• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

LEARNING (CTL)

(Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

ROHANI NIM: 809018300617

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan pendekatan CTL di kelas I MI. Muhammadiyah 02 Kukusan Depok. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing terdiri atas Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Indikator keberhasilan penelitian yaitu apabila seluruh siswa telah mencapai KKM. Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa dalam penggunaan pendekatan CTL siswa mampu meningkatan hasil belajar IPA pada materi sumber energi gerak di kelas I. Berdasarkan hasil observasi siswa sangat senang ketika mengikuti pelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL, siswa menjadi lebih aktif. Hasil perhitungan pada siklus I siswa yang memenuhi KKM sebesar 58,06% dan pada siklus II sebesar 90,32%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi sumber energi gerak di kelas I MI Muhammadiyah 02 Kukusan Depok.

Kata kunci :

(7)

ii

The aim of this research is to know the student learning outcomes in the concept of motion energy source through CTL approach in class I MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok . The method used in this study using Classroom Action Research ( CAR), which consists of two cycles. Each of them consist of: Planning, Doing, Observation, and Reflexion. The indicator of research success is when all of students have reached KKM. Results in the first cycle and second cycle states that the use of CTL approach.students can improve learning outcomes in the concept of motion energy source. Base on observation result. Students are very happy to follow IPA.lesson by using CTL,they are active and creative. The calculation in the first cycle of students who fulfill the KKM was 58,06 % and the second cycle of 90,32 %. And finally it can be give the conclution that CTL can improve IPA on division in second grade at MI Muhammadiyah 02 Kukusan Depok.

Keywords:

(8)

penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak Melalui Pendekatan CTL ” dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Nurlena, MA., Ph. D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2. Bapak Fauzan, MA., Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu serta tenaga untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama ini memberikan ilmu dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Suami Agus Listyanto dan ananda Arin Yulistiana yang selalu memberikan dukungan serta perhatian , sehingga proses perkuliahan ini berjalan dengan baik.

6. Teman-teman PGMI Dual Mode System (khususnya kelas M) yang telah membantu dan memberikan saran dan juga masukan bagi penulis.

7. Bapak Sahabudin, S.Pd.I selaku kepala MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok yang telah memberikan dukungan dan bantuan.

(9)

hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi yag membaca pada umumnya.

Jakarta, 2013

Penulis

Rohani

(10)

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH

ABSTRAK ... … i

KATA PENGANTAR ... … iii

DAFTAR ISI ... … v

DAFTAR TABEL ... … viii

DAFTAR LAMPIRAN ... … ix

DAFTAR GAMBAR ... … x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar ... 6

a. Pengertian Belajar ... 6

b. Ciri-ciri belajar ... 8

c. Tujuan Belajar ... 9

d. Prinsip-prinsip Belajar ... 10

e. Aktivitas –Aktivitas Belajar………. 11

f. Cara Belajar yang Efektif ……… 12

g. Hasil Belajar ... 13

h. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

(11)

a. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam ... 16

3. Pendekatan Kontekstual ………... 17

a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ………... 17

b. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual ……….. 18

c. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL ………... 19

d. Definisi CTL ……….. 19

e. Komponen-Komponen CTL ... 19

f. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional ………. 21

g. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL ……… 22

B. Kerangka Berfikir ... 23

C. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 24

D. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 32

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 32

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 32

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan ... 35

G. Data dan Sumber Data ... 35

H. Teknik Pengumpulan Data ... 36

I. Instumen Pengumpulan Data ... 36

J. Analisis Data dan Interprestasi Hasil Analisis ... 37

(12)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 59 B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen, dan Sumber Data ……… 35

Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I ……… 42

Tabel 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I ………... 44

Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Guru I ………. 45

Tabel 4.4 Aktivitas Pembelajaran Siklus I ………... 46

Tabel 4.5 Hasil belajar siswa siklus II……….. 50

Tabel 4.6 Skor Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II…… 52

Tabel 4.7 Aktivitas Siswa Siklus II ……….. 52

Tabel 4.8 Aktivitas Guru Siklus II ………... 54

Tabel 4.9 Aktivitas Pembelajaran Siklus II ……….. 55

(14)

Gambar 3.1 Model Siklus PTK

Gambar 4.1 Struktur Organisasi MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

(15)

Lampiran 2 Struktur Organisasi ………. 62

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……….. 63

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ……….. 71

Lampiran 5 Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I ………. 72

Lampiran 6 Kunci jawaban ……….. 72

Lampiran 7 Lembar Pengamatan/ Observasi ………. 74

Lampiran 8 Analisis Nilai Soal Evaluasi Siklus I ……… 76

Lampiran 9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……… 78

Lampiran 10 Lembar observasi aktivitas guru I ………. 79

Lampiran 11 Lembar kegiatan siswa siklus I ……… 80

Lampiran 12 Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II ……… 81

Lampiran 13 Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siklus II ……… 90

Lampiran 14 Instrumen hasil belajar siklus II ……… 91

Lampiran 15 Kunci jawaban ……….. 92

Lampiran 16 Lembar Pengamatan / Observasi ……….. 93

Lampiran 17 Analisi Nilai Soal Evaluasi Siklus II ………. 95

Lampiran 18 Rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I dan II ………… 97

Lampiran 19 Lembar observasi aktivitas siswa siklus II ……… 99

Lampiran 20 Lembar observasi aktivitas guru siklus II ………. 100

Lampiran 21 Lembar kegiatan siswa siklus II……… 102

Lampiran 22 Materi pembelajaran siklus II ……….... 103

Lampiran 23 Dokumentasi kegiatan siklus II ………. 105

x

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena melalui pendidikan manusia mendapatkan berbagai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Pendidikan merupakan hubungan antara peserta didik dan pendidik yang saling berinteraksi dalam dunia pendidikan. Proses pendidikan itu terjadi dilingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Pendidikan khususnya pendidikan formal adalah suatu pendidikan yang dilakukan di sekolah. Di dalam lingkungan sekolah mutu atau kualitas guru, kurikulum, sarana dan prasarana, fasilitas, dan biaya akan berpengaruh pada proses pendidikan di lingkungan sekolah.

Sebagai pendidik tentunya kita harus memahami kemampuan siswa dalam menerima ataupun menyerap pelajaran sangat beragam. Tentunya hal ini menjadi tugas guru untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pembelajaran. Oleh karena itu guru harus introspeksi diri untuk mencari kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Dalam dunia pendidikan, pendidikan mempunyai tujuan yaitu sesuatu yang harus didapat atau diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran melalui pengajaran, bimbingan atau latihan-latihan. Pada proses pendidikan di sekolah ada unsur pendidik, peserta didik, metode, media dan bahan ajar dan sebagainya. Oleh karena itu di dalam menyampaikan materi pembelajaran harus menggunakan metode atau strategi yang dapat menarik minat siswa, dan dapat diserap dan di terima dengan baik oleh siswa.

(17)

proses pembelajaran selalu menggunakan ceramah saja, sehingga peserta didik tidak mendapatkan pengalaman langsung dari proses pembelajaran.

Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar sebagai salah satu pusat kegiatan pendidikan merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang membelajarkan siswa berbagai macam mata pelajaran , salah satu mata pelajaran yang diajarkan yang memegang peranan cukup penting dalam kehidupan manusia adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia.

Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat siswa, kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang alam semesta. Ilmu Pengetahuan Alam khususnya kelas I sangat disukai siswa. Menurut pendapat Supriyadi Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah “Suatu objek atau bidang studi yang membahas kenyataan, fakta-fakta, dan teori-teori untuk menggambarkan tentang kerja dari alam dan merupakan kreasi dari pemikiran manusia dalam mengemukakan ide-idenya ataupun konsep-konsep secara bebas”.1 Maka tidak dapat dipungkiri bahwa pelajaran IPA merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.

Pemecahan masalah adalah sebagai salah satu hal yang penting yang perlu dimiliki siswa. Pembelajaran hendaknya dimulai dengan pengenalan atau pengajuan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan pengajuan masalah kontekstual, maka peserta didik secara bertahap mendapat bimbingan untuk menguasai pelajaran IPA.

Berdasarkan hasil rata-rata nilai rapot semester ganjil pada mata pelajaran IPA di kelas I rata-rata 64,35 menunjukkan siswa belum mencapai KKM, yaitu 65. Rendahnya hasil belajar tersebut terlihat berdasarkan hasil wawancara tidak

1

(18)

terstruktur, bahwa siswa kelas satu diperoleh data sebagian siswa tidak tertarik belajar IPA. Hal ini disebabkan siswa tidak memahami manfaat belajar IPA.

Rendahnya hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak dikarenakan pada proses pembelajaran masih menggunakan sistem konvensional, guru masih mendominasi dalam pembelajaran, sehingga siswa hanya sebagai penerima pengetahuan yang pasif, siswa hanya mendengarkan ,mencatat dan mengulangnya, yang pada akhirnya siswa menjadi bosan dan kurang tertarik.

Untuk menggali kemampuan siswa yang kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran yang bermakna, yang nantinya akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan, yang diperoleh siswa apabila proses pembelajaran yang didapat siswa dari pemahaman dan penemuannya sendiri, yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya.

Terkait untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas I, maka penulis berupaya menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna, yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Berikut ini pembelajaran IPA menurut Isriani dan Dewi Puspitasari:

Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari sering dijumpai anak yang telah belajar IPA sangat hafal dan faham dari definisi konsep yang telah dipelajarinya. Akan tetapi masih jarang yang mampu menerapkan pengetahuannya itu dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut disebabkan karena hanya mampu menghapal konsep IPA tanpa memahaminya dengan benar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu pembelajaran IPA di MI/SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah.2

Berkaitan dengan pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan, maka guru dapat menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan CTL merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dengan

2

(19)

konsep pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Berikut ini pembelajaran kontekstual menurut Isriani dan Dewi Puspitasari. “Pembelajaran Kontekstual atau CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari”.3 Pembelajaran dimulai dari yang nyata sehingga siswa dapat terlibat langsung . Dalam proses tersebut, guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi siswa.

Untuk menjawab semua permasalahan yang terjadi di MI. Muhammadiyah 2 Kukusan Depok, yaitu pada mata pelajaran IPA dan adanya penelitian terlebih dahulu mengenai pendekatan kontekstual pada materi sumber energi gerak.tertarik untuk mengatasi permaslahan tersebut menggunakan pendekatan kontekstual.

Dari uraian di atas, maka penulis perlu melakukan penlitian dengan judul

skripsi” Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak

melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)” ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok). Dengan menggunakan pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di MI. Muhammadiyah 2 Kukusan Depok.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana cara meningkatkan keaktifka siswa pada proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I pada materi sumber energi gerak”.

3

Isriani Hardini, Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Yogyakarta,

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Peningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual pada konsep sumber energi gerak.

D. Manfaat hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan menyempurnakan program pengajaran IPA di sekolah.

2) Bagi guru mata pelajaran

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru mata pelajaran IPA, dalam merumuskan pendekatan pembelajaran yang baik untuk siswa, sehingga guru mengetahui cara meningkatkan hasil belajar IPA.

3) Bagi siswa

Untuk meningkatkan kemampuan siswa khususnya pada pelajaran IPA 4) Bagi pembaca

(21)

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat Belajar dan Hasil Belajar

Belajar merupakan proses manusia mendapatkan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan lingkungan masyarakat untuk mendapatkan perubahan tingkah laku seseorang. Perubahan tersebut tentu akan menjadikan seseorang menjadi lebih baik. Belajar tidak hanya untuk mendapatkan pengetahuan saja, tetapi belajar juga sebagai proses membentuk mental pada diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas ini terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Ini menandakan bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan dalam diri seseorang, ia menyadari bahwa pengetahuan yang ia dapatkan bertambah, misalnya dari tidak bisa menulis menjadi pandai menulis. Lain halnya dengan perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena orang tersebut tidak menyadari akan perubahan itu.

(22)

Untuk mendapatkan pemahaman tentang pengertian belajar, berikut akan penulis kemukakan beberapa definisi belajar menurut para ahli. Menurut Sudjana, yang dikutif Asep Jihad “belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar”.1 Belajar pada dasarnya adalah suatu proses kegiatan seseorag dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku, perubahan pengetahuan maupun sikap.

Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, “Belajar adalah aktivitas individu

dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, menyangkut aspek kognitif (intelektual), efektif (sikap, keyakinan, kebiasaan), kognitif (motif, minat, cita-cita) dan psikomotor (ketrampilan) melalui interaksi dengan lingkungan”.2 Pengertian belajar juga dijelaskan oleh Amin Budiamin dan Setiawati:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut akan nampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap lingkungan, yang berupa ketrampilan-ketrampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalamn apresiasi dan sebagainya.3

Berdasarkan beberapa definisi belajar tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.

1

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

2008), h. 2 2

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan

Pemecahan Masalah Peserta didik dan Klien, (Kizi Broder’s, 2008), h. 91.

3

Amin Budiamin dan Setiawati, Bimbingan Konseling, Program Peningkatan Kualifikasi

(23)

b. Ciri-ciri belajar

Ciri-ciri belajar merupakan tanda-tanda adanya proses belajar. Adanya tanda-tanda proses belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi setelah melalui proses belajar. Belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar, setiap manusia yang belajar akan mengalami perubahan yang terjadi dalam dirinya, ia menyadari bahwa pengetahuannya, kecakapannya, dan kebiasaannya bertambah.; 2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. Perubaha yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung terus menerus dan akan berguna dalam kehdupannya. Misalnya seoran anak yang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak bisa menulis menjadi dapat menulis; 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan-perubaha itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri; 4) Perubaha dalam belajar bukan bersifat sementara. Perubahan yang tejadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan, dan sebagainya.4

c. Tujuan belajar

Proses belajar terjadi secara internal dan bersipat pribadi dalam setiap individu atau dalam diri peserta didik. Proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan. Tujuan belajar di sekolah ditunjukkan untuk mencapai: a)

4

(24)

Untuk mendapatkan pengetahuan; b) Penanaman konsep; dan c) Pembentukan sikap.

a) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Jenis interaksi atau cara

yang digunakan untuk kepentingan itu pada umumnya dengan model kuliah (presentasi), pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan demikian, siswa akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya dan sekaligus akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.

b) Penanaman konsep dan ketrampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlukan suatu ketrampilan, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmani adalah ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Ketrampilan rohani lebih rumit karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

c) Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan kecakapan.5

d. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar dapat disusun oleh calon guru atau pembimbing dengan prinsip yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda , dan oleh setiap siswa secara individu. Prinsip-prinsip tersebut, sebagai berikut:

5

Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu (Yogyakarta,

(25)

a) Berdasarkan prasarat yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisifasi aktif, meningkatkan dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;

4. Belajar Perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

b) Sesuai hakekat belajar

1. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembagannya;

2 Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;

3. Belajar adalah proses kontinguitas, (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulasi yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.

c) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

d) Syarat keberhasilan belajar

(26)

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.6

e. Aktivitas-Aktivitas Belajar

Dalam belajar seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Berikut ini dibahas bebrapa aktivitas belajar, sebagai berikut:

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

2) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang dapat dilakukan.

3) Meraba, membau, dan mencicipi/ mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.

4) Menulis dan mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar. Dalam mencatat tidak sekedar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang tujuan belajar.

5) Membaca

Membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah.

6

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, ( Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

(27)

6) Membuat ikhtisar atau ringkasan da menggarisbawahi.

7) Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan.

8) Menyusun paper atau kertas kerja.

9) Mengingat

Mengingat adalah salah satu aktivitas belajar. Perbuatan mengingat jelas sekali terlihat ketika seseorang sedang mengahafal bahan pelajaran.

10) Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru.

11) Latihan atau praktek

Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional.7

f. Cara Belajar yang Efektif

1. Perlunya Bimbingan

Dalam hal belajar ada cara-cara yang efisien dan tidak efesien. Kita dapat membantu siswa dengan member petunjuk-petunjuk umum tentang cara-cara belajar yang efisien. Disamping memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar, baik pula siswa diawasi dan dibimbing sewaktu mereka belajar.

2. Kondisi dan Strategi Belajar

Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal: a) Kondisi internal; b) Kondisi eksternal; c) Strategi belajar.

7

(28)

3. Metode Belajar

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan ketrampilan, cara-cara yang dipakai itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Uraian ini membahas kebiasaan belajar yang mempengaruhi belajar.

a) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya

b) Membaca dan membuat catatan

c) Mengulangi bahan pelajaran

d) Konsentrasi

e) Mengerjakan tugas.8

g. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah nilai-nilai yang didapat setelah melalui tahapan proses pembelajaran yang dimiliki seseorang. Dan dalam hasil belajar tersebut seseorang bukan hanya memperoleh pengetahuan, tapi juga pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan dalam kehidupan. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat didefinisikan oleh para ahli, diantaranya adalah:

Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.9

Pengertian yang senada tentang hasil belajar dikemukakan oleh Nana Sudjana. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

8

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2010), h.73 9

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo,

(29)

menerima pengalaman belajarnya.”.10 Dengan demikian hasil belajar siswa dapat dilihat setelah siswa melakukan proses pembelajaran. Seorang guru dapat mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran melalui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar siswa dapat dilihat melalui kemampuan peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan kemampuan yang didapat siswa dalam proses belajar yang dilakukan sehingga mendapatkan pengetahuan yang maksimal.

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor yang berasal dalam diri siswa (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zikri Neni Iska, yaitu:

Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, seperti fisik yang sehat, memiliki motivasi atau minat yang kuat untuk belajar, kebiasaan belajar yang baik, sikap yang positif terhadap materi pelajaran, kecerdasan dan tidak mudah frustasi dlam menghadapi kegagalan. Faktor eksternal, yang mendukung keberhasilan belajar, dianataranya adalah lingkungan keluarga yang harmonis, perhatian orang tua, failitas belajar yang memadai, iklim kehidupan sekolah yang kondusif.11

Penjelasan yang lebih rinci mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dikemukakan oleh Alisuf Sabri. Menurut Alisuf

Sabri “ Faktor-faktor yang berasala dari luar diri siswa (eksternal) terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental; sedangkan faktor –faktor yang berasal

10

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda

karya, 2010), h. 22. 11

Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling: Pengantar Pengembangan Diri dan

(30)

dari dalam diri siswa (internal) adalah berupa faktor fisiologi dan faktor

psikologis pada diri siswa”.12

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: factor lingkungan alam/non social dan faktor lingkungan social. Yang termasuk factor lingkungan alam seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu ( pagi, siang, malam), letak gedung sekolah dan sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan social baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor-faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/ materi pelajaran serta strategi belajar mengajarnya yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

c. Faktor-faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi internal siswa ada dua macam, yaitu kondisi fisiologi siswa dan psikologi siswa. Faktor kondisi fisiologi terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah factor minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan-kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa13

12

Alisuf Sabri, Psiologi Pendidikan berdasarkan kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman

ilmu Jaya, 2010), cet. 4, h. 59-60. 13

Alisup Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, ( Jakarta:

(31)

2. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD/MI

a. Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD/MI

Pendidikan IPA adalah suatu upaya atau proses untuk membelajarkan siswa untuk memahami hakekat IPA: produk, proses, dan mengembangkan sikap ilmiah serta sadar akan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk mengembangkan sikap dan tindakan berupa aplikasi IPA yang positif”.14

Sedangkan pengertian menurut Supriyadi dkk,IPA adalah suatu objek atau bidang studi yang membahas kenyataan, fakta-fakta, dan teori-teori untuk menggambarkan tentang kerja dari alam dan merupakan kreasi dari pemikiran manusia dalam mengemukakan ide-idenya ataupun konsep-konsep secara bebas. Dengan belajar sains, anak belajar pula untuk memecahkan masalah kehidupan.15

Berdasarkan teori-teori diatas mengenai IPA dapat disimpulkan, bahwa IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan makhluk hidup dan alam semesta dimana perlu dilakukan suatu eksperimen dalam rangka penguatan secara konseptual.

b. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengtahuan Alam (IPA) SD/MI

Setiap kegiatan pembelajaran pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, hal ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan di lingkungan masyarakat seperti pendidikan IPA.

Isriani Hardini dan Dewi Puspita sari menjelaskan bahwa tujuan Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara Saling temas, melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bertindak, bersikap ilmiah serta berkomunikasi, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, meningkatka kesadaran untuk menghargai alam, meningkatkan

14

I Made Alit Mariana dan Wandy Praginda, Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk

Guru SD, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), h. 27. 15

(32)

pengetahuan, konsep, dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya.16

Sedangkan menurut I Made Alit Mariana dan Wandy Praginda “tujuan pendidikan sains mencakup lima dimensi, yaitu: Pengetahuan dan pemahaman, penggalian dan penemuan, imaginasi dan kretivitas, sikap dan nilai serta penerapan17 Pembelajaran Evelin Siregar dan Hartini Nara mengatakan:

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pemahaman ini, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran juga berlangsung alamiah, siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.18

Dengan demikian, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupannya di lingkungan masyarakat.

16

Isriani Hardini dan Dewi Puspita sari, Strategi Pembelajaran Terpadu: Teori, Konsep,

dan Implementasi, (Yogyakarta: Familia, 2012), cet. 1, h. 151. 17

I Made Alit Mariana dan Wandy Praginda, Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk

Guru SD, (Jakarta: PPPPTK IPA, 2009), h. 28. 18

Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia

(33)

Sedangkan menurut Masitoh dan Laksmi Dewi dalam bukunya

mengatakan “Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing)”.19 Dengan demikian pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Oleh karena itu tugas guru adalah mensiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektif dalam membimbing kegiatan belajar siswa agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya.

b. Konsep Dasar Model Pembelajaran Kontekstual

CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam dirinya. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang perlu diketahui.

Pertama, proses pembelajaran yang melibatkan siswa agar mendapat pengalaman secara langsung. Siswa tidak hanya menerima pelajaran yang diberikan oleh guru, tetapi mencari dan menemukan sendiri dalam pembelajaran.

Kedua, pada proses pembelajaran siswa dapat menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata, dan dapat merekam dalam memori dan dapat diingat selamanya.

Ketiga, pada proses pembelajaran siswa bukan hanya memahami materi, tetapi dapat mencerminkan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.20

19

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 280. 20

Supriyadi dkk, Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Sekolah Dasar, (Jakarta:

(34)

c. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL

Latar belakang dari segi filosofis, Piaget berpendapat: “bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema yang terbentuk karena pengalaman. Sedangkan dilihat dari latar belakang psikologis bahwa belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan”.21

Dengan pendekatan kontekstual, para peserta didik akan mampu menemukan makna dari setiap pengetahuan yang mereka peroleh, karena pendekatan kontekstual mengarahkan siswa untuk belajar mandiri.

d. Definisi CTL (Contextual Teaching and Learning)

Seperti yang dikutif oleh Masitoh dan Laksmi “kontekstual adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademisnya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama”.22

e. Komponen-komponen CTL

1) Kontruktivisme

Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi pengetahuanya melalui proses pengamatan dan pengalaman.

2) Inkuiri

Asas kedua dalam pembelajaran CTL inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penelusuran melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses

21

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2009), Ed.1 Cet. ke 6. h. 256-259. 22

(35)

perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan sisw dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.

3) Bertanya

Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.

5) Pemodelan (Modling)

Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

6) Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment)

(36)

tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun mental siswa.23

f. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2) Pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, diskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individu dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil, sedangkan pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.

4) Kemampuan didasarkan atas pengalaman, sedangkan pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melaui latihan-latihan.

5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri, sedangkan pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

6) Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya

7) Pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, sedangkan pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi

23

(37)

8) Pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembagkan pembelajaran mereka masing-masing, sedangkan pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9) Pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, sedangkan pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.

10) Maka tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain-lain, sedangkan pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.24

h. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.

1) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut.

2) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

3) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

24

(38)

4) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

5) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masi

6) Siswa melaporkan hasil diskusi.

7) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

8) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah Pasar sesuai dengan idikator hasil belajar yang harus dicapai.

9) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema ”pasar”.

B. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seumur hidup oleh manusia dalam rangka untuk mencapai perubahan pada tahap kognitif, afektip dan psikomotorik yang disebut sebagai hasil belajar. Sedangkan pembelajran memiliki pengertian upaya terencana dan sadar yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, untuk mengarahkan peserta dididknya untuk mencapai ketiga tujuan belajar tersebut.

Untuk meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi sumber energi gerak, dalam pembelajaran harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Dalam pembelajaran diperlukan model pembelajaran yang interaktif, di mana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar. Guuru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siiswa pada semua aspek, kognitif, afektif, dan psikomotorik,, sehingga akan tercapai hasil belajar yang diharapkan.

(39)

tentang sumber energi gerak dapat tercapai dengan menggunakan pendekatan CTL.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan CTL pada pelajaran IPA, guna meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas I MI. Muhammadiyah 02 Kukusan Depok tentang sumber energi gerak.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Hajir, Meneliti Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk Peningkatan pemahaman IPA Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang. ). Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode: lembar observasi pemahaman IPA siswa, angket pemahaman IPA siswa, soal tes. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik Deskriptif Persentase. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pemahaman IPA pada siswa meningkat yaitu pada siklus I persentasenya sebesar 63,55%. Setelah dilakukan tindakan siklus II meningkat menjadi 75,27%. Peningkatan pemahaman siswa ini berpengaruh yang tadinya 63,64% menjadi 81,82%.25

Ahmad Gajoli. Meneliti “Pendekatan CTL Pada Pembelajaran Konsep Sistem Organ Manusia Berbasis Nilai-nilai Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Positif Siswa”. Hasil dari penelitain tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor penguasaan konsep siswa pada siklus pertama 70,75 dan pada siklus kedua sebesar 77,78. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep dan sikap positif siswa.26

25

Hajir, Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Untuk Peningkatan Pemahaman IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wonosari Sadang, 1, 2012.

26Ahmad Gojali. “Pendekatan CTL pada pembelajaran konsep sistim org

an manusia berbasis nilai-nilai sains untuk meningkatkan penguasaan konsep dan sikap positif siswa”. Skripsi

(40)

Elfi Safitri, Wince Hendri, Khairul Harha, Meneliti Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Contextual Teaching Learning (CTL) Di kelas v SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Padang. Penelitian tindakan kelas ini dilatarbelakangi oleh kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran IPA. Selain itu selama proses pembelajaran guru belum memberikan motivasi untuk dapat belajar dengan baik kepada siswa secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat ketika guru menerangkan materi pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPA melalui penerapan contextual teaching learning (CTL) di SD Negeri 22 Ulak Karang Utara Padang.

Metode dalam penelitan ini adalah menggungan penerapan contextual teaching learning (CTL). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar motivasi belajar siswa, angket motivasi belajar, lembar aktivitas guru, dan lembar tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan motivasi siswa pada siklus I diperoleh rata-rata persentase dari observer yang mengamatik sebanyak 2 kali pertemuan adalah motivasi siswa dalam indikator memperhatikan guru adalah 60,00%, motivasi siswa dalam indikator bertanya kepada guru adalah 55,00%, motivasi ssiwa dalam indikator menemukan jawaban sendiri adalah 47,50%, motivasi siswa dalam indikator diskusi dengan teman adalah 60,00%. Hasil belajar pada siklus I diperoleh rata-rata 64,00. Sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata-rata-rata hasil belajar 78,28. Pengamatan motivasi siswa dalam indikator memperhatikan guru adalah 90,00%, motivasi siswa dalam indikator bertanya kepada guru adalah 82,50%, motivasi siswa dalam indikator menemukan jawaban sendiri adalah 85,00%, motivasi siswa dalam indikator diskusi dengan teman adalah 87,50%.

(41)

contextual teaching learning (CTL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa.27

. Ariyanto F, Edy Tandililing, Deden Ramdani, Meneliti Penerapan Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA SDN 01 Sayan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan apakah dengan penerapan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas III SDN 01 Sayan, untuk mendeskrifsikan apakah dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD ,dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas III SDN 01 Sayan. Metode penelitian yaitu metode deskriptif, sifat penelitian kualitatif. Hasil tes siklus I nilai aktivitas belajar siswa mencapai 50%, sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 80%. Nilai rata-rata hasil tes kondisi awal adalah 56,0 pada siklus I meningkat menjadi 72,0, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 77,0. Data tersebut telah mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan Penerapan model cooperative learning tipe STAD apabila dilakukan secara kontinyu dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran IPA di SDN 01 sayan.28

Anik Soegiyanti, Meneliti Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas III SDN Nginden Jangkungan I / 247 Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan presentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 70 % dan 30% pada siklus II. Kemampuan guru dalam mengelola kelas untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan.

27

Elfi Safitri, Wince Hendri, Khairul Harha, Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar

Biswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di

kelas V SD,Vol 1, No 2 (2013).dari: http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index, diambil 23 Januari 2014. 28

Ariyanto F 34210269, Edy Tandililing, Deden Ramdani, Penerapan Cooperative

(42)

Sedangkan presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 60% dan 90% pada siklus II.

Dapat dilihat terjadi peningkatan baik sikap, kerjasama, serta lebih memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Motivasi siswa juga menunjukkan ketuntasan tes hasil belajar pada siklus I sebesar 63,5% meningkat menjadi 95,125% pada siklus II. Uji kinerja ketrampilan proses meningkat dari 51,5% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. Sedangkan untuk pengamatan hasil belajar siswa, juga terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai sebesar 56,5 pada siklus I dan 97 pada siklus II. Dari hasil yang telah diperoleh pada Penelitian Tindakan Kelas ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan aktivitas guru, siswa, motivasi siswa, ketrampilan proses siswa, serta hasil belajar sisw telah melampaui nilai KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas III di SDN Nginden Jangkungan I/247 Surabaya.29

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada uraian kajian teori dan keberhasilan penelitian terdahulu, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas I MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok.

29

. Anik Soegiyanti, Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model

(43)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah di kelas I MI

Muhammadiyah 2 yang beralamat di Jalan Juragan Sinda No.28 RT 05/01

Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Yang

menjadi pertimbangan penulis mengambil lokasi ini karena penulis bertugas pada

sekolah tersebut sebagai guru kelas.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013 semester

genap tahun pelajaran 2012/2013, dimulai dari penyusunan proposal penelitian,

pengembangan instrument penelitian, pengolahan dan analisi data penelitian

sampai penulisan laporan hasil penelitian.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), atau dikenal dengan Classroom Action Research. PTK merupakan sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, mengamati dan

merefleksikannya dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelasnya. “Prendergast menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan wahana bagi guru untuk melakukan refleksi dan tindakan secara sistematis dalam

pengajarannya untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa”.1

2. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas mempunyai tujuan yaitu untuk memecahkan

permasalahan nyata yang terjadi didalam kelas. Penelitia kelas ini dilakukan pada

1

Maifalinda Fatra dan Abdul Rozak, Penelitian Tindakan Kelas, ( Ciputat: Hak Cipta dan

(44)

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pendekatan kontekstual, guna

untuk meningkatkan hasil belajar IPA.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus, pada tiap siklusnya

terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1). Perencanaan (Planning), (2). Tindakan

(Acting), (3). Pengamatan (Observing), (4). Refleksi (Reflecting), dimana tindakan

(acting) dan pengamatan (observing) dillaksanakan dalam satu kegiatan, yaitu

pada saat tindakan sedang berlangsung. Berikut model PTK menurut Kurt Lewin.2

Perencanaan

Reflaksi Tindakan

Pengamatan

Gambar 3.1

Tahapan-tahapan dalam PTK

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan

penelitian. Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan

disajikan dalam materi penelitian, lembar kerja siswa serta menyiapkan media

pembelajaran, peneliti juga menyiapkan instrumen yang terdiri dari soal yang

harus dijawab siswa dan lembar observasi.

Adapun desain tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

2

(45)

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.2

Desain Intervensi Tindakan

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan

skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.

3. Observasi (Observing)

Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang

berlangsung. Peneliti dibantu oleh observer yang mengamati segala aktivitas

selama proses pembelajaran. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan

mengamati, mengenal, dan mendokumentasikan semua dari proses, hasil tindakan

(46)

4. Refleksi (Reflecting)

Kegiatan refleksi dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan

tindakan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis

bersama oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan

yang dilaksanakan ini dilakukan untuk memperoleh masukan bagi rencana

tindakan siklus berikutnya.

Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

Gambar 3.2 Desain Penelitian Tahap Pra Penelitian

Mengidentifikasi masalah pembelajaran yang terjadi di kelas dan menentukan tindakan penyelesaian masalah

Siklus I Siklus II

 berdasarkan refleksi siklus I

Tahap pelaksanaan dan

 Analisis data yang diperoleh dari siklus I

 Diskusi dengan teman sejawat

 Perbaikan

 Analisis data yang diperoleh dari siklus II

 Diskusi dengan teman sejawat

(47)

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 1

MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok yang berjumlah 31 orang siswa, terdiri atas

14 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan pada tahun pelajaran 2012/2013 dalam

kaitan dengan hasil belajar siswa dan pendidikan IPA.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perancang dan pelaksana

kegiatan. Peneliti membuat rencana kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan

pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil

penelitian.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian ini dimulai dengan tahap pra penelitian yang

dilanjutkan dengan siklus I, setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I

akan dilanjutkan ke siklus II dan seterusnya jika diperlukan. Penelitian ini

berakhir apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji

menggunakan pendekatan CTL dalam peningkatan hasil belajar siswa dengan

materi sumber energi gerak.

Adapun tahap penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan

digambarkan sebagai berikut:

a) Kegiatan Pendahuluan

a) Membuat instrument penelitian.

b) Mempersiapkan prosedur kegiatan yang akan dilaksanakan.

c) Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.

4) Mensosialisasikan pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan CTL

(48)

b) Tahap Penelitian Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

a) Menyiapkan kelas tempat penelitian

b) Membuat rencana pengajaran

c) Mendiskusikan rencana pembelajaran dengan teman sejawat

d) Menyiapkan materi ajar

e) Menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa, kegiatan siswa, dan kegiatan

pembelajaran

f) Menyiapkan soal latihan dan PR pada setiap pertemuan

g) Menyiapkan soal akhir siklus

h) Menyiapkan alat dokumentasi

2. Tahap Tindakan ( Acting)

a) Menyampaikan langkah-langkah sumber energi gerak dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL)

b) Mempelajari materi tentang sumber energi gerak dengan melaksanakan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL)

c) Mengerjakan soal evaluasi untuk menilai hasil tes siklus I

d) Menilai hasil tes siklus I

3. Observasi (Observation)

Tahap ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari

observasi terhadap siswa denga guru, mencatat semua hal yang terjadi selama

proses pembelajaran dengan cara:

a) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran CTL

b) Mencatat perubahan yang terjadi

4. Refleksi (Reflecting)

Guru (peneliti) mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan sebagai pedoman atau acuan

(49)

c) Tahap Penelitian siklus II 1. Tahap Perencanaan ( Planning)

a) Hasil refleksi siklus I dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

b) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran siklus I c) Merancang rencana perbaikan berdasarkan refleksi siklus I

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

a) Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran CTL

b)Mempelajari materi tentang sumber energi gerak dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajara CTL

c) Mengerjakan soal evaluasi untuk menilai hasil tes siklus II d) Menilai hasil tes siklus II

3. Observasi (Observation)

Tahap ini belangsung bersamaan dengan pelaksanaan yang terdiri dari observasi terhadap siswa dan guru, mencatat semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran dengan cara:

a) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran CTL b) Mencatat perubahan yang terjadi

c) Berdiskusi dengan guru kolaborator membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran.

4. Refleksi (Reflecting)

Guru (peneliti) mengadakan refleksi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa terhadap penelitian yang telah dilaksanakan pedoman atau acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi yang Diharapkan

Dengan melakukan Penelitian Hasil intervensi yang diharapkan dari

(50)

I di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok dengan menggunakan pendekatan

kontekstual. Sedangkan yang menjadi indikator keberhasilan penelitian adalah

80% siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditentukan

sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu 65.

G. Data dan Sumber Data

Data diperoleh dari hasil post test dan data berupa aktifitas siswa didapat

dari lembar observasi yang dilakukan selama siklus berlangsung.

Tabel 3.1 Jenis Data, instrument dan Sumber Data

Data Sumber Data Instrumen

Aktivitas Siswa Siswa Lembar Observasi

Skor hasil beajar Siswa Tes

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

observasi terhadap aktivitas siswa, aktivitas guru, dan aktivitas proses

pembelajaran serta merekapitulasi hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes pada

setiap akhir siklus. Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan evaluasi data

untuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar siswa serta

kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan untuk

membuat tindakan selanjutnya.

I. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dala penelitian ini terdiri atas instrument tes

dan instrument non tes.

(51)

Tes tertulis ini adalah berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada

peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa

mengenai materi yang akan dipelajari. Sedangkan tes akhir adalah tes yang

dilaksanakan diakhir siklus tujuannya untuk mengetahui hasil belajar siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran. Soal tes merupakan bahan pelajaran yang

dianggap penting yang telah di ajarkan kepada para peserta didik. Soal tes akhir

dibuat sama dengan soal tes awal.

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR SIKLUS I

(52)

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan adalah lembar observasi, yang terdiri

dari lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, dan lembar

observasi aktivitas pembelajaran.

Dalam instrument non tes digunakan pula Lembar pengamatan (observasi),

catatan lapangan, dan dokumentasi.

1) Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar dengan

menggunakan pedoman observasi kegiatan pembelajaran, catatan lapangan, dan

foto, dengan tujuan memperoleh data tentang proses pembelajaran.

2. Catatan Lapangan

Peneliti mengobservasi permasalahan yang ada di lapangan pada saat

kegiatan belajar berlangsung, untuk mengetahui permasalahan yang telah

diidentifikasi sebelumnya. Kemudian peneliti juga melakukan pencatatan terhadap

kejadian-kejadian di lapangan. Sebagai kegiatan memeriksa lapangan peneliti

melaksanakan pre test dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. 3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan dan menganalisa arsip-arsip tertulis yang dimiliki MI Muhammadiyah 02 Depok, seperti profil, visi dan misi serta struktur kepengurusan MI Muhammadiyah 02 Depok dan lain sebagainya.

J. Analisis Data dan Interprestasi Hasil

Proses analisis data terdiri atas analisis pada saat dilapangan yaitu pada

saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang sudah terkumpul. Data yang

sudah terkumpul berupa hasil observasi, hasil tes siswa,. Semua data dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif.

Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada

dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data. Kriteria keberhasilan

peningkatan hasil belajar IPA terlihat dari hasil pengamatan telah menunjukkan

Gambar

Tabel 4.1  Hasil Belajar Siswa Siklus I …………………………………  42
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok
Gambar 3.1 Tahapan-tahapan dalam PTK
Gambar 3.2 Desain Intervensi Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah Algoritma untuk menyisipkan I TEM ke dalam list, tepat sesudah simpul A, atau jika LOC = NULL, maka I TEM disisipkan sebagai simpul pertama dari list.. Misalkan

Kawasan Berikat adalah suatu banguan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang didalamya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan

Tertib serta tatanan hukum Indonesia yang memilih sistem kodifikasi seperti yang berlangsung dewasa ini, secara historis tidak dapat dilepaskan dari tradisi hukum

Bisa diliat dari diagram alur diatas merupakan cara kerja system alat penyortiran tomat ini akan bekerja,jadi pertama-tama tomat dihitung bebannya menggunakan timbangan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B8, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

cara membaca huruf- huruf hijaiyah sesuai mahraj dan tanda bacanya (fathatain, kasratain, damatain, sukun dan tasydid). - -

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada Tanggal 26 Februari 2013. yang dinyatakan telah memenuhi syarat

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini