SKRIPSI
PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC
VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PERIODE 2007 – 2012
OLEH
EDWARD PRATAMA G
090503304
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan
time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012
The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasamenyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitability Ratio dan
Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (Simon
Ginting dan Datmalem Sinulingga) yang telah menjadi sumber inspirasi dan
motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini,
bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting, SE, Ak, MAFIS, CPA dan Drs. Hotmal Ja’far,
MM, Ak selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Drs. Mutia Ismail, MM, Ak
selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak
5. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Dra. Narumondang Bulan
Siregar, M.M., Ak selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding atas segala
masukan dan saran yang telah diberikan.
6. Adikku tersayang (Egia Pranata Ginting) yang telah memberikan dukungan
moril dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Sahabat - sahabat saya demisioner PR GBKP Runggun Jadimeriah (Rico,
Yogi T, Erik, Putri, Avo, Kak Yani, Kak Marlin, Kak Titin Kak Ribka), kakak
- kakak saya terkasih (Kak Siska dan Kak Erika), dan teman - teman S1
Akuntansi stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang
senantiasa memberikan semangat, doa, bantuan, dan menghibur selama ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
membaca.
Medan, Februari 2014
Edward Pratama G
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………. viii
DAFTAR GAMBAR………. ix
DAFTAR LAMPIRAN………. x
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)………... 9
2.1.5.2 Keuntungan Investasi pada Saham……….. 19
2.1.5.3 Resiko dalam Berinvestasi Saham……… 20
2.1.5.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Harga Saham.. 22
2.1.6 Rasio Profitabilitas……….. 23
2.1.7 Economic Value Added……….. 27
2.1.7.1 Tolak Ukur………. 28
2.1.7.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA……… 30
2.1.7.4 Langkah – langkah dalam Menentukan EVA……… 31
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu……… 34
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian……….. 34
2.3.1 Kerangka Konseptual……….. 37
2.3.2 Hipotesis Penelitian……… 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 39
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………. 39
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. . 39
3.4 Jenis dan Sumber Data……… 41
3.5 Metode Pengumpulan Data……… . 42
3.6 Variabel Penelitian………. . 42
3.7 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… . 42
3.8 Metode Analisis Data………. . 44
3.9 Pengujian Asumsi Klasik………... 44
3.10 Pengujian Model Regresi……… 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 51
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif……… 51
4.1.2 Uji Asumsi Klasik………... 53
4.1.2.1 Uji Normalitas………. 53
4.1.2.2 Uji Multikoninearitas……….. 54
4.1.2.3 Uji Autokorelasi……….. 54
4.1.2.4 Uji Heterokedasitas………. 56
4.1.3. Analisis Regresi……….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………. 67
5.2 Saran……… 68
DAFTAR PUSTAKA………. 69
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Review Penelitian Terdahulu………... . 35
3.1 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian………. 40
3.2 Operasional Variabel………. . 43
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 51
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas……… 54
4.3 Hasil Uji Autokorelasi ………. . 55
4.4 Uji White Heteroskedasitas……… 57
4.5 Hasil Analisis Regresi……… 58
4.6 Hasil Uji F……….. 60
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual………. 38
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Data Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampel Penelitian………. 72 2. Daftar Harga Saham Perusahaan Manufaktur
yang Menjadi Sampel Penelitian………. 73 3. Daftar Return on Equity (ROE) Perusahaan Manufaktur
yang Menjadi Sampel Penelitian………. 74 4. Earning Per Share (EPS) Perusahaan Manufaktur
yang Menjadi Sampel Penelitian………. 75 5. Economic Value Added (EVA) Perusahaan Manufaktur
yang Menjadi Sampel Penelitian………. 76
ABSTRAK
PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan
time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT
EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012
The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang Masalah
Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu bagian penting dari
perkembangan perekonomian Indonesia saat ini. Pasar modal dapat menjadi
alternatif pendanaan yang tepat bagi seluruh sektor perusahaan khususnya di
Indonesia selain pendanaan melalui sektor perbankan. Di dalam pasar modal, para
investor selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Mereka
membeli dan mempertahankan saham yang dialokasikannya dimana menurut
analisis mereka akan memberikan output dan laba yang tinggi.
Di dalam berinvestasi, ada dua hal yang menjadi pusat perhatian bagi para
investor di dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu resiko dan return.
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa yang cenderung akan
menimbulkan kerugian. Akan tetapi kemungkinan besar kecilnya resiko yang
akan dialami para investor tergantung pada jenis investasinya. Investasi pada
saham mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif
investasi lainnya, seperti: obligasi dan reksa dana.
Return adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas investasi
yang dilakukannya. Return atau imbal hasil yang diperoleh pemegang saham
berupa capital gain ataupun deviden. Capital gain merupakan selisih antara harga
beli dan harga jual saham sedangkan deviden adalah pembagian keuntungan yang
perusahaan.Return adalah pendapatan yang diperoleh dari investasi ditambah
perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar
investasi awal (Van Horne & Wachowicz 1992:100).
Salah satu informasi yang dibutuhkan investor berasal dari laporan
keuangan. Laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan perusahaan
pada sebuah periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
kinerja perusahaan tersebut.
Pelaporan informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pengguna laporan
keuangan. Pengguna laporan keuangan antara lain pihak internal dan pihak
eksternal perusahaan. Pihak internal antara lain manajer, dewan direksi, karyawan,
dan lain-lain. Sedangkan pihak eksternal antara lain investor, pemerintahan, dan
pemberi kredit.
Saat ini seluruh perusahaan yang terdapat di Indonesia bersaing agar tidak
tersingkir dari persaingan yang semakin sengit setiap tahunnya. Perkembangan
kebutuhan konsumen akan barang-barang industri yang semakin pesat akan
membawa dampak pada persaingan antar perusahaan. Oleh karena itu, sebagai
pelaku dari perekonomian, sebuah perusahaan dituntut agar dapat bersaing dengan
perusahaan lainnya dengan mempertahankan dan meningkatkan kinerja sehingga
memperoleh keberhasilan. Keberhasilan sebuah perusahaan dapat dinilai dengan
melakukan sebuah pengukuran kinerja. Dengan pengukuran kinerja tersebut, kita
dapat mengetahui kinerja perusahaan yang sebenarnya sehingga kita dapat
mengetahui apakah sebuah perusahaan dapat bertahan atau tersingkir dalam
Selama ini yang menjadi acuan investor dalam menilai sebuah kinerja
dalam perusahaan adalah laba akuntansi, dimana dengan melihat prospek
pertumbuhan profitabilitas perusahaan para investor dapat menilai prospek
perusahaan dimasa yang akan datang. Indikator ini sangat penting diperhatikan
untuk memberikan gambaran di masa yang akan datang terhadap para investor
agar mengetahui profitabilitas investasi yang dilakukan terhadap sebuah
perusahaan apakah mampu memberikan return sesuai dengan persyaratan para
investor. Rasio profitabilitas dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas yang sering
digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Asset (ROA), Return on
Equity (ROE) dan Earning Per Share(EPS). Dimana Return on Asset (ROA)
menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
perusahaan dari aktiva yang digunakan. Return on Equity (ROE) menggambarkan
tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata
uang yang menjadi modal perusahaan dan Earning Per Share (EPS) merupakan
informasi akuntansi yang memberikan analisa rasio keuntungan bersih per lembar
saham yang mampu dihasilkan perusahaan.
Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang
diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan
merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria : 2007).
Economic Value Added yang dianggap kriteria kinerja yuang sederhana dan
merupakan gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham
untuk memperbaiki dan mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti
sumber daya jangka penjang. Dengan kata lain, Economic Value Added
merupakan kriteria efektif pada kualitas kebijakan manajerial dan merupakan
indeks yang dapat diandalkan mengenai cara pertumbuhan nilai dalam
perusahaan. Manajer dari perusahaan yakin dan percaya bahwa proses dan hasil
perhitungan Economic Value Added (EVA) memberikan wawasan baru dan
berharga tentang keuangan dan kinerja bisnis yang sehat (Anvari et al : 2005).
Economic Value Added terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan
keputusan manajer :
1. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan
kekayaan pemegang saham dan nilai.
2. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa
keuntungan masa depan yang diharapkan kurang daripada biaya modal
ataupun lebih dari itu sampai sejauh mana.
Oleh karena itu, Economic Value Added adalah kriteria dengan beberapa
tujuan. Salah satunyas adalah kinerja penilaian, antara lain adalah untuk
menentukan nilai saham, penganggaran dana terutama modal dan membantu
untuk menentukan pengharagaan tingkat manajer yang berhak untuk itu dan
merupakan faktor motivasi.
Di Indonesia penelitian Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added
(EVA) dalam kaitannya dengan return saham dilakukan oleh Wibowo (2005),
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ROA dan ROE tidak mempunyai
menunjukkan secara parsial bahwa ROA berpengaruh terhadap return saham.
Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) menguji pengaruh
EVA,ROA,ROE,ROS,EPS, dan BEP terhadap harga saham mempunyai
kesimpulan bahwa faktor – faktor tersebut tidak dapat digunakan untuk
menentukan nilai perusahaan.
Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian tentang EVA dan ROA dilakukan oleh Hartono dan
Chendrawati (1999), membuktikan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik
mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
.Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic Value Added dan
Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang Saham. Hasil dari
penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value Added, ROA,
ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil Penelitian Firdha
(2010) mengenai Pengaruh ROA, EPS, dan EVA terhadap Harga Saham
menunjukkan secara empiris bahwa ROA, EPS, dan EVA berpengaruh signifikan
terhadap Harga Saham pada perusahaan industri telekomunikasi yang terdaftar di
BEI.
Ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu dalam mengukur
kinerja keuangan, mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari
peneliti terdahulu yang telah disebutkan, dengan mengambil variabel independen
yang digunakan oleh masing-masing peneliti, namun memiliki hasil yang berbeda
adalah penelitian ini menggunakan variabel penelitian ROE, EPS, dan EVA dan
penelitian ini mengamati perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan populasi sampel mencapai 30 dimana jauh memiliki lebih
banyak populasi sampel dari peneliti sebelumnya.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana
Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
I.3. Tujuan Masalah
Tujuan Penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh
Profitability Ratio dan Economic Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada berbagai bidang dan
profesi, antara lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi para pelaku dunia usaha dan bisnis seperti
investor dan manajemen perusahaan go public yang termasuk perusahaan
manufaktur, dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari Profitability Ratio dan
Economic Value Added terhadap harga saham Pada Perusahaan Manufaktur yang
2. Sebagai referensi dalam dunia penelitian dan akademis/pendidikan khususnya
lingkungan perguruan tinggi untuk mendapatkan suatu kontribusi berupa literature
yang berguna untuk masa depan akademis.
3. Sebagai referensi dalam menambah wawasan bagi peneliti dalam memahami
pengaruh Ratio Profitability dan Economic Value Added terhadap Harga Saham
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.
I.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh
Firdha (2010) dengan judul “Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning Per Share
(EPS), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham. Variabel
dependen dalam penelitiannya adalah harga saham, sedangkan variabel
independennya dalam penelitiannya adalah Return on Asset (ROA), Earning Per
Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA).
Penelitian ini menggunakan variabel dependen perubahan harga saham
yang diukur dari harga saham saat ini ditambah dengan deviden saat ini
dikurangkan dengan harga saham tahun lalu dibagi harga saham tahun lalu.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan rasio profitabilitas
yakni Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), dimana ROE diukur
dari ROE saat ini dikurangi dengan ROE tahun lalu dibagi dengan ROE tahun
lalu dan EPS diukur dari EPS saat ini dikurangi dengan EPS tahun lalu dibagi
dengan EPS tahun lalu. Dan Perubahan EVA yang diukur dari EVA saat ini
dikurangi EVA tahun lalu dibagi dengan EVA tahun lalu. Dengan argumentasi
tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dalam perusahaan yang diteliti.
Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena objek yang diteliti dan
kondisi ekonomi yang relative berbeda.
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut:
a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunaka
dalam penelitian terdahulu adalah ROA, EPS, dan EVA, sedangkan dalam
penelitian ini variabel independennya adalah ROE,EPS, dan EVA.
b. Periode pengamatan, Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah
tahun 2006-2009, sedangkan periode pengamatan penelitian ini adalah tahun
2007-2012.
c. Objek penelitian. Objek dari penelitian terdahulu adalah
perusahaan-perusahaan go public yang bergerak di industri telekomunikasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)
Signalling theory menekan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan
oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan
hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Menurut Hapyani ,(2009) dalam membangun signalling theory
berdasarkan adanya assimetric information antara well-informed manager dan
poo-informed stockholder. Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa manajer akan
mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik,
bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai
tersebut, karena manajer merupakan interest parti. Solusinya perusahaan bernilai
tinggi akan berusaha melakukan signaling pada financial policy mereka yang
memakan biaya besar sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang memiliki
Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara
perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai
rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai
valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium stabil karena
perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.
Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi
peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial
leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan
hubungan kebalikan antara profitabilitas dan leverage. Kelemahan lain adalah
tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan
dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada
perusahaan yang mature (tangible asset tinggi) yang tidak menggunakan hutang,
akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan
informasi.
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling
pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai
pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas
kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk
dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan
pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara
keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja
membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.
Hubungan keagenan dalam kontrak kerja adalah hubungan antara
pemegang saham (principal) dengan manager (agent), yang pemegang saham
memperkerjakan manajer untuk memberikan jasa kepada pemegang saham untuk
kepentingan pemegang saham. Pemegang saham melakukan pendelegasian
wewenang pembuatan keputusan kepada manajer perusahaan.
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses
langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap
pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi
yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal
perusahaan, termasuk investor.
Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan
dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut
teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement-nya.
Menurut Widodo (2012) teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer
mementingkan diri sendiri. Manajer akan bertindak oportunistik untuk mencapai
buruknya dengan melakukan manajemen laba yang menaikkan laba. Sebaliknya,
apabila kinerja manajer baik, maka manajer cenderung menunda kinerja baiknya
dengan melakukan manajemen laba yang menurunkan laba
2.1.3 Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Menurut PSAK No.1 ,paragraph 7
“Laporan Keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang meliputi :
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4.
Laporan arus kas5.
Catatan atas laporan keuanganMenurut SAK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan
ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian
masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang tekah dilakukan
dipercayakan kepadanaya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan
atau pertanggungjawaban manajemen lakukan demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen
2.1.4 Pasar Modal
Pasar modal merupakan tempat perusahaan mencari dana segar untuk
mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak
keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang
disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis
dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu
perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka
semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para
investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan
instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.
Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah dengan meningkatkan dan
menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara
efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan
(Lliyd,1976).
Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
Manfaat pasar modal menurut Sunariah (2000) adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber daya secara
optimal.
2.Memberikan wahan investasi bagi investor sekaligus
memungkinkan upaya diversifikasi.
3.Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi Negara.
4.Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah.
5.Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme,
menciptakan iklim berusahan yang sehat.
6.Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
7.Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
memiliki prospek.
2.1.5 Saham
Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen
finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Wujud
Porsi kepemilikan ditentukan seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6).
Defenisi saham menurut Rahardjo (2006) adalah sebagai berikut:
“Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti
kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan.”
Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham menurut
Darmadji dan Fakhruddin (2001: 6), yaitu:
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim.
a. Saham biasa (Common stock)
Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki
perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya,
jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang
saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.
b. Saham Preferen (Preferred stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi
juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa
saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal
jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar
deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva
sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak
2. Ditinjau dari cara peralihannya.
a. Saham Atas Unjuk (Bearer stock)
Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah
dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa
yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan
berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham atas nama (Registered stock)
Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di
mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a. Blue-chip stock
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai
leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
b. Income stock
Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen
lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.
Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan
secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan
c. Growth stock
c.i. Well - known
Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
c.ii. Lesser – known
Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun
memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang
populer di kalangan emiten.
d. Speculative stock
Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh
penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan
penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
e. Counter cyclical stock
Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun
situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap
tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat
dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa
resesi.
2.1.5.1 Harga Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang
perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham
mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmojo (1996: 46) harga saham dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Harga Nominal
Harga tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal
memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya
ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
b. Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk
menentukan harga perdana.
c. Harga Pasar
Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada
investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarp-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder
kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga
2.1.5.2 Keuntungan investasi pada Saham
Pada dasarnya,terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh investor
dengan membeli atau memiliki saham:
a. Deviden
Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut atas keuantungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan
setelah mendapat persetyujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang
dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang
saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiahtertentu untuk
setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegan
saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian deviden stock
tersebut.
b. Capital Gain
Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual
lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas
perdagangan di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham perusahaan
ABC dengan harga perlembar Rp.4000 kemudian menjualnya dengan harga
Rp.4500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital
gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumya pemodal
dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain
Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada
pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara
melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai
nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.700 maka setiap saham akan memberikan
agio kepada perusahaan sebesar Rp.200 setiap sahamnya
2.1.5.3 Resiko dalam berinvestasi saham
Di dalam berinvestasi saham, kerugian bisa dialami oleh para investor
antara lain:
a. Tidak mendapat deviden
Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan
menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan
deviden jika perusahan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi
keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja
perusahaan tersebut.
b. Capital Loss
Merupakan kebalikan dari capital gain, dimana suatu kondisi dimana
investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. ABC
yang dibeli harga Rp.4000,- per saham, kemudian harga saham terus mengalami
penurunan hingga mencapai Rp.1500,- per saham. Karena tidak ingin mengalami
kerugian lebih besar akibat harga saham tersebut terus menurun, investor menjual
pada harga Rp.1500,- per lembar sehingga investor mengalami kerugian sebesar
Rp.500,- per saham.
c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi
Jika suatu perusahaan, maka tentu saja akan berdampak secara langsung
saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang
saham akan mendapatkan posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau
pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada
pemegang saham.
d. Saham di delist dari bursa (delisting)
Resiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan
dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist
di bursa umumnya karena kinerja perusahaan di delist di bursa umumnya karena
kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden
secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai
dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar
dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak
merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy
Back terhadap saham yg diterbitkan.
e. Saham di Suspend
Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh
otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya
hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend
biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1
hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari
perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham
kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa
menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta
konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak
menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka
status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat
diperdagangkan lagi seperti semula.
2.1.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (2001: 26), faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah:
a. Laba per lembar saham (Earning Per Share)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan
menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar
saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang
cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih
besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
b. Tingkat Bunga
Tingkat bunga mempengaruhi harga saham dengan cara :
• Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,
apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk
ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal
sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.
• Mempengaruhi laba perusahaaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,
Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan
mempengaruhi laba perusahaan.
c. Jumlah Kas Deviden yang diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian
dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba
ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham,
makapeningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang
besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
d. Jumlah Laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang
mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah
sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi
harga saham perusahaan.
e. Tingkat Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan
meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin
tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang
diterima.
2.1.6 Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).
Dari sini permasalahannya menyangkut efektivitas manajemen dalam
menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca
untuk menghasilkan laba. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih
terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Bentuk paling mudah
dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih)
yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca (Return on Asset)
Jenis-jenis rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:
a. Gross Profit Margin
Merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan.
Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,
karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya,semakin rendah gross
profit margin maka semakin kurang baik operasi perusahaan
(Syamsuddin,2009:61).
Gross profit margin di hitung dengan formula:
Gross Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan
b. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
tinggi Net Profit margin maka semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit
margin dihitung dengan rumus:
Rentabilitas Ekonomi = Laba bersih sebelum pajak
Total Aktiva
c. Basic Earning Power(Rentabilitas Ekonomi)
Merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi
Basic Earning Power mengindikasikan seberapa besar kemampuan aset yang
dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan
kata lain Basic Earning Power menunjukkan kemampuan total aset dalam
menghasilkan laba.
Basic Earning Power dihitung dengan rumus:
Basic Earning Power = Laba Bersih Sebelum Pajak
Total Aktiva
d. Return On Assets (ROA)
Merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai
aktiva) dikeluarkan dari analisis.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan
kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
setelah pajak yang dihasilkan perusahaan, dimana data yang digunakan adalah
data yang tercantum di dalam laporan keuangan yang di publikasikan. ROA
adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif
disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif juga atau rugi. Hal ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
belum mampu untuk menghasilkan laba. Adapun rumus untuk mencari ROA
adalah sebagai berikut:
Return On Asset = Laba setelah pajak X 100%
Total Aktiva
e. Return On Equity (ROE)
Merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia
bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham
preferen) atas modal mereka diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum
tentu sama semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik
kedudukan pemilik perusahaan. Hal ini berpengaruh dalam meningkatkan daya
tarik investor terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik ini menjadikan
perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan
semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa return saham dari perusahaan
tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROE
Adapun rumus untuk mencari ROE adalah sebagai berikut:
Return On Equity = Laba Bersih x100%
Total Equity
f. Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang
menggunakan konsep laba. EPS adalah informasi yang penting bagi investor
untuk mengetahui keuntungan dari saham. EPS merupakan perbandingan antara
keuntungan
yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. EPS atau
laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar
sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Menurut Gitman, EPS dapat diperoleh dengan rumus:
EPS = Laba Operasi – Deviden saham prioritas
Rata – rata saham biasa yang beredar
2.1.7 Economic Value Added
Economic Value Added merupakan suatu konsep penilaian kerja keuangan
perusahaan yang dikembangkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan
adalah kriteria untuk mengukur kinerja dengan cara menunjukkan keuntungan
yang tersisa setelah dikurangi biaya modal (Anvari et al, 2005).
Economic Value Added sendiri dapat didefenisikan sebagai keuntungan
operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau
modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak
dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. EVA
berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan
memperlihatkan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal
menggambarkan resiko perusahaan. Metode EVA akan sesuai dengan kepentingan
para investor. Oleh karenanya, jika manager berfokus pada EVA, hal ini akan
dapat membantu memastikan bahwa mereka telah menjalankan operasi dengan
cara yang konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang
saham.
EVA dianggap sebagai kriteria kinerja yang sederhana dan sebagai
gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham membantu manager
membuat keputusan investasi dan mengidentifikasi peluang untuk memperbaiki
serta mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti sumber daya jangka
panjang. Dengan kata lain, EVA merupakan kriteria efektif pada kualitas
kebijakan manajerial dan merupakan indeks yang dapat diandalkan mengenai cara
2.1.5.1 Manfaat EVA
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan dimana fokus
penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai. Penilaian kinerja dengan
menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai
dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir
dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal
sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
EVA terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan keputusan
manajer, yaitu:
a. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan
kekayaan pemegang saham dan nilai.
b. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa
keuntungan masa depan yang diharapkan kurang dari biaya modal.
2.1.5.2 Tolak Ukur EVA
Konsep Economic Value Added (EVA) megukur nilai tambah dengan cara
mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang
dilakukan oleh perusahaan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan
tingkat pengembalian melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan
menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian
lebih rendah dari biaya modal (Utama, 1997)
Tolak ukur analisi EVA menurut Wijayanto (1993) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
a. EVA > 0 (positif).
Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam
perusahaan setelah perusahaan membayar semua kewajiban pada para
penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya
b. EVA = 0 (impas)
Maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua
laba yang ada digunakan untuk membayar kewajiban pemegang saham (tidak
mampu menutup nilai perusahaan)
c. EVA < 0 (negatif)
Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban kepada para
penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi
return saham tidak dapat tercapai.
2.1.5.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA
EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a. EVA memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan Net Present Value
(NPV).
b. EVA membangtu manajer senior dari perusahaan lebih responsive terhadap
indeks yang sangat dikontrol oleh mereka.
d. EVA merupakan indeks yang tepat untuk menentukan reward manager.
e. Adanya hubungan antara EVA dan pasar perusahaan.
f. EVA sebagai indeks kinerja ekonomi kompatibel dengna indeks lain seperti
nilai tambah kas investasi, nilai pemegang saham dan arus kas output pada
investasi.
g. EVA menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung langsung pada kinerja
manajemen.
h. EVA bisa menjadi dasar untuk menentukan tujuan investasi dalam
proyek-proyek.
i. EVA tidak banyak mengalami defenisi akuntansi sebagai indeks untuk
mengukur penilaian kinerja.
Walaupun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun EVA juga memiliki
beberapa kelemahan,antara lain:
a. Sulit untuk menghitung EVA termasuk tingkat pengembalian dan tingkat
biaya modal.
b. EVA biasanya dihitung berdasarkan angka historis.
c. Analisis nilai tambah terkadang tidak praktis, misalnya perusahan-perusahaan
yang telah dibentuk baru-baru ini atau perusahaan investasi.
2.1.5.4 Langkah-langkah Dalam Menentukan EVA
Ada beberapa langkah dalam menentukan EVA menurut Brigham &
Houston (2006 : 69) ,yakni:
a. Menghitung laba bersih setelah pajak ( Net Operating Profit After Tax /
Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih tidaklah selalu
mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau
keefektifan dari para manager operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih baik
untuk membandingkan kinerja diantara para manajer adalah laba operasi bersih
setelah pajak, yang merupakan jumlah laba yang dilakukan oleh perusahaan jika
tidak memiliki utang dan aktiva non operasi
.NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:
NOPAT = EBIT (1- Tax)
Keterangan :
EBIT : Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga
dan pajak
Tax : Tarif pajak
b. Menghitung Invested Capital
Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang
diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari
kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban dan
ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan hutang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan
pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasannya maupun pembayarannya
akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancer yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak
dikenai bunga, seperti hutang usaha/kewajiban segera,hutang pajak, biaya yang
Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka
Pendek.
c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan rata-rata
tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat
pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of
return(tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan
pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup
perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt ( biaya hutang) dan
cost of equity ( biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam
struktur modal perusahaan.
Untuk menghitung biaya modal kita menggunakan WACC, yaitu rata-rata
tertimbang dari seluruh komponen modal. Komponen modal yang sering dipakai
adalah: saham biasa, saham preferen, utang, dan laba ditahan. Seluruh komponen
modal (capital components) mempunyai satu kesamaan, yaitu investor yang
menyediakan dana berharap untuk mendapatkan return dari investasi mereka.
Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah
modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.
Adapun rumus untuk mencari WACC adalah:
WACC = {(D x rd) (1 - Tax) + (E x re)}
Keterangan:
Rd : Biaya hutang
E : Tingkat modal dan ekuitas
Re : Biaya ekuitas
Tax : Beban pajak
Dimana:
Tingkat Modal (D) = Total Kewajiban x 100% Total Kewajiban dan Ekuitas
Cost of Debt (rd) = Beban Bunga x 100% Total Kewajiban
Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = Total Ekuitas x100% Total Kewajiban dan Ekuitas
Cost of Equity (re) = Laba Bersih setelah Pajak x100% Total Ekuitas
d. Menghitung Capital Charges
Capital charges merupakan biaya modal yang memperhitungkan biaya
kewajiban yang harus dibayarkan kepada keditor, serta biaya ekuitas yang
seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham.
Capital Charges = WACC x Invested Capital
e. Menghitung EVA
Eva diukur dengan rumus:
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic
Value Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang saham.
Hasil dari penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value
Added, ROA, ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Firdha (2010), yang meneliti tentang pengaruh ROA, EPS, dan EVA
terhadap harga saham pada perusahaan industri telekomunikasi. Hasil dari
penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian secara parsial dimana ROA dan
EVA tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan
EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Jhonatan (2011), yang meneliti tentang pengaruh EVA, MVA, dan rasio
Prifitabilitas terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil
penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian hipotesis dimana EVA tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh
negatif, sedangkan MVA, ROA, dan ROE tidak mempunyai pengaruh yang
Berikut adalah review Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1.
Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)
No Nama Peneliti & Tahun penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Lucky Bani Wibowo (2005)
Lanjutan Tabel 2.1.
Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)
No Nama Peneliti & Tahun penelitian
Judul Penelitian Variabel Penelitian
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan
teoritis yang telah diuraikan di awal maka penelitian ini dapat dilihat pada gambar
Return On Equity (ROE) H1
(X1)
Earning Per Share (EPS) H2 Return
(X2) Saham
(Y) Economic Value Added H3
(X3)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H1 : Return on Equity (ROE) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
H2 : Earning Per Share(EPS) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
H3 : Economic Value Added (EVA) bepengaruh secara signifikan terhadap harga
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007 : 30)
desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab
akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen
( variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji pengaruh rasio Profitabilitas
( ROE dan EPS) dan Economic Value Added terhadap harga saham perusahaan.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Ditetapkannya Bursa Efek
Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa BEI merupakan
pusat penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Adapun waktu
untuk melakukan penelitian adalah Tahun 2007 – 2012.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007:72). Populasi
tahun 2007 - 2012. Selama tahun 2007 – 2012 perusahaan yang terdaftar di BEI
terdapat 131 perusahaan manufaktur aneka industri. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari 30 ( tiga puluh) perusahaan manufaktur aneka
sektor industri. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan metode purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono,2007 : 71)
Adapun kriteria – kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Data yang digunakan merupakan data dari perusahaan yang tercatat dan
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangna yang
telah diaudit pada periode tahun 2007 – 2012.
b. Perusahaan tersebut memiliki laba positif dan membagikan deviden setiap
tahunnya selama periode penelitian ini yakni pada tahun 2007 – 2012.
c. Perusahaan memiliki data – data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk
2 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk
4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk
5 ASII PT Astra International Tbk
6 BRNA PT Berlina Tbk
7 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 8 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
9 CTBN PT Citra Tubindo Tbk
Lanjutan Tabel 3.1
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
No Kode Nama Perusahaan
11 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 12 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk
13 GGRM PT Gudang Garam Tbk
14 HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk 15 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk
16 INAF PT Indofarma Tbk
17 INDS PT Indospring Tbk
18 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 19 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 20 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
21 KLBF PT Kalbe Farma Tbk
22 MERC PT Merck Tbk
23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk
24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk
25 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 26 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 27 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 28 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 29 UNTR PT United Tractors Tbk 30 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk
3.4. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data
sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan
pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun
data kuantitatif (Teguh, 2005 : 121). Data yang diperoleh adalah kombinasi antara
data time series dengan data cross section (Pooled Data).
Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu
yang di dapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu
mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data cross section merupakan
sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu
3.5. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cross
section,time series,dan studi dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan
mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder yang terkait
dengan lingkup penelitian. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2012.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara
mengunduh melalui situs
keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.6. Variabel Penelitian
Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Ratio Profitabilitas (
Return on Equity dan Earning Per Share) dan Economic Value Added, sedangkan
variabel dependen (Y) adalah Harga Saham.
3.7. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran untuk masing – masing variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (X)
a. Return on Equity (X1) adalah Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan kontribusi pemilik dan/atau seberapa efektif perusahaan
menggunakan sumber – sumber lain untuk kepentingan pemilik. Skala
b. Earning Per Share (X2) adalah Rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba
c. Economic Value Added (X3) adalah laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)
selama satu tahun buku dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh modal (capital charge) yang didasarkan atas WACC dan dikalikan
dengan invested capital. Skala pengukurannya adalah skala rasio.
2. Variabel Dependen (Y).
a. Harga Saham (Y) adalah harga pasar pada waktu penutupan (closing price)
aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah rata-rata harga saham 2 (dua) bulan setelah publikasi
laporan keuangan pada masing-masing periode pengamatan. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Tabel 3.2 – Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Lanjutan Tabel 3.2 – Operasional Variabel
penutupan rata – rata
selama dua bulan
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah model
analisis regresi berganda,analisi uji-F dan uji t menggunakan software EViews
(Econometric Views). Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik
sebelum melakukan pengujian hipotesis.
1. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing – masing
variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian
menggunakan Jarque – Bera Test (J-B test). Uji Jarque – Bera Test (J-B test)
Menurut Widarjono (2013 : 50), dasar pengambilan keputusan dapat
dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu:
• Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.
• Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model uji regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas adalah
adanya hubungan yang kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi.
Adanya Multikolinearitas akan mengakibatkan ketidaktepatan estimasi, sehingga
mengarahkan kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini menyebabkan
koefisien dan standar deviasi sangat sensitif terhadap perubahan harga (Gujarati,
1995). Selain itu akibat terjadinya multikolinearitas adalah :
• Koefisien regresi tidak dapat ditaksir.
• Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak berharga.
• Koefisien regresi setiap variabel bebas secara sistematis tidak signifikan
sehingga tidak diketahui variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen
• Tanda koefisien regresi akan berlawanan dengan yang diramalkan secara
teoritis.
• Jika salah satu variabel bebas dihilangkan dari model regresi yang ditaksir, ini
dapat menyebabkan koefisien regresi variabel bebas yang masih ada