• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio Terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio Terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN

PROBIOTIK STARBIO TERHADAP PERTUMBUHAN

DOMBA JANTAN LOKAL

SKRIPSI

Oleh:

CORRY EMELIA SITANGGANG

080306018

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMANFAATAN JERAMI PADI FERMENTASI DENGAN

PROBIOTIK STARBIO TERHADAP PERTUMBUHAN

DOMBA JANTAN LOKAL

SKRIPSI

Oleh:

CORRY EMELIA SITANGGANG 080306018/ PETERNAKAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi :Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio Terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal Nama : Corry Emelia Sitanggang

NIM : 080306018

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP Dr. Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ristika Handarini, MP Ketua Program Studi Peternakan

(4)

ABSTRAK

CORRY EMELIA SITANGGANG, 2012. “Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal”. Penelitian ini dibawah bimbingan ZULFIKAR SIREGAR sebagai ketua komisi dan NURZAINAH GINTING sebagai anggota komisi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat pemberian jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio terhadap pertumbuhan domba jantan lokal. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan, dimulai 30 April - 2 Oktober menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang diteliti adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

Hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) 497,62; 492,83; 517,89 dan 499,61. Rataanpertambahanbobot badan (g/ekor/hari) 20,833; 19,500; 21,750 dan 21,083.Rataankonversipakan 23,95; 25,22; 23,80 dan 23,73.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapemberianberbagai level Starbio tidakberbedanyata terhadapkonsumsipakan, pertambahanbobotbadandankonversi pakan domba jantan lokal.

(5)

ABSTRACT

CORRY EMELIA SITANGGANG, 2012."Utilization of

RiceStrawFermentedbyProbioticsStarbio on the Growth ofLocalLambMales". This studywas supervised by ZULFIKAR SIREGARas thechairman of the

supervising commissionandNURZAINAH

GINTINGsupervisingcommitteemembers.

The study’sobjective was toanalyze thebenefits ofrice strawfermented withprobioticStarbio onthe growthof localsheepram. The experiment was

conductedin theLaboratory ofAnimalBiology, Faculty of

Agriculture,LivestockStudies ProgramUniversity of North Sumatra. Jl. Prof.

A.Sofyan No.3from April 30 to October 2.Designused inthis

studywasaLatinSquareDesignwith4 treatmentsand 4replications.The parametersstudied werefeed consumption, body weight gain and feed conversion. The results showedthe averagefeed intake were(g /head / day) 497.62; 492.83; 517.89and499.6 respectively. Meanweight gain(g /head / day) 20.833; 19.500; 21.750and21.083 respectively. Averagefeed conversion23.95; 25.22; 23.80and23.73 respectively. The results showedthat administration ofvariouslevelsof Starbio were not signification different feed consumption, body weight gain and feed conversionof localsheepram.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorkam pada tanggal 29Desember 1988 dari ayahJen

Rahman Sitanggang, S.Pd dan ibu Saur Mauli Gorat, S.Pd. Penulis merupakan

anak kedua dari lima bersaudara.

Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Yayasan Perguruan Sultan Iskandar

Muda Medan dan pada tahun 2008 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui

jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih program studi peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum di

Program Studi Peternakan.Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

di Kelompok Mitra Tani Desa Lama Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap

Pertumbuhan Domba Jantan Lokal”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua penulis yang telah mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan

terima kasih kepada Bapak Zulfikar Siregar dan Ibu Nurzainah Ginting selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan kepada penulis.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua

civitas akademika di Program Studi Peternakan, serta semua rekan mahasiswa

yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam

(8)

DAFTAR ISI

Pertumbuhan dan Penggemukan Domba ... 4

Sistem Pencernaan Domba ... 4

Parameter Penelitian ... 17

(9)

Pertambahan Bobot Badan Harian ... 23

Konversi Pakan ... 24

Pelaksanaan Penelitian ... 24

Persiapan Kandang ... 24

Pemberian Pakan dan Air Minum ... 24

Pemberian obat-obatan ... 25

Penimbangan bobot badan ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan ... 26

Pertambahan Bobot Badan ... 29

Konversi Pakan ... 32

Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

DAFTAR TABEL

No.Hal.

1. Nilai nutrisi Starbio (%) ... 8

2. Nilai nutrisi jerami padi (%) ... 11

3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit (%) ... 12

4. Nilai nutrisi dedak padi (%) ... 13

5. Nilai nutrisi tepung daun singkong (%) ... 14

6. Nilai nutrisi onggok (%) ... 14

7. nutrisi molasses (%) ... 15

8. Rataan konsumi pakan domba selama penelitian dalam bahan kering (g/ekor/hari) ... 26

9. Analisis ragam konsumsi pakan domba jantan lokal selama penelitian ... 27

10.Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian (g/ekor/hari) ... 29

11.Analisis ragam pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian ... 31

12.Rataan konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian ... 32

13.Analisis ragam konversi pakan domba jantan lokal selama penelitian ... 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Hal.

1. Komposisi susunan konsentrat ... 41

2. Rataan konsumsi bahan kering domba jantan lokal setiap periode

(g/ekor/hari) ... 41

3. Rataan konsumsi pakan domba jantan lokal selama penelitian dalam bahan kering (g/ekor/hari) ... 41

4. Analisis keragaman konsumsi pakan domba jantan lokal dalam bahan kering ... 42

5. Data pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian (g/ekor/hari) ... 42

6. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama

penelitian setiap periode (g/ekor/hari) ... 42

7. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal setiap perlakuan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 42

8. Analisis keragaman pertambahan bobot badan domba jantan lokal ... 43

9. Rataan konversi pakan domba jantan lokal setiap periode ... 43

10.Rataan konversi pakan domba lokal jantan setiap perlakuanselama

penelitian ... 43

11.Analisis ragam konversi pakan domba jantan lokal selama penelitian ... 43

12.Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio terhadap konsumsi pakan, pertambahan

(12)

ABSTRAK

CORRY EMELIA SITANGGANG, 2012. “Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi dengan Probiotik Starbio terhadap Pertumbuhan Domba Jantan Lokal”. Penelitian ini dibawah bimbingan ZULFIKAR SIREGAR sebagai ketua komisi dan NURZAINAH GINTING sebagai anggota komisi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat pemberian jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio terhadap pertumbuhan domba jantan lokal. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan, dimulai 30 April - 2 Oktober menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang diteliti adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan.

Hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi pakan (g/ekor/hari) 497,62; 492,83; 517,89 dan 499,61. Rataanpertambahanbobot badan (g/ekor/hari) 20,833; 19,500; 21,750 dan 21,083.Rataankonversipakan 23,95; 25,22; 23,80 dan 23,73.Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapemberianberbagai level Starbio tidakberbedanyata terhadapkonsumsipakan, pertambahanbobotbadandankonversi pakan domba jantan lokal.

(13)

ABSTRACT

CORRY EMELIA SITANGGANG, 2012."Utilization of

RiceStrawFermentedbyProbioticsStarbio on the Growth ofLocalLambMales". This studywas supervised by ZULFIKAR SIREGARas thechairman of the

supervising commissionandNURZAINAH

GINTINGsupervisingcommitteemembers.

The study’sobjective was toanalyze thebenefits ofrice strawfermented withprobioticStarbio onthe growthof localsheepram. The experiment was

conductedin theLaboratory ofAnimalBiology, Faculty of

Agriculture,LivestockStudies ProgramUniversity of North Sumatra. Jl. Prof.

A.Sofyan No.3from April 30 to October 2.Designused inthis

studywasaLatinSquareDesignwith4 treatmentsand 4replications.The parametersstudied werefeed consumption, body weight gain and feed conversion. The results showedthe averagefeed intake were(g /head / day) 497.62; 492.83; 517.89and499.6 respectively. Meanweight gain(g /head / day) 20.833; 19.500; 21.750and21.083 respectively. Averagefeed conversion23.95; 25.22; 23.80and23.73 respectively. The results showedthat administration ofvariouslevelsof Starbio were not signification different feed consumption, body weight gain and feed conversionof localsheepram.

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masalah pakan ternak menjadi pertimbangan utama pada usaha

peternakan. Ketersediaan pakan sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak

bagi kelangsungan usaha peternakan. Biaya untuk menyediakan pakan ini

menempati porsi terbesar dalam biaya produksi, mencapai 60-80%.Besarnya

biaya tersebut ditentukan oleh jenis dan bangsa ternak yang dikembangkan.

Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba dan kambing merupakan

ternak herbivora yang memiliki sistem pencernaan yang berbeda dengan ternak

nonruminansia (unggas dan babi). Sistem pencernaan ternak ruminansia dapat

memanfaatkan pakan berserat tinggi. Oleh karena itu, ternak ruminansia dapat

mengkonsumsi pakan hijauan dalam jumlah yang banyak, seperti vegetasi alami,

hijauan introduksi dan produk samping pertanian.

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk samping

pertanian yang cukup banyak dan tersedia sepanjang tahun. Namun, pemanfaatan

produk samping pertanian tersebut untuk bahan pakan ternak ruminansia belum

optimal. Penyebabnya adalah kualitas gizinya rendah dan memerlukan

pengolahan untuk memanfaatkannya.

Jerami padi merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia

melimpah. Namun, jerami padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah,

karena kandungan protein kasarnya rendah sementara kandungan serat kasarnya

tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk

meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan

(15)

(Balitnak) di Ciawi, Bogor telah berhasil meningkatkan nilai gizi jerami dengan

cara yang sederhana, yaitu fermentasi dan amoniasi. Untuk itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang fermentasi jerami padi sebagai pakan ternak

dengan menggunakan Starbio karena Starbio lebih banyak zat nutrisi yang dapat

diurai dan diserap (meningkatkan dayacerna pakan), kotoran tidak berbau, dengan

pakan yang sama akan dihasilkan produksi lebih banyak, kualitas produksi akan

meningkat sehingga dapat menurunkan FCR, dapat menurunkan crude protein

sampai 2 % tanpa menurunkan produksi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaatpemberian jerami

padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio terhadap pertambahan bobot

badan, konsumsi pakan dan konversi pakandomba jantan lokal.

Kegunaan Penelitian

Penelitian akan memberikan informasi bagi peneliti, masyarakat peternak

untuk pengembangan usaha peternakan dombadan kalangan akademik tentang

pemanfaatan jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio.

Hipotesis Penelitian

Pemberian jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Starbio dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Domba

Domba memiliki kedudukan yang sama dalam sistematika hewan yaitu:

Filum: Chordata, Sub Filum: Vertebrata (bertulang belakang),

Marga: Gnatostomata (mempunyai rahang), Kelas: Mammalia,

Bangsa: Placentalia (mempunyai plasenta), Suku: Ungulata (berkuku),

Ordo: Artiodactyla (berkuku genap), Sub ordo: Seledontia, Famili: Caprinus,

Genus: Ovis, Spesies: Ovis aries (Kartadisastra, 1997).

Dalam pemeliharaan domba terdapat beberapa keuntungan yaitu dapat

beranak lebih dari satu ekor,cepat berkembang biak, berjalan dengan jarak lebih

dekat saat digembalakan sehingga pemeliharaanlebih mudah, termasuk

pemakan rumput sehinggadalam pemberian pakan lebih mudah

(Tomaszweska et al., 1993).

Domba Lokal

Domba asli Indonesia adalah domba yang memiliki ekor tipis, populasinya

ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah sekitar 80%. Domba ini mempunyai tubuh

dan bentuk badan yang kecil, serta memiliki ciri yang lain yaitu: Badannya

memiliki bulu yang berwarna putih, tetapi ada yang berwarna lain, seperti

hitam belang-belang yang terletak disekitar mata. Domba jantan memiliki tanduk

yang kecil sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk. Ekor relatif tipis dan

kecil. Domba jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 30-40 kg sedangkan

(17)

Pertumbuhan dan Penggemukan Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun sepertitulang,

urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya.

Sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan

zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air

bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

Penggemukan adalah suatu istilah untuk menggambarkan keadaan hewan

pada saat-saat terakhir stadium pertumbuhannya. Penggemukan (fattening) tidak

berarti menyebabkan hewan hanya menimbun lemak saja. Semua hewan yang

dimaksudkan untuk diambil dagingnya akan dipotong jauh sebelum berat

badannya mengandung banyak lemak (Tillman et al., 1991).

Komponen tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan berat selama

pertumbuhan sampai mengalami kedewasaan. Jaringan-jaringan tubuh mengalami

pertumbuhan maksimal. Komposisi kimia komponen-komponen tubuh termasuk

tulang, otot dan lemak. Tulang, otot dan lemak merupakan komponen utama

penyusun tubuh (Soeparno, 1994).

Sistem Pencernaan Domba

Ruminansia memiliki lambung yaitu abomasum dan lambung muka yang

mempunyai tiga ruang yaitu rumen, retikulum dan omasum. Makanan dikunyah

dan mencampurnya dengan sejumlah air liurnya sebelum ditelan ke

retikulo rumen. Isi retikulo rumen dicampur aduk dengan kontraksi yang terus

menerus dari otot-otot dinding retikulo rumen (Tillman et al., 1991).

Rumen merupakan tabung besar dengan berbagai kantong yang

(18)

bagian perut yang paling besar dengan kapasitas paling banyak. Rumen berfungsi

sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi (Arora, 1995).

Perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon,

licin, dengan struktur yang halus serta berhubungan langsung dengan rumen

disebut retikulum. Bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan

berlipat-lipat dengan struktur yang kasar disebutomasum. Bentuk fisik ini dengan

gerakan peristaltik berfungsi menyerap sebagian besar air dan sebagai penggiling

pakan. Bagian perut yang terakhir sebagai tempat hasil pencernaan untuk diserap

oleh tubuh disebut abomasum (Kartadisastra, 1997).

Proses pencernaan ternak ruminansia di mulai dari ruang mulut. Di dalam

ruang mulut, pakan yang masih berbentuk kasar dipecah menjadi partikel-partikel

kecil dengan cara pengunyahan dan pembasahan oleh saliva. Dari mulut, pakan

masuk ke rumen melalui oesophagus (Siregar, 1994).

Pakan Domba

Defisiensi nutrien dapat terjadi karena pemberian pakan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi ternak, sehingga ternak mudah terserang penyakit,

penyediaan dan pemberian pakan harus diupayakan secara terus-menerus sesuai

dengan standar gizi menurut umur ternak (Cahyono, 1998).

Hijauan merupakan bahan pakan berserat sebagai sumber energi.

Domba lebih menyukai bahan pakan berserat dari pada konsentrat. Hijauan

umumnya merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar yang relatif

tinggi. Ruminansia mampu mencerna hijauan yang mengandung selulosa yang

tinggi karena adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya

(19)

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh,

kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki jaringan

yang aus, selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan,

penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati, 2009).Menurut

Church (1986) palatabilitas pakan dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi

pakan yang akan berpengaruh terhadap fisiologis ternak dalam ransangan

penglihatan, penciuman dan rasa dalam mengkonsumsi pakan.

Konsentrat

Ternak yang digemukkan semakin banyak diberikan konsentrat akan

semakin baik, tetapi konsumsi serat kasar tidak kurang dari 18% BK konsentrat.

Pemberian konsentrat harus terbatas agar ternak tidak terlalu gemuk

(Siregar, 1994).

Pakan tambahan yang diberikan untuk melengkapi kekurangan nutrien

yang didapat dari pakan utama hijauan disebut konsentrat. Konsentrat

mempunyai kandungan energi, protein dan lemak yang relatif tinggi dengan

kandungan serat kasar yang rendah dibanding hijauan yang diberikan. Pemberian

pakan berupa kombinasi kedua pakan itu akan memberi peluang terpenuhinya

nutrien yang dibutuhkan. Konsentrat untuk domba memiliki kandungan serat

kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Konsentrat terdiri dari biji-bijian yang

digiling halus, seperti bungkil kelapa,jagung, dedak danbungkil kedelai

(Williamson danPayne, 1993).

Karbohidrat dan protein yang tinggi banyak terkandung dalam konsentrat.

(20)

dengan hijauan. Tingkat kecernaan konsentrat lebih tinggi dibandingkan dengan

hijauan sehingga mempunyai nilai nutrisi yang lebih baik dari pada hijauan

(Tillman et al., 1991).

Probiotik Starbio

Probiotik Starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)

yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun-daun atau

ranting-ranting yang dibusukkan. Menurut Syamsu (2006) dalam koloni tersebut

terdapat mikroba khusus yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya

Cellulomonas clostridium thermocellulosa (pencerna lemak); Agaricus dan

coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum trasiliensis

(pencerna protein). Probiotik Starbio merupakan probiotik aerob penghasil enzim

berfungsi untuk memecah karbohidrat (selulosa, hemiselulosa, lignin) dan protein

serta lemak. Manfaat Starbio dalam ransum ternak adalah meningkatkan daya

cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi penggunaan pakan, Starbio juga dapat

menghilangkan bau kotoran ternak.

Penggunaan Starbio pada pakan mengakibatkan bakteri yang ada pada

Starbio akan membantu memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai sehingga

lebih banyak zat nutrisi yang dapat diserap dan ditransformasikan ke produk

ternak. Selain itu, produktivitas ternak akan meningkat, bahkan lebih banyak zat

nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap (Samadi, 2007). Adapun nilai nutrisi

(21)

Tabel 1. Nilai nutrisi Starbio

Zat nutrisi Kandungan (%) Air

Sumber: Fuller (1992)

Probiotik Starbio memiliki fungsi utama antara lain: Menurunkan biaya

pakan, membantu penyerapan pakan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak

lebih cepat dan produksi dapat meningkat. (Feed Conversion Ratio/ FCR) akan

menurun sehingga biaya pakan lebih murah.

Mengurangi bau kotoran ternak, pakan yang di campur dengan

Starbio akan meningkatkan kecernaan sehingga kotoran ternak (feses)

lebih kering,kandungan amonia dalam kotoran ternak akan menurun

sampai 50%, sehingga daya tahan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi

ternak aka lebih segar, karena kontaminasi lalat lebih sedikit. Peternak dan

lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak

(Lembah Hijau Multifarm Indonesia, 2008).

Hail penelitian Syamsu (2006) menggambarkan bahwa komposisi nutrisi

jerami padi yang telah difermentasi dengan menggunakan stater mikroba (Starbio)

sebanyak 0,06% dari berat jerami padi, secara umum memperlihatkan peningkatan

kualitas dibanding jerami padi yang tidak difermentasi. Selanjutnya dikatakan

kadar protein kasar jerami padi yang difermentasi mengalami peningkatan dari

4,23% menjadi 8,14% dan diikuti dengan penurunan kadar serat kasar. Hal ini

memberikan indikasi bahwa stater mikroba yang mengandung mikroba proteolitik

yang menghasilkan enzim protease dapat merombak protein menjadi polipeptida

(22)

Fermentasi

Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat

dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang

dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino

dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992). Menurut

Saono (1974) fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dimana enzim

dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa dan

reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada substrat organik

dengan menghasilkan produk tertentu.

Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu

terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa

menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang,

selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil

metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983).

Secara sederhana fermentasi didefenisikan sebagai salah satu cara

pengolahan dengan melibatkan mikroba (kapang, bakteri atau ragi), baik yang

ditambahkan dari luar ataupun secara spontan sudah terdapat di dalam bahan

bakunya. Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dari senyawa organik

(karbohidrat, lemak, protein dan bahan organik lainnya) baik dalam keadaan ada

udara (aerob) maupun tanpa udara (anaerob) melalui kerja enzim yang berasal dari

mikroba yang dihasilkan (Tjitjah, 1991).

Menurut jenis mediumnya, proses fermentasi dibagi menjadi 2 yaitu

fermentasi medium padat dan fermentasi medium cair. Fermentasi medium padat

(23)

mengandung air untuk keperluan mikroba, sedangkan fermentasi dengan medium

cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam

medium cair (Hardjo et al., 1989).

Menurut Winarno et al. (1980) fermentasi merupakan proses biokimia

yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan pakan sebagai akibat

dari pemecahan kandungan bahan pakan tersebut, dimana bahan pakan yang

mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih baik dari asalnya

disebabkan karena mikroorganisme bersifat katabolik atau memecah

komponen-komponen yang kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih

mudah dicerna.

Jerami Padi

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar

jumlahnya dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Produksi jerami padi bervariasi

yaitu dapat mencapai 12-15 ton per hektar satu kali panen atau 4-5 ton bahan

kering tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang digunakan.

Basri (1990) menyatakan bahwa jerami padi adalah bagian tanaman padi yang

sudah diambil buahnya, di dalamnya termasuk batang, daun dan merang. Produksi

jerami padi yang dihasilkan sekitar 50% dari produksi gabah kering panen.

Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2007) produksi padi

tahun 2008 sebesar 3.340.794 ton Gabah Kering Giling (GKG) dari luas panen

748.540 Ha dengan produktivitas 44,63 kwintal/ Ha. Tahun 2009, produksinya

3.527.899 ton Gabah Kering Giling (GKG) itu diperoleh dari hasil panen

768.407 Ha dengan produktivitas 45,91 kwintal/ Ha, sedangkan pada tahun 2010,

(24)

Namun, produktivitas meningkat sebesar 47,46 kwintal per Ha. Produksi padi

tahun 2010 di Sumatera Utara diperkirakan sebesar 3.514.928 ton Gabah Kering

Giling (GKG), turun sebesar 12.971 ton dibandingkan produksi angka tetap tahun

2009. Penurunan produksi diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen

sebesar 27.765 Ha atau 3,61% sedangkan hasil per Ha mengalami kenaikan

sebesar 1,55 kwintal per Ha atau 3,37 %.

Menurut Tillman et al. (1991) jerami padi termasuk pakan kasar

(rough) yaitu bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian/ tanaman yang

sudah dipanen. Bila ditinjau dari kandungan nutrisinya, jerami padi memiliki

kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun di dalamnya memiliki

sekitar 80% zat-zat potensial yaitu lemak dan karbohidrat yang dapat dicerna

sebagai sumber energi bagi ternak (Komar, 1984). Adapun nilai nutrisi jerami

padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai nutrisi jerami padi

Zat nutrisi Kandungan (%) Bahan kering

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU

(2000).

Bahan Penyusun Konsentrat Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari

pada solid sawit. Produksi rata-rata sekitar 40 ton/ hari. Bahan pakan ini sangat

cocok terutama untuk bahan konsentrat ternak, namun penggunaannya sebagai

(25)

karenanya perlu diberikan secara bersama-sama dengan bahan pakan lainnya

(Mathius, 2003).

Pemberian bungkil inti sawit yang optimal adalah 1,5% dari bobot badan

untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan domba. Pertambahan

bobot badan harian akan semakin besar jika semakin besar persentase bungkil inti

sawit yang diberikan dalam konsentrat (Silitonga, 1993).

Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil yang lain.

Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein. Kandungan asam

amino essensial cukup lengkap, imbangan kalsium dan posfornya cukup seimbang

(Lubis, 1993). Adapun nilai nutrisi bungkil inti sawit dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit

Zat nutrisi Kandungan (%) Protein kasar

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)

Dedak Padi

Dedak padi pada musim panen melimpah, sebaliknya pada musim

kemarau berkurang. Selain itu, dedak padi tidak dapat disimpan lama. Keadaan ini

disebabkan karena aktivitas enzim yang dapat menyebabkan kerusakan atau

ketengikan oksidatif pada komponen minyak yang ada dalam dedak

padi(Balitnak, 2010).

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras

(26)

1995). Pemanfaatan dedak padi di Indonesia sampai saat ini adalah sebagai pakan

ternak. Hal ini disebabkan kandungan nilai gizi dalam dedak padi cukup tinggi

seperti lipid, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan juga serat. Menurut

Rasyaf (1992) sebagai bahan pakan asal nabati, dedak mempunyai kandungan

nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar

12-13%, kandungan lemak 13% dan serat kasarnya 12%. Adapun nilai nutrisi dedak

padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai nutrisi dedak padi

Zat nutrisi Kandungan (%) Bahan kering

Singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai dan banyak

dihasilkan di Indonesia. Bagian singkong yang dapat digunakan sebagai bahan

pakan adalah umbi gaplek. Daun singkong adalah sumber vitamin C dan

mengandung provitamin A. Daun singkong mengandung tannin atau HCN

(racun). Tannin atau HCN pada daun singkong segar akan banyak berkurang bila

daun singkong dicacah, dijemur dan dilayukan selama1-2 hari sebelum dijadikan

campuran konsentrat (Adrizal, 2003). Daun singkong dapat digunakan sebagai

sumber protein untuk bahan pakan ternak karena mengandung protein tinggi yaitu

sekitar 24,1% (Sutardi, 1980). Kelemahan pada daun singkong adalah kandungan

serat kasarnya yang tinggi yaitu sekitar 15% (Eviyati,1993) serta kandungan HCN

(27)

al.,1985). Adapun nilai nutrisi dari tepung daun singkong dapat dilihat pada

Tabel 5.

Tabel 5. Nilai nutrisi tepung daun singkong

Zat nutrisi Kandungan (%) Bahan kering

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)

Onggok

Pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka dihasilkan limbah yang

disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung pada jumlah varietas dan

mutu ubi kayu yang diolah menjadi tapioka, ekstraksi pati tapioka. Moertinah

(1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan 15-20 % dan

5-20 % onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79 %. Adapun

nilai gizi nutrisi onggok dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai nutrisi onggok

Zan nutrisi Kandungan (%)

Bahan kering 81,7

Protein kasar 0,6

Lemak kasar 0,4

Serat kasar 12

TDN 76

Sumber: : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU

(2000).

Molases

Molases adalah hasil samping pabrik gula tebu yang berbentuk cairan

kental berwarna kekuning-kuningan. Molases dapat diganti sebagai bahan pakan

(28)

rasa pakan dan aroma. Manfaat penggunaan molases sebagai bahan pakan ternak

adalah kadar karbohidratnya yang tinggi, vitamin dan mineral yang cukup

sehingga dapat digunakan meskipun sebagai pendukung (Rangkuti et al., 1985).

Adapun nilai nutrisi molases dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.Nilai nutrisi molases

Zat nutrisi Kandungan (%) Bahan kering

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Program Studi Peternakan, FP-USU

(2000).

Urea

Urea adalah bahan pakan sebagai sumber nitrogen yang dapat

difermentasi. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap

peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna (Kartadisastra, 1997).

Urea tidak dapat digunakan secara berlebihan, apabila berlebih atau tidak

dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding rumen,

kemudian dibawa aliran darah ke hati dibentuk kembali amonium yang kemudian

disekresikan melalui urin (Parakkasi, 1995).

Mineral

Mineral merupakan nutrisi yang essensial selain digunakan untuk

memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. Tubuh

ternak ruminansia terdiri atas mineral kurang lebih 4%. Dijumpai ada 31 jenis

mineral yang terdapat pada tubuh ternak ruminansia yang dapat diukur tetapi

hanya 15 jenis mineral yang tergolong essensial untuk ternak ruminansia. Agar

(29)

15 jenis mineral essensial yaitu 7 jenis mineral essensial makro yaitu Ca, K, P,

Mg, Na, Cl dan S. Jenis mikro ada 4 yaitu Cu, Fe, Mn dan Zn dan 4 jenis mineral

esensial langka yaitu I, Mo, Co dan Se (Siregar, 2008).

Garam

Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl), dimana selain

berfungsi sebagai mineral juga berfungsi meningkatkan palatabilitas

(Pardede dan Asmira, 1997).

Garam berfungsi untuk merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam

akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema. Defisiensi garam

lebih sering terdapat pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya. Karena

hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah

bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, nafsu makan hilang dan

produksi menurun sehingga menurunkan bobot badan (Anggorodi, 1990).

Parameter Penelitian Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan

apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan

merupakan faktor penentu paling penting yang menentukan jumlah nutrien yang

didapat oleh ternak dan berpengaruh terhadap tingkat produksi (Parakkasi, 1999).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel

meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta

kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi

(30)

juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak

(bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas

(Parakkasi 1995).

Banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak merupakan

salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi produktivitas

ternak. Konsumsi pakan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas pakan dan oleh

faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Makin baik kualitas pakannya,

makin tinggi konsumsi pakan seekor ternak. Akan tetapi konsumsi pakan ternak

berkualitas baik ditentukan oleh status fisiologi seekor ternak. Konsumsi bahan

kering pakan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5 % - 3,5 % tetapi

pada umumnya 2 – 3 % dari berat badannya ( Bamualim, 1988).

Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan

yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat pertumbuhan lemak dan

daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi

yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging

(Anggorodi,1994).

Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun dan

meningkatnya konsumsi air minum. Hal ini mengakibatkan otot-otot daging

lambat membesar sehingga daya tahannya juga menurun (Tillman et al., 1993).

Pengukuran konsumsi pakan dipengaruhi oleh perbedaan ternak,

palatabilitas pakan dan seleksi terhadap hijauan pakan. Konsumsi pakan juga

mempunyai hubungan dengan kebutuhan energi ternak yang sering menyebabkan

konsumsi pakan ternak menjadi berbeda (Williamson dan Payne, 1993).

(31)

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan

bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari,

setiap minggu atau setiap waktu lainnya. Penimbangan ternak pada setiap

jangka waktu tertentu misalnya setiap minggu atau setiap bulan akan dapat

mengetahui besarnya pertambahan bobot badan ternak (Tillman et al., 1998).

Penimbangan ternak pada setiap jangka waktu tertentu misalnya setiap

minggu atau setiap bulan akan dapat mengetahui besarnya pertambahan bobot

badan ternak. Pertambahan bobot badan ternak tersebut dapat digunakan untuk

mengetahui kecepatan pertumbuhan (Kamal, 1994).

Pertambahan bobot badan pada umumnya mengalami tiga tingkat

kecepatan yang berbeda-beda, yang pertama pertumbuhan tulang, diikuti dengan

pertumbuhan otot dan yang terakhir adalah pertumbuhan jaringan lemak

(Anggorodi, 1994).

Salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

ialahdengan pengukuran pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan

yangdiperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme zat –

zatmakanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak

akandiikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi

(Church dan Pond,1998). Sumoprastowo (1993) menyatakan bahwa pada kondisi

padang pengembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai

antara 0,9 – 1,3 kg seminggu per ekor. Padang pengembalaan yang tidak dapat

memenuhi kebutuhan domba akan mengakibatkan domba mengalami

(32)

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah pakan yang

dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu

yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan

tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti

semakin baik pakan tersebut (Anggorodi, 1990).

Kualitas pakan menentukan konversi pakan. Pakan yang berkualitas baik

dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan

akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi rendah, namun

menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi (Martawidjaja, 1998).

Faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu lingkungan

(suhu, penyakit, pakan dan minuman), kemampuan genetik, nilai gizi pakan dan

tingkat energi pakan (Neshum et al., 1979).

Efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni

jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu

kilogram bobot badan. Konsumsi pakan yang diukur adalah bahan kering

sehingga efisiensi penggunaan pakan dapat ditentukan berdasarkan konsumsi

bahan kering untuk mencapai satu kilogram pertambahan bobot badan

(Siregar, 1994).

Konversi ransum pada ruminansia di pengaruhi oleh kualitas ransum, nilai

kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam

jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas ransum yang dikonsumsi ternak, akan

diikuti oleh pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien

(33)

faktor yang turut berperan dalam konversi ransum adalah temperaturlingkungan,

potensi genetik, nutrisi, kandungan energi dan penyakit. Ishida dan Hasan (1993)

(34)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi

Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

berlangsung selama 5 bulan dimulai dari 30 April sampai dengan

2 Oktober 2012.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bahan yang digunakan yaitu domba jantan lokal sebanyak 4 ekor, pakan

konsentrat yang terdiri dari bungkil inti sawit, onggok, tepung daun singkong,

dedak padi, molases, urea, mineral mix dan garam. Jerami padi sebagai pengganti

pakan rumput, probiotik Starbio sebagai fermentator, kalbazen sebagai obat

cacing, rodalon untuk desinfektan dan air minum diberikan secara ad libitum.

Alat

Alat yang digunakan yaitu kandang individual 4 unit dengan ukuran

1 x 0,5 m beserta perlengkapannya, tempat pakan dan minum, timbangan untuk

menimbang bobot hidup berkapasitas 50 kg dengan kepekaan 2 kg, timbangan

berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan, grinder

digunakan untuk menghaluskan bahan pakan konsentrat, termometer digunakan

untuk mengetahui suhu di dalam dan di luar kandang, alat penerangan kandang,

(35)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan bujur sangkar latin

(RBSL) yang terdiri dari 4 x 4

Ransum perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:

P0: Konsentrat + Kontrol (jerami padi tanpa fermentasi)

P1: Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi

P2: Konsentrat + 0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi

P3: Konsentrat + 0,8 kg Starbio + 0,8 urea/ 100 Kg jerami padi

Maka susunan perlakuan :

Kandang

Keterangan: D1: Domba pertama

D2: Domba kedua

Yijk : respon pengamatan dari perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k

µ : nilai tengah umum

Ti : pengaruh perlakuan ke-i

Bj : pengaruh baris ke-j

(36)

∑ijk : pengaruh galat atau sisa karena perlakuan ke-i, baris ke-j dan kolom ke-k Formulasi Konsentrat

Bahan % Bahan % PK %SK %LK %TDN

1 BIS 30 4,62 4,275 0,69 21,9

2 Onggok 20 0,24 2,2 0,04 14,82

3 T. D. Singkong 10 2,484 2,382 0,714 9,05

4 Dedak 33 3,795 4,9401 2,97 19,8

5 Garam 1 0 0 0 0

6 Urea 2 5,6 0 0 0

7 Mineral 1 0 0 0 0

8 Molases 3 0,12 0,0114 0,0024 2,55

Total 100 16,859 13,8085 4,4164 68,12

Parameter Penelitian Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan diperoleh dengan menghitung selisih jumlah pakan yang

diberikan dengan sisa pakan setiap harinya dan dinyatakan dengan gram per ekor

per hari dalam bahan kering. Konsumsi pakan didapat dari :

Pakan yang diberikan (BK) – Pakan yang sisa (BK)

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan dihitung dengan cara membagi selisih bobot

badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan

setiap periode (30 hari), dinyatakan dengan gram per ekor per hari.

PBBH:

(37)

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung dengan cara membagi angka rata-rata konsumsi

bahan kering per ekor per hari dengan angka rata-rata produksi pertambahan

bobot badan per ekor per hari.

Konversi Pakan:

PBBH (g/hari)

Pakan yang dikonsumsi (g/hari)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang

Kandang dan semua peralatan dibersihkan dan dicuci, sebelum proses

pemeliharaan. Selanjutnya kandang dan semua peralatan disemprot dengan

rodalon (dosis 10 ml/ 2,5 liter air).

Pemberian Pakan dan Air Minum

Pakan yang diberikan adalah konsentrat, jerami padi dan tanpa hijauan

segar sesuai dengan perlakuan (P0: Kontrol; P1: 0,4 kg Starbio + 0,4 urea/ 100 kg

jerami padi; P2: 0,6 kg Starbio + 0,6 urea/ 100 kg jerami padi; P3: 0,8 kg Starbio

+ 0,8 urea/ 100 kg jerami padi) . Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari.

Pakan konsentrat diberikan pada pukul 07.00 WIB sedangkan jerami padi

diberikan pada pukul 08.00 WIB. Pemberian pakan konsentrat kedua dilakukan

pada pukul 15.00 WIB dan untuk jerami padi diberikan pada pukul 16.00 WIB.

Pemberian air minum diberikan secara ad libitum. Sisa pakan ditimbang pada

waktu pagi keesokan harinya sesaat sebelum domba diberi pakan kembali untuk

(38)

Pemberian obat-obatan

Domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan obat

cacing Kalbazen dengan dosis 1 tablet/ 50 kg bobot badan untuk menghilangkan

parasit dalam saluran pencernaan.

Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan domba dilakukan saatawal penelitian dan

pengambilan data pertambahan bobot badan sebulan sekali, jadi selama empat

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan (BK)

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak dalam menghabiskan sejumlah

pakan yang diberikan. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan

jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ada. Rataan konsumsi pakan

domba setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konsumi pakan domba selama penelitian dalam bahan kering (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± Sd

D1 D2 D3 D4

P0 506,91 460,95 495,36 527,28 1990,50 497,62 ± 27,79tn

P1 457,56 567,34 441,05 505,39 1971,34 492,83 ± 56,67tn

P2 477,81 514,08 566,47 513,19 2071,55 517,89 ± 36,53tn

P3 474,16 506,04 500,19 518,06 1998,44 499,61 ± 18,53tn

Total 1916,43 2048,40 2003,06 2063,93 8031,82 Rataan 479,11 512,10 500,76 515,98 501,99

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat rataan konsumsi pakan domba jantan

lokal sebesar 501,99 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada

perlakuan P2 (Konsentrat + 0,6 kg Starbio + 0,6 kg urea/ 100 kg jerami padi)

sebesar 517,89 g/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat

pada perlakuan P1 (Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami

(40)

Perbedaan konsumsi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan

sesuai dengan Gambar 1.

Gambar 1. Grafik konsumsi pakan (BK) g/ekor/hari

Pengaruh pemberian pakan jerami padi fermentasi dengan probiotik

Starbio terhadap konsumsi pakan domba jantan lokal dianalisis ragam seperti

tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis ragam konsumsi pakan domba jantan lokal selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 9 menunjukkan bahwa F hitung lebih

kecil dari F tabel, artinya pemberian pakan dengan menggunakan jerami padi

(41)

pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan domba jantan lokal.

Hal ini diasumsikan bahwa setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memberikan

respon yang sama terhadap konsumsi.

Hasil analisis yang tidak berbeda nyata mengindikasikan bahwa

kandungan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio dan yang tidak

difermentasi dari ke empat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang

relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun

umurnya. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur,

tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang

berkualitas baik dengan tingkat pemberian pakan yang relatif sama maka tingkat

konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Bamualim (1988)

yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi.

Pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi total pakan

(dalam bahan kering) memiliki dasar yang sama seperti pada konsumsi jerami

padi (dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat (dalam bahan kering), yaitu

disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti dinyatakan

Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah

palatabilitas zat makanan. Total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi

konsentrat dengan konsumsi jerami padi. Hal ini juga sesuai dengan pendapat

Church (1986), yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah

palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan.

Hasil analisis dari keempat perlakuan tidak berbeda nyata, tetapi ada

(42)

P2merupakan standart yang biasa digunakan dalam fermentasi jerami padi dengan

probiotik Starbio. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu Syamsu

(2006) yang menyatakan bahwa komposisi nutrisi jerami padi yang telah

difermentasi dengan menggunakan stater mikroba (Starbio) sebanyak 0,06% dari

berat jerami padi, secara umum memperlihatkan peningkatan kualitas dibanding

jerami padi yang tidak difermentasi.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan suatu indikator terjadinya deposisi nutrien dalam

jaringan tubuh. Pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal jantan dalam

penelitian ini diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi

dengan bobot badan awal penimbangan. Pengukuran bobot badan dilakukan pada

awal dan akhir dari setiap periode penelitian (30 hari). Rataan pertambahan bobot

badan domba setiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian (g/ekor/hari)

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat rataan pertambahan bobot badan

domba jantan lokal sebesar 20,792 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot

badantertinggi terdapat pada perlakuan P2 (Konsentrat + 0,6 kg Starbio + 0,6 kg

(43)

pernyataan Church dan Pond (1998) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot

badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil metabolisme zat –

zat makanan yang dikonsumsi. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak

akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Sedangkan

rataanpertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P1(Konsentrat

Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi)sebesar 19,500

g/ekor/hari.

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot

badan domba jantan lokal sebesar 20,729 g/ ekor/ hari. Hasil ini menunjukkan

bahwa pertambahan bobot badan domba jantan lokal masih dibawah standart,

dimana apabila domba digembalakan di padang pengembalaan yang baik

pertambahan bobot badan domba jantan lokal bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg

seminggu per ekor. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumoprastowo (1987), yang

menyatakan bahwa pada kondisi padang pengembalaan yang baik, kenaikan berat

badan domba bisa mencapai antara 0,9 – 1,3 kg seminggu per ekor. Padang

pengembalaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan domba akan mengakibatkan

(44)

Perbedaan pertambahan bobot badan dari keempat perlakuan ini dapat

digambarkan sesuai dengan Gambar 2.

Gambar 2. Grafik pertambahan bobot badan g/ekor/hari

Pengaruh pemberian jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio

terhadap pertambahan bobot badan domba jantan lokal dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Analisis ragam pertambahan bobot badan domba jantan lokal selama penelitian

Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan

jerami padi tanpa fermentasi dan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio

terhadap pertumbuhan domba jantan lokal memberikan pengaruh yang tidak

(45)

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan atau rasio antar jumlah pakan yang

dikonsumsi oleh ternak dengan produk yang dihasilkan oleh ternak tersebut.

Rataan konversi pakan domba jantan lokal setiap perlakuan selama penelitian

dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan konversi pakan domba jantan lokal selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan±sd

D1 D2 D3 D4

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat rataan konversi pakan domba jantan

lokal sebesar 24,18. Rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan

P1(Konsentrat + 0,4 kg Starbio + 0,4 kg urea/ 100 kg jerami padi) sebesar 25,22

sedangkan rataan konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3(Konsentrat

Konsentrat + 0,8 kg Starbio + 0,8 kg urea/ 100 kg jerami padi)sebesar 23,73.

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat rataan konversi pakan domba jantan

lokal sebesar 24,18. Dimana hasil ini terlalu tinggi untuk konversi pakan domba,

dimana dari hasil penelitian sebelumnya didapat konversi pakan yang normal

pada domba antara 8,0 – 10,0. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ishida dan Hasan

(1993) yang menyatakan bahwa konversi pakan yang normal untuk domba adalah

8,0 – 10,0.

Perbedaan konversi pakan dari keempat perlakuan ini dapat digambarkan

(46)

Gambar 3. Konversi pakan domba

Untuk mengetahui signifikasi pemberian pakan dengan menggunakan

jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio dan jerami padi tanpa fermentasi

terhadap konversi pakan domba jantan lokal, maka dilakukan analisis ragam yang

tertera pada tabel 13.

Tabel 13. Analisis ragam konversi pakan domba jantan lokal selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Setelah dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 13 maka diperoleh

hasil pemberian pakan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio dan jerami

padi tanpa fermentasi dalam pakan domba jantan lokal memberikan pengaruh

(47)

beberapa faktor yakni kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan

zatgizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak.Hal ini sesuai

dengan pernyataan Pond et al. (1995) konversi ransum khususnya ternak ruminansia

kecil dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan

zatgizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak. Makin baik kualitas

ransum yang dikonsumsi ternak akan diikuti oleh pertambahan bobot badan yang

lebih tinggi dan makin efisien penggunaan ransumnya. Serta menurut Nesheim dan

Card (1972) faktor yang turut berperan dalam konversi ransum adalah temperatur

lingkungan, potensi genetik, nutrisi, kandungan energi dan penyakit.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rataan dari ketiga parameter yaitu : konsumsi pakan, pertambahan bobot

badan dan konversi pakan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan jerami padi fermentasi

dengan probiotik Starbio terhadap konsumsi pakan, pertambahan

bobot badan dan konversi pakan domba jantan lokal

Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)

Pertambahan bobot

badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 497,62 ± 27,79tn

20,833±0,962 tn 23,95±2,16 tn

P1 492,83 ± 56,67tn 19,500±1,453 tn 25,22±1,05 tn

P2 517,89 ± 36,53tn 21,750±0,167 tn 23,80±1,51 tn

P3 499,61 ± 18,53tn 21,083±0,788 tn 23,73±1,40 tn

Ket. tn = tidak berbeda nyata

Pada Tabel 14 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

menggunakan jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio terhadap domba

jantan lokal memberikan respon tidak berbeda nyata pada parameter konsumsi

pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan. Konsumsi pakan tertinggi

(48)

pertambahan bobot badan tertinggi pada P2 (konsentrat + 0,6 kg Starbio + 0,6 kg

urea/ 100 kg jerami padi) dan konversi pakan terendah pada P3 (konsentrat + 0,8

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian jerami padi fermentasi dengan probiotik Starbio dengan kisaran

level 0,4 – 0,8 kg / 100 kg jerami padi didapat hasil rataan konsumsi pakan

501,99 g/ekor/hari, rataan pertambahan bobot badan 20,792 g/ekor/hari dan rataan

konversi pakan 24,176. Dari hasil penelitian semua parameter tidak berbeda

nyata.

Saran

Disarankan untuk pemeliharaan domba jantan lokal dapat menggunakan

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adrizal, 2003. Singkong pakan domba potensial yang terlupakan. Dalam: Poultry Indonesia. Edisi Desember 2003. 284:16.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

___________. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

___________

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Terjemahan Retno Muwarni Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2007. Statistika Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.

Balitnak, 2010. Pembuatan Silase Dedak Padi. Unit Komersialisasi Balai Penelitian Ternak.

Bamualim, A.1988. Prosedur dan Parameter dalam Penelitian Pakan Ternak Ruminansia dalam Prinsip Produksi dan Penelitian Peternakan. Kupang.

Basri, H. J. 1990. Penggunaan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ternak. Laporan Penelitian Jurusan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Syah Kuala. Banda Aceh.

Cahyono, B. 1998. Beternak Kambing dan Domba. Kanisius. Yogyakarta.

Church, 1986. The Relationship Between in Vitro Gas Production, In vitro Microbial Biomass Yield and 15 N Incorporation and Its Implications for The Prediction of Voluntary Feed Intake of Rougha - ges. Brit.Jour.of Nutr. 77(5) :911 -921.

Church D. C. and W. G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd

Edition. John Willey and Sons. New York. p : 295 – 297.

Eviyati, 1993. Pemberian tepung daun singkong dalam konsentrat dan pengaruhnya terhadap domba. Tesis. Program Pasca Sarjana. IPB: Bogor.

Fardiaz, S. 1992. Analisa Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada, Kerjasama dengan PAU antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

(51)

Hardjo, S, N. S. Indrasti dan B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor

Hartadi, H., Reksohardiprojo, S. dan Tillman, A, D. 1997. Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ishida and Hasan. 1993. Effects of oil palm frond silase feeding on utilization of diet and meat production in fattening arton. Proc 86th Annual Meeting of Jpn, Zootech, Sci, Soc, Iwate University.

Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak 1. Laboratorium Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta.

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Bahan Makanan Ternak. Bandung: Dian Grahita.

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. 2000. IPB. Bogor.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2000. Program Studi Peternakan FP USU. Medan.

Lembah Hijau Multifarm Indonesia. 2008

Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. Jakarta: Pembangunan

Martawidjaja, M. 1998. Pengaruh Taraf Pemberian Konsentrat Terhadap Keragaman Kambing Kacang Betina Sapihan. Pada: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Mathius, I. W. 2003. Perkebunan kelapa sawit dapat menjadi basis pengembangan kambing potong. Warta Litbang Pertanian 25 (5): 1-4.

Mulyono, S. 1998. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nesheim, M. C and L. E. Card. 1972. Poultry Production. 11th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia. p : 235 – 239.

Neshum, M. C. R. A and L. E. Card, 1979. PoultryProduction. Lea and Febiger. Philadelpia.

(52)

___________. 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.

Pardede, S. I.dan S. Asmira, 1997. Pengolahan Produk Sampingan Industri Pertanian Menjadi Permen Jilat Untuk Kambing Yang Dipelihara Secara Tradisional. Karya Tulis Ilmiah Bidang Studi Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Pond, W. G., D. D. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition. 4 th

Edition . John Willey and Sons, Inc. New York. p: 273 – 289

Purbowati, 2009. Usaha Penggemukan Domba. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rangkuti, M. A. Musufie, P. Sitorus, I. P, Kompiang, N, Kusuma Wardani dan A. Roesjat. 1985. Proceeding: Seminar Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.

Rasyaf, M. 1992. Beternak Domba Komersil. Kanisius. Yogyakarta.

Ravindran, V., E.T. Kornegay dan A.S.B. Rajaguru. 1985. Influence of processing methods and storage time out cyanide potential of cassavaleaf meal. Journal of Animal Science and Technology 17 : 227-234.

Samadi, 2007. Probiotik Pengganti Anti Biotik dalam Pakan Ternak. Fakultas Pertanian Program Studi Peternakan Universitas Syah Kuala Banda Aceh.

Saono, S. 1974. Pemanfaatan Jasad Renik dalam Pengolahan Hasil Samping/ sisa-sisa Produksi Pertanian. Berita LIPI. 18 (4): 1-11

Silitonga, S. 1993. Penggunaan Inti Kelapa Sawit Dalam Ransum Domba. Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

_________ . 2008. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeparno, 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumoprastowo, R. M. 1993. Beternak Domba Pedaging. Bhratara. Jakarta

Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid 1. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. IPB: Bogor.

(53)

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo, 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

_______________. 1993. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

________________. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tjitjah, T. 1997. Fermentasi Onggok. Disertasi S2 Fakultas Pertanian UNPAD. Bandung

Tomaszweska, M. W., I. M. Mastika. A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surabaya.

Williamson G. And W. J. A. Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.Terjemahan oleh: IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi susunan konsentrat

Bahan % Bahan % PK %SK %LK %TDN

Lampiran 2. Rataan konsumsi bahan kering domba lokal jantan setiap periode (g/ekor/hari)

Periode

Konsumsi pakan domba (g/ekor/hari)

(BK) Total Rataan Sd

(55)

Lampiran 4. Analisis keragaman konsumsi pakan domba lokal jantan dalam bahan

Ket.: tn = tidak berbeda nyata

Lampiran 5. Data pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama penelitian (g/ ekor/ hari)

Lampiran 6. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan selama penelitian setiap periode (g/ekor/hari)

Periode Domba Total Rataan

Lampiran 7. Rataan pertambahan bobot badan domba lokal jantan setiap perlakuan selama penelitian (g/ekor/hari)

(56)

Lampiran 8. Analisis keragaman pertambahan bobot badan domba lokal jantan

Ket.: tn = Tidak berbeda nyata

Lampiran 9. Rataan konversi pakan domba lokal jantan setiap periode

Periode Domba Total Rataan

Lampiran 10. Rataan konversi pakan domba lokal jantan setiap perlakuan selama penelitian

Lampiran 11. Analisis keragaman konversi pakan domba lokal jantan

(57)

Lampiran 12. Rekapitulasi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba lokal jantan selama penelitian

Perlakuan Konsumsi Pakan (g/ekor/hari)

Pertambahan bobot

badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 497,62 ± 27,79tn

20,833±0,962 tn 23,95±2,16 tn

P1 492,83 ± 56,67tn 19,500±1,453 tn 25,22±1,05 tn

P2 517,89 ± 36,53tn 21,750±0,167 tn 23,80±1,51 tn

P3 499,61 ± 18,53tn 21,083±0,788 tn 23,73±1,40 tn

(58)

Gambar

Tabel 2. Nilai nutrisi jerami padi
Tabel 3. Nilai nutrisi bungkil inti sawit
Tabel 4. Nilai nutrisi dedak padi
Tabel 5. Nilai nutrisi tepung daun singkong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi pengolahan pakan pada jerami padi terhadap kualitas non karkas, boneless dan persentase lemak subkutan pada domba

Konsumsi yang cenderung sama dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain, sehingga menghasilkan nilai konversi pakan yang

Penelitian tentang penggunaan kulit buah biji kakao (Theobroma Cacao L) fermentasi dilakukan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan domba

Karya ilmiah yang berjudul “ Pertumbuhan Domba Lokal Jantan yang Diberi Pakan Konsentrat dan Jerami Padi yang Diperam dengan Urin atau Urea ” dan penelitian yang terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi pengolahan pakan pada jerami padi terhadap kualitas non karkas, boneless dan persentase lemak subkutan pada domba

Judul : Analisis Finansial Pemanfaatan Tongkol Jagung dengan Fermentasi Bioaktivator Starbio, Aspergilus niger dan Trichoderma viride Dalam Ransum Domba Jantan Lokal

Bila ditinjau dari kandungan nutrisinya, jerami memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah, namun di dalamnya memiliki sekitar 80% zat-zat potensial yang dapat

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa domba lokal jantan yang diberi pakan konsentrat, jerami padi tanpa peram, peram urea dan peram urin tidak mampu