 90 mmHg dengan beberapa (minimal 2) kali

pengukuran pada seseorang yang tidak menggunakan obat antihipertensi.

ƒ Diabetes Melitus adalah bila dijumpai adanya gejala atau keluhan khas

berupa poliuria, polidipsi, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, disertai dengan pemeriksaan kadar gula darah

sewaktu ≥ 200 mg/ dl.

ƒ Total Body Kalium (TBK) adalah konsentrasi kalium dalam tubuh baik

intraseluler dan ekstaseluler.

3.8. Kerangka Operasional

Populasi (Pria & wanita) Usia 18-40tahun

Darah rutin, Kreatinin serum,

Kadar gula darah sewaktu

Pemeriksaan BIA

Perbedaan Nilai parameter BIA ? Dicatat:  Nama,  Umur, 

(34)

3.9. Analisis Data

1. Analisis univariat : untuk memperoleh gambaran distribusi rerata, standar deviasi masing-masing variabel.

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dari 100 populasi sehat, terdiri dari 50 (50%) laki-laki dan 50 (50%) perempuan dengan umur rata-rata (27,9±5,4) tahun dan Index Massa Tubuh (IMT)

rata-rata (24,6±2,9) kg/m2. Tekanan darah rata-rata yaitu Sistolik (113,8±7,8)

mmHg dan Diastolik (69,3±6,1) mmHg. Nilai rata-rata parameter biokimiawi yaitu Hb (13,9±0,8) gr%, Kreatinin (0,9±0,1) mg/dl, KGD sewaktu (93,2±17,9) mg/dl. Nilai rata-rata parameter yang diukur dengan BIA adalah Body Volume (63,3 ± 9,1) Liter , Capasitance Paralel (536 ± 108,8) pF, Resistance Paralel (647 ± 61,1) R, Impedance (643,4±61,6) R. (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik Dasar Seluruh Populasi

Karakteristik Pasien n = 100 Umur (Tahun) 27,9 ± 5,4 Jenis Kelamin

Laki-laki 50 (50%)

Wanita 50 (50%)

IMT (kg/m2) 24,6 ± 2,9

Tekanan Darah

Sistolik (mmHg) 113,8 ± 7,8

Diastolik (mmHg) 69,3 ± 6,1

Laboratorium

Hb (gr%) 13,9 ± 0,8

KGD Sewaktu (mg/dl) 93,2 ± 17,9

Kreatinin serum (mg/dl) 0,9 ± 0,1

Paremeter BIA

(36)

Capasitance Paralel (pF) 536 ± 108,8 Resistance Paralel (R) 647±61,1

Impedance (R) 643,4±61,1

IMT, Index Massa Tubuh; Hb, Hemoglobin; KGD, Kadar Gula Darah; BIA, Bioelectrical Impedance Analysis.

Pada Tabel 2. Dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara umur dan IMT pada populasi sehat laki-laki dan perempuan, sedangkan suku pada populasi sehat laki-laki dan perempuan adalah Melayu (6%vs6%), Batak (30%vs30%), Mandailing (20%vs20%), Minang (14%vs14%), Aceh (12%vs12%), Jawa (10%vs10%) dan Cina (8%vs8%). Dry Weight, Body Density dan Muscle dijumpai berbeda bermakna secara statistik dimana pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.

Tabel 2. Perbandingan Umur, BMI, suku, Body Density, Dry Weight dan Muscle pada populasi sehat Laki-laki dan Perempuan.

Karakteristik Laki-laki Perempuan P Signifikan n = 50 n = 50

Umur (Thn) 27,9±5,2 28±5,5 0,911 NS

IMT (kg/m2) 25,3±2,9 23,7±3,0 0,056 NS

Suku

Melayu 3 (6%) 3 (6%)

Batak 15 (30%) 15 (30%) Mandailing 10 (20%) 10 (20%)

Minang 7 (14%) 7 (14%)

Aceh 6 (12%) 6 (12%)

Jawa 5 (10%) 5 (10%)

(37)

Body Density 1,04±0,01 1,03±0,15 0,000 S

Dry Weight(kg) 71,6±9,6 58±8,4 0,000 S

Muscle(kg) 28,3±2,4 18,4±1,5 0,000 S

NS= Not Significant, S= Significant p<0,05 IMT, Index Massa Tubuh.

Pada Tabel 3. Dapat dilihat parameter Status volume cairan tubuh yang diukur dengan BIA yaitu TBW (Lt), TBW (%), ECW (Lt), ECW (%), ICW (Lt), ICW (%) dan TBK berbeda bermakna antara laki-laki dan perempuan dimana nilai laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.

Tabel 3. Perbedaan Parameter Status Volume Cairan Tubuh yang diukur dengan BIA pada populasi sehat Laki-laki dan Perempuan.

Parameter Laki-laki Perempuan P Signifikan

n =50 n =50

TBW (Lt) 39,2±4,0 28,9±2,4 0,000 S

TBW (%) 54,1±2,0 50,1±4,3 0,000 S

ECW (Lt) 15,8±1,2 12,3±1,3 0,000 S

ICW (Lt) 23,4±3,1 16,7±1,5 0,000 S

ICW (%) 59,5±2,4 57,6±2,6 0,000 S

TBK (g) 145,9±14,7 98,5±7,8 0,000 S

NS= Not Significant, S= Significant p<0,05

(38)

Pada Tabel 4. Dapat dilihat parameter Status Nutrisi yang diukur dengan BIA yaitu BCM, FFM (kg), FFM (%), FM (%), RMR, Protein, Mineral dan Glikogen berbeda bermakna antara laki-laki dan perempuan dimana nilai laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan, sedangkan parameter FM (kg) tidak berbeda bermakna antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 4. Perbedaan Status Nutrisi yang diukur dengan BIA pada populasi sehat Laki-laki dan Perempuan

Parameter Laki-laki Perempuan P Signifikan

n =50 n =50

BCM (kg) 30,6±3,1 22,3±1,8 0,000 S

FFM (kg) 54,9±4,2 40,3±3,3 0,000 S

FFM (%) 76,1±5,8 69,7±6,8 0,000 S

FM (kg) 17,8±6,1 18,1±6,1 0,801 NS

FM (%) 23,9±5,8 30,3±6,8 0,000 S

RMR (kkal) 1668±109,3 1321±58,4 0,000 S

Protein (kg) 11,6±1,5 8±1,1 0,000 S

Mineral (kg) 4,1±0,5 3,3±0,4 0,000 S

Glikogen (g) 499,2 ± 38 365,6± 29,7 0,000 S

NS= Not Significant, S= Significant p<0,05

(39)

Pada Tabel 5. Dapat dilihat nilai Phase Angle yang diukur dengan BIA, terdapat perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dimana nilai laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.

Tabel 5. Perbedaan nilai Phase Angle yang diukur dengan BIA pada populasi sehat Laki-laki dan perempuan.

Parameter Laki-laki Perempuan P Signifikan

n =50 n =50

Phase Angle (degrees) 6,6± 0,8 5,5 ±0,8 0,000 S

(40)

BAB 5

PEMBAHASAN

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) merupakan metode non invasive dalam mengevaluasi komposisi tubuh secara sederhana, mudah dan hasilnya segera didapat dengan tingkat kesalahan dibawah 1%. Namun nilai BIA sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin, ras atau etnik, Index Massa Tubuh (IMT) dan juga umur sehingga perlu dilakukan validasi nilai BIA pada jenis kelamin yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang akurat dari pengukuran BIA.

Dalam penelitian ini kami meneliti perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan jenis kelamin pada populasi sehat. Dari hasil pengukuran yang kami lakukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari nilai karakteristik seperti umur, IMT, dan ras atau etnik antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada parameter BIA seperti Dry Weight, Body Density dan Muscle dijumpai perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan.

Pada parameter status volume cairan tubuh antara laki-laki dan perempuan, terdapat perbedaan bermakna parameter TBW (Lt), TBW (%), ECW (Lt), ECW (%), ICW (Lt), ICW (%), dan TBK (g), dimana pada laki-laki nilainya lebih tinggi dari wanita. Perbedaan nilai parameter tersebut dikarenakan kandungan rata-rata total cairan tubuh ialah sekitar 60% dari berat badan untuk laki-laki yang berusia antara 17-40 tahun, dan 51% untuk perempuan pada rentang

usia yang sama(22). Chumlea dkk (2001), menyatakan bahwa terdapat

perbedaan signifikan antara jenis kelamin dan TBW yaitu Nilai rata-rata TBW dilaporkan antara 38 – 46 Liter pada laki-laki kulit putih dan sekitar 26-33 Liter pada perempuan kulit putih. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan nilai TBW pada Laki-laki adalah (39,2±4,0) Liter dan pada

Perempuan (28,9±2,4) Liter(23,24,25).

(41)

dimana pada laki-laki nilainya lebih tinggi dari perempuan. Sedangkan parameter FM (kg) tidak ada perbedaan bermakna. Perbedaan parameter tersebut dikarenakan Body Density dan Muscle pada laki-laki lebih tinggi dibanding dengan perempuan. Body density Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akurasi dari perkiraan Fat Free Mass (FFM). Beberapa studi menunjukkan bahwa African amerika memiliki densitas tubuh dan BCM yang lebih tinggi dibandingkan dengan Caucasian Amerika. Menurut Wang dkk, populasi Asia (China, Malay, Singapura, Indian) memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi dan FFM yang rendah. Sedangkan Muscle berhubungan Resting Metabolic Rate (RMR), dimana pada Perempuan memiliki massa otot yang lebih kecil dibanding dengan laki-laki (18,4 kg vs 28,3 kg) sehingga nilai RMR pada perempuan lebih rendah dibanding dengan laki-laki(2,19).

Phase Angle merupakan suatu indikator yang berdasarkan reaktan dan resistan yang diperoleh dari pengukuran Bioelectrical Impedance Anlysis (BIA). Phase Angle di interpretasikan sebagai indikator dari integritas membran dan distribusi cairan antara ruang intrasel dan ekstrasel. Phase Angle juga digunakan untuk memprediksi Body Cell Mass (BCM), oleh karena itu Phase Angle juga digunakan sebagai indikator status nutrisi. Ada beberapa peneliti yang meneliti

peranan Phase Angle sebagai indikator prognostik(26).

Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai hubungan jenis kelamin dengan nilai Phase Angle. Baumgartner dkk (1988), mengatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dan usia dengan nilai Phase Angle. Selberg dkk (2002), juga mengatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan nilai Phase Angle pada populasi sehat. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada populasi sehat di Swiss, dijumpai nilai Phase

Angle yang lebih kecil pada Perempuan (7,70) dibandingkan dengan Laki-laki

( 10,50)(26-29).

(42)

dimana banyak jumlah membran sel dan Body Cell Mass (BCM) yang masih

baik(19). Sehingga nilai Phase Angle dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin ,

dimana pada laki-laki memiliki nilai BCM yang lebih tinggi dibandingkan Perempuan. Pada penelitian ini dijumpai perbedaan nilai Phase Angle, dimana

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

6.1.1. Pada penelitian ini dijumpai perbedaan bermakna pada parameter status volume cairan tubuh yang diukur dengan Bioelectrical Impedance Analysis antara laki-laki dan perempuan, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan total cairan tubuh pada setiap jenis kelamin.

6.1.2. Body Density dan Muscle memiliki pengaruh terhadap perbedaan parameter status nutrisi yang diukur dengan BIA pada laki-laki dan perempuan. Hanya parameter FM (kg) tidak dijumpai perbedaan bermakna antara laki-laki dan Perempuan.

6.1.3. Dijumpai perbedaan bermakna antara nilai Phase Angle dengan jenis

kelamin, dimana pada laki-laki (6,6±0,8)0 lebih tinggi dibanding dengan

perempuan (5,5±0,8)0.

6.1.4. BIA merupakan alat yang mudah, sederhana dan non invasive yang dapat mengukur komposisi tubuh, dengan tingkat kesalahan dibawah 1%.

6.2. SARAN

6.2.1. Dalam penggunaan Alat Bioelectrical Impedance Analysis, perlu dilakukan Validasi nilai standar BIA untuk mengurangi beberapa kesalahan oleh karena adanya perbedaan komposisi cairan tubuh, status nutrisi dan Phase Angle berdasarkan jenis kelamin yang akan mempengaruhi akurasi dan ketelitian dari pengukuran BIA.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ursula G.Kyle, Inguar Bosaeus, Antonio D, et al. Bioelectrical Impedance Analysis – Part I. review of principles and methods. Clinical nutrition,2004;1226-43

2. Dehghan M, Merchant A.T. Is Bioelectrical Impedance accurate for use in large epidemiological studies?. Nutrition Journal,2008;1-7

3. Frankenfield D.C, Cooney R.N, Smith J.S. Bioelectrical Impedance Analysis plethysmographic analysis of body composition in critically injured and healthy. Am.J.Clin.Nutr 1999;69:426-31

4. Carlo Basile, Luigi V, Biagio D.L, et al. Development and validation of bioelectrical impedance analysis prediction equation for dry weight in hemodialysis patients. Clin J. Am Soc nephrol,2007;91-5

5. Keyle U.G, bosaeus I, De Lorenzo A.D, et al. EPEN Guidelines. Bioelectrical impedance analysis – part II: utilization in clinical practice. Clinical nutrition,2004:2:1430-53

6. GRAF Maltron Bioscan 916 interpretation manual. 2005.

7. Macias N, Mateo H.A, Romero J.E, et al. Body fat measurement by bioelectrical impedance analysis and air displacement plethysmography: across-validation study to design bioelectrical impedance analysis equation in Mexican adults. Nutritional Journal 2007;6:1-7

8. Bosy-westphal A, Danielzik S, Dorhoter R P, et al. patterns of Bioelectrical impedance vector distribution by BMI and Age: implication for body composition analysis. Am J Clin Nutr 2005;82:60-8.

9. Duerenberg P, Kotler, Wagner, et al. Validity of body composition methods across ethnic population groups. Acta diabetol 2003;40:246-49

10. Takasaki Y, Loy S.F, Juergens H.W. Ethnic differences in the relationship between bioelectrical impedance analysis and body size. J. physiol Anthropol Appl Human Sci 2003;22:233-35

(45)

12. Shumei S, Guo, Roger M, et al. Epidemiological applications of Body Composition. The effects and adjustment of measurement errors. Annals New York Academy of Science; 312-16

13. Anita S, Sharma R.K. Role of Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) in Renal Diseases. Indian J Nephrol 2005:194-7

14. Barbosa-silva M.C, Barros A, Wang.J, et al. Bioelectrical impedance analysis: population reference values for phase angel by age and sex. Am J Clin.Nutr 2005;82:49-52

15. Rambeau J.L, Bandini L, Barr R et al. Bioelectrical impedance analysis in body composition measurement. National institutes of health technology assessment conference statement 1994:1-35

16. Liedtke R.J. principles of Bioelectrical Impedance Analysis.1997:1-10

17. Gudivaka D, Schoeller A, Kushner R.F, et al. Single and multifrequency model for bioelectrical impedance analysis of body water compartments. J Appl Physol 1999;87:1087-96

18. Kaslow J. E. Fluid Assesment with Bioelectrical Impedance Analysis 2010.

19. R. Liedtke. BioImpedance Analysis.

20. Paeratahuls S, Adam LS, Zhai F, etal. Sex difference in measures of body fatness and the possible difference in the effect of dietary on body fatness in men and woman. European journal of clinical nutrition 1999;53, 865-871

21. Kyle UG, Picolli A, Pichard C. Body composition measurement: interpretation finally made easy for clinical use. Curr opin clin nutr metab care 2003;6, 387-393

22. Gary G, Singer, Barry M, Brenner. Fluid and electrolyte disturbance. In: Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL (eds). Harison’s

Principle of Internal Medicine-15th Ed. New York: Mc Graw-Hill Medical Publishing

Division; 2001.p.271-83

23. Chumlea WC, Guo SS, Zeller CM, etal. Total Body Water Reference Values and prediction equations for adults. Kidney International 2001;59: 2250-58

(46)

25. Edelman IS. Organization of Body Water and electrolytes, in Biological Aspects of Aging. Columbia University Press, New York 1962: 46-57

26. Barbosa-Silva MCG, Barros AJD, Wang J, et al. Bioelectrical Impedance Analysis: Population references value for Phase Angle by sex and age. Am J Clin Nutr 2005;82: 49-52

27. Baumgartner RN, Chumlea WC, Roche AF. Bioelectrical Impedance Phase Angle and body composition. Am J Clin Nutr 1988;48:16-23

28. Selberg O, Selberg D. Norms and correlates of Bioelectrical Phase Angle in Healthy subjects, hospital;ized subjects, and patients with liver cirrhosis. Eur J Appl Physiol 2002;86:509-16

(47)
(48)
(49)
(50)

94 170 68 24 1 6.69 23.5 1681 53.91 79.28 14.09 20.72 37.02 54.44 15.12 40.84 21.9 59.15 29.28 12.49 4.39 27.76 139.7 490 66.59

95 172 70 27 1 6.7 23.6 1673 54 77.14 16 22.86 37.03 52.9 14.56 39.31 22.47 60.68 29.75 12.55 4.41 28.14 141.8 490 69.31

96 156 61 30 2 6.73 25 1321 41.08 67.34 19.92 32.66 30.13 49.39 11.88 39.42 18.25 60.57 23.42 7.77 3.17 18.99 103.3 373 61

97 162 50 35 2 4.93 19 1292 39.78 79.56 10.22 20.44 27.76 55.52 12.64 45.53 15.12 54.46 21.11 8.53 3.48 17.8 93.4 361 49.15

98 178 90 29 1 6.7 28.4 1863 64.1 71.22 25.9 28.78 47.95 53.27 18.29 38.14 29.66 61.85 37.21 11.95 4.19 33.33 177.4 582 89.56

99 155 67 37 2 6.09 27.8 1272 39.94 59.61 27.06 40.39 30.31 45.23 11.84 39.06 18.47 60.93 23.38 6.83 2.79 18.54 103.1 363 67

10

0 173 83 25 1 6.84 27.7 1738 56.72 68.34 26.28 31.66 41.51 50.01 14.69 35.38 26.82 64.61 33.47 11.25 3.95 30.23 159.3 515 83

(51)
(52)
(53)
(54)

Lampiran 4. PersetujuanKomite etik Penelitian

Lampiran 5

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara/Saudari, pada hari ini, saya, Dr Taufik Sungkar, akan melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan nilai parameter Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan nilai parameter BIA berdasarkan jenis kelamin di Medan sehingga bisa digunakan sebagai nilai standar bagi pengukuran alat BIA di Medan.

Saudara/Saudari kami akan melakukan pemeriksaan dengan alat ”Bio Impedance Analysis”, sebelumnya saudara/saudari akan diukur berat badan, tinggi badan dan

tekanan darahnya. Alat ini dapat menilai volume cairan tubuh secara tidak langsung dengan hanya menempelkan kabel dari alat tersebut pada tangan dan pada kaki. Saat pengukuran, Saudara/Saudari dalam posisi tidur terlentang. Pengukuran dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan alat tersbut, lama pengukuran berkisar 10-15 menit dan hasilnya langsung didapat. Kemudiaan saudara/saudari akan diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin, kreatinin serum dan kadar gula darah sewaktu.

(55)

Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saudara / saudari.

Bila masih terdapat pertanyaan, maka Saudara/Saudari dapat menghubungi saya .

Nama : Dr Taufik Sungkar.

Alamat : Jl komplek Tasbi Blok FF No.2 Medan

No Telp : 061-8218285 (Rumah)

77864449 (Hp)

Peneliti

(56)

Lampiran 6

INFORMED CONSENT UNTUK PENELITIAN PERBEDAAN NILAI PARAMETER BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS BERDASARKAN GENDER PADA POPULASI SEHAT DI MEDAN

=====================================================================

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ...

Alamat : ...

Umur : ...

Jenis Kelamin : ...

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan

prosedur penelitian ini dan saya telah memahaminya, menyatakan bersedia

untuk ikut dalam penelitian tentang perbedaan nilai parameter bioelectrical

impedance analysis berdasarkan gender pada populasi sehat di Medan.

Demikianlah surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat

untuk dapat dipergunakan seperlunya.

(57)

(...)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

I. DATA PRIBADI

Nama : Dr. Taufik Sungkar

Tempat/tgl lahir : Karangampel / 17 Oktober 1979

Agama : Islam

Alamat Kantor : Fakultas Kedokteran USU, Jl. Dr. Mansur No 5 Medan

Departemen Penyakit dalam RS H Adam Malik,

Jl Bunga Lau No. 17, Medan Tungtungan

No Telepon / Fax : (Telp): (061) 8211045, 8210555, 8363009

(Fax): (061) 8363009

Alamat Rumah : Komplek Tasbi Blok FF No. 2 Medan

(58)

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN LAMA PENDIDIKAN TEMPAT

SD

1. Ikatan Dokter Indonesi (IDI)

2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

IV. KARYA ILMIAH DI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

1. Taufik Sungkar, Ilhamd. Hepatic hydrothorax. Kongres PAPDI. Palembang, 6-9

Juli 2006.

2. Taufik Sungkar, R. Tunggul Ch, Harun R. Lubis. The association between body

compartment (BIA) parameters and quality of life(SF36) in regular HD patients.

Konas X PERNEFRI & Annual Meeting, Bandung 28- 30 November 2008.

(59)

1. Peserta Simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management. Medan, 6 -8 Juni 2005.

2. Peserta Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan,

3. Peserta Lounching Symposium Olmetec, experience the zone. Medan 14 Januari 2006.

4. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VII 2006 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 2-4 Maret 2006.

5. Peserta Temu Ilmiah Mini-Simposia Nyeri 2006. Medan, 8 April 2006.

6. Peserta Simposium IDI Cabang Medan dan Singapore Medicine “ Partnership in Healthcare : A Continual Sharing Relationship”. Medan, 13 Mei 2006.

7. Peserta workshop “ Management of Chronic Hepatitis C in Daily Practice”. Medan, 10 Juni 2006.

8. Pembicara free oral presentation 13th National Congress of the Indonesian

Society of Internal Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, 6-9 Juli 2006. 9. Peserta Workshop injeksi Intraartikular. Palembang, 6-9 Juli 2006

10. Peserta 13th National Congress of the Indonesian Society of Internal Medicine

(KOPAPDI XIII). Palembang, 6-9 Juli 2006.

11. Peserta Kongres Nasional PETRI XII, PERPARI VIII, PKWI IX, Simposium Infections Update III 2006 PETRI-PERPARI-PKWI Cabang SUMUT. Medan, 28-29 Juli 2006.

12. Peserta Simposium Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan 8-9 September 2006.

13. Peserta simposium Integrated Clinical Management of Patients at High Risk of Vascular Events, Departemen Neurologi FK USU – RS H.Adam Malik Medan. Medan, 25 Nopember 2006.

14. Peserta Workshop ECG in Daily Practice. Medan, 14 April 2007. 15. Peserta Road Show PAPDI 2007. Medan 14 April 2007.

16. Peserta simposium “Era Baru Penggunaan Probiotic”. Medan 28 April 2007. 17. Peserta simposium Meningkatkan Peran Trombosis-Hemostasis Dalam Multi

(60)

18. Peserta The 3rd Simposium on Critical Care and Emergency Medicine. Medan, 4-5 Mei 2007.

19. Peserta simposium Diabetes, The Vitamin dan Mineral Antioxidans Connection. Medan, 26 Mei 2007.

20. Peserta simposium “ Current Issues in the Management of Gastritis and Gastropathy”. PPHI, PEGI, PGI Divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik. Medan, 9 Juni 2007.

21. Peserta simposium The 4th New Trend in Cardiovascular Management. Medan,

15-16 Juni 2007.

22. Peserta Workshop Hepatitis & Simposium Gastroentero-Hepatologi update V 2007. Medan, 9-10 Nopember 2007.

23. Peserta simposium “New Paradigm in Maintenance Fluid Therapy” Medan, 17 Nopember 2007.

24. Peserta Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VIII 2007 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 8-10 Maret 2007.

25. Peserta symposium Peranan vitamin & Mikronutrien dalam meningkatkan kekebalan tubuh , Medan 3 November 2007

26. Peserta Simposium Road Show 2008 Eli Lilly Insulin Training for Excellence Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) & Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI). Medan, 26 Januari 2008.

27. Peserta Workshop “Hemostasis & Thrombosis Dan Penatalaksanaan Demam Dengue” Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan, 14 April 2008.

28. Peserta Simposium “How to Choose an Appropriate OAD” Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan, 15 April 2008.

(61)

30. Peserta The 4th Symposium on Critical Care and Emergency Medicine. Medan, 9-10 Mei 2008.

31. Pesrta Symposium of Venous Thromboembolism, Medan 26 Juli 2008

32. Peserta symposium “Fucoidan, Nature’s Way for Faster Peptic Ulcer Healing”. Medan, 14 Juni 2008.

33. Peserta dan Free oral presentation “Konas X PERNEFRI & Annual Meeting”. Bandung 28-30 November 2008.

34. Peserta symposium Update on management of vascular event, Medan 2 Februari 2008

35. Peserta Simposium minimal invasive surgery, medan 26 Agustus 2008 36. Panitia dan peserta PIT X, Medan 23-25 April 2009

37. Panitia dan Peserta PIT XI, Medan 1-3 April 2010

Gambar

Gambar 1. Arus listrik yang dipengaruhi panjang dan tebal jaringan(1)
Gambar 3. Diagram skematik dari komposisi tubuh(1).
Tabel 1. Karakteristik Dasar Seluruh Populasi
Tabel 2. Perbandingan Umur, BMI, suku, Body Density, Dry Weight dan Muscle pada   populasi  sehat Laki-laki dan Perempuan
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Produksi global dapat ditingkatkan • Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalamsuatu negara PO • Meluaskan pasar untuk produk dalamnegeri • Dapat memperoleh lebih banyak modal

mengidentiikasi desa­desa yang memiliki tanah bengkok yang menjadi penghasilan kepala desa dan perangkat desa, agar dapat dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya masalah

Talang Mamak yang berada di Desa Talang Perigi sebagian besar tidak lagi menutup diri dari kelompok luar dan mereka sudah melakukan interaksi dengan kelompok lain

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fifyanita (2012), yang menyatakan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh yang signifikan

1) Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek dari tindakan pada siklus I.. 2) Menganalisis proses dan hasil belajar pembelajaran yang telah dilakukan pada.

Proses produksi yang dibahas dalam penulisan ini adalah proses produksi pegas daun, terutama pada proses produksi untuk isuzu panther current P.160 dengan nomor komponen

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN GENUK KOTA

(1) Penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha huiu minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sampai dengan diterbitkannya undang- undang bam di