• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BANDARJO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG PASAR BANDARJO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Samsul Ma arif NIM. 7450408038

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui, Pembimbing I

Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. NIP. 195206221976122001

Pembimbing II

Kusumantoro S.Pd. M.Si NIP. 197805052005011001

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(3)

iii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui :

PERNYATAAN

PERNYATAAN

Pembimbing I

Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. NIP. 195206221976122001

Pembimbing II

Kusumantoro S.Pd., M.Si. NIP. 197805052005011001

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si. NIP.196603081989011001

Penguji Skripsi

(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang,

(5)

v

“Tidak ada rahasia untuk berhasil. Berhasil itu mampu berlangsung karena adanya persiapan, kerja keras serta akan studi dari kegagalan. Berhenti bercita cita merupakan tragedi terbesar di dalam hidup manusia (Nayla)

PERSEMBAHAN:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran atas skripsi ini;

(6)

vi Kusumantoro, S.Pd., M.Si.

Kata Kunci : Modal, Lokasi Berdagang, Kondisi Tempat Berdagang, Pendapatan Pedagang Pasar.

Pasar tradisional sampai sekarang masih menjadi pusat kegiatan ekonomi yang sangat penting bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Di pasar, seseorang bisa mendistribusikan produk-produk yang dihasilkannya untuk dijual, dengan kegiatan tersebut para penjual bisa memperoleh pendapatan setiap harinya, sehingga bisa mensejahterakan hidupnya sekaligus bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat disekelilingnya. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah berapa besar pengaruh modal berdagang, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang?

Populasi penelitian yaitu pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 958 pedagang pasar. Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan berjumlah 90 pedagang pasar. Data yang digunakan berupa data primer yang diambil dengan metode angket. Dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, uji hipotesis secara parsial (uji t), uji hipotesis secara simultan (uji F) dan koefisien determinasi ganda padalevel significance 5%.

Hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa nilai modal berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Lokasi berdagang berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kondisi tempat berdagang berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hasil uji hipotesis secara serempak (uji F) dapat diketahui bahwa modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang secara simultan berpengaruh signifikan pada pendapatan pedagang pasar dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil perhitungan dengan uji koefisien determinasi ganda dapat diketahui bahwa modal, lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen pendapatan pedagang pasar sebesar 52,8%, sedangkan sisanya sebesar 47,2% disebabkan oleh faktor-faktor lain.

(7)

vii Co Advisor Kusumantoro, S.Pd., M.Si.

Keywords: Capital, The Location Of Business, The Condition Of A Trading Place, Income Market Traders.

Traditional market until now is still a center of economic activities which are very important for some communities in Indonesia. In the market, a person may distribute products that it produces for sale, with the activities of the sellers can earn income every day, so that it can prosper his life as well as economic growth could improve the community around her. The formulation of the problem examined in this study is how large the influence of trade, capital trading, trading conditions of revenue traders market Bandarjo Ungaran, Semarang Regency?

Population research namely market traders Bandarjo Ungaran, Semarang Regency as much as 966 traders market. The number of samples obtained on the basis of predetermined criteria were 90 traders market. The Data used in the form of primary data taken with question form methods. By using multiple regression analysis techniques, test the hypothesis partially (t-test), hypothesis test simultaneously (F test) and the coefficient of determination of double significance level at 5%.

Hypothesis test results partially (t test) shows that the value of capital significantly influential in revenues the merchant market, with a value of significance of 0.000. The location of significant income at influential trade merchants market, with a value of significance of 0.000. Trading conditions significantly influential on revenue traders market with a value of 0.001 significance. Simultaneous hypotheses test results (test F) may note that the location of capital, trade, trading conditions simultaneously of significant effect on revenue traders market with the value significance of 0.000. The results of the calculation with the determination of the coefficient of test doubles can note that the location of capital, trade, trading conditions affect the dependent variables simultaneously revenue market traders of 52,8%, while the rest amounted 47,2% are caused by other factors.

(8)

viii

menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang. Penulis

menyadari sepenuhnya, tanpa dorongan dari banyak pihak, skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yaitu sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan penulis melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Y. Titik Haryati, M.Si. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan dengan penuh kesabaran dan kerendahan hati. 5. Kusumantoro, S.Pd., M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan dorongan moral sehingga membuat penulis bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh jajaran Dosen dan karyawan Jurusan EP dan FE UNNES.

7. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten

(9)

ix

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan mohon maaf dan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang,

(10)

x

Halaman

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

SARI ... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Pasar ... 10

2.1.1 Definisi Pasar... 10

2.1.2 Pasar Menurut Jumlah Penjual dan Pembeli ... 11

2.1.3 Fungsi Pasar ... 12

(11)

xi

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan... 17

2.6 Keuntungan Maksimum... ... 16

2.7 Modal . ... 20

2.8 Lokasi... 22

2.9 Penelitian Terdahulu. ... 24

2.10 Kerangka Berpikir... ... 26

2.11 Hipotesis... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Populasi .. ... 29

3.2 Sampel ... 29

3.3 Sumber Data... 32

3.4 Variabel Penelitian ... 32

3.4.1 Variabel Bebas ... 32

3.4.2 Variabel Terikat ... 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5.1 Wawancara ... 34

3.5.2 Observasi... 34

3.5.3 Metode Kuesioner ... 34

3.5.4 Metode Dokumentasi ... 35

3.6 Validitas dan Reliabilitas ... 36

3.6.1 Validitas ... 36

3.6.2 Reliabilitas ... 37

3.7 Metode Analisis Data ... 38

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 38

(12)

xii

4.1.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang ... 45

4.1.2 Perekonomian Kabupaten Semarang ... 45

4.2 Keadaan Umum Pasar Bandarjo ... 47

4.3 Profil Responden ... 48

4.3.1 Usia ... 48

4.3.2 Pendidikan... 49

4.3.3 Jenis Kelamin ... 49

4.4 Hasil Penelitian ... 50

4.4.1 Metode Analisis Data ... 50

4.4.1.1 Normalitas Data ... 50

4.4.1.2 Uji Linieritas ... 52

4.4.1.3 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.4.1.4 Analisis Regresi Berganda ... 57

4.4.1.5 Uji hipotesis ... 59

4.4.1.5.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji f) ... 59

4.4.1.5.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 60

4.4.1.5.3 Koefisien Determinasi Ganda ... 62

4.4.1.5.4 Koefisien Determinasi Parsial... 62

4.5 Pembahasan ... 64

BAB V PENUTUP ... 68

5.1 Simpulan . ... 68

5.2 Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA . ... 70

(13)

xiii

1.2 Jumlah Kios di Pasar Bandarjo Ungaran ... .5

1.3 Jumlah Los di Pasar Bandarjo Ungaran ... .5

1.4 Pembayaran Pajak Retribusi Pasar Bandarjo ... .6

3.1 Hasil Penarikan Sampel ... .31

4.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang Tahun 2007-2011 44 4.2 Banyaknya Sarana Perekonomian di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang... .46

4.3 Jumlah Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran ... .47

4.4 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Menurut Usia... .48

4.5 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Pendidikan... .49

4.6 Profil Responden Pedagang Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin ... .50

4.7 Hasil Uji Normalitas Data... .51

4.8 Hasil Uji Linieritas ... .53

4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... .55

(14)

xiv

(15)

xv

(16)

xvi

1. Validitas dan Realibilitas ... 73

2. Data Hasil Penelitian... 75

3. Kuesioner Penelitian ... 79

4. Hasil Analisis Data... 83

5. Foto-foto pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang . ... 89

(17)

1

Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia

berjuang untuk tetap bertahan hidup dan mengatasi masalahnya dengan

memanfaatkan sumber daya alam, tenaga dan pikiran yang dimilikinya, serta

tersedianya modal yang ada pada diri serta lingkungannya. Di kota maupun desa,

samasama tidak mudah untuk mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu untuk kebutuhan seharihari mengingat kebutuhan manusia yang semakin tidak terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan seharihari manusia tidak bisa sendiri dalam mendapatkan barang yang dibutuhkannya itu, seseorang harus mencari atau

membeli barang yang sudah diperjual belikan ditempat tersebut. Seperti pasar

contohnya, di pasarlah seseorang akan menemukan berbagai kebutuhan hidup

seperti sandang, pangan, papan, dan sebagainya.

Pasar dapat berbentuk sebuah kegiatan ekonomi maupun sebagai pusat

kegiatan budaya. Pasar tradisional di mata orang identik dengan tempat yang

kotor dan bau. Inilah yang menjadi masalah besar terhadap para calon pembeli

untuk mencari kebutuhannya di pasar. Tetapi dari kelemahan tersebut, pasar

tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasar modern yaitu

pembeli bisa melakukan tawar-menawar terhadap suatu barang yang

diinginkannya. Selain itu, di pasar tradisional juga dapat menjalin keakraban

(18)

Dalam ilmu ekonomi kita bicara tentang pasar jika ada suatu pertemuan

antara orang yang mau menjual dan orang yang mau membeli suatu barang atau

jasa tertentu dengan harga tertentu (Gilarso, 1992: 154). Di pasar banyak terdapat

para pembeli dan penjual yang sedang melakukan transaksi, para penjual yang

menyediakan dan menjual dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan

serta produk-produk yang banyak jenisnya. Di sinilah terjadinya kegiatan

ekonomi yaitu penjual yang sibuk menawarkan berbagai barang yang dijualnya

dan para pembeli yang sibuk dengan barang yang dibutuhkannya. Dengan cara

tersebut, penjual akan mendapatkan uang dari hasil penjualan.

Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan pedagang pasar

yaitu modal. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam suatu produksi.

Modal usaha yang relatif besar jumlahnya, akan memungkinkan suatu unit

penjualan dengan banyak jenis produk. Dengan cara itu, pendapatan yang akan

diperoleh juga akan semakin besar. Akan tetapi, pasar tradisional mayoritas

pedagangnya berasal dari masyarakat menengah kebawah. Jadi, dalam

mendapatkan suatu modal kebanyakan para pedagang masih mengandalkan hasil

pertanian maupun ketrampilannya saja. Padahal jika para pedagang pasar tersebut

ingin menambah modal, para pedagang bisa meminjam modal tersebut di bank

atau BPR. Pedagang harus pintar-pintar atau berani dalam menentukan modal,

karena ketersediaan modal yang dimiliki akan sangat berpengaruh terhadap

pendapatan mereka.

Selain modal, pemilihan lokasi juga sangat penting dalam suatu penjualan.

(19)

merupakan salah satu faktor penting dan sangat menentukan keberhasilan suatu

usaha. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi. Lokasi

yang cocok dijadikan tempat berdagang karena berhubungan langsung dengan

konsumen yaitu lokasi yang mudah dijangkau, lokasi yang mudah dilihat oleh

para calon pembeli, serta lokasi yang sering dilalui oleh para konsumen yang

biasanya berdekatan dengan jalan masuk. Seperti pasar contohnya, pasar adalah

salah satu lokasi yang baik untuk dijadikan tempat usaha berjualan, karena di

pasar banyak para konsumen berdatangan.

Dengan memilih lokasi yang tepat, para pedagang pasar akan mudah untuk

menjual atau menawarkan berbagai barang yang dijualnya kepada para calon

pembeli, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh.

Jadi, dengan pemilihan lokasi yang tepat itulah, pedagang atau penjual di pasar

akan mendapatkan pendapatan yang maksimal.

Pasar tradisional sampai sekarang masih menjadi pusat kegiatan ekonomi

yang sangat penting bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Namun, berbagai

masalah muncul karena semakin terpinggirnya pasar tradisional dengan hadirnya

pasar modern, seperti di Pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang yang

keberadaannya diapit oeh dua pasar modern. Pasar tradisional seharusnya

mendapat perhatian lebih dari pemerintah dengan mengajak masyarakat untuk

selalu mencintai produk-produk olahan sendiri. Di pasar, seseorang bisa

mendistribusikan produk-produk yang dihasilkannya untuk dijual dan para penjual

tersebut bisa memperoleh pendapatan, sehingga bisa mensejahterakan hidupnya

(20)

Di pasar, terdapat banyak penjual yang saling bersaing. Tujuan para

penjual atau pedagang sama-sama mencari laba atau keuntungan. Kegiatan itulah

yang menjadi sumber pendapatan bagi mereka.

Pasar Bandarjo terletak di Jalan Gatot Subroto Ungaran merupakan salah

satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Semarang. Jalan Gatot Subroto

merupakan jalan arteri primer arah Semarang-Solo. Letaknya yang strategis

menjadikan Pasar Bandarjo Ungaran banyak didatangi pengunjung dari dalam

maupun luar kota. Luas pasar mencapai 6.132 m2 dengan terdapat berbagai kios

dan los beserta fasilitas-fasilitas umum di dalamnya seperti mushola, MCK, dan

tempat parkir. Berikut ini merupakan jumlah kios dan los di Pasar Bandarjo

Ungaran yang sudah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Semarang dengan

bangunan permanen.

Kios dibagi menjadi 3 ukuran

Jumlah los 798 dengan berbagai jenis penjual

(21)

Berikut merupakan jumlah kios yang ada di Pasar Bandarjo Ungaran

dengan berbagai ukuran yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.2

Jumlah Kios di Pasar Bandarjo Ungaran

No Ukuran Kios Jumlah kios

1

Sumber : kantor Pasar Bandarjo

Jumlah kios di pasar tersebut mencapai 160 dan terbagi menurut ukuran

masing-masing. Ukuran 4m x 4m sebanyak 64 kios yang ditempati oleh 64

pedagang, dan seterusnya seperti yang terlihat pada tabel 1.2 di atas.

Tabel 1.3

Jumlah Los di Pasar Bandarjo Ungaran

Los Jumlah Luas

(22)

Seperti yang terlihat tabel di atas jumlah los di pasar tersebut mencapai

874 los dengan berbagai jenis penjual di dalamnya. Los gerabah dengan luas

125,5 m2 yang ditempat oleh 27 pedagang. Los roti dengan luas 201 m2 ditempati

oleh 66 pedagang. Los klontong dengan luas 130,5 ditempati oleh 37 pedagang.

Los pakaian dengan luas 164,5 m2 ditempati oleh 55 pedagang. Los sepatu atau

sandal dengan luas 90.5 m2 ditempati oleh 31 pedagang. Los plastik dengan luas

49,5 m2 ditempati oleh 14 pedagang. Los sembako dengan luas 1050,9 m2

ditempati oleh 203 pedagang. Los ikan asin dengan luas 85,5 m2 ditempati oleh

18 pedagang. Los daging dengan luas 224 m2 ditempati oleh 56 pedagang, dan

seterusnya seperti yang terlihat di table 1.3 diatas. Sedangkan untuk pembayaran

retribusi kios dan los berbeda, berikut rinciannya.

Tabel 1.4

Pembayaran Retribusi Pasar Bandarjo

Jenis Bangunan Besar Retribusi Keterangan

Kios 700,00 Penarikan retribusi

dilakukan setiap hari

Los 600,00 Penarikan retribusi

dilakukan setiap hari

Sumber : kantor pasar Bandarjo

Penarikan retribusi tersebut dikenakan kepada setiap para pedagang yang

ada di Pasar Bandarjo Ungaran. Pedagang yang menempati kios dikenai retribusi

sebesar Rp 700,00 per hari. Adapun untuk pedagang yang menempati los dikenai

(23)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, keadaan pasar tersebut sudah

cukup baik . Tempat-tempat berjualan para pedagang seperti los dan kios tertata

cukup baik. Selain itu, kebersihan di pasar tersebut juga terjaga. Hal itu tentu

menguntungkan para penjual di pasar dan pasti akan mempengaruhi pendapatan

para pedagang mereka. Tetapi dari keadaan tersebut masih banyak kekurangan,

yaitu banyak para penjual yang menempati los atau kios lokasinya berbeda-beda.

Misalnya para pedagang yang menempati los letaknya strategis dan ada pula para

pedagang yang menempati los kurang strategis yang letaknya jauh dari keramaian

yang letaknya di pojokan pasar. Tidak hanya lokasi saja yang jadi masalah,

kondisi tempat untuk berjualan di pasar ini juga masih ada kekurangan misalnya

di bagian belakang pasar keadaannya masih kotor dan baunya pun masih kurang

sedap. Kondisi tempat untuk berjualan merupakan hal yang sangat penting untuk

dipertimbangkan dalam suatu usaha. Kondisi tempat yang nyaman dan bersih

akan berpengaruh terhadap minat pembeli untuk datang ke pasar, karena pembeli

akan merasa nyaman dengan tempat itu sehingga akan menguntungkan para

pedagang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian tentang ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG

PASAR BANDARJO UNGARAN KABUPATEN SEMARANG perlu untuk

(24)

1.2 Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang diatas, maka perlu diketahui faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi pendapatan pedagang pasar tersebut. Menurut

(Swasta, 1988) Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan para

pedagang pasar yaitu modal. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya akan

memungkinkan suatu unit penjualan dengan banyak jenis produk. Dengan cara

tersebut, pendapatan yang akan didapatnya juga semakin besar. Selain modal

usaha menurut (Swasta, 1988) faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan yaitu

lokasi berjualan. Lokasi tempat untuk berdagang akan sangat berpengaruh besar

terhadap pendapatan, karena tempat atau lokasi yang strategis untuk berjualan

akan mudah dijangkau oleh para pembeli sehingga akan diketahui pendapatan

pedagang tersebut. Selain itu, kondisi tempat atau keadaan untuk berjualan juga

berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang. Jika tempat berjualan tersebut

kotor, tidak nyaman, pembeli pun akan berfikir dua kali untuk membeli suatu

barang di tempat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan

mereka.

Dengan melihat rumusan masalah di atas, maka dapat diketahui

permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Besarnya pengaruh modal pedagang terhadap pendapatan pedagang pasar

Bandarjo?

2. Besarnya pengaruh lokasi berjualan terhadap pendapatan pedagang pasar

(25)

3. Besarnya pengaruh kondisi tempat untuk berdagang terhadap pendapatan

pedagang pasar Bandarjo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasar permasalahan yang akan diambil dari penelitian ini maka, tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh modal pedagang terhadap pendapatan pedagang Pasar Bandarjo.

2 Pengaruh lokasi berjualan terhadap pendapatan pedagang Pasar Bandarjo.

3 Pengaruh kondisi tempat pedagang terhadap pendapatan pedagang Pasar

Bandarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan pengetahuan bagi peneliti tentang pendapatan pedagang Pasar

Bandarjo Ungaran.

2. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan informasi bagi pemerintah daerah setempat mengenai

pendapatan pedagang Pasar Bandarjo Ungaran dan diharapkan bisa membantu

(26)

10

2.1 Pasar

2.1.1 Definisi Pasar

Menurut Gilarso (1992: 154) dalam ilmu ekonomi kita bicara tentang pasar

jika ada suatu pertemuan antara orang yang mau menjual dan orang yang mau

membeli suatu barang atau jasa tertentu dengan harga tertentu. Para penjual dan

pembeli saling bertemu di pasar, Masing-masing dari mereka mempunyai

keinginan dan kepentingan sendiri-sendiri. Jika kedua belah pihak tersebut

dipertemukan akan terjadi transaksi jual-beli. Faktor penting yang dapat

mempertemukan mereka adalah harga, yang terbentuk di pasar dalam interaksi

antara penjual dan pembeli tersebut.

Para penjual mengharapkan harga setinggi mungkin untuk barang yang

ditawarkannya, agar mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Tetapi jika

para penjual dalam menawarkan barangnya dengan harga yang terlalu tinggi, para

pembeli pun malas untuk membeli sehingga barangnya tidak laku. Di lain pihak

jika penjual mendapat harga yang terlalu rendah dari calon pembeli, maka penjual

tidak akan melepaskan barang tersebut karena mereka akan rugi. Sedangkan para

pembeli menginginkan harga serendah mungkin untuk mendapatkan barang yang

diinginkannya itu.

Menurut Boediono (1982: 43) dalam Ilmu Ekonomi pengertian pasar tidak

(27)

sehari-hari. Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah dimana saja terjadi transaksi

antara penjual dan pembeli. Barang yang ditransaksikan bisa berupa barang

apapun, mulai dari beras dan sayur-mayur, sampai ke jasa angkutan, uang dan

tenaga kerja. Setiap barang ekonomi mempunyai pasarnya sendiri-sendiri.

Di masing-masing pasar terjadi transaksi pasar untuk barang yang

bersangkutan, dan apabila terjadi suatu transaksi, maka ini berate telah terjadi

suatu persetujuan (antara pembeli dan penjual) mengenai harga transaksi dan

volume transaksi bagi barang tersebut. Dua aspek transaksi inilah (yaitu harga dan

volume) yang menjadi pusat ahli ekonomi apabila ia menganalisa sutu pasar.

Berdasarkan uraian diatas, pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya

penjual dan pembeli melakukan transaksi dan kemudian terbentuklah harga.

2.1.2 Pasar Menurut Jumlah Penjual dan Pembeli

Sukirno (2006: 231) pasar menurut jumlah penjual dan pembeli ada 5

macam, yaitu sebagai berikut.

a. Pasar persaingan sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana terdapat berbagai penjual

dan pembeli.

b. Pasar monopoli

Pasar monopoli adalah pasar dimana terdapat satu penjual saja dan

terdapat banyak pembeli.

c. Pasar monopsoni

Pasar monopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan

(28)

d. Pasar oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar dimana terdapat sedikit penjual dan terdapat

banyak pembeli.

e. Pasar oligopsoni

Pasar oligopsoni adalah pasar dimana terdapat banyak penjual dan terdapat

sedikit pembeli.

2.1.3 Fungsi Pasar

Menurut Soeratno (2003: 12) pasar berperan sangat penting dalam suatu

sistem ekonomi. Terdapat 5 fungsi utama pasar dan setiap fungsi mengandung

pertanyaan yang harus dijawab oleh sistem ekonomi. Fungsi pasar tersebut adalah

1. Pasar menentukan harga barang. Pada Sistem Ekonomi Pasar, harga

merupakan ukuran nilai barang. Jika suatu barang permintaannya

meningkat, berarti masyarakat membutuhkan lebih banyak. Alam jangka

yang relatif singkat perusahaan tidak bisa menambah jumlah barang yang

ditawarkan secara seketika. Akibatnya harga barang tersebut naik. Kenaikan

harga suatu barang akan mendorong produsen memproduksi barang tersebut

(jawaban masalah*+, -).

2. Pasar dapat mengorganisasi produksi. Harga barang di pasar menjadi acuan

perusahaan dalam menentukan metode produksi yang paling efisien

(jawaban masalah+.*).

3. Pasar mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan

(29)

4. Pasar melakukan penjatahan. Konsumsi saat ini dibatasi oleh jumlah barang

dan jasa yang dapat dihasilkan saat ini.

5. Pasar mennyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang.

Tabungan dan investasi yang terjadi di pasar merupakan usaha untuk

memelihara sistem dan memberikan kemajuan aktivitas ekonomi.

2.1.4 Pasar Persaingan Sempurna

Menurut Sukirno (2006: 231) pasar persaingan sempurna adalah struktur

pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan banyak pembeli, dan

setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Terdapat

beberapa ciri dari pasar persaingan sempurna yaitu sebagai berikut.

1. Perusahan adalah pengambil harga

Pengambil harga atau 23 4567 8963 berati suatu perusahaan yang ada di dalam pasar tidak dapat menentukan atau mengubah harga pasar. Apapun tindakan

perusahaan dalam pasar, ia tidak akan menimbulkan perubahan ke atas harga

pasar yang berlaku. Harga barang di pasar ditentukan oleh interaksi di antara

keseluruhan produsen dan keseluruhan pembeli.

2. Setiap perusahaan mudah ke luar atau masuk

Perusahaan sama sekali tidak terdapat hambatan-hambatan, baik secara legal

atau dalam bentuk lain secara keuangan atau secara kemampuan teknologi,

misalnya kepada perusahaan-perusahaan untuk memasuki atau meninggalkan

bidang usaha tersebut

(30)

3. Menghasilkan barang serupa

Barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak mudah untuk

dibeda-bedakan. Barang yang dihasilkan sangat sama atau serupa. Tidak terdapat

perbedaan yang nyata di antara barang yang dihasilkan suatu perusahaan dengan

produksi perusahaan lainnya

4. Terdapat banyak perusahaan di pasar

Sifat inilah yang menyebabkan perusahaan tidak mempunyai kekuasaan

untuk mengubah harga. Sifat ini meliputi dua aspek, yaitu jumlah perusahaan

sangat banyak dan masing-masing perusahaan adalah relatif kecil kalau

dibandingkan dengan keseluruhan jumlah perusahaan di dalam pasar. Sebagai

akibatnya produksi setiap perusahaan adalah sangat sedikit kalau dibandingkan

dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Sifat ini menyebabkan apapun

yang dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan harga dan

menaikkan atau menurunkan produksi, sedikit pun ia tidak mempengaruhi harga

yang berlaku dalam pasar atau industry tersebut.

5. Pembeli mempunyai pengetahuan sempurna mengenai pasar

Para pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai keadaan di

pasar, yaitu mereka mengetahui tingkat harga yang berlaku dan

perubahan-perubahan ke atas harga tersebut. Akibatnya para produsen tidak dapat menjual

barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari yang berlaku di pasar.

2.1.5 Mekanisme Pasar

Menurut Sukirno (2006: 41) mekanisme pasar yaitu sistem yang cukup

(31)

perekonomian, tetapi dalam keadaan tertentu ia menimbulkan beberapa akibat

buruk sehingga diperlukan campur tangan pemerintah untuk memperbaikinya.

2.2 Pendapatan

Boediono (1982: 170) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari

penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Harga

faktor produksi di pasar ditentukan oleh saling tarik menariknya antara penawaran

dan permintaan.

Secara singkat pendapatan :;<=>?@) seorang warga masyarakat ditentukan oleh:

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil

tabungannya di tahun-tahun lalu, dan warisan atau pemberian.

b. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar.

Menurut Sukirno (2006: 76) permintaan seseorang akan suatu barang

ditentukan oleh banyak faktor. Di antara beberapa faktor tesebut yang paling

penting yaitu sebagai berikut.

a. Harga barang itu sendiri.

b. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

d. Corak istribusi pendapatan dalam masyarakat.

e. Citra rasa masyarakat.

f. Jumlah penduduk.

(32)

2.3 Mekanisme Harga

Menurut Boediono (1982: 8) mekanisme harga adalah proses yang

berjalan atas dasar gaya (kekuatan) tarik menarik antara konsumen-konsumen dan

produsen-produsen yang bertemu di pasar. Hasil netto dari kekuatan tarik menarik

tersebut adalah terjadinya harga untuk setiap barang (di pasar barang) dan untuk

setiap faktor produksi (di pasar faktor produksi). Pada suatu waktu, harga sesuatu

barang mungkin naik karena gaya tarik konsumen (karena sesuatu hal) menjadi

lebih kuat (yaitu para konsumen meminta lebih banyak barang tersebut).

Sebaliknya harga sesuatu barang turun apabila permintaan para konsumen

melemah. Para produsen harus pintar-pintar dalam mengetahui selera konsumen

akan suatu barang tersebut, agar terbentuk harga yang sesuai atau tepat dan tidak

merugikan antara kedua pihak yaitu produsen dan konsumen.

2.4 Jenis-Jenis Pendapatan

Menurut Raharja (1999: 267) jenis pendapatan dibagi dalam dua bentuk,

yaitu sebagai berikut.

a. Pendapatan ekonomi

Pendapatan ekonomi adalah sejumlah uang yang dapat digunakan oleh

keluarga dalam suatu perioe tertentu untuk membelanjakan diri tanpa mengurangi

atau menambah asset netto (net asset), termasuk dalam pendapatan ekonomi

termasuk upah gaji, pendapatan bunga deposito, penghasilan transfer dari

(33)

b. Pendapatan uang

Pendapatan uang adalah sejumlah uang yang diterima keluarga pada

periode tertentu sebagai balas jasa atau faktor produksi yang diberikan karena

tidak memperhitungkan pendapatan bahkan kas (non kas), terutama penghasilan

transfer cakupannya lebih sempit dari pendapaan ekonomi.

Macam pendapatan menurut perolehannya :

a. Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi

pengeluaran dan biaya lain

b. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi

pengeluaran dan biaya lain.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Swasta (2000 :201) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan dari kegiatan penjualan antara lain :

1. Kondisi dan kemampuan pedagang

Transaksi jual beli melibatkan pihak pedagang dan pembeli. Pihak

pedagang harus dapat meyakinkan pembeli agar dapat mencapai sasaran penjualan

yang diharapkan dan sekaligus mendapatkan pendapatan yang diinginkan.

(34)

Pasar sebagai kelompok pembeli barang dan jasa meliputi baik tidaknya

keadaan pasar tersebut, jenis pasar, kelompok pembeli, frekuensi pembeli dan

selera pembeli.

3. Modal

Setiap usaha membutuhkan untuk operasional usaha yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan maksimal. Dalam kegiatan penjualan semakin banyak

produk yang dijual berakibat pada kenaikan keuntungan. Untuk meningkatkan

produk yang dijual suatu usaha harus membeli jumah barang dagangan dalam

jumlah besar. Untuk itu dibutuhkan tambahan modal untuk membeli barang

dagangan atau membayar biaya operasional agar tujuan pewirausaha

meningkatkan keuntungan dapat tercapai sehingga pendapatan dapat meningkat.

4. Kondisi organisasi perusahaan.

Semakin besar suatu perusahaan akan memiliki bagian penjualan yang

semakin kompleks untuk memperoleh keuntungan yang semakin besar dari pada

usaha kecil.

5. Faktor lain

Faktor lain yang mempengaruhi usaha yaitu periklanan dan kemasan

produk.

2.6 Keuntungan Maksimum

(35)

dikatakan ia telah berada pada posisi EFGHI HJK H GL. Disebut posisi EFGHI HJK H GL karena pada posisi ini tidak ada kecenderungan baginya untuk mengubah MGNO GN (dan hargaMGNO GN) nya, sebab bila ia mengurangi (atau menambah) volumeMGNO GN (penjualan) nya, maka keuntungan totalnya justru menurun (Boediono, 1982:

100).

P TR

TC

Keuntungan Total

Q

Gambar 2.1 Hasil ongkos tetap dan variabel dan penerimaan penjualan.

Pada kasus di atas menunujukkan bahwa keuntungan total (TR-TC) yang

maksimum adalah jarak vertikal antara kurva TR dan kurva TC adalah panjang

lebar. Posisi ini adalah dimana slope dari garis singgung TR sama dengan

slope dari garis singgung TC.

P

200

Keuntungan total

MC

100 MR=AR=P

(36)

Q

Gambar 2.2 Hasil penjualan marginal dan kenaikan ongkos total

Gambar di atas menunjukkan kurva permintaan AR untuk mencapai

keuntungan yang maksimum ialah MR=MC. Tetapi karena dalam kasus horisontal

MR=AR=P, maka posisi equilibrium produsen adalah dimana MC=MR=AR=P.

2.7 Modal

Modal juga bisa dilakukan dengan investasi. Investasi dapat diartikan

sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau

perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan

produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa

yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006).

Modal perusahaan merupakan biaya tetap. Semakin besar modal

perusahaan maka peluang memasuki industri semakin besar. Untuk memperoleh

keuntungan perusahaan akan memproduksi dalam kapasitas yang besar (Kurniati,

2010: 153).

Dari beberapa pengertian modal diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa modal ini bersifat kuantitatif karena modal tersebut digunkan untuk

membeli barang dagangan, pembiayaan upah dan pembiayaan operasional lainnya

yang berlangsung terus-menerus dalam kegiatan jual beli yang diharapkan akan

meningkatkan pendapatan. Bagi pengembang usaha kecil, masalah modal

merupakan kendala terbesar. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha

kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun

(37)

pinjaman dari dana penyisihan sebagian laba BUMN, hibah dan jenis-jenis

pembiayaan lainnya (Anoraga dan Sudantoko, 2002:228).

Menurut Sukirno (2006) ada 2 macam modal awal yaitu :

1. Modal tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang

tidak habis dalam satu proses produksi tersebut. Modal tidak bergerak dapat

meliputi tanah, bangunan, peralatan dan mesin-mesin.

2. Modal tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi

dan habis dalam satu kali proses produksi tersebut.

Dalam pengertian ekonomi, modal yaitu barang atau uang yang

bersama-sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang

dan jasa-jasa baru. menurut Suparmoko, modal merupakan input (faktor produksi)

yang sangat penting dalam menentukan tingi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan

berarti faktor satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan, sehingga dalam

hal ini modal usaha bagi pedagang pasar juga merupakan salah satu faktor

produksi yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar Bandarjo

Ungaran.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan dunia

usaha, maka semakin beragam pula orang dalam mendefinisikan atau memberikan

pengertian terhadap modal yang kadang kala satu sama lain bertentangan

tergantung dari sudut mana meninjaunya. Peran modal dalam suatu usaha sangat

penting karena sebagai alat produksi suatu barang dan jasa. Suatu usaha tanpa

(38)

2.8 Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (P QRST RU VW XYW) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari

sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap

keberadaan berbagai macam kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan,

2005). Setiap wilayah memiliki kondisi dan potensi yang berbeda-beda. Secara

empiris dapat diamati bahwa pusat-pusat pengadaan dan pelayanan barang dan

jasa yang umumnya adalah perkotaan (Z Y[ SWRUQURZY), terdapat tingkat penyediaan pelayanan yang berbeda-beda. Dalam dunia nyata, kondisi dan potensi suatu

wilayah pun berbeda-beda. Dampaknya menjadi lebih mudah untuk dianalisis

karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah

sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak, Menurut Isard (1956) dalam (Tarigan,

2005), masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dan pendapatan

yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Pada tiap

waktu keuntungan relatif dari lokasi sangat dipengaruhi oleh faktor dasar, yaitu

biaya input atau bahan baku, biaya transportasi, dan keuntungan aglomerasi.

Lokasi usaha adalah pemacu biaya yang sangat signifikan, lokasi usaha

sepenuhnya memiliki kekuatan untuk membuat (atau menghancurkan) strategi

bisnis sebuah usaha Tarigan (2005: 146). Disaat pemilik usaha telah memutuskan

pemilihan lokasi usahanya dan beroperasi disatu lokasi tertentu, banyak biaya

yang akan menjadi tetap dan sulit untuk dikurangi. Pemilihan lokasi usaha

mempertimbangkan antara strategi pemasaran jasa dan preferensi pemilik.

(39)

pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, dan sering menghemat biaya

pengiriman. Dari kedua keuntungan tersebut, memberikan layanan yang lebih

baik biasanya adalah lebih penting.

Menurut Tarigan (2005: 146) dengan mengintrodusir konsep \]^_\`^abc d (biaya rata-rata) dan ^]^ _\` ^ _ ^]^ef^ (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva

\] ^_\` ^ a bc d (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Dilain sisi dapat pula dibuat kurva \ ] ^_\ ` ^ _^]^ef^ yang terkait dengan lokasi. Kemudian kedua kurva itu digabung dan dimana terdapat selisih \] ^_\` ^ _^] ^ef ^ dikurangi

^] ^_\` ^ abc d adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini.

AC

AR

A O B Lokasi

Gambar 2.3 Lokasi yang memberikan keuntungan maksimal

Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan B dan yang

optimal adalah pada titik O. lebih ke kiri dari titik A atau lebih ke kanan dari titik

(40)

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti lain, baik dalam bentuk jurnal maupun skripsi. Penelitian yang ada telah

mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi. Adapun penelitiannya

yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh (Aryanto, 2011), dengan judul Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar

setelah Kebakaran di Pasar Kliwon Temanggung. Hasil penelitian

tesebut menunjukkan bahwa.

a. Berdasarkan F-hitung 67,018 > F-tabel 2,81, maka Ho di tolak dan Ha

diterima sehingga disimpulkan modal dagang, jam berdagang, dan

pengalaman usaha secara serempak berpengaruh positif terhadap

pendapatan pedagang pasar.

b. Hubungan skripsi tersebut dengan skripsi ini yaitu adanya persamaan

antara modal dagang pengaruhnya terhadap pendapatan para pedagang

pasar, dan penelitian tersebut menggunakan metode analisis yang sama

yaitu regresi berganda.

2. Penelitian yang dilakukan oleh (Saripurnadinata, 2011), dengan judul

Pengaruh Kredit Modal Usaha dari Rentenir Terhadap Tingkat

Pendapatan Pedagang Mikro. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa.

a. Berdasarkan hasil penelitian untuk uji X1 dan X2 terhadap Y diperoleh

(41)

diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh

positif dan signifikan antara modal usaha dari rentenir (X1), dan bunga

pinjaman per bulan (X2) terhadap tingkat pendapatan pedagang mikro.

b. Pengaruh yang diberikan oleh modal usaha dari rentenir dan bunga

pinjaman per bulan terhadap tingkat pendapatan pedagang mikro sebesar

53,40 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar penilitian

ini.

c. Hubungan dengan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah

adanya persamaan antara modal awal pengaruhnya terhadap pendapatan

pedagang.

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Wahyudin dan Oktarina, 2007), dengan

judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa.

a. Hasil pengujian koefisien regresi secara serempak dengan uji F

menunjukkan nilai F- hitung sebesar 54,645. Sedangkan a = 55 nilai F

-tabel sebesar 2,46. Nilai F hitung lebih besar dari F -tabel. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak atau bersama

-sama mempengaruhi variabel terikat. Hal ini berati variabel modal usaha,

variabel jam kerja, variabel jumlah tenaga kerja, dan variabel lama usaha

secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel tingkat pendapatan

(42)

b. Secara simultan variabel modal usaha, jam kerja, jumlah tenaga kerja,

dan lama usaha secara signifikan mempengaruhi tingkat pendapatan

pedagang pasar tradisional di kota Semarang. Sedangkan secara parsial

variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, dan lama usaha berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan. Untuk variabel jam kerja secara parsial

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan pedagang

pasar. Hal ini berati lamanya waktu beroperasi pedagang pasar tidak

mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan pedagang pasar yang

diperoleh. Hal ini disebabkan para pembeli yang berbelanja di pasar hanya

dalam jam tertentu saja, sehingga bertambahnya waktu operasi pedagang

tidak meningkatkan pendapatan pedagang pasar.

c. Hubungan penelitian ini dengan penelitian tersebut yaitu adanya

persamaan dengan modal usaha berdagang berpengaruh positif terhadap

pendapatan pedagang pasar. Penelitian tersebut juga menggunakan metode

analisis regresi berganda.

2.10 Kerangka Berpikir

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan adalah

modal. Modal usaha yang relatif besar jumlahnya akan memungkinkan suatu unit

penjualan banyak jenis produknya, dengan cara tersebut akan sangat

memungkinkan pendapatan yang akan diraihnya juga semakin besar. Selain modal

faktor yang bisa mempengaruhi pendapatan yaitu lokasi berjualan, lokasi untuk

berdagang akan sangat berpengaruh besar terhadap penjualan, karena lokasi yang

(43)

Keadaan tempat untuk berjualan akan berpengaruh terhadap pendapatan para

pedagang, karena jika tempat berjualan tersebut keadaannya tidak layak pembeli

pun akan malas untuk membeli suatu barang di tempat tersebut karena merasa

tidak nyaman, sehingga akan berdampak pada pendapatan mereka.

Gambar 2.3 kerangka berpikir

2.9 Hipotesis

Menurut Suharsimi (2010: 110) hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap pemasalahan suatu penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan

penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu

membuat suatu teori sementara yang sebenarnya masih perlu diuji (di bawah

kebenaran). Inilah hipotesis peneliti harus berfikir bahwa hipotesisnya itu dapat

diuji.

Kondisi tempat Berdagang (X3)

(nyaman atau tidak nyaman)

Pendapatan pedagang (Y) :

Tingkat pendapatan pedagang pasar Bandarjo

Ungaran. Modal Usaha (X1)

(besar modal, sumber modal)

Lokasi Berdagang (X2)

(44)

2.11 Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis diatas maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

1. Modal usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan

pedagang pasar.

2. Lokasi berdagang berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan

pedagang pasar.

3. Kondisi tempat berdagang berpengaruh positif secara signifikan terhadap

(45)

29

3.1 Populasi

Menurut Suharsimi (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau

penelitiannya disebut studi populasi atau studi sensus.

Menurut Sugiyono (2010: 297) dalam penelitian kuantitatif, populasi

diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang pasar Bandarjo Ungaran

Kabupaten Semarang yang menempati kios dan los. Yaitu berjumlah 1034

pedagang.

3.2 Sampel

Menurut (Sugiyono, 2010: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Untuk itu sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Penentuan sampel dihitung dengan rumus yaitu sebagai berikut.

(46)

Dimana :

n : Ukuran populasi

N : Ukuran populasi ( jumlah seluruh populasi pedagang pasar Bandarjo)

e : presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

dapat ditolerir atau diujikan, untuk penelitian ini digunakan 10% (slovin

dalam Riyan, 2009: 28).

Berikut merupakan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus

sampel diatas.

g =

g =

g =

g= 90,44

Dari hasil perhitungan sampel diatas, maka dapat diketahui jumlah sampel

yang harus digunakan dalam penelitian ini yaitu 90 (dibulatkan) pedagang pasar

(47)

Berikut ini merupakan penentuan jumlah sampel yang akan diambil yaitu sebagai

Sumber : Data Primer Diolah

Dalam hal ini pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

(48)

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2010: 120).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel

secara u vw xyz {| z{uz }~ { v y yaitu mengambil sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data.

3.3 Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian langsung ke

lapangan yaitu kepada pedagang pasar yang bersangkutan, untuk memperoleh

data yang berhubungan dengan penelitian tersebut dilakukan melalui

wawancara langsung kepada pedagang pasar.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, pencarian

informasi lain dan permohonan teoritis untuk memecahkan masalah yang

timbul melalui buku atau dari sumber lainnya.

3.4 Variabel penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Suharsimi, 2010: 161). Variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut.

3.4.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

(49)

1. Modal (X1)

Modal adalah barang atau uang bersama faktor-faktor produksi lainnya yang

nantinya akan menghasilkan pemasukan dari hasil penjualan tersebut.

Indikatornya adalah jumlah modal dan sumber modal.

2. Lokasi berdagang (X2)

Lokasi berdagang adalah tempat berjualan para pedagang pasar. Indikatornya

adalah sudah strategis atau belum tempat untuk berjualan para pedagang pasar

tersebut.

3. Kondisi tempat berdagang (X3)

Kondisi tempat berdagang adalah keadaan tempat untuk berjualan para

pedagang. Sebagai indikatornya adalah sudah nyaman atau belum kondisi tempat

untuk berjualan pedagang pasar tersebut.

3.4.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pendapatan pedagang pasar

Bandarjo Ungaran, indikatornya adalah keuntungan atau laba para pedagang

pasar, jumlah retribusi yang dibayarkan tiap hari, biaya perbulan yang dikeluarkan

untuk membayar karyawan.

(50)

Untuk memperoleh data yang diperlukan baik data kualitatif maupun

kuantitatif yang relevan, terarah, dan bertujuan sesuai dengan masalah yang

dihadapi. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer dilakukan dengan metode yaitu sebagai berikut.

3.5.1 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2010:

194).

Wawancara dilakukan dengan teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung kepada para pedagang yang bersangkutan yang

dikerjakan secara sistematis. Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam

pengumpulan data karena dengan cara ini peneliti dapat memperoleh informasi

atau data secara detail dan jelas.

3.5.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 203). Observasi

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pencatatan secara cermat dan

sistematis.

(51)

Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi atau data dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 1998: 140).

Dalam penelitian ini kuesioner tertutup. kuesioner yang digunakan adalah

tipe pilihan untuk memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban,

karena alternatif jawaban sudah disediakan dan hanya membutuhkan waktu yang

lebih singkat dalam menjawabnya. Angket yang digunakan adalah pilihan ganda,

dimana setiap item soal disediakan empat jawaban dengan skor masing-masing

yaitu sebagai berikut.

A. untuk jawaban A diberikan skor 4

B. untuk jawaban B diberikan skor 3

C. untuk jawaban C diberikan skor 2

D. untuk jawaban D diberikan skor 1

3.5.4 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya.

Data dokumentasi memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta

siapa yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian dapat

menjadi bahan atau dasar analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui

metode observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan €‚ƒ „‚ƒ …‚…† ‡ˆ ‰ˆ yang berisi kategori isi, telaah dokumen, pemberian kode berdasarkan

(52)

3.6 Validitas dan Realibilitas

3.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument (Suharsimi). Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas internal yang menggunakan analisis butir soal

variable. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas adalah rumus korelasi

Š‹ŒŽ‘Œ‘ ’“ dimana :

=

Dimana : = koefisien korelasi

= jumlah subjek atau responden

= nilai skor butir atau nilai skor tertentu

= nilai skor total

= jumlah kuadrat nilai X

(53)

Pada penelitian ini penulis membagikan kuesioner kepada 30 responden

untuk mengetahui tiap butir valid atau tidak valid. Langkah-langkah yang

dilakukan pada penguji validitas yaitu sebagai berikut.

1. Menyampaikan uji instrumen kepada responden.

2. Mengelompokan item-item dari jawaban kedalam factor-faktor dan jumlah

skor total yang diperoleh dari masing-masing responden.

3. Dari skor yang diperoleh, kemudian dibuat tabel perhitungan validitas.

4. Dasar pengambilan keputusan :

a.Jika r-hitung r-tabel, maka variable tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r-hitung r-tabel, maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid.

Jika Rxy hitung > Rxy tabel, maka instrumen dinyatakan valid. Dan jika

Rxy hitung < Rxy tabel maka instrumen dinyatakan tidak valid. Hasil Rxy higtung

di konsultasikan dengan r-tabel signifikan 5% sebesar 0,44.

3.6.2 Realibilitas

Realibilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrument sudah baik (Suharsimi, 2010). Adapun perhitungan realibilitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut.

= [ ] [ 1 ]

Dimana : = realibilitas instrumen

(54)

= jumlah varian butir

= varian total

Jika hitung > tabel, instrument dinyatakan reliabel. dan jika

hitung < tabel, instrument dinyatakan tidak reliabel.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan pemakaian metode regresi berganda, maka untuk

menghindari pelanggaran asumsi-asumsi model klasik, perlu diadakan pengujian

asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik tersebut adalah:

a. Uji multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi adalah

sebagai berikut:

1. Jika R2 sangat tinggi tapi variabel independen banyak yang tidak signifikan,

(55)

2. Melihat nilai ”•– —˜ ™š›— lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 berarti tidak ada multikolonieritas.

Bila ternyata dalam model regresi terdapat multikolonieritas, maka harus

menghilangkan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi (Ghozali,

2009: 95).

b. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan œ™˜™š›— dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas.

Cara untuk mendeteksinya adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED sebagai (X) dengan residualnya SRESID

sebagai (Y).

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,

serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

(56)

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal

ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau ž Ÿ  ¡ ¢¡£ Ÿ¡¢ karena gangguan pada seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi gangguan

pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2009:

79).

Cara mendeteksi adanya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin

Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (¤Ÿ£¢ ž ¥£¦¡£

§¨ž¥©¥£ £ ¡ª §ž Ÿ¥«) dan mensyaratkan adanya Ÿ«ž ¡ £©¡¬ž (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel bebas.

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau ¨¬¬¡£ ­¥¨« ¦ (du) dan (4 - du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi

2. Bila nilai Dw lebih rendah dari pada batas bawah atau ª¥® ¡£­¥¨« ¦(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi

positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari pada (4 -dl), maka koefisien autokorelasi lebih

kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW

terletak antara (4 du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

(57)

Metode analisis data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

modal, lokasi berdagang, tempat berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar

Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang. Teknik analisis data dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode analisis regresi. Metode analisis regresi yang

digunakan adalah analisis regresi berganda adalah sebagai berikut :

¯

Y = Pendapatan pedagang pasar

0

= Konstanta

X1 = Modal dagang (skor)

X2 = Lokasi berdagang (jarak dari pintu masuk pasar (skor))

X3 = Kondisi tempat berdagang (kelayakan tempat berdagang (skor))

3

a. Uji parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui kemaknaan koefisien parsial. Uji ini

dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut

tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai

ttabel, maka kita menerima hipotesis alternatif (Ghozali, 2009: 88). Hal ini berarti

(58)

pendapatan pedagang pasar secara parsial. Selain membandingkan nilai thitung

dengan ttabel keputusan dalam uji t juga dapat dilihat dari tingkat signifikansinya.

Jika tingkat signifikansinya dibawah 5% maka secara parsial variabel

modal,lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap

pendapatan pedagang pasar.

b. Uji serentak (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009: 88). Uji ini dilakukan dengan

membandingkan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hasil perhitungan lebih besar

daripada nilai F menurut tabel, maka secara serentak variabel variabel modal,

lokasi berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan

pedagang pasar. Seperti halnya ketika kita melakukan uji t, keputusan dalam

melaksanakan uji F juga bisa dilihat dari tingkat signifikansinya. Jika tingkat

signifikansinya dibawah 5% maka secara simultan variabel variabel modal, lokasi

berdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang

pasar Bandarjo Ungaran Kabupaten Semarang.

3.7.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu (0<R2<1). Nilai R2 yang kecil berarti

(59)

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti vaiabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

(60)

44

4.1 Letak Geografis Kabupaten Semarang

Kabupaten Semarang secara geografis terletak pada posisi 1100 14' 54,75"

sampai dengan 1100 39' 3" Bujur Timur dan 70 3 57 sampai dengan 70 30 0

Lintang Selatan. Luas keseluruhan wilayah Kabupaten Semarang adalah

95.020,674 Ha atau sekitar 2,92% dari luas Provinsi Jawa Tengah.

Ibu kota Kabupaten Semarang terletak di kota Ungaran. Secara

administratif Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 Kecamatan, 27 Kelurahan

dan 208 desa. Batas-batas Kabupaten Semarang adalah sebelah utara berbatasan

dengan Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kendal.

Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500 - 2000m

diatas permukaan laut, dengan ketinggian terendah terletak di desa Candirejo

Kecamatan Pringapus dan tertinggi di desa Batur Kecamatan Getasan.

4.1.1 PDRB Perkapita Kabupaten Semarang

Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Semarang dari tahun 2007-2011

(61)

Tabel 4.1

PDRB Perkapita Kabupaten Semarang tahun 2007-2011

Tahun

Sumber : BPS Kabupaten Semarang 2011

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang pada

tahun 2011 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 12,335 trilyun, dan atas dasar

harga konstan sebesar Rp 5,877 trilyun. Perkembangan nilai PDRB atas dasar

harga berlaku sebesar 331,22 persen dibandingkan tahun 2000. Hal ini berarti

bahwa seluruh potensi di Kabupaten Semarang telah menghaslkan uang 3,31 kali

lebih besar dibandingkan tahun 2000. Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga

konstan 2000, perkembangannya mencapai 157,81 persen. Hal ini berarti kegiatan

perekonomian di Kabupaten Semarang telah meningkat produksi barang dan jasa

1,578 kali dibandingkan tahun 2000.

Struktur ekonomi Kabupaten Semarang atas dasar harga berlaku

didominasi oleh industri dengan kontribusi sebesar 42,76 persen. Angka ini tidak

Gambar

Tabel 1.2Jumlah Kios di Pasar Bandarjo Ungaran
Tabel 1.4Pembayaran Retribusi Pasar Bandarjo
Gambar 2.3  Lokasi yang memberikan keuntungan maksimal
Gambar 2.3 kerangka berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara parsial variabel modal awal dan jam kerja berpengaruh terhadap variabel tingkat pendapatan pedagang pasar tradisional,

4.6.3 Pengaruh Tempat atau Kios Darurat Terhadap Pendapatan Pedagang Hasil penemuan penting juga terdapat dalam variabel penelitian ini yang menunjukan bahwa tempat atau

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan

Penempatan lokasi berdagang di tempat yang strategis dapat mempengaruhi perkembangan dan eksistensi pedagang kedepannya. Lokasi yang strategis dalam penelitian ini

Adanya pengaruh variabel Modal Usaha, Lama Usaha, Lokasi, dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Pasca Relokasi (Studi Kasus Pasar Induk Kota Juang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal dan jam kerja baik secara parsial maupun simultan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gulingan,

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tingkat pendidikan, modal usaha, lama usaha, dan jam kerja terhadap pendapatan pedagang Pasar Kecamatan Pangkatan adalah

FORUM EKONOMI: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi 354 Pengaruh Modal Usaha, Jam Kerja, Lama Usaha, dan Lokasi Usaha Secara Bersama-sama terhadap Pendapatan Pedagang Sayur di Pasar