• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 4-6 DI SDN

CIPUTAT 6 TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN TAHUN 2013

Disusun oleh : SITI ALIMAH SARI

NIM : 108104000009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Siti Alimah Sari

NIM : 108104000009

Program Studi : Ilmu keperawatan Tahun Akademik : 2008

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2014

(3)

i Undergraduated Thesis, January 2014 Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009

RELATIONSHIP BETWEEN TOOTH BRUSHING HABIT WITH THE INCIDENCE OF DENTAL CARIES IN SCHOOL AGE CHILDREN GRADES 4-6 AT SDN 6 CIPUTAT TANGERANG 2013

xiv + 69 Pages + 9 Tables + 2 Charts + 5 Appendices

ABSTRACT

The main health problems in the child’s mouth cavity is dental caries. The prevalence of dental caries tends to increase 60%-80%. The purpose of this study was to determine whether tooth brushing habit, how to brush, time to brush, frequency to brush the SDN Ciputat 6 Tangerang in Banten Provinsi. Using method of quantitative with cross sectional approach. Using proportionate random sampling technique in children 9-12 years old or grades 4-6. Atotal of 81 childrent. The instrumen used in the children, form of quetionnaries, observation of caries examination. The results of the analysis used chi square at α < 0,05. Results showed analysis there is not significant corelation between the independent variable it’s a toot brushing habit of children with dependent variable is dental caries, having p value = 0,346. This study is expected tobe referency for further research.

(4)

iii PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2014

Siti Alimah Sari, NIM : 108104000009

Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.

xiv + 69 Halaman + 9 Tabel + 2 Bagan + 5 Lampiran

ABSTRAK

Masalah kesehatan utama mulut dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Prevalensi karies gigi di Indonesia cenderung meningkat 60%-80%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, waktu menggosok gigi, frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Provinsi Banten. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan teknik

Proportionate random sampling pada anak usia 9-12 tahun atau kelas 4-6 sebanyak 81 responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan observasi pemeriksaan gigi. Analisis data menggunakan uji Chi Squarepada α < 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen yaitu kebiasaan menggosok gigi dengan variabel dependen yaitu karies gigi, yang memiliki p value = 0,346. Peneliti ini diharapkan dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan.

(5)
(6)
(7)
(8)

vii

Nama : Siti Alimah Sari

Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 24 Juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Pejompongan Rt/Rw 004/006 kelurahan bendungan hilir kecamatan tanah abang - jakarta pusat

E-mail : alimahsari24@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SDN III JAPURAKIDUL (1996-2002)

2. SMP MUHAMMADIYAH 6 (2002-2005)

(9)

i Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian dengan judul: “ hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013

Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan sahabat beliau, figure yang senantiasa memberikan inspirasi tentang berbagai hal dalam menyikapi kehidupan menuju Ridho-Nya.

Selama proses pendidikan dan menyusun skripsi ini, penulis sangat banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

2. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk Waras Budi Utomo S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

4. Ibu Eni Nur’aini,S.kep.M.Sc selaku wakil Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan. 5. Ibu Maulina Handayani S.Kp, M.Sc dan Ibu Yenita, M.Kp, Sp.Mat,Ph.D selaku dosen

(10)

ix baiknya penyusunan skripsi ini.

6. Para dosen-dosen yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh Staff karyawan Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Jakarta (PSIK UIN Jakarta).

8. Ayahanda Bapak Abdullah dan Ibu Qoriyah yang selalu memberikan nasehat, motivasi serta do’a yang tiada henti-hentinya serta kakak tercinta Fatonah, Firman

yang selalu memberikan warna dalam hidup.

9. Sahabat-sahabat ku (reni,rere,tika,ikhwan,monic) yang selalu memberikan semangat. 10.Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang telah memberikan inspirasi, do’a dan

semangat dalam menyusun proposal penelitian.

Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2014

(11)

i E. Ruang Lingkup Penelitian ...

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi ... B. Perkembangan Anak Usia Sekolah ... C. Perkembangan Kognitif Anak ...…...

(12)

xi BAB III

BAB 1V

E. Kebiasaan Menggosok Gigi ... F. Karies Gigi ... G. Etiologi Karies ... H. Pencegahan Karies ... I. Faktor-Faktor Penyebab Karies ... J. Penelitian Terkait ... K. Kerangka Teori ...

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ………... D. Populasi dan sampel ...

1. Populasi ... 2. Sampel ... E. Teknik Pengambilan Sampel ... F. Metode Pengumpulan Data ... 1. Instrumen Penelitian ... 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ...

(13)

i BAB V

BAB VI

BAB VII

H. Teknik Analisis Data ... 1. Pengolahan Data ... 2. Analisa Data ... I. Alat Pengumpulan Data ... J. Etika Penelitian ...

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... B. Hasil Analisis Univariat ... C Hasil Analisis Bivariat ...

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Analisis univariat ... B. Pembahasan Analisis Bivariat ...

(14)
(15)

i Bagan 2.1

Bagan 3.1

Kerangka Teori ... Kerangka Konsep ...

(16)

xv

Teringat lantunan do’a

-

do’a mu

Dalam hening kau tadahkan tanganmu

Tetes piluh dan airmatamu

Menyertai tiap titik perjuanganku

Demi masa depanku

Kau relakan kebahagiaanmu

Duhai mimi dan bapak tercinta

Terimalah buah dari perjuanganku ini

Sebagai persembahku untukmu

Ananda

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya sangat luas sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat, kebiasaan menggosok gigi merupakan hal yang terpenting, berdasarkan data waktu menyikat gigi menunjukkan bahwa perilaku pelihara diri masyarakat Indonesia dalam kesehatan mulut masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah menyikat gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar dalam menyikat gigi (Depkes, 2007).

(18)

kebiasaan masyarakat Provinsi Banten dan Kota Tangerang dalam menggosok gigi masih sangat kurang.

Kebiasaan menggosok gigi yang masih sangat kurang dapat menyebabkan gangguan gigi dan mulut karena menurut (Potter & Perry, 2005). Menggosok gigi setelah makan di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya berbagai penyakit dirongga mulut seperti penyakit karies gigi. Di Indonesia penyakit gigi dan mulut terutama karies masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 60%-80%.

Hasil RISKESDAS tahun 2007 mengungkapkan bahwa prevalensi karies gigi aktif di provinsi Banten sebesar 37,3% dan di Kota Tangerang adalah 43,3%, karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak usia sekolah. Penduduk usia 10 tahun keatas yang berperilaku benar menggosok gigi (menyikat gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur) masih sangat rendah. persentase yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi hanya 12,6% dan sebelum tidur malam hanya 28,7% (Listiono, 2012). Di Indonesia, prevalensi karies gigi mencapai 85% pada anak usia sekolah (Lukihardianti, 2011).

(19)

Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi susu ke gigi permanen (Wong, 2003).

Karies gigi merupakan sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi, penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini akan menyebabkan nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi (Listiono, 2012).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor cukup penting untuk pemeliharaan gigi dan mulut (Riyanti, 2005).

(20)

Pemerintah Indonesia dan pihak swasta telah melakukan upaya untuk menanggulangi prevalensi karies gigi yang masih tinggi di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan pihak swasta dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dalam program gerakan pemeriksaan gigi gratis dan edukasi tentang kebersihan gigi kepada anak-anak dan orang tua yang diselenggarakan pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional (Lukihar dianti, 2011). Melalui program tersebut, masyarakat lebih mudah memeriksa gigi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi.

Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan gigi tetap. Orang tua menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies sejak dini pada anak. Peran orang tua sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan anak khususnya kebersihan gigi dan mulut karena anak masih bergantung pada orang tua. Disamping itu perawat perlu menjalankan tugan dan perannya dalam meningkatkan kebiasaan menggosok gigi yang baik dan menanggulangi prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak usia sekolah. Perawat dapat memberikan promosi kesehatan di lingkungan keluarga dan sekolah. Perawat dapat menyelenggarakan promosi kesehatan tentang kesehatan gigi melalui kerja sama dengan pihak sekolah (Potter & Perry, 2005). Selain itu perawat dapat memberikan promosi kesehatan kepada orang tua agar dapat mengajarkan dan menerapkan kebiasaan kesehatan yang baik kepada anak.

(21)

karies gigi, SDN 5 Ciputat terdapat 40 % anak yang mengalami karies gigi, dan SDN Ciputat 6 terdapat 55% anak yang mengalami karies gigi. Data yang di dapat adalah dengan melakukan pemeriksaan langsung pada gigi anak dan peneliti juga menanyakan kebiasaan menggosok gigi. Dengan data tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian di SDN Ciputat 6 karena prevalensinya lebih tinggi dibandingkan dengan dua SDN lainnya.

B. Rumusan masalah

Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak maupun dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6-14 tahun merupakan kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi/pergantian dari gigi susu ke gigi permanen. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu mikroorganisme, saliva, dan substrat, sebagai faktor tambahan yaitu waktu

(22)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan provinsi Banten Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui kebiasaan menggosok gigi (frekuensi, waktu, cara) pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN 6 Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013.

b. Diketahui adanya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi BantenTahun 2013.

c. Diketahui hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan dalam pengembangan perencanaan keperawatan anak di komunitas, tentang pelaksanaan kebersihan gigi dan mulut salah satunya kebiasaan menggosok gigi yang bertujuan untuk dapat mencegah karies gigi.

2. Bagi Sekolah (UKS)

(23)

3. Bagi siswa

Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai frekuensi menggosok gigi, cara menggosok gigi dan waktu menggosok gigi baik dalam kebersihan gigi dan mulut.

4. Bagi puskesmas

Menjadi masukan bagi puskesmas Ciputat dalam upaya mewujudkan kesehatan anak usia sekolah khususnya dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. 5. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran atau informasi dasar untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan kesehatan gigi terutama kebiasaan menggosok gigi serta masalah karies gigi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(24)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi

1. Pengertian Gigi

Gigi merupakan salah satu aksesoris dalam mulut dan memiliki struktur bervariasi dan banyak fungsi. Fungsi utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan (Muttaqin dkk, 2010). Gigi normal terdiri dari tiga bagian; kepala, leher, dan akar. Gigi yang sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan berjarjar rapi (Potter & Perry, 2005).

Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibandingkan yang lainnya strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi (Rahmadhan, 2010).

2. Fungsi Gigi

Fungsi gigi menurut Rhamadhan, 2010 a. Pengunyahan

Gigi berperan penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan.

b. Berbicara

Gigi sangan diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf tertentu seperti huruf T, V, F, D, dan S. Tanpa gigi, bunyi huruf-huruf ini tidak terasa sempurna.

(25)

Sebuah senyum tidak akan lengkap tanpa hadirnya sederetan gigi yang rapih dan bersih.

3. Bagian-Bagian Gigi

Bagian-Bagian Gigi menurut Leeson, (1996) antara lain :

a. Email adalah bagian terluar dari gigi dan merupakan bagian paling keras dari seluruh bagian gigi bahkan lebih keras dari tulang. Bangunan kristalin yang kompleks dan padat ini mengandung mineral kalsium, fosfat dan flourida. Email meliputi seluruh mahkota gigi. Fungsi email melindungi gigi dari zat yang sangat keras dan melindungi gigi saat menggigit dan mengunyah.

b. Dentin adalah bagian yang paling terbesar dari seluruh gigi, dentin lebih lunak dari email. Dentin ini merupakan saluran yang berisi urat, darah dan limfe.

c. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah, fungsinya adalah berespon tehadap stimulus (panas dan dingin). Normalnya pulpa berespon terhadap panas dan dingin dengan nyeri yang ringan yang terjadi selama kurang dari 10 detik.

d. Sementum adalah bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbatasan langsung dengan tulang rahang di mana gigi manusia tumbuh.

4. Bentuk dan fungsi gigi

Bentuk dan fungsi gigi menurut Tarwoto dkk, 2009

a. Gigi seri, jumlahnya ada delapan buah, yaitu empat buah gigi seri atas dan empat buah gigi seri di bawah. Berfungsi memotong dan menggunting makanan.

(26)

c. Gigi geraham kecil, jumlahnya ada delapan buah, empat buah di atas dan empat buah di bawah. Gigi geraham kecil ini merupakan pengganti gigi geraham sulung. Letaknya di belakang gigi taring, akar gigi geraham kecil ini semua satu, kecuali yang atas depan, memiliki dua akar. Gigi geraham kecil berfungsi untuk menghaluskan makanan.

d. Gigi geraham besar, jumlahnya dua belas buah, enam buah di atas dan enam buah di bawah. Gigi geraham besar terletak di belakang gigi geraham kecil, masing-masing sisi tiga buah permukaannya lebar dan bertonjol-tonjol, gigi ini yang bawah akarnya dua, yang atas tiga. Gigi geraham terakhir, sering kali akarnya bersatu menjadi satu dan berfungsi untuk menggiling makanan.

B. Perkembangan Anak Usia Sekolah

(27)

Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan motorik halus anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti mengamati sesuatu, menulis, dan sebagainya (Direktorat Bina Kesehatan Anak, 2006).

Keterampilan motorik halus pada usia 6 sampai 7 tahun dalam menggosok gigi adalah anak masih membutuhkan bantuan untuk menggosok gigi dengan seksama dan perlu diajarkan cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Potter & Perry, 2005). Oleh sebab itu, anak belum mampu menggosok gigi secara seksama dan mandiri pada usia 6 sampai 7 tahun. Peran orang tua sangat diperlukan dalam pemeliharaan kesehatan anak. Khususnya kebersihan gigi dan mulut karena anak masih bergantung pada orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban dalam menjaga kesehatan anak.

(28)

Anak usia 6 - 12 tahun, periode yang kadang-kadang yang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten, mempunyai tantangan baru. Kekuatan kognitif untuk memikirkan banyak faktor secara simultan memberikan kemampuan pada anak usia sekolah untuk mengevaluasi teman-temannya. Sebagai akibatnya, penghargaan diri menjadi masalah sentral. Tidak seperti bayi dan anak pra-sekolah, anak-anak usia sekolah dinilai menurut kemampuannya untuk menghasilkan hasil yang bernilai social, seperti nilai-nilai atau pekerjaan yang baik. Karenanya, Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai masa krisis antara keaktifan dan inferioritas (Behrman, dkk. 1999).

Keseimbangan antara sifat ketergantungan dan sifat mampu berdiri sendiri dilakukan secara baik oleh seorang anak usia 7 - 11 tahun, anak usia 7 - 11 tahun akan menganggap kurang pantas bila memperlihatkan sifat bergantung pada orang tuanya. Seorang anak usia 7 - 11 tahun yang secara terang-terangan memperlihatkan sifat bergantung kepada orang tuanya, menunjukan bahwa perkembangannya tidak wajar, sebab pada umur ini anak seharusnya sudah mulai memperhatikan corak kelakuan orang tuanya. Anak wajib mengembangkan kemampuan berdiri sendiri, rasa tanggung jawab dan merasa mempunyai kewajiban. Pada usia 7 - 11 tahun yang diperlukan anak adalah disiplin guna mengatasi kesukaran yang tidak dapat di selesaikan sendiri (Latif dkk, 1985).

(29)

C. Perkembangan Kognitif Anak

a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi baru lahir sampai sekitar 2 tahun, tahap ini disebut tahap sensorimotor oleh Piaget (Piaget & Inhelder, 1969; Piaget, 1981). Pada tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain. Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan yang mereka lakukan bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik (Santrock, 2007). Pada tahap ini anak belum dapat berbicara dengan bahasa. Anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengungkapkan adanya suatu benda yang tidak berada didekatnya (Suparno, 2001).

b. Tahap Praoperasi (Usia 2-7 tahun)

Menurut piaget (1981), pemikiran anak pada umur 4 sampai 7 tahun berkembang pesat secara bertahap ke arah konseptualisasi. Ia berkembang dari tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan operasional. Tetapi, perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran semi-simbolis atau penalaran intuitif yang tidak logis. Dalam hal ini seorang anak masih mengambil keputusan hanya dengan “aturan-aturan intuitif” yang masih mirip dengan tahap sensorimotor.

c. Tahap Operasi Konkret (usia 8-11 tahun)

(30)

seriasi, klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Konsep akan bilangan, waktu, dan ruang sudah semakin lengkap terbentuk. Ini semua membuat anak sudah tidak lagi egosentris dalam pemikiran. Meskipun demikian, pemikiran yang logis dengan segala unsurnya diatas masih terbatas diterapkan pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak. Maka, anak pada tahap ini masih tetap kesulitan untuk memecahkan persoalan yang mempunyai segi dan variabel terlalu banyak. Ia juga masih belum dapat memecahkan persoalan yang abstrak. Itulah sebabnya, ilmu aljabar atau persamaan tersamar pasti akan sulit baginya (Suparno, 2001). Pemikiran operasional konkret melibatkan operasi, konservasi, klasifikasi, seriasi, dan transitivity. Pemikiran tidak seabstrak pada perkembangan berikutnya (Santrock, 2011).

D. Tahap Pertumbuhan Gigi a. Masa usia bayi (0-12 bulan)

Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan. Makanan yang padat dapat diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6-8 bulan dan pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan (Potter & Perry, 2005).

b. Masa usia balita (1-3 tahun)

(31)

plak yaitu deposit bakteri yang melekat pada gigi yang menyebabkan karies gigi. Salah satu metode yang paling efektif untuk mengangkat plak adalah menggosok gigi dengan sikat gigi yang kecil, berbulu pendek dan halus (Wong, 2003).

c. Masa usia prasekolah (3-5 tahun)

Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap. Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi primer. Kontrol motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak masih membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua dalam menggosok gigi (Potter & Perry, 2005). d. Masa usia sekolah (6-12 tahun)

Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak gigi adalah masalah kesehatan yang penting (Potter & Perry, 2005).

E. Kebiasaan menggosok gigi

Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus menerus.

(32)

Menggosok gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi (perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure atau celah-celah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang (Rahmadhan, 2010). Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan memiliki bulu yang cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Menggosok gigi harus diganti setiap 3 bulan. Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertical, dan bergerak lembut (Wong 2003). Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti dan menggosok gigi dengan sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat merusak email dan gusi dan akan menyebabkan perkembangan lubang karena vibrasi.

Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar serta teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari karbohidrat yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi. Ketika menggosok gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang mana akan memakan waktu kurang lebih 2-3 menit.

1. Pembersihan Sendiri Gigi-Geligi

(33)

2. Cara/Metode menyikat gigi

Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan dengan sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian permukaan gigi dapat dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink, 1993). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ihsan (1999) yang berjudul faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan status karies gigi pada anak usia sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayuek Kabupaten Aceh Timur tahun 1999 dengan uju statistik (0,033) terdapat hubungan yang bermakna antara cara menggosok gigi yang benar dengan karies gigi.

Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :

1. Metode Vertikal

Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode ini ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan, karena hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).

2. Metode Horizontal

Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang digerakan maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak lurus pada permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode menggosok (Houwink, 1993).

3. Metode Berputar

(34)

kemudian dengan gerakan berputar tangkai singkat. Disarankan untuk membersihkan tiap daerah dengan gerakan horizontal (Houwink, 1993).

4. Metode Vibrasi/Bergetar

Pada metode Charters bulu-bulu sikat diletakkan pada sudut 450 terhadap poros

elemen-elemen dan agak tegak pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga sampai empat gerakan bergetar dengan sikat. Kemudian sikan diangkat dari permukaan gigi untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan yang sama bagi tiap daerah yang dapat dicapai oleh ujung sikat. Metode bergetar dimaksudkan untuk orang dewasa dan terutama ditujukan pada pembersihan gusi selama ini dimungkinkan dengan sikat gigi (Houwink, 1993).

5. Metode Sirkular

Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada metode Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal dibersihkan dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar. Gerakannya juga meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan dengan gerakan sirkular kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok. Metode ini hampir tidak diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang evaluasinya (Houwink, 1993).

6. Metode Fisiologis

(35)

3. Frekuensi dan Waktu Menyikat gigi

Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan gigi mulut anak-anak. Ini dikuatkan dengan penelitian Silvia dkk, 2005 bahwa sekitar 46,9% anak yang menggosok gigi kurang dari 2 kali sehari memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan juga mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut hal ini ditunjukan dalam penelitian Riyanti (2005) bahwa dilakukan 4 kali pendidikan kesehatan lalu diukur tingkat kebersihan gigi mulutnya disetiap pertemuan.

Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari etiologi, dengan plak sebagai faktor bersama pada terjadinya karies dan periodonsium. Penting disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus menerus. Dengan susah payah gigi-geligi dan gusi dibersihkan dari plak dan waktu setengah jam bakteri berkolonisasi diatasnya. Oleh karena itu sama sekali bebas plak secara maksimal hanyalah dalam waktu sangat pendek (Houwink, 1993).

F. Karies Gigi

(36)

Karies gigi merupakan proses multifactor, yang terjadi melalui interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri normal di dalam mulut, serta makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui proses glikolisis. Bakteri yang berperan dalam glikolisis adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus, sedangkan asam organic yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva, pH plak dan pH cairan sekitar gigi sehingga terjadi demineralisasi gigi (Kidd & Bechal, 1992).

Streptococcus mutans adalah organisme yang paling sering diisolasi dari lesi karies manusia. Bila kavitasi terjadi, laktobasili menjadi organisme yang menonjol (Alpers, 2006). Mineralisasi plak (pengerasan struktur plak karena pembentukan kristal kalsium, dan mineral-mineral lain dari saliva yang terkumpul dalam plak) terjadi setelah 24 jam, dan menjadi sepenuhnya mengeras dan berubah menjadi karang gigi (calculus) antara 12-20 hari. Setelah itu, plak baru akan terbentuk diatas kalkulus yang telah ada dan membentuk lapisan kalkulus yang baru. Oleh karena itu, kalkulus biasanya ditemukan berlapis-lapis (Muttaqin dkk, 2010).

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial dengan 4 faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu. Faktor sekunder lain yang penting adalah praktik hygiene oral, aliran saliva (Alpers, 2006). Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian (Muttaqin dkk, 2010).

(37)

berbahaya, dan bahkan kematian. Penyebab penyakit tersebut karna konsumsi makanan yang manis dan lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa kesehatan gigi (Listiono, 2012).

Menekankan pentingnya memasukkan aspek kualitas hidup dalam menilai hasil-hasil program pelayanan kesehatan gigi dan mulut, penelitian yang dilakukan oleh Situmorang yang melakukan penelitian tentang dampak karies gigi dan penyakit periodontal yaitu keterbatasan fungsi, rasa sakit, dan ketidaknyamanan psikis. Buruknya gambaran perilaku kesehatan gigi penduduk dapat dilihat dari tingginya presentasi penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi (79,16 %), karies gigi sembuh tanpa perawatan dokter (24,44%), perawatan gigi menimbulkan rasa sakit (31,94), demikian juga dalam hal kebiasaan menyikat gigi presentase penduduk yang menyikat gigi pada waktu yang tepat yaitu sesudah makan sangat rendah (27,50%) (Situmorang, 2005).

G. Etiologi Karies

(38)

yang tidak dirawat, lambat dapat menghancurkan lapisan dentin dan pulpa serta dapat mematikan syaraf dari gigi tersebut.

H. Pencegahan karies

Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi, mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan. Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan menutup oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan menyeluruh plak setiap hari dengan menyikat dan membilas. Menggosok gigi harus mulai sesegera mungkin pada gigi pertama erupsi. Benang sutera (floss) gigi digunakan untuk membersihkan daerah tempat gigi berkontak langsung dan tidak dapat disikat. Penyikatan dapat dipermudah dengan menggunakan pegangan (Houwink, 1993).

Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).

a. Klorheksidin

Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta gigi, permen karet.

b. Silen

Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna.

c. Penggunaan flour

(39)

untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum. Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung flour terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour dapat menurunkan karies sebanyak 20-5-% (angela, 2005).

Menggunakan pasta gigi yang berflourida bisa menguatkan gigi dengan cara memasuki struktur gigi dan mengganti mineral-mineral yang hilang akibat pengaruh asam, proses ini disebut remineralisasi. Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa pemberian flour dalam air minum telah memainkan peran besar dalam mencegah karies gigi. Namun, semakin banyak menelan flourida akan mengakibatkan perubahan warna pada email gigi.

Pasta gigi pada umumnya berwarna putih. Sebagai bahan pemolis biasanya digunakan kalsium fosfat, kalsium karbonat atau alumunium hidroksida, maksudnya adalah agar dapat menghilangkan lebih baik endapan berwarna pada gigi. Juga bahan pengaktif permukaan dimaksudkan untuk meningkatkan pembersihan. Pasta gigi digunakan dalam menggosok gigi karena berbagai alasan, pertama menyenangkan menyikat gigi karena rasanya dan dengan demikian menaikkan kebersihan mulut (Houwink, 1993).

d. Diet makanan

(40)

Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval waktu makan. Anak yang beresiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan minuman manis di antara makan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyuti, terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket (Suyuti, 2010).

Tindakan pencegahan karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan bahan pengganti gula. Nasehat yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan lengket serta membatasi jumlah makanan menjadi tiga kali sehari serta menekan keinginan untuk makan di antara jam makan.

(41)

I. Faktor-Faktor Penyebab Karies gigi

Menurut Alpers, (2006) karies gigi merupakan multifaktor dengan 4 faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi), mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu.

F.1. Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi, antara lain :

a. Host (saliva)

Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva bukan saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi juga untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna sebagai pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang mudah difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat oleh mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1992)

b. Substrat (sukrosa)

Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk pertumbuhan bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri Streptococci mutans. Kandungan sukrosa dalam makanan seperti permen, coklat, makanan dengan manis merupakan faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).

c. Mikroorganisme

(42)

dibawah 5,5 akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan menghasilkan karies (Kidd & Bechal, 1992).

d. Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat dilihat ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).

F.2. Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :

a. jenis kelamin

jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan lebih baik dari pada anak laki-laki.

b. Usia

(43)

c. Pengetahuan Anak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2003).

Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul “ faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia

sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan tahun 2009” hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang mempunyai

pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68 (76,4%) anak yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1 (50,0%) anak yang memiliki karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan yang kurang baik tentang karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies gigi. Kesimpulan anak yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi cenderung memiliki karies gigi.

d. Kebiasaan menggosok gigi

(44)

J. Penelitian terkait

Penelitian tesis yang dilakukan oleh Warni (2009), melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan perilaku murid SD kelas V dan VI pada kesehatan gigi dan mulut

terhadap status karies gigi di wilayah kecamatan delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009”. Penelitian yang dilakukan meliputi status karies gigi, pengetahuan kesehatan gigi,

kegunaan gigi, penyebab gigi berlubang, gigi berlubang dapat dicegah, waktu menggosok gigi, menggosok gigi yang baik dan benar, bahan pasta gigi, tindakan gigi berlubang, menyikat gigi selesai makan, menyikat gigi sebelum tidur malam, menggosok gigi sesudah memakan makanan manis, pemeriksaan gigi secara rutin, gigi berlubang karena malas menyikat gigi, mencegah gigi berlubang dengan menyikat gigi dengan teratur dan benar, menyikat gigi yang baik dan benar pada semua permukaan gigi, gigi sakit dan berlubang harus ditambal, gigi sehat lebih baik dipertahankan dari pada dicabut, berobat gigi lebih baik ke dokter gigi/puskesmas daripada ke dukun, jajanan manis dan melekat, frekuensi makan makanan jajanan dalam sehari, sumber informasi dengan status karies gigi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua.

Hasil penelitian ini menunjukan sudah cukup baik dengan hasil status karies gigi rendah sebanyak 71 orang (74,0%). Kemudian setelah dilakukan analisis bivariat dengan α=0,05 diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap,

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan sumber informasi dengan status karies gigi. Tindakan merupakan hasil analisa yang dapat berhubungan dengan status karies gigi.

Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang berjudul “ faktor-faktor yang

berhubungan dengan karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Kampong Sawah III Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2009” berdasarkan hasil penelitian yang

(45)

gigi, dimana sebanyak (76%) memiliki karies gigi, dan sebanyak (24%) tidak memiliki karies gigi. Anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi yang baik cenderung lebih banyak yaitu sebanyak (86,5%), anak yang memiliki cara menggosok gigi baik cenderung lebih banyak yaitu sebanyak (82,3%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) yang berjudul kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dengan karies gigi, bahwa terdapat siswa yang mengalami karies gigi yaitu sebesar 50,8%. Sedangkan yang tidak mengalami karies gigi ya itu sebesar 49,2%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar (2011) mengenai hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada siswa SD Negeri 04 Pasa Gadang di Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan Padang Selatan tahun 2012 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki kebiasaan menggosok gigi dalam kategori tidak baik, dan sebagian besar responden (63,6%) menderita karies gigi. Dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,010 (<0,05).

K. Kerangka Teori

(46)

Sumber : Potter & Perry, 2005; Wong 2003; Latif dkk, 1985. Tumbuh

kembang anak

Pertumbuhan dan perkembangan

gigi

Kebiasaan menggosok gigi

- Frekuensi - Cara - Waktu

(47)

31

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori maka dibuat kerangka konsep dimana pada penelitian ini karies gigi merupakan variable dependent sedangkan kebiasaan menggosok gigi merupakan variable independent.

Bagan 3.2 : Hubungan menggosok gigi dengan karies gigi

Keterangan : Diteliti

3.2HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kerangka konsep maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yaitu “Ada hubungan antara kebiasaan

menggosok gigi dengan karies gigi pada anak kelas 4 – 6 di SD 6 Ciputat kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Tahun 2013”

Kebiasaan menggosok gigi - Frekuensi menggosok

gigi

- Cara menggosok gigi - Waktu menggosok gigi

(48)

A. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(49)

33

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian analitik dan desain cross sectional (potong lintang), yakni melakukan penelitian pada waktu yang bersamaan untuk menghubungkan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat) yang diteliti terhadap sampel dalam populasi yang ditentukan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggosok gigi dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah karies gigi.Tujuannya untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.Variabel dalam penelitian ini adalah bivariat yaitu kebiasaan menggosok gigi terhadap karies gigi.

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2013 C. Lokasi Penelitian

tempat penelitian di SDN Ciputat 6 karena berdasarkan studi pendahuluan di SDN 6 terdapat anak usia sekolah yang memiliki karies yang cukup tinggi sebesar 55%.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(50)

penelitian ini adalah SDN Ciputat 6 kota Tangerang usia sekolah baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah seluruhnya adalah 556 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk diketahui karakteristiknya (Hidayat, 2007). Adapun rumus yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah rumus estimasi :

n = N. Z21-a/2 . P(1-P) (N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P)

Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z21-a/2 = nilai distribusi normal baku ( tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat di toleransi N = besar populasi

n = N. Z21-a/2 . P(1-P)

(N-1) . d2 + Z21-a/2 . P(1-P) n = 964 . 0,9750 . 0,72 (1-0,72)

(964-1) . (0,05)2 + 0,9750 . 0,72 (1-0,72) n = 939,9 . 0,2016

(51)

2,4075 + 0,19656 n = 194,1408

2,60406 n = 74,55 = 74 anak

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel minimal.

n2 = n1 + 10% . n1 = 74 + 7,4 = 81

Jadi jumlah sampel keseluruhan yang diambil untuk keperluan penelitian ini yaitu 81 responden. Pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Siswa kelas 4-6 SDN yang bersekolah di SDN Ciputat 6 Kota Tangerang Selatan tahun 2013.

2. Siswa kelas 4-6 yang bersedia menjadi responden.

3. Siswa kelas 4-6 yang tidak menggunakan aksesoris atau alat bantu (kawat gigi dan gigi palsu).

E. Teknik Pengambilan Sampel

(52)

proportional random sampling di dapatkan jumlah sampel sebanyak 81 anak di SDN Ciputat 6. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas dengan menggunakan rumus Sugiyono (2007) :

n = jumlah sampel yang diinginkan setiap strata

N = jumlah seluruh populasi anak kelas 1-6 SDN 6 Ciputat N1 = sampel

x = jumlah populasi pada setiap strata.

Tabel 4.2

Proporsi Jumlah Sampel Penelitian kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

4 165 24

5 173 25

6 218 32

Jumlah 556 81

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2011). Pengumpulan data dilakukan secara langsung memberikan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai Hubungan kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 Tengerang Selatan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Instrumen Penelitian

(53)

lembar kuesioner yang disusun secara struktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Bagian (A) berisi variabel nama, umur, jenis kelamin. Dengan mengisi pada kolom

atau lembar yang tersedia.

b. Bagian (B) kuesioner untuk kebiasaan menggosok gigi berisi 11 pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala Likert.

c. Bagian (C) lembar observasi karies gigi 2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner A, B dan C sebagai alat ukur penelitian selesai disusun untuk mengukur tentang kebiasaan menggosok gigi kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas.

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat penafsiran dari indeks korelasinya (Hidayat, 2007).

Rumus Pearson Product Moment : rxy = N (∑xy) –(∑x∑y)

[ N∑x2 - (∑x)2 ][ N∑y2–(∑y)2]

Keterangan :

r = koefisien korelasi setiap item dengan skor total x = skor pertanyaan

(54)

Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan ternyata signifikan (p value > 5%) atau r hitung lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut valid dan dapat digunakan. Namun apabila tidak signifikan (p value < 5%) atau r hitung lebih kecil dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

Sebelum penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen. Uji ini bertujuan untuk mengetaahui validitas dan reliabilitas instrumen agar dapat diperoleh data yang diperoleh akurat. Uji instrumen ini akan dilakukan kepada 30 responden ditempat yang memiliki karakteristik populasi yang sama dengan subjek penelitian yaitu SDN 02 Bendungan Hilir pada tanggal 25 November 2013. Hasil uji kuesioner memperlihatkan bahwa ada beberapa pertanyaan dengan nilai r hasil kurang dari r tabel (r 0,346). Pertanyaan dengan r hasil kurang dari r tabel dikeluarkan dari kuesioner, karena di anggap tidak valid. Beberapa yang tidak valid namun dianggap penting, tetap dimasukkan dalam kuesioner setelah diperbaiki redaksi. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2002).

(55)

G.Tahapan Pengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan tahapan, yaitu :

1. Peneliti melakukan penelitian dengan mendatangi SDN Ciputat 6 dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan meminta persetujuan kepada responden apakah berkenan mengisi kuesioner.

2. Peneliti mulai membagikan kuesioner kepada responden yang bersedia diteliti dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian.

3. Pada saat pengisian kuesioner berlangsung peneliti mendampingi dan memberikan penjelasan jika responden tidak memahami tentang pertanyaan yang diajukan.

4. Responden yang tidak dapat mengisi kuesiner akan dibantu oleh peneliti dalam pengisian kuesioner.

5. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh sampel dan meneliti kembali apakah seluruh pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh sampel penelitian.

6. Persetujuan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pengisian seluruh pertanyaan yang disediakan dalam kuesioner penelitian dan penandatanganan lembar penelitian (informed consent).

7. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan dan analisa data. H.Teknik Analisis Data

Analisia yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Pengolahan Data

a. Editing

(56)

sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan pada pengisian data dapat dilengkapi dengan segera.

b. Coding

Coding merupakan suatu metode untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

c. Processing/Entry

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodean, maka langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program komputer.

d. Cleaning data

Cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer. 2. Analisa Data

a. Analisis univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variabel bebas (kebiasaan menggosok gigi) dan variabel terikat (karies gigi) dalam bentuk distribusi dan prosentase.

b. Analisis bivariat

(57)

frekuensi harapan (ekspektasi) untuk melihat kemaknaan perhitungan sistem dengan membandingkan p value < α (0.05) maka ada hubungan yang bermakna antara

variabel dependen dan independen. Sebaliknya jika p value > α (0.05) maka tidak

ada hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen. I. Alat pengumpulan data

Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner dan lembar observasi karies gigi, dimana responden mengisi kuesioner sendiri atau dibantu. Kuesioner ini dilakukan dengan cara membagikan daftar pertanyaan berupa formulir yang ditujukan secara tertulis kepada objek untuk mendapatkan jawaban. (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan pertanyaan diatas alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 3 bagian yaitu bagian A berisi data responden yaitu mencangkup nama, umur dan jenis kelamin responden. Bagian B berisi kuesioner tentang kebiasaan menggosok gigi yang berisi 11 pertanyaan positif dan pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima kategori yaitu : S (sering) : menggosok gigi 7-5 hari dalam 1 minggu, KK (kadang-kadang) : 4-3 hari dalam 1 minggu, J (jarang) : 2-1 hari dalam 1 minggu, TD (tidak pernah) : responden tidak menggosok gigi sama sekali. responden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√ ) pada kolom tersebut yang berisi 11 item. Pada penelitian ini, hasil ukur yang digunakan adalah nilai median karena data yang didapatkan tidak berdistribusi normal maka peneliti memakai nilai median (38,00). J. Etika penelitan

Masalah Etika Penelitian

a) Informed consent (lembar persetujuan)

(58)

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien (Hidayat, 2007).

b) Anonimity (tanpa nama)

Anonimity merupakan masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2007).

c) Confidentiality (kerahasiaan)

(59)

43

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SD Negeri Ciputat 6 mulai didirikan pada tahun 1983 dan mulai dipakai tahun 1983. Sekolah yang berada di Jl.KH. Dewantoro No 6 Ciputat ini memiliki jumlah siswa pada tahun 2006/2007 1053 siswa, 2007/2008 1112 siswa, 2008/2009 1171 siswa, dan 2009/2010 1194 siswa. Dan pada tahun 2013 sekolah ini memiliki jumlah keseluruhan sebanyak 556 siswa.

B. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat ini meliputi karakteristik responden, aspek perilaku (umur, jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan cara menggosok gigi).

1. Umur

Berdasarkan tabel 5.1 umur anak pada penelitian ini antara 9-12 tahun. Hasil analisis univariat terhadap umur anak menunjukkan bahwa presentase anak terendah adalah kelompok 12 tahun (11,1% ) dan presentase anak tertinggi adalah pada kelompok 10 tahun (33,3%). Variasi umur anak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut umur di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013 Umur (tahun) Jumlah Presentase (%)

9 20 24,7

10 27 33,3

11 25 30,9

12 9 11,1

(60)

2. Jenis kelamin

Berdasarkan gambar 5.2 tentang frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil presentase jenis kelamin anak, diperoleh presentase terbesar sampel adalah anak perempuan, yaitu sebesar 44 siswa atau (54,3%) dan jumlah laki-laki sebesar 37 siswa atau (45,7%). Jumlah keduanya keduanya cukup seimbang antara anak laki-laki dan perempuan. Variasi jenis kelamin sampel dapat dilihat tabel berikut :

Gambar 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013 Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-Laki 37 45,7

Perempuan 44 54,3

Total 81 100

3. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi

Distribusi frekuensi menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ciputat 6 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut

(61)

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Cara Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013

No Sering

2 Waktu menggosok gigi - Sebelum tidur

5 Menggosok gigi atas bagian dalam

66,7 25,9 4,9 2,5

6 Menggosok gigi depan dengan gerakan

memutar

65,4 17,3 7,4 2,5

7 Menggosok gigi depan dengan gerakan

maju-9 Menggosok gigi depan dengan gerakan

(62)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karies Gigi di SD Negeri Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013.

Karies Gigi Frekuensi Presentase (%)

Ya 27 33,3

Tidak 54 66,7

Total 81 100

C. Hasil Analisi Bivariat

Analisis bivariat, peneliti ini akan menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat, tanpa memperhitungkan adanya pengaruh dari variabel lain maka dilakukan uji

Chi Square, jika dinyatakan ada hubungan maka penentuan arah dan besarnya hubungan variabel bebas dalam memperkirakan terjadinya variabel terikat diperhitungkan dengan

Odd Ratio (OR), sedangkan untuk mengetahui tingkat kemaknaan (signifikan) dilakukan perhitungan nilai prevalensi pada batas kemaknaan 95%. Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan menggosok gigi, cara menggosok gigi, jenis kelamin dan karies gigi. 1. Hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi

Tabel 5.6

Hasil Analisis Hubungan Antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Timbulnya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Ciputat

Tangerang Selatan Tahun 2013

(63)

kebiasaan menggosok gigi buruk dan memiliki karies 27,9%. Dan anak dengan kebiasaan menggosok gigi yang buruk cenderung tidak memiliki karies gigi sebesar 72,1%. Hal ini dibuktikan dengan nilai p value 0,346 > α (0,05) sehingga tidak ada hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan timbulnya karies gigi pada anak usia sekolah.

2. Hubungan antara jenis kelamin dengan karies gigi pada anak usia sekolah Tabel 5.7

Analisis Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah kelas 4-6 di SDN Ciputat 6 Tangerang Selatan Tahun 2013

Jenis kelamin Karies Gigi Total Value

Tidak Ya

N % N % N %

0,483

Laki-laki 14 37,8 23 62,2 37 100

perempuan 13 29,5 31 70,5 44 100

Total 27 33.3 54 66,7 81 100

Berdasarkan tabel 5.7 Hubungan jenis kelamin dan karies gigi menunjukkan bahwa dari 37 siswa laki-laki, sebanyak 23 (62,2%) yang memiliki karies gigi. Dan dari 44 siswa perempuan sebanyak 31 (70,5%) memiliki karies gigi. Siswa dengan jenis kelamin perempuan cenderung memiliki karies yang lebih besar dari anak laki-laki. Hasil uji chi square didapatkan p value 0,483, yang artinya pada α = 5% dapat

disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan timbulnya karies gigi.hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrohpiyah tahun 2009, yang menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan timbulnya karies gigi. Sampel yang diteliti berjumlah 96 siswa dengan nilai p value

(64)

48

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi

Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Pada usia anak sekolah (6-12 tahun) menurut Potter & Perry, (2005) sering disebut sebagai masa-masa laten yang rawan, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh. Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam mulut, menandai masa gigi campuran pada anak. Gigi yang baru tumbuh belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan. Fungsi menyikat gigi yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang ada di sela-sela dan di permukaan gigi. Sisa makanan bila tidak dibersihkan akan mengalami pembusukan oleh bakteri Streptococcus mutan. Hasil pembusukan akan menghasilkan asam dari fermentasi karbohidrat yang mungkin mampu menyebabkan karies (Kidd, 1992).

a. Frekuensi menggosok gigi

(65)

perrsentasenya lebih tinggi (25%) responden dibandingkan dengan frekuensi menyikat gigi 1 - 2 kali (22%) responden.

Menggosok gigi setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur malam) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan hasil univariat, diperoleh persentase frekuensi menggosok gigi sering (66,7%), kadang-kadang (25,9%), jarang (7,4 %) pada anak. Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies dan pengyakit penyangga gigi. Maka frekuensi menggosok gigi di SDN tersebut masih sering. Yang berarti kebiasaan menggosok gigi di SDN tersebut masih baik.

b. Waktu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiyawan (2012) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam hari dengan karies gigi dengan p value 0,039. Waktu yang paling tepat menggosok gigi yaitu setelah makan dan malam hari sebelum tidur. sedangkan berdasarkan teori Menggosok gigi setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan sebelum tidur malam) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry, 2005).

(66)

menggosok gigi yang kemungkinan mereka menggosok gigi pada saat mandi pagi dan sore hari, kebanyakan dari mereka tidak menggosok gigi pada malam hari karena kemungkinan mereka malas, mengantuk dan ketiduran sehingga mereka lupa menggosok gigi. Hal ini tidak sesuai dengan teori Potter & Perry (2005).

c. Cara Menggosok Gigi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2012) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara cara menggosok gigi dengan karies gigi dengan p value = 0,001. Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak (Potter & Perry, 2005). Dalam memberihkan gigi harus memberhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dan cara menggosok gigi yang benar. Cara menggosok gigi yang baik dan benar adalah membersihkan seluruh bagian gigi, gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak cara dalam menggosok gigi yaitu gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar dan gerakan vibrasi/bergetar (Wong, 2003). Berdasarkan hasil penelitian siswa yang melakukan gerakan tersebut di atas (40%-60%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat kepedulian atau sensitifitas anak terhadap cara menggosok gigi yang benar masih kurang. Kebanyakan dari mereka mengetahui cara menggosok gigi dengan gerakan horizontal dan vertikal saja. Selain itu pengetahuan tentang cara ata praktek menggosok gigi yang benar yang diajarkan oleh orang tua masih kurang.

2. Gambaran Karies Gigi

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................
Gambaran rendahnya persentase kebiasaan menggosok gigi di Indonesia juga di
Tabel 4.2 Proporsi Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran produktivitas menjadi suatu alat penting untuk menilai kenerja seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar menjadi bahan pertimbangan bagi pihak

Oleh karena probabilitas data di atas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja

Hal-hal inilah yang kemudian memunculkan banyak pertanyaan misalnya apa yang menjadi rasio decidendi atau alas pemikiran hakim (pertimbangan hukum hakim) berkenaan dengan

Tujuan penelitian ini untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada ibu postpartum (Wilayah Kerja Puskesmas Subah).. Penelitian ini

Bowlegs, adalah satu atau dua kaki bengkok keluar pada lutut, kondisi ini normal samapi usia 2-3 tahun.penyebab kondisi congenital, penykit tulang, penatalaksanaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X MAN 1 Stabat dalam materi trigonometri, faktor-faktor penyebab

Pada urutan pertama proses yang menjadi prosedur dasar teknik DNA rekombinan yang diperantai oleh vektor enzim endonuklease dibutuhkan untuk memotong molekul DNA dalam rangka

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang