KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN
PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA
JANTAN LOKAL
SKRIPSI
Oleh:
GEMA PIRNGADI GULTOM
080306035
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KECERNAAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN
PROBIOTIK STARBIO TERHADAP DOMBA
JANTAN LOKAL
SKRIPSI
Oleh:
GEMA PIRNGADI GULTOM 080306035/ PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Kecernaan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap Domba Jantan Lokal
Nama : Gema Pirngadi Gultom
NIM : 080306035
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
GEMA PIRNGADI GULTOM, “Kecernaan Jerami Padi Fermentasi dengan
Probiotik Starbio terhadap Domba Jantan Lokal” Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NEVY DIANA HANAFI. Penelitian dilaksanakan di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April - Oktober 2012. Jerami padi fermentasi dengan probiotok Starbio tidak mempengaruhi konsumsi, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotok Starbio terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik domba jantan lokal. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0 (jerami padi tanpa fermentasi), P1(0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi), P2 (0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi) dan P3 (0,8 kg Starbio + 0,8 kg urea/ 100 kg jerami padi).
Hasil penelitian menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), dimana rataan konsumsi bahan kering (g/ekor/hari) 467,06; 465,72; 489,52 dan 481,1. Rataan konsumsi bahan organik (g/ekor/hari) 391,49; 391,05; 412,92 dan 403,65. Rataan kecernaan bahan kering 47,57; 46,59; 50,07 dan 49,17. Rataan kecernaan bahan organik 83,59; 80,32; 81,90 dan 82,56. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Starbio sampai level 0,8 kg tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecernaan bahan kering dan organik domba jantan lokal.
ABSTRACT
GEMA PIRNGADI GULTOM, "Digestibility Rice Straw Fermented by Probiotics Starbio to Local Male Sheep" Guided by TRI Hesti WAHYUNI and
NEVY DIANA HANAFI. The experiment was conducted at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in April 2012 - October 2012. Rice straw fermentation by probiotok Starbio can increase consumption, digestibility of dry matter and organic matter. This study aimed to determine the effect of the level of utilization of rice straw fermented with probiotok Starbio the digestibility of dry matter and organic matter digestibility local sheep ram. The design used in this study is a Latin square design (RBSL) with 4 treatments and 4 replications. Treatment consists of P0 (unfermented rice straw), P1 (0.4 kg + 0.4 kg urea Starbio / 100 kg rice straw), P2 (0.6 kg + 0.6 kg urea Starbio / 100 kg rice straw) and P3 (0.8 kg + 0.8 kg urea Starbio / 100 kg rice straw). The results showed the average dry matter intake (g / head / day) 467.06; 465.72; 489.52 and 481.1 respectively. Average consumption of organic material (g / head / day) 391.49; 391.05; 412.92 and 403.65 respectively. Mean dry matter digestibility 47.57; 46.59; 50.07 and 49.17 respectively. Mean organic matter digestibility 83.59; 80.32; 81.90 and 82.56 respectively. Statistical analysis showed that administration of different levels of fermented rice straw probiotok Distinct Starbio no significant effect on consumption of dry matter, organic matter intake, digestibility of dry matter and organic matter digestibility local sheep ram.
Keywords: Digestibility, rice straw, fermentation and local sheep ram Starbio
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 April 1989 dari ayah
Sukiman Gultom dan ibu Domineria Situmorang. Penulis merupakan anak
keenam dari enam bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan dan pada tahun
2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama
(UMB). Penulis memilih program studi peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota
Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP) dari tahun 2008 - sekarang
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Balai Pembibitan Ternak Unggul Babi Dan Kerbau
(BPTU) Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara dari bulan Juni - Juli 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kecernaan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap
Domba Jantan Lokal”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan
terima kasih kepada Ibu Tri Hesti Wahyuni dan Ibu Nevy Diana Hanafi selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan kepada penulis.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
civitas akademika di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa
yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
DAFTAR ISI
Pakan Berbasis Hasil Samping Pertanian ... 5
Jerami Padi ... 5
Probiotik Starbio ... 8
Fermentasi ... 9
Pakan Berbasis Limbah Perkebunan Kelapa Sawit ... 9
Bungkil Inti Sawit ... 10
Bungkil Kelapa... ` 11
Pakan Berbasis Limbah Perkebunan Tebu ... 12
Molases ... 12
Bahan Pakan Pelengkap ... 12
Urea ... 12
Mineral ... 12
Garam ... 13
Parameter Penelitian ... 13
Kecernaan Bahan Pakan ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 21
Pemberian Pakan dan Air Minum ... 21 Pemberian obat-obatan ... 22 HASIL DAN PEMBAHSAN
Konsumsi Bahan Kering ... Konsumsi Bahan Organik ... Kecernaan Bahan Kering ... Kecernaan Bahan Organik ... Rekapitulasi Hasil Penelitian ...
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan ...
2. Komposisi zat makanan jerami padi (%) ...
3. Nilai nutrisi Starbio (%) ...
4. Nilai nutrisi bungkil inti sawit (%) ...
5. Nilai nutrisi dedak padi (%) ...
6. Nilai nutrisi tepung daun singkong (%) ...
7. Nilai nutrisi onggok (%) ...
8. Nilai nutrisi molases (%) ...
9. Rataan konsumsi bahan kering pakan domba lokal jantan
10. (g/ekor/hari)
11.Rataan konsumsi bahan organik pakan pada domba lokal jantan
(g/ekor/hari)
12.Rataan kecernaan bahan kering pakan pada domba lokal jantan (%)
13.Analisis keragaman kecernaan bahan kering domba
14.Rataan kecernaan bahan organik pakan pada domba lokal jantan (%)
15.Analisis keragaman kecernaan bahan organik domba lokal jantan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Komposisi susunan konsentrat
2. Rataan Konsumsi BK domba Periode 1
3. Rataan Konsumsi BK domba Periode 2
4. Rataan Konsumsi BK domba Periode 3
5. Rataan Konsumsi BK domba Periode 4
6. Rataan Konsumsi BK domba setiap periode selama penelitian
7. Analisis keragaman konsumsi pakan domba lokal jantan dalam bahan
kering
8. Konsumsi BO Domba Periode 1
9. Konsumsi BO Domba Periode 2
10.Konsumsi BO Domba Periode 3
11.Konsumsi BO Domba Periode 4
12.Rataan Konsumsi BO domba setiap periode selama penelitian
13.Analisis keragaman konsumsi pakan domba lokal jantan dalam bahan
organik
14.Rataan Kecernaan BK domba selama penelitian setiap periode
ABSTRAK
GEMA PIRNGADI GULTOM, “Kecernaan Jerami Padi Fermentasi dengan
Probiotik Starbio terhadap Domba Jantan Lokal” Dibimbing oleh TRI HESTI WAHYUNI dan NEVY DIANA HANAFI. Penelitian dilaksanakan di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April - Oktober 2012. Jerami padi fermentasi dengan probiotok Starbio tidak mempengaruhi konsumsi, kecernaan bahan kering dan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh level pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotok Starbio terhadap kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik domba jantan lokal. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri atas P0 (jerami padi tanpa fermentasi), P1(0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi), P2 (0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi) dan P3 (0,8 kg Starbio + 0,8 kg urea/ 100 kg jerami padi).
Hasil penelitian menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05), dimana rataan konsumsi bahan kering (g/ekor/hari) 467,06; 465,72; 489,52 dan 481,1. Rataan konsumsi bahan organik (g/ekor/hari) 391,49; 391,05; 412,92 dan 403,65. Rataan kecernaan bahan kering 47,57; 46,59; 50,07 dan 49,17. Rataan kecernaan bahan organik 83,59; 80,32; 81,90 dan 82,56. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Starbio sampai level 0,8 kg tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecernaan bahan kering dan organik domba jantan lokal.
ABSTRACT
GEMA PIRNGADI GULTOM, "Digestibility Rice Straw Fermented by Probiotics Starbio to Local Male Sheep" Guided by TRI Hesti WAHYUNI and
NEVY DIANA HANAFI. The experiment was conducted at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in April 2012 - October 2012. Rice straw fermentation by probiotok Starbio can increase consumption, digestibility of dry matter and organic matter. This study aimed to determine the effect of the level of utilization of rice straw fermented with probiotok Starbio the digestibility of dry matter and organic matter digestibility local sheep ram. The design used in this study is a Latin square design (RBSL) with 4 treatments and 4 replications. Treatment consists of P0 (unfermented rice straw), P1 (0.4 kg + 0.4 kg urea Starbio / 100 kg rice straw), P2 (0.6 kg + 0.6 kg urea Starbio / 100 kg rice straw) and P3 (0.8 kg + 0.8 kg urea Starbio / 100 kg rice straw). The results showed the average dry matter intake (g / head / day) 467.06; 465.72; 489.52 and 481.1 respectively. Average consumption of organic material (g / head / day) 391.49; 391.05; 412.92 and 403.65 respectively. Mean dry matter digestibility 47.57; 46.59; 50.07 and 49.17 respectively. Mean organic matter digestibility 83.59; 80.32; 81.90 and 82.56 respectively. Statistical analysis showed that administration of different levels of fermented rice straw probiotok Distinct Starbio no significant effect on consumption of dry matter, organic matter intake, digestibility of dry matter and organic matter digestibility local sheep ram.
Keywords: Digestibility, rice straw, fermentation and local sheep ram Starbio
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi sukses
tidaknya usaha peternakan domba. Salah satu upaya dalam pengadaan pakan bagi
ternak adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan serta pemanfaatan limbah
dan hasil samping komoditi pertanian. Hal ini tidak terlepas dari semakin sulitnya
memperoleh hijauan pakan ternak karena semakin banyaknya usaha peternakan
domba yang berdiri.
Jerami padi merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling
potensial dan terdapat hampir diseluruh daerah di Indonesia. Per 1 ha sawah
menghasilkan kira-kira 5 ton jerami dan 1 ton sekam. Secara keseluruhan, luas
lahan padi Indonesia sekitar 12,87 juta ha (Tahun 2010) sama dengan 64,35 ton
jerami padi (BPS, 2007). Pemanfaatan limbah pertanian di waktu mendatang akan
semakin beragam, tidak hanya untuk digunakan sebagai pupuk tetapi juga sebagai
bahan baku industri pengolahan serta industri pakan ternak. Hal ini dapat dilihat
dari diversifikasi pemanfaatan produk samping (by product) yang sering dianggap
sebagai limbah (waste product) dari kegiatan agroindustri yang berasal dari
limbah pertanian menjadi pakan ternak. Sementara itu potensi limbah pertanian
dan limbah agroindustri untuk bahan baku pakan cukup melimpah dan belum
dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah-limbah tersebut digunakan
sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri dan sebagian besar
masih dibuang atau dibakar.
Penggunaan jerami sebagai bahan pakan mempunyai beberapa kriteria
rendah masing-masing adalah 3 - 5%, 0,15% dan 0,10% serta kandungan serat
kasar yang tinggi (31,50 – 46,5%) akibatnya menimbulkan kecernaan yang rendah
yaitu 30 – 35% (Komar, 1984).
Optimalisasi pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak salah satunya
adalah dengan fermentasi menggunakan probiotik Starbio yang bertujuan untuk
meningkatkan populasi mikroba di dalam tubuh ternak sehingga daya cerna jerami
padi juga dapat meningkat. Starbio merupakan probiotik padat yang mengandung
sebagian besar bakteri yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan produksi
ternak.
Atas dasar pemikiran inilah perlu diadakan suatu penelitian tentang
pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio sebagai pakan
ternak yang diharapkan dapat meningkatkan kecernaan domba jantan lokal.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kecernaan bahan
kering dan bahan organik jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio
terhadap domba jantan lokal.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
peternak dalam pengembangan usaha peternakan domba dan instansi terkait
tentang pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio.
Hipotesis Penelitian
Kecernaan bahan kering dan bahan organik jerami padi fermentasi dengan
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba
Domba dapat diklasifikasikan pada sub family caprinae dan semua jenis
domba domestikasi termasuk genus Ovis aries. Ada empat jenis spesies domba
liar yaitu: Domba Mouffon (O. musimon) terdapat di Eropa dan Asia Barat,
domba Urial (O. orientalis, O. vignei) terdapat di Asia Tengah dan domba
Bighorn (O. Canadensis) terdapat di Asia Utara dan Amerika Utara. Tiga jenis
yang pertama diatas merupakan domba yang membentuk genetik dari
domba-domba saat sekarang ini (Williamson dan Payne, 1993).
Secara umum ternak domba mempunyai beberapa keuntungan dilihat dari
segi pemeliharaan seperti: 1) Cepat berkembang biak dan dapat beranak lebih dari
satu ekor dan dapat beranak dua kali setahun, 2) Berjalan dengan jarak lebih dekat
sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, 3) Pemakan rumput, kurang memilih
pakan yang diberikan dan penciumannya tajam sehingga lebih mudah dalam
pemeliharaan, 4) Dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber
keuangan untuk keperluan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga yang mendadak (Tomaszweska et al., 1993).
Pakan Domba
Defisiensi nutrien dapat terjadi karena pemberian pakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi ternak, sehingga ternak mudah terserang penyakit,
penyediaan dan pemberian pakan harus diupayakan secara terus-menerus sesuai
Konsumsi bahan kering (BK) dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor ternak yang
meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisikesehatan ternak (Lubis, 1992).
Parakkasi (1995) juga menyatakan bahwa palatabilitas pakan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.
Pemberian konsentrat yang mengandung nutrisi yang lengkap akan
mengaktifkan mikrobia rumen sehingga meningkatkan jumlah bakteri proteolitik
dan naiknya deaminasi yang mengakibatkan meningkatnya nilai cerna pakan
(Henson and Maiga, 1997). Didukung juga oleh Apriyadi (1999) yang
menyatakan bahwa tinggi rendahnya kecernaan zat - zat makanan pada ternak
bergantung aktifitas mikroorganisme yang berada dalam tubuh ternak.
Mikroorganisme ini berfungsi dalam mencerna serat kasar yaitu sebagai pencerna
selulosa juga hemiselulosa dan pati. Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa
sebagian besar bahan organik merupakan komponen bahan kering. Jika koefisien
cerna bahan kering sama, maka koefisien cerna bahan organiknya juga sama.
Hijauan merupakan bahan pakan bereserat sebagai sumber energi.
Hijauan umumnya merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar yang
relatif tinggi. Ruminansia mampu mencerna hijauan yang mengandung serat kasar
yang tinggi. Adanya mikroorganisme di dalam rumen menyebabkan semakin
tinggi populasi mikroorganisme sehingga kemampuan untuk mencerna selulosa
tinggi (Siregar, 1994).
Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh,
yang aus, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan,
penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati, 2009).
Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan nilai nutrisi domba untuk pertumbuhan
Energi Protein
Ket: PBB (Pertambahan bobot badan) DE (Digestible energy/ energi tercerna) ME (Metabolisible energy)
TP ( Total protein)
DP (Digestible protein/ protein tercerna) Sumber: (Haryanto dan Andi, 1993)
Pakan BerbasisHasil Samping Pertanian Jerami Padi
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar
jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi
yaitu dapat mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan
kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.
Basri (1990) menyatakan bahwa jerami padi adalah bagian tanaman padi yang
sudah diambil buahnya, di dalamnya termasuk batang, daun dan merang. Produksi
Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara produksi padi tahun
2008 sebesar 3.340.794 ton Gabah Kering Giling (GKG) dari luas panen 748.540
ha dengan produktivitas 44,63 kwintal/ ha. Tahun 2009, produksinya 3. 527.899
ton Gabah Kering Giling (GKG) itu diperoleh dari hasil panen 768.407 ha dengan
produktivitas 45,91 kwintal/ ha, sedangkan pada tahun 2010, diperoleh data luas
panennya hanya 740.642 ha, menurun dibanding tahun 2009. Namun,
produktivitas meningkat sebesar 47,46 kwintal per ha. Produksi padi tahun 2010
di Sumatera Utara diperkirakan sebesar 3.514.928 ton Gabah Kering Giling
(GKG), turun sebesar 12.971 ton dibandingkan produksi angka tetap tahun 2009.
Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen sebesar
27.765 ha atau 3,61% sedangkan hasil per ha mengalami kenaikan sebesar 1,55
kwintal per ha atau 3,37 %. Menurut Tillman et al. (1991) jerami termasuk
makanan kas (roughate) yaitu bahan makanan yang berasal dari limbah pertanian/
tanaman yang sudah dipanen. Bila ditinjau dari kandungan nutrisinya, jerami
memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun di dalamnya
memiliki sekitar 80% zat-zat potensial yang dapat dicerna sebagai sumber energi
bagi ternak (Komar, 1984) Kandungan dan komposisi nutrien jerami padi dapat
Tabel 2. Komposisi zat makanan jerami padi
Menurut Samadi (2007), jerami padi sebagai makanan ternak masih
terbatas pemanfaatannya karena hanya berperan sebagai bulk serta menggantikan
tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak akan rumput, selain itu jerami padi
mempunyai nilai nutrisi yang rendah karena kecernaannya hanya sekitar 35-40%
dengan nilai kecernaan bahan kering (KcBK) 20,97% dan kecernaan bahan
organik (KcBO) 20,1% Kartadisastra (1997). Samadi (2007) menyatakan
rendahnya kecernaan jerami padi disebabkan oleh tanaman padi yang dipanen
pada umur tua mempunyai kandungan lignin yang tinggi sehingga sulit dirombak
oleh mikroba rumen. Kandungan serat kasar yang tinggi akan menghambat gerak
laju digesta di dalam saluran pencernaan. Menurut Doyle et al. (1986), jerami
padi mengandung serat kasar dan silika yang tinggi disertai kadar protein, pati dan
lemak yang rendah. Jerami padi mengandung silika yang terikat ke dalam gugus
organik. Bersama-sama dengan mineral lain, silika membentuk suatu lapisan tipis
yang menyelimuti bagian luar dinding sel sehingga dapat menghalangi kerja
Jerami padi mempunyai kandungan lignin yang tinggi yaitu lebih dari 10%
(Arora, 1995). Jerami padi mempunyai kandungan serat kasar lebih dari 18%.
Jerami padi merupakan limbah pertanian yang potensial yang terdapat melimpah
hampir diseluruh wilayah Indonesia Kartadisastra (1997). Jerami padi sebagai
pakan ruminansia yang potensial untuk mengatasi keterbatasan hijauan. Akan
tetapi nutrisi dan kecernaan jerami padi yang rendah serta kandungan silika dan
lignin yang tinggi membutuhkan suplementasi protein dan energi dalam
penggunaannya sebagai pakan.
Probiotik Starbio
Probiotik Starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau
ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Syamsu (2006) dalam koloni tersebut
terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya
Cellulomonas clostridium thermocellulosa (pencerna lemak); Agaricus dan
coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis
(pencerna protein). Probiotik Starbio merupakan probiotik anaerob penghasil
enzim berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan
protein serta lemak. Manfaat Starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan
daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan ransum, selain itu
Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.
Penggunaan Starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada
Starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga
lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk
nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Samadi, 2007). Adapun nilai nutrisi
Starbio dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai nutrisi Starbio
Zat nutrisi Kandungan (%)
Air Sumber: Fuller (1992)
Probiotik Starbio memiliki fungsi utama antara lain: (1) Menurunkan
biaya pakan, menurunkan mikroba yang terdapat dalam Starbio akan membantu
pencernaan pakan dalam tubuh ternak, (2) membantu penyerapan pakan lebih
banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat.
(3) FCR (Feed Conversion Ratio) akan menurun sehingga biaya pakan lebih
murah.
Fermentasi
Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat
dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang
dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino
dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992).
Menurut Saono (1974) fermentasi adalah segala macam proses metabolisme
dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan oksidasi, reduksi,
hidrolisa dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada substrat
organik dengan menghasilkan produk tertentu.
Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu
menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi menjadi pertumbuhan kapang,
selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil
metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983).
Pakan Berbasis Limbah Perkebunan Kelapa Sawit Bungkil Inti Sawit (BIS)
Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari
pada solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari/ pabrik. Bahan pakan ini
sangat cocok terutama untuk pakan konsentrat ternak, namun penggunaanya
sebagai pakan tunggal dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan,
oleh karenanya perlu diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya
(Mathius, 2003).
Pemberian bungkil inti sawit yang optimal adalah 1,5% dari bobot badan
untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ternak domba.
Pertambahan bobot badan harian akan semakin besar jika semakin besar
persentase bungkil inti sawit yang diberikan dalam ransum (Silitonga, 1993).
Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil yang lain.
Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam
amino essensial cukup lengkap, imbangan kalsium dan posfornya cukup
seimbang (Lubis, 1993).
Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil yang lain.
Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam
amino essensial cukup lengkap, imbangan kalsium dan posfornya cukup seimbang
Tabel 4. Nilai nutrisi bungkil inti sawit
Zat nutrisi Kandungan (%)
Protein kasar
Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
Dedak Padi
Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim
kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini
disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau
ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak padi
(Balitnak, 2010).
Menurut Rasyaf (1992) sebagai bahan pakan asal nabati, dedak
mempunyai kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein
dedak halus sebesar 12-13%, kandungan lemak 13% dan serat kasarnya 12%.
Adapun nilai nutrisi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai nutrisi dedak padi
Zat nutrisi Kandungan (%)
Tepung Daun Singkong
Singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai dan banyak
dihasilkan di Indonesia. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai bahan
pakan adalah umbi gaplek. Daun singkong adalah sumber vitamin C dan
mengandung provitamin A. Daun singkong mengandung tannin atau HCN
(racun). Tannin atau HCN pada daun singkong segar akan banyak berkurang bila
daun singkong dicacah, dijemur dan dilayukan selama1-2 hari sebelum dijadikan
campuran konsentrat. Daun singkong dapat digunakan sebagai sumber protein
untuk bahan makanan ternak karena mengandung protein tinggi yaitu sekitar
24,1% (Sutardi, 1980). Kelemahan pada daun singkong adalah kandungan serat
kasarnya yang tinggi yaitu sekitar 15% (Eviyati,1993) serta kandungan HCN dari
daun singkong dapat mencapai 6 kali kandungan HCN umbinya (Ravindran et
al.,1985).
Adapun nilai nutrisi dari tepung daun singkong dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai nutrisi tepung daun singkong
Zat nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
Onggok
Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang
disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan
Moertinah (1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan
15-20 % dan 5-20 % onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79
%. 12-13%, kandungan lemak 13% dan serat kasarnya 12%. Adapun nilai gizi
nutrisi onggok dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai nutrisi onggok
Zan nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering 81,7
Protein kasar 0,6
Lemak kasar 0,4
Serat kasar 12
TDN 76
Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU (2000).
Pakan Berbasis Limbah Perkebunan Tebu Molases
Molases adalah hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan
kental berwarna kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan
ternak yang berenergi tinggi. Disamping rasanya manis juga dapat memperbaiki
rasa pakan dan aroma. Manfaat penggunaan molases sebagai bahan pakan ternak
adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, vitamin dan mineral yang cukup
sehingga dapat digunakan meskipun sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985).
Adapun nilai nutrisi molases pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai nutrisi molases
Zat nutrisi Kandungan (%)
Bahan kering
Bahan Pakan Pelengkap Urea
Urea adalah bahan pakan sebagai sumber nitrogen yang dapat
difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap
peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).
Urea tidak dapat digunakan secara berlebihan, apabila berlebih atau tidak
dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen,
kemudian dibawa aliran darah ke hati dibentuk kembali amonium yang kemudian
disekresikan melalui urin (Parakkasi, 1995).
Mineral
Mineral merupakan nutrisi yang essensial selain digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh
ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis
mineral yang terdapat pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi
hanya 15 jenis mineral yang tergolong essensial untuk ternak ruminansia. Agar
pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen membutuhkan
15 jenis mineral essensial yaitu 7 jenis mineral essensial makro seperti Ca, K, P,
Mg, Na, Cl dan S, 4 jenis mikro seperti Cu, Fe, Mn dan Zn dan 4 jenis mineral
esensial langka seperti I, Mo, Co dan Se (Siregar, 2008).
Garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas
Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam
akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam
lebih sering terdapat dalam hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Karena
hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah
bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan
produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).
Kecernaan Bahan Pakan
Kecernaan pakan adalah bagian pakan yang tidak diekskresikan dalam
feses dan selanjutnya dapat diasumsikan sebagai bagian yang diserap oleh ternak.
Selisih antara nutrien yang dikandung dalam bahan makanan dengan nutrien yang
ada dalam feses merupakan bagian nutrien yang dicerna (McDonald et al., 1995).
Kecernaan merupakan presentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan
yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang
dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan yang terkandung dalam feses.
Nutrien yang tidak terdapat dalam feses diasumsikan sebagai nilai yang dicerna
dan diserap McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa kecernaan suatu
pakan didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak diekskresikan melalui
feses dan diasumsikan bagian tersebut diserap oleh ternak.
Faktor yang berpengaruh terhadap nilai kecernaan antara lain pakan,
ternak dan lingkungan. Ditinjau dari segi pakan kecernaan dipengaruhi oleh faktor
perlakuan terhadap pakan (pengolahan, penyimpanan dan cara pemberian), jenis,
jumlah dan komposisi pakan yang diberikan pada ternak. Menurut Anggorodi
(1994) umur ternak, kemampuan mikroba rumen mencerna pakan, jenis ternak,
menentukan nilai kecernaan, selain itu menurut Mackie et al. (2002) adanya
aktivitas mikroba dalam saluran pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan.
Menurut Tillman et al., (1991), beberapa hal yang mempengaruhi daya cerna
adalah komposisi pakan. Pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap akan
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian
ini berlangsung selama 5 bulan dimulai dari 30 April sampai dengan 2 Oktober
2012.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan yaitu domba jantan lokal sebanyak 4 ekor,
pakan konsentrat yang terdiri dari bungkil inti sawit, onggok, daun singkong,
dedak padi, molases, urea, mineral mix dan garam. Jerami padi sebagai pengganti
pakan rumput, probiotik Starbio sebagai fermentator, kalbazen sebagai obat
cacing, rodalon untuk desinfektan dan air minum diberikan secara ad libitum.
Alat
Alat yang digunakan yaitu kandang individual 4 unit dengan ukuran
1 x 0,5 m beserta perlengkapannya, tempat pakan dan minum, timbangan untuk
menimbang bobot hidup berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 2 kg, timbangan
berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, grinder
digunakan untuk menghaluskan bahan pakan konsentrat, termometer digunakan
untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang, alat penerangan kandang,
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan bujur sangkar latin
(RBSL) yang terdiri dari 4 x 4
Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
P0: Konsentrat + Kontrol (jerami padi tanpa fermentasi)
P1: Konsentrat + 0,4 Kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 Kg jerami padi
P2: Konsentrat + 0,6 Kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 Kg jerami padi
P3: Konsentrat + 0,8 Kg Starbio + 0,8 kg urea/ 100 Kg jerami padi
Maka susunan perlakuan :
Kandang Keterangan: D1: Domba pertama
D2: Domba kedua
Yijk : respon pengamatan dari perlakuan ke-1, baris ke-j dan kolom ke-k
µ : nilai tengah umum
Ti : pengaruh perlakuan ke-i
Bj : pengaruh baris ke-j
∑ijk : pengaruh galat atau sisa karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan
Kecernaan Bahan Kering (KcBK)
Kecernaan bahan kering didapatkan dengan cara mengurangi bahan kering
konsumsi dengan bahan kering feses lalu dibagi dengan bahan kering konsumsi
yang kemudian dikali seratus persen. Bahan kering konsumsi didasarkan pada
hasil analisis proksimat dan bahan kering feses diukur dari hasil rata-rata
pengukuran bahan kering feses selama tujuh hari terakhir setiap periode
penelitian. Koefisien cerna bahan kering dihitung dengan menggunakan rumus:
KcBK = (Konsumsi BK – Pengeluaran BK ) Konsumsi BK
x 100%
Kecernaan Bahan Organik (KcBO)
Kecernaan bahan organik didapatkan dengan cara mengurangi bahan
organik konsumsi dengan bahan organik feses lalu dibagi dengan bahan organik
konsumsi yang kemudian dikali seratus persen. Bahan organik konsumsi
rata-rata pengukuran bahan organik feses selama tujuh hari terakhir setiap periode
penelitian. Koefisien cerna bahan organik dihitung dengan menggunakan rumus:
KcBO = (Konsumsi BO – Pengeluaran BO) Konsumsi BO
x 100%
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, sebelum proses
pemeliharaan. Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan
rodalon (dosis 10 ml/ 2,5 liter air).
Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan adalah konsentrat, jerami padi dan tanpa hijauan
segar sesuai dengan perlakuan (P0: Kontrol, P1: 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/
100 kg jerami padi; P2: 0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi;
P3: 0,8 kg Starbio + 0,8 kg urea/ 100 kg jerami padi). Pemberian pakan dilakukan
dua kali sehari. Pakan konsentrat diberikan pada pukul 07.00 WIB sedangkan
jerami padi diberikan pada pukul 08.00 WIB. Pemberian pakan konsentrat kedua
dilakukan pada pukul 15.00 WIB dan untuk jerami padi diberikan pada pukul
16.00 WIB. Konsentrat yang diberikan 2% dari bobot badan domba yaitu sekitar
218,6 – 285 gr/ekor/hari. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Sisa
pakan ditimbang pada waktu pagi keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi
Pemberian obat-obatan
Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan
obat cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/ 50 kg dari berat badan domba untuk
menghilangkan parasit dalam saluran pencernaan.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada minggu terakhir dari setiap periode.
Pengumpulan total feses dilakukan setiap hari selama satu minggu dimana berat
feses ditimbang setiap hari. Dengan cara sebagai berikut :
1. Pengambilan sampel feses dilakukan dengan cara mengoleksi total feses
yang diekskresikan setiap hari (24 jam) kemudian ditampung dalam
tempat penampungan
2. Pada akhir koleksi feses ditimbang untuk mengetahui berat totalnya
3. Seluruh feses di homogenkan dengan cara diaduk hingga merata
4. Diambil 10 % dari berat total feses dan digiling
5. Dilakukan analisis proksimat dalam feses di Laboratorium
Analisis Data
Data pengamatan konsumsi pakan dianalisis. Hasil analisis kimiawi pakan
dan feses ditabulasi, kemudian dengan menggunakan rumus daya cerna dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering domba lokal jantan dihitung dari total konsumsi
jerami padi dan konsentrat yang diberikan dan dihitung berdasarkan kandungan
bahan keringnya. Pengambilan data konsumsi bahan kering diambil selama 7 hari
terakhir dari masa pemeliharaan domba lokal jantan. Data konsumsi bahan kering
domba disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan konsumsi bahan kering pakan domba jantan lokal (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
D1 D2 D3 D4
P0 459,52 449,25 457,20 502,28 1868,25 467,06±23,89tn
P1 429,21 521,67 434,15 477,86 1862,88 465,72±43,23tn
P2 443,97 483,57 530,48 500,05 1958,07 489,52±36,05tn
P3 464,55 477,45 473,94 508,48 1924,43 481,11±19,04tn
Total 1797,24 1931,93 1895,77 1988,67 7613,62
Rataan 449,31 482,98 473,94 497,17 475,85 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat rataan konsumsi bahan kering pakan
domba sebesar 475,85 g/ekor/hari. Rataan konsumsi bahan kering pakan tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 (Konsentrat + 0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg
jerami padi) sebesar 489,52 g/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan
terendah terdapat pada perlakuan P1 (Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/
100 kg jerami padi) sebesar 465,72 g/ekor/hari.
Secara pengamatan dapat diketahui bahwa pemberian berbagai level
(0,4, 0,6 dan 0,8), penggunaan jerami padi yang difermentasi dengan probiotik
Starbio memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap
konsumsi bahan kering domba. Sekalipun level penggunaan jerami padi
saja memberikan hasil yang sama terhadap konsumsi pakan domba, hal ini
dikarenakan kandungan nutrisi dari keempat pakan perlakuan yang dapat
dikatakan sama, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hasil dari
konsumsi pakan domba tidak berbeda nyata (P>0,05) satu sama lain. Tingkat
palatabilitas keempat pakan perlakuan inilah yang mempengaruhi ternak dalam
mengkonsumsi pakan yang diberikan. Sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang
menyatakan bahwa konsumsi bahan kering (BK) dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) faktor
ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) yang juga menyatakan
bahwa palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
jumlah konsumsi pakan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan berbagai level jerami
padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio memperoleh rataan konsumsi
bahan kering pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu (Konsentrat + 0,6
kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi), bila dibandingkan dengan P1 yaitu
(Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi) (Tabel 9.), hal ini
dikarenakan pakan perlakuan P2 dengan kandungan nutrisi yang tinggi
menghasilkan palatabilitas yang baik pula. Ketersediaan zat makanan yang
terpenuhi dari pemberian konsentrat dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam
rumen domba untuk menjalankan fungsi dalam membantu proses pencernaan
Konsumsi Bahan Organik
Sama halnya dengan konsumsi bahan kering pakan pada domba,
perhitungan konsumsi bahan organik pakan pada domba lokal jantan dihitung dari
total konsumsi jerami padi dan konsentrat yang diberikan dan dihitung
berdasarkan kandungan bahan organiknya. Data konsumsi bahan organik pakan
pada domba disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan konsumsi bahan organik pakan domba jantan lokal (g/ekor/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
D1 D2 D3 D4
P0 387,45 375,33 382,61 420,59 1565,98 391,49±20,03tn
P1 360,71 438,52 362,76 402,20 1564,19 391,05±36,97tn
P2 375,67 404,68 447,21 424,13 1651,68 412,92±30,32tn
P3 392,91 396,94 397,98 426,78 1614,62 403,65±15,57tn
Total 1516,73 1615,47 1590,56 1673,71 6396,46 Rataan 379,18 403,87 397,64 418,43 399,78 Ket. tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat rataan konsumsi bahan organik pakan
domba jantan lokal sebesar 399,78 g/ekor/hari. Rataan konsumsi bahan organik
pakan pada domba jantan lokal tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar
412,92 g/ekor/hari dan konsumsi bahan organik terendah diperoleh pada
perlakuan P1 sebesar 391,05 kg/ekor/hari.
Secara pengamatan dapat diketahui bahwa pemberian berbagai level
jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio memberikan hasil yang
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan organik domba jantan
lokal. Hal ini sejalan dengan hasil analisis keragaman konsumsi bahan kering
pakan yang juga menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05), ini
dikarenakan pola konsumsi bahan organik mengikuti pola konsumsi bahan kering.
Pemberian berbagi level jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio
konsumsi bahan kering yang tinggi dan kandungan abu yang rendah menghasilkan
konsumsi bahan organik yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian level jerami padi fermentasi
dengan probiotik Starbio yang terbaik sampai dengan level 0,6 karena
menghasilkan konsumsi bahan kering dan bahan organik tertinggi. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa kulitas pakan
sangat mempengaruhi fungsi akhir kerja mikroba rumen dalam pemenuhan
energinya dalam merombak pakan. Kualitas pakan yang baik akan menghasilkan
konsumsi pakan yang tinggi dan dapat meningkatkan kecernaan yang tinggi.
Kecernaan Bahan Kering (KcBK)
Kecernaan bahan kering pakan pada domba jantan lokal dihitung dari
selisih konsumsi bahan kering pakan yang dikurangi dengan feses domba
(dalam bahan kering) yang dikeluarkan dibandingkan dengan konsumsi bahan
kering pakan pada domba. Data kecernaan bahan kering domba disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Rataan kecernaan bahan kering feses domba jantan lokal (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
D1 D2 D3 D4
P0 46,64 46,07 46,16 51,40 190,28 47,57 tn
P1 42,83 51,24 43,84 48,46 186,37 46,59 tn
P2 44,99 49,90 53,77 51,63 200,29 50,07 tn
P3 47,78 48,65 48,49 51,74 196,66 49,17tn
Total 182,25 195,87 192,26 203,23 773,60
Rataan 45,56 48,97 48,06 50,81 48,35
Ket: tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat rataan kecernaan bahan kering feses
jantan lokal tertinggi diperoleh dari perlakuan P2 sebesar 50,07% dan kecernaan
bahan kering feses terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar 46,59%.
Perbedaan kecernaan bahan kering feses dari keempat perlakuan ini dapat
digambarkan sesuai dengan Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Kecernaan Bahan Kering Selama Penelitian
Efek penggunaan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio
terhadap kecernaan bahan kering domba jantan lokal dapat diketahui dengan
melakukan analisis keragaman. Analisis keragaman kecernaan bahan kering
domba jantan lokal dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis keragaman kecernaan bahan kering feses domba jantan lokal
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai level jerami
padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio memberikan hasil yang tidak
berbeda nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan kering feses domba jantan
lokal dari setiap perlakuan. Hal ini mungkin dikarenakan kulitas pakan pada setiap
perlakuan yang hampir sama mampu menyediakan energi (Suplai N) bagi
mikroba rumen dalam merombak pakan sehingga menghasilkan tingkat kecernaan
bahan kering pakan yang juga tidak jauh berbeda di setiap perlakuan. Dari hasil
penelitian ini diketahui bahwa tingkat kecernaan bahan kering pakan tertinggi
pada level pemberian jerami padi sampai dengan 0,6 kg dalam pakan. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pemberian berbagai level jerami padi sampai level
0,6 kg (P2) mampu meyediakan suplai N bagi mikroba. Hal ini juga sejalan
dengan hasil terbaik yang ditunjukkan pada konsumsi bahan kering dan bahan
organik yang menggunakan level jerami padi fermentasi terbaik sampai dengan
level 0,6 (P2), dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kehilangan terbesar bahan
kering dan bahan organik yang dikonsumsi terutama dari jerami padi dan
konsentrat dalam feses, sehingga pemanfaatan jerami padi fermentasi berperan
dalam peningkatan kandungan protein pakan berimplikasi pada peningkatan
konsumsi bahan kering dan bahan organik yang sejalan dengan kecernaan bahan
kering feses yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pemberian berbagai
level jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio menghasilkan kecernaan
bahan kering sebesar 46,59 – 50,07%. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Henson and Maiga (1997) yang menyatakan bahwa pemberian konsentrat yang
meningkatkan jumlah bakteri proteolitik dan naiknya deaminasi yang
mengakibatkan meningkatnya nilai cerna pakan. Didukung juga oleh Apriyadi
(1999) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya kecernaan zat - zat makanan
pada ternak bergantung aktifitas mikroorganisme yang berada dalam tubuh ternak.
Mikroorganisme ini berfungsi dalam mencerna serat kasar yaitu sebagai pencerna
selulosa juga hemiselulosa dan pati.
Kecernaan Bahan Organik (KcBO)
Kecernaan bahan organik pakan pada domba jantan lokal dihitung dari
selisih konsumsi bahan organik pakan pada domba yang dikurangi dengan feses
domba (dalam bahan organik) yang dikeluarkan dibandingkan dengan konsumsi
bahan organik domba. Data kecernaan bahan organik domba disajikan
pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan kecernaan bahan organik feses domba jantan lokal (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
D1 D2 D3 D4
P0 81,23 81,49 80,33 85,79 328,84 82,21 tn
P1 76,59 81,81 81,79 81,09 321,27 80,32 tn
P2 82,35 83,43 82,30 82,21 330,30 82,57 tn
P3 83,08 81,05 81,91 84,21 330,24 82,56 tn
Total 323,25 327,77 326,33 333,30 1310,65
Rataan 80,81 81,94 81,58 83,33 81,92
Ket : tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat rataan kecernaan bahan organik feses
domba jantan lokal sebesar 81,92%. Rataan kecernaan bahan organik feses pada
domba jantan lokal tertinggi diperoleh dari perlakuan P2 sebesar 82,57% dan
kecernaan bahan kering feses terendah diperoleh dari perlakuan P1
Perbedaan kecernaan bahan organik feses dari keempat perlakuan ini dapat
digambarkan sesuai dengan Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Kecernaan Bahan Organik feses Selama Penelitian
Efek penggunaan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio
terhadap kecernaan bahan organik dapat diketahui dengan melakukan analisis
keragaman. Analisis keragam kecernaan bahan organik domba jantan lokal dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Analisis keragaman kecernaan bahan organik feses domba jantan lokal
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
Ket. tn = tidak berbeda nyata
Secara statistik dapat diketahui bahwa pemberian berbagai level jerami
berbeda nyata (P>0,05) terhadap kecernaan bahan organik feses domba jantan
lokal dari setiap perlakuan.
Konsumsi bahan organik pakan pada domba jantan lokal yang tinggi
sejalan dengan tingginya kecernaan bahan organik seperti pada perlakuan P2.
Tillman et al. (1991) menyatakan bahwa sebagian besar bahan organik merupakan
komponen bahan kering.
Kandungan bahan organik pakan yang tinggi disebabkan dari pemberian
konsentrat pada domba jantan lokal dan berdampak pada koefisien cerna bahan
organiknya yang semakin tinggi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya
kandungan mikroorganisme yang menyebabkan tingginya daya cerna pakan.
Domba yang mendapatkan jerami padi fermentasi seperti pada perlakuan P2 nilai
kecernaannya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P3. Disini terlihat
bahwa konsumsi bahan organik berbanding lurus dengan kecernaan bahan
organik. Menurut Tillman et al., (1991), beberapa hal yang mempengaruhi daya
cerna adalah komposisi pakan. Pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap
akan meningkatkan daya cerna pakan itu sendiri. Sebaliknya, pakan dengan
kualitas yang buruk akan berdampak terhadap daya cerna yang semakin rendah.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Rataan dari parameter yaitu : Konsumsi bahan kering, konsumsi bahan
organik, kecernaan bahan kering dam kecernaan bahan organik hasil penelitian
Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian Kecernaan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap Domba Jantan Lokal
Perlakuan
Konsumai BK (g/ekor/hari)
Konsumsi BO (g/ekor/hari)
KcBK (%)
KcBO (%)
P0 467,06±23,89tn 391,49±20,03tn 47,57 tn 82,21 tn P1 465,72±43,23tn 391,05±36,97tn 46,59 tn 80,32 tn
P2 489,52±36,05tn 412,92±30,32tn 50,07 tn 82,57 tn P3 481,11±19,04tn 403,65±15,57tn 49,17 tn 82,56 tn Ket. tn = tidak berbeda nyata
Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan
menggunakan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio terhadap domba
jantan lokal memberikan respon tidak berbeda nyata (P>0,05) pada parameter
konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan Starbio sampai level 0,8 kg
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering
dan organik domba jantan lokal.
Saran
Disarankan penggunaan berbagai level jerami padi fermentasi dengan
Probiotik Starbio sebagai pakan diberikan sampai pada level 0,6 kg starbio + 0,6
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.
___________. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.
Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Terjemahan Retno Muwarni Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2007. Statistika Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Balitnak, 2010. Pembuatan Silase Dedak Padi. Unit Komersialisasi Balai Penelitian Ternak.
Basri, H. J. 1990. Penggunaan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak. Laporan Penelitian Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Syah Kuala. Banda Aceh.
Cahyono, B. 1998. Beternak Kambing dan Domba. Kanisius. Yogyakarta.
Doyle, P. T., C. Davendra and G. R. Pearce. 1986. Rice Straw as a Feed for Ruminant. International Development Program of Australian Universities and Colleges Limited. Canberra.
Eviyati, 1993. Pemberian tepung daun singkong dalam konsentrat dan pengaruhnya terhadap domba. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB: Bogor.
Fuller, R. 1992. Probiotic The Scientific Basic Champman and Hall. London.
Fardiaz, S. 1992. Analisa Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada, Kerjasama dengan PAU antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Haryanto, B dan Andi J. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat-zat Pakan Ruminansia Kecil. Balai Produksi Kambing dan Domba di Indonesia, editor: Monica W., dkk., Solo: Sebelas Maret University Press. Surabaya.
Hartadi, H., Reksohardiprojo, S. dan Tillman, A, D. 1997. Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Jakarta.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. IPB. Bogor.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2000. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.
Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak, Jakarta: Pembangunan
_________ . 1992. Ilmu Makanan Ternak, Jakarta: Pembangunan
Mackie, R. I, C. S. McSweeney and A. V. Klieve. 2002. Microbial Ecology of The Ovine Rumen. Dalam: M. Freer dan H. Dove (Ed). Sheep Nutrition.
CSIRO Plant Industry. Canberra. Australia. P: 73-80.
Mathius, I. W. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan kambing potong. Warta Litbang Pertanian 25 (5): 1-4.
Mc.Donald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh. 1995. Animal Nutrition. Foutrh Edition. Copublished in The United States with John Wiley and Sons, Inc.New York.
Mc.Donald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002.
Animal Nutrition. Sixth Edition. Ashford Colour Press. Gosport.
Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.
Pardede, S. I. dan S. Asmira, 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Kambing Yang Dipelihara Secara Tradisional. Karya Tulis Ilmiah Bidang Studi Peternakan Universitas Andalas. Padang.
Purbowati, 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rangkuti, M. A., Musufie, P. Sitorus, I. P, Kompiang, N, Kusuma Wardani dan A. Roesjat. 1985. Proceeding: Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.
Rasyaf, M. 1992. Beternak Domba Komersil. Kanisius. Yogyakarta.
Ravindran, V., E.T. Kornegay dan A.S.B. Rajaguru. 1985. Influence of processing methods and storage time out cyanide potential of cassavaleaf meal. Journal of Animal Science and Technology 17 : 227-234.
Samadi, 2007. Probiotik Pengganti Anti Biotik dalam Pakan Ternak. Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Syah Kuala Banda Aceh.
Silitonga, S. 1993. Penggunaan Inti Kelapa Sawit Dalam Ransum Domba. Balai Penelitian Ternak. Ciami, Bogor.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
_________ . 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. IPB: Bogor.
Syamsu, J. A. 2006. Kajian Penggunaan Starter Mikroba dalam Fermentasi Jerami Padi sebagai Sumber Pakan pada Peternakan Rakyat di Sulawesi Tenggara. Disampaikan dalam Seminar Nasional Bioteknologi. Puslit Bioteknologi LIPI: Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Tjitjah, T. 1997. Fermentasi Onggok. Disertasi S2 Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika. A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surabaya.
Williamson G. And W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan oleh: IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi susunan konsentrat
Bahan % Bahan % PK %SK %LK %TDN
Lampiran 2. Rataan Konsumsi BK domba Periode 1
Hari/ Tanggal Konsumsi pakan (BK)
D1P3 D2P0 D3P1 D4P2
Lampiran 3. Rataan Konsumsi BK domba Periode 2
Hari Konsumsi pakan (BK)
Lampiran 4. Rataan Konsumsi BK domba Periode 3
Hari Konsumsi pakan (BK)
D1P2 D2P3 D3P0 D4P1
Lampiran 5. Rataan Konsumsi BK domba Periode 4
Hari Konsumsi pakan (BK)
D1P0 D2P1 D3P2 D4P3
Lampiran 6. Rataan Konsumsi BK domba setiap periode selama penelitian
Lampiran 7. Analisis keragaman konsumsi pakan domba jantan lokal dalam bahan
Ket.: tn = tidak berbeda nyata
Konsumsi Bahan Organik
Lampiran 8. Konsumsi BO Domba Periode 1
Hari Konsumsi pakan (BO)
Lampiran 9. Konsumsi BO Domba Periode 2
Hari Konsumsi pakan (BO)
Lampiran 10. Konsumsi BO Domba Periode 3
Hari Konsumsi pakan (BO)
D1P2 D2P3 D3P0 D4P1
Lampiran 11. Konsumsi BO Domba Periode 4
Hari Konsumsi pakan (BO)
Lampiran 12. Rataan Konsumsi BO domba setiap periode selama penelitian
Lampiran 13. Analisis keragaman konsumsi pakan domba lokal jantan dalam bahan organik
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0,05 0,01 Perlakuan 3 1346,909024 448,969675 1,29 tn 4,76 9,78 Baris 3 3536,358810 1178,786270 3,39 tn 4,76 9,78 Kelompok 3 3169,062350 1056,354117 3,04 tn 4,76 9,78 Galat 6 2084,976913 347,496152
Total 15 10137,31
Ket.: tn = tidak berbeda nyata
Lampiran 14. Rataan Kecernaan BK feses Domba jantan lokal selama penelitian setiap periode
Periode KcBK (%) Total Rataan
Domba 1 Domba 2 Domba 3 Domba 4
I 47,78 46,07 43,84 51,63 189,33 47,33
II 42,83 49,90 48,49 51,40 192,63 48,16
III 44,99 48,65 46,16 48,46 188,25 47,06
IV 46,64 51,24 53,77 51,74 203,39 50,85
Total 182,25 195,87 192,26 203,23 773,60
Rataan 45,56 48,97 48,06 50,81 48,35
Lampiran 15. Rataan Kecernaan BO feses Domba jantan lokal selama penelitian setiap periode
Periode KcBO (%) Total Rataan
Domba 1 Domba 2 Domba 3 Domba 4
I 83,08 83,56 81,79 81,60 330,03 82,51
II 76,59 83,43 81,91 85,80 327,73 81,93
III 80,27 81,05 80,37 81,09 322,78 80,70
IV 84,62 81,81 82,30 84,21 332,93 83,23
Total 324,55 329,85 326,37 332,70 1313,47