• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Nanas Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Nanas Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

PEBRI YANTI NOOR HRP

030304052

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA

PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN

(Studi Kasus : Desa Purba Tua Baru, Kec. Silimakuta, Kab. Simalungun)

SKRIPSI

OLEH :

PEBRI YANTI NOOR HRP 030304052

SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2007

)

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RINGKASAN

PEBRI YANTI NOOR HARAHAP (030304052/SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ‘ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN SIMALUNGUN” dengan mengambil studi kasus di Desa Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara yang dilakukan pada tahun 2007.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi uasahatani nanas, tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas, dan perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara usahatani nanas skala sempit dan skala luas.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dengan besar sampel adalah 30 yang dilakukan secara Propotional Stratified Random Sampling, berdasarkan strata luas lahan yaitu strata I dengan luas lahan < 1 Ha sebanyak 8 orang dan strata II dengan luas lahan ≥ 1 Ha sebanyak 22 orang. Metode analisis data untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi linear sederhana, yang diselesaikan dengan menngunakan metode kuadrat terkecil. Untuk hipotesis 2 dan 3 untuk menghitung tingkat optimasi dihitung dari elastisitas produksi. Tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM) dengan harga masing-masing input produksi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi nanas, baik pada usahatani sempit dan luas serta pada over-all.

2. Penggunaan tenaga kerja lebih besar daripada 1, yaitu 16,02 (secara over-all) menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal, maka harus dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja, agar produktivitasnya meningkat. 3. Tingkat optimasi pada strata II lebih besar daripada tingkat optimasi pada

(4)

RIWAYAT HIDUP

PEBRI YANTI NOOR HARAHAP, lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di

Sambosar Raya, sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara dari ayahanda Suflan

Harahap dan ibunda Nurani.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 124405 Pematang Siantar

tamat Tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta

YPHI Pematang Siantar tamat Tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Pematang

Siantar tamat Tahun 2003.

4. Tahun 2003 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni 2007-Juli 2007 melaksanakan PKL di Desa Pegagan Julu II

Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

6. Bulan Mei 2007 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Purba Tua Baru

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan karunia yang dilimpahkan – Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani

dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

Adapun skripsi ini berjudul “ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN

TENAGA KERJA PADA USAHATANI NANAS DI KABUPATEN

SIMALUNGUN” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

studi di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucpan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir.

Kelin Tarigan, MS dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai komisi pembimbing

yang telah membina, membimbing dan mengarahkan serta memberikan

sumbangan pemikirannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada

kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, Msi sebagai ketua departemen SEP fakultas Pertanian

USU Medan.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai sekretaris departemen SEP

Fakultas Pertanian USU Medan.

(6)

Ucapan terima kasih terbesar penulis persembahkan kepada Ayahanda

Suflan Harahap dan Ibunda Nurani tercinta atas kesabaran, doa, cinta dan kasih

sayangnya yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis, kakakku Irma Hairani

Harahap, adikku Reza Pahlevi Harhap dan Hassanal Hussein Harahap atas doanya

dan keluarga besar penulis yang telah membantu penulis selama melakukan

penelitian dan memberikan doa serta dukungan selama ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat terbaikku Desi,

Diah Ria dan Wina, serta rekan-rekan SEP 2003 dan pihak-pihak lain atas

bantuan, dukungan dan doanya selama ini yang telah membant penulis. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ... 5

Landasan Teori ... 7

Kerangka Pemikiran ... 11

Hipotesis Penelitian ... 14

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian... 15

Metode Penentuan Sampel ... 16

Metode Pengumpulan Data ... 17

Metode Analisis Data ... 17

Defenisi dan Batasan Operasional ... 20

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Letak Geografis ... 22

Penggunaan Lahan ... 22

Sarana dan Prasarana ... 23

Keadaan Penduduk ... 24

Karakteristik Petani Sampel Umur Petani ... 25

Pendidikan Petani ... 26

Pengalaman Bertani ... 27

(8)

Hasil Analisis

Penggunaan Tenaga Kerja di Daerah Penelitian ... 29

Produksi Usahatani Nanas ... 33

Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi ... 35

Tingkat Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Nanas ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di

Kabupaten Simalungun Tahun 2004 dan 2005 ... 2

2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas per Desa di Kecamatan Silimakuta Tahun 2005 ... 15

3. Populasi dan Sampel Petani yang Melakukan Usahatani Nanas di Desa Purba Tua Baru. ... 16

4. Penggunaan Lahan di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006……….23

5. Sarana dan Prasarana di Desa Purba Tua Baru ... 23

6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006 ... 24

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Purba Tua Baru Tahun 2007 ... 24

8. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru ... 25

9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Purba Tua Baru... 26

10. Pengalaman Bertani Petani Sampel... 27

11. Tanggungan Keluarga Petani Sampel ... 28

12. Penggunaan Tenaga Kerja per Petani per Tahun ... 29

13. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun ... 30

14. Biaya Tenaga Kerja per Petani per Tahun ... 31

15. Komposisi Biaya Produksi per Petani per Tahun ... 32

16. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Petani per Tahun ... 33

17. Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan per Hektar per Tahun .. 34

(10)

19. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata I... 36

20. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata II ... 38

21. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata II ... 39

22. Hasil Perhitungan Regresi Linear Over-all ... 40

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Kurva Fungsi Produksi Linier dan Cobb-Douglas ... 10

2. Skema Kerangka Pemikiran... 13

3. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata I ... 35

4. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata II ... 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Nanas Di Desa

Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta ... 48

2. Luas Nanas, Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani

per Tahun ... 49

3. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menyiang dan Panen per Petani

per Tahun ... 50

4. Jumlah dan daya Tahan Cangkul dan Parang per tahun ... 51

5. Harga dan Biaya Penyusutan Cangkul dan Parang per Petani per Tahun..52

6. Populasi Nanas, Produksi 1 Minggu, 1 Bulan dan 1 Tahun ... 53

7. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan

Total Biaya per petani per Tahun ... 54

8. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Per Petani per Tahun ... 55

9. Penggunaan Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Hektar per Tahun 56

10. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan

Total Biaya per Hektar per Tahun ... 57

11. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih

dan Pendapatan Keluarga Per Hektar per Tahun ... 58

12. Total Produksi Nanas dan Penggunaan Tenaga Kerja Per petani

Pertahun ... 59

13. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani

pada Strata I ... 60

14. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani

pada Strata I ... 62

15. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada

(13)

16. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada Strata II ... 66

17. Regresi Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani pada

Over-all... 68 18. Regresi Non-Linear Tenaga Kerja terhadap Produksi per Petani

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tanaman hortikultura yang dibudidayakan adalah nanas. Buah

nanas matang pada umumnya dimakan segar, tetapi sebagian besar sudah

dikalengkan, dibuat selai, jeli dan sari buah. Buah nanas yang sudah matang tidak

tahan lama, 4 – 5 hari setelah panen sudah mulai membusuk. Buah nanas

mengandung air sebanyak 85 %, protein 0,4 %, gula 14 %, lemak 0,1 %, serat

0,5 %, serta banyak mengandung vitamin A dan B1 (Ashari, 1995).

Prospek pengembangan nanas cukup besar, terutama setelah Hawaii yang

selama ini dikenal sebagai produsen nanas kalengan mulai mengalihkan

perhatiannya ke industri pariwisata. Peluang ini mulai ditangkap oleh

negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ada dua varietas nanas yang

umumnya dibudidayakan di Indonesia yaitu cayenne untuk industri dan queen

untuk buah meja (Rahardi, 2004).

Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung terus

meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, makin baiknya pendapatan

masyarakat, makin tingginya kesadaran penduduk akan nilai gizi dari

buahan dan bertambahnya permintaan bahan baku industri pengolahan

buah-buahan.

Peluang pasar potensial untuk nanas Indonesia antara lain Korea, Jepang

dan Eropa Timur. Meskipun peluang ekspor nanas cukup cerah, namun produksi

(15)

Di Propinsi Sumatera Utara, kabupaten Simalungun merupakan penghasil

buah nanas terbesar dengan produksinya 4.903.084 kuintal, kemudian disusul oleh

Tapanuli Utara dengan produksi 168.473 kuintal dan produktifitas nanas sebesar

0,68 kuintal/pohon (BPS, 2004).

Salah satu sentra produksi tanaman nanas di Sumatera Utara adalah

Kabupaten Simalungun. Perkembangan Luas panen, Produksi dan Produktivitas

Nanas di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Kabupaten Simalungun Tahun 2004 dan 2005.

No Kecamatan Tahun 2004 Tahun 2005 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun 2005

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa di Kabupaten Simalungun terjadi

(16)

sekitar 101,65 % dari total luas panen pada tahun 2004. dan terjadi peningkatan

produksi sebesar 25.201 ton atau sekitar 101,69 % dari total produksi pada tahun

2004 dengan peningkatan produktifitas sebesar 0,04 Ton/Ha atau sekitar 0,19 %.

Berdasarkan Tabel 1 di atas pada tahun 2005 Kecamatan Silimakuta

merupakan salah satu sentra produksi yang memiliki tingkat produktifitas

usahatani nanas yang ke dua setelah Kecamatan Dolok Silau yaitu sebesar 21,55

Ton/Ha dengan luas panen 616 Ha dan produksi sebesar 13.275 Ton.

Penggunaan tenaga kerja sangat mempengaruhi produktifitas usahatani.

Seluruh tahapan-tahapan pekerjaan pada usahatani memerlukan tenaga kerja,

seperti pengolahan tanah, pembibitan, pemupukan, pemberantasan hama dan

penyakit, pemeliharaan atau penyiangan, panen sampai kepada pasca panen.

Produktifitas tenaga kerja yang tinggi dapat mencerminkan penggunaan input

produksi yang efisien.

Pada usahatani nanas, terutama nanas yang sudah menghasilkan, input

produksi seperti bibit,pupuk, pestisida,dan obat-obatan bukan merupakan hal

yang penting dan kebanyakan petani di daerah penelitian ini tidak menggunakan

input produksi tersebut, jika nanas sudah menghasilkan. Sedangkan penggunaan

tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk penyiangan dan panen. Bagaimana tingkat

optimasi tenaga kerja ini belum diketahui, karena itulah diperlukan penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap produksi nanas di daerah

(17)

2. Bagaimana tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di daerah

penelitian?

3. Bagaimana perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara petani

yang berusahatani nanas skala sempit dengan yang berusahatani nanas skala

luas?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi usahatani nanas di

daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di

daerah penelitian.

3. Untuk menetahui perbedaan tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja antara

uasahatani nanas skala sempit dengan usahatani nanas skala luas.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam upaya

peningkatan nilai optimasi penggunaan tenaga kerja pada usahatani nanas.

2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan mengenai tingkat optimasi tenaga

kerja di daerah penelitian.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Nanas (Ananas comosus ) adalah tanaman asli dari Amerika Latin. Masuk

ke Indonesia dibawa oleh bangsa Eropa pada abad XVII. Namun,

pengembangannya secara besar-besaran baru dimulai beberapa puluh tahun

terakhir (Rahardi, 2004).

Di dalam dunia tumbuhan, tanaman nanas diklasifikasikan sebagai

berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Bromeliales

Famili : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Spesies : Ananas comosus (L) Merr.

(Rukmana, 1996).

Daerah penyebaran nanas adalah antara 300 LU dan 300 LS dari

khatulistiwa. Di Indonesia tanaman nanas umumnya tumbuh baik di dataran

rendah yang suhunya antara 290 – 300C. curah hujan antara 1.000 – 3.000 mm per

tahun dan merata sepanjang tahun dengan pH tanah antara 5,5 – 6, akan tetapi,

tanaman nanas ini toleran terhadap pH yang rendah (tanah masam).

(Sunarjono, 2000).

Tanaman nanas merupakan rumput (tanaman buah berupa semak) yang

batangnya pendek sekali. Nanas merupakan tanaman monokotil dan bersifat

(19)

Berdasarkan pengalaman tanaman ini mulai dapat dipanen hasilnya setelah

berumur kira-kira 15-24 bulan. Perkiraan panen berdasarkan umur tanaman ini

tergantung pada asal bibit yang ditanam sebelumnya. Bibit yang berasal dari

anakan umumnya sudah bisa dipetik buahnya pada saat umur sekitar 15 bulan,

bibit yang berasal dari tunas batang umur panennya kira-kira 18 bulan, dan bibit

yang berasal dari mahkota buah umur panennya lebih lama yaitu 24 bulan

( Haryanto, E. dan B. Hendarto, 1996).

Penelitian tentang optimasi penggunaan tenaga kerja telah dilakukan oleh

beberapa peneliti pada komoditas lain seperti pada tanaman jagung, kubis dan

kakao. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia (2007) tingkat optimasi

jumlah tenaga kerja per petani pada usahatani jagung adalah lebih besar dari satu,

hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja per petani belum optimal.

Penelitian optimasi input produksi terutama tenaga kerja pada usahatani

kubis yang dilakukan oleh Hermawan (2007) menunjukkan penggunaan tenaga

kerja belum optimal dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

produksi. Begitu juga pada hasil penelitian Fatimah (2005) menunjukkan

penggunaan tenaga kerja belum optimal dan penggunaan input produksi pada

usahatani skala luas lebih mendekati optimal daripada penggunaan input produksi

(20)

2.2 Landasan Teori

Istilah faktor produksi sering juga disebut korbanan produksi, karena

faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produk. Dalam Bahasa

Inggris, faktor produksi ini disebut input. Untuk menghasilkan suatu produk,

maka diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi (input) dan produk

(output). Hubungan antara input dan output disebut faktor relationship (FR).

Dalam rumus matematis FR ini ditulis dengan :

Y = f (X1,X2,…,Xi,…,Xn).

Keterangan :

Y = Produk atau variable yang dipengaruhi oleh faktor produksi X dan,

X = Faktor produksi atau variable yang mempengaruhi Y

(Soekartawi, 1994).

Beberapa faktor produksi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

produksi meliputi (1) luas lahan yang dimiliki, (2) jenis benih yang digunakan, (3)

jumlah tenaga kerja yang digunakan, (4) banyaknya pupuk yang digunakan, (5)

banyaknya pestisida yang digunakan, (6) keadaan pengairan, (7) tingkat

pengetahuan dan keterampilan petani atau tingkat teknologi, (8) tingkat kesuburan

tanah, (9) iklim atau musim, dan (10) modal yang tersedia (Tohir, 1983).

Menurut Theory of Scale, semakin besar skala usaha pertanian maka akan

semakin efisien usahatani tersebut. Pengukuran skala usahatani salah satunya

adalah penguasaan lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi. Sehingga

dalam teori ini, semakin sempit lahan usaha maka akan semakin kurang efisien

(21)

Luas pemilikan atau penguasaan lahan yang ditanami sangat berhubungan

dengan efisiensi usahatani dan juga usaha pertanian, penggunaan input seperti

pupuk, obat-obatan, bibit akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai dan

ditanami senakin besar, disamping itu penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien

karena sudah ada takaran dan perhitungan menurut teknologi yang dipakai, namun

sering juga ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi karena kurangnya

manajemen yang terarah (Soekartawi, 1993).

Produktifitas tenaga kerja yang tinggi akan menunjukkan penekanan input

produksi yang efisien bagi usahatani karena tingkat produksi yang tinggi akan

dicapai tenaga kerja. Efisiensi kerja dipengaruhi oleh luas areal, cara budidaya,

pendidikan, keterampilan dan pola konsumsi. Makin luas usahatani maka

pengelolaan kerja dapat diusahakan seoptimal mungkin (Daniel, 2002).

Menurut Tarigan, K. dan L. Sihombing (2007) dalam ekonomi produksi

terdapat dua efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis.

a. Efisiensi teknis adalah suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu

mempunyai average product dalam keadaan maksimum.

b. Efisiensi ekonomis yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor

produksi.

Menurut Soekartawi (1993) pengertian efisiensi sangat relatif. Efisiensi

diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk

mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian dapat terjadi

kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM)

untuk suatu input sama dengan harga input tersebut, atau dapat dituliskan sebagai

(22)

Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu

ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran

data yang diperoleh pada diagram sebaran data tersebut. Sebaran data tersebut

menggambarkan hubungan antara produksi (Y) dan input (X). Apabila sebaran

data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier. Sebaliknya

apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi

non-linier (Soekartawi, 1994).

Menurut Soekartawi (2002) penyelesaian pengaruh antara Y dan X pada

fungsi produksi linier adalah dengan menggunakan analisis regresi linier

sederhana dan analisis regresi linier berganda. Secara matematik dapat ditulis

sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Untuk menghitung a dan b berdasarkan nilai observasi X dan Y, kita

menggunakan metode kuadrat terkecil, yairu metode untuk menghitung a dan b

sebagai perkiraan A dan B sedemikian rupa sehingga jumlah kesalahan kuadrat

memiliki nilai terkecil (Supranto, 1995).

Apabila sebaran data memenuhi hukum Law of Demenishing Returns

(LDR), maka dipakai fungsi produksi Cobb-Douglas. Pertambahan input, tidak

selamanya akan menyebabkan pertambahan output. Apabila sudah jenuh (setelah

melewati titik maksimum) maka pertambahan hasil akan semakin kecil. Dalam

hukum ekonomi kejadian ini disebut sebagai Law of Demenishing Returns

(23)

Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi linier dan fungsi produksi

Cobb-Douglas dapat di gambarkan sebagai berikut :

Y Linear Y Cobb-Douglas TFP

TFP

X X

Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Linier dan Cobb-Douglas

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang

melibatkan dua atau lebih variable independen, yang menjelaskan Y. penyelesaian

hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi di mana variasi dari

Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. secara matematik, fungsi Cobb-Douglas

dapat dirumuskan sebagai berikut :

u

Dimana : = variable yang dijelaskan

X1…X4 = variable yang menjelaskan

a = koefisien intercept

b1…b4 = koefisien regresi

e = logaritme natural, e = 2,178

Menurut Soekartawi (2002) keunggulan fungsi ini adalah pangkat dari

fungsi atau koefisien merupakan elastisitas produksi (Ep). Elastisitas produksi

dilihat pada hubungan produk rata-rata (PR), produk marginal (PM) dan produk

total (PT) yang dapat digunakan secara langsung. Penjumlahan koefisien dapat

(24)

input-input produksi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan

fungsi produksi tersebut, yaitu :

1. Tidak ada nilai pengamatan 0

2. Tidak terdapat perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

3. Tiap variable X berada dalam pasar persaingan sempurna

4. Variabel regresor adalah berada dalam faktor kesalahan u. Variable regresor

disebut juga variable bebas/variable penjelas yaitu variable yang

mempengaruhi nilai variable lain, contohnya perbedaan lokasi (iklim ).

Menurut Soekartawi (1994) ada alasan pokok mengapa fungsi produksi

Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti :

1. Penyelesaian fungsi ini relatif mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain.

Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer kedalam bentuk linear.

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan besaran return to scale

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani nanas merupakan salah satu usaha hortikultura buah-buahan

yang memiliki prospek yang cerah karena nanas merupakan salah satu buah yang

disukai oleh masyarakat dan dimakan segar, di Indonesia permintaan buah nanas

cenderung meningkat belakangan ini.

Agar usahatani nanas dapat berhasil dengan baik, maka dibutuhkan

beberapa input produksi yang dapat menunjang kegiatan usahatani tersebut yang

(25)

Seorang petani dalam menjalankan usahataninya harus memikirkan suatu

cara agar ia dapat mengalokasikan tenaga kerjatersedia dengan sebaik dan

seefisien mungkin. Dengan tujuan untuk menghasilkan produksi yang optimal.

Optimalisasi tenaga kerja disini artinya adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh

petani untuk menemukan kombinasi tenaga kerja yang baik sehingga diperoleh

produksi yang maksimal sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja tersebut.

Penerimaan usahatani nanas akan meningkat apabila penggunaan tenaga

kerjanya sudah optimal. Penggunaan tenaga kerja yang optimal akan

menghasilkan produksi yang maksimal dan mengurangi biaya produksi sehingga

pendapatan petani akan meningkat yang dihitung dari penerimaan dikurangi

dengan biaya total produksi.

Dalam usahatani nanas penggunaan tenaga kerja dalam jumlah tertentu

dihasilkan produksi nanas. Setelah produksi dikalikan dengan harga output maka

diperoleh penerimaan. Penerimaan setelah dikurangi biaya produksi diperoleh

pendapatan bersih.

Tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja tercapai pada saat produk

marginal sama denga produk rata-rata, sehingga elastisitas produksi (EP) = 1.

Tingkat optimasi tenaga kerja maksimal apabila nilai produk marginal sama

dengan nilai input produksi. Apabila NPM lebih besar daripada Px maka

penambahan tenaga kerjamasih menguntungkan, sebaliknya apabila NPM lebih

kecil daripada Px maka penggunaan tenaga kerja perlu dikurangi.

Secara singkat optimalisasi tenaga kerja pada usahatani nanas dapat dilihat

(26)

Usahatani Nanas

Produksi

Harga Penerimaan

Output (Py)

Pendapatan Biaya Produksi Bersih

Nilai Produk Marginal (NPMx)

Tingkat Optimasi

Keterangan :

: Mempengaruhi

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani

Skala Sempit

Usahatani Skala Luas

Tenaga Kerja

(27)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi nanas di

daerah penelitian.

2. Tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian > 1.

3. Tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian pada petani yang

(28)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive Sampling, yaitu di Desa

Purba Tua Baru, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, dengan alasan

bahwa Desa Purba Tua Baru merupakan sentra produksi nanas di Kecamatan

Silimakuta (dapat dilihat pada Tabel 2).

Tabel 2 Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Nanas Per Desa di Kecamatan Silimakuta Tahun 2005

No Desa Luas

Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. Kel. Saribudolok 10 215 21,50

2. Purba Tua 90 1.940 21,56

3. Purba Tua Baru 450 9.698 21,55

4. Naga Saribu 25 539 21,56

5. Saribu Jandi 5 108 21,60

6. Siboras 20 431 21,55

7. Purba Sinombah 6 129 21,50

8. Sinar Baru 10 215 21,50

Total 616 13.275 21,54

Sumber : Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Silimakuta

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa Desa Purba Tua Baru menduduki

peringkat teratas dalam produksi yaitu 9.698 Ton/Ha dengan luas panen 450 Ha

(29)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam usahatani ini adalah petani yang melakukan usahatani

nanas. Menurut Wirartha (2006) untuk penelitian yang akan menggunakan

analisis data dengan statistik, ukuran sampel paling kecil 30. Oleh karena itu

penulis mengambil sampel 30 KK dari populasi 250 KK. Metode penentuan

sampel di Desa Purba Tua Baru dilakukan secara Proportinal Stratified Random

Sampling yaitu diambil sampel berdasarkan luas pertanaman nanas. Menurut

Soepono (1997) untuk mencari jumlah sampel pada tiap-tiap strata digunakan

rumus sebagai berikut :

xJs N

n Spl =

Keterangan :

Spl = Jumlah sampel pada tiap-tiap strata

N = Jumlah Populasi

n = Jumlah sampel

Js = Jumlah populasi pada tiap strata

Tabel 3. Populasi dan Sampel Petani yang Melakukan Usahatani Nanas di Desa Purba Tua Baru.

No Strata Luas Lahan

(30)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kueisioner). Data sekunder

diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten

Simalungun, Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Silimakuta dan Kantor

Kepala Desa Purba Tua Baru.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Hipotesis 1, harus diketahui terlebih dahulu fungsi produksi yang

akan digunakan. Apabila model fungsi produksi adalah linier, digunakan fungsi

produksi regresi linier sederhana, dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + bX

Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan

Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Apabila model

fungsi produksi adalah non-linier, digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas,

dengan rumus sebagai berikut :

Y = aXb

Menurut Sudjana (2002) fungsi produksi tersebut diubah menjadi bentuk

fungsi linear sederhana dengan cara mentransformasikan persamaan tersebut ke

dalam logaritma. Bentuk persamaan fungsi menjadi :

(31)

Keterangan :

Y = Produksi nanas (ton)

X1 = Penggunaan tenaga kerja (HKP)

a = Intercept

b = Koefisien regresi

Menurut Agustira (2004) untuk menguji apakah tenaga kerja berpengaruh

nyata terhadap produksi digunakan uji – t

H0 : b = 0

Apabila thitung > ttabel ; maka H0 ditolak, artinya tenaga kerja berpengaruh nyata

terhadap produksi.

Apabila thitung ≤ ttabel ; maka H0 diterima, artinya tenaga kerja tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi.

Untuk hipotesis 2 dan 3 yaitu perhitungan penentuan tingkat optimasi

tenaga kerja yang digunakan pada usahatani nanas menurut Agustira (2004)

dihitung dari elastisitas produksi (bi) yaitu :

y

Produk marginal (dy/dxi). Adapun y dan x diambil berdasarkan jumlah

rata-ratanya. Selanjutnya dengan menggunakan perhitungan di atas, diperoleh

(32)

faktor produksi usahatani nanas dihasilkan dari rasio nilai produk marginal (NPM)

dengan harga masing-masing input produksi. Produk marginal = dy/dx, sedangkan

Produk rata-rata = y/x. dari rumus tersebut dapat dicari nilai Produk Marginal,

yaitu : PM = bi.PR = bi.y/x

Menurut Soekartawi (2002) NPM adalah perkalian antara produk marginal

dengan harga persatuan. Dengan melihat harga input produksi maka diperoleh

tingkat optimasi masing-masing input produksi

i

maka penggunaan input produksi tersebut sudah optimal

* Jika <1

i i

Px NPMx

maka penggunaan input produksi sudah melebihi optimal dan

harus dikurangi

maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus

(33)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalah-pahaman dalam penelitian

ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Usahatani nanas adalah usahatani yang mengusahakan tanaman nanas dilahan

kebun.

2. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengolah usahatani nanas pada

sebidang tanah atau lahan.

3. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi

yaitu luas lahan, pupuk, tenaga kerja, dan obat-obatan untuk memperoleh

output yang diinginkan.

4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

berlangsung.

5. Optimasi adalah penggunaan input produksi (dalam hal ini tenaga kerja)

dengan kombinasi tertentu sehingga menekankan atau menurunkan biaya

produksi dan memaksimumkan pendapatan.

6. Produktifitas dalam usahatani nanas adalah hasil bagi produksi total usahatani

nanas dengan luas lahan usahatani nanas dengan satuan ton/hektar.

7. Nilai produk marginal adalah perkalian antara produk marginal (PM) dengan

harga produk persatuan.

8. Produk marginal adalah pertambahan satu satuan input untuk menghasilkan

(34)

9. Penerimaan adalah hasil kali antara produksi dengan harga jual dari produksi

tersebut.

10. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total

biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani.

11. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuasaan fisik dan otak manusia yang tidak

dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan kepada usaha produksi.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Purba Tua Baru, Kecamatan Silimakuta,

Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera utara.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2007

(35)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Purba Tua Baru terletak di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten

Simalungun. Desa Purba Tua Baru memiliki luas wilayah 670 Ha dan terletak

pada ketinggian 1400 m dpl. Suhu udara minimum 22-24 0 C dan maksimum

26-28 0C. Jarak dari ibukota kabupaten (Pematang Siantar) adalah 64 Km, jarak dari

ibukota provinsi (Medan) adalah 90 Km dan jarak dari ibukota kecamatan

(Saribudolok) adalah 10 Km.

Secara administrative, Desa Purba Tua Baru mempunyai batas-batas

wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Purba Sinumbah

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Purba Tua

- Sebelah Barat berbatasan dengan Dolok Silau

- Sebelah Timur berbatasan dengan Parmonangan

4.1.2 Penggunaan Lahan

Luas wilayah Desa Purba Tua Baru menurut jenis penggunaan lahan

dibagi menjadi areal bangunan (pemukiman, sarana ibadah, sarana pendidikan),

(36)

Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006

No Uraian Luas (Ha) Luas (%)

1 Lahan Sawah 185 27,61

2 Ladang 450 67,16

3 Bangunan / Pekarangan 35 5,23

Jumlah 670 100

Sumber : Potensi Desa Purba Tua Baru 2007

Dari Tabel 4 diketahui bahwa di Desa Purba Tua Baru penggunaan tanah

untuk lahan pertanian yaitu 635 ha dan lahan bukan pertanian 35 Ha.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Purba Tua Baru sudah cukup memadai. Hal

ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti posyandu, sekolah dasar dan saran

ibadah sudah tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 :

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Purba Tua Baru

No Uraian Jumlah

1 SD Negeri 2 Buah

2 Gereja 2 Buah

3 Posyandu 2 unit

4 Tenaga Medis 2 Orang

5 Jalan

- Aspal - Diperkeras - Tanah

7 Km 5 Km 1 Km Sumber : Potensi desa Purba Tua Baru 2007

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Purba

Tua Baru sudah cukup memadai menurut penduduk desa. Walaupun sarana

pendidikan yang ada hanya 2 buah SD negeri, penduduk dapat melanjutkan

(37)

penduduk karena jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah di tempuh dan didukung

oleh jalan dan sarana transportasi yang memadai.

4.1.4 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data dari potensi desa tahun 2007, Desa Purba Tua Baru

berpenduduk 2750 jiwa dengan 550 kepala keluarga. Untuk distribusi penduduk

berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Purba Tua Baru Tahun 2006

No Kelompok Umur

Sumber : Potensi Desa Purba Tua Baru tahun 2007

Dari Tabel 6 diketahui bahwa penduduk Desa Purba Tua Baru Usia 26 –

50 tahun (kelompok usia produktif) memiliki jumlah yang paling banyak yaitu

1300 jiwa. Penduduk usia 50 tahun keatas berjumlah 180 jiwa dari jumlah

keseluruhan penduduk Purba Tua Baru.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Purba Tua Baru Tahun 2007

No Jenis Lapangan Pekerjaan Jumlah Penduduk (KK)

(38)

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebanyak 88,18 % penduduk Desa

Purba Tua Baru bekerja pada sektor pertanian, 2,73 % sebagai PNS atau ABRI

dan 9,09 % bekerja pada sektor lainnya.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur petani,

pendidikan petani, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan keluarga.

4.2.1 Umur Petani

Dalam hal ini umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan

dengan kemampuan petani dalam mengubah usahataninya. Semakin tua umur

petani kemampuan kerja cenderung menurun, yang akhirnya dapat mempengaruhi

produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Keadaan umur petani rata-rata di

daerah penelitian adalah 41,37 tahun dengan interval anatara 24 – 75 tahun.

Adapun keadaan umur petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Purba Tua Baru

No Kelompok Umur

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)

Dari Tabel 8 dapat dilihat jumlah petani sampel yang terbesar berada pada

(39)

terkecil pada kelompok umur 60 – 68 tahun dan 69 – 77 tahun dengan jumlah

masing-masing 2 orang atau 6,67 %.

4.2.2 Pendidikan Petani

Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani

dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi

penggunaan input dalam usahataninya. Pendidikan petani yang semakin tinggi

membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi baru yang diperoleh

dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan

produksi pada usahataninya tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani sample

yang ada di Desa Purba Tua Baru bervariasi dari tingkat SD, SLTP, SMU dan

Sarjana. Dari petani sample yang ada di Desa Purba Tua Baru ini kebanyakan

berasal dari tingkat pendidikan SMU.

Berikut Tabel 9 yaitu tingkat pendidikan petani sampel di daerah

penelitian.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Purba Tua Baru

NO. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

Jumlah (%)

1 SD 8 26,67

2 SLTP 8 26,67

3 SMU 13 43,33

4 Sarjana 1 3,33

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel

(40)

pada tingkat SMU sebesar 13 orang atau 43,33 % sedangkan yang terkecil berada

pada tingkat sarjana yaitu sebesar 1 orang atau 3,33 %.

4.2.3 Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi suatu usahatani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka

semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman bertani

sample adalah sebesar 17,6 tahun dengan interval antara 4 – 50 tahun. Berikut

pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian.

Tabel 10. Pengalaman Bertani Petani Sampel

No. Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Jumlah (%)

1 0 – 10 10 33,33

2 11 – 20 13 43,33

3 21 – 30 2 6,67

4 31 – 40 2 6,67

5 41 – 50 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah petani yang mempunyai

pengalaman bertani terbesar ialah pada kelompok 11 – 20 tahun sebesar 13 orang

atau sebesar 43,33 % dari jumlah keseluruhan petani sample yang berada di

daerah penelitian. Sedangkan untuk pengalaman bertani yang terkecil berada pada

(41)

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sample rata-rata 2,37 orang,

interval 1 – 7 orang. Berikut Tabel11 jumlah tanggungan keluarga petani.

Tabel 11. Tanggungan Keluarga Petani Sampel

NO. Kelompok Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah (Jiwa)

Jumlah (%)

1 0 – 2 9 40,74

2 3 – 5 15 55,56

3 ≥ 6 1 3,70

Jumlah 27 100

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 1)

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah tanggungan keluarga terbesar ada

pada kelompok 3 – 5 sebesar 15 orang atau 55,56 % dan yang terkecil pada

(42)

4.3 Hasil Analisis

4.3.1 Penggunaan Tenaga Kerja di Daerah Penelitian

Petani nanas di daerah penelitian merupakan penggarap pemilik, yaitu

mengolah sendiri usahataninya mulai dari penyiapan lahan, penanaman,

pemupukan, penyiangan, panen sampai penjualan. Petani membeli bahan dan alat

pertanian mereka di kios pasar Saribudolok. Untuk pembelian bahan dan alat ini

petani tidak mengalami kesulitan.

Tenaga kerja yang digunakan oleh petani untuk mengelola usahataninya

berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diambil

dari penduduk setempat dengan upah Rp. 25.000 per hari.

Besarnya penggunaan tenaga kerja dalam menelola usahatani nanas di

daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penggunaan Tenaga Kerja per Petani per Tahun

Keterangan Menyiang Panen Total

HKP

TKDK TKLK TKDK TKLK

Strata I 15,25 9,88 39,00 9,00 73,13

Strata II 28,09 51,09 60,00 21,82 161

Over All 24,67 40,10 54,40 18,40 137,57

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 2)

Rata-rata penggunaan tenaga kerja menyiang jumlah TKDK pada strata I

lebih besar daripada jumlah TKLK, namun pada strata II jumlah penggunaan

(43)

II) jumlah TKDK lebih kecil daripada jumlah TKLK. Jumlah rata-rata per petani

pada pekerjaan menyiang adalah 64,77 HKP per tahun.

Pada pekerjaan panen penggunaan tenaga kerja TKDK pada strata I, strata

II dan over-all lebih besar daripada jumlah TKLK. Pada panen nanas ini petani

lebih mengutamakan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.

Bila ditotal jumlah HKP pekerjaan menyiang dan panen maka nampak

bahwa jumlah penggunaan tenaga kerja adalah 137,5 HKP yang terdiri dari 79,07

HKP TKDK dan 58,50 HKP TKLK. Dapat dilihat bahwa penggunaan TKDK

lebih diutamakan pada usahatani nanas sempit (strata-I). Dapat dilihat pada

Lampiran 2, bahwa terdapat 6 petani yang sama sekali tidak memakai TKLK pada

pekerjaan menyiangi. Pada pekerjaan panen nanas hanya 9 petani dari 30 petani

yang memakai TKLK.

Bila jumlah pemakaian tenaga kerja ini dihitung per hektarnya dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penggunaan Tenaga Kerja per Hektar per Tahun

Keterangan Menyiang Panen Total HKP

TKDK TKLK TKDK TKLK

Strata I 30,98 1.59 77 22,5 132,07

Strata II 18,67 2,93 41,09 8,73 71,42

Over All 21,95 2,57 50,67 12,40 87,59

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 10)

Penggunaan tenaga kerja per hektar per tahun pada pekerjaan menyiang,

jumlah TKDK pada strata I lebih besar daripada jumlah TKLK. Pada strata II dan

over-all jumlah TKDK lebih besar daripada jumlah TKLK. Rata-rata tenaga kerja

(44)

Pada pekerjaan panen per hektar rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah

63,07 HKP. Pada strata I, strata II dan over-all pada pekerjaan panen ini jumlah

pemakaian TKDK lebih besar daripada TKLK.

Total HKP per hektar pada pekerjaan menyiang dan panen adalah 87,59

HKP, yang terdiri dari TKDK adalah 72,62 HKP dan TKLK adalah 14,97 HKP.

Kalau dikonversi ke per hektar dapat dilihat bahwa pada strata I penggunaan

TKDK jauh lebih besar daripada TKDK pada strata II. Dapat dikatakan pada

lahan sempit usahatani nanas itu lebih bersifat labor intensive daripada di lahan

luas.

Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja per Petani per Tahun

Keterangan Menyiang Panen Total

Rp 1000

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 3)

Biaya rata-rata tenaga kerja untuk menyiang pada over-all adalah

Rp.1.619.170 dalam setahun, biaya ini terdiri dari upah TKDK sebesar 38% dan

upah TKLK sebesar 62%. Pada strata I biaya tenaga kerja ini adalah Rp.628.130

per petani yang terdiri dari upah TKDK adalah 61 % dan upah TKLK adalah 39

%. Biaya tenaga kerja pada strata II adalah Rp.1.979.540 yang terdiri dari upah

TKDK adalah 35 % dan upah TKLK adalah 65 %.

Biaya rata-rata tenaga kerja untuk panen pada over-all adalah

Rp.1.820.000 dalam setahun, biaya ini terdiri dari upah TKDK sebesar 75% dan

upah TKLK sebesar 25%. Pada strata I biaya tenaga kerja ini adalah Rp.1.200.000

(45)

Biaya tenaga kerja pada strata II adalah Rp.2.045.500 yang terdiri dari upah

TKDK adalah 73% dan upah TKLK adalah 27%.

Selain biaya tenaga kerja maka pada usahatani nanas masih terdapat biaya

penyusutan alat, biaya pajak dan biaya transportasi. Biaya penyusutan adalah

penyusutan dari parang dan cangkol. Jumlah cangkol dan parang setiap petani

sampel terdapat pada Lampiran 4. Rata-rata setiap petani nanas memiliki 3 buah

cangkol dan 2 buah parang rata-rata biaya penyusutannya adalah Rp.14.530 dalam

setahun.

Biaya pajak rata-rata over-all adalah Rp.33.820 per tahun, biaya

transportasi buah nanas rata-rata over-all adalah Rp.2.232.000 per tahun. Besarnya

setiap biaya ini untuk setiap petani sampel tercantum pada Lampiran 8. Dari

Lampiran tersebut dapat digambarkan komposisi biaya produksi sebagai berikut.

Tabel 15. Komposisi Biaya Produksi per Petani per Tahun

Kompo-Sumber : Analisis data primer (Lampiran 8)

Dapat dilihat bahwa komponen biaya produksi pada setiap strata yang

terbesar adalah biaya tenaga kerja. Pada over-all biaya rata-rata per petani per

tahun adalah Rp.5.719.520, dengan komponen biaya tenaga kerja sebesar 60,13%.

(46)

transportasi buah nanas, yakni rata-rata over-all mencapai 39,02% per tahun.

Besarnya biaya penyusutan dan pajak masing-masing dibawah 1% dari biaya

total.

4.3.2 Produksi Usahatani Nanas

Dalam usahatani nanas dikenal istilah rumpun. Pada saat mula-mula nanas

ditanam petani maka hanya satu batang tanaman dalam satu rumpun, sehingga

dalam satu rumpun itu hanya terdapat satu buah nanas. Lama kelamaan tumbuh

tunas dan dari tunas itu bakal ada buah nanas, dan dalam satu rumpun bisa

terdapat beberapa buah nanas. Jumlah rumpun setiap petani sampel terdapat pada

Lampiran 6. Rata-rata jumlah rumpun nanas per petani adalah 8.671 rumpun pada

over-all sampling, sebanyak 10.582 rumpun pada strata II dan 3.417 rumpun pada

strata I. Makin lama makin banyak tumbuh tunas dalam setiap rumpun, sehingga

makin banyak produksinya atau buahnya dalam satu rumpun.

Petani memanen buah nanas satu kali dalam setiap minggu. Jumlah buah

nanas (sebagai produksi) dalam setahun per petani terdapat pada Lampiran 6.

Jumlah produksi dikalikan harga jual adalah penerimaan. Selama dalam satu tahun

terakhir ini harga buah nanas rata-rata Rp.1.000 per buah. Penerimaan dikurangi

dengan biaya total adalah pendapatan bersih petani. Pendapatan bersih ditambah

dengan biaya TKDK adalah pendapatan keluarga petani. Jumlah produksi,

(47)

Tabel 16. Produksi, Penerimaan dan Pendapatan per Petani per Tahun

Strata Produksi

(Buah)

Strata I 12030,00 12030,00 9216,14 10572,39

Strata II 50574,55 50574,55 43798,46 46000,73

Over-All 40296,00 40296,00 34576,51 36553,17

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 9)

Produksi buah nanas rata-rata per petani per tahun adalah 12.030 buah

pada strata I, sebanyak 50.574 buah pada strata II dan 40.296 buah secara over-all.

Dengan harga jual rata-rata adalah Rp.1.000 per buah maka penerimaan over-all

adalah Rp.40, 3 juta per tahun per petani secara over-all.

Pendapatan bersih per petani per tahun adalah Rp.9.216.140 pada strata I,

pada strata II adalah Rp. 43.798.460 dan secara over-all adalah Rp. 34.576.510.

Pendapatan keluarga rata-rata setahun pada strata I adalah Rp.10.572.390, pada

strata II adalah Rp.46.000.730 dan secara over-all adalah Rp.36.553.170. Dapat

dilihat bahwa tambahan pendapatan di strata I lebih besar dari pada pendapatan di

strata II.

Bila dihitung produksi, penerimaan dan pendapatan petani sampel per

hektar maka dapat dilihat untuk setiap petaninya pada Lampiran 12. Rata-rata

produksi, penerimaan, biaya produksi, pendapatan bersih dan pendapatan keluarga

per hektar dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 17. Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan per Hektar per Tahun

Strata Produksi Nanas

Strata I 23035 23035 5700,047 17334,953 20034,432

Strata II 31024,6 31024,6 4187,058 26837,547 28331,478

(48)

Sumber : Analisis data primer (Lampiran 12)

Dari perhitungan per hektar dapat diketahui bahwa jumlah produksi buah

nanas rata-rata per hektar per tahun adalah 23.035 buah pada strata I, sebanyak

31.024,6 buah pada strata II dan 28.894,04 buah secara over-all.

Pendapatan bersih per hektar per tahun adalah Rp.17.334.953 pada strata I,

pada strata II adalah Rp. 26.837.547dan secara over-all adalah Rp. 24.303.522.

Pendapatan keluarga rata-rata setahun pada strata I adalah Rp.20.034.432 pada

strata II adalah Rp.28.331.478 dan secara over-all adalah Rp.26.118.993. Dapat

dilihat bahwa tambahan pendapatan keluarga per hektar pada strata II lebih kecil

dari pada pendapatan per hektar di strata I. Disini juga nampak bahwa pada areal

yang sempit porsi biaya TKDK lebih berperan daripada areal yang lebih luas

dapat dilihat pada Lampiran.3.

4.3.3 Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Produksi

Pengaruh tenaga kerja terhadap jumlah produksi nanas dianalisis melalui

regresi. Untuk mengetahui model regresi yang digunakan maka digambarkan

terlebih dahulu grafik antara tenaga kerja dengan produksi. Grafik ini dimulai

pada strata I, lalu strata II dan akhirnya over-all.

Pada strata I terdapat n = 8, setelah diurutkan (data sort) tenaga kerja dari

yang terkecil ke yang terbesar dengan pasangannya (jumlah produksi) maka dapat

(49)

Jumlah Tenaga Kerja (HKP)

Gambar 3. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata I.

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa sebaran data X,Y (tenaga kerja dengan

produksi nanas) berhubungan secara linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga

kerja (variabel X, dependen variabel) diregresikan dengan data jumlah produksi

nanas (variabel Y, independen variabel). Model regresi pertama adalah yang

linear sederhana dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata I

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept -34675,56

X (Tenaga Kerja) 638,71 4,814 **

R. Square = 0,794 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1%) = 3,14

Sumber : analisis data primer (lampiran 13)

Dari hasil perhitungan regresi diperoleh persamaan regresi :

Y = -34675,56 + 638,71X

Model regresi ke dua adalah regresi non linear. Semua data X dan Y

(50)

Logaritma Y. Perhitungan hasil regresi adalah seperti pada Tabel 19. Dari Tabel

regresi non linear diperoleh persamaan regresi adalah:

Y = -2,144X3,326

Tabel 19. Hasil Perhitungan Regresi Non Linear Strata I

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept -2,144

X (Tenaga Kerja) 3,326 4,160 **

R. Square = 0,743 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 3,14

Sumber : analisis data primer (lampiran 14)

Dapat dilihat dari dua persamaan regresi di atas bahwa nilai R2 dan th pada linear

lebih besar daripada non-linear. Oleh karena itu regresi penduga yang dipakai

adalah:

Y = -34675,56 + 638,71X

Persamaan regresi ini berlaku pada saat X ≥ 55

Nilai t tabel df = 6, dengan

α

= 1% adalah 3,14. Oleh karena th = 4,814 > tt = 3,14

maka dapat dinyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata pada α= 1%

terhadap produksi nanas. Juga pada regresi non linear pengaruh X itu nyata

terhadap Y.

Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,794, menunjukkan

bahwa 79,4 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas

sedangkan sisanya 20,6 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk

(51)

Pada strata II terdapat n = 22, setelah diurutkan (data sort) tenaga kerja

dari yang terkecil ke yang terbesar dengan pasangannya (jumlah produksi) maka

dapat dilihat grafiknya pada Gambar 4.

Jumlah Tenaga Kerja (HKP)

1.00 .75

.50 .25

0.00

P

roduksi

N

anas

(B

uah)

1.00

.75

.50

.25

0.00

Gambar 4. Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi di Strata II.

Pada Gambar 4, grafik dari strata II di atas dapat dilihat bahwa sebaran

data X,Y (tenaga kerja dengan produksi nanas) dapat diduga berhubungan secara

linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga kerja (variabel X) diregresikan

dengan data jumlah produksi nanas (variabel Y). Model regresi pertama adalah

regresi linear sederhana, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil Perhitungan Regresi Linear Strata II

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept -819,87

(52)

R. Square = 0,578 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,53

Sumber : analisis data primer (Lampiran 15)

Dari hasil perhitungan maka diperoleh regresi linear :

Y = -819,87 + 319,22X

Bila dengan regresi non-linear maka hasil perhitungan regresi pada strata

II adalah sebagai berikut:

Tabel 21. Hasil Perhitungan Regresi Non-Linear Strata II

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept 2,688

X (Tenaga Kerja) 0,897 4,185 **

R. Square = 0,467 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,53

Sumber : analisis data primer (Lampiran 16)

Dari hasil perhitungan maka diperoleh regresi non-linear :

Y = 2,688X0,897

Dapat dilihat dari dua persamaan regresi pada strata II di atas bahwa nilai R2 dan

th pada regresi linear sederhana lebih besar daripada non-linear. Oleh karena itu

regresi penduga yang dipakai adalah pada strata II adalah:

Y = -819,87 + 319,22X

Persamaan regresi ini berlaku pada saat X ≥ 3.

Nilai t tabel df = 20, dengan

α

= 1% adalah 2,53. Oleh karena th = 5,259 > tt = 2,53

(53)

terhadap produksi nanas pada strata II. Juga pada regresi non linear pengaruh X

itu nyata terhadap Y.

Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,578, menunjukkan

bahwa 57,8 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas

sedangkan sisanya 42,2 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk

dalam model ini.

Pada Gambar 5 grafik over-all, dari sebaran data X,Y maka dapat diduga

berhubungan secara linear atau non-linear. Untuk lebih lanjut data jumlah tenaga

kerja (variabel X) diregresikan dengan data jumlah produksi nanas (variabel Y),

dengan model regresi linear sederhana. Hasil perhitungannya adalah sebagai

berikut.

Tabel 22. Hasil Perhitungan Regresi Linear Over-All

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept -7518,71

X (Tenaga Kerja) 347,57 7,521 **

R. Square = 0,669 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,467

Sumber : analisis data primer (Lampiran 17)

Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi :

(54)

Jumlah Tenaga Kerja (HKP)

Gambar 5. Grafik Tenaga Kerja Dengan Jumlah Produksi pada Over-all

Dari hasil perhitungan regresi linear pada Tabel 22 dapat dituliskan

persamaan regresi over-all sebagai berikut:

Y = -7518,71 + 347,57X

Bila dianggap hubungan X,Y pada over-all adalah non-linear maka diperoleh hasil

perhitungan regresinya pada Tabel 23.

Tabel 23. Hasil Perhitungan Regresi Non-Linear Over-All

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi

Intercept 1.626

X (Tenaga Kerja) 1,367 7,88 **

R. Square = 0,689 Keterangan ** : sangat nyata t-tabel ( = 1 %) = 2,47

Sumber : analisis data primer (Lampiran 18)

Persamaan regresi yang diperoleh adalah:

(55)

Dari persamaan regresi linear dan non linear over-all di atas dapat dilihat bahwa

nilai R2 dan th pada non linear adalah lebih besar atau lebih tinggi, karena itu

regresi penduga pada over-all dianggap lebih cocok regresi non-linear. Nilai th =

7.521 dan Nilai tabel df = 28, dan α = 1% adalah 2,47, karena itu variabel X

berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

Dari sudut signifikansi regresi adalah berpengaruh sangat nyata terhadap

jumlah produksi nanas per petani dengan nilai R2 sebesar 0,689, menunjukkan

bahwa 68,9 % faktor produksi tenaga kerja mempengaruhi produksi nanas

sedangkan sisanya 31.1 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak termasuk

dalam model ini.

Dari persamaan regresi strata I, strata II dan over-all dapat dilihat variabel

tenaga kerja berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah produksi nanas,

baik pada regresi linear maupun pada regresi non linear. Dengan demikian

Hipotesis I dalam penelitian ini dapat diterima.

4.3.4 Tingkat Optimasi Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Nanas

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan tenaga kerja per petani pertahun

pada usahatani nanas, digunakan pengujian dengan analisis regresi. Dalam analisis

regresi yang menjadi variabel bebas adalah tenaga kerja (X) dan yang menjadi

variabel tidak bebas adalah produksi nanas (Y).

Selanjutnya dapat dihitung tingkat optimasi penggunaan tenaga kerja pada

usahatani nanas dengan rumus:

TO = VMP/Px

(56)

Nilai MP pada regresi over-all dapat dihitung melalui fungsi Cobb-Douglas yang

telah dihasilkan. Dari fungsi Y = 45,25X1,367

Elastisitas Produksi (Ep) = 1,367.

AP = X Y

∑∑ , atau jumlah produksi setahun per petani dibagi dengan jumlah tenaga

kerja setahun per petani

AP = (1.208.880 buah)/(4.127 HKP) = 292,92 buah/HKP.

MP = AP x EP = 292,92 x 1,367 = 400,4216.

VMP = 400,4216 x Rp.1.000 = Rp.400.421,6.

Tingkat optimasi = (Rp.400.421,6)/Rp.25.000 = 16,02.

Tingkat optimasi jumlah tenaga kerja secara keseluruhan pada usahatani

nanas adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar 16,02. hal ini menunjukkan

bahwa penggunaan tenaga kerja per petani secara keseluruhan belum optimal,

oleh karena itu perlu dilakukan penambahan penggunaan tenaga kerja agar

hasilnya dapat optimal. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2

yang menyatakan tingkat optimasi tenaga kerja di daerah penelitian > 1 dapat

diterima.

Telah disebutkan bahwa persamaan regresi atau fungsi produksi pada

strata I dan strata II adalah linear. Dengan demikian nilai marginal produknya

(MP) adalah koefisien dari regresi masing-masing strata.

Pada strata I, fungsi produksinya Y = -34675,56 + 638,71X

Pada strata II, fungsi produksinya Y = -819,87 + 319,22X

Pada strata I MP = 638,71

(57)

Pada strata II MP = 319,22

VMP = 319,22 x Rp.1.000 = 319.220.

Tingkat optimasi = (319.220)/25.000 = 12,77.

Tingkat optimasi pada strata I dan strata II adalah lebih besar dari 1, hal ini

menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal. Untuk mengoptimalkan

penggunaan tenaga kerja ini maka masih butuh penambahan tenaga kerja, bila

harga input dan output adalah tetap. Tingkat optimasi strata II lebih tinggi

daripada tingkat optimasi strata I, dengan demikian hipotesis ke 3 dalam

(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan, antara lain:

4. Jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi nanas,

baik pada usahatani sempit dan luas serta pada over-all.

5. Penggunaan tenaga kerja lebih besar daripada 1, yaitu 16,02 (secara

over-all) menunjukkan penggunaan tenaga kerja belum optimal, maka harus

dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja, agar produktivitasnya meningkat.

6. Tingkat optimasi pada strata II lebih besar daripada tingkat optimasi pada

strata I, yaitu 12,77 dan 22,5. Hal ini menunjukkan penggunaan tenaga kerja

pada strata II lebih optimal daripada strata I. Maka untuk mengoptimalkan

penggunaan tenaga kerja pada strata I perlu dilakukan penambahan jumlah

tenaga kerja.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian ini dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Petani

Diharapkan Petani perlu melakukan penambahan penggunaan tenaga kerja

untuk memperoleh hasil yang optimal

2. Bagi Pemerintah

Diharapkan agar pemerintah dapat mengaktifkan kembali pabrik pengalengan

(59)

3. Bagi Peneliti

Diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan pada usahatani nanas yang

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Agustira, M.A., 2004. Analisis Optimasi Penggunaan Input produksi Pada Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Ashari, S., 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

BPS, 2004. Statistik Tanaman Buah-Buahan 2004. BPS, Jakarta.

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Fatimah, F., 2005. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Kakao Rakyat Di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Haryanto, E. dan B. Hendarto, 1996. Nanas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hermawan, F., 2007. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada Usahatani Kubis. Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Rahardi, F., 2004. Mengurai Benang Kusut Agribisnis Buah Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R., 1996. Nenas : Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Soekartawi, 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

, 1994. Teori Ekonomi Produksi ; Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soepono, B., 1997. Statistik Terapan. Rineka Cipta, Jakarta.

Sunarjono, H., 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tarigan, K., dan L. Sihombing, 2007.Ekonomi Produksi Pertanian. USU – Press, Medan.

Tohir, K.A., 1983. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia . Rineka Cipta, Jakarta.

(61)
(62)

Lampiran 1.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Nanas Di Desa Purba Tua Baru Kecamatan Silimakuta

(63)

Lampiran 2. Luas Nanas, Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani per

(64)

Lampiran 3. Distribusi Biaya Tenaga Kerja Menyiang dan Panen Per Petani Per Tahun

Strata No.

Sampel

Menyiangi Panen

(65)
(66)
(67)

Lampiran 6. Populasi Nanas, Produksi 1 Minggu. 1 Bulan, dan 1 Tahun

Produksi 1 Minggu 1 kali panen

Produksi 1 Bulan 4 kali panen

Produksi 1 Tahun

(68)

Lampiran 7. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, T.Kerja dan Total Biaya Per Petani

(69)

S.DevOA 5,18 19,25 2524,11 2016,75 3912,28

Lampiran 8. Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Per Petani

50574,55 1,00 50574,55 6776,09 43798,46 46000,73

S.Dev II 34602,11 0,00 34602,11 4074,55 31207,08 31302,62

Rerata OA

40296,00 1,00 40296,00 5719,49 34576,51 36553,17

(70)

OA

(71)

Lampiran 10. Biaya Penyusutan, Pajak, Transportasi, Tenaga Kerja dan Total Biaya Per Hektar per Tahun

Gambar

Grafik Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi pada Over-all ............. 41
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Nanas di Kabupaten Simalungun Tahun 2004 dan 2005
Gambar 1. Kurva Fungsi Produksi Linier dan Cobb-Douglas
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampian 1 : Tabel Usahatani Tembakau di Desa Kali Anget Lampiran 2 : HKSP Tenaga Kerja Pengolahan Tanah. Lampiran 3 : HKSP Tenaga Kerja Bedengan Lampiran 4 : HKSP Tenaga

Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh faktor produksi luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan benih terhadap produksi usahatani jagung, dan besarnya pendapatan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat curahan jam kerja tenaga kerja wanita, tingkat kontribusi pendapatan tenaga kerja wanita terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, jumlah pohon per hektar) terhadap pendapatan usahatani

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi penggunaan tenaga kerja bagian produksi terhadap produktifitas tenaga kerja di PTPN IX

Pentingnya efisiensi teknis usahatani cabai adalah untuk mengukur keberhasilan faktor produksi (luas lahan, bibit, tenaga kerja, mulsa plastik, pupuk, dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan curahan tenaga kerja, biaya produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah antara sistem tanam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan curahan tenaga kerja, biaya produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah antara sistem tanam