• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Ekstrak Pomegranate terhadap Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Mikroskopik Hati Tikus strain Sprague dawley yang Dipaparkan Asap Rokok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Ekstrak Pomegranate terhadap Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Mikroskopik Hati Tikus strain Sprague dawley yang Dipaparkan Asap Rokok"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY

YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Samsul Komar

NIM : 107103000535

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Oktober 2010

(3)

iii

EFEK EKSTRAK POMEGRANATE TERHADAP KADAR

MALONDILADEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG DIPAPARKAN ASAP

ROKOK

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran (S.ked)

Oleh :

Samsul Komar NIM : 107103000535

Pembimbing

dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, SpGK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul EFEK EKSTRAK POMEGRANAT TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK yang diajukan oleh Samsul Komar (NIM:107103000535), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 7 November 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 7 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

dr. Francisca A. Tjakradidjaja,MS,SpGK Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

(5)

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Samsul Komar

Tempat, Tgl Lahir : Tanjung Tiram, 10 Februari 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Merdeka Simpang 4 No.67 Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara Asahan

Telpon/Hp : 0813-7646-7616

Email : samsulkomar_dr@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

- SD : SD Negri 010146 Labuhan Ruku, Asahan - SMP : SMP Swasta Al-Azhar, Medan

- SMA : SMA Plus swasta Al-Azhar, Medan - Universitas : Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan riset berjudul Efek Ekstrak Pomegranate terhadap Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Mikroskopik Hati Tikus strain Sprague dawley yang Dipaparkan Asap Rokok dapat diselesaikan dengan baik. Laporan riset ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Dokter pada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Francisca A. Tjakradidjaja,MS,SpGK selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk mengarahkan dan membimbing sejak proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda H.Rafa’i dan Ibunda Hj.Syafridah, semua saudara kandung yang saya sayangi, seluruh staf pengajar atas bekal ilmu pengetahuan, bimbingan selama masa kuliah, dan teman-teman riset pomegranate serta seluruh teman-teman pendidikan dokter angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan selama ini, semoga segala bantuan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT.

Tak dapat dipungkiri bahwa penulis hanyalah makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan hasil laporan penelitian ini.

Wassalamualaikum wr wb

Jakarta, 7 Oktober 2010

(7)

vii

ABSTRAK

Samsul Komar. Pendidikan Dokter. EFEK EKSTRAK POMEGRANATE TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) DAN GAMBARAN MIKROSKOPIK HATI TIKUS STRAIN SPRAGUE DAWLEY YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK. 2010

Pomegranat (Punica Granatum L.) merupakan salah satu buah yang mengandung antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak pomegranate terhadap kadar MDA dan gambaran mikroskopik hati tikus. Tikus strain Sprague Dawley dipaparkan asap rokok selama 2-3 jam perhari selama 2 minggu. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol positif, kelompok kedua diberi ekstrak pomegranat sebanyak 5% dan kelompok ke 3 diberi ekstrak pomegranat sebanyak 10%. Ekstrak pomegranate diberikan selama 2 minggu. Pengambilan sampel dilakukan pada awal penelitian, hari ke 8 dan hari ke 15. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus kontrol dengan kelompok tikus dengan intervensi pomegranate 5% dan 10% (P< 0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus dengan intervensi pomeganat 5% dan kelompok tikus dengan intervensi pomegranate 10% (p>0,05). Gambaran mikroskopik hati tidak menunjukkan adanya peningkatan proses inflamasi sel hepatosit pada ketiga kelompok.

(8)

viii

ABSTRACT

Samsul Komar. Medical Education. EFFECT OF POMEGRANATE EXTRACT ON MALONDIALDEHYDE LEVEL AND HISTOPATHOLOGICAL EXAMINATION IN SPRAGUE DAWLEY RAT’S LEVER THAT EXPOSED TO CIGARETTE SMOKE

Pomegranate (Punica Granatum L.) is one of fruits which contain high level antioxidant. The aims of this study were to evaluate the effect of pomegranate extract on malondialdehyde level and histopatological examination in rat’s lever that exposed to cigarette smoking. Sprague dawley rats were exposed to cigarette smoke 2-3 hours a day for 2 weeks. The rats divided into 3 groups. First group as a control group, second group was given 5% pomegranate extract, and the third group was given 10% pomegranate extract. Measurement of malondialdehyde level was done in the beginning of research, the 8th day, and 15th day. The level of MDA was significantly higher in control group compared with group that given pomegranate extract 5% and 10% (P<0,05). The examination of histopatological didn’t show the increase of hepatocyt cells’ inflammation for the three groups.

(9)
(10)

x

3.1. Rancangan Penelitian ... 13

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

3.3. Alat dan Bahan ... 13

3.4. Cara Kerja ... 13

3.5. Indikator Matriks ... 14

3.6. Prosedur Pengumpulan Data ………... 14

3.6.1. Pengukuran Kadar MDA ... 14

3.6.2. Pembuatan Preparat Mikroskopik ... 14

3.7. Variabel ...………. 16

3.8. Manajemen data ………... 16

3.9. Batasan Operasional ……… 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1. Hasil Perhitungan Kadar Asupan Ransum ... 18

4.2. Kandungan Zat Makanan ... 19

4.3. Energi Bruto dan Kadar Pomegranat ... 20

4.2. Hasil Pengukuran Kadar MDA Serum ... 22

4.3. Gambaran Mikroskopik Hati Tikus ... 23

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 28

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Rata-rata asupan ransum tikus pada minggu pertama dan

kedua ...

18

(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Polusi udara di Indonesia sudah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan masyarakat terutama yang tinggal di kota besar. Berbagai macam polusi udara salah satunya yang disebabkan oleh asap rokok dan tingginya mobilitas serta gaya hidup yang tidak sehat merupakan beberapa penyebab tingginya radikal bebas di lingkungan kehidupan. Radikal bebas adalah substansi kimia yang tidak memiliki pasangan elektron. Radikal bebas tidak hanya diproduksi dari luar, tetapi dari dalam tubuh. Radikal bebas ini memiliki efek yang buruk bagi tubuh karena dapat merusak berbagai jaringan terutama hati yaitu dapat menyebabkan kerusakan sel hepatosit hati yang fungsinya membantu kerja hati (Supriyanto,2003)

Berbagai efek patologis diatas tidak terlepas dari radikal bebas yang terdapat dalam asap rokok. Radikal bebas yang terhirup akan menjadi zat prooksidan yang beracun yang akan menyebabkan stress oksidatif dan peroksidasi lipid Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA) membran sel sehingga akan dihasilkan zat hasil akhir peroksidasi lipid yang bersifat toksik yaitu malondialdehid (MDA). Kadar MDA darah bisa dijadikan sebagai indikator kerusakan oksidatif dan sekaligus sebagai indikator keberadaan radikal bebas didalam tubuh (Syaputro,2009; Wiryowidagdo,2009)

Efek dari radikal bebas dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung antioksidan. Masyarakat sekarang sudah mulai menyadari bahwa pentingnya asupan antioksidan sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan terutama antioksidan yang berasal dari tanaman (Zafar R, 2009)

(14)

delima. Buah ini dipercaya mengandug antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C,E ataupun teh hijau (Zafar R,2009)

Pomegranate (Punica granatum L) adalah tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional di masyarakat karena dipercaya memiliki khasiat untuk mencegah atau menyembuhkan berbagai penyakit seperti diare dan obstipasi. Baik dalam pengobatan herbal tradisonal ataupun modern khasiat pomegranat terdapat pada berbagai kandungan senyawa polifenol yang aktivitas antioksidannya sangat tinggi (Zafar R,2009)

Penelitian ekstrak delima dan minyak biji delima dalam menghambat pertumbuhan jaringan kanker pada tikus sudah dilakukan terhadap tumor kulit (Hora,2003), kanker prostat dan payudara (Metha,2004). Sementara itu pada organ tubuh yang berfungsi sebagai metabolisme seperti hati belum diketahui efek dari ekstrak pomegranate terhadap perubahan yang terjadi pada sel hepatosit hati terhadap fungsinya membantu kerja hati yang terjadi akibat paparan dari asap rokok. Berdasarkan hal di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar efek dari ekstrak pomegranate terhadap kadar MDA dan hubungannya gambaran mikroskopik sel hepatosit hati yang diberikan pada tikus dan diberi paparan asap rokok.

I.2. Rumusan masalah

Bagaimana efek dari pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar MDA dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus yang diberi paparan asap rokok?

I.3. Hipotesis

(15)

I.4. Tujuan penelitian

4.1. TujuanUmum

Mengetahui efek pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar MDA dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus yang telah diberikan paparan asap rokok.

4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kadar asupan ransum masing-masing kelompok tikus percobaan pada hari ke-0, 8 dan 15.

b. Diketahuinya rata-rata energi bruto masing-masing kelompok tikus percobaan pada hari ke-0, 8 dan 15.

c. Diketahuinya kadar MDA masing-masing kelompok tikus percobaan pada hari ke-0, 8 dan 15.

d. Diketahuinya gambaran inflamasi sel hepatosit pada masing-masing kelompok tikus percobaan.

I.5 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:

Untuk masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat tentang kegunaan dari ekstrak pomegranate terhadap efek negatif dari radikal bebas.

Untuk institusi : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak pomegranate terhadap kadar MDA dan gambaran mikroskopik sel hepatosit hati.

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Uraian Teori

1. Rattus Norvegiccus

Rattus norvegiccus atau tikus coklat aslinya berasal dari Cina Utara. Di Asia habitat Rattus norvegiccus banyak terdapat di hutan dan daerah bersemak, sekarang habitat mereka mudah ditemukan di daerah berpopulasi penduduk, hampir disetiap sudut kota tikus jenis ini bisa ditemukan (Soewoto,2001).

Pada familinya Rattus norvegiccus memiliki ukuran cukup besar dibandingkan yang lainnya dengan panjang badan mencapai 400 mm dan berat badan 140-500 g, tikus jantan biasanya berukuran lebih besar dari yang betina. Pada populasi alami tikus ini ditutupi oleh rambut kasar berwarna coklat diseluruh permukaan tubuhnya kadang terdapat bercak hitam atau putih pada permukaan dorsal, bagian telinga dan hidungnya botak. Panjang ekornya lebih pendek dari tubuhnya, panjang telinganya secara khas lebih pendek dari pada jenis spesies lainnya dan tidak menutupi matanya pada saat menunduk kebawah (Soewoto,2001)

Sistem perkawinan Rattus norvegiccus disebut sebagai polygynandrous. Sebagai binatang social Rattus norvegiccus cenderung berkembang biak dalam kelompok besar. Tikus betina rata-rata bisa melahirkan sebanyak 7 kali pertahun, fungsi reproduksi seperti ini memungkinkan R. noervegiccus memiliki angka kelahiran cukup besar dengan kemampuan setiap ekor betina bisa melahirkan anak tikus sekitar 60 ekor (Soewoto,2001) .

Rattus novegiccus dapat bertahan hidup maksimum sekitar 4 tahun dan di alam liar diasumsikan memiliki kemampuan hidup rata-rata sekitar 2 tahun.

(17)

rabaan mereka. Mampu bertahan hidup dengan mengkonsumsi berbagai macam juga adalah binatang yang populer digunakan dalam penelitian karena kemampuan mereka untuk belajar dengan cepat dan mudah untuk menyimpan atau memelihara mereka didalam laboratorium (Soewoto,2001).

2. Pomegranat (Punica granatum L.)

Pomegranat (Punicagranatum L.) terkenal di Indonesia dengan nama delima termasuk pada suku Punicaceae. Tanaman ini berasal dari Timur Tengah dengan daerah penyebaran tempat tumbuh yang luas dari daerah-daerah subtropik sampai tropik selain itu juga bisa tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian tempat tumbuh kurang dari 1.000 m di atas permukaan laut (Hargono,1989)

Pomegranat terbagi menjadi beberapa bagian anatomis, yaitu biji, sari buah (juice), kulit, daun, bunga, kulit kayu, dan akar. Phytochemistry dan efek farmakologis dari Punica granatum memiliki jangkauan yang luas dalam penggunaan klinis untuk pengobatan dan pencegahan kanker dan berbagai penyakit lain yang etiologinya berasal dari inflamasi kronik (Louba,2007)

(18)

Pomegranat merupakan buah yang kaya akan dua jenis polifenol; antosianin dan tannin. Bagian terlarut polifenol dalam sari buah pomegranatbervariasi antara 0,2% sampai 1% (Louba,2007)

Sari buah pomegranat yang telah difermentasi dan kulitnya memiliki antioksidan kuat yang secara signifikan jauh lebih banyak dibandingkan dengan anggur merah dan teh hijau. Di samping memiliki kadar antioksidan tannin dan flavonoid yang tinggi dalam sari buah dan kulitnya, minyak yang berasal dari biji pomegranat yang dihancukan dan dikeringkan mengandung kira-kira 80% 18-karbon asam lemak, atau disebut juga asam punicic. Biji pomegranate mengandung sejumlah serat, pektin, gula, dan fitoestrogen coumestrol. Pomegranate merupakan satu dari sedikit buah yang mengandung estrone (Louba, 2007)

3. Antioksidan dan Radikal Bebas

Berbagai reaksi oksidatif di dalam tubuh memproduksi zat-zat yang disebut radikal bebas (Hassan,2007,Williams,2005). Radikal bebas adalah zat kimia yang berisi elektron yang sendiri dan tidak mempunyai pasangan. Radikal superoksida (O2-) dan radikal hidroksida (OH+) adalah radikal bebas yang sebenarnya. Dua zat lainnya yang berhubungan, menunjuk pada spesies oksigen non-radikal, adalah hydrogen peroksida (H2O2) dan oksigen singlet (1O2). Zat-zat ini dikenal sebagai spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species, ROS) (Williams,2005).

Radikal bebas adalah senyawa tidak stabil yang memiliki medan magnet yang tidak seimbang yang mempengaruhi struktur moleculer dan reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh (Vander,2001). Radikal bebas mungkin sangat reaktif dengan jaringan di dalam tubuh. Walaupun reaksi oksidatif penting untuk kehidupan, beberapa oksidasi dapat menyebabkan kerusakan seluler dengan mengoksidasi lemak unsaturated di membrane seluler dan subseluler. Radikal bebas mungkin menyebabkan oksidasi yang tidak diinginkan (Williams,2005).

(19)

lipid) membrane mudah terkena serangan radikal bebas berasal dari oksigen. Interaksi radikal lemak menghasilkan peroksida, yang tidak stabil dan reaktif, dan terjadi reaksi rantai autokatalitik; (2) fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dengan timin pada DNA mitokondria dan nuclear menimbulkan rusaknya untai tunggal. Kerusakan DNA tersebut telah memberikan implikasi pada pembunuhan sel dan perubahan sel menjadi ganas; (3) ikatan silang protein. Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein yang diperantarai sulfhidril, menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktivitas enzimatik. Reaksi radikal bebas juga bisa secara langsung menyebabkan fragmentasi polipeptida (Kumar,2005).

Walaupun radikal bebas dapat dibentuk di dalam tubuh, sel-sel tubuh dapat menghasilkan sejumlah enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, glutation peroksidase dan katalase, yang membantu menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan seluler (Williams,2005). Untuk dapat berfungsi dengan baik, harus berisi nutrisi-nutrisi yang penting seperti copper, zink, selenium. Selain itu antioksidan ini juga terdapat di dalam vitamin E , C dan beta karoten (Vander,2001).

4. Rokok

Rokok mempunyai efek yang kurang baik terhadap hampir setiap bagian dari tubuh, termasuk otak, lambung, mulut dan organ reproduksi. Sebatang rokok berisi ratusan zat kimia perusak, termasuk aseton ( pembersih pengkilat kuku), ammonia (pencuci lantai), dan toluene (pelarut industry) (Insel,2004)

Merokok dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru dan juga pada organ metabolism seperti hati (Insel,2004; Hahn,2003)

(20)

Merokok dan paparan rokok dari lingkungan secara permanen mempercepat akumulasi plak pada arteri koronaria (50% untuk perokok, 25% untuk mantan perokok, dan 20% untuk orang yang sering terpapar asap rokok). Jika plak tersebut benar-benar memblok aliran darah ke bagian jantung dapat terjadi serangan jantung (Insel,2004).

Paru-paru perokok terus menerus terpapar oleh zat kimia berbahaya dan iritan sehingga mereka harus bekerja lebih keras agar berfungsi dengan adekuat. Stress pada paru-paru akibat rokok dapat merusak fungsi paru dan menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Lange,2006).

Merokok dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh tak terkecuali hati. Efek dari asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pada sel hepatosit hati sehingga dapat menyebabkan gangguan pada kerja hati atau hepar (Supriyanto,2003)

5. HEPAR

Hati merupakan kelenjar terberat dalam tubuh, beratnya 1,5 kg atau lebih, konsistensi lunak dan terletak di bawah diafragma dalam rongga abdomen atas. Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau merah coklat, disebabkan oleh adanya darah yang banyak. Sebagian besar darah berasal dari arteria hepatica yang merupakan cabang arteri seliaka. Selain itu hati juga menerima pendarahn dari saluran cerna melalui vena porta. Hati menerima semua bahan yang diserap dari usus. Di samping itu darah portal juga membawa berbagai bahan toksik kedalam hati yang kemudian didetoksifikasi dan selanjutnya diekskresikani. Empedu dari hati mengalir keluar melalui saluran ke dalam duodenum, sebagian merupakan sekresi karena mengandung garam empedu yang penting untuk pencernaan, dan sebagian merupakan ekskresi karena mengandung bahan tak berguna dan berbahaya yang dikeluarkan ke dalam feses (Leeson,1990; Macsween,1994).

(21)

membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati di daerah porta hepatis dan membagi hati dalam lobus dan lobulus (Leeson,1990; Macsween,1994; Harlan,2000)

A. Lobulus dan asinus hati

Unsur utama struktur hati adalah sel-sel hati atau hepaosit. Sel-sel ini berkelompok dalam susunan yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu unit struktural yang terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Unit struktural ini dinamakan lobulus hati. Lobulus hati berbentuk bangunan prisma polygonal dengan ukuran sekitar 0,7 µm x 2 µm. Lobulus-lobulus berhubungan erat satu dengan lainnya pada hampir seluruh permukaannya, sehingga sulit untuk menentukan batas antara lobulus yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pada beberapa daerah (biasanya di sudut sudut lobulus), lobulus-lobulus dipisahkan oleh jaringan penyambung dan pembuluh darah. Daerah ini dinamakan segitiga portal (juga dinamakan saluran portal, celah portal atau trigonum portal). Lobulus hati mempunyai makna fungsional yaitu merupakan suatu unit structural dengan pendarahan yang mengalirkan darah ke vena lobular (vena sentralis) (Leeson,1990; Macsween,1994).

Ada patokan lain untuk menentukan satuan (unit) fungsional dalam hati, yaitu lobulus portal mempunyai kanal portal sebagai pusatnya, dan terdiri dari jaringan yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris didaerah portal tersebut. Unit ini pada potongan melintang berbentik segitiga, mengandung bagian-bagian dari tiga lobulus hati yang berdekatan dan vena sentralis terletak didaerah perifer pada masing-masing sudutnya (Leeson,1990; Harlan,2000).

(22)

B. Sel-sel hati (hepatosit)

Sel-sel hati (hepatosit) tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng atau lembaran-lembaran bercabangdan beranastomosis membentuk labirin atau mirip karet busa, dengan diantaranya terdapat ruangan sinusoid. Lempeng ini secara radial bermula dari tepi lobulus hati menuju ke vena sentralis sebagai pusatnya (Leeson,1990).

Sel hati berbentuk polygonal dengan enam atau lebih sisi, berukuran sekitar 20-35 µm, dengan membrane sel yang jelas. Permukaannya sel disampingnya atau terpisah sebagian dari sel di sampingnya membentuk kanalikuli biliaris. Inti bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dan besarnya bervariasi dari satu sel dengan lainnya. Kadang-kadang ada sel dengan dua inti. Masing-masing inti bentuknya vesicular dengan granula kromatin tanpak jelas dan tersebar, dengan satu atau lebih anak inti (Leeson,1990; Macsween,1994).

Sitoplasma sel hati mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas fungsionalnya terutama sebagai tempat penyimpanan glikogen dan lemak. Kedua senyawa tersebut biasanya hilang sewaktu dibuat sediaan rutin, dan sebagai gantinya tampak ruangan-ruangan berbentuk jala yang tak teratur dan vakuol-vakuol bulat. Sitoplasma tampak berwarna basofil, dengan mitokondria kecil berwarna dan berjumlah banyak. Aparat Golgi biasanya tampak terletak dekat inti atau ditepi sel dan dekat kanalikuli biliaris. Retikulum endoplasma yang granular maupun yang agranular (licin) tampak jelas dalam sitoplasma, dengan bagian yang tidak terputus-terputus menghubungkan keduanya. Ribosom menempel pada membrannya, sedangkan polisom ada yang bebas dan adapula yang berhubungan dengan membrane tersebut. Peroksisom terdapat pada daerah dekat kanalikuli biliaris, berbentuk bulat dengan garis tengah 0,2-0,8 µm, dan dibatasi oleh membran. Lisosom juga terdapat, bentuknya berbeda-beda dan dapat mengandung lipofuksin (Leeson,1990; Macsween,1994; Harlan,2000).

(23)

perisinusoid. Di tempat ini membran plasma sel hati memperlihatkan banyak mikrovili panjang, banyak vakuola dan gelombang pada sitoplasma dibawahnya (Leeson,1990).

Kanalikuli biliaris tampak dengan pewarnaan H.E (hematoksilin-eosin) sebagai rongga kecil di antara sel hati yang bersebelahan. Dengan pewarnaan khusus, misalnya reaksi gomori untuk fosfatase alkali atau dengan impregnasi perak, kanalikuli biliaris tampak berbentuk jala-jala tiga dimensi di antara sel-sel hati. Dinding kanalikuli terdiri atas sel-sel parenkim yang berdampingan. Peralihan kanalikuli dan duktus biliaris tidak mudah diperlihatkan. Peralihan tersebut melalui bangunan peralihan yang disebut duktulus atau kanal Hering. Lumen duktulus ini akhirnya bersatu dengan duktus biliaris di daerah portal (Leeson,1990; Macsween,1994).

(24)

II.2 Kerangka Konseptual

Kerusakan hati/ fungsi hati

Inflamasi sel hepatosit hati MDA

Stress Oksidatif

Ekstrak Pomegranate Antioksidan

(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan di Animal House Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Patologi Anatomi FKUI, dan Laboratorium FKIK UIN.

III.3 Alat dan Bahan

Alat :

Spektrofotometer, spuit, kapas, mikrotom, oven, waterbath, sentrifuge, glassware, sonde, dissecting set, timbangan

Bahan :

- Ekstrak pomegranate

- Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa dengan strain Sprague Dawley berumur sekitar 120 hari dengan rata-rata bobot badan 80 g/ekor - Kandang

- Ransum standar dan ransum perlakuan - Pereaksi MDA

III.4 Cara Kerja

Penentuan jumlah tikus tiap kelompok dihitung berdasarkan rumus Federer : (n-1)(t-1)>15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan dari tiap perlakuan. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing kelompok teridiri dari 10 tikus. Penelitian menggunakan tikus sebanyak 30 ekor terdiri dari:

(26)

2. R1 : tikus (pemberian ekstrak 5%) 3. R2 : tikus (pemberian ekstrak 10%)

Pemberian ekstrak melalui oral dicampur dengan ransum dan berlangsung tiap hari, selama 2 minggu (14 hari). Pengambilan sampel darah terjadi pada hari ke 0, 8, dan 15.

Tikus dipaparkan dengan polusi udara yang berasal dari asap rokok setiap harinya selama kurang lebih 2-3 jam.

III.5 Indikator Matriks

Variable Indikator Skala Metode Kadar MDA KadarMDA Rasio HPLC

Mikroskopik sel hati

Keadaan sel hepatosit Nominal Mikroskop cahaya

III.6 Prosedur Pengumpulan Data Kadar MDA (Malondialdehid)

Pemeriksaan kadar MDA dilakukan untuk menetapkan kadar peroksidasi lipid dalam cairan biologis (misalnya darah). Untuk melakukan tes ini diperlukan hmolisat darah sebanyak 0,25 mL kemudian dicampur dengan larutan asam trikloroasetat (TCA) 10 % sebanyak 0,50 mL. Kemudian di kocok, pusing dan ambil supernatannya. Setelah itu tambahkan larutan TBA 0,67 % sebanyak 0,75 mL. Masukkan ke penangas mendidih selama 10 menit. Kemudian dinginkan dan baca serapan pada panjang gelombang 532 nm. Lalu untuk menghitung kadar MDA digunakan rumus sebagai berikut:

Kadar MDA = A/ε ε= 153.000 M-1

(27)

Pengumpulan Sampel Darah

Sampel darah diambil pada hari ke 0, 8 dan 15. Pada hari ke 0 dan ke 8, sampel darah diambil dari bagian ekornya. Sedangkan pada hari ke 15 sampel darah di ambil dari bagian jantung.

Pembuatan preparat mikroskopik sel hati tikus

Setelah 2 minggu diberi perlakuan, ketiga kelompok dianastesi dengan kloroform dan kemudian dibunuh. Jaringan hati dikeluarkan dan disimpan dalam cairan formalin 10%.

Untuk membuat preparat mikroskopik, langkah pertama yang dilakukan adalah organ (Rattus norvegicus) difiksasi oleh larutan Bouin selama 12-24 jam. Lalu direndam dalam alkohol 70% selama 3 kali @ 10 menit sambil dikocok. Direndam alkohol 70% overnight. Dilanjutkan perendaman alkohol 80% 3 kali @ 10 menit sambil dikocok. Dilanjutkan pada konsentrasi 90% dan 96% dengan perlakuan yang sama. Dilanjutkan pada perendaman dengan alkohol absolut selama 10 menit dan dikocok. Berikutnya direndam dengan xilol overnight. Dilakukan proses infiltrasi dengan perbandingan xilol: parafin = 1:1 selama 30 menit pada suhu 52° C. Dilanjutkan pemberian parafin murni pada suhu 56° C selama 12 menit. Berikutnya dilakukan proses blocking dan sectioning dengan ukuran 5 mikron. Pita hasil potongan diletakkan pada gelas objek yang telah diberi mayer albumin lalu diletakkan pada hot plate.

(28)

tisu sampai kering. Selanjutnya direndam xilol 10 menit. Lalu diberi entelan dan selanjutnya dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.

Observasi Histopatologi

Observasi mikroskopik jaringan menggunakan mikroskop cahaya. Observasi dilakukan untuk melihat gambaran sel hepatosit hati dalam satu lapang pandang besar.

III.7 Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Variabel bebas

 Ekstrak pomegranate

b) Variable terikat

 MDA

 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus.

 Asupan ransum

 Energi bruto

III.8 Manajemen Data

(29)

Batas kemaknaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 5% dengan ketentuan : P<0,05 menunjukan kemaknaan positif dan P>0,05 menunjukan kemaknaan negatif

III.9 Batasan Operasional 9.1 Tikus

Tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih (Rattus novergicus) jantan dewasa dengan strain Sprague Dawley berumur sekitar 120 hari dengan bobot rata-rata 80g/ekor

9.2 Paparan asap rokok

Tikus diberi paparan asap rokok setiap hari selama kurang lebih 2-3 jam.

9.3 Ekstrak pomegranate

Ekstral pomegranate 5% dan 10% dicampurkan kedalam ransum.

9.4 Hati tikus

Bagian hati tikus yang akan diteliti yaitu gambaran sel hepatosit pada jaringan hati.

9.5 Kadar MDA

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Asupan Ransum Yang Diberikan

Asupan ransum yang diberikan pada masing-masing kelompok tikus pada minggu pertama dan kedua berbeda. Rata-rata asupan ransum yang diberikan selama 2 minggu pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Rata-Rata Asupan Ransum Tikus Pada Minggu Pertama Dan Kedua

Kelompok Tikus

Rata-Rata Asupan Ransum Asupan Minggu 1 Asupan Minggu 2

RO 10,4 ± 0,97^ 10,5 ± 0,58*

R1 10,5 ± 0,53^ 11,3 ± 1,70*

R2 10,3 ± 0,48^ 10,7 ± 0,48*

Keterangan : R0= ransum kontrol, R1= R0+ 5% bubuk pomegranat, R2= R0+ 10% bubuk pomegranat, ^nilai P asupan minggu 1 = 0,814 dibandingkan R0, *nilai P asupan minggu 2 = 0,236 dibandingkan R0. Data disajikan dengan standar deviasi.

(31)

4. 2. Kandungan Zat Makanan Pada Ransum

Pada asupan ransum yang diberikan pada masing-masing kelompok tikus mengandung zat makanan yang berbeda jumlahnya. Kandungan zat makanan pada ransum dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Kandungan Zat Makanan Pada Ransum Perlakuan

Kandungan zat makanan Ransum perlakuan

R0 R1 R2

Bahan kering (%) 89,35 91,50* 91,46*

Abu (%BK) 8,66 8,81^ 8,28^

Protein kasar (%BK) 18,18 17,41^ 18,47^

Serat kasar (%BK) 10,44 11,47^ 15,22^

Lemak kasar (%BK) 3,67 4,14^ 4,20^

Beta N (%BK) 48,60 56,67^ 45,29^

Energi bruto (kkal/gram) 3,88 4,04^ 4,07^

Keterangan : R0 = ransum control, R1 = R0+5% bubuk pomegranate, R2 = R0+10% bubuk pomegranate, BK = bahan kering, *=p=0,01 dibandingkan R0, ^=p=0,00 dibandingkan dengan R0.

(32)

pomegranate R1 dan R2 akan mendapat kan tambahan zat makanan selain dari ransum standar yang diberikan pada ketiga kelompok tikus.

Pada penelitian diberikan ekstrak pomegranat yang kemudian dicampur dalam ransum makanan kelompok tikus yang diberikan pomegranat 5% (R1) dan kelompok tikus yang diberikan pomegranat 10% (R2). Kandungan zat makanan pada bubuk pomegranat dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Kandungan Zat Makanan Pada Bubuk Pomegranate

Kandungan zat makanan Jumlah

Bahan kering (%) 81,50

Abu (%BK) 4,21

Protein kasar (%BK) 3,96

Serat kasar (%BK) 13,71

Lemak kasar (%BK) 1,07

Beta N (%BK) 58,64

Energi bruto (kkal/gram) 3,86

Keterangan : BK = Bahan kering

(33)

4. 3. Energi Bruto dan Kadar Pomegranat yang Diberikan

Pada asupan ransum yang diberikan meghasilkan energi bruto yang berbeda pada masing-masing kelompok. Selain energi bruto, pada ransum juga diberikan bubuk pomegranate pada kelompok tikus R1 sebesar 5% dan kelompok tikus R2 sebesar 10% dari jumlah asupan ransum yang diberikan. Tabel 4.4 Rata-Rata Energi Bruto dan Kadar Pomegranat Dari Asupan Ransum

Selama 2 Minggu

Kelompok Tikus

Energi bruto dari Asupan Ransum Kadar Pomegranate Asupan Minggu bubuk pomegranat, ^nilai P energi bruto asupan minggu 1 = 0,233 dibandingkan R0, *nilai P energi bruto asupan minggu 2 = 0,054 dibandingkan R0.

⁰nilai P kadar pomegranate asupan minggu 1 = 0,000 dibandingkan R0, “nilai P minggu pertama dan minggu kedua pada ketiga kelompok.

(34)

diberikan ekstrak pomegranat, kelompok R1 diberikan pomegranat 5% dan kelompok R2 diberikan pomegranat 10% sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar pomegranat pada ketiga kelompok tikus.

4. 4. Hasil Pengukuran malondialdehid (MDA)

Hasil pengukuran kadar MDA hewan uji sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.5.

Kelompok Tikus H0 H8 H15 Nilai P

R0 354 ± 57.63 697,2 ± 92.23 1017,7 ± 106.78 0.000^

R1 375,3 ± 56.03* 568,7 ± 108.74* 886,4 ± 106.75*

R2 375,3 ± 62.07 ˟ 556,3 ± 74.07˟ 800,2 ± 80.58˟

Keterangan : R0 = kelompok tikus yang tidak diberi pomegranate, R1 = kelompok tikus yang diberi pomegranate 5 %, R2 = kelompok tikus yang diberi pomegranate 10 %, H0 = pengukuran MDA awal, H8 = pengukuran MDA hari ke-8, H15 = pengukuran MDA hari ke-1, ^Nilai P dari Uji Anova, *P = 0.022 R1 dibandingkan dengan R0 dengan uji Bonferoni, ˟P = 0.000 R2 dibandingkan dengan R0 dengan uji Bonferoni. Data disajikan dengan standar deviasi.

Dari diagram rata-rata hasil pengukuran kadar MDA pada hari ke-0, ke-8 dan hari ke-15 didapatkan peningkatan pada ketiga kelompok tikus. Tetapi peningkatan paling tinggi terjadi pada kelompok tikus kontrol, diikuti oleh kelompok tikus dengan pomegranate 5% dan kelompok tikus dengan pemberian pomegranate 10%..

(35)

percobaan yang telah dilakukan. Pada kelompok tikus R0 yang dipaparkan asap rokok tanpa pemberian ekstrak pomegaranat, terdapat peningkatan kadar MDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tikus R1 dan R2 yang diberikan ekstrak pomegranat.

Peningkatan kadar MDA akibat radikal bebas dapat dicegah dengan pemberian antioksidan. Antioksidan akan membantu menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan seluler sehingga tidak terjadi proses peroksiadi lipid yang kemudian mencegah kadar MDA meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan adanya perbedaan perubahan kadar MDA yang bermakna antara kelompok tikus yang tidak diberi intervensi pomegranat dengan kelompok tikus yang diberi intervensi pomegranat 5% dan 10%.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Turk tahun 2008 selama 7 minggu tentang pengaruh pemberian jus pomegranat terhadap aktivitas antioksidan juga didapatkan penurunan dari kadar MDA. Selain itu juga didapatkan peningkatan aktivitas enzim antioksidan seperti glutation, glutation peroksidase dan katalase.

4.5 Gambaran mikroskopik tikus

(36)

Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati kelompok tikus kontrol (R0) dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus kelompok kontrol (R0) dengan perbesaran 40x10

(37)

Gambaran mikroskopik dari jaringan hati pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak pomegranat 5% (R1) dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus dengan pomegranate 5 % dengan perbesaran410x10

(38)

Gambaran mikroskopik dari jaringan hati pada kelompok tikus yang diberi ekstrak pomegranat 10% (R2) dapat dilihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Gambaran mikroskopik sel hepatosit hati tikus dengan pomegranate 10% dengan perbesaran 40x10

(39)

Pada pemeriksaan mikroskopik hati tikus dengan mikroskopik cahaya tidak ditemukan adanya reaksi inflamasi sel hepatosit hati tikus baik pada kelompok kontrol maupun kelompok yang diberikan ekstrak pomegranat 5% dan 10%.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dengan melihat kadar MDA dan gambaran mikroskopik dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak pomegranat berpengaruh terhadap pencegahan peningkatan kadar MDA secara signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok dengan intervensi pomegranat (P<0,05). Rata-rata kadar MDA terendah pada hari awal adalah kelompok R0 (354±57,63), hari ke 8 adalah kelompok R2 (556±74,07), hari ke 15 adalah R2 (800±80,58).

2. Pada pemeriksaan mikroskopik hati tidak didapatkan adanya proses inflamasi pada sel hepatosit hati tikus.

5.2SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang pengaruh pemberian ekstrak pomegranat terhadap kadar MDA dan gambaran hati tikus, antara lain:

1. Meneliti tentang dosis minimal pomegranat yang diberikan untuk mencegah peningkatan kadar MDA dan perubahan gambaran mikroskopik hati.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Gartner, Hiatt. (2007) Color Textbook of Histology. 3rd ed. Philadephia : Saunders/Elsevier. 1-3

Guyton, Arthur.C, John E.Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.Jakarta : EGC, 1049-1054

Hahn DB, Payne WA. (2003) Focus on Health. Ed 6. New York: McGraw-Hill, 213 Hargono D. (1989) Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 66-68.

http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=4452 diakses pada hari kamis, 9 juli 2009

Insel PM, Roth WT. (2004) Core Concepts in Health. Ed 9. New York: McGraw-Hill, 169-175.

Junquiera LC, Carneiro J. (2005) Basic Histology text & atlas. Ed 11 .New York: McGraw-Hill.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. (2005) Pathologic Basis Of Disease. ed 7. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Louba, Ben Nun. (2007) What Are the Medical Properties of pomegranate?. J of Chinese clinical med. 2:9.

(42)

Radikal Bebas Pada Eritrosit dan Leukosit

www. Cermin Dunia Kedokteran.com diakses : Sabtu, 18 juli 2009

Santoso, Singgih. (2009) Panduan lengkap menguasai statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Kompas Gramedia, 184-6, 277-88.

Sherwood, Lauralee. (2001) Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta: EGC, 412-15.

Soewoto H . (2001) Biokimia Eksperiman Laboratorium. Jakarta: Widya medika, 153.

Syaputro, R Agung. Survey tentang Kadar Malondialdehid (MDA) Darah sebagai Indikator Terjadinya Stres Oksidatif.

(http://dalilskripsi.com/content/ view/10/ ). Diakses 27 Juli 2009. Abstract.

Turk G, Sonmez M, Aydin M, Yuce A, Gur S, Yuksel M, Aksu E, Aksoy H.(2008) Effect of pomegranate juice consumption on sperm quality, spermatogenic cell density, antioxidant activity and testosterone level in male rats. Clinical Nutrition. 27(2), 289-296. abstract

Williams MH. (2005) Nutrition for Health, Fitness, and Sport. Ed 7. New York: McGraw-Hill, 251.

Wiryowidagdo, Sumali. Delima (Punica granatum L.) Obat Tradisional Indonesia. Online (http://www.isfinational.or.id/pt-isfi-penerbitan/126/474 delima-punica granatum-l-obat-tradisional-indonesia.html). diakses 06 Juli 2009.

www.pomegreat.com/The_Health_Benefits_of_Pomegranate_Juice.pdf

(43)

Zafar R, Nahid A, Arivarasu NA, Sangeetha R, Meenakshi S, Tariq MH. (2009) Polyphenolrich pomegranate fruit extract (POMx) suppresses PMACI induced expression of pro-inflammatory cytokines by inhibiting the activation of MAP Kinases and NF-κB in human KU812 cells. Journal of Inflammation.

Gambar

Gambar 2.1.    Diagram sel hati dan organel-organelnya ..............................
Tabel 4.1.
Gambar 1.1 Diagram sel hati dan organel-organelnya (Junquiera,2005;
tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi perencanaan (planning) nerupakan suatu kegiatan dimana di dalam kegiatan ini terdapat proses pemilihan yang berhubungan dengan kenyataan- kenyataan yang

Oleh karena itu dalam upaya pencapaian Visi dan Misi pada Renstra Badan Pemberdayaan masyarakat, Pemerintahan Nagari,Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

[r]

Agelenidae C.. Koch, Bakar, Damin. Koch., Stari grad, Damin. Koch, Split, Damin. Koch, Zagreb, Damin.. Koch, Bakar, Damin. Koch, Bakar, Damin. Koch, Dubrovnik, Damin. Koch,

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dari hipotesis yang telah dirumuskan dan telah diuji, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengujian hipotesis

Dari hasil penelitian pertama sampai kelima didapatkan nilai laju aliran massa refrigeran yang dapat dilihat dari Gambar 5.37, Gambar 5.38, Gambar 5.39, Gambar 5.40, Gambar 5.41

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah restauran yang bertemakan sambal, kebiasaan mengkonsumsi sambal, motivasi, dan persepsi klaim mengenai produk cabai dan

Metode yang sering dipakai di kelas XII adalah metode ceramah, metode Tanya jawab, metode demonstrasi, metode pengamatan antara pendidik dan peserta didik, metode