• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN PENONTON SINETRON PARA PENCARI TUHAN DI MAJELIS TAKLIM AL-AMIN RT 005 RW 06 DI

KELURAHAN MEKARSARI DEPOK JAWA BARAT

Oleh:

Eriz Rakhmadania

104051001824

Di bawah bimbingan:

Dr. Umaimah Wahid

NIP 150293222

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia

yang diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis, Papa Muslim Wahi dan Mama Hanifah Ahmad. Terima kasih

atas doa, dukungan, kepercayaan, nasehat, dan tentunya kasih sayang yang tiada

taranya.

2. Mami Yulidar dan Papi Asril, nenek tersayang, who has given me fantastic

references.

3. Ibu Umaimah, dosen pembimbingku yang teramat baik, terima kasih atas

dukungan, bantuan dan arahan selama penyusunan skripsi.

4. Pak Wahidin dan Bu Umi, terima kasih atas dukungan dalam pembuatan skripsi

ini, yang tidak pernah bosan bertanya kapan selesai skripsinya.

5. Pak Jumroni dan Pak Suhaimi, tanpa bapak-bapak, saya tidak akan pernah

mengerti bagaimana membuat skripsi dan merancang penelitian. Terimakasih

saya haturkan.

6. Pak Bekti, Statistic is always the best choice for research, terimakasih pak sudah

mengajarkan statistik ilmu yang sangat mengasyikkan.

7. My best friends, Ayu, Uji, Rosdi, Dewa, Dama, Syukriah, Adhe, FLP community:

Murni, Ka Dodo, Ka Aep, Lina, Rahmat, dkk. Novita terimakasih atas bantuannya

(3)

8. Buat para kru Demi Gisela Citrasinema yang aneh dan suka memberikan petuah

yang complicated. Terutama buat Mas Wahyu and Pak Hakim, saya rasa mereka

berdua adalah seniman filsafat tingkat tinggi setelah mentor saya sendiri.

9. Buat kakakku cenop yang selalu kusayang! terimakasih atas segala kritik, sindiran

lantaran menulis skripsi kelamaan, dan makasih karena sudah sangat berbaik hati

membiarkan daku bolak-balik masuk kamarmu untuk mengetik skripsi di

laptopmu.

10. Spesial buat Ka Pampam, mentor yang selalu memberikan wejangan terbaik yang

pernah ada di muka bumi ini, apalagi kalau bukan Al-Qur’an dan sunnah Rasul.,

jangan bosan-bosan nasihatin orang-orang yang lalai ya, Kak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis

sangat mengaharapkan saran dan kritik pembaca untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Ciputat, 5 Mei 2008

(4)

DAFTAR ISI

Abstrak Abstract

Kata Pengantar i

Daftara Isi iii

Daftar Tabel v

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7 1.4 Tinjauan Kepustakaan 8 1.5 Metodologi Penelitian 10

1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional 11

1.5.2 Populasi dan Sampel 13

1.5.2.1 Populasi 13

1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel 13

1.5.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 13

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data 14

1.6 Teknik Analisis Data 15

1..6.1 Uji Validitas 15

1..6.2 Uji Reliabilitas 16

1.7 Sistematika Penulisan 17

BAB II KERANGKA TEORITIS 18

2.1 Motif dan Gratifikasi Media 18

2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media 18

2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media 21

2.2 Teori Uses and Gratifications 23

2.3 Media Televisi 27

(5)

2.3.2 Televisi Sebagai Media Dakwah 32

2.4 Sinema Elektronik 34

BAB III DATA-DATA PENELITIAN 37

3.1 Sejarah Perkembangan Citrasinema 37

3.1.1 Sejarah Singkat 37

3.1.2 Manajemen 37

3.2 Visi dan Misi Citrasinema 38

3.3 Strukturisasi Anggota Citrasinema 40

3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan 41

3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan 41

3.4.2 Alur dan Penokohan 42

3.4.2.1 Alur 42

3.4.2.2 Penokohan 43

3.5 Profil Penonton Sinema Para Pencari Tuhan 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 52

4.1 Deskripsi Data 52

4.1.1 Identitas Responden 52

4.1.2 Kepuasan yang didapat 54

4.1.3 Kepuasan yang dicari 56

4.1.4 Uji validitas dan Realibilitas 57

4.1.5 Uji hipotesis 57

4.2 Analisis Data 60

4.2.1 Identitas responden 60

4.2.2 Motivasi menonton responden 60

4.2.3 Kepuasan yang didapat 61

BAB V PENUTUP 62

5.1 Kesimpulan 62

5.2 Saran 63

(6)
[image:6.612.92.501.128.553.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden 48

Tabel 1.2 Usia Responden 49

Tabel 1.3 Pendidikan Responden 50

Tabel 1.4 Lamanya menonton televisi dalam sehari 52

Tabel 1.5 Frekuensi menonton PPT 53

Tabel 1.6 Kepuasan yang didapat 54

Tabel 1.7 Motivasi menonton 56

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, dapat dipastikan ia pernah

mendengarkan radio, menonton televisi atau film di bioskop, membaca koran atau

majalah. Di saat seseorang mendengar radio, membaca koran, atau menonton film,

sebenarnya ia sedang berhadapan dengan atau terpaan media massa, di mana pesan media

itu secara langsung atau tidak langsung tengah memengaruhinya. Gambaran ini

mencerminkan bahwa keberadaan komunikasi massa dengan segala bentuk mendia massa

terus memburu orang yang terterpa atau menerpakan dirinya kepada media massa.1

Bagi orang yang suka menerpakan dirinya pada media massa dapat dikatakan ia

memiliki motif tertentu, hingga memotivasi dirinya untuk menerpakan diri pada media

massa. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Biasanya hal ini

berhubungan dengan psikologis seseorang. Globalisasi dan kepadatan penduduk telah

membuat ketegangan tersendiri, sehingga pada akhirnya orang yang menggantungkan diri

kepada media massa demi pemuasan kebutuhan.

Bagi umat Islam hadirnya media massa dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media massa dapat membantu dalam upaya transfer pemahaman akan ajaran Islam, di samping itu dapat menambah pengetahuan tentang teknologi. Dakwah adalah kegiatan komunikasi yang saat ini menuntut adanya sarana media massa demi memudahkan ajaran Islam dapat diterima hingga ke pelosok pedalaman.

Dalam melakukan aktifitas dakwah, bukan hanya media yang berperan, namun

juga person yang menyampaikan ajaran atau risalah Rasulullah aktifitas dakwah memang

bukan tugas yang harus diemban oleh sekelompok pendakwah profesional atau aktifitas

paruh waktu semata. Akan tetapi setiap muslim, baik berpendidikan maupun tidak,

1

Drs. Elvinaro Ardiyanto, M.Si dan Dra. Lukiati Komala Erdinaya, M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), Cetakan ke-2. h.1

(8)

memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dakwah dan tanggung jawab ini

lebih besar bagi orang yang berilmu dan arif.2

Gejala meningkatnya peranan agama dalam masyarakat mengisyaratkan

munculnya keperluan baru dalam bidang dakwah Islam. Setiap kejadian di berbagai

sektor kehidupan masyarakat yang melibatkan kepentingan umat Islam, hampir selalu

memerlukan fatwa dari organisasi-organisasi Islam terutama MUI (Majelis Ulama

Indonesia) atau, dengan satu dan lain cara mendorong keterlibatan lembaga-lembaga

agama. Itu berarti, terjadi interaksi yang semakin luas dan kompleks antara agama dan

masyarakat yang makin berubah.

Kompleksitas hubungan antara agama dan masyarakat itu agaknya ingin lebih

banyak berperan untuk mengendalikan nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat yang

sedang berubah itu, agar tidak membahayakan sistem nilai umat Islam yang sudah lama

mapan, dan juga tidak membahayakan tatanan hidup beragama itu sendiri.3

Dari pernyataan di atas, kita dapat mengambil suatu pembaharuan yang dapat

digunakan dalam berdakwah untuk tetap menjaga kemapanan sistem Islam yang telah

terbina, yakni dengan menggunakan media massa. Mubalig sepatutnya tidak hanya

menguasai ilmu agama, namun juga menguasai sains dan teknologi.

Pandangan yang menyatakan bahwa dunia barat merupakan buah dari demokrasi

adalah perkataan yang dilontarkan oleh orang yang tidak mengetahui fakta dan realita.

Alasannya, karena berbagai bentuk penemuan itu lahir berdasarkan proses penelitian

ilmiah, yang merupakan perkara-perkara yang bisa dicapai oleh akal manusia manapun

yang telah diberikan Allah. Jadi, hal itu tidak berkaitan dengan pandangan hidup

2

Alwi Shihab. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1997) h. 252-253.

3

(9)

(ideology). Fenomena tentang sains dan teknologi bisa kita saksikan ada dalam kalangan

orang-orang kapitalis, sosialis, atau pun muslim. Sebab Allah telah memberikan kepada

manusia kemampuan akal seperti itu.4 Karena itu, sudah sepatutnya seorang mubalig dapat memanfaatkan media massa sebagai sarananya untuk berdakwah.

Kita dapat menggunakan metode debat, ataupun mauizhah hasanah dalam

formatnya. Salah satu media massa yang dapat dijadikan media dakwah adalah sinema

elektroniik. Sinema elektronik merupakan gambaran bergerak yang dapat menyampaikan

suatu maksud kepada penontonya, ia dapat berupa persuasif maupun edukasi. Dengan

menggunakan sinema elektronik atau yang biasa disebut dengan sinetron, dakwah yang

disampaikan akan lebih mudah dimengerti, karena mereka dapat melihat secara langsung

visualisasi tentang hal-hal yang tidak mereka pahami. Karenanya dibutuhkan suatu skrip

atau skenario yang sarat akan edukasi atau pemahaman tentang Islam yang mana dapat

mengajak umat Islam untuk menjalankan perintah tuhan dengan penuh kerelaan. Dari

sinilah akan tumbuh motivasi para audiens untuk mendapatkan kepuasan yang lebih

daripada sekedar pesan-pesan verbal semata.

Hubungannya sendiri dengan teori uses and gratifications, dapat disandarkan

pada sinetron yang saat ini diminati oleh masyarakat kita, yakni, sinetron Para Pencari

Tuhan. Audiens sinetron Para Pencari Tuhan dapat dikatakan hampir mencakup seluruh

nusantara, data-data yang diambil dari situs SCTV dapat dijadikan acuan, bahwa audiens

kemungkinan aktif dalam menggunakan media, dan dakwah dapat dilakukan dengan

metode apa saja, selain metode konvensional yang selama ini masih di anut. Dibanding

stasiun televisi lainnya, menurut MUI, hanya tiga stasiun televisi yang memiliki itikad

4

(10)

baik untuk menayangkan acara-acara yang bernuansa Ramadhan, seperti Metro TV, O

channel, dan SCTV, sedangkan stasiun televisi lainnya, semuanya hampir menampilkan

suasana yang sama, yakni: kekejaman, mistik, caci maki, kesadisan dan kebodohan.

Khusus untuk SCTV, MUI menyatakan apresiasinya pada stasiun SCTV karena telah

menampilkan sinetron Para Pencari Tuhan yang sarat pendidikan dan me.nghibur bagi

masyarakat. Dilihat dari pencapaian rating, sinetron Para Pencari Tuhan menduduki

peringkat pertama untuk seluruh stasiun televisi. Berikut ini penilaian masyarakat

mengenai sinetron Para Pencari Tuhan dari skala satu sampai lima.

Nilai Overall 4.9

Ceritanya? 4.4

Peran/tokoh dalam cerita? 4.4

Keaslian cerita 4.4

Kualitas akting pemain 4.3

Musik pendukung 4.3

Apakah rutin mengikuti 4.1

Apakah menikmatinya 4.6

Perbandingannya dengan

sinetron lain dengan

sutradara yang sama

4.6

Dari tabel kita bisa melihat, bahwa sinetron Para Pencari Tuhan telah

menimbulkan ketertarikan banyak orang untuk menontonnya, namun yang perlu

(11)

Apa yang mereka dapat setelah menontonnya? Maka di sini peneliti hendak menguji

sikap masyarakat dengan berpijak pada teori uses and gratifications.

Berdasarkan dari uraian tertulis diatas maka skripsi ini mengangkat judul

“Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari Tuhan di

Majelis Taklim Al-Amin RT 005 RW 06 Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat.”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang hendak diteliti, pada

penelitian ini yang menjadi subjek adalah penonton sinema Para Pencari Tuhan,

sedangkan objek penelitian adalah motivasi dan kepuasan yang dicari dan didapat

penonton. Penonton dibatasi pada majelis taklim al-Amin yang berdomisili di RT 005

RW 06 kelurahan Mekarsari, Depok.

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan yang didapat penonton sinetron

Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok?

Dari masalah penelitian yang peneliti uraikan, maka dapat ditarik sebuah

hipotesis. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum

diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.5 Hipotesis-hipotesis yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh motivasi terhadap

kepuasan penonton sinetron para Para Pencari Tuhan di kelurahan

Mekarsari, Depok.

H1: Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton

5

(12)

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok

Ho adalah pernyataan yang tidak memihak pada hipotesis yang diambil, artinya

hipotesis nol bertolak pada asas praduga tak bersalah.

H1 adalah hipotesis alternatif jika hipotesis nol tidak dapat dibuktikan atau

tertolak, hipotesis ini disebut sebagai hipotesis operasional. Hipotesis alternatif dapat

dibuat sebanyak mungkin untuk mendapat variabel yang valid.6

1.3 Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

Secara umum

1. Untuk mencari pengaruh motivasi terhadap kepuasan penonton sinetron Para

Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari, Depok.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kepuasan yang didapat penonton setelah

menonton sinetron Para Pencari Tuhan.

Secara khusus

Untuk mengetahui betul atau tidaknya konsumsi media massa dipengaruhi oleh

motif

Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu

Komunikasi terutama dalam bidang kajian Komunikasi Massa untuk teori Uses and

Gratifications yang meneliti kepuasan khalayak dalam menggunakan media massa pada

umumnya, dan khususnya dalam hal kepuasan atas pilihan media elektronik dalam hal ini

adalah televisi

6Ibid

(13)

Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi tentang motif-motif yang mendorong penonton

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari Depok dalam mengakses

acara tersebut.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang jelas

mengenai sinetron yang seperti apa yang lebih bisa memuaskan pengguna

media televisi. Agar dapat digunakan sebagai bahan rujukkan dalam bidang

dakwah melalui sinetron.

1.4 Tinjauan Kepustakaan

Dari penelitian skripsi sebelumnya yang berjudul “Motivasi dan Kepuasan

Pembaca Majalah Ummi di Kelurahan Pondok Kopi Jakarta Timur” karya Nyoman Dewi

PP, didapatkan hasil bahwa ada kaitan antara motivasi dengan pemenuhan kebutuhan,

namun sayangnya tidak dijelaskan dengan terperinci motif apa yang memotivasi perilaku

responden, penelitian sebelumnya hanya memberikan data-data tentang kepuasan yang

didapat dan kepuasan yang dicari responden, namun variabel motif itu sendiri tidak

dijelaskan pengaruhnya terhadap kepuasan yang didapat. Maka dari penelitian yang

peneliti lakukan ini, peneliti mencoba mencari motif apa yang sesungguhnya benar-benar

memotivasi responden, ataukah hubungan motivasi dan kepuasan yang didapat penonton

hanya didasarkan pada faktor kebiasaan menonton televisi atau memang ada faktor

lainnya, seperti mutu cerita, penokohan, atau alurnya.

Penelitian lain menunjukkan beberapa pola demografik yang menyatakan kaum

wanita cenderung menggunakan televisi sebagai teman; “orang-orang lebih muda

(14)

untuk menghabiskan waktu dan mencari informasi, dan kaum lebih tua menonton untuk

mencari informasi.

Dari penelitian itu Lichtenstein dan Rosenfeld menyimpulkan bahwa keputusan

menggunakan saluran-saluran komunikasi massa merupakan suatu proses dua – bagian:

yakni, kita diajari motivasi apa yang dapat dipuaskan setiap medium; kemudian

berdasarkan informasi yang kita miliki bersama tersebut, masing-masing dari kita

membuat pilihan perseorangan. Meskipun pilihan ini merupakan keputusan pribadi,

persepsi kita mengenai apa yang ditawarkan media yang berbeda relatif konsisten; kita

cenderung memiliki citra yang stabil mengenai gratifikasi setiap medium yang

dipersepsi.7

Dalam sebuah laporan yang lengkap dari penelitian yang sama, Levy (1978)

menyimpulkan bahwa di samping menyampaikan informasi kepada pemirsa, berita-berita

televisi juga menguji persepsi dan sikap pemirsa terhadap peristiwa-peristiwa maupun

orang-orang “baru”. Namun demikian, partisipasi berjarak dengan realitas yang

“disucihamakan” dan diselamatkan oleh pembaca berita selebritis. Banyak pemirsa,

katanya “yang secara aktif” memilih di antara siaran-siaran berita yang tengah bersaing ,

“mengatur jadwal mereka agar berada didekat pesawat televisi pada jam berita, dan

memberikan perhatian yang akrab tapi selektif terhadap acara tersebut.8

Tidak hanya audiens televisi, bahkan audiens radio pun berlaku sama. Para

pendengar radio dengan cepat memanfaatkan medium radio untuk memantapkan suasana

7

Stewart L. Tubbs - Sylvia Moss. Human Communication Konteks-Konteks Komunikasi (Bandung; PT Remaja Rosdakarya,1998) jilid 2 pengantar Deddy Mulyana. h.212

8

(15)

hati, menghabiskan hari, mendapatkan teman, melegakan diri secara sosial dan

mendapatkan hiburan dan informasi.9

Para peneliti lain bahkan membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil (sebagian berdasar spekulatif) dan literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa “kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori”:

1. Kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman.

2. Kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.

3. Kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri,

stabilitas, dan status.

4. Kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan

sebagainya.

5. Kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.10

1.5 Metodologi Penelitian

Pendekatan atau metodologi yang digunakan adalah kuantitatif. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Penelitian survei

menggunakan alat kuesioner dalam mengukur tingkat motivasi dan kepuasan penonton

sinetron Para Pencari Tuhan di kelurahan Mekarsari. Proses dimulai dengan

mengumpulkan data pada responden tentang bagaimana kepuasan mereka terhadap

sinetron Para Pencari Tuhan.

Motivasi dan kepuasan responden diukur dengan menggunakan skala Likert,

dengan tingkatan (1). Sangat setuju, (2). Setuju, (3). Ragu-ragu, (4). Tidak setuju, (5).

9

James Lull, Media Komunikasi dan Kebudayaan.Penerjemah A. Setiawan Abadi. (Jakarta; Yayasan Obor Indonesia, 1997) h.107-108

10

(16)

Sangat tidak setuju. Setiap tingkatan memiliki nilai tersendiri, yakni, jika responden

menjawab sangat setuju maka di beri nilai lima, jika menjawab setuju, maka di beri

empat, jika menjawab ragu-ragu maka di beri tiga, dan seterusnya.

1.5.1 Operasionalisasi Konsep dan Definisi Operasional

Konsep kepuasan penonton sinetron Para Pencari Tuhan terbagi menjadi dua,

yaitu motif atau biasa disebut dengan Gratification Sought dan kepuasan yang diperoleh

atau Gratification Obtained. Kepuasan terhadap sinetron Para Pencari Tuhan diukur

berdasarkan kesenjangan (discrepancy) antara gratification sought dan gratification

obtained. Dengan kata lain kesenjangan kepuasan adalah perbedaan perolehan kepuasan

yang terjadi antara skor GS dan GO dalam mengkonsumsi media tertentu. Semakin kecil

discrepancy-nya, semakin memuaskan media tersebut.

Menurut pendiri teori ini Katz, Blumer, dan Gurevitch, teori ini terbagi atas

beberapa komponen dasar, (1) Sumber sosial dan psikologis, (2) Kebutuhan yang

melahirkan, (3) Harapan-harapan, (4) Media massa atau sumber-sumber yang lain, (5)

Perbedaan pola terpaan media, (6) Pemenuhan kebutuhan.11 Dalam penelitian ini, peneliti hanya meniliti komponen dua dan enam, yakni kebutuhan yang melahirkan dan

pemenuhan kebutuhan.

Model Expectancy-Values Dari Philip

Palmgreen

12

11

www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/ikom/2006. Desember 2006, Universitas Kristen Indonesia, disadur dari buku Jalaluddin Rakhmat, Metodologi Penelitian Komunikasi.Remaja Rosdakarya, Bandung. 12

Rachmat Kriyantono,S.Sos.,M.Si. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group) Cet ke-2, Juni 2007. h.208

Kepercayaan- Kepercayaan (beliefs)

Pencarian Kepuasan (GS)

(17)

Gratification sought adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan pengguna media

ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata lain, pengguna akan

memilih atau tidak memilih suatu media tertentu dipengaruhi oleh sebab-sebab tertentu,

yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah kebutuhan yang ingin dipenuhi.

Gratification obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu

atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan

media, yang dimaksud dengan gratification obtained (kepuasan yang diperoleh) dalam

penelitian ini adalah sejumlah kebutuhan yang dapat dipenuhi setelah menonton sinetron

Para Pencari Tuhan. Kepuasan ini diukur berdasarkan motif awal (gratification sought)

yang mendasari individu dalam menonton sinetron Para Pencari Tuhan.

Kategori motif dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut:

1. motif informasi; penonton dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka:

a. Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah

b. Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

2. motif indentitas pribadi; penonton dikatakan memiliki motif identitas pribadi

apabila mereka:

a. Dapat memperoleh nilai lebih sebagai masyarakat yang beragama

b. Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam sinetron

3. motif integrasi dan interaksi sosial; penonton dikatakan memiliki motif intergrasi

dan interaksi sosial apabila mereka; Evaluasi-

evaluasi

(18)

a. Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang

lain disekitarnya

b. Keinginan untuk dekat dengan orang lain

4. motif hiburan; penonton dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka;

a. Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan

b. Bisa bersantai dan mengisi waktu luang

Dari opersionalisasi konsep di atas, peneliti kemudian membuat definisi

operasionalnya yang terdiri atas, pengaruh, motivasi, dan kepuasan. Ketiga hal tersebut

dapat dijabarkan menurut tabel dibawah ini:

Konsep Definisi Nominal Definisi Operasional

Pengaruh Pengaruh adalah taraf

tercapainya tujuan dan

sasaran yang berkaitan

dengan penggunaan suatu

daya, dana, sarana, dan

prasarana dalam prosesnya.

Pengaruh adalah derajat

perubahan yang terjadi

selama mengikuti tontonan

di media yang dapat dilihat

dari sikap dan perbuatan.

Motivasi Penonton Motivasi adalah kekuatan

dorongan dari dalam yang

ada pada diri seseorang

untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu

Motivasi adalah derajat

kesungguhan mengikuti

tontonan yang timbul dari

sikap dan perbuatan

seseorang

Kepuasan Penonton Perasaan-perasaan positif

seorang penonton

mengenai apa yang

Dengan lima tingkatan

motif, pada tataran kognitif,

(19)

ditontonnya integratif personal,pelepasan

ketegangan.

Ketiga definisi operasional di atas disesuaikan dengan teori uses and

gratifications model. Dalam penjabaran hasil penelitiannya tiap-tiap variabel akan

diwakilkan dalam bentuk angka-angka.

1.5.2 Populasi dan Sampel 1.5.2.1 Populasi Penelitian

populasi penelitian ini adalah seluruh penonton sinetron Para Pencari Tuhan di majelis taklim al-Amin yang berjumlah 120 orang.

1.5.2.2 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive,

setelah itu dilakukan pengukuran sampel, baru kemudian diambil jumlah sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian. Untuk pengukuruan sampel, menggunakan rumus Taro

Yamane, rumus ini digunakan untuk populasi diatas seratus atau lebih. Presisi yang

ditetapkan adalah 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, sehingga dihasilkan sampel

sebesar 55 orang.13

1.5.3 Lokasi dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini berada di wilayah kelurahan Mekarsari, Depok, tepatnya pada majelis taklim al-Amin. Alasan mengambil majelis tersebut sebagai tempat penelitian adalah guna mencari keseragaman karakteristik, yakni reseponden bergerak dalam wadah yang sama serta menyukai sinetron Para Pencari Tuhan diukur dari segala tingkatan usia, jenis kelamin, maupun pendidikan. Dari segi waktu, waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitan ini adalah selama tiga bulan, terhitung dari bulan 19 Desember 2007 hingga 16 Maret 2008.

1.5.4 Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

13

(20)

Wawancara yang digunakan adalah wawancara semistruktur, dalam hal ini peneliti

mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan

pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan.14 Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai penulis skenario sinetron Para Pencari Tuhan.

b. Dokumentasi

Instrumen pengumpulan data yang juga sering digunakan dalam metode survey

adalah dokumen. Peneliti menggunakan beberapa dokumen sebagai sumber informasi

dalam menginterpretasi data hasil survey. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik

atau dokumen privat.15 Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai acuan adalah dokumen publik, yakni skenario sinetron Para Pencari Tuhan.

c. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Disebut juga

angket. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang lengkap mengenai

suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Ada

beberapa jenis angket atau kuesioner: angket terbuka dan tertutup. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan angket tertutup. Angket tertutup dipilih, semata-mata untuk

meminimalisir kesalahan dari jawaban responden.

1.6 Teknik Analisis Data

14ibid

. h.98 15ibid

(21)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

dua variabel, biasanya terdapat diantara dua variabel yang keduanya diukur pada skala

ordinal, interval atau ratio. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus moment

product correlation, uji atas kedua variabel dilakukan untuk menegaskan pengaruh yang

ada antara kedua variabel tersebut adalah merupakan pengaruh yang signifikan dan bukan

hanya secara kebetulan saja.

Untuk menguji tingkat signifikansinya dilakukan dengan menggunakan rumus

pearson correlation untuk analisis sampel tidak berpasangan. Adapun pertimbangan

peneliti menggunakan rumus statistik karena pearson correlation adalah berfungsi untuk

menguji perbandingan, uji korelasional, dan uji estimasi secara statistik. Selain itu,

pearson correlation digunakan untuk data yang berskala interval atau ratio. Sedangkan

dalam penelitian ini datanya berskala interval. Sebelum tahap pengujian dilakukan,

terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas data. 1.6.1. Uji Validitas Instrumen

Berkaitan dengan pengujian validitas. Arikunto (1995:63) menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dari pengertian itu dapat diartikan lebih luwes lagi bahwa valid itu mengukur apa yang

hendak diukur (ketepatan).16

16

(22)

Pada pengujian validitas dalam penelitian ini, peneliti bertumpu pada validitas

internal. Dalam penelitian, validitas internal merupakan tolok ukur yang paling utama

karena kalau kita sudah meragukan validitas hasil penelitian yang diperoleh, maka semua

konsekuensi berikutnya menjadi tidak bermakna lagi. Oleh karena itu, peneliti harus

memberikan perhatian khusus terhadap validitas internal hasil penelitan yang telah

dilakukannya.17

1.6.2 Uji Realibilitas

alat ukur yang disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten

memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan

berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil dan tidak

berubah-ubah, dapat diandalkan, dan tetap ajeg.18

1.7 Sistematikan Penulisan

Skripsi yang akan ditulis terdiri dari lima bab, dalam setiap bab terdiri dari

beberapa sub bab atau bagian:

BAB I Pendahuluan

Berisikan tentang latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan

masalah, tujuan penelitan, manfaat penelitian, metodologi penelitian,

sistematika penulisan

BAB II Landasan teoritis

Berisikan tentan motif dan gratifikasi media, teori uses and gratifications,

media televisi,fungsi televisi, dan sinema elektronik

17

Furqon, Ph.D. Statistika Terapan Untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung. Cet ke-1, 1997. h.12-13 18

(23)

BAB III Sinema Para Pencari Tuhan

Berisikan tentang seluk-beluk sinema Para Pencari Tuhan, visi dan misi

perusahaan tersebut, struktur kru dibalik layar, skenario.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berisi tentang deskripsi data, identitas responden, kepuasan yang dicari,

kepuasan yang didapat, uji hipotesis, interpretasi data, identitas

responden,kepuasan yang dicari, kepuasan yang didapat.

BAB V Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dan saran, hasil wawancara dan

(24)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Motif dan Gratifikasi Media

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move. Karena

itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang

mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force.

Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait

mengkait dengan faktor-faktor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut

motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah

sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau

perilaku yang termotivasi (Motivated Behaviour).

Para pakar komunikasi membagi motif menjadi dua bagian berdasarkan

penggunaan dan gratifikasi media. Pertama, motif kognitif dan gratifikasi media, kedua

motif afektif dan gratifikasi media. Motif kognitif menekankan kebutuhan manusia akan

informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Motif afektif

menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu.

2.1.1 Motif Kognitif dan Gratifikasi Media

Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, Mc Guire menyebut empat teori: teori konsistensi yang menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungannya. Teori kategorisasi yang menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita; dan teori objektifitas yang menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal.

1. Teori Konsistensi – memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada

berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan

yang dimilikinya sepertti antara “merokok itu merusak kesehatan” dan “merokok

itu membantu proses berpikir”, atau di antara beberapa hubungan sosial, atau di

antara beberapa pengalaman masa lalu dan masa kini. Dalam suasana konflik,

(25)

manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin

mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi, atau melemahkan

salah satu kekuatan penyebab konflik. Dalam hubungan ini, komunikasi massa

mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan

kestabilan psikologis individu. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu

mempunyai kebebasan untuk memilih media, media massa memberikan banyak

peluang untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Teori Atribusi – memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba

memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia

mencoba menemukan apa menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa

melakukan apa. Respons yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada

interprestasi kita tentang peristiwa itu. Kita tidak begitu gembira dipuji oleh orang

yang menurut persepsi kita – menyampaikan pujian kepada kita karena ingin

meminjam uang. Kita sering dipuji oleh orang asing yang – menurut persepsi kita

– memberikan pujian yang objektif.

3. Teori Kategorisasi – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu

mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah

dipersiapkannya. Untuk setiap peristiwa sudah disediakan tempat dalam

prakonsepsi yang dimilikinya. Dengan cara itu individu menyederhanakan

pengalaman, tetapi juga membantu mengkoding dengan cepat. Menurut teori ini

orang memperoleh kepuasan apabila sanggup memasukkan pengalaman dalam

kategori-kategori yang sudah dimilikinya, dan menjadi kecewa bila pengalaman

(26)

4. Teori objektifitas – memandang manusia sebagai makhluk yang pasif, yang tidak

berpikir, yang selalu merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini

menyimpulkan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku

yang tampak.

Keempat teori di atas menekankan aspek kognitif dari individu sebagai makhluk

yang memelihara stabilitas psikologisnya. Empat teori kognitif berikutnya – otonomi,

stimulasi, teori teleologis, dan ultilitarian – melukiskan individu sebagai makhluk yang

berusaha mengembangkan kondisi kognitif yang dimilikinya.

1. Teori otonomi – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha

mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom.

2. Teori stimulasi – memandang manusia sebagai makhluk yang “lapar stimuli”, yang

senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Komunikasi massa selalu

menyajikan hal-hal yang baru, yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau

pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari.

3. Teori teleologis – memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha

mencocokkan persepsinya tentang situasi sekarang dengan representasi internal

dari kondisi yang dikehendak. Isi media massa sering memperkokoh moralitas

konvensional dan menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya

memperoleh ganjaran dalam hidupnya.

4. Teori ultilitarian - memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap

situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna atau

(27)

2.1.2 Motif Afektif dan Gratifikasi Media

Seperti di atas, peneliti akan memulai dengan motif-motif yang ditujukan untuk

memelihara stabilitas psikologis dan motif-motif yang mengembangkan kondisi

psikologis. Pada kelompok pertama kita masukkan teori reduksi tegangan, teori ekspresif,

teori ego-defensif, dan teori peneguhan. Pada kelompok kedua kita memasukkan teori

penonjolan, teori afiliasi, teori identifikasi, dan teori peniruan.

1. Teori reduksi tegangan – memandang manusia sebagai sistem tegangan yang

memperoleh kepuasan pada pengurangan ketegangan. Tegangan emosional karena

marah berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu, baik langsung

maupun tidak langsung. Film kekerasan dalam televisi dianggap bermanfaat karena

membantu orang melepaskan kecenderungan agresifnya.

2. Teori ekspresif – menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam

pengungkapan eksistensi dirinya – menampakkan perasaan dan keyakinannya.

Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalu identifikasi

dengan tokoh-tokoh yang disajikan. Sehingga orang secara tidak langsung

mengungkapkan perasaannya.

3. Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra

diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta

berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Teori ini memberikan penjelasan

mengapa terjadi perhatian selektif atau pemberian makna terhadap pesan

komunikasi yang mengalami distorsi.

4. Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah

(28)

dialaminya pada waktu lalu. Di samping isi media yang menarik, peristiwa

menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana yang menyenangkan;

misalnya, menonton televisi sering dilakukan ditengah-tengah keluarga.

5. Teori penonjolan – memandang manusia sebagai makhluk yang selalu

mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya

dan dari orang lain. Berhubungan tentang pemenuhan fantasi seseorang atau

memberikan kesempatan pada orang untuk mengidentifikasi dirinya pada media.

6. Teori afiliasi – memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang

dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media banyak

sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam

menghubungkan individu dengan individu lain. Lasswell (1948) menyebutnya

dengan fungsi “correlation”.

7. Teori identifikasi – memandang manusia sebagai pemain peranan yang berusaha

memuaskan egonya dengan menambahkan peranan yang memuaskan pada konsep

dirinya. Saat ini isi media cenderung menggambarkan orang dalam berbagai situasi

dramatis yang melibatkan respons-respons menarik dan memperkenalkan khalayak

pada berbagai peranan dan gaya hidup.

8. Teori peniruan – hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia

sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuan afektifnya. Teori

peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Komunikasi

massa menampilkan berbagai model untuk ditiru khalayaknya.19

1. massa diasumsikan mempunyai tujuan.

19

(29)

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan

kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain 2.2 Teori Uses and Gratifications

Peneliti menggunakan teori uses and gratifications, teori ini menitikberatkan pada

pola penggunaan dan pola pemanfaatan media massa oleh manusia. Dalam asumsi ini

tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (Utility): Bahwa konsumsi media

diarahkan oleh motif (intentionatility).20

Asumsi dasar dari teori uses and gratifications model :

3. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari

rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi

melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang

bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang diberikan

anggota khalayak; artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan

kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti

lebih dahulu orientasi khalayak.21

Model uses and gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional

dan sangat selektif. Ini memang mengundang kritik. Tetapi yang jelas, dalam model

ini perhatian bergeser dari proses pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan.

20

Jalaluddin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984) cetakan ke-13, mei 2007, h.65

21

(30)

Dibandingkan dengan jarum hipodermik, model uses and gratifications mempunyai

kelebihan dan kekurangannya. Sven Windhal (1981:177) menuliskan perbedaan

antara pendekatan efek (model jarum hipodermik) dengan pendekatan uses and

gratifications seperti diagram dibawah ini:

Keuntungan Pendekatan Efek

Memperhitung-

kan seluruh proses komunikasi minat pada karakteristik stimuli

Pendekatan uses and gratifications

Memperhitungkan deskripsi dinamis tentang khalayak. Anggota khalayak tidak sepenuhnya pasif.

Menjelaskan penggunaan media

Kerugian Khalayak sering dilukiskan sebagai makhluk yang seluruhnya pasif dan mudah dimanipulasikan

Pandangan mekanistis terhadap proses komunikasi Terlalu banyak menjelaskan efek dalam hubungannya dengan stimuli

Stimuli tidak diperhitungkan hanya model penerimaannya saja

Terlalu melebih-lebihkan anggota khalayak

Menggunakan faktor-faktor mental (seperti motif mencari keterangan)

Sebelum menceritakan berbagai motif yang mendorong orang menggunakan

media, menurut Mc Guire, kita harus menjawab dulu pertanyaan : betulkah konsumsi

komunikasi massa merupakan perilaku yang di dorong oleh motif? Sebagian orang

(31)

dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagian yang lain memandang pemuasan kebutuhan

dengan media begitu kecil dibandingkan dengan kebutuhan khalayak sehingga faktor

motivasional hampir tidak berperanan dalam menentukan terpaan media. Sebagian yang

lain lagi berpendirian bahwa walaupun ada pemuasan potensial dalam komunikasi massa,

kita tidak begitu berhasil dalam menemukan pemuasan karena media massa tidak

memberikan petunjuk tentang potensi ganjaran yang dapat diberikan.

Model ini mempunyai beberapa komponen, yaitu : anteseden, motif, penggunaan

media dan efek. Komponen anteseden diukur dengan variabel individual yang terdiri dari

data demografis, seperti usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis komunikan. Variabel

lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.22

Model Awal Uses and Gratifications Dari Rosengreen23

Anteseden motif penggunaan media efek -variabel individu -personal -hubungan -kepuasan -variabel lingkungan - diversi -macam isi -pengetahuan

-personal -hubungan dengan isi -identity

Menurut teori behaviorisme “law of effects” perilaku yang tidak mendatangkan

kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak akan menggunakan media massa bila

media massa tidak memberikan pemuasan kebutuhan kita. Jadi jelaslah bahwa

penggunaan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.24

Denis McQuail menyebutkan ada dua hal dibalik pendekatan ini. Pertama adalah

adanya oposisi terhadap asumsi yang deterministik mengenai efek media, yang

22

Drs. Jumroni, M.Si dan Drs. Suhaimi, M.Si, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h.59

23

Rachmat Kriyantono, S.Sos, M. Si, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Cet ke-2, Juni 2007. h. 206

24

(32)

merupakan bagian dari dominannya peran individu yang kita kenal dalam model

komunikasi dua tahap. Kedua, adanya keinginan untuk lepas dari perdebatan yang kering

dan terasa steril mengenai penggunaan media massa yang hanya didasarkan atas selera

individu. Dalam hal ini, pendekatan uses and gratifications memberikan suatu cara

alternatif untuk memandang pada hubungan isi media dan audiens, dan pengkategorian

isi media menurut fungsi daripada tingkat selera yang berbeda.25

2.4 Media Televisi Dan Sinetron Sebagai Media Dakwah 2.4.1 Pengertian Media Televisi

Pengertian televisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :“TV adalah

pesawat sistem penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi

(suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah

cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi

berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk

penyiaran, pertunjukkan, berita, dan sebagainya.”26

Roger Maxwell menulis bahwa televisi adalah sebagai “a brand of broadcasting,

and it depends like sound radio, on the transmission of signals in the form of

elektromagnetic waves that travel at the speed of light” (sebagai suatu cabang dari

penyiaran radio, dan sebagaimana siaran radio, ia tergantung pada penyampaian

tanda-tanda elektromagnetis secepat sinar).27

25

S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Januari 2002) h.5.37

26

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989. h.919

27

(33)

Sedangkan Maurice Gorham mengatakan “Television is the transmission of

images by wire or radio and their simultaneous reception at a distant spot” ( Televisi

adalah penyampaian dengan gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimaannya

secara simultan di tempat yang jauh).28

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa televisi adalah sebuah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang

membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi tersebut penonton dapat

mendengar dan melihat gambar-gambar yang disajikan, yang memadukan unsur-unsur

radio dan film.

2.4.2 Fungsi Televisi

tidak pelak lagi, umat manusia sekarang ini telah memasuki era revolusi yang

dahsyat dalam upaya-upaya yang sadar atau tidak bagi pemenuhan kebutuhannya akan

informasi. Era yang memungkinkan kemampuan dan kapasitas intelektual menjadi –

meminjam ungkapannya Idi Subandy Ibrahim – “Condition sine quo non” guna dapat

memahami dan mengoperasikan peralatan tercanggih hasil penemuan rasionalitas

manusia dalam dasawarsa terakhir abad XX.

Perkembangan masyarakat modern, tak lepas dari perkembangan media massa.

Komunikasi antarpersona yang dilakukan face to face, sudah tak sanggup lagi

menampung proses interaksi hubungan manusia dalam masyarakat yang semakin maju.

Karena itu, masyarakat modern pasti membutuhkan media yang bersifat massal – dalam

masyarakat modern – lahirlah apa yang disebut produk budaya massa.

Perkembangan masyarakat yang dipacu oleh kemajuan teknologi komunikasi

yang semakin canggih menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap kemekaran media

(34)

massa. Tetapi di pihak lain, secara timbal balik fenomena ini menimbulkan dampak yang

teramat kuat pula terhadap masyarakat. Para pakar komunikasi mengkhawatirkan

pengaruh media massa ini bukannya menimbulkan dampak yang positif konstruktif,

melainkan yang negatif destruktif. Lalu para pakar ini mempertanyakan fungsi

sebenarnya dari komunikasi massa atau media massa itu.

Harold D. Lasswell menjelaskan dengan gamblang tentang beberapa fungsi

komunikasi (dalam hal ini media massa) bagi masyarakat umum, sebagai berikut:

[image:34.612.109.526.239.531.2]

1. Informasi; pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data,

gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat

mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan

orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi; penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang

menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif dalam

masyarakat.

3. Motivasi; menjelaskan tujuan jangka pendek dan panjang setiap masyarakat,

mendorong menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu

dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar.

4. Pendidikan; pengalihan ilmu pengetahuan sehingga memotivasi perkembangan

intelektual, pembentukkan watak dan pendidikan keterampilan.

5. Memajukan kebudayaan; penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan

(35)

memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas

serta kebutuhan estetikanya.

6. Hiburan; penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari ,

dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan individu dan kelompok.

7. Integrasi; menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan

memperoleh pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan

mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.29

Era bagi bangsa Indonesia yang akan datang adalah era informasi – begitu dugaan

dan harapan banyak orang. Namun, berbicara tentang era informasi berarti juga berbicara

tentang peranan media elektronik (dalam hal ini televisi) bagi kepentingan dan kebutuhan

umat manusia dalam menyongsong masa depan dan gelombang ketiga.

Lebih lanjut Dennis McQuail mengemukakan tentang fungsi media massa, yaitu :

1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang, yang

menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain

yang terkait; media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan

dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat

industri lainnya. Di lain pihak, institusi media massa diatur oleh masyarakat.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol manajemen dan inovasi

dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti sumber daya lain.

3. Media massa sering kali berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa

kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional ataupun internasional.

29

(36)

4. Media massa sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,

yang bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi

juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu dalam

upaya memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat

dan keluarga masyarakat dan keluarga secara kolektif. Media juga menyuguhkan

nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.30

Dengan demikian jelaslah bahwa secara fungsional televisi menjadi perangkat

universal bagi manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam

kehidupan, seperti mendifusikan informasi (to inform), mendidik (toeducate), menghibur

(to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Namun kita juga dapat melihat

kenyataan, walaupun semua fungsi universal tersebut sudah dipenuhi, ada fungsi lain

yang seringkali (mungkin tidak disadari) terabaikan atau terlecehkan. Dalam hal ini

fungsi khas budaya Indonesia yang memberikan dasar dan landasan kultural atau

“benteng budaya” belum menjadi kenyataan. Oleh karena itu, apabila kita ingin melihat

seberapa jauh kontribusi stasiun televisi yang ada dalam mewujudkan masyarakat

Indonesia yang dicita-citakan, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya atau

masyarakat madani, jawatannya akan sangat tergantung pada seberapa jauh orientasi dan

tujuan penyelenggaraan televisi tersebut sebagai sarana massa.

2.4.3 Televisi Sebagai Media Dakwah

30

(37)

Munculnya media TV dan media lainnya yang merupakan produk dari kemajuan

teknologi komunikasi telah menyediakan berbagai kemudahan dan manfaat bagi

kelangsungan hidup manusia.

Khusus bagi TV sendiri, memang harus diakui mempunyai banyak keunggulan

ketimbang media massa lainnya. Dedy Djamluddin dalam tulisannya, “Mencari Solusi

Dakwah Efektif di Televisi”, menyimpulkan bahwa ada beberapa alasan mengenai

keunggulan televisi. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio visual. Kedua, dilihat

dari sisi kualitas peristiwa televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada

masyarakat. Ketiga, disisi khalayak televisi menjangkau jutaan pemirsa ketimbang media

massa lainnya yang mungkin hanya menjangkau pemirsa ratusan ribu. Keempat, efek

kultural televisi lebih besar daripada efek media massa lainnya khususnya bagi

pembentukkan perilaku proposial dan antionak.31

Media berarti segala bentuk yang membantu juru dakwah dalam menyampaikan

dakwahnya secara efektif dan efisien.32

Saat ini hampir di setiap stasiun penyiaran televisi di Indonesia memiliki program

acara dakwah Islam baik yang sifatnya rutin atau tidak rutin, meski porsinya cukup jauh

dari pada tayangan-tayangan komersial lainnya, namun paling tidak hal ini cukup

memuaskan dalam hal pemenuhan kebutuhan khalayak terhadap televisi yang berfungsi

sebagai media informasi dan pendidikan.

Televisi dapat dikatakan sangat efektif untuk kepentingan dakwah, karena

kemampuannya dapat menjangkau daerah yang cukup luas dengan melalui siaran gambar

sekaligus narasinya. Dakwah melalui televisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik

31

Dedy Djamaluddin Malik, Mencari Solusi Dakwah Efektif di Televisi: Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui TV, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, hal.87

32

(38)

dalam bentuk ceramah, sandiwara, ataupun drama. Dengan televisi seorang pemirsa dapat

mengikuti dakwah seakan ia berada langsung dihadapan da’i, seakan ia dapat

mengadakan komunikasi langsung dengannya untuk menarik dakwah langsung melalui

televisi apalagi jika da’i benar-benar mampu menyajikan dakwahnya dalam suatu

program yang sederhana dan disenangi oleh berbagai kalangan masyarakat.33

Kehadiran berbagai stasiun televisi baik nasional maupun swasta secara tidak

langsung menjadikan alternatif tontonan yang sangat luas bagi pemirsa di rumah dan bagi

pengelola stasiun televisi, menjadi suatu kewajiban untuk menampilkan paket acara-acara

menarik. Televisi merupakan tempat yang potensial untuk berdakwah. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Roper Organization (AS) 1982,

menyebutkan bahwa televisi mempunyai kredibilitas 53 %, surat kabar 22 %, majalah 28

%, dan radio 6 %.34

Dari hasil penelitian tersebut kita maupun pihak pengelola harus tanggap bahwa

dakwah di televisi itu lebih efektif karena ditonton banyak orang terlebih mayoritas

negara kita 88 % pemeluk agama Islam, maka sudah selayaknya para pengelola televisi

bisa menghadirkan paket acara dengan nuansa Islami sebagai penghormatan dan sebagai

penyeimbang bagi tayangan yang lebih tertuju kepada politis, informative, dan hiburan. 2.5 Sinetron atau Sinema Elektronik

Alat televisi pertama kali diperjualbelikan pada akhir tahun.1920-an, meski tidak

banyak didiskusikan sebelumnya. Pemindai mekanis televisi pertama terbuat dari sebuah

“kotak topi”. Baird menghargai perlunya publisitas apalagi karena ia sangat bergantung

33

Darmawansastro Subroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press,1994), hal.89

34

(39)

pada dukungan dana orang lain, akibatnya ia lebih banyak membuat publisitas bagi

televisi di kedua sisi lautan Atlantik dibandingkan orang lain manapun.

Pada 30 September 1929 untuk pertama kalinya Baird meluncurkan layanan

televisi percobaan. Presiden the British Broadcaster of Trade, yang memberikan

persetujuannya menyatakan pada para penonton (viewers) bahwa ia mengharapkan di

masa depan ilmu terapannya yang baru ini mendorong tumbuhnya suatu industri baru,

tidak hanya bagi Inggris dan kerajaan Inggris Raya saja, tetapi juga bagi seluruh dunia.35 Tak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi elektronik, khususnya media televisi di

dunia telah mencapai tahap yang paling canggih dan spektakuler. Hadirnya televisi

swasta di Indonesia dengan berbagai macam mata acara yang menarik terus- menerus

diikuti perkembangannya oleh pemirsa, siaran langsung sepak bola di negara Italia dan

Inggris misalnya dapat dilihat dalam waktu yang dapat bersamaan di RCTI.

Pemirsa televisi dihadapkan pada banyak alternatif tontonan dari berbagai acara

televisi yang berbeda. Salah satunya adalah sinetron atau sinema elektronik.

Menjamurnya paket sinetron bukan hal luar biasa. Kehadiran sintetron merupakan satu

bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah berdasarkan alur cerita

untuk mengangkat permasalahan hidup manusia sehari-hari.

Memang belum ada metode atau ukuran yang jelas dan pasti dalam membuat

sinetron yang baik dan berkualitas serta memenuhi selera pemirsa. Tetapi para kru

televisi dituntut untuk bertanggung jawab dalam membuat paket sinetron. Ini merupakan

beban moral yang harus diterima.

35

(40)

Berbicara mengenai isi pesan dalam sinetron dalam sebuah paket sinetron televisi,

bukan hanya melihat dari segi budaya, tetapi juga berhubungan dengan masalah ideologi,

ekonomi, maupun politik. Dengan kata lain, paket sinetron merupakan cerminan

kehidupan nyata dari masyarakat sehari-hari.

Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan,

yaitu:

1. Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial

dalam masyarakat.

2. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan

responsif.

Jadi kesimpulannya, isi pesan sinetron di televisi harus dapat mewujudkan dan

mengekspresikan kenyataan sosial masyarakat, tanpa melepaskan diri dari lingkungan

budaya pemirsa yang heterogen.36

Dilihat dari segi dakwah, sinetron memiliki potensi besar sebagai sarana untuk

menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak.

36

(41)

BAB III

DATA-DATA PENELITIAN

3.1 Latar Belakang Berdirinya PT Demigis Citrasinema 3.1.1 Sejarah Singkat

PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan pada awal tahun 1997 oleh Deddy

Mizwar, yang bertindak selaku komisaris, direktur utama, sekaligus produser.

Perusahaan ini bergerak di bidang produksi tayangan film dan sinetron serta iklan. Pada

awal berdiri, Citra Sinema mengkaryakan 7 (tujuh) orang karyawan tetap, kemudian

berkembang menjadi 25 orang sampai sekarang.

Produksi pertama Citra Sinema adalah sinetron serial komedi “Mat Angin” (1997, TPI),

berlanjut dengan judul-judul populer lainnya, di antaranya serial “Lorong Waktu”,

“Kiamat Sudah Dekat”, “Ketika”, “Demi Masa”, “Bingkisan untuk Presiden”, dan banyak lagi lainnya. Citra Sinema dikenal dengan produksi film dan sinetron bernuansa

relijius yang dibumbui humor cerdas.

Citra Sinema mendapat banyak penghargaan dari Festival Film Indonesia,

Festival Sinetron Indonesia, Festival Film Bandung, dan dari berbagai event serta

lembaga-lembaga yang bersimpati.37

3.1.2Manajemen

Manajemen di dalam PT Demi Gisela Citra Sinema tidak berbeda dengan

perusahaan-perusahaan lainnya. Dipimpin oleh seorang Direktur Utama/Produser, yang

dibantu oleh General Manager, Sekretaris, Finance Department, Production Department,

dan Creative Department. Sebagai sebuah perusahaan kecil-menengah, beberapa bidang

tugas dirangkap oleh satu orang, misalnya General Manager yang merangkap tugas

37

Dokumen privat dari rumah produksi Demi Gisela Citrasinema, diambil pada tanggal 23 Maret 2008

(42)

HRD; Production Department yang sekaligus mengurusi pemeliharaan alat-alat syuting

dan editing.

Standar gaji karyawan sesuai dengan UMR, begitu pula dengan pemberian THR

dan tunjangan-tunjangan lainnya.

Citra Sinema bertempat di sebuah ruko tiga lantai dengan pembagian sebagai

berikut:

Lantai Dasar: digunakan oleh Departemen Produksi, mushola, ruang penyimpanan

alat-alat syuting, pantry, ruang tunggu, dan ruang casting para calon pemain (talent), serta

toilet.

Lantai Dua: terdiri dari tujuh ruangan untuk Departemen Keuangan, Sekretaris, ruang

kerja Direktur Utama/Produser, ruang kerja Finance Manager/General Affairs, Meeting

Room, Creative Department, dan Ruang Tunggu.

Lantai Tiga: dibagi menjadi dua, yakni Ruang Preview dan Ruang Editing (terdiri dari lima bilik, termasuk Digital Library).

Untuk keperluan produksi syuting, selain mempekerjakan karyawan tetap,

perusahaan ini juga mempekerjakan SDM outsource yang terikat kontrak dalam jangka

waktu produksi; misalnya Sutradara, kru, Musisi, tambahan tenaga Editor, penyedia

peralatan syuting, Penulis Skenario, dan sebagainya.38

3.2 Visi dan Misi PT Demigis Citrasinema VISI

PT Demi Gisela Citra Sinema: "Dunia dengan segala kehidupannya adalah sarana

beribadah kepada Allah SWT."

(43)

PT Demi Gisela Citra Sinema didirikan dan dimiliki oleh Deddy Mizwar.

Sebagai seorang yang relijius, Deddy Mizwar ingin mengorientasikan hidupnya pada

ibadah kepada Allah dengan landasan ayat dalam Al Qur'an "Tidak Aku ciptakan jin dan

manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu" (Surat Az Zariat: 51).

Maka, segala usaha dan kerja dalam hidupnya, termasuk perusahaan yang dia

dirikan, dijalankan dengan mengarah pada tujuan tersebut. Semua produksi yang dibuat

oleh PT Demi Gisela Citra Sinema senantiasa berlandaskan pada visi tersebut. Dalam

produksi sinetron, misalnya, tema-tema yang ditampilkan lebih banyak mengacu pada

tema-tema relijius yang dikemas dengan nuansa entertainment sehingga bisa dinikmati

penonton pada umumnya. Demi Gisela Citra Sinema menyadari bahwa penonton tidak

hanya membutuhkan hal-hal yang bernilai luhur, tapi juga membutuhkan kesenangan

selama menonton.

MISI

PT Demi Gisela Citra Sinema: "Memproduksi karya sinema yang berorientasi pada

pencerdasan dan pencerahan ummat."

Semua produksi PT Demi Gisela Citra Sinema bertujuan turut mencerdaskan dan

mencerahkan ummat (pemirsa). Berkreasi dengan koridor semacam ini berarti Produser

sangat berkepentingan dalam pemilihan tema-tema dan topik yang tertuang dalam setiap

sinetron dan film yang diproduksinya. Tema-tema yang diangkat berkisar pada

tema-tema relijius (Islam) yang dikolaborasi dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat Indonesia, khususnya.

Cara penyajiannya juga diupayakan mengarah pada upaya pencerdasan dan

(44)

penyajian yang menggurui, vulgar, verbal, dan melanggar suku, agama, ras, dan

antargolongan (SARA) serta etika. Sebagai gantinya, teknik penyajiannya lebih

merupakan teknik analogi yang tidak secara langsung tapi lebih efektif dan "membekas"

dalam benak pemirsa. Selain itu, kadang disisipkan pula elemen-elemen humor dalam

penyajian agar mudah diterima dan disukai pemirsa. Jenis humornya pun diseleksi yang

tidak melanggar aturan agama. Kadangkala harus menghilangkan sebuah adegan yang

sangat menarik hanya untuk menghindari dari pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Demi Gisela Citra Sinema mencoba untuk lebih bertanggung-jawab terhadap

pemirsa, khususnya bertanggung-jawab kepada Tuhan.

3.3 Struktur Jabatan PT Demigis Citrasinema

STRUKTUR PRODUKSI FILM & SINETRON

PT DEMI GISELA CITRASINEMA

3.4 Skenario Sinema Para Pencari Tuhan 3.4.1 Tema Sentral Sinema Para Pencari Tuhan

POST PRODUCTION

• Editor

• Musisi

• Animator

• Sound Engineer

• Dll.

ARTIS/ TALENT SUTRADARA

MANAJER PRODUKSI TIM KREATIF

• Pengarah kreatif

• Penulis

• Disain grafis

PUBLIC

RELATIONS

KRU

• Pengarah fotograrfi/D O P

• Pengarah Artistik

• Kostum&Make Up

• Kameramen

• Operator Peralatan

• Driver

• Diesel/Genset

(45)

Untuk pemilihan tema dan topik, biasanya merupakan hasil diskusi antara Wahyu

dengan tim kreatifnya yang terdiri dari: Bang Diding Jacob, HAMBA, Kang Arief, Albert

Hakim, Farrel M. Rizqy, Amiruddin Olland, dan Veronica Grensilia.

Tema umum sinetron Para Pencari Tuhan adalah Hidup dengan Al Qur'an.

maksudnya, Wahyu ingin menggambarkan tentang masyarakat yang kehidupan atau

segala aktifitasnya dalam prosesnya diatur berdasarkan Al-Qur’an, kehidupan yang ingin

ditampilkan disini, bahwa hidup dibawah naungan Al-Qur’an tidak sesempit pikiran

manusia zaman sekarang, yang kebanyakan justru menjauhi Al-Qur’an.39

Pesan utamanya adalah dekatkan kembali hidupmu pada Islam. Di sini Wahyu

hendak mengatakan, hidup dalam Islam tidaklah seburuk persangkaan kita, di mana

aturan yang ketat mem

Gambar

Tabel 1.1 Jenis Kelamin Responden
gambar, fakta dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat
Gambaran Umum Identitas Responden Dari Segi Jenis Kelamin, Usia, dan
Gambaran umum identitas responden dari segi usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

terimakasih karena sudah membuatku belajar untuk menjadi lebih dewasa dan bijak dalam melewati proses yang

Terkait dengan masalah anggaran Kabid Kependudukan menagatakan bahvva untuk pernah menyatakan bah\va optimalisasi fungsi penganggaran sangat diperlukan demi tern ujudnya

Spektrum emisi atom hidrogen bebas dalam keadaan tereksitasi ternyata terdiri atas beberapa set garis-garis spektrum yaitu satu set dalam daerah uv (ultra violet),

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul Pengaruh Atribut Produk terhadap Preferensi Konsumen

Penelitian survei merupakan strategi penelitian yang berusaha memaparkan secara kuantitatif Sikap (X1) Persepsi Kontrol Perilaku (X2) Komitmen Profesional (X3)

Dalam penerapan restitusi memang tidak hanya satu penegak hukum saja yang menerapkan tetapi harus ada keterpaduan dan kerjasama dalam menerapkan restitusi kepada

Pembacaan teks proklamasi memberikan pesan kepada negara lain bahwa Indonesia adalah negara yang bebas dari penjajahan, negara.?. Perjuangan sebagai

Pada penelitian ini, memaparkan proses pembentukan jiwa kewirausahaan pada pemilik Zig Zag yaitu Bapak Wahono dan proses kewirausahaan yang berlangsung dalam usaha Zig