(Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)
SKRIPSI
OLEH :
PEBRI YANTI NOOR HRP
030304052
SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA
PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN
(Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)
SKRIPSI
OLEH :
PEBRI YANTI NOOR HRP 030304052
SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS
2007
)
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RINGKASAN
PEBRI YANTI NOOR HARAHAP (030304052/SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ‘ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN” dengan mengambil studi kasus di Desa Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara yang dilakukan pada tahun 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi uasahatani nanas, tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas, dan perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara usahatani nanas skala sempit dan skala luas.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dengan besar sampel adalah 30 yang dilakukan secara Propotional Stratified Random Sampling, berdasarkan strata luas lahan yaitu strata I dengan luas lahan < 1 Ha sebanyak 8 orang dan strata II dengan luas lahan ≥ 1 Ha sebanyak 22 orang. Metode analisis data untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi linear sederhana, yang diselesaikan dengan menngunakan metode kuadrat terkecil. Untuk hipotesis 2 dan 3 untuk menghitung tingkat optimasi dihitung dari elastisitas produksi. Tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM) dengan harga masing-masing input produksi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi nanas, baik pada usahatani sempit dan luas serta pada over-all.
2. Penggunaan tenaga kerja lebih besar daripada 1, yaitu 16,02 (secara over-all) menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal, maka harus dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja, agar produktivitasnya meningkat. 3. Tingkat optimasi pada strata II lebih besar daripada tingkat optimasi pada
RIWAYAT HIDUP
PEBRI YANTI NOOR HARAHAP, lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di
Sambosar Raya, sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara dari ayahanda Suflan
Harahap dan ibunda Nurani.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 124405 Pematang Siantar
tamat Tahun 1997.
2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta
YPHI Pematang Siantar tamat Tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Pematang
Siantar tamat Tahun 2003.
4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
5. Bulan Juni 2007-Juli 2007 melaksanakan PKL di Desa Pegagan Julu II
Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.
6. Bulan Mei 2007 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Purba Tua Baru
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan karunia yang dilimpahkan – Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani
dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.
Adapun skripsi ini berjudul “ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN
TENAGA KERJA PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN
SIMALUNGUN” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan
studi di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucpan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Kelin Tarigan, MS dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai komisi pembimbing
yang telah membina, membimbing dan mengarahkan serta memberikan
sumbangan pemikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Lily Fauzia, Msi sebagai ketua departemen SEP fakultas Pertanian
USU Medan.
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai sekretaris departemen SEP
Fakultas Pertanian USU Medan.
Ucapan terima kasih terbesar penulis persembahkan kepada Ayahanda
Suflan Harahap dan Ibunda Nurani tercinta atas kesabaran, doa, cinta dan kasih
sayangnya yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis, kakakku Irma Hairani
Harahap, adikku Reza Pahlevi Harhap dan Hassanal Hussein Harahap atas doanya
dan keluarga besar penulis yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian dan memberikan doa serta dukungan selama ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat terbaikku Desi,
Diah Ria dan Wina, serta rekan-rekan SEP 2003 dan pihak-pihak lain atas
bantuan, dukungan dan doanya selama ini yang telah membant penulis. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
RINGKASAN ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 5
Landasan Teori ... 7
Kerangka Pemikiran ... 11
Hipotesis Penelitian ... 14
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 15
Metode Penentuan Sampel ... 16
Metode Pengumpulan Data ... 17
Metode Analisis Data ... 17
Defenisi dan Batasan Operasional ... 20
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis ... 22
Penggunaan Lahan ... 22
Sarana dan Prasarana ... 23
Keadaan Penduduk ... 24
Karakteristik Petani Sampel Umur Petani ... 25
Pendidikan Petani ... 26
Pengalaman Bertani ... 27
Hasil Analisis
Penggunaan Tenaga Kerja di Daerah Penelitian ... 29
Produksi Usahatani Nanas ... 33
Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi ... 35
Tingkat Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Nanas ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44
Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di
Kabupaten Simalungun Tahun 2004 dan 2005 ... 2
2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas per Desa di Kecamatan Silimakuta Tahun 2005 ... 15
3. Populasi dan Sampel Petani yang Melakukan Usahatani Nanas di Desa Purba Tua Baru. ... 16
4. Penggunaan Lahan di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006……….23
5. Sarana dan Prasarana di Desa Purba Tua Baru ... 23
6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006 ... 24
7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Purba Tua Baru Tahun 2007 ... 24
8. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru ... 25
9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Purba Tua Baru... 26
10. Pengalaman Bertani Petani Sampel... 27
11. Tanggungan Keluarga Petani Sampel ... 28
12. Penggunaan Tenaga Kerja per Petani per Tahun ... 29
13. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun ... 30
14. Biaya Tenaga Kerja per Petani per Tahun ... 31
15. Komposisi Biaya Produksi per Petani per Tahun ... 32
16. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Petani per Tahun ... 33
17. Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan per Hektar per Tahun .. 34
19. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata I... 36
20. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata II ... 38
21. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata II ... 39
22. Hasil Perhitungan Regresi Linear Over-all ... 40
DAFTAR GAMBAR
Hal
1. Kurva Fungsi Produksi Linier dan Cobb-Douglas ... 10
2. Skema Kerangka Pemikiran... 13
3. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata I ... 35
4. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata II ... 38
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Nanas Di Desa
Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta ... 48
2. Luas Nanas, Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani
per Tahun ... 49
3. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menyiang dan Panen per Petani
per Tahun ... 50
4. Jumlah dan daya Tahan Cangkul dan Parang per tahun ... 51
5. Harga dan Biaya Penyusutan Cangkul dan Parang per Petani per Tahun..52
6. Populasi Nanas, Produksi 1 Minggu, 1 Bulan dan 1 Tahun ... 53
7. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan
Total Biaya per petani per Tahun ... 54
8. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Per Petani per Tahun ... 55
9. Penggunaan Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Hektar per Tahun 56
10. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan
Total Biaya per Hektar per Tahun ... 57
11. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih
dan Pendapatan Keluarga Per Hektar per Tahun ... 58
12. Total Produksi Nanas dan Penggunaan Tenaga Kerja Per petani
Pertahun ... 59
13. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani
pada Strata I ... 60
14. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani
pada Strata I ... 62
15. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada
16. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada Strata II ... 66
17. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada
Over-all... 68 18. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan adalah nanas. Buah
nanas matang pada umumnya dimakan segar, tetapi sebagian besar sudah
dikalengkan, dibuat selai, jeli dan sari buah. Buah nanas yang sudah matang tidak
tahan lama, 4 – 5 hari setelah panen sudah mulai membusuk. Buah nanas
mengandung air sebanyak 85 %, protein 0,4 %, gula 14 %, lemak 0,1 %, serat
0,5 %, serta banyak mengandung vitamin A dan B1 (Ashari, 1995).
Prospek pengembangan nanas cukup besar, terutama setelah Hawaii yang
selama ini dikenal sebagai produsen nanas kalengan mulai mengalihkan
perhatiannya ke industri pariwisata. Peluang ini mulai ditangkap oleh
negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ada dua varietas nanas yang
umumnya dibudidayakan di Indonesia yaitu cayenne untuk industri dan queen
untuk buah meja (Rahardi, 2004).
Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, makin baiknya pendapatan
masyarakat, makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari
buahan dan bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan
buah-buahan.
Peluang pasar potensial untuk nanas Indonesia antara lain Korea, Jepang
dan Eropa Timur. Meskipun peluang ekspor nanas cukup cerah, namun produksi
Di Propinsi Sumatera Utara, kabupaten Simalungun merupakan penghasil
buah nanas terbesar dengan produksinya 4.903.084 kuintal, kemudian disusul oleh
Tapanuli Utara dengan produksi 168.473 kuintal dan produktifitas nanas sebesar
0,68 kuintal/pohon (BPS, 2004).
Salah satu sentra produksi tanaman nanas di Sumatera Utara adalah
Kabupaten Simalungun. Perkembangan Luas panen, Produksi dan Produktivitas
Nanas di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Kabupaten Simalungun Tahun 2004 dan 2005.
No Kecamatan Tahun 2004 Tahun 2005 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun 2005
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Simalungun terjadi
sekitar 101,65 % dari total luas panen pada tahun 2004. dan terjadi peningkatan
produksi sebesar 25.201 ton atau sekitar 101,69 % dari total produksi pada tahun
2004 dengan peningkatan produktifitas sebesar 0,04 Ton/Ha atau sekitar 0,19 %.
Berdasarkan Tabel 1 di atas pada tahun 2005 Kecamatan Silimakuta
merupakan salah satu sentra produksi yang memiliki tingkat produktifitas
usahatani nanas yang ke dua setelah Kecamatan Dolok Silau yaitu sebesar 21,55
Ton/Ha dengan luas panen 616 Ha dan produksi sebesar 13.275 Ton.
Penggunaan tenaga kerja sangat mempengaruhi produktifitas usahatani.
Seluruh tahapan-tahapan pekerjaan pada usahatani memerlukan tenaga kerja,
seperti pengolahan tanah, pembibitan, pemupukan, pemberantasan hama dan
penyakit, pemeliharaan atau penyiangan, panen sampai kepada pasca panen.
Produktifitas tenaga kerja yang tinggi dapat mencerminkan penggunaan input
produksi yang efisien.
Pada usahatani nanas, terutama nanas yang sudah menghasilkan, input
produksi seperti bibit,pupuk, pestisida,dan obat-obatan bukan merupakan hal
yang penting dan kebanyakan petani di daerah penelitian ini tidak menggunakan
input produksi tersebut, jika nanas sudah menghasilkan. Sedangkan penggunaan
tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk penyiangan dan panen. Bagaimana tingkat
optimasi tenaga kerja ini belum diketahui, karena itulah diperlukan penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap produksi nanas di daerah
2. Bagaimana tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di daerah
penelitian?
3. Bagaimana perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara petani
yang berusahatani nanas skala sempit dengan yang berusahatani nanas skala
luas?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi usahatani nanas di
daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di
daerah penelitian.
3. Untuk menetahui perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara
uasahatani nanas skala sempit dengan usahatani nanas skala luas.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam upaya
peningkatan nilai optimasi penggunaan tenaga kerja pada usahatani nanas.
2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan mengenai tingkat optimasi tenaga
kerja di daerah penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Nanas (Ananas comosus ) adalah tanaman asli dari Amerika Latin. Masuk
ke Indonesia dibawa oleh bangsa Eropa pada abad XVII. Namun,
pengembangannya secara besar-besaran baru dimulai beberapa puluh tahun
terakhir (Rahardi, 2004).
Di dalam dunia tumbuhan, tanaman nanas diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Bromeliales
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus (L) Merr.
(Rukmana, 1996).
Daerah penyebaran nanas adalah antara 300 LU dan 300 LS dari
khatulistiwa. Di Indonesia tanaman nanas umumnya tumbuh baik di dataran
rendah yang suhunya antara 290 – 300C. curah hujan antara 1.000 – 3.000 mm per
tahun dan merata sepanjang tahun dengan pH tanah antara 5,5 – 6, akan tetapi,
tanaman nanas ini toleran terhadap pH yang rendah (tanah masam).
(Sunarjono, 2000).
Tanaman nanas merupakan rumput (tanaman buah berupa semak) yang
batangnya pendek sekali. Nanas merupakan tanaman monokotil dan bersifat
Berdasarkan pengalaman tanaman ini mulai dapat dipanen hasilnya setelah
berumur kira-kira 15-24 bulan. Perkiraan panen berdasarkan umur tanaman ini
tergantung pada asal bibit yang ditanam sebelumnya. Bibit yang berasal dari
anakan umumnya sudah bisa dipetik buahnya pada saat umur sekitar 15 bulan,
bibit yang berasal dari tunas batang umur panennya kira-kira 18 bulan, dan bibit
yang berasal dari mahkota buah umur panennya lebih lama yaitu 24 bulan
( Haryanto, E. dan B. Hendarto, 1996).
Penelitian tentang optimasi penggunaan tenaga kerja telah dilakukan oleh
beberapa peneliti pada komoditas lain seperti pada tanaman jagung, kubis dan
kakao. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2007) tingkat optimasi
jumlah tenaga kerja per petani pada usahatani jagung adalah lebih besar dari satu,
hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja per petani belum optimal.
Penelitian optimasi input produksi terutama tenaga kerja pada usahatani
kubis yang dilakukan oleh Hermawan (2007) menunjukkan penggunaan tenaga
kerja belum optimal dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap
produksi. Begitu juga pada hasil penelitian Fatimah (2005) menunjukkan
penggunaan tenaga kerja belum optimal dan penggunaan input produksi pada
usahatani skala luas lebih mendekati optimal daripada penggunaan input produksi
2.2 Landasan Teori
Istilah faktor produksi sering juga disebut korbanan produksi, karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produk. Dalam Bahasa
Inggris, faktor produksi ini disebut input. Untuk menghasilkan suatu produk,
maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk
(output). Hubungan antara input dan output disebut faktor relationship (FR).
Dalam rumus matematis FR ini ditulis dengan :
Y = f (X1,X2,…,Xi,…,Xn).
Keterangan :
Y = Produk atau variable yang dipengaruhi oleh faktor produksi X dan,
X = Faktor produksi atau variable yang mempengaruhi Y
(Soekartawi, 1994).
Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya
produksi meliputi (1) luas lahan yang dimiliki, (2) jenis benih yang digunakan, (3)
jumlah tenaga kerja yang digunakan, (4) banyaknya pupuk yang digunakan, (5)
banyaknya pestisida yang digunakan, (6) keadaan pengairan, (7) tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani atau tingkat teknologi, (8) tingkat kesuburan
tanah, (9) iklim atau musim, dan (10) modal yang tersedia (Tohir, 1983).
Menurut Theory of Scale, semakin besar skala usaha pertanian maka akan
semakin efisien usahatani tersebut. Pengukuran skala usahatani salah satunya
adalah penguasaan lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi. Sehingga
dalam teori ini, semakin sempit lahan usaha maka akan semakin kurang efisien
Luas pemilikan atau penguasaan lahan yang ditanami sangat berhubungan
dengan efisiensi usahatani dan juga usaha pertanian, penggunaan input seperti
pupuk, obat-obatan, bibit akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai dan
ditanami senakin besar, disamping itu penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien
karena sudah ada takaran dan perhitungan menurut teknologi yang dipakai, namun
sering juga ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi karena kurangnya
manajemen yang terarah (Soekartawi, 1993).
Produktifitas tenaga kerja yang tinggi akan menunjukkan penekanan input
produksi yang efisien bagi usahatani karena tingkat produksi yang tinggi akan
dicapai tenaga kerja. Efisiensi kerja dipengaruhi oleh luas areal, cara budidaya,
pendidikan, keterampilan dan pola konsumsi. Makin luas usahatani maka
pengelolaan kerja dapat diusahakan seoptimal mungkin (Daniel, 2002).
Menurut Tarigan, K. dan L. Sihombing (2007) dalam ekonomi produksi
terdapat dua efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.
a. Efisiensi teknis adalah suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu
mempunyai average product dalam keadaan maksimum.
b. Efisiensi ekonomis yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor
produksi.
Menurut Soekartawi (1993) pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi
diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi
kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM)
untuk suatu input sama dengan harga input tersebut, atau dapat dituliskan sebagai
Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu
ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran
data yang diperoleh pada diagram sebaran data tersebut. Sebaran data tersebut
menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila sebaran
data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier. Sebaliknya
apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi
non-linier (Soekartawi, 1994).
Menurut Soekartawi (2002) penyelesaian pengaruh antara Y dan X pada
fungsi produksi linier adalah dengan menggunakan analisis regresi linier
sederhana dan analisis regresi linier berganda. Secara matematik dapat ditulis
sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Untuk menghitung a dan b berdasarkan nilai observasi X dan Y, kita
menggunakan metode kuadrat terkecil, yairu metode untuk menghitung a dan b
sebagai perkiraan A dan B sedemikian rupa sehingga jumlah kesalahan kuadrat
memiliki nilai terkecil (Supranto, 1995).
Apabila sebaran data memenuhi hukum Law of Demenishing Returns
(LDR), maka dipakai fungsi produksi Cobb-Douglas. Pertambahan input, tidak
selamanya akan menyebabkan pertambahan output. Apabila sudah jenuh (setelah
melewati titik maksimum) maka pertambahan hasil akan semakin kecil. Dalam
hukum ekonomi kejadian ini disebut sebagai Law of Demenishing Returns
Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi linier dan fungsi produksi
Cobb-Douglas dapat di gambarkan sebagai berikut :
Y Linear Y Cobb-Douglas TFP
TFP
X X
Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Linier dan Cobb-Douglas
Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variable independen, yang menjelaskan Y. penyelesaian
hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi di mana variasi dari
Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. secara matematik, fungsi Cobb-Douglas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
u
Dimana : = variable yang dijelaskan
X1…X4 = variable yang menjelaskan
a = koefisien intercept
b1…b4 = koefisien regresi
e = logaritme natural, e = 2,178
Menurut Soekartawi (2002) keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari
fungsi atau koefisien merupakan elastisitas produksi (Ep). Elastisitas produksi
dilihat pada hubungan produk rata-rata (PR), produk marginal (PM) dan produk
total (PT) yang dapat digunakan secara langsung. Penjumlahan koefisien dapat
input-input produksi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan
fungsi produksi tersebut, yaitu :
1. Tidak ada nilai pengamatan 0
2. Tidak terdapat perbedaan teknologi pada setiap pengamatan
3. Tiap variable X berada dalam pasar persaingan sempurna
4. Variabel regresor adalah berada dalam faktor kesalahan u. Variable regresor
disebut juga variable bebas/variable penjelas yaitu variable yang
mempengaruhi nilai variable lain, contohnya perbedaan lokasi (iklim ).
Menurut Soekartawi (1994) ada alasan pokok mengapa fungsi produksi
Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti :
1. Penyelesaian fungsi ini relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.
Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer kedalam bentuk linear.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.
3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan besaran return to scale
2.3 Kerangka Pemikiran
Usahatani nanas merupakan salah satu usaha hortikultura buah-buahan
yang memiliki prospek yang cerah karena nanas merupakan salah satu buah yang
disukai oleh masyarakat dan dimakan segar, di Indonesia permintaan buah nanas
cenderung meningkat belakangan ini.
Agar usahatani nanas dapat berhasil dengan baik, maka dibutuhkan
beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani tersebut yang
Seorang petani dalam menjalankan usahataninya harus memikirkan suatu
cara agar ia dapat mengalokasikan tenaga kerjatersedia dengan sebaik dan
seefisien mungkin. Dengan tujuan untuk menghasilkan produksi yang optimal.
Optimalisasi tenaga kerja disini artinya adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh
petani untuk menemukan kombinasi tenaga kerja yang baik sehingga diperoleh
produksi yang maksimal sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja tersebut.
Penerimaan usahatani nanas akan meningkat apabila penggunaan tenaga
kerjanya sudah optimal. Penggunaan tenaga kerja yang optimal akan
menghasilkan produksi yang maksimal dan mengurangi biaya produksi sehingga
pendapatan petani akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi
dengan biaya total produksi.
Dalam usahatani nanas penggunaan tenaga kerja dalam jumlah tertentu
dihasilkan produksi nanas. Setelah produksi dikalikan dengan harga output maka
diperoleh penerimaan. Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi diperoleh
pendapatan bersih.
Tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja tercapai pada saat produk
marginal sama denga produk rata-rata, sehingga elastisitas produksi (EP) = 1.
Tingkat optimasi tenaga kerja maksimal apabila nilai produk marginal sama
dengan nilai input produksi. Apabila NPM lebih besar daripada Px maka
penambahan tenaga kerjamasih menguntungkan, sebaliknya apabila NPM lebih
kecil daripada Px maka penggunaan tenaga kerja perlu dikurangi.
Secara singkat optimalisasi tenaga kerja pada usahatani nanas dapat dilihat
Usahatani Nanas
Produksi
Harga Penerimaan
Output (Py)
Pendapatan Biaya Produksi Bersih
Nilai Produk Marginal (NPMx)
Tingkat Optimasi
Keterangan :
: Mempengaruhi
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani
Skala Sempit
Usahatani Skala Luas
Tenaga Kerja
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi nanas di
daerah penelitian.
2. Tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian > 1.
3. Tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian pada petani yang
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel
Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling, yaitu di Desa
Purba Tua Baru, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, dengan alasan
bahwa Desa Purba Tua Baru merupakan sentra produksi nanas di Kecamatan
Silimakuta (dapat dilihat pada Tabel 2).
Tabel 2 Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Nanas Per Desa di Kecamatan Silimakuta Tahun 2005
No Desa Luas
Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
1. Kel. Saribudolok 10 215 21,50
2. Purba Tua 90 1.940 21,56
3. Purba Tua Baru 450 9.698 21,55
4. Naga Saribu 25 539 21,56
5. Saribu Jandi 5 108 21,60
6. Siboras 20 431 21,55
7. Purba Sinombah 6 129 21,50
8. Sinar Baru 10 215 21,50
Total 616 13.275 21,54
Sumber : Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Silimakuta
Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa Desa Purba Tua Baru menduduki
peringkat teratas dalam produksi yaitu 9.698 Ton/Ha dengan luas panen 450 Ha
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam usahatani ini adalah petani yang melakukan usahatani
nanas. Menurut Wirartha (2006) untuk penelitian yang akan menggunakan
analisis data dengan statistik, ukuran sampel paling kecil 30. Oleh karena itu
penulis mengambil sampel 30 KK dari populasi 250 KK. Metode penentuan
sampel di Desa Purba Tua Baru dilakukan secara Proportinal Stratified Random
Sampling yaitu diambil sampel berdasarkan luas pertanaman nanas. Menurut
Soepono (1997) untuk mencari jumlah sampel pada tiap-tiap strata digunakan
rumus sebagai berikut :
xJs N
n Spl =
Keterangan :
Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap strata
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah sampel
Js = Jumlah populasi pada tiap strata
Tabel 3. Populasi dan Sampel Petani yang Melakukan Usahatani Nanas di Desa Purba Tua Baru.
No Strata Luas Lahan
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kueisioner). Data sekunder
diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten
Simalungun, Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Silimakuta dan Kantor
Kepala Desa Purba Tua Baru.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk Hipotesis 1, harus diketahui terlebih dahulu fungsi produksi yang
akan digunakan. Apabila model fungsi produksi adalah linier, digunakan fungsi
produksi regresi linier sederhana, dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX
Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan
Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Apabila model
fungsi produksi adalah non-linier, digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas,
dengan rumus sebagai berikut :
Y = aXb
Menurut Sudjana (2002) fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk
fungsi linear sederhana dengan cara mentransformasikan persamaan tersebut ke
dalam logaritma. Bentuk persamaan fungsi menjadi :
Keterangan :
Y = Produksi nanas (ton)
X1 = Penggunaan tenaga kerja (HKP)
a = Intercept
b = Koefisien regresi
Menurut Agustira (2004) untuk menguji apakah tenaga kerja berpengaruh
nyata terhadap produksi digunakan uji – t
H0 : b = 0
Apabila thitung > ttabel ; maka H0 ditolak, artinya tenaga kerja berpengaruh nyata
terhadap produksi.
Apabila thitung ≤ ttabel ; maka H0 diterima, artinya tenaga kerja tidak berpengaruh
nyata terhadap produksi.
Untuk hipotesis 2 dan 3 yaitu perhitungan penentuan tingkat optimasi
tenaga kerja yang digunakan pada usahatani nanas menurut Agustira (2004)
dihitung dari elastisitas produksi (bi) yaitu :
y
Produk marginal (dy/dxi). Adapun y dan x diambil berdasarkan jumlah
rata-ratanya. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas, diperoleh
faktor produksi usahatani nanas dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM)
dengan harga masing-masing input produksi. Produk marginal = dy/dx, sedangkan
Produk rata-rata = y/x. dari rumus tersebut dapat dicari nilai Produk Marginal,
yaitu : PM = bi.PR = bi.y/x
Menurut Soekartawi (2002) NPM adalah perkalian antara produk marginal
dengan harga persatuan. Dengan melihat harga input produksi maka diperoleh
tingkat optimasi masing-masing input produksi
i
maka penggunaan input produksi tersebut sudah optimal
* Jika <1
i i
Px NPMx
maka penggunaan input produksi sudah melebihi optimal dan
harus dikurangi
maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalah-pahaman dalam penelitian
ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
1. Usahatani nanas adalah usahatani yang mengusahakan tanaman nanas dilahan
kebun.
2. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengolah usahatani nanas pada
sebidang tanah atau lahan.
3. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi
yaitu luas lahan, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan untuk memperoleh
output yang diinginkan.
4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung.
5. Optimasi adalah penggunaan input produksi (dalam hal ini tenaga kerja)
dengan kombinasi tertentu sehingga menekankan atau menurunkan biaya
produksi dan memaksimumkan pendapatan.
6. Produktifitas dalam usahatani nanas adalah hasil bagi produksi total usahatani
nanas dengan luas lahan usahatani nanas dengan satuan ton/hektar.
7. Nilai produk marginal adalah perkalian antara produk marginal (PM) dengan
harga produk persatuan.
8. Produk marginal adalah pertambahan satu satuan input untuk menghasilkan
9. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dengan harga jual dari produksi
tersebut.
10. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total
biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani.
11. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan fisik dan otak manusia yang tidak
dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan kepada usaha produksi.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Tempat penelitian adalah Desa Purba Tua Baru, Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera utara.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2007
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Purba Tua Baru terletak di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten
Simalungun. Desa Purba Tua Baru memiliki luas wilayah 670 Ha dan terletak
pada ketinggian 1400 m dpl. Suhu udara minimum 22-24 0 C dan maksimum
26-28 0C. Jarak dari ibukota kabupaten (Pematang Siantar) adalah 64 Km, jarak dari
ibukota provinsi (Medan) adalah 90 Km dan jarak dari ibukota kecamatan
(Saribudolok) adalah 10 Km.
Secara administrative, Desa Purba Tua Baru mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Purba Sinumbah
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Purba Tua
- Sebelah Barat berbatasan dengan Dolok Silau
- Sebelah Timur berbatasan dengan Parmonangan
4.1.2 Penggunaan Lahan
Luas wilayah Desa Purba Tua Baru menurut jenis penggunaan lahan
dibagi menjadi areal bangunan (pemukiman, sarana ibadah, sarana pendidikan),
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006
No Uraian Luas (Ha) Luas (%)
1 Lahan Sawah 185 27,61
2 Ladang 450 67,16
3 Bangunan / Pekarangan 35 5,23
Jumlah 670 100
Sumber : Potensi Desa Purba Tua Baru 2007
Dari Tabel 4 diketahui bahwa di Desa Purba Tua Baru penggunaan tanah
untuk lahan pertanian yaitu 635 ha dan lahan bukan pertanian 35 Ha.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Desa Purba Tua Baru sudah cukup memadai. Hal
ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti posyandu, sekolah dasar dan saran
ibadah sudah tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Purba Tua Baru
No Uraian Jumlah
1 SD Negeri 2 Buah
2 Gereja 2 Buah
3 Posyandu 2 unit
4 Tenaga Medis 2 Orang
5 Jalan
- Aspal - Diperkeras - Tanah
7 Km 5 Km 1 Km Sumber : Potensi desa Purba Tua Baru 2007
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Purba
Tua Baru sudah cukup memadai menurut penduduk desa. Walaupun sarana
pendidikan yang ada hanya 2 buah SD negeri, penduduk dapat melanjutkan
penduduk karena jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah di tempuh dan didukung
oleh jalan dan sarana transportasi yang memadai.
4.1.4 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data dari potensi desa tahun 2007, Desa Purba Tua Baru
berpenduduk 2750 jiwa dengan 550 kepala keluarga. Untuk distribusi penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006
No Kelompok Umur
Sumber : Potensi Desa Purba Tua Baru tahun 2007
Dari Tabel 6 diketahui bahwa penduduk Desa Purba Tua Baru Usia 26 –
50 tahun (kelompok usia produktif) memiliki jumlah yang paling banyak yaitu
1300 jiwa. Penduduk usia 50 tahun keatas berjumlah 180 jiwa dari jumlah
keseluruhan penduduk Purba Tua Baru.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Purba Tua Baru Tahun 2007
No Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk (KK)
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebanyak 88,18 % penduduk Desa
Purba Tua Baru bekerja pada sektor pertanian, 2,73 % sebagai PNS atau ABRI
dan 9,09 % bekerja pada sektor lainnya.
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani,
pendidikan petani, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.
4.2.1 Umur Petani
Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan kemampuan petani dalam mengubah usahataninya. Semakin tua umur
petani kemampuan kerja cenderung menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi
produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Keadaan umur petani rata-rata di
daerah penelitian adalah 41,37 tahun dengan interval anatara 24 – 75 tahun.
Adapun keadaan umur petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat
pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru
No Kelompok Umur
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)
Dari Tabel 8 dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada
terkecil pada kelompok umur 60 – 68 tahun dan 69 – 77 tahun dengan jumlah
masing-masing 2 orang atau 6,67 %.
4.2.2 Pendidikan Petani
Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani
dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi
penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi
membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru yang diperoleh
dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan
produksi pada usahataninya tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sample
yang ada di Desa Purba Tua Baru bervariasi dari tingkat SD, SLTP, SMU dan
Sarjana. Dari petani sample yang ada di Desa Purba Tua Baru ini kebanyakan
berasal dari tingkat pendidikan SMU.
Berikut Tabel 9 yaitu tingkat pendidikan petani sampel di daerah
penelitian.
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Purba Tua Baru
NO. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
Jumlah (%)
1 SD 8 26,67
2 SLTP 8 26,67
3 SMU 13 43,33
4 Sarjana 1 3,33
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel
pada tingkat SMU sebesar 13 orang atau 43,33 % sedangkan yang terkecil berada
pada tingkat sarjana yaitu sebesar 1 orang atau 3,33 %.
4.2.3 Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi suatu usahatani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka
semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman bertani
sample adalah sebesar 17,6 tahun dengan interval antara 4 – 50 tahun. Berikut
pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian.
Tabel 10. Pengalaman Bertani Petani Sampel
No. Pengalaman Bertani (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Jumlah (%)
1 0 – 10 10 33,33
2 11 – 20 13 43,33
3 21 – 30 2 6,67
4 31 – 40 2 6,67
5 41 – 50 3 10
Jumlah 30 100
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai
pengalaman bertani terbesar ialah pada kelompok 11 – 20 tahun sebesar 13 orang
atau sebesar 43,33 % dari jumlah keseluruhan petani sample yang berada di
daerah penelitian. Sedangkan untuk pengalaman bertani yang terkecil berada pada
4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga pada petani sample rata-rata 2,37 orang,
interval 1 – 7 orang. Berikut Tabel11 jumlah tanggungan keluarga petani.
Tabel 11. Tanggungan Keluarga Petani Sampel
NO. Kelompok Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah (Jiwa)
Jumlah (%)
1 0 – 2 9 40,74
2 3 – 5 15 55,56
3 ≥ 6 1 3,70
Jumlah 27 100
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)
Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga terbesar ada
pada kelompok 3 – 5 sebesar 15 orang atau 55,56 % dan yang terkecil pada
4.3 Hasil Analisis
4.3.1 Penggunaan Tenaga Kerja di Daerah Penelitian
Petani nanas di daerah penelitian merupakan penggarap pemilik, yaitu
mengolah sendiri usahataninya mulai dari penyiapan lahan, penanaman,
pemupukan, penyiangan, panen sampai penjualan. Petani membeli bahan dan alat
pertanian mereka di kios pasar Saribudolok. Untuk pembelian bahan dan alat ini
petani tidak mengalami kesulitan.
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani untuk mengelola usahataninya
berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diambil
dari penduduk setempat dengan upah Rp. 25.000 per hari.
Besarnya penggunaan tenaga kerja dalam menelola usahatani nanas di
daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penggunaan Tenaga Kerja per Petani per Tahun
Keterangan Menyiang Panen Total
HKP
TKDK TKLK TKDK TKLK
Strata I 15,25 9,88 39,00 9,00 73,13
Strata II 28,09 51,09 60,00 21,82 161
Over All 24,67 40,10 54,40 18,40 137,57
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 2)
Rata-rata penggunaan tenaga kerja menyiang jumlah TKDK pada strata I
lebih besar daripada jumlah TKLK, namun pada strata II jumlah penggunaan
II) jumlah TKDK lebih kecil daripada jumlah TKLK. Jumlah rata-rata per petani
pada pekerjaan menyiang adalah 64,77 HKP per tahun.
Pada pekerjaan panen penggunaan tenaga kerja TKDK pada strata I, strata
II dan over-all lebih besar daripada jumlah TKLK. Pada panen nanas ini petani
lebih mengutamakan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.
Bila ditotal jumlah HKP pekerjaan menyiang dan panen maka nampak
bahwa jumlah penggunaan tenaga kerja adalah 137,5 HKP yang terdiri dari 79,07
HKP TKDK dan 58,50 HKP TKLK. Dapat dilihat bahwa penggunaan TKDK
lebih diutamakan pada usahatani nanas sempit (strata-I). Dapat dilihat pada
Lampiran 2, bahwa terdapat 6 petani yang sama sekali tidak memakai TKLK pada
pekerjaan menyiangi. Pada pekerjaan panen nanas hanya 9 petani dari 30 petani
yang memakai TKLK.
Bila jumlah pemakaian tenaga kerja ini dihitung per hektarnya dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun
Keterangan Menyiang Panen Total HKP
TKDK TKLK TKDK TKLK
Strata I 30,98 1.59 77 22,5 132,07
Strata II 18,67 2,93 41,09 8,73 71,42
Over All 21,95 2,57 50,67 12,40 87,59
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 10)
Penggunaan tenaga kerja per hektar per tahun pada pekerjaan menyiang,
jumlah TKDK pada strata I lebih besar daripada jumlah TKLK. Pada strata II dan
over-all jumlah TKDK lebih besar daripada jumlah TKLK. Rata-rata tenaga kerja
Pada pekerjaan panen per hektar rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah
63,07 HKP. Pada strata I, strata II dan over-all pada pekerjaan panen ini jumlah
pemakaian TKDK lebih besar daripada TKLK.
Total HKP per hektar pada pekerjaan menyiang dan panen adalah 87,59
HKP, yang terdiri dari TKDK adalah 72,62 HKP dan TKLK adalah 14,97 HKP.
Kalau dikonversi ke per hektar dapat dilihat bahwa pada strata I penggunaan
TKDK jauh lebih besar daripada TKDK pada strata II. Dapat dikatakan pada
lahan sempit usahatani nanas itu lebih bersifat labor intensive daripada di lahan
luas.
Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja per Petani per Tahun
Keterangan Menyiang Panen Total
Rp 1000
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 3)
Biaya rata-rata tenaga kerja untuk menyiang pada over-all adalah
Rp.1.619.170 dalam setahun, biaya ini terdiri dari upah TKDK sebesar 38% dan
upah TKLK sebesar 62%. Pada strata I biaya tenaga kerja ini adalah Rp.628.130
per petani yang terdiri dari upah TKDK adalah 61 % dan upah TKLK adalah 39
%. Biaya tenaga kerja pada strata II adalah Rp.1.979.540 yang terdiri dari upah
TKDK adalah 35 % dan upah TKLK adalah 65 %.
Biaya rata-rata tenaga kerja untuk panen pada over-all adalah
Rp.1.820.000 dalam setahun, biaya ini terdiri dari upah TKDK sebesar 75% dan
upah TKLK sebesar 25%. Pada strata I biaya tenaga kerja ini adalah Rp.1.200.000
Biaya tenaga kerja pada strata II adalah Rp.2.045.500 yang terdiri dari upah
TKDK adalah 73% dan upah TKLK adalah 27%.
Selain biaya tenaga kerja maka pada usahatani nanas masih terdapat biaya
penyusutan alat, biaya pajak dan biaya transportasi. Biaya penyusutan adalah
penyusutan dari parang dan cangkol. Jumlah cangkol dan parang setiap petani
sampel terdapat pada Lampiran 4. Rata-rata setiap petani nanas memiliki 3 buah
cangkol dan 2 buah parang rata-rata biaya penyusutannya adalah Rp.14.530 dalam
setahun.
Biaya pajak rata-rata over-all adalah Rp.33.820 per tahun, biaya
transportasi buah nanas rata-rata over-all adalah Rp.2.232.000 per tahun. Besarnya
setiap biaya ini untuk setiap petani sampel tercantum pada Lampiran 8. Dari
Lampiran tersebut dapat digambarkan komposisi biaya produksi sebagai berikut.
Tabel 15. Komposisi Biaya Produksi per Petani per Tahun
Kompo-Sumber : Analisis data primer (Lampiran 8)
Dapat dilihat bahwa komponen biaya produksi pada setiap strata yang
terbesar adalah biaya tenaga kerja. Pada over-all biaya rata-rata per petani per
tahun adalah Rp.5.719.520, dengan komponen biaya tenaga kerja sebesar 60,13%.
transportasi buah nanas, yakni rata-rata over-all mencapai 39,02% per tahun.
Besarnya biaya penyusutan dan pajak masing-masing dibawah 1% dari biaya
total.
4.3.2 Produksi Usahatani Nanas
Dalam usahatani nanas dikenal istilah rumpun. Pada saat mula-mula nanas
ditanam petani maka hanya satu batang tanaman dalam satu rumpun, sehingga
dalam satu rumpun itu hanya terdapat satu buah nanas. Lama kelamaan tumbuh
tunas dan dari tunas itu bakal ada buah nanas, dan dalam satu rumpun bisa
terdapat beberapa buah nanas. Jumlah rumpun setiap petani sampel terdapat pada
Lampiran 6. Rata-rata jumlah rumpun nanas per petani adalah 8.671 rumpun pada
over-all sampling, sebanyak 10.582 rumpun pada strata II dan 3.417 rumpun pada
strata I. Makin lama makin banyak tumbuh tunas dalam setiap rumpun, sehingga
makin banyak produksinya atau buahnya dalam satu rumpun.
Petani memanen buah nanas satu kali dalam setiap minggu. Jumlah buah
nanas (sebagai produksi) dalam setahun per petani terdapat pada Lampiran 6.
Jumlah produksi dikalikan harga jual adalah penerimaan. Selama dalam satu tahun
terakhir ini harga buah nanas rata-rata Rp.1.000 per buah. Penerimaan dikurangi
dengan biaya total adalah pendapatan bersih petani. Pendapatan bersih ditambah
dengan biaya TKDK adalah pendapatan keluarga petani. Jumlah produksi,
Tabel 16. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Petani per Tahun
Strata Produksi
(Buah)
Strata I 12030,00 12030,00 9216,14 10572,39
Strata II 50574,55 50574,55 43798,46 46000,73
Over-All 40296,00 40296,00 34576,51 36553,17
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 9)
Produksi buah nanas rata-rata per petani per tahun adalah 12.030 buah
pada strata I, sebanyak 50.574 buah pada strata II dan 40.296 buah secara over-all.
Dengan harga jual rata-rata adalah Rp.1.000 per buah maka penerimaan over-all
adalah Rp.40, 3 juta per tahun per petani secara over-all.
Pendapatan bersih per petani per tahun adalah Rp.9.216.140 pada strata I,
pada strata II adalah Rp. 43.798.460 dan secara over-all adalah Rp. 34.576.510.
Pendapatan keluarga rata-rata setahun pada strata I adalah Rp.10.572.390, pada
strata II adalah Rp.46.000.730 dan secara over-all adalah Rp.36.553.170. Dapat
dilihat bahwa tambahan pendapatan di strata I lebih besar dari pada pendapatan di
strata II.
Bila dihitung produksi, penerimaan dan pendapatan petani sampel per
hektar maka dapat dilihat untuk setiap petaninya pada Lampiran 12. Rata-rata
produksi, penerimaan, biaya produksi, pendapatan bersih dan pendapatan keluarga
per hektar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 17. Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan per Hektar per Tahun
Strata Produksi Nanas
Strata I 23035 23035 5700,047 17334,953 20034,432
Strata II 31024,6 31024,6 4187,058 26837,547 28331,478
Sumber : Analisis data primer (Lampiran 12)
Dari perhitungan per hektar dapat diketahui bahwa jumlah produksi buah
nanas rata-rata per hektar per tahun adalah 23.035 buah pada strata I, sebanyak
31.024,6 buah pada strata II dan 28.894,04 buah secara over-all.
Pendapatan bersih per hektar per tahun adalah Rp.17.334.953 pada strata I,
pada strata II adalah Rp. 26.837.547dan secara over-all adalah Rp. 24.303.522.
Pendapatan keluarga rata-rata setahun pada strata I adalah Rp.20.034.432 pada
strata II adalah Rp.28.331.478 dan secara over-all adalah Rp.26.118.993. Dapat
dilihat bahwa tambahan pendapatan keluarga per hektar pada strata II lebih kecil
dari pada pendapatan per hektar di strata I. Disini juga nampak bahwa pada areal
yang sempit porsi biaya TKDK lebih berperan daripada areal yang lebih luas
dapat dilihat pada Lampiran.3.
4.3.3 Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi
Pengaruh tenaga kerja terhadap jumlah produksi nanas dianalisis melalui
regresi. Untuk mengetahui model regresi yang digunakan maka digambarkan
terlebih dahulu grafik antara tenaga kerja dengan produksi. Grafik ini dimulai
pada strata I, lalu strata II dan akhirnya over-all.
Pada strata I terdapat n = 8, setelah diurutkan (data sort) tenaga kerja dari
yang terkecil ke yang terbesar dengan pasangannya (jumlah produksi) maka dapat
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
Gambar 3. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata I.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa sebaran data X,Y (tenaga kerja dengan
produksi nanas) berhubungan secara linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga
kerja (variabel X, dependen variabel) diregresikan dengan data jumlah produksi
nanas (variabel Y, independen variabel). Model regresi pertama adalah yang
linear sederhana dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata I
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept -34675,56
X (Tenaga Kerja) 638,71 4,814 **
R. Square = 0,794 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1%) = 3,14
Sumber : analisis data primer (lampiran 13)
Dari hasil perhitungan regresi diperoleh persamaan regresi :
Y = -34675,56 + 638,71X
Model regresi ke dua adalah regresi non linear. Semua data X dan Y
Logaritma Y. Perhitungan hasil regresi adalah seperti pada Tabel 19. Dari Tabel
regresi non linear diperoleh persamaan regresi adalah:
Y = -2,144X3,326
Tabel 19. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata I
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept -2,144
X (Tenaga Kerja) 3,326 4,160 **
R. Square = 0,743 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 3,14
Sumber : analisis data primer (lampiran 14)
Dapat dilihat dari dua persamaan regresi di atas bahwa nilai R2 dan th pada linear
lebih besar daripada non-linear. Oleh karena itu regresi penduga yang dipakai
adalah:
Y = -34675,56 + 638,71X
Persamaan regresi ini berlaku pada saat X ≥ 55
Nilai t tabel df = 6, dengan
α
= 1% adalah 3,14. Oleh karena th = 4,814 > tt = 3,14maka dapat dinyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata pada α= 1%
terhadap produksi nanas. Juga pada regresi non linear pengaruh X itu nyata
terhadap Y.
Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,794, menunjukkan
bahwa 79,4 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas
sedangkan sisanya 20,6 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk
Pada strata II terdapat n = 22, setelah diurutkan (data sort) tenaga kerja
dari yang terkecil ke yang terbesar dengan pasangannya (jumlah produksi) maka
dapat dilihat grafiknya pada Gambar 4.
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
1.00 .75
.50 .25
0.00
P
roduksi
N
anas
(B
uah)
1.00
.75
.50
.25
0.00
Gambar 4. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata II.
Pada Gambar 4, grafik dari strata II di atas dapat dilihat bahwa sebaran
data X,Y (tenaga kerja dengan produksi nanas) dapat diduga berhubungan secara
linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga kerja (variabel X) diregresikan
dengan data jumlah produksi nanas (variabel Y). Model regresi pertama adalah
regresi linear sederhana, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata II
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept -819,87
R. Square = 0,578 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,53
Sumber : analisis data primer (Lampiran 15)
Dari hasil perhitungan maka diperoleh regresi linear :
Y = -819,87 + 319,22X
Bila dengan regresi non-linear maka hasil perhitungan regresi pada strata
II adalah sebagai berikut:
Tabel 21. Hasil Perhitungan Regresi Non-Linear Strata II
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept 2,688
X (Tenaga Kerja) 0,897 4,185 **
R. Square = 0,467 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,53
Sumber : analisis data primer (Lampiran 16)
Dari hasil perhitungan maka diperoleh regresi non-linear :
Y = 2,688X0,897
Dapat dilihat dari dua persamaan regresi pada strata II di atas bahwa nilai R2 dan
th pada regresi linear sederhana lebih besar daripada non-linear. Oleh karena itu
regresi penduga yang dipakai adalah pada strata II adalah:
Y = -819,87 + 319,22X
Persamaan regresi ini berlaku pada saat X ≥ 3.
Nilai t tabel df = 20, dengan
α
= 1% adalah 2,53. Oleh karena th = 5,259 > tt = 2,53terhadap produksi nanas pada strata II. Juga pada regresi non linear pengaruh X
itu nyata terhadap Y.
Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,578, menunjukkan
bahwa 57,8 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas
sedangkan sisanya 42,2 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam model ini.
Pada Gambar 5 grafik over-all, dari sebaran data X,Y maka dapat diduga
berhubungan secara linear atau non-linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga
kerja (variabel X) diregresikan dengan data jumlah produksi nanas (variabel Y),
dengan model regresi linear sederhana. Hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut.
Tabel 22. Hasil Perhitungan Regresi Linear Over-All
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept -7518,71
X (Tenaga Kerja) 347,57 7,521 **
R. Square = 0,669 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,467
Sumber : analisis data primer (Lampiran 17)
Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi :
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
Gambar 5. Grafik Tenaga Kerja Dengan Jumlah Produksi pada Over-all
Dari hasil perhitungan regresi linear pada Tabel 22 dapat dituliskan
persamaan regresi over-all sebagai berikut:
Y = -7518,71 + 347,57X
Bila dianggap hubungan X,Y pada over-all adalah non-linear maka diperoleh hasil
perhitungan regresinya pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Perhitungan Regresi Non-Linear Over-All
Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi
Intercept 1.626
X (Tenaga Kerja) 1,367 7,88 **
R. Square = 0,689 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,47
Sumber : analisis data primer (Lampiran 18)
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
Dari persamaan regresi linear dan non linear over-all di atas dapat dilihat bahwa
nilai R2 dan th pada non linear adalah lebih besar atau lebih tinggi, karena itu
regresi penduga pada over-all dianggap lebih cocok regresi non-linear. Nilai th =
7.521 dan Nilai tabel df = 28, dan α = 1% adalah 2,47, karena itu variabel X
berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,689, menunjukkan
bahwa 68,9 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas
sedangkan sisanya 31.1 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam model ini.
Dari persamaan regresi strata I, strata II dan over-all dapat dilihat variabel
tenaga kerja berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah produksi nanas,
baik pada regresi linear maupun pada regresi non linear. Dengan demikian
Hipotesis I dalam penelitian ini dapat diterima.
4.3.4 Tingkat Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Nanas
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan tenaga kerja per petani pertahun
pada usahatani nanas, digunakan pengujian dengan analisis regresi. Dalam analisis
regresi yang menjadi variabel bebas adalah tenaga kerja (X) dan yang menjadi
variabel tidak bebas adalah produksi nanas (Y).
Selanjutnya dapat dihitung tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja pada
usahatani nanas dengan rumus:
TO = VMP/Px
Nilai MP pada regresi over-all dapat dihitung melalui fungsi Cobb-Douglas yang
telah dihasilkan. Dari fungsi Y = 45,25X1,367
Elastisitas Produksi (Ep) = 1,367.
AP = X Y
∑∑ , atau jumlah produksi setahun per petani dibagi dengan jumlah tenaga
kerja setahun per petani
AP = (1.208.880 buah)/(4.127 HKP) = 292,92 buah/HKP.
MP = AP x EP = 292,92 x 1,367 = 400,4216.
VMP = 400,4216 x Rp.1.000 = Rp.400.421,6.
Tingkat optimasi = (Rp.400.421,6)/Rp.25.000 = 16,02.
Tingkat optimasi jumlah tenaga kerja secara keseluruhan pada usahatani
nanas adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar 16,02. hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan tenaga kerja per petani secara keseluruhan belum optimal,
oleh karena itu perlu dilakukan penambahan penggunaan tenaga kerja agar
hasilnya dapat optimal. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2
yang menyatakan tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian > 1 dapat
diterima.
Telah disebutkan bahwa persamaan regresi atau fungsi produksi pada
strata I dan strata II adalah linear. Dengan demikian nilai marginal produknya
(MP) adalah koefisien dari regresi masing-masing strata.
Pada strata I, fungsi produksinya Y = -34675,56 + 638,71X
Pada strata II, fungsi produksinya Y = -819,87 + 319,22X
Pada strata I MP = 638,71
Pada strata II MP = 319,22
VMP = 319,22 x Rp.1.000 = 319.220.
Tingkat optimasi = (319.220)/25.000 = 12,77.
Tingkat optimasi pada strata I dan strata II adalah lebih besar dari 1, hal ini
menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal. Untuk mengoptimalkan
penggunaan tenaga kerja ini maka masih butuh penambahan tenaga kerja, bila
harga input dan output adalah tetap. Tingkat optimasi strata II lebih tinggi
daripada tingkat optimasi strata I, dengan demikian hipotesis ke 3 dalam
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, antara lain:
4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi nanas,
baik pada usahatani sempit dan luas serta pada over-all.
5. Penggunaan tenaga kerja lebih besar daripada 1, yaitu 16,02 (secara
over-all) menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal, maka harus
dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja, agar produktivitasnya meningkat.
6. Tingkat optimasi pada strata II lebih besar daripada tingkat optimasi pada
strata I, yaitu 12,77 dan 22,5. Hal ini menunjukkan penggunaan tenaga kerja
pada strata II lebih optimal daripada strata I. Maka untuk mengoptimalkan
penggunaan tenaga kerja pada strata I perlu dilakukan penambahan jumlah
tenaga kerja.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Petani
Diharapkan Petani perlu melakukan penambahan penggunaan tenaga kerja
untuk memperoleh hasil yang optimal
2. Bagi Pemerintah
Diharapkan agar pemerintah dapat mengaktifkan kembali pabrik pengalengan
3. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan pada usahatani nanas yang
DAFTAR PUSTAKA
Agustira, M.A., 2004. Analisis Optimasi Penggunaan Input produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ashari, S., 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.
BPS, 2004. Statistik Tanaman Buah-Buahan 2004. BPS, Jakarta.
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Fatimah, F., 2005. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Kakao Rakyat Di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Haryanto, E. dan B. Hendarto, 1996. Nanas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hermawan, F., 2007. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Kubis. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rahardi, F., 2004. Mengurai Benang Kusut Agribisnis Buah Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R., 1996. Nenas : Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.
Soekartawi, 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 1994. Teori Ekonomi Produksi ; Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soepono, B., 1997. Statistik Terapan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sunarjono, H., 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarigan, K., dan L. Sihombing, 2007.Ekonomi Produksi Pertanian. USU – Press, Medan.
Tohir, K.A., 1983. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia . Rineka Cipta, Jakarta.
Lampiran 1.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Nanas Di Desa Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta
Lampiran 2. Luas Nanas, Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani per
Lampiran 3. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani Per Tahun
Strata No.
Sampel
Menyiangi Panen
Lampiran 6. Populasi Nanas, Produksi 1 Minggu. 1 Bulan, dan 1 Tahun
Produksi 1 Minggu 1 kali panen
Produksi 1 Bulan 4 kali panen
Produksi 1 Tahun
Lampiran 7. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, T.Kerja dan Total Biaya Per Petani
S.DevOA 5,18 19,25 2524,11 2016,75 3912,28
Lampiran 8. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Per Petani
50574,55 1,00 50574,55 6776,09 43798,46 46000,73
S.Dev II 34602,11 0,00 34602,11 4074,55 31207,08 31302,62
Rerata OA
40296,00 1,00 40296,00 5719,49 34576,51 36553,17
OA
Lampiran 10. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan Total Biaya Per Hektar per Tahun