• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PEDAGANG PAKAIAN DI DUA PASAR TRADISIONAL” (STUDI KASUS: PASAR HORAS DAN PASAR PARLUASAN KOTA

PEMATANGSIANTAR)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

Novalina Ginting 060501121 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Nama : NOVALINA GINTING

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NIM : 060501121

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)

Tanggal,

Pembimbing Skripsi

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Hari :

BERITA ACARA UJIAN

Tanggal :

Nama : NOVALINA GINTING NIM : 060501121

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)

Ketua Departemen Pembimbing skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)

NIP. 132 206 574 NIP. 19710503 200312 1 003 (Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc,PhD)

Penguji I Penguji II

(Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si)

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

Nama : NOVALINA GINTING

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NIM : 060501121

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)

Tanggal,

Ketua Departemen

NIP. 19730408 199802 1 001 (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)

Tanggal,

Dekan

(5)

ABSTRACT

Title of this research is “Factors That Affected clothes sell’s income in two traditional market in Pematangsiantar city”. This observation use seventy six respondents. The aim of this research is to know whether there are two ways relationship (influence each other), one way relationship or no relationship at all between the first investment, sales experience, number of labour and investment every month.

This research use linier regression analysis model. The presence data were processed using software Eviews 5. Hypothesis results shown that when the first investment, sales experience, investment every month increase and number of labour decrase, it will make income the clothes sell’s increasing.

By knowing the relationship between these variables, the OLS (Ordinary Least Square) method is used to conduct the estimation. The estimation result shown that the first investment, number of labour, and investment every month have significantly influence to clothes sell’s income, but the sales experience haven’t significantly influence to clothes sell’s income.

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Pasar Tradisional Kota Pematangsiantar ”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 76 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik (saling mempengaruhi satu sama lain), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara modal/investasi awal usaha, pengalaman berusaha, jumlah tenaga kerja, dan investasi/bulan.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi liner. Data yang ada diproses dengan menggunakan perangkat lunak Eviews 5. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi modal/investasi awal, pengalaman berusaha, investasi/bulan dan semakin sedikit tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin tinggi pendapatan pedagang pakaian

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah OLS (Ordinary Least Square) digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan modal/investasi awal, jumlah tenaga kerja, dan investasi/bulan berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang, sedangkan pengalaman berusaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang pakaian.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT………...i

ABSTRAK………..ii

KATAPENGANTAR………iii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………1

1.2 Perumusan Masalah………6

1.3 Hipotesis………..7

1.4 Tujuan Penelitian………7

1.5 Manfaat Penelitian………..8

BAB II URAIAN TOERITIS 2.1 Pengertian Sektor Informal……….9

2.2 Pengertian Pasar Tradisional……….12

2.2.1 Ciri-Ciri Pasar Tradisional………..12

2.2.2 Peluang Pengembangan Pasar Tradisional……… 13

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemajuan Pasar Tradisional………...14

2.2.4 Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional………...14

2.3 Arus Perputaran Kegiatan Ekonomi……… ……15

(8)

2.5 Ketimpangan Pendapatan……….17

2.6 Pelaku-Pelaku Kegiatan Ekonomi………19

2.7 Mekanisme Pasar………...………..22

2.7.1 Kebaikan Mekanisme Pasar………...……….23

2.7.2 Kelemahan Mekanisme Pasar………...…..25

2.8 Pasar Persaingan Sempurna………...…..27

2.9 Pasar Monopoli………30

2.10 Pasar Persaingan Monopolistis………..…….31

2.11 Pasar Oligopoli……..………..33

2.12 Penentuan Upah Di pasar Tenaga Kerja…………..………...34

2.12.1 Upah Uang dan Upah Riil………...34

2.12.2 Perbedaan Upah Uang dan Uang Riil………...35

2.12.3 Faktor-faktor yang Menimbulkan Perbedaan Upah…..…..36

2.13 Peranan Modal Dalam Perekonomian……….37

2.13.1 Permintaan Terhadap Dana Modal………..38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian……….. 40

3.2 Lokasi Penelitian……….40

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel………..40

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data……… 41

3.5 Metode Analisis Data ………42

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)………..44

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-Square)……….44

(9)

3.6.3 Uji f-statistik……….. ……45

3.7 Uji Penyimpangan Klasik………...46

3.7.1 Uji Multikolineritas………46

3.7.2 Uji Heterokedastisitas………47

3.8 Defenisi Operasional………...48

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Pematangsiantar……….49

4.1.1 Geografi………49

4.1.2 Luas Wilayah………....50

4.1.3 Jumlah Penduduk………...50

4.2 Gambaran Umum Dinas Pasar Kota Pematangsiantar………51

4.2.1 Sejarah Kantor Dinas Pasar Kota Pematangsiantar……….51

4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Pasar Kota Pematangsiantar…...52

Sebelum Peleburan 4.2.3 Struktur Pengelola Pasar Di Bawah Naungan Kecamatan...54

4.3 Gambaran Umum Obyek penelitian……… 55

4.3.1 Umur Responden………...55

4.3.2 Pendidikan Responden………..56

4.3.3 Luas Lokasi Usaha Responden……….57

4.3.4 Pekerjaan Sampingan Responden……….58

4.4.5 Pengalaman Berusaha Responden………59

4.4 Pembahasan………60

4.4.1 Interpretasi model………..60

(10)

4.4.3 Uji t-Statistik……….63

4.4.4 Uji F-Statistik………67

4.5 Uji Penyimpangan Klasik………68

4.5.1 Multikolinearitas………...…68

4.5.2 Heterokedastisitas………69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..70

5.2 Saran………71 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Hal

2.1 Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional……….18 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan……….50 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan…...…51 4.3 Distribusi Umur Responden………...56 4.4 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden……….56 4.5 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Dan Umur

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Hal

2.1 Siklus Aliran Pendapatan ………15

2.2 Permintaan Atas Modal………..38

3.1 Kurva Uji t-Statistik………...…...45

3.2 Kurva Uji F-Statistik………...…. 46

4.1 Struktur Dinas Pasar Sebelum Peleburan………. 53

4.2 Struktur Dinas Pasar Di Bawah Naungan Kecamatan…….…….54

4.3 Luas Lokasi Usaha Yang Dimiliki Responden……….58

4.4 Perbandingan Antara Responden yang Memiliki Pekerjaan Sampingan Dengan yang Tidak Memiliki Pekerjaan Sampingan………..59

4.5 Pengalaman Berusaha Responden………..60

4.6 Kurva Uji t Untuk Modal/Investasi Awal………..64

4.7 Kurva Uji t Untuk Pengalaman Berusaha………..65

4.8 Kurva Uji t Untuk Jumlah Tenaga Kerja………...66

4.9 Kurva Uji t Untuk Investasi/Bulan………67

(13)

ABSTRACT

Title of this research is “Factors That Affected clothes sell’s income in two traditional market in Pematangsiantar city”. This observation use seventy six respondents. The aim of this research is to know whether there are two ways relationship (influence each other), one way relationship or no relationship at all between the first investment, sales experience, number of labour and investment every month.

This research use linier regression analysis model. The presence data were processed using software Eviews 5. Hypothesis results shown that when the first investment, sales experience, investment every month increase and number of labour decrase, it will make income the clothes sell’s increasing.

By knowing the relationship between these variables, the OLS (Ordinary Least Square) method is used to conduct the estimation. The estimation result shown that the first investment, number of labour, and investment every month have significantly influence to clothes sell’s income, but the sales experience haven’t significantly influence to clothes sell’s income.

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian Di Pasar Tradisional Kota Pematangsiantar ”. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 76 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbal balik (saling mempengaruhi satu sama lain), hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara modal/investasi awal usaha, pengalaman berusaha, jumlah tenaga kerja, dan investasi/bulan.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi liner. Data yang ada diproses dengan menggunakan perangkat lunak Eviews 5. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi modal/investasi awal, pengalaman berusaha, investasi/bulan dan semakin sedikit tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin tinggi pendapatan pedagang pakaian

Dengan mengetahui hubungan diantara variabel-variabel, kaedah OLS (Ordinary Least Square) digunakan untuk melakukan estimasi. Hasil estimasi menunjukkan modal/investasi awal, jumlah tenaga kerja, dan investasi/bulan berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang, sedangkan pengalaman berusaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang pakaian.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka penciptaan perubahan baik dalam bidang sosial, politik maupun ekonomi. Proses pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai titik berat pembangunan nasional, pembangunan ekonomi yang diharapkan sebagai pengantar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas, merata dan dinamis.

Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tersebut, pada dasarnya ditentukan dan dipengaruhi oleh 2 macam faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berupa sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), permodalan dan tenaga manajerial yang mengorganisir dan mengatur faktor-faktor produksi. Faktor non-ekonomi adalah berupa lembaga sosial, kondisi politik, nilai-nilai moral dan sejenisnya yang bukan merupakan faktor ekonomi yang mempengaruhi baik yang menunjang maupun menghalangi proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara (Rustian Kamaluddin, 1999).

(16)

penduduk yang sangat tinggi yang ditunjukkan dengan adanya angka kelahiran yang lebih tinggi dari pada angka kematian.

Implikasi dari permasalahan tersebut yaitu bahwa lonjakan pertumbuhan penduduk tersebut akan mengakibatkan bertambahnya angkatan kerja. Sedangkan sektor formal sebagai sektor ekonomi yang mendapat bantuan dan perlindungan dari pemerintah, dewasa ini dirasa kurang mampu untuk memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak lagi bagi angkatan kerja. Meskipun penyediaan kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam kenyataannya kesempatan kerja tersebut membutuhkan syarat-syarat pendidikan dan keterampilan yang tidak dimiliki oleh sebagian pencari kerja.

Keadaan tersebut diperburuk lagi dengan ketidakmampuan bagi sebagian angkatan kerja untuk mengolah sumber daya alam yang ada, karena memang mereka tidak memiliki pendidikan dan keahlian. Sehingga kebanyakan sumber daya alam kita dikelola dan dikuasai oleh investor asing, sedangkan angkatan kerja Indonesia hanya menjadi pekerja ataupun hanya menjadi buruh kecil di daerahnya sendiri. Bahkan akan terjadi pengangguran apabila sektor formal yang ada di suatu daerah tidak mampu lagi untuk menampung angkatan kerja yang ada di daerah itu secara keseluruhan.

(17)

berkembang. Dalam hal ini fungsi utama sektor informal adalah sebagai penyangga dan katub pengaman perekonomian negara yang bersangkutan dalam memberikan pendapatan dan peluang kerja bagi penduduk walaupun kecil dan tidak tetap. Usaha kecil juga memberikan manfaat sosial yang berarti bagi perekonomian, dimana usaha kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah dan memiliki potensi terhadap penciptaan lapangan kerja.

Pengembangan usaha sektor informal melalui penentuan ataupun memberikan batasan-batasan terhadap pengertian dan defenisi usaha kecil informal. Usaha kecil merupakan para wiraswasta yang mandiri dan tidak pernah menggantungkan diri pada siapapun dan tidak pernah terdengar segala tuntutannya karena mereka terlalu lemah dan tidak mempunyai akses pada media massa. Mereka masih mempunyai banyak kelemahan seperti lemah dalam akses memperluas pangsa pasar, lemah dalam akses pemupukan modal, lemah dalam pemanfaatan informasi dan teknologi serta kurang mampu dalam pembentukan organisasi dan manajemen (Prawirkusumo, 2001).

Untuk itu usaha sektor informal dalam perkembangannya yang semakin luas dan nyata perlu dibina dan dilindungi agar tumbuh menjadi unsur kekuatan ekonomi. Perkembangan usaha kecil yang dimaksud bisa dalam arti pertambahan jumlah unit usaha dan tenaga kerja yang terlibat atau peningkatan pangsa PDB-nya, atau dalam bentuk peningkatan skala usaha dari kecil menjadi menengah, dan yang menengah dapat menjadi usaha yang besar (Tambunan, 2002).

(18)

mendorong dan menciptakan iklim usaha yang kondusif agar usaha kecil tersebut dapat terus tumbuh dan berkembang. Pemerintah juga harus dapat menjaga mekanisme pasar yang sehat dengan instrumen-instrumen hukum, terutama yang mendesak adalah pelaksanaan UU tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat serta UU tentang usaha kecil (Rachbini, 2002).

Usaha lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam pemberdayaan usaha sektor informal adalah melalui aspek pendanaan. Pemerintah telah dan akan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan untuk (Prawirokusumo, 2001): (a) memperluas sumber pendanaan, (b) meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan, dan (c) memberikan kemudahan dalam pendanaan. Dalam aspek pendanaan ini, pemerintah menyediakan berbagai skim kredit misalnya Kredit Usaha Kecil (KUK). Peranan pemerintah tersebut telah dikembangkan dalam GBHN 1993 yang berisikan: “Kemampuan dan peranan usaha kecil terus dikembangkan dengan meningkatkan sarana dan prasarana disertai dengan pengembangan iklim yang mendukung termasuk penyederhanaan izin usaha, penyediaan kemudahan dalam investasi, kesempatan kerja usaha, juga kemudahan dalam memperoleh pendidikan, pelatihan, dan bimbingan manajemen serta alih teknologi dan hal yang sangat penting dalam pengembangan usaha yaitu memperoleh permodalan” (Ibid).

(19)

dilakukan oleh berbagai kalangan untuk mendapatkan hasil dan formula yang terbaik dalam pengelolaan sektor informal ini.

Usaha sektor informal yang menjadi obyek penelitian ini adalah pedagang pakaian yang tersebar di dua pasar tradisional Kota Pematangsiantar. Berjualan pakaian merupakan salah satu usaha kecil yang memiliki peluang yang besar untuk berkembang. Hal ini disebabkan karena pakaian dibutuhkan oleh seluruh masyarakat tanpa memandang golongan ataupun status. Pakaian merupakan kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, sehingga permintaan konsumen akan pakaian akan selalu ada. Bahkan pada saat hari-hari besar seperti hari Raya Idul fitri, Natal dan hari besar lainnya, permintaan konsumen terhadap pakaian akan mengalami peningkatan, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan pedagang bila dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Dalam usaha berdagang pakaian, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh para pedagang tersebut seperti modal awal usaha, lamanya pengalaman berjualan, jumlah tenaga kerja, dan biaya sewa tempat usaha. Biasanya modal awal usaha yang dimiliki oleh pedagang pakaian di pasar tradisional akan lebih kecil bila dibandingkan dengan pedagang pakaian di pasar modern. Pedagang di pasar modern akan lebih mudah dalam memperoleh modal dibandingkan dengan pedagang pasar tradisional. Hal ini disebabkan karena prospek pengembangan bisnis di pasar modern akan lebih besar dibandingkan pengembangan bisnis di pasar tradisional.

(20)

dagangnya. Dalam hal jumlah tenaga kerja, biasanya pedagang yang tidak mempunyai tenaga kerja yang membantunya tidak akan mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja, sehingga pendapatannya akan lebih maksimum. Sedangkan dalam hal investasi/bulan pedagang yang mempunyai investasi/bulan yang lebih tinggi akan lebih banyak memasok barang dagangannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanju terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang pakaian. Untuk itu, penulis memilih judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pakaian di Dua Pasar Tradisional (Studi Kasus: Pasar Horas dan Pasar Parluasan Kota Pematangsiantar)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh jumlah modal/investasi awal usaha terhadap pendapatan pedagang pakaian.

2. Apakah terdapat pengaruh pengalaman berusaha terhadap pendapatan pedagang pakaian.

3. Apakah terdapat pengaruh jumlah tenaga kerja yang digunakan terhadap pendapatan pedagang pakaian.

(21)

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau statement tentang kebenaran yang dirumuskan untuk pengertian sementara. Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah modal/investasi awal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pakaian.

2. Pengalaman berjualan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang pakaian.

3. Jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pendapatan pedagang pakaian.

4. Investasi/bulan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan pedagang pakaian.

1.4 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah modal/investasi awal usaha terhadap pendapatan pedagang pakaian.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman berusaha terhadap pendapatan pedagang pakaian.

3. Untuk mengetahui pengaruh banyaknya jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pedagang pakaian.

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang pedagang informal ini diharapkan dapat memberi manfaat, seperti:

1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam rangka pengaturan dan pembinaan para pedagang pakaian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Dinas Pasar untuk menetapkan kebijakan terhadap usaha sektor informal.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada semua pihak, seperti pemerintah kota, dinas pasar, dan pihak lain yang membutuhkannya.

(23)

BAB II

URAIAN TOERITIS 2.1 Pengertian Sektor Informal

Istilah sektor informal pertama kali dikemukakan oleh Hart (1971) seorang antropolog Inggris, dalam rangka memecahkan masalah ketenagakerjaan di Kenya, dengan menggambaran sektor informal sebagai bagian dari angkatan kerja di kota yang ada di luar pasar kerja yang teroganisir. Mulai saat ini, sektor informal telah disebut sebagai suatu konsep yang memberikan harapan dan disempurnakan lagi oleh ILO (International Labour Organization) yang mempelajari kesempatan kerja di Kenya dalam rangka program kesempatan kerja dunia.

Dalam laporan ILO tersebut dan dari berbagai penelitian tentang sektor informal di Indonesia, telah menghasilkan 10 ciri pokok sektor informal sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasikan secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas/kelembagaan yang tersedia di sektor formal

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha.

3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.

4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini.

(24)

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man-enter prises dan kalau mempekerjakan buruh berasal dari keluarga.

9. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan yang tidak resmi.

10. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsikan oleh masyarakat desa/kota yang berpenghasilan rendah.

Disamping itu ILO menemukan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang selalu lolos dari pencacahan, pengaturan dan perlindungan oleh pemerintahan tetapi mempunyai makna ekonomi karena bersifat kompetitif dan padat karya, memakai input dan teknologi lokal serta beroperasi atas dasar kepemilikan sendiri oleh masyarakat lokal. Kegiatan-kegiatan inilah yang kemudian dinobatkan sebagai sektor informal (Lyta Permatasari, 2007).

Di kalangan para peneliti, pada sektor informal sudah terdapat semacam pandangan (konsensus) tentang dua hal. Pertama, bahwa sektor informal pada hakekatnya merupakan konsep ekonomi. Oleh karena itu kegiatannya dapat dikelompokkan menurut klasifikasi lapangan usaha. Kedua, bahwa yang dianalisa adalah perilaku unit usaha, dan bukan keluarga atau individu. Terdapat unit usaha yang skala paling kecil maka perilaku unit usaha akan identik dengan perilaku individu.

(25)

1. Portes dan Catells (dalam Chandrakirana 1995) mengajukan defenisi sektor informal sebagai proses perolehan penghasilan diluar sistem regulasi. Istilah ini merupakan suatu ide akal sehat (common sense nation) yang karena batas-batas sosialnya terus bergeser, tidak dapat dipahami dengan definisi yang ketat. Mereka melihat bahwa sektor informal sebagai suatu proses perolehan penghasilan mempunyai ciri-ciri sentral yaitu tidak diatur oleh lembaga-lembaga sosial dalam suatu lingkungan legal dan sosial. Menurut mereka, batas-batas ekonomi informal bervariasi secara substansial sesuai dengan konteks dan kondisi historisnya masing-masing 2. Sthurman (dalam Manning dan Effendi 1996) mengemukakan istilah

sektor informal biasanya digunakan untuk mengajukan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskaka kecil. Alasan mereka mengatakan bahwa sektor informal berskala kecil adalah:

- Umumnya mereka berasal dari kalangan miskin.

- Sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang.

- Bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan.

- Umumnya mereka memiliki pendidikan yang rendah. - Umumnya mereka memilki keterampilan yang rendah.

(26)

tetap dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan hubungan kontrak jangka panjang dalam sektor informal dan upah cenderung dihitung per hari atau per jam serta menonjolnya usaha mandiri. 2.2 Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional atau pasar basah selalu identik dengan suasana kumuh, jorok, dan beragam atribut buruk yang lainnya. Tetapi jika dikelola dengan baik, pasar tradisional ini sebenarnya bisa menghadirkan kenyamanan bagi para konsumen. Pasar tradisional adalah salah satu komponen utama pembentukan komunitas masyarakat baik di desa maupun di kota sebagai lembaga distribusi berbagai macam kebutuhan manusia seperti bahan makanan, sumber energi, dan sumberdaya lainnya. Pasar tradisional berperan pula sebagai penghubung antara desa dan kota.

Perkembangan penduduk dan kebudayaan selalu diikuti oleh perkembangan pasar tradisional sebagai salah satu pendukung penting bagi kehidupan manusia sehari-hari terutama di kawasan pedesaan. Pasar tradisional pada saat ini memegang peranan yang peting terutama pada masyarakat pedesaan. Pada masyarakat pedesaan pasar dapat diartikan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakt dengan dunia luar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mempunyai peranan dalam perubahan-perubahan yang berlangsung dalam masyarakat. Melalui pasar ditawarkan alternatif-alternatif kebudayaan yang berlainan dengan kebudayaan setempat (Joko Setiyanto, 2008).

2.2.1 Ciri-Ciri Pasar Tadisional

(27)

2) Keberadaannya kian menurun dengan berkembangnya perpasaran swasta modern khususnya diperkotaan.

3) Berdasarkan Survey AC Nielsen pertumbuhan Pasar Modern (termasuk Hypermarket) sebesar 31,4%, sementara pertumbuhan Pasar Tradisional -

8,1% (SWA, Edisi Desember 2004).

4) Serbuan pasar modern / hypermarket dengan dukungan kekuatan modal besar, sistem dan teknologi modern, berhadapan langsung dengan pedagang pasar tradisional.

5) Image Pasar tradisional terkesan Becek, Kotor, kurang nyaman, dan fasilitas minim seperti parkir, toilet, tidak ada tempat pengolahan sampah,

fisik kurang terawat.

6) Pasar tradisional kurang mampu berkompetisi dengan perpasaran swasta

7) Pasar tradisional Lemah dalam manajemen dan kurang mengantisipasi perubahan

2.2.2 Peluang Pengembangan Pasar Tradisional

(28)

akan keberadaan pasar tradisional. Dua hal perlu dicermati dalam hal ini, yaitu (Ibid):

1) Diperlukan pemikiran untuk meningkatkan kinerja dan tampilan pasar tradisional

2) Ajakan perlunya mengedepankan produk ramah lingkungan dan menumbuhkan rasa cinta produk-produk sendiri.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemajuan Pasar Tradisional Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemajuan pasar tradisional, yaitu:

1) Lingkungan sosial sekitar pasar mulai mengalami perubahan

2) Perubahan gaya hidup konsumen (life style) perkotaan. Konsumen ingin mendapatkan pelayanan lebih tidak hanya sekedar membeli barang. 3) Perubahan masa (masa kompetisi) pada pasar tradisional tidak menjadi

\satu-satunya pusat perdagangan tempat berbelanja. 4) Globalisasi sudah disadari, tetapi belum dinatisipasi

5) Tantangan selalu memberikan peluang semangat kompetisi dan upaya tetap maju.

2.2.4 Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional

Ada beberapa strategi pengelolaan pasar tradisional agar konsumen dapat bertahan untuk berbelanja di pasar tradisional, yaitu:

1) Pengelolaan pasar harus lebih professional 2) Harus mampu mengubah pola piker pedagang

(29)

4) Sarana dan prasrana yang nyaman 9parkir, gang, penerangan, sirkulasi, udara, keamanan, kebersihan, dll)

5) Citra pasar tradisional harus diperbaiki

6) Secara fisik pasar traadisional harus mampu menarik konsumen untuk berbelanja.

7) Harus mampu meningkatkan laba perusahaan yang berada di pasar tradisional.

8) Kemampuan untuk memuaskan semua pihak yang terkait dengan pasar tradisional.

.2.3 Arus Perputaran Kegiatan Ekonomi

Pada dasarnya ada dua pihak yang menggerakkan roda pererkonomian, yaitu pihak swasta dan pemerintah. Dalam pihak swasta kemudian diadakan pembagian menjadi 2 bagian yaitu individu (rumah tangga konsumen), bussines (rumah tangga perusahaan. Hubungan antara individu dan bussines yaitu:

Pengeluaran konsumsi

Barang dan jasa

Faktor-faktor produksi

Upah, bunga, dan lain-lain Gambar 2.1

Siklus Aliran Pendapatan

(30)

Perusahaan mendapatkan faktor-faktor produksi dari rumah tangga konsumen atau masyarakat luas. Sehingga sebagai imbalannya, perusahaan akan memberikan pendapatan kepada rumah tangga konsumen dalam bentuk sewa, upah, bunga, laba. Sesudah faktor-faktor produksi diolah oleh perusahaan, maka hasil produksi akan disalurkan kepada kosumen dalam bentuk barang dan jasa. Sebagai imbalannya, konsumen akan membeli barang dan jasa tersebut dengan pendapatan yang dimilikinya. Gambar di atas juga merupakan sirkulasi aliran pendapatan.

2.4 Pendapatan Nasional

Analisa pendapatan nasional atau disebut juga ilmu ekonomi makro adalah salah satu cabang ilmu ekonomi, sebagai imbangan ilmu ekonomi makro/teori harga. Analisa pendapatan nasional adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku perekonomian secara keseluruhan yang mempelajari faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Fluktuasi pendapatan nasional dari tahun ke tahun dan saling ketergantungan antar berbagai sektor dan sub sektor dalam perekonomian.

(31)

Para ahli ekonomi modern menggunakan GNP (Gross National Product) sebagai alat pengukur pokok kegiatan perekonomian. GNP mempunyai pengertian nilai semua barang dan jasa yang setiap tahun dihasilkan oleh bangsa yang bersangkutan yang diukur menurut harga pasar. Di dalam GNP produk yang ada di dalamnya terdiri dari berbagai macam dan keseluruhan produk tersebut akan dibeli oleh masyarakat. Produk yang akan menjadi unsur GNP terdiri dari 4 jenis yaitu:

1. Konsumen yang membeli barang-barang konsumen. 2. Investor yang membeli barang-barang investasi. 3. Pemerintah.

4. Pihak luar negeri yang membeli barang-barang ekspor. Secara ringkas, GNP dapat ditulis sebagai berikut GNP = C + I +G + (X-M) dimana

C = Konsumsi barang dan jasa oleh rumah tangga I = Investasi

G = Barang dan jasa yang dibeli pemerintah X-M = Ekspor-Impor

2.5 Ketimpangan Pendapatan

Ukuran ketimpangan pendapatan dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Corrado Gini yang hasil hitungannya disebut Gini Concentration Ratio (GCR). Para ahli ekonomi merumuskan cara penilaian ketimpangan ini

antara lain yang dikemukakan oleh Harry Tatsumi Oshima dan Bank Dunia.

(32)

ketimpangan moderat (sedang) dan 0,5 menunjukkan ketimpangan berat. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Suherman Rosyidi, 2006):

Jika indeks gini bernilai:

Sampai dengan 0,3 Ketimpangan ringan > 0,3-0,5 Ketimpangan sedang > 0,5 Ketimpangan berat

Sedangkan Bank Dunia memandang kondisi ketimpangan dari berapa persenkah pendapatan nasional yang diterima oleh 40% penduduk termiskin. Hal tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional Persentase pendapatan nasional yang

diterima oleh 40% penduduk termiskin

Ketimpangan distribusi pendapatan nasional

17 atau lebih Ringan

Lebih rendah dari 17 tetapi di atas 12 Sedang

12 atau kurang Berat

Sumber: Suherman Rosyidi,2006.

(33)

2.6 Pelaku-Pelaku Kegiatan Ekonomi

Di dalam dunia ini, setiap orang melakukan kegiatan ekonomi yang berbeda dengan yang lainnya. Tetapi yang penting untuk dijelaskan tidaklah kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang, tetapi garis besar dari corak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat.

Untuk mencapai hal itu, maka pelaku-pelaku kegiatan ekonomi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu rumah tangga, peruahaan dan pemerintah. Masing-masing golongan ini dapat menjalankan peranan yang berbeda-beda dalam suatu perekonomian. Pelaku kegiatan ekonomi yaitu:

1. Rumah Tangga

Rumah tangga adalah pemilik faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian. Sektor ini juga menyediakan tenaga kerja dan tenaga usahawan. Selain itu sektor ini memiliki faktor produksi lainnya yaitu barang-barang modal, kekayaan alam, dan harta tetap seperti tanah dan bangunan. Mereka akan menawarkan faktor-faktor produksi tersebut kepada perusahaan. Sebagai balas jasa terhadap penggunaan berbagai jenis faktor produksi ini maka sektor perusahaan akan memberikan berbagai jenis pendapatan kepada sektor rumah tangga.

(34)

mendapatkan bunga atau dividen. Tabungan ini juga berfungsi sebagai cadangan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang.

2. Perusahaan

Perusahaan-perusahaan adalah organisasi yang dikembangkan oleh seseorang dengan tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sekumpulan orang tersebut dinamakan pengusaha, dimana mereka adalah orang yang memiliki keahlian atau kewirausahawanan dan kegiatan mereka dalam perekonomian ialah mengorganisasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga berbagai jenis barang yang diperlukan oleh rumah tangga dapat diproduksi dengan baik.

(35)

3. Pemerintah

Pemerintah adalah badan-badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur kegiatan perekonomian. Badan-badan tersebut termasuklah berbagai departemen pemerintah, badan yang mengatur penenaman modal, bank sentral, parlemen, pemerintah daerah, dan lain sebagainya. Badan-badan tersebut akan mengawasi kegiatan rumah tangga dan perusahaan agar mereka melakukan kegiatan dengan cara yang wajar dan tidak merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Pemerintah sangat aktif dalam kegiatan perekonomian, oleh Karena itu sektor ekonomi dapat dibedakan menjadi sektor pemerintah dan sektor swasta. Produksi sektor pemerintah berarti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh badan pemerintah sedangkan produksi sektor swasta berarti hasil-hasil kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat.

Untuk pembiayaannya pemerintah memberikan pajak kepada rumah tangga dan perusahaan. Secara garis besarnya, pajak yang dipungut oleh pemerintah dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang secara langsung dipungut atau dibebankan kepada orang-orang atau badan-badan yang memperoleh pendapatan atau keuntungan dari kegiatan ekonomi.

(36)

Lebih lanjut di dalam ilmu perpajakan dikenal adanya 3 sistem atau cara pengenaan pajak kepada wajib pajak. Ketiga cara itu adalah (Suherman Rosyidi, 2006):

1. Pajak Progresif/ Progressive Tax

Pajak progresif adalah pajak yang dikenakan semakin berat terhadap mereka yang berpendapatan tinggi. Hal yang dimaksud dengan semakin berat bukanlah nominal pajaknya, melainkan beban pajaknya/persentase pajak atas pendapatan akan semakin tinggi apabila pendapatan juga makin tinggi. Misalnya pajak pendapatan.

2. Pajak Degresif/Degressive Tax.

Pajak ini dikenakan semakin berat kepada masyarakat yang berpendapatan rendah. Hal yang dimaksud dengan semakin berat adalah beban pajak/persentase pajaknya. Jadi persentase pajak atas pendapatan akan tinggi apabila pendapatan rendah. Misalnya pajak penjualan dan pajak tontonan.

3. Pajak Proporsional/Proportional Tax

Pajak proporsional adalah pajak yang dikenakan berdasarkan pembebanan atau persentase yang sama terhadap semua tingkat pendapatan. Artinya berapapun tingginya pendapatan seseorang namun pajak proporsional yang dikenakan di atasnya berdasarkan persentase tertentu.

2.7 Mekanisme Pasar

(37)

1. Pada umumnya mekanisme pasar adalah sistem yang cukup efisien di dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi dan mengembangkan perekonomian, tetapi

2. Dalam keadaan tertentu, ia dapat menimbulkan beberapa akibat buruk sehingga diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya.

2.7.1 Kebaikan Mekanisme Pasar

Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi dengan cukup efisien dan dapat mendorong perkembangan ekonomi disebabkan karena ia memiliki beberapa kebaikan, yaitu (Sadono Sukirno, 2005):

1. Pasar dapat memberikan informasi yang lebih tepat

Para pengusaha melakukan kegiatan memproduksinya dengan mencari untung. Maka salah satu pertimbangan yang harus mereka fikirkan sebelum menjalankan usahanya adalah menentukan jenis barang-barang yang dapat dihasilkan secara menguntungkan. Pasar dapat memberikan informasi yang sangat berguna, yaitu dengan memberikan keterangan tentang harga barang sampai dimana besarnya permintaan kepada berbagai barang.

2. Pasar memberi perangsang untuk mengembangkan kegiatan usaha

Keadaan dalam pasar terus-menerus mengalami perubahan. Pertambahan pendapatan, kemajuan teknologi dan pertambahan penduduk akan mengembangkan permintaan. Hal ini akan memberikan dorongan kepada pengusaha untuk menambah produksi dan meningkatkan kegiatan ekonomi.

(38)

Pasar yang semakin meluas berarti lebih banyak barang yang harus diproduksi. Untuk mempercepat pertambahan produksi, teknologi yang lebih modern akan digunakan dan kemahiran teknik dan manajemen yang modern diperlukan. Kebutuhan ini akan menjadi perangsang untuk memperoleh keahlian dan cara memproduksi secara modern.

4. Pasar menggalakkan penggunaan barang dan faktor produksi secara efisien.

Harga suatu barang ditentukan oleh permintaan dan kelangkaannya. Makin besar permintaan, makin tinggi harganya, dan makin langka penawarannya dan semakin tinggi harganya. Akibat dari harga yang diatur secara perrmintaan dan kelangkaan ini maka masyarakat akan lebih berhati-hati dalam menggunakan berbagai jenis barang yang tersedia. Artinya, harga faktor-faktor produksi yang berbeda, yang penentuannya didasarkan pada permintaan dan tersedianya faktor-faktor tersebut menyebabkan para pengusaha berusaha untuk menggunakan faktor-faktor produksi yang paling efisien.

5. Pasar memberikan kebebasan yang tinggi kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi

(39)

mempunyai kebebasan yang penuh untuk memilih jenis barang-barang yang akan diproduksinya dan jenis-jenis faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang tersebut.

2.7.2 Kelemahan Mekanisme Pasar

Sampai saat ini, banyak orang yang tetap memberikan sokongan yang kuat kepada sistem mekanisme pasar. Mereka berkeyakinan bahwa mekanisme pasar adalah sistem yang paling baik untuk mengatur kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Pada tahun 1980-an dukungan tersebut dikemukakan lagi oleh seorang ahli ekonomi yang pernah mendapat hadiah nobel yaitu Milton Friedman. Dukungan itu dikemukakan dalam buku yang berjudul Free to Choose. Di samping banyak mendapat dukungan, sistem mekanisme pasar juga mendapat kritikan, yang merupakan kelemahan dari sistem mekanisme pasar tersebut. Beberapa Kelemahannya yaitu:

1. Kebebasan yang tidak terbatas dapat menindas golongan-golongan tertentu.

Kebebasan dalam melakukan kegiatan erkonomi yang tidak ada batasnya dapat merugikan yang lemah dan kaum minoritas. Persaingan yang sangat bebas menyebabkan golongan yang kuat kedudukannya menjadi bertambah kuat lagi, dan golongan mayoritas dapat menindas golongan minoritas.

2. Kegiatan ekonomi sangat tidak stabil keadaannya.

(40)

mengalami kemorosotan yang sangat serius. Kegoncangan saperti ini sangat merugikan masyarakat. Para pengusaha dapat memperoleh untung yang banyak secara mendadak pada suatu waktu, dan pada masa berikutnya akan mengalami kehancuran.

Inflasi dapat tiba-tiba muncul dan pengangguran yang sangat buruk dapat muncul pada masa berikutnya. Di beberapa negara yang sering mengalami goncangan seperti ini mencoba untuk menghindarinya dengan cara menerapkan kebijakan di sektor ekspor-impor, di bidang keuangan, perpajakan, dan di bidang perbelanjaan pemerintah.

3. Sistem Pasar dapat menimbulkan monopoli.

Tidak selamanya suatu sistem mekanisme pasar merupakan suatu sistem persaingan sempurna di mana harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan pembeli dan penawaran yang banyak jumlahnya. Dalam perekonomian yang sudah modern, perusahaan raksasa dapat menguasai pasar. Mereka mempunyai kekuasaan yang sangat besar dalam menentukan harga dan menentukan jenis dan jumlah barang yang ditawarkan. Mereka selalu membatasi produksi pada tingkat di mana mereka akan memperoleh laba yang maksimum.

4. Mekanisme pasar tidak dapat menyediakan beberapa jenis barang secara efisien.

(41)

polisi untuk keamanan dan ketertiban, dan rumah sakit umum untuk menyediakan jasa kesehatan yang murah. Jasa-jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh mekanisme pasar secara efisien. Untuk dapat menyediakan jasa-jasa tersebut, diperlukan campur tangan pemerintah.

5. Kegiatan konsumen dan produsen mungkin menimbulkan “eksternalitas” yang merugikan.

Arti eksternalitas dalam hal ini adalah akibat sampingan (baik atau buruk) yang ditimbulkan dari kegiatan konsumsi dan produksi. Pencemaran udara, kesesakan lalu lintas di kota besar dan sampah yang dibuang secara tidak teratur dan pencemaran lingkungan adalah beberapa eksternalitas yang merugikan, yang selalu timbul dalam sistem mekanisme pasar yang sangat bebas.

Eksternalitas yang buruk tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan antara keuntungan pribadi dan keuntungan sosial. Seorang industrialis menggunakan mesin yang canggih agar dapat memproduksi barang secara lebih efisien, berarti ia telah memaksimumkan keuntungannya, tetapi mesin tersebut dapat mengotori lingkungan yang dapat merugikan masyarakat.

2.8 Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna dapat didefenisikan sebagai struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi pasar. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna yaitu (Sadono Sukirno, 2005):

(42)

Pengambilan harga atau price taker berarti suatu perusahaan yang ada dalam pasar tidak dapat menetukan ataupun mengubah harga. Apapun tindakan perusahaan dalam pasar, hal tersebut tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi di antara keseluruhan produsen dan konsumen.

Peranan produsen sangat kecil di dalam pasar, disebabkan jumlah produksi yang diciptakan seorang produsen merupakan sebagian kecil saja dari keseluruhan barang yang dihasilkan dan diperjualbelikan sehingga mereka tidak dapat mempengaruhi penentuan harga atau tingkat produksi di pasar.

2. Setiap perusahaan mudah keluar masuk.

Seandainya perusahaan mengalami kerugian dan ingin meninggalkan industri tersebut, langkah ini dapat dengan mudah dilakukan. Sebaliknya, apabila ada produsen yang ingin melakukan kegiatan industri tersebut, maka produsen tersebut dapat dengan mudah melakukan kegiatan yang diinginkannya tersebut.

3. Menghasilkan barang yang homogen

Barang yang dihasilkan dalam pasar persaingan sempurna adalah homogen. Tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara barang yang dihasilkan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Barang yang dihasilkan oleh seorang produsen merupakan pengganti yang sempurna terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh produsen lainnya.

(43)

competition yaitu persaingan dengan menggunakan iklan dan promosi penjualan.

Cara ini tidak efektif untuk menaikkan penjualan karena pembeli mengetahui barang-barang yang dihasilkan berbagai produsen dalam industri tersebut tidak ada perbedaan.

4. Terdapat banyak perusahaan dalam pasar.

Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek yaitu jumlah perusahaan sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relative kecil dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar.

Akibatnya, produksi dari tiap perusahaan sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Sifat ini menyebabkan apapun yang dihasilkan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan menaikkan atau menurunkan produksi, sedikitpun hal tersebut tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar atau industri tersebut.

5. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar.

(44)

2.9 Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja, dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang dekat. Ciri-ciri pasar monopoli yaitu:

1. Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

Di dalam pasar monopoli hanya terdapat satu perusahaan saja. Dengan demikian barang atau jasa yang dihasilkan tidak dapat dibeli dari tempat yang lain. Para pembeli tidak mempunyai pilihan lain. Syarat-syarat penjualan sepenuhnya ditentukan oleh pasar monopoli tersebut dan para pembeli tidak dapat berbuat suatu apapun di dalam menetukan syarat jual-beli.

2. Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip

Barang yang dihasilkan oleh pasar monopoli tidak dapat digantikan barang lain yang ada dalam pasar. Aliran listrik adalah salah satu contoh dari barang yang tidak mempunyai pengganti yang mirip, yang ada hanyalah barang pengganti yang sangat berbeda sifatnya, yaitu minyak lampu. Minyak lampu tidak dapat digunakan untuk menghidupkan barang-barang elektronik.

3. Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri.

(45)

legal, yang dibatasi oleh undang-undang, ada yang bersifat teknologi, dan ada yang bersifat keuangan yaitu modal yang besar.

4. Dapat mempengaruhi penentuan harga.

Oleh karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual di dalam pasar, maka penentuan harga dapat ditentukannya. Dengan mengadakan pengendalian ke atas produksi dan jumlah barang yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menetukan harga pada tingkat yangb dikehendakinya.

5. Promosi iklan kurang diperlukan

Oleh karena perusahaan minopoli merupakan satu-satunya penjual yang ada dalam pasar, maka ia tidak perlu mempromosikan barangnya dengan menggunakan iklan. Walaupun perusahaan memakai jasa iklan, itu tidak bertujuan untuk menarik pembeli, tetapi untuk memelihara hubungan yang baik dengan masyarakat.

2.10 Pasar Persaingan Monopolistis

Pasar persaingan monopolistis pada dasarnya adalah pasar yang beradadi antara dua jenis pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Pasar persaingan monopolis dapat didefenisikan sebagai pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik yaitu:

(46)

Terdapat cukup banyak penjual dalam pasar persaingan monopolistis, namun demikian tidak sebanyak pada pasar persaingan sempurna. Apabila dalam pasar beberapa puluh perusahaan, maka pasar monopolistis sudah dapat wujud. Perusahaan yang ada dalam pasar monopolistis mempunyai ukuran yang relatif sama besarnya. Keadaan ini menyebabkan produksi suatu perusahaan relatif sedikit kalau dibandingkan dengan keseluruhan produk dalam keseluruhan pasar.

2. Barangnya bersifat berbeda corak.

Produksi dalam pasar persaingan monopolistk berbeda coraknya, dan secara fisik mudah dibedakan antara produksi suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai akibat dari perbedaan tersebut adalah barang yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis tidak bersifat pengganti sempurna.

3. Perusahaan mempunyai sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga.

Kekuasaan mempengaruhi harga oleh perusahaan monopolistis bersumber dari sifat barang yang dihasilkannya yaitu bersifat differentiated product. Perbedaan ini menyebabkan para pembeli bersifat memilih, yaitu lebih menyukai barang dari suatu perusahaan tertentu dan kurang menyukai barang yang dihasilkan perusahaan lainnya.

4. Mudah untuk masuk ke dalam industri.

(47)

tidaklah semudah di dalam pasar persaingan sempurna. Hal tersebut dapat terjadi karena dua faktor. Faktor yang pertama ialah karena modal yang diperlukan relativf besar dibandingkan dengan mendirikan perusahaan persasingan sempurna. Faktor yang kedua adalah karena perusahaan yang ada di dalamnya harus menghasilkan barang yang berbeda coraknya dengan yang sudah tersedia di pasar, dan harus mempromosikan barangnya untuk memperoleh langganan.

5. Persaingan promosi penjualan yang sangat aktif.

Harga tidaklah penentu utama dari besarnya pasar dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam pasar persaingan monopolistis. Untuk mempengaruhi citra rasa pembeli, maka pengusaha melakukan persaingan bukan harga. Persaingan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu dan desain barang, melakukan kegiatan iklan secara terus-menerus dan lain sebagainya.

2.11 Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli terdiri dari beberapa perusahaan kecil saja. Dalam perekonomian yang sudah maju, banyak terdapat pasar oligopli karena teknologi yang sudah modern. Teknologi modern mencapai efisiensi yang optimum hanya sesudah jumlah produksi mencapai tingkat yang sangat besar. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan pengurangan jumlah perusahaan dalam industri. Ciri-ciri pasar oligopoli:

1. Menghasilkan barang yang standar maupun barang yang berbeda corak.

(48)

menghasilkan bahan mentah dan bahan baku. Di samping itu, banyak pula pasar oligopoli yang menghasilkan barang yang berbeda corak, dan umumnya ini terdapat pada barang akhir.

2. Kekuasaan menetukan harga terkadang lemah dan terkadang kuat.

Dari dua kemungkinan itu, hal yang akan terwujud tergantung dari kerjasama di antara perusahaan-perusahaan yang ada dalam pasar oligopoli. Tanpa ada kerjasama, maka kekuasaan akan lebih terbatas. Apabila perusahaan dalam pasar oligopoli bekerja sama dalam menetukan harga maka harga dapat distabilkan pada tingkat harga yang mereka tentukan.

3. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi dengan

iklan.

Iklan sangat diperlukan oleh perusahaan oligopoli untuk yang menghasilkan barang yang berbeda corak. Kegiatan promosi tersebut mempunyai dua tujuan yaitu menarik pembeli dan mempertahankan pembeli yang lama.

2.12 Penentuan Upah Di Pasar Tenaga Kerja

2.12.1 Upah Uang Dan Upah Riil

(49)

pekerjaannya selalu berpindah-pindah seperi pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar.

Di dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa baik fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan pembayaran di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran atas jasa-jasa pekerja kasar atau tidak tetap.

2.12.2 Perbedaan Antara Upah Uang Dan Upah Riil

Di dalam jangka panjang, sejumlah tertentu upah pekerja akan mempunyai kemampuan yang semakin sedikit dalam membeli barang-barang dan jasa yang dibutuhkannya. Di dalam jangka panjang, kecenderungan yang selalu berlaku adalah keadaan dimana harga-harga barang dan upah terus mengalami kenaikan. Tetapi kenaikan tersebut tidaklah serentak dan juga tingkat kenaikannya berbeda. Walau bagaimanapun, hal tersebut tidak menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sampai di mana kenaikan pendapatan merupakan suatu gambaran kesejahteraan yang dinikmati oleh para pekerja. Untuk tujuan tersebut, maka ahli ekonomi membuat perbedaan antara upah uang dan upah riil.

(50)

2.12.3 Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Perbedaan Upah

Faktor-faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah adalah: 1. Permintaan dan penawaran tenaga kerja

Di dalam suatu pekerjaan, dimana terdapat penawaran tenaga kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya, upah cenderung mencapai tingkat yang rendah. Sebaliknya di dalam suatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga kerja yng terbatas, tetapi permintaannnya sangat besar, upah cenderung mencapai tingkat yang tinggi.

2. Perbedaan corak pekerjaan

Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis pekerjaan. Ada pekerjaan yang ringan dan mudah dilakukan dan ada pekerjaan yang harus dikerjakan dengan mengeluarkan tenaga fisik yang besar, dan ada pula pekerjaan yang harus dilakukan dalam lingkungan yang kurang menyenangkan. Golongan pekerja yang menggunakan fisik yang kuat dan bekerja di lingkungan yang kurang menyenangkan biasanya akan menuntut upah yang lebih besar.

3. Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan.

(51)

tersebut menyebabkan kurangnya penawaran tenaga kerja, karena tidak banyak tenaga kerja yang dapat mecapai taraf pendidikan yang lebih tinggi.

4. Pertimbangan bukan keuangan.

Daya tarik suatu pekerjaan tidak hanya tergantung pada besarnya upah yang ditawarkan, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Hal tersebut seperti ada tidaknya perumahan yang tersedia, jauh dekatnya kepada rumah pekerja, apakah pekerja tersebut harus berpisah dari keluarganya apabila ia menerima pekerjaan tersebut. Hal tersebut merupakan pertimbangan bukan keuangan yang harus difikirkan oleh calon pekerja.

5. Mobilitas tenaga kerja.

Di dalam teori ekonomi sering dimisalkan bahwa terdapat mobilitas faktor-faktor produksi, termasuk juga mobilitas tenaga kerja. Dalam konteks mobilitas tenaga kerja pemisalan ini berarti apabila dalam pasar tenaga kerja terjadi perbedaan upah, maka tenaga kerja akan mengalir ke pasar tenaga kerja yang upahnya lebih tinggi. Perpindahan tersebut akan terus berlangsung sehingga tidak terdapat lagi perbedaan upah.

2.13 Peranan Modal Dalam Perekonomian

(52)

Investasi atau penanaman modal adalah pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli/memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak digunakan lagi. Untuk melakukan penanaman modal, maka para pengusaha memerlukan dana. Adakalanya dana tresebut berasal dari keuntungan yang diperoleh yang tidak dibagikan dan ada pula yang berasal dari peminjaman dari pihak lain.

2.13.1 Permintaan Terhadap Dana Modal

Berbagai jenis investasi mempunyai tingkat pengembalian yang berbeda-beda. Apbila para pengusaha mengetahui sepenuhnya berbagi kemungkinan untuk melakukan investasi, maka mereka akan mendahulukan investasi yang tingkat modalnya tinggi. Kemudian setelah proyek tersebut dilaksanakan, mereka akan mengembangkan proyek dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Grafik permintaan atas modal dapat digambarkan sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2005):

Suku bunga

10

- 6

Dm

0 I0 I1 Jumah dana Gambar 2.2

(53)

Kurva Dm menggambarkan permintaan atas modal. Kurva tersebut

menunjukkan perkaitan di antara tingkat pengembalian modal dengan setiap unit perambahan barang modal yang dilakukan. Kurva tersebut menurun dari kiri atas ke kanan bawah karena permulaannnya investasi akan dilakukan untuk mengembangkan proyek yang tingkat pengembaliannya tinggi dan kemudian diikuti oleh proyek-proyek yang lebih rendah tingkat pengembalian modalnya.

Sampai di tingkat mana perusahaan akan meminta modal tergantung pada suku bunga yang berlaku dalam perekonomian. Misalkan suku bunga adalah 10%. Pada suku bunga ini tidak menguntungkan bagi perusahaan untuk melakukan investasi yang tingkat pengembalian modalnya di bawah 10% karena keuntungan yang diperiolehnya tidak dapat membayar bunga atas dana modal yang dipinjamnya.

Dengan demikian pada suku bunga 10%, para pengusaha akan mengembangkan proyek-proyek dengan tingkat pengembalian modal setidaknya sama dengan suku bunga. Hal ini berarti apabila suku bunga adalah 10% maka investasi yang dilakukan adalah sebesar Io, dan apabila suku bunga adalah 6%,

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, metode penelitiannya adalah sebagai berikut:

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang pakaian di pasar tradisional Kota Pematangsiantar.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua pasar tradisional yang terdapat di Kota Pematangsiantar, yaitu Pasar Horas dan Pasar Parluasan.

3.3. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah Keadaan dan jumlah obyek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu. Sedangkan sampel adalah Obyek-obyek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang merupakan fraksi atau kelompok-kelompok tertentu dari suatu populasi. Teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin yaitu:

(55)

e : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambiln sampel yang masih dapat ditolerir, misalnya 2%. Pemakaian rumus di atas mempunyai

asumsi bahwa populasi berdistribusikan sampel.

n.= 2

3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama yang menjadi objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan pengisian kuisioner terhadap para pedagang pakaian di Pematangsiantar yang dijadikan sampel.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi, buku-buku, majalah-majalah serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.

Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah pedagang pakaian di Pematangsiantar.

(56)

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mengadakan tanya jawab dengan para pedagang pakaian di Pematangsiantar.

3. Kuisioner

Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data atau informasi dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tulis yang berkaitan dengan penelitian, yang diajukan kepada responden yaitu para pedagang pakaian di Pematangsiantar.

4. Teknik Studi Kepustakaan

Dalam teknik studi kepustakaan, penulis mencatat dan mengumpulkan data atau literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian ini yang diperoleh dari buku-buku, majalah-majalah, artikel serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.

Pengolahan data dengan menggunakan program E-Views 5.1 untuk mengelola data dalam penulisan skripsi ini.

3.5. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Teknik analisis data untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu dengan model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Adapun persamaan model estimasinya adalah sebagai berikut: Y=f(X1,X2,X3,X4 )……… 1

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut:

(57)

Dimana:

Y = Pendapatan pedagang pakaian

α = Intercept

X1 = Jumlah modal awal usaha

X2 = Pengalaman berusaha

X3 = Jumlah tenaga kerja yang digunakan

,X4 = Investasi/bulan

β1β2β3β4 = Koefisien regresi

ц = Erorr term

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

> 0

Artinya jika X1 (modal usaha) meningkat maka Y (pendapatan

pedagang) akan mengalami peningkatan, cateris paribus.

> 0 Artinya jika X2 ( Pengalaman berusaha) mengalami peningkatan,

maka Y (pendapatan pedagang) akan mengalami peningkatan, cateris paribus.

< 0 Artinya jika X3 (jumlah tenaga kerja) mengalami peningkatan,

maka Y (pendapatan pedagang) akan mengalami penuruna, cateris paribus.

< 0 Artinya jika X4 (investasi/bulan) mengalami peningkatan, maka Y

(58)

3.6. Test of Goodneess of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien determinasi (R-square)

Koefisien determinasi diguanakan untuk melihat seberapa besar variebel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel independen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1)

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Dalam uji t-statistik ini digunakan hipotesis: Ho : bi = b

Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen pertama nilai pertama hipotesis, dan biasanya b = 0. Artinya pengaruh tidak signifikan pada α tertentu. Bila nilai t hitung > t-tabel maka tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

Dimana:

bi = Koefisien variebel independen ke-1

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-1 Kriteria pengambilan keputusan

1. Ho : β =0 Ho diterima (t* < t-tabel) artinya variabel independent secara

(59)

2. Ha : β ≠ 0 Ha diterima (t* > t-tabel) artinya variabel independent secara

parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Gambar 3.1 Kurva Uji T-Statistik 3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependent.

Dalam pengujian F-statistik digunakan hipotesis:

Ho : b1 = b2 =...= bk = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Ha : b1 ≠ b2 ≠...≠ bk ≠ 0 terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan antara F-statistik dengan F-tabel. Apabila nilai F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak yang berarti variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent. Nilai F-hitung dapat ditulis dengan rumus:

H0 : diterima

(60)

Dimana:

R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel independent n : Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan:

1. Ho : β1 = β2 = 0 Ho diterima (F* < F-tabel) artinya variabel

independent secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependent

2. Ha : β1≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (F* > F-tabel) artinya variabel

independent secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

Ha diterima Ho diterima

0 Gambar 3.2

Kurva Uji F Statistik 3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.7.1 Multikolinearitas

(61)

tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independent dari suatu model estimasi. Untuk mengetahui ada tidaknya mutikolinearitas dalam suatu model dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung, dan standard error.

Adanya multikolinearitas ditandai dengan: 1. R2 sangat tinggi.

2. Tidak ada satupun nilai t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5 %, dan α = 10%.

3. Standard error tidak terhingga

4. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

3.7.2. Heterokedisitas

Heterokesiditas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan penggangu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu E (Xi, µi) ≠ 0

sehingga E (µi)2≠ σ2 . Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model

regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil.

Di dalam regresinya, biasanya kita berasumsi bahwa E(µi)2 = σ2 , untuk

semua µi, artinya untuk semua kesalahan penggangu variannya sama. Pada

umumnya hal ini terjadi pada data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu, misalnya data hasil suatu survei.

Pengujian untuk mendeteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat terhadap semua variabel penjelas. Pada white test terdiri dari beberapa tahap yaitu:

(62)

X2 = n.R2 Dimana:

N =Jumlah observasi R2 = Koefisien determinasi

Keputusan ada tidaknya heteroskedastisitas ditentukan jika:

- χ2hitung > χ2 tabel, maka ada heteroskedastisitas - χ2hitung < χ2 tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas

3.8 Defenisi Operasional

1. Pendapatan adalah Sejumlah uang yang diterima oleh pedagang pakaian setiap hari sebagai hasil penjualan pakaian tersebut.

2. Modal/investasi awal usaha adalah merupakan harta ataupun dana yang dimiliki oleh seorang pedagang pakaian untuk memulai usahanya.

3. Pengalaman berusaha yaitu lamanya seorang pedagang pakaian dalam menjalankan usahanya.

4. Tenaga kerja adalah jumlah karyawan tetap yang turut membantu pedagang pakaian untuk berjualan setiap harinya.

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Pematangsiantar. 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2o53’20” – 3o01’00” Lintang Utara dan 99o1’00” – 99o6’35” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 km2 terletak 400-500 meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km2 atau sama dengan 28,41% dari total wilayah Kota Pematangsiantar. Secara administrasi wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan yaitu:

(64)

4.1.2 Luas Wilayah Kota Pematangsiantar

Luas wilayah yang paling besar terdapat pada kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km2 dan luas wilayah yang paling kecil terdapat di kecamatan Siantar Selatan dengan luas wilayah 2,020. Berikut adalah tabel luas wilayah masing-masing kecamatan.

Tabel 4.1

Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan

Kecamatan/District Luas/Area (km2)

Siantar Sitalasari 22,723

Siantar Martoba 18,022

Siantar Marimbun 18,006

Siantar Marihat 7,825

Siantar Timur 4,520

Siantar Utara 3,650

Siantar Barat 3,205

Siantar Selatan 2,020

Jumlah/Total 79,971

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar

4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar

(65)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah/Total

Siantar Marihat 9.640 9.967 19.607

Siantar Marimbun 6.451 6.843 13.294

Siantar Selatan 10.776 11.079 21.855

Siantar Barat 23.814 24.717 48.531

Siantar Utara 25.388 26.043 51.431

Siantar Timur 21.702 22.374 44.076

Siantar Martoba 13.636 14.474 28.110 Siantar Silatalasari 11.579 11.502 23.081 Jumlah/total 122.986 126.999 249.985 Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Pematangsiantar

4.2 Gambaran Umum Dinas Pasar Kota Pematangsiantar 4.2.1 Sejarah Kantor Dinas Pasar Kota Pematangsiantar

Setelah terbakarnya Pasar Trikora I pada tanggal 28 Juli 1980, maka pada tahap pertama penanggulangan korban kebakaran telah dibangun sebanyak 2442 kios darurat di Pasar Dwikora Martoba yang sekarang bernama Pasar Dwikora/Pasar Parluasan yang terletak di Jalan Patuan Anggi. Sejak terbakarnya pasar tersebut, berdirilah Pasar Horas yang pembangunannya dilaksanakan setelah pembangunan pasar darurat yang ada di Pasar Dwikora yang kini bernama Pasar Horas.

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Aliran Pendapatan
Tabel 2.1
Gambar 2.2 Permintaan Atas Modal
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel modal, pengalaman berdagang dan waktu usaha mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap besarnya laba yang diperoleh pedagang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan pedagang Kampoeng Batik

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari modal, lama usaha, lokasi usaha, tingkat pendidikan, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pedagang jajanan terhadap penggunaan pewarna metanil yellow adalah lamanya berdagang, akses yang mudah, tingkat pengetahuan yang rendah,

KESIMPULAN Berdasarkan data yang di peroleh dan diolah tentang pendapatan pedagang pakaian pasar tradisional dalam menghadapi FO Factory Outlet, maka hasil penelitian menujukkan

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tingkat pendidikan, modal usaha, lama usaha, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang Pasar Kecamatan Pangkatan adalah

FORUM EKONOMI: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 354 Pengaruh Modal Usaha, Jam Kerja, Lama Usaha, dan Lokasi Usaha Secara Bersama-sama terhadap Pendapatan Pedagang Sayur di Pasar