• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi religiusitas dan resiliensi pada residen narkoba di Bnn Lido

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dimensi religiusitas dan resiliensi pada residen narkoba di Bnn Lido"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh : MAHESTI PERTIWI

NIM: 107070002664

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

MAHESTI PERTIWI NIM: 107070002664

Di bawah bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag S. Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 150 411 217

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

iii

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 6 Desember 2011

Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan/Sekretaris

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2 001 Anggota

Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi NIP. 19730328 200003 2 003

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 19680614 199704 1 001

(4)

iv NIM : 107070002664

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “DIMENSI RELIGIUSITAS DAN RESILIENSI PADA RESIDEN NARKOBA DI BNN LIDO” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalama penyususnan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 23 November 2011

(5)

v

“have faith in ALLAH.”

“every person has their own strength to live, struggle and compete in this world, but only the resilient one who can be tough and survive until the end.” Be a resilient people! Everyone can become resilient.

“GOD, grant me the serenity to accept the things I cannot change; courage to change the things I can; and wisdom to know the difference.”

PERSEMBAHAN :

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya

tercinta,

Ibu dan Yayah yang menyayangi saya dengan sepenuh hati, serta selalu

(6)

vi C) Mahesti Pertiwi

D) Dimensi Religiusitas Dan Resiliensi Pada Residen Narkoba Di BNN Lido E) xii + 88 Halaman (belum termasuk lampiran)

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi religiusitas terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda, yang melibatkan sampel sebanyak 124 orang yang terdiri dari 64 residen primary green, 31 residen primary hope, dan 29 residen reentry. Penelitian ini dilaksanakan di BNN Lido dengan teknik pengambilan sampel bersifat non-probablity sampling.

Alat ukur resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan alat ukur resiliensi yang didasari oleh teori Grotberg (2003), sedangkan alat ukur dimensi religiusitas didasari oleh teori Kendler (2003).

Hasil atau kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan, yaitu sebesar 0,248 atau 24,8%.

Terdapat variabel dimensi religiusitas thankfulness yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Pada masing-masing fase, primary green,

primary hope, dan reentry, ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas terhadap resiliensi, dan terdapat hasil yang sama bahwa dimensi religiusitas thankfulness yang memberikan pengaruh, serta pada fase primary green, ditemukan dimensi religiusitas social religiosity yang juga memberikan pengaruh.

Kesimpulanya terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas terhadap resiliensi residen BNN Lido. Untuk penelitian selanjutnya mengenai resiliensi, diharapkan melibatkan variabel lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap resiliensi, misalnya dengan melibatkan faktor eksternal atau faktor internal lainnya yang memberikan pengaruh terhadap resiliensi.

(7)

vii

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti amat berharap siapapun yang membaca penelitian ini dapat memberikan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang.

Melalui penelitian ini peneliti mendapatkan pelajaran berharga bahwa setiap orang memiliki potensi karakter-karakter positif di dalam dirinya walaupun dalam taraf yang berbeda-beda dan merupakan seseorang yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Implikasinya, setelah selesai melakukan penelitian, peneliti menemukan cara pandang yang berbeda dalam melihat orang lain. Karena berangkat dari hasil penelitian yang peneliti peroleh, peneliti mengambil kesimpulan bahwa seburuk-buruk perangai atau karakter yang dimiliki seseorang, pasti terdapat potensi karakter positif yang perlu dan bisa dilatih. Demikianlah, peneliti sampaikan hikmah yang peneliti dapatkan melalui penelitian ini. Kiranya dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi siapapun yang membacanya.

Penelitian ini melibatkan banyak pihak, terutama dari responden yang telah bersedia membantu peneliti melakukan penelitian serta memberikan pelajaran tidak langsung kepada peneliti melalui penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti ucapkan kepada:

1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang Insya Allah tiada henti berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang semakin baik dan berkualitas. 2. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag. Dosen pembimbing satu, yang selalu dapat

memberikan solusi-solusi cerdas mengenai hal-hal yang saya belum tahu dan yang saya bingungkan berkaitan dengan penelitian. Terimakasih telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan bapak yang sangat padat untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang sangat berarti, serta dengan sabar mau membantu dan menolong saya.

3. Sitti Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi. Dosen pembimbing dua, yang mengajarkan banyak nilai-nilai baru dan hal-hal bermanfaat yang bermakna berkaitan dengan penelitian sehingga membuka cakrawala baru dalam ranah berpikir saya. Terimakasih telah meluangkan waktu di sela-sela jadwal ibu yang padat untuk berdiskusi dan memberikan masukan yang sangat berarti. Terimakasih telah sabar membimbing saya selama semprop, KKL, dan skripsi.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan berharga kepada saya, baik dalam hal akademis maupun aplikasi dalam menjalani hidup sehari-hari. 5. Seluruh warga fakultas psikologi UIN Jakarta. Seluruh staff perpustakaan,

(8)

viii

Topan yang telah membantu dan mendukung secara emosional dan spiritual.

7. Para responden saya, para residen di BNN Lido. Anda semua telah menunjukkan bagaimana kerasnya usaha untuk memperoleh hal-hal yang pada umumnya dipandang remeh oleh orang lain.

8. M. Fierza Mucharom Nasution, M.Si., Psi, CHt., beserta seluruh tim psikologi, Mas Rizal, Mba Dewi, dan Mbak Fieka, yang telah bersedia mengizinkan dan banyak membantu saya melakukan penelitian di BNN Lido.

9. Tidak lupa kepada re-entry program manager Bro Chicco, primary program manager Bro Aldi, entry program manager Bro Dian, female program manager Sist Wipi, dan clinical staff Bro Mommy. Tanpa izin dan bantuan dari Anda semua saya tidak mungkin bisa melakukan penelitian secara efektif pada tiap fase.

10.Teman-teman saya di Fakultas Psikologi (angkatan 2007) pada umumnya dan kelas C khususnya yang telah menjadi teman dalam berjuang, belajar, bersenda gurau, berkonsultasi, baik dalam senang maupun susah. Dan kepada teman-teman seperjuangan bimbingan semprop dan bimbingan skripsi. Tetap semangat dan terus berjuang. Dan khususnya kepada sahabat saya Farah dan Ayas, serta Epi, Winda, Uty, Lala, Rara, Nuran, Fitri. Teman-teman KKL BNN kelompok satu, Kiki, Aya, Ane, Afit, Nung, dan Imas. Dan juga sahabat saya Reny K Sari.

11.Kak Nining, yang senantiasa bersedia mendengarkan keluh kesah saya dan memberikan masukan mengenai penelitian ini. Kak Firanti dan kak Eja yang bersedia meluangkan waktu untuk sharing dengan saya terkait penelitian ini. Mister Adiyo yang telah sangat sabar bersedia mengajarkan dan menjelaskan kepada saya mengenai olah data yang saya tidak pahami sebelumnya.

Penelitian ini tidak akan berarti tanpa kehadiran dan kontribusi dari semua pihak yang telah disebutkan sebelumnya. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi banyak orang. Amin.

Jakarta, 23 November 2011

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-15 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 10

1.2.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 13

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 13

1.4 Sistematika Penelitian ... 14

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ... 16-41 2.1 Resiliensi ... 16

2.1.1 Definisi Resiliensi ... 16

2.1.2 Aspek-aspek Resiliensi ... 18

2.1.3 Faktor-faktor Resiliensi ... 25

2.2 Religiusitas ... 27

(10)

x

2.5 Hipotesis ... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 42-54 3.1 Populasi dan Sampel ... 42

3.1.1 Populasi Sampel ... 42

3.1.2 Sampel ... 42

3.1.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 43

3.2 Variabel Penelitian ... 43

3.2.1 Definisi Operasional ... 44

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.3.1 Instrumen Penelitian ... 44

3.4 Uji Instrumen ... 48

3.4.1 Uji Validitas ... 48

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.5 Prosedur Penelitian ... 50

3.6 Teknik Analisa Data ... 52

BAB 4 ANALISA DATA ... 55-75 4.1 Analisis Deskriptif ... 55

4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ... 56

4.2 Hasil Uji Hipotesis ... 58

4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ... 58

4.2.2 Pengujian Sumbangan Masing-Masing IV ... 63

4.2.3 Analisis Uji Beda Berdasarkan Fase ... 64

(11)

xi

(12)

xii

Tabel 3.2 Blue Print Skala Dimensi Religiusitas

Tabel 3.3 Skala Penilaian Likert

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Fase

Tabel 4.2 Deskripsi umum hasil penelitian

Tabel 4.3 Rumus kategorisasi

Tabel 4.4 Kategorisasi skala resiliensi

Tabel 4.5 Kategorisasi skala dimensi religiusitas

Tabel 4.6 R square ‘Dimensi Religiusitas terhadap Resiliensi’

Tabel 4.7 Tabel ANOVAb

Tabel 4.8 Tabel Koefisien Regresi

Tabel 4.9 Pengujian sumbangan masing-masing independent variable

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian resiliensi residen narkoba, pembatasan dan perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, yang lebih dikenal dengan istilah napza atau narkoba, dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan yang sangat pesat. Menurut data terakhir United Nations Drugs Control Programme (UNDPC), saat ini kurang lebih 200 juta orang diseluruh dunia telah menggunakan jenis barang berbahaya ini, dari jumlah tersebut kurang lebih sebanyak dua juta orang berada di Indonesia (Badan Narkotika Nasional R.I. & Departemen Sosial R.I. 2004).

(14)

perekonomian, kesehatan nasional (HIV dan hepatitis), mengancam dan membahayakan keamanan, ketertiban, bahkan lebih jauh lagi mengakibatkan terjadinya biaya sosial yang tinggi (social high cost) dan generasi yang hilang (lost generation) (BNN R.I. & Depsos R.I., 2004).

Peran BNN dalam upaya penanggulangan permasalahan di atas, tidak hanya menekankan pada pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat. Hal yang juga penting adalah pemulihan bagi para pecandu untuk mempertahankan keadaan bebas bersih dari narkoba atau keadaan bebas zatnya (abstinensia), sehingga mereka dapat melanjutkan hidupnya. NIDA (National Institute on Drug Abuse) tahun 2000 melaporkan bahwa perubahan perilaku yang signifikan terjadi setelah masa perawatan minimal tiga bulan, artinya program rawat inap jangka panjang diharapkan dapat mengatasi masa kritis penderita untuk kembali menggunakan narkoba. Oleh karena itu diperlukan program rehabilitasi bagi penyalahguna narkoba (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004). Ini sesuai dengan upaya BNN, dimana pada tahun 2007 telah membangun Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi (UPT T&R) atau yang lebih dikenal dengan BNN Lido, yang memberikan pelayanan terapi dan rehabilitasi secara komprehensif dan integratif.

(15)

bimbingan mental, psikososial, pendidikan, latihan vokasional, dan keagamaan, untuk meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi mereka, yang pada akhirnya diharapkan dapat kembali berinteraksi dengan masyarakat secara wajar.

Program rehabilitasi di BNN dimulai dari fase detoksifikasi, yaitu ditujukan untuk membantu residen menghilangkan racun-racun dalam tubuhnya akibat dari pemakaian zat adiktif. Umumnya pada fase ini, residen menetap selama ± 2 minggu dalam ruangan khusus dan terisolasi. Selanjutnya adalah fase

Entry Unit yang merupakan tahap lanjutan dari fase detoksifikasi, dimana pada fase ini merupakan fase “istirahat” bagi residen untuk mempersiapkan fisik dan mentalnya guna mengikuti program selanjutnya. Pada umumnya fase Entry Unit

berlangsung selama ± dua minggu, tergantung kemajuan residen dalam proses rehabilitasi. Selanjutnya adalah Primary Program yaitu tahap awal (Primary Stage) program rehabilitasi melalui pendekatan Therapeutic Community (TC) dimana dilakukan stabilitasi fisik, emosi dan menumbuhkan motivasi residen untuk melanjutkan tahap terapi selanjutnya, primary unit dibagi menjadi dua rumah, yaitu house of hope dan green house, pada umumnya fase primary green

dan primary hope sama, namun dalam penerapannya, fase primary hope

(16)

mendayagunakan nalarnya dan mampu mengembangkan keterampilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam menjalankan program rehabilitasi di BNN, terdapat komponen yang disebut sebagai empat struktur dan lima pilar (four structures and five pillars) (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004). Kategori empat struktur, yaitu behavior management shaping (pembentukan tingkah laku); adalah perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat. Emotional and psychological (pengendalian emosi dan psikologi); yaitu perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis, seperti murung, tertutup, cepat marah, perasaan bersalah, dan lain-lain ke arah perilaku yang positif. Intelectual and spiritual (pengembangan pemikiran dan kerohanian); yaitu perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan, sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya serta didukung dengan nilai-nilai spiritual, etika, estetika, moral dan sosial. Vocational and survival

(17)

menggunakan kelompok sebagai metode perubahan perilaku. Therapeutic session

(sesi terapi); yaitu suatu metode yang menggunakan pertemuan sebagai media penyembuh. Religious session (sesi agama); yaitu suatu metode yang memanfaatkan pertemuan-pertemuan keagamaan untuk meningkatkan nilai-nilai kepercayaan atau spiritual residen. Role modeling (ketauladanan); yaitu suatu metode yang menggunakan tokoh sebagai model atau panutan.

Prinsip yang mendasari konsep rehabilitasi di BNN adalah bahwa setiap orang itu pada prinsipnya dapat berubah, yaitu dari perilaku negatif ke arah prilaku yang positif. Dalam proses perubahan seperti ini, seseorang sangat memerlukan bantuan dari pihak lain termasuk kelompok. Oleh karena itu dalam proses pengubahan perilaku tersebut, mereka dianggap sebagai keluarga besar (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004).

Namun ternyata upaya-upaya tersebut tidak menjamin kesembuhan mereka dari ketergantungan narkoba dan kepastian bahwa mereka tidak akan pernah relapse (kambuh). Relapse atau kambuh adalah suatu proses yang terjadi karena beberapa faktor pemicu dimana seseorang yang telah dinyatakan

abstinence (bertahan bebas zat) lalu kembali menggunakannya, biasanya dimulai dengan suatu perubahan pada pikiran, perasaan, atau perilaku.

(18)

kembali pada pola perilaku lamanya (seperti kembali ketempat dimana ia biasa mendapatkan narkoba; bersentuhan kembali pada barang-barang yang berhubungan dengan narkoba; dan bergaul dengan orang-orang yang juga menyalahgunakan narkoba), kemampuan bertahan yang tidak terpenuhi (yaitu kurangnya kemampuan untuk mengatasi masalah dan tekanan), serta kebutuhan spiritual dan emosional yang tidak terpenuhi (misalnya terlalu sensitif, hilang kepercayaan terhadap Tuhan, dan sebagainya) (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004).

Data menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan masih sangat tinggi. BKKBN (2003) menyatakan bahwa tingkat kambuh mencapai 80-90%. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang diadakan oleh YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) tahun 2010, dimana hasil yang diperoleh ialah angka kekambuhan yang mencapai 90% dari yang dinyatakan telah pulih, kemudian kambuh kembali, berarti kira-kira hanya 10% yang berhasil mempertahankan keadaan bebas zatnya (abstinence). Penelitian Hawari (2003) juga menunjukkan bahwa kekambuhan pada mantan pecandu disebabkan oleh faktor teman (58,36%), faktor sugesti (23,21%), dan faktor frustrasi atau stres (18,43%).

(19)

tertentu yang dapat merangsang mereka untuk kembali menggunakan narkoba, maka tidak heran bila beberapa residen sedang mengikuti rehabilitasi untuk yang kesekian kalinya. Selain itu, hasil wawancara dengan salah seorang staff ahli BNN yang merupakan Primary Program Manager (Primary Program Manager

merupakan unsur pimpinan yang bertanggung jawab penuh pada keseluruhan program primer serta seluruh fasilitas yang digunakan oleh residen tahap primer (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004)) di BNN menunjukkan bahwa dari 100 residen yang kabur, 97 diantaranya pastirelapse. Jadi, dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan residen yang menyelesaikan programnya di BNN secara utuh, residen yang kabur dan kambuh jumlahnya jauh lebih banyak.

Pernyataan-pernyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa pada fase rehabilitasi para pecandu memiliki kesulitan mempertahankan diri untuk bersih dari narkoba. Hal ini senada dengan pernyataan Gories Mere (2010) bahwa tantangan dan hambatan yang dihadapi para pecandu menuju kepulihan sangat lah berat. Dimana tingkat kekambuhan para pecandu yang menjalani rehabilitasi masih tinggi. Pernyataan tersebut didukung beberapa penelitian sebelumnya, diantaranya yang dikemukakan oleh Doweiko, bahwa 90 hari setelah masa detoksifikasi adalah masa yang paling tinggi angka kekambuhannya (BNN R.I. & Depsos R.I. 2004).

(20)

menjalani serangkaian program rehabilitasi yang penuh tekanan, yang menuntut kualitas yang ada pada diri mereka untuk tetap pulih, agar dapat melanjutkan hidupnya, sekaligus mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri. Kekuatan untuk tetap mampu bertahan dalam menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup, dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan tersebut dinamakan resiliensi (Grotberg, 2003).

(21)

depresi, skizofrenia, serta masalah anak-anak dan remaja (Kellam, et al., dalam Benard, 1991).

Mengembangkan resiliensi merupakan salah satu aspek penting dalam membantu terwujudnya proses pemulihan yang berhasil. (Allegheny County

Coalition for Recovery Child and Family Committee, 2006). Dalam

mengembangkan resiliensi, peran religiusitas ternyata cukup penting, karena salah satu faktor internal yang mempengaruhi resiliensi seseorang adalah spiritual. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian Bogar & Killacky (2006) yang mengidentifikasikan lima determinan dari resiliensi, diantaranya yaitu spiritualitas dan religiusitas, yang merupakan komponen yang penting bagi resiliensi seseorang, dimana kepercayaan ini dapat menjadi sandaran bagi individu dalam mengatasi berbagai permasalahan saat peristiwa buruk menimpa. Mendukung penelitian tersebut, Handayani (2010) menemukan bahwa salah satu kekuatan karakter yang mempengaruhi resiliensi adalahspirituality.

(22)

dalam penelitian ini yang akan dikaji bukan hanya religiusitas saja, namun juga dimensi-dimensinya, yaitu dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas

unvengefulness, dan dimensi religiusitas thankfulness. Sehingga peneliti mengangkat judul dalam penelitian ini, yakni penelitian yang berjudul “DIMENSI RELIGIUSITAS DAN RESILIENSI PADA RESIDEN NARKOBA DI BNN LIDO”.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan masalah

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dan kerancuan dalam penggunaan istilah serta untuk melihat masalah penelitian ini lebih fokus, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

(23)

dimiliki Tuhan dan mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai Penetap Takdir (dimensi religiusitasGod as judge), bagaimana individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa dendam (dimensi religiusitas unvengefulness), dan bagaimana individu tersebut bersyukur (dimensi religiusitas thankfulness) (Kendler, et al., 2003). Religiusitas dalam penelitian ini adalah bagaimana dimensi-dimensi religiusitas tersebut pada residen narkoba.

2. Resiliensi adalah kapasitas manusia untuk menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan dalam hidup tersebut (Grotberg, 2003). Resiliensi dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki residen narkoba untuk mampu bertahan pada situasi sulit, menghadapi program rehabilitasi yang penuh tekanan, yang menuntut kualitas yang ada pada diri mereka untuk tetap pulih dan bertahan agar tidak relapse (kambuh), serta mampu belajar dan beradaptasi dalam kondisi dan situasi tersebut, agar dapat melanjutkan hidupnya.

3. Residen narkoba adalah sebutan untuk klien yang sedang mengikuti program rehabilitasi. (BNN R.I. & Departemen Sosial R.I. 2004). Residen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah residen yang sedang mengikuti rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Lido (Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi (T&R)), yakni residen primary green, primary hope, dan reentry;

(24)

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas general religiosityterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitassocial religiosity

terhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas involved God

terhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas forgiveness

terhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas God as judge

terhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido?

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas unvengefulness

terhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas thankfulness

(25)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dimensi religiusitas, yaitu dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas forgiveness,

dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness dan dimensi religiusitasthankfulnessterhadap resiliensi residen narkoba di BNN Lido.

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

Manfaat teoritis:

Dapat menambah kajian teori mengenai religiusitas, khususnya dimensi-dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involved God, forgiveness, God as judge, unvengefulnessdan thankfulness)dan resiliensi dalam kajian psikologi positif, psikologi klinis, psikologi adiksi, dan psikologi agama. Manfaat praktis:

Bagi residen dapat membuka dan menambah wawasan mengenai religiusitas dan khususnya dimensi religiusitas, yakni general religiosity, social religiosity, involved God, forgiveness, God as judge, unvengefulness dan

(26)

kembali menggunakan narkoba, dan menjalani serangkaian kegiatan dalam rehabilitasi, serta dapat melanjutkan hidupnya secara positif.

Bagi lembaga terkait dapat memberikan kontribusi positif dan diharapkan dapat lebih membantu dalam program, khususnya terkait dengan religiusitas dan dimensi religiusitas serta resiliensi. Agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan berkaitan dengan penanganan pemulihan bagi para residen.

Bagi praktisi pendidikan dapat memberikan sumbangsih dan wawasan baru bagi praktisi pendidikan mengenai dimensi religiusitas, resiliensi, dan narkoba.

1.4. Sistematika Penelitian

Laporan penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido, pembatasan dan perumusan masalah, tujaun dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

(27)

BAB 3 Metodologi Penelitian, menguraikan tentang populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data. BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan tentang hasil pengolahan dari data yang terkumpul dari penelitian ini, meliputi gambaran umum responden, serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

(28)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan memaparkan tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini, pengukuran nya, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Resiliensi

2.1.1 Definisi resiliensi

Ada individu yang mampu bertahan dan pulih dari situasi negatif secara efektif sedangkan individu lain gagal karena mereka tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan. Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau setelah mengalami tekanan yang berat bukanlah sebuah keberuntungan, tetapi hal tersebut menggambarkan adanya kemampuan tertentu pada individu yang dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Fredrikson, 2004).

Lazarus (dalam Tugade & Fredrikson, 2004), menganalogikan resiliensi dengan kelenturan pada logam. Misalnya, besi cetak yang banyak mengandung karbon sangat keras tetapi getas atau mudah patah (tidak resilien) sedangkan besi tempa mengandung sedikit karbon sehingga lunak dan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan (resilien). Perumpaan tersebut bisa diterapkan untuk membedakan individu yang memiliki daya tahan dan yang tidak saat dihadapkan pada tekanan psikologis yang dikaitkan dengan pengalaman negatif.

(29)

mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan dalam hidup tersebut (Grotberg, 2003). Menurut Gortberg (2000), resiliensi merupakan kapasitas yang bersifat universal dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengalami musibah atau kemalangan (dalam Parinyaphol & Chongruksa, 2008).

Menurut Joseph (1994), resiliensi lebih kepada kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan ketidakpuasan yang muncul di dalam kehidupan, sedangkan Hawley & DeHaan (1996), menyatakan bahwa resiliensi timbul melalui penderitaan, kemudian Luthar, et al., (2000) resiliensi lebih kepada sebuah proses dinamika meliputi adaptasi positif di dalam konteks kesulitan yang signifikan, sementara Lasarus (2004), mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan untuk mengatasi rintangan dan tekanan dengan menggunakan strategi coping yang adaptif dalam rangka menjaga suatu tingkat efektif atas penyesuaian diri dan kegunaan (dalam Parinyaphol & Chongruksa, 2008).

(30)

2.1.2 Aspek resiliensi

Menurut Grotberg (2003), dalam Resilience for today: gaining strength from adversity,terdapat tiga aspek resiliensi, yaitu:

1.External Supports

Aspek external supports, yang disebut oleh Grotberg dengan istilah “I Have” merupakan bantuan dan sumber dari luar yang dapat meningkatkan resiliensi. Aspek-aspek ini termasuk didalamnya yaitu, memiliki orang yang dapat dipercaya (baik anggota keluarga maupun bukan) yang bisa diandalkan kapanpun dan dalam keadaan apapun. Jika seseorang memiliki orang yang ia percaya, maka hal ini dapat memunculkan bahkan meningkatkan resiliensinya.

Selain memiliki orang yang dapat dipercaya, mempunyai orang yang memberi semangat untuk mendorong individu agar mandiri juga termasuk dalam aspek ini. Kemudian, bisa mendapatkan pelayanan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, atau pelayanan lain yang sejenis, dan memiliki batasan dan aturan dalam berperilaku juga merupakan aspek dalam I Have ini.

(31)

2.Inner Strengths

Aspek inner strengths, yang disebut oleh Grotberg dengan istilah “I Am” merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri, seperti perasaan, tingkah laku dan kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang. Aspek ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain yaitu individu merasa seperti orang-orang pada umumnya, yang dapat menyukai dan mencintai. Perasaan dicintai dan memiliki sikap yang menarik, yaitu tenang dan baik hati, serta peraih kesuksesan dan perencana masa depan.

Menghargai dan bangga pada diri sendiri, yaitu dimana individu mengetahui bahwa mereka adalah seorang yang penting dan merasa bangga akan siapakah mereka itu dan apapun yang mereka lakukan atau akan dicapai, individu itu tidak akan membiarkan orang lain meremehkan atau merendahkan mereka. Ketika individu mempunyai masalah dalam hidup, kepercayaan diri dan self esteem ini membantu mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi masalah tersebut, serta selain menghargai dirinya sendiri, individu juga dapat menghargai orang lain.

(32)

melakukan sesuatu untuk menghentikan atau berbagi penderitaan maupun memberikan kenyamanan.

Individu juga memiliki kepercayaan diri, optimis, dan penuh harapan, ia percaya ada harapan bagi mereka, serta orang lain dan institusi yang dapat dipercaya. Individu merasakan mana yang benar maupun salah, dan ingin ikut serta di dalamnya. Individu mempunyai kepercayaan diri dan iman dalam moral dan kebaikan. Bagian yang terakhir dari aspek I Am adalah mandiri dan bertanggung jawab, serta menerima konsekuensi atas perilaku nya. Individu dapat melakukan berbagai macam hal menurut keinginan mereka dan menerima berbagai konsekuensi dan perilakunya. Individu merasakan bahwa ia bisa mandiri dan bertanggung jawab atas hal tersebut.

3.Interpersonal and Problem-Solving Skills

(33)

membantu individu untuk mengetahui kecepatan untuk bereaksi, dan berapa banyak individu mampu sukses dalam berbagai situasi.

Bagian lainnya ialah kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Individu dapat menilai suatu masalah serta mengetahui apa yang mereka butuhkan agar dapat memecahkan masalah tersebut. Individu dapat membicarakan berbagai masalah dengan orang lain, dan menemukan penyelesaian masalah yang paling tepat. Selain itu, ia pun mampu menyelesaikan berbagai macam masalah didalam berbagai setting kehidupan (pekerjaan, akademis, pribadi, sosial, dan sebagainya), serta mampu untuk dapat mengerjakan pekerjaannya hingga selesai. Kemudian juga dapat menghasilkan ide-ide dan cara-cara baru untuk melakukan sesuatu yang juga dapat membantunya dalam menghadapi kesulitan.

(34)

terbaik untuk mendiskusikan dan menyelesaikan masalah personal maupun interpersonal.

Sedangkan Reivich dan Shatté (2002) memaparkan tujuh aspek dari resiliensi, yaitu: kemampuan dalam mengatur emosi (emotion regulation), mengatur dorongan (impulse control), optimis, empati, menganalisa sebab-akibat (causal analysis), self-efficacy, dan berinteraksi dengan lingkungan (reaching out). Adapun penjelasannya, yaitu:

1.Emotion Regulation

Menurut Reivich dan Shatté, regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Pengekspresian emosi yang tepat merupakan salah satu kemampuan individu yang resilien.

2.Impuls Control

Reivich dan Shatté mendefinisikan pengendalian impuls sebagai kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang.

3. Optimis

(35)

hidupnya. Dalam penelitian yang dilakukan, jika dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik, dan lebih jarang mengalami depresi, lebih baik di sekolah, lebih produktif dalam kerja, dan lebih banyak menang dalam olahraga.

4. Empati

Empati merepresentasikan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki hubungan sosial yang positif.

5.Causal Analysis

Seligman (dalam Reivich & Shatté, 2002) mengungkapkan sebuah konsep yang berhubungan erat dengan analisis penyebab masalah yaitu gaya berpikir. Gaya berpikir adalah cara yang biasa digunakan individu untuk menjelaskan sesuatu hal yang baik dan buruk yang terjadi pada dirinya. Gaya berpikir dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu:

1) personal (saya-bukan saya), individu dengan gaya berpikir ‘saya’ adalah individu yang cenderung menyalahkan diri sendiri atas hal yang tidak berjalan semestinya. Sebaliknya, Individu dengan gaya berpikir ‘bukan saya’, meyakini penjelasan eksternal (di luar diri) atas kesalahan yang terjadi.

(36)

lebih baik pada setiap kesempatan dan memandang kegagalan sebagai ketidakberhasilan sementara.

3) pervasive (semua-tidak semua), individu dengan gaya berpikir ‘semua’, melihat kemunduran atau kegagalan pada satu area kehidupan ikut menggagalkan area kehidupan lainnya. Individu dengan gaya berpikir ‘tidak semua’, dapat menjelaskan secara rinci penyebab dari masalah yang ia hadapi. Individu yang paling resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognisi dan dapat mengidentifikasi seluruh penyebab yang signifikan dalam permasalahan yang mereka hadapi.

6.Self-Efficacy

Reivich dan Shatté mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.Self efficacyjuga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan self efficacy tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil.

7.Reaching Out

(37)

permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi.

Berdasarkan dari pembagian aspek-aspek di atas, maka dalam penelitian ini resiliensi terdiri dari aspek External support(I Have),Inner strengths(I Am), danInterpersonal and problem-solving skills(I Can).

2.1.3 Faktor-faktor resiliensi

Mampane & Bouwer (2006) mencoba mengumpulkan faktor-faktor resiliensi melalui penelitian-penelitian terdahulu. Didapatkan bahwa secara keseluruhan terdapat dua faktor resiliensi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitucognitive, spiritual, emotional, physical,danbehavioral. Sedangkan faktor eksternal, adalah faktor lingkungan, yaitu family, culture, community, school,danpeers.

(38)

Environmental Internal

Frameworkresiliensi (Kumpfer, 1999)

(39)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek resiliensi menurut Grotberg (2003), yaitu aspek External Support (I Have), Inner Strengths (I Am), danInterpersonal and Problem-Solving Skills(I Can) sebagai alat ukur.

2.2 Religiusitas

2.2.1 Definisi religiusitas

Harun Nasution (dalam Jalaluddin, 2000), merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegare, religere), dan agama. Al-Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegare berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudianreligareberarti mengikat. Adapun kata agama tediri dari a = tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.

(40)

Nashori & Mucharam (2002), mengemukakan bahwa ciri umum agama adalah adanya keyakinan terhadap Tuhan dan adanya aturan tentang perilaku hidup manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, dikenal istilah religi (religio, bahasa latin; religion, bahasa Inggris), agama, dan din (al-diin, bahasa Arab). Glock & Stark menandaskan bahwa religi adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi (dalam Nashori & Mucharam, 2002).

Dari istilah agama dan religi muncul istilah keberagamaan dan religiusitas (religiosity). Pengertian religiusitas adalah seberapa jauh pengetahuan, kokohnya keyakinan, pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori, 2002).

Religiusitas dapat mempengaruhi manusia dalam bertindak dan bertingkah laku, semakin kuat religiusitas seseorang, semakin kuat pula seseorang tersebut dalam mengontrol setiap tindakan dan tingkah lakunya (Thouless, 1995).

Menurut Glock and Stark (1974) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi pengalaman (eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) dan dimensi pengamalan (konsekuensial).

(41)

ajaran agamanya (belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek beragama (ibadah) secara menyendiri (private religious practice), menggunakan agama sebagaicoping (religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preference).

Kendler, et al., (2003) mengukur religiusitas secara luas, dengan mencoba mengembangkan teknik analisis keberagaman menjadi lebih mudah dengan menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif. Yaitu adalah perwujudan individu penganut agama yang menggambarkan, bagaimana hubungan individu dengan Tuhannya (general religiosity), bagaimana individu tersebut membina hubungannya dengan individu sesama penganut agamanya (social religiosity), segala sesuatu yang menurut manusia melambangkan Tuhan yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinan terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusan manusia (involved God), bagaimana mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling memaafkan pada dunia (forgiveness), mengambarkan kekuasaan yang dimiliki Tuhan (God as

judge), mengambarkan perilaku individu yang tidak mendendam

(unvengefulness), dan bagaimana individu mengambarkan rasa syukur nya (thankfulness).

(42)

bagaimana individu dalam membina hubungan dengan individu lain maupun sesama penganut agamanya, bagaimana individu melambangkan Tuhannya yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap keterlibatan Tuhan dalam urusannya, bagaimana individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa kasih sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar, bagaimana individu menggambarkan kekuasaan yang dimiliki Tuhan dan mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai Penetap Takdir, bagaimana individu menggambarkan perilaku yang tidak menyimpan rasa dendam, dan bagaimana individu tersebut bersyukur.

2.2.2 Dimensi-dimensi religiusitas

Menurut Kendler, et al. (2003), dalam jurnal Dimension of Religiosity and Their Relationship to Lifetime Psychiatric and Substance Use Disorders, ada tujuh dimensi religiusitas, yaitu:

1. Dimensi religiusitasgeneral religiosity

Dimensi yang pertama ini adalah dimensi yang menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan Tuhannya. Dimensi general religiosity

merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, termasuk perasaan (sense) tempat mereka selama didunia; dan keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun saat mengalami keadaan bermasalah (krisis).

2. Dimensi religiusitassocial religiosity

(43)

sesama penganut agamanya. Dimensi ini selain merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religious lainnya, juga menggambarkan bagaimana frekuensi kehadiran individu di tempat beribadah, dan kaitannya dengan sikap dalam memandang dan menggunakan obat-obatan terlarang.

3. Dimensi religiusitasinvolved God

Dimensi religiusitas involved God, yaitu segala sesuatu yang menurut manusia melambangkan Tuhan. Dimensi ini mencerminkan sebuah kepercayaan dan keyakinan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia.

4. Dimensi religiusitasforgiveness

Dimensi religiusitas forgiveness, bagaimana mengambarkan pendekatan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling maaf–memaafkan. Dimensi ini merefleksikan sikap, perhatian, kasih sayang, dan pendekatan memaafkan kepada dunia.

5. Dimensi religiusitasGod as judge

Dimensi ini mengambarkan kekuasaan yang dimiliki Tuhan. Mencerminkan persepsi Tuhan sebagai Penetap Takdir, juga menegaskan tentang takdir, serta hukum dan nilai-nilai dari Tuhan.

6. Dimensi religiusitasunvengefulness

(44)

7. Dimensi religiusitasthankfulness

Dimensi yang terakhir ini adalah bagaimana individu mengambarkan rasa syukur (thankfulness). Dimensi ini merefleksikan perasaan berterimakasih, yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan dan Tuhan.

Sedangkan dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Fetzer (1999) yang berjudul Multidimensional Measurement Of Religiousness, Spiritually For Use In Health Research menjelaskan 12 dimensi religiusitas, yaitu : Daily Spiritual Experience, Meaning, Values, Beliefs, forgiveness, Private Religious

Practices, Religious/Spiritual Coping, religious support, Religious/Spiritual

History, Commitment, Organizational Religiousness, dan Religious Preference.

1.Daily Spiritual Experience

Merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Daily Spiritual Experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga Daily spiritual Experiences lebih kepada pengalaman dibandingkan kognitif, Underwood (dalam Fetzer, 1999).

2.Meaning

(45)

religiusitas atau disebutreligion-meaningyaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya. Pargament (dalam Fetzer, 1999)

3.Value

Konsep value menurut Idler (dalam Fetzer Institute,1999) adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan sebagainya.

4.Belief

Konsep belief menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan sentral dari religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh suatu agama.

5.Forgiveness

Dimensi Forgiveness menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) mencakup 5 dimensi turunan, yaitu: pengakuan dosa, merasa diampuni oleh Tuhan, merasa dimaafkan oleh orang lain, memaafkan orang lain, dan memaafkan diri sendiri. 6.Private Religious Practice

Private religious practice menurut Levin (dalam Fetzer, 1999) merupakan perilku beragama dalam praktek agama meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.

7.Religious / Spiritual Coping

(46)

Pargament (dalam Fetzer, 1999) menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religious, yaitu:

a. Deferring Style, yaitu meminta penyelesian masalah kepada tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.

b. Colaborative Style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya senantiasa berusaha untuk melakukancoping.

c. Self-Directing Style, yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam menjalankancoping.

8. KonsepReligious Support

Konsep Religious Support menurut Krause (dalam Fetzer, 1999) adalah aspek hubungan sosial antara individual dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan al-Ukhuwah al-Islamiyah. 9.Religious spiritual history

Pengukuran area ini dimaksudkan untuk mengukur sejarah keberagamaan/spiritual seseorang. Terdapat empat aspek yang dapat diukur berkaitan dengan sejarah keberagamaan seseorang: biografi keagamaan, pertanyaan-pertanyaan mengenai sejarah keagamaan/spiritual, pengalaman keagamaan/spiritual yang mengubah hidup, dan kematangan spiritual.

10.Commitment

(47)

11.Organizational Religiousness

Konsep Organizational Religiousness menurut Idler (dalam Fetzer, 1999) merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas didalamnya.

12.Religious Preference

Konsep Religious Preference menurut Ellison (dalam Fetzer, 1999) yaitu memandang sejau mana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya.

Sementara menurut Glock and Stark (1974) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), dimensi pengalaman (eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) dan dimensi konsekuensial.

1. Dimensi keyakinan

Dimensi ini terdiri dari pengharapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, dan mengakui kebenaran dari ajaran-ajaran tersebut.

2. Dimensi praktek agama

(48)

Dimensi ini berisikan bahwa semua agama menganut pengharapan-pengharapan tertentu meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai kenyataan akhir. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan yang melihat adanya komunikasi walaupun kecil dengan esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan, dengan kenyataan akhir atau dengan otoriti transsendental.

4. Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

5. Dimensi konsekuensi

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.

(49)

religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas

unvengefulness,dan dimensi religiusitasthankfulness, sebagai alat ukur.

2.3 Residen Narkoba

Residen narkoba adalah sebutan untuk klien yang sedang mengikuti program rehabilitasi. (BNN R.I. & Departemen Sosial R.I. 2004). Residen yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah residen yang sedang mengikuti rehabilitasi di BNN Lido (Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi), yakni residen

primary(greendanhope), danreentry;maledanfemale.

BNN (Badan Narkotika Nasional) merupakan sebuah lembaga yang menangani penyalahgunaan narkotika dan memiliki tahapan rehabilitasi yaitu fase detoksifikasi, fase entry unit, fase primary (primary green house dan primary house of hope), dan yang terakhir adalah fasere-entry.

2.4 Kerangka Berpikir

(50)

Untuk dapat mempertahankan diri agar tidakrelapsedan mempertahankan kepulihannya selama menjalani maupun pasca rehabilitasi, maka dibutuhkan adanya suatu kekuatan. Dalam hal ini kekuatan dimana mereka dituntut untuk bisa lepas dan bersih dari narkoba dan bertahan agar tidak relapse, serta dapat menjalani serangkaian program rehabilitasi yang penuh tekanan, yang menuntut kualitas yang ada pada diri mereka untuk tetap pulih, agar dapat melanjutkan hidupnya, sekaligus mampu memiliki pandangan positif terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri. Kekuatan untuk tetap mampu bertahan dalam menghadapi, mengatasi, mempelajari kesulitan dalam hidup, dan bahkan ditransformasi oleh kesulitan tersebut dinamakan resiliensi (Grotberg, 2003).

(51)

dapat menjadi sandaran bagi individu dalam mengatasi berbagai permasalahan saat peristiwa buruk menimpa.

Religiusitas dibutuhkan dalam mengembangkan resiliensi residen dalam menghadapi berbagai macam tantangan selama proses penyembuhan. Resiliensi memungkinkan residen untuk dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat mengurangi risiko kekambuhan serta dapat hidup secara normal kembali, seperti melanjutkan kuliah, mendapat pekerjaan yang layak, atau membina keluarga.

Jadi dalam hal ini, dimensi religiusitas akan berkorelasi positif secara signifikan dengan resiliensi, dimana dimensi religiusitas yang tinggi diikuti pula dengan resiliensi yang tinggi dan dimensi religiusitas yang rendah akan memunculkan penurunan pula pada resiliensi residen.

(52)

2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis peneliti

Hipotesis mayor

H1: Ada pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

Hipotesis minor

H1.1: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas general religiosityterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.2: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas social religiosityterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.3: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas involved God

terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.4: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas forgiveness

terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.5: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas God as judge unvengefulnessterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.6: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitasunvengefulness

terhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H1.7: Ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas thankfulness

(53)

Hipotesis nihil Hipotesis mayor

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas terhadap resiliensi pada residen narkoba pada residen narkoba di BNN Lido.

Hipotesis minor

H0.1: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas general religiosityterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.2: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas social religiosityterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.3: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas involved Godterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.4: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas

forgivenessterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.5: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas God as judgeterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.6: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas

unvengefulnessterhadap resiliensi pada residen narkoba di BNN Lido.

H0.7: Tidak ada pengaruh yang signifikan variabel dimensi religiusitas

(54)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional, teknik pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.

Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah apakah ada pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap resiliensi. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut adalah pendekatan kuantitatif, dimana temuan penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat statistik.

3.1 Populasi dan sampel 3.1.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan satuan yang ingin diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah residen narkoba yang berjumlah 238 orang di BNN Lido (Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi).

3.1.2 Sampel

(55)

3.1.3 Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan non probability purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Secara purpossive sampling, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki ciri-ciri spesifik yang peneliti tentukan. Teknik ini tergolong dalam non-probability sampling yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian. Kriteria tertentu yang telah ditetapkan, yakni tercatat sebagai residen narkoba di BNN Lido, pada:

1. Fase primary green, yang merupakan tahapan program rehabilitasi yang dilaksanakan selama kurang lebih 6 s.d. 9 bulan.

2. Fase primary hope, yang merupakan fase yang sama dengan primary green.

Namun perbedaannya residen pada fase ini memiliki beberapa kriteria yang tidak dimiliki residen pada fase primary green, diantaranya yaitu usia 35 tahun keatas, riwayat pemakaian cukup lama (lebih dari 10 tahun), dan sudah pernah mengikuti rehabilitasi lebih dari satu kali.

3. Fase re-entry, yang merupakan suatu tahapan proses lanjutan setelah tahap primer, yang dilaksanakan selama kurang lebih 3 s.d. 6 bulan.

3.2 Variabel Penelitian

(56)

variabel yang memengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri.

Independent variable dalam penelitian ini adalah dimensi religiusitas, yaitu dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas social religiosity,

dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness, dan dimensi religiusitasthankfulness.

3.2.1 Definisi operasional

Definisi operasional dari religiusitas adalah hasil pengukuran dengan skala dimensi religiusitas pada residen narkoba, yang diukur dengan skala dimensi religiusitas, yakni dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas

social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas

forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas

unvengefulness, dan dimensi religiusitasthankfulness.

Definisi operasional dari resiliensi adalah hasil pengukuran dengan skala resiliensi pada residen narkoba, yang diukur dengan skala resiliensi, yakni

external support(I Have),inner strengths(I Am), daninterpersonal and problem-solving Skills(I Can).

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Instrumen penelitian

(57)

1. Isian biodata subjek penelitian, yang berisi pertanyaan mengenai biodata responden, yaitu jenis kelamin, usia, dan fase dalam rehabilitasi.

2. Skala Resiliensi, yang disusun peneliti sendiri dengan mengadaptasi skala resiliensi Grotberg (2003), yakni external support (I Have), inner strengths (I Am), daninterpersonal and problem-solving Skills(I Can).

3. Skala Dimensi Religiusitas, yang disusun peneliti sendiri dengan mengadaptasi skala dimensi religiusitas Kendler,et al. (2003), yaitu dimensi religiusitasgeneral religiosity, social religiosity, involved God, forgiveness, God as judge,

(58)

Skala resiliensi:

Tabel 3.1

Blue Print Skala Resiliensi

No. Aspek Indikator Skala Jmlh

FAV UNFAV

1. External Supports (I

Have)

Memiliki orang yang dapat dipercaya

1 35 2

Menyadari adanya batasan dan aturan dalam beperilaku

2, 3 36 3

Mempunyai orang yang mendorong untuk menjadi mandiri

4 37 2

Memiliki good role models

(panutan yang baik)

5, 6 38 3

Mendapatkan akses ke berbagai pelayanan

7 39 2

Memiliki keluarga dan komunitas yang stabil

8, 9 40 3

2. Innner Strengths(I Am) Seseorang seperti orang-orang pada umumnya

10 41 2

Tenang dan baik hati 11 42, 43 3

Peraih kesuksesan dan perencana masa depan

12, 13 44 3

Menghargai diri sendiri dan orang lain

14, 15 45 3

Berempati dan peduli terhadap orang lain

16, 17 46 3

Bertanggungjawab dan menerima konsekuensi atas perilaku

18, 19 47 3

Percaya diri, optimis, penuh harapan dan keyakinan

Menghasilkan ide-ide dan cara baru 25 49 2 Mengerjakan pekerjaan hingga

selesai

26, 27 50 3

Mampu melihat sisi lucu kehidupan 28 51 2 Memiliki keterampilan dalam

Mampu mengendalikan perilaku 33 54 2

Kemampuan menjangkau

pertolongan

34 55 2

(59)

Skala dimensi religiusitas:

Tabel 3.2

Blue Print Skala Dimensi Religiusitas

No. Aspek Indikator Skala Jmlh

FAV UNFAV

1. General religiosity Menggambarkan hubungan

individu dengan Tuhan

1, 2, 4, 11, 14, 16, 17

48 8

Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam sehari-hari

5, 6, 10, 13

49 5

Keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam masa krisis/ menghadapi kesulitan

7, 8, 9 50, 51 5

Perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maupun keagamaan

3, 12, 15, 18

52 5

2. Social religiosity Membina hubungan dengan

individu sesama manusia maupun sesama penganut agama

19, 20, 21

53 4

Kehadiran di tempat beribadah 22, 23 54 3 Sikap dalam memandang dan

menggunakan obat-obatan terlarang

24, 25 55, 56 4

3. Involved God Mempercayai Tuhan 26, 27 57 3

Meyakini Tuhan 28, 29 58 3

4. Forgiveness Memaafkan orang lain dan diri

sendiri

30, 31, 32, 35

60 5

Merasakan kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling maaf-memaafkan pada dunia

33, 34 59 3

5. God as judge Mempercayai Tuhan sebagai

penetap takdir

36, 37 61 3

Mempercayai hukum, dan nilai-nilai dari Tuhan

38, 39, 40

62 4

6. Unvengefulness Membebaskan diri dari rasa

dendam

42, 44 63 3

Tidak menaruh rasa dendam terhadap Tuhan dan dunia

41, 43 64, 65 4

7. Thankfulness Merasakan bersyukur 45, 47 66, 67 4

Menggambarkan perasaan

berterimakasih

46 68, 69 3

(60)

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa skala atau kuesioner. Kuesioner yang akan digunakan berupa Skala Model Likert dengan pola pertanyaan tertutup (close question). Pemberian skor pada skala ini menggunakan 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian yang diberikan pada setiap pernyataan untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini :

Tabel 3.3

Tabel Penilaian Skala Likert

Kategori SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

3.4 Uji Instrumen

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 124 item dari 2 skala yaitu skala Dimensi Religiusitas sebanyak 69 item dan Resiliensi sebanyak 55 item. Uji instrumen diberikan kepada 30 residen. Uji instrumen ini dilakukan dengan maksud mengetahui validitas instrumen dan tingkat reliabilitas intrumen yang digunakan.

3.4.1 Uji validitas

(61)

Penghitungannya dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 untuk memudahkan dalam proses perhitungan.

Suatu item dikatakan valid apabila korelasi Pearson yang didapatkan lebih

dari sama dengan ( ≥ 0,3). Berdasarkan uji validitas yang dilakukan, ditemukan

bahwa dari 55 item pada skala resiliensi yang ditry outkan, terdapat 48 item yang valid dan 7 item yang tidak valid, yaitu item no. 6, 9, 13, 19, 35, 38, dan 40. Sedangkan pada skala dimensi religiusitas, dari 69 item terdapat 59 item yang valid dan 10 item yang tidak valid, yaitu item no. 18, 24, 35, 41, 43, 52, 60, 64, 65, dan 69.

3.4.2 Uji reliabilitas

Suatu tes adalah reliabel apabila tes tersebut mampu memberikan hasil yang konsisten meskipun tes tersebut diberikan dan diskor oleh penilai yang berbeda, atau diberikan pada waktu yang berlainan, atau menggunakan bentuk paralel dari tes tersebut. Dalam penelitian ini, pengukuran reliabilitas akan dihitung dengan cara menghitung koefisien reliabilitas alpha cronbach, dengan menggunakan rumus koefisien alpha. Perhitungannya dengan menggunakan program SPSS 17.0 untuk memudahkan dalam proses perhitungan.

(62)

3.5 Prosedur penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilakukan berdasarkan dua tahap, yaitu: 1. Tahap uji coba alat ukur (try outpenelitian)

a. Mempersiapkan alat pengumpulan data atau instrumen penelitian dengan menentukan alat ukur yang akan digunakan.

b. Menterjemahkan item-item alat ukur resiliensi dan dimensi religiusitas dari bahasa aslinya, yaitu, Bahasa Inggris, ke dalam Bahasa Indonesia. Lalu, peneliti mengadaptasi item-item tersebut dan menambahkan serta mengurangi nya, disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan responden.

c. Memintaexpert jugdement, yaitu dua orang dosen pembimbing, yang dianggap ahli untuk menilai apakah pengadaptasian item-item dan penambahan serta pengurangan yang dilakukan sudah benar dan tepat berdasarkan teori yang telah dipaparkan.

d. Menyesuaikan hasil expert judgement dengan pengklasifikasian yang telah dibuat, sehingga didapat pengklasifikasian item yang tepat dan sesuai dengan dasar teori yang telah dikemukakan.

(63)

g. Persiapan segala hal yang menyangkut izin penelitian:

1) membuat surat izin penelitian dan meminta persetujuan atas surat izin penelitian yang telah dikeluarkan kepada pudek bagian akademik.

2) memberikan surat izin penelitian dan proposal penelitian kepada pihak Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido, dan menjelaskan perihal tujuan dari pelaksanaan penelitian kepada Ka. UPT T&R BNN Lido., melalui ketua tim psikologi.

3) memberikan penjelasan tentang proposal penelitian dan alat ukur yang digunakan kepada ketua tim psikologi.

4) berdiskusi dengan anggota tim psikologi dan clinical staff dalam menentukan jumlah sampel, dan teknik dalam pengambilan sampel.

5) menunggu kabar hasil persetujuan dari pihak BNN Lido.

h. menyebar kuesioner untuk uji coba (try out) dan membawa peralatan penunjang yang akan digunakan seperti alat tulis dan barang/souveniruntukreward.

i. mengumpulkan kuesioner yang telah diisi, lalu melakukan skoring terhadap alat ukur hasiltry outpenelitian.

j. memilih item-item yang valid dan reliabel dari alat ukur yang digunakan pada saattry outpenelitian.

k. mengatur tampilan alat ukur dengan membuang item-tem yang tidak valid dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel untuk dijadikan alat ukur yang siap pakai dalam penelitian lapangan.

(64)

a. Menyiapakan kuesioner yang sudah siap, mempersiapkan peralatan penunjang yang akan digunakan seperti alat tulis dan barang/souveniruntukreward.

b. Mengecek dan menyortir kuesioner yang telah terkumpul, karena jika terdapat alat ukur yang tidak diisi dengan lengkap oleh responden, maka data yang terdapat dalam alat ukur tersebut tidak bisa digunakan untuk dianalisis dalam penelitian. Adapun kuesioner yang sah atau valid untuk dianalisis adalah sebanyak 124 kuesioner.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi religiusitas sebagai IV terhadap resiliensi sebagai DV, dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing IV terhadap DV, maka peneliti menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan.

Penelitian ini memiliki variabel independen sebanyak tujuh variabel dari Dimensi Religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness). Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis berganda (cara pengukurannya adalah dengan menggunakan bantuan program atausoftware

SPSS 17.0), untuk mengetahui besar dan arah pengaruh antara variable X1 hingga X7terhadap variabel Y yang pada penelitian ini adalah resiliensi.

(65)

Keterangan :

Y : Dependent variable (DV) ‘Resiliensi’ X1 : Dimensi ReligiusitasGeneral Religiosity

X2 : Dimensi ReligiusitasSosial Religiosity,

X3 : Dimensi ReligiusitasInvolved God, X4 : Dimensi ReligiusitasForgiveness,

X5 : Dimensi ReligiusitasGod As Judge, X6 : Dimensi ReligiusitasUnvengefulness,

X7 : Dimensi ReligiusitasThankfulness.

a :Intercept/ konstan

b1, b2, ..., b7 : Koefisien regresi untuk masing-masing IV

Dalam analisismultiple regressionini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:

1. R2 (Rsquare) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan DV yang dijelaskan oleh IV.

2. Dapat diketahui apakah secara keseluruhan IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV.

3. Diketahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari IV yang bersangkutan.

(66)

4. Dapat diketahui besarnya sumbangan dari setiap IV pada DV, dan melihat signifikansinya.

(67)

BAB 4

HASIL DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan dari data yang diambil pada penelitian yang meliputi gambaran umum responden serta hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Gambaran umum responden penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 s.d. 23 September 2011, di BNN Lido (Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional). Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang berada di BNN Lido digunakan sebagai responden penelitian. Gambaran umum responden berdasarkan fase dalam rehabilitasi sebagai berikut:

Tabel 4.1

Responden berdasarkan fase

Fase Jumlah Persentase (%)

Primary Green 64 51,6%

Primary Hope 31 25%

Reentry 29 23,4%

Total 124 100%

Gambar

Tabel 3.1Blue Print Skala Resiliensi
Tabel 3.2Blue Print Skala Dimensi Religiusitas
Tabel 3.3Tabel Penilaian Skala Likert
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebutkan dan jelaskan unsur tema, tokoh, alur, latar, dan bahasa yang terdapat dalam cerpen“Berikan Apa Yang Menjadi Kebutuhanku Dan Yang Sesuai Dengan Kehendak-Mu" karya

Pseudomonas aeruginosa dari jenis koloni yang berbeda, juga dapat mempunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kerentanan... antimikroba yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.. Penelitian ini menggunakan

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa dan guru juga mengalami peningkatan dimana data observasi siklus I terhadap guru dalam mengajar dengan menggunakan

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan produk ini yaitu R&D (Reaserch and Development) dengan model pengembangan 4D (Define, Design, Develop,

Dari tabel diatas yang terdiri dari 32 responden dominan memberikan jawaban kurang setuju untuk dilakukan pengembagan sarana wisata berupa jaringan Air Bersiih pada

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menganalisis konsep penyutradaraan teater keilmuan yang mendukung mata