• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007 – 2012"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC

VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PERIODE 2007 – 2012

OLEH

EDWARD PRATAMA G

090503304

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan

time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

(3)

ABSTRACT

EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012

The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasamenyertai

dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Profitability Ratio dan

Economic Value Added Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta (Simon

Ginting dan Datmalem Sinulingga) yang telah menjadi sumber inspirasi dan

motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik selama ini,

bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafrudin Ginting, SE, Ak, MAFIS, CPA dan Drs. Hotmal Ja’far,

MM, Ak selaku ketua dan sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Drs. Mutia Ismail, MM, Ak

selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak

(5)

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak dan Ibu Dra. Narumondang Bulan

Siregar, M.M., Ak selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding atas segala

masukan dan saran yang telah diberikan.

6. Adikku tersayang (Egia Pranata Ginting) yang telah memberikan dukungan

moril dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Sahabat - sahabat saya demisioner PR GBKP Runggun Jadimeriah (Rico,

Yogi T, Erik, Putri, Avo, Kak Yani, Kak Marlin, Kak Titin Kak Ribka), kakak

- kakak saya terkasih (Kak Siska dan Kak Erika), dan teman - teman S1

Akuntansi stambuk 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

senantiasa memberikan semangat, doa, bantuan, dan menghibur selama ini.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan

kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang

membaca.

Medan, Februari 2014

Edward Pratama G

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I PENDAHULUAN 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)………... 9

2.1.5.2 Keuntungan Investasi pada Saham……….. 19

2.1.5.3 Resiko dalam Berinvestasi Saham……… 20

2.1.5.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Harga Saham.. 22

2.1.6 Rasio Profitabilitas……….. 23

2.1.7 Economic Value Added……….. 27

(7)

2.1.7.1 Tolak Ukur………. 28

2.1.7.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA……… 30

2.1.7.4 Langkah – langkah dalam Menentukan EVA……… 31

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu……… 34

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian……….. 34

2.3.1 Kerangka Konseptual……….. 37

2.3.2 Hipotesis Penelitian……… 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian……… 39

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………. 39

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………. . 39

3.4 Jenis dan Sumber Data……… 41

3.5 Metode Pengumpulan Data……… . 42

3.6 Variabel Penelitian………. . 42

3.7 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… . 42

3.8 Metode Analisis Data………. . 44

3.9 Pengujian Asumsi Klasik………... 44

3.10 Pengujian Model Regresi……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……… 51

4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif……… 51

4.1.2 Uji Asumsi Klasik………... 53

4.1.2.1 Uji Normalitas………. 53

4.1.2.2 Uji Multikoninearitas……….. 54

4.1.2.3 Uji Autokorelasi……….. 54

4.1.2.4 Uji Heterokedasitas………. 56

4.1.3. Analisis Regresi……….. 58

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………. 67

5.2 Saran……… 68

DAFTAR PUSTAKA………. 69

(9)

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Review Penelitian Terdahulu………... . 35

3.1 Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian………. 40

3.2 Operasional Variabel………. . 43

4.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 51

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas……… 54

4.3 Hasil Uji Autokorelasi ………. . 55

4.4 Uji White Heteroskedasitas……… 57

4.5 Hasil Analisis Regresi……… 58

4.6 Hasil Uji F……….. 60

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual………. 38

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Data Perusahaan Manufaktur Yang Menjadi Sampel Penelitian………. 72 2. Daftar Harga Saham Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 73 3. Daftar Return on Equity (ROE) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 74 4. Earning Per Share (EPS) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 75 5. Economic Value Added (EVA) Perusahaan Manufaktur

yang Menjadi Sampel Penelitian………. 76

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITY RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris secara parsial mengenai pengaruh profitability ratio dan economic value added terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efefk Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan dengan pendekatan verifikatif, dan metode pengumpulan data secara cross section dan

time series. Sampel penelitian berjumlah 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007 sampai 2012, dimana datanya diambil menggunakan purposive sampling . Hipotesis penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda, serta uji F dan uji T, dengan tingkat signifikansi 5%

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitability ratio yakni return on equity dan earning per share serta economic value added berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

(13)

ABSTRACT

EFFECT OF PROFITABILITY RATIO AND ECONOMIC VALUE ADDED ON SHARE PRICE ON MANUFACTURING COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2007 - 2012

The purpose of this study is to obtain empirical evidence on the effect of the partial profitability ratio and economic value added to the stock price on the companies listed in Bursa Efefk Indonesia. This research was conducted by using descriptive method with the verification approaches, and methods of data collection in cross section and time series. These samples included 30 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2007 to 2012, where data were taken using purposive sampling. The research hypotheses were analyzed using multiple regression analysis techniques, as well as the f-test and t-test, with a significance level of 5%. The results of this study show that the ratio of profitability, return on equity, and earnings per share as well as economic value added significantly affect the stock price.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu bagian penting dari

perkembangan perekonomian Indonesia saat ini. Pasar modal dapat menjadi

alternatif pendanaan yang tepat bagi seluruh sektor perusahaan khususnya di

Indonesia selain pendanaan melalui sektor perbankan. Di dalam pasar modal, para

investor selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Mereka

membeli dan mempertahankan saham yang dialokasikannya dimana menurut

analisis mereka akan memberikan output dan laba yang tinggi.

Di dalam berinvestasi, ada dua hal yang menjadi pusat perhatian bagi para

investor di dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu resiko dan return.

Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa yang cenderung akan

menimbulkan kerugian. Akan tetapi kemungkinan besar kecilnya resiko yang

akan dialami para investor tergantung pada jenis investasinya. Investasi pada

saham mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternatif

investasi lainnya, seperti: obligasi dan reksa dana.

Return adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atas investasi

yang dilakukannya. Return atau imbal hasil yang diperoleh pemegang saham

berupa capital gain ataupun deviden. Capital gain merupakan selisih antara harga

beli dan harga jual saham sedangkan deviden adalah pembagian keuntungan yang

(15)

perusahaan.Return adalah pendapatan yang diperoleh dari investasi ditambah

perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar

investasi awal (Van Horne & Wachowicz 1992:100).

Salah satu informasi yang dibutuhkan investor berasal dari laporan

keuangan. Laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan perusahaan

pada sebuah periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kinerja perusahaan tersebut.

Pelaporan informasi sangat dibutuhkan oleh setiap pengguna laporan

keuangan. Pengguna laporan keuangan antara lain pihak internal dan pihak

eksternal perusahaan. Pihak internal antara lain manajer, dewan direksi, karyawan,

dan lain-lain. Sedangkan pihak eksternal antara lain investor, pemerintahan, dan

pemberi kredit.

Saat ini seluruh perusahaan yang terdapat di Indonesia bersaing agar tidak

tersingkir dari persaingan yang semakin sengit setiap tahunnya. Perkembangan

kebutuhan konsumen akan barang-barang industri yang semakin pesat akan

membawa dampak pada persaingan antar perusahaan. Oleh karena itu, sebagai

pelaku dari perekonomian, sebuah perusahaan dituntut agar dapat bersaing dengan

perusahaan lainnya dengan mempertahankan dan meningkatkan kinerja sehingga

memperoleh keberhasilan. Keberhasilan sebuah perusahaan dapat dinilai dengan

melakukan sebuah pengukuran kinerja. Dengan pengukuran kinerja tersebut, kita

dapat mengetahui kinerja perusahaan yang sebenarnya sehingga kita dapat

mengetahui apakah sebuah perusahaan dapat bertahan atau tersingkir dalam

(16)

Selama ini yang menjadi acuan investor dalam menilai sebuah kinerja

dalam perusahaan adalah laba akuntansi, dimana dengan melihat prospek

pertumbuhan profitabilitas perusahaan para investor dapat menilai prospek

perusahaan dimasa yang akan datang. Indikator ini sangat penting diperhatikan

untuk memberikan gambaran di masa yang akan datang terhadap para investor

agar mengetahui profitabilitas investasi yang dilakukan terhadap sebuah

perusahaan apakah mampu memberikan return sesuai dengan persyaratan para

investor. Rasio profitabilitas dipakai untuk mengukur seberapa besar tingkat

keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas yang sering

digunakan untuk mengukur tingkat laba adalah Return on Asset (ROA), Return on

Equity (ROE) dan Earning Per Share(EPS). Dimana Return on Asset (ROA)

menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

perusahaan dari aktiva yang digunakan. Return on Equity (ROE) menggambarkan

tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata

uang yang menjadi modal perusahaan dan Earning Per Share (EPS) merupakan

informasi akuntansi yang memberikan analisa rasio keuntungan bersih per lembar

saham yang mampu dihasilkan perusahaan.

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu dan

merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan (Gloria : 2007).

Economic Value Added yang dianggap kriteria kinerja yuang sederhana dan

merupakan gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham

(17)

untuk memperbaiki dan mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti

sumber daya jangka penjang. Dengan kata lain, Economic Value Added

merupakan kriteria efektif pada kualitas kebijakan manajerial dan merupakan

indeks yang dapat diandalkan mengenai cara pertumbuhan nilai dalam

perusahaan. Manajer dari perusahaan yakin dan percaya bahwa proses dan hasil

perhitungan Economic Value Added (EVA) memberikan wawasan baru dan

berharga tentang keuangan dan kinerja bisnis yang sehat (Anvari et al : 2005).

Economic Value Added terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan

keputusan manajer :

1. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan

kekayaan pemegang saham dan nilai.

2. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa

keuntungan masa depan yang diharapkan kurang daripada biaya modal

ataupun lebih dari itu sampai sejauh mana.

Oleh karena itu, Economic Value Added adalah kriteria dengan beberapa

tujuan. Salah satunyas adalah kinerja penilaian, antara lain adalah untuk

menentukan nilai saham, penganggaran dana terutama modal dan membantu

untuk menentukan pengharagaan tingkat manajer yang berhak untuk itu dan

merupakan faktor motivasi.

Di Indonesia penelitian Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added

(EVA) dalam kaitannya dengan return saham dilakukan oleh Wibowo (2005),

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ROA dan ROE tidak mempunyai

(18)

menunjukkan secara parsial bahwa ROA berpengaruh terhadap return saham.

Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) menguji pengaruh

EVA,ROA,ROE,ROS,EPS, dan BEP terhadap harga saham mempunyai

kesimpulan bahwa faktor – faktor tersebut tidak dapat digunakan untuk

menentukan nilai perusahaan.

Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian tentang EVA dan ROA dilakukan oleh Hartono dan

Chendrawati (1999), membuktikan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik

mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.

.Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic Value Added dan

Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang Saham. Hasil dari

penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value Added, ROA,

ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil Penelitian Firdha

(2010) mengenai Pengaruh ROA, EPS, dan EVA terhadap Harga Saham

menunjukkan secara empiris bahwa ROA, EPS, dan EVA berpengaruh signifikan

terhadap Harga Saham pada perusahaan industri telekomunikasi yang terdaftar di

BEI.

Ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu dalam mengukur

kinerja keuangan, mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari

peneliti terdahulu yang telah disebutkan, dengan mengambil variabel independen

yang digunakan oleh masing-masing peneliti, namun memiliki hasil yang berbeda

(19)

adalah penelitian ini menggunakan variabel penelitian ROE, EPS, dan EVA dan

penelitian ini mengamati perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan populasi sampel mencapai 30 dimana jauh memiliki lebih

banyak populasi sampel dari peneliti sebelumnya.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana

Pengaruh Profitability Ratio dan Economic Value Added terhadap Harga

Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

I.3. Tujuan Masalah

Tujuan Penelitian ini untuk menguji dan menganalisis pengaruh

Profitability Ratio dan Economic Value terhadap Harga Saham pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada berbagai bidang dan

profesi, antara lain:

1. Sebagai bahan masukan bagi para pelaku dunia usaha dan bisnis seperti

investor dan manajemen perusahaan go public yang termasuk perusahaan

manufaktur, dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari Profitability Ratio dan

Economic Value Added terhadap harga saham Pada Perusahaan Manufaktur yang

(20)

2. Sebagai referensi dalam dunia penelitian dan akademis/pendidikan khususnya

lingkungan perguruan tinggi untuk mendapatkan suatu kontribusi berupa literature

yang berguna untuk masa depan akademis.

3. Sebagai referensi dalam menambah wawasan bagi peneliti dalam memahami

pengaruh Ratio Profitability dan Economic Value Added terhadap Harga Saham

pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.

I.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh

Firdha (2010) dengan judul “Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning Per Share

(EPS), dan Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham. Variabel

dependen dalam penelitiannya adalah harga saham, sedangkan variabel

independennya dalam penelitiannya adalah Return on Asset (ROA), Earning Per

Share (EPS), dan Economic Value Added (EVA).

Penelitian ini menggunakan variabel dependen perubahan harga saham

yang diukur dari harga saham saat ini ditambah dengan deviden saat ini

dikurangkan dengan harga saham tahun lalu dibagi harga saham tahun lalu.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perubahan rasio profitabilitas

yakni Return on Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), dimana ROE diukur

dari ROE saat ini dikurangi dengan ROE tahun lalu dibagi dengan ROE tahun

lalu dan EPS diukur dari EPS saat ini dikurangi dengan EPS tahun lalu dibagi

dengan EPS tahun lalu. Dan Perubahan EVA yang diukur dari EVA saat ini

dikurangi EVA tahun lalu dibagi dengan EVA tahun lalu. Dengan argumentasi

(21)

tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dalam perusahaan yang diteliti.

Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena objek yang diteliti dan

kondisi ekonomi yang relative berbeda.

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

sebagai berikut:

a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunaka

dalam penelitian terdahulu adalah ROA, EPS, dan EVA, sedangkan dalam

penelitian ini variabel independennya adalah ROE,EPS, dan EVA.

b. Periode pengamatan, Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah

tahun 2006-2009, sedangkan periode pengamatan penelitian ini adalah tahun

2007-2012.

c. Objek penelitian. Objek dari penelitian terdahulu adalah

perusahaan-perusahaan go public yang bergerak di industri telekomunikasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah perusahaan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Pesinyalan (Signalling Theory)

Signalling theory menekan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan

oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi

merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada

hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan

masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan

hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,

relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal

sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Menurut Hapyani ,(2009) dalam membangun signalling theory

berdasarkan adanya assimetric information antara well-informed manager dan

poo-informed stockholder. Teori ini berdasarkan pemikiran bahwa manajer akan

mengumumkan kepada investor ketika mendapatkan informasi yang baik,

bertujuan menaikan nilai perusahaan, namun investor tidak akan mempercayai

tersebut, karena manajer merupakan interest parti. Solusinya perusahaan bernilai

tinggi akan berusaha melakukan signaling pada financial policy mereka yang

memakan biaya besar sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang memiliki

(23)

Teori ini akan mengungkapkan bahwa investor dapat membedakan antara

perusahaan yang memiliki nilai tinggi dengan perusahaan yang memiliki nilai

rendah dengan mengobservasi kepemilikan struktur pemodalannya serta menandai

valuasi tinggi untuk perusahaan yang hightly levered. Ekuilibrium stabil karena

perusahaan bernilai rendah tidak dapat meniru perusahaan yang lebih tinggi.

Kelebihan teori ini adalah kemampuan menjelaskan mengapa terjadi

peningkatan harga saham sebagai tanggapan terhadap peningkatan financial

leverage. Kelemahan dari model ini adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan

hubungan kebalikan antara profitabilitas dan leverage. Kelemahan lain adalah

tidak dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan

dan nilai intangible asset tinggi harus menggunakan lebih banyak hutang dari pada

perusahaan yang mature (tangible asset tinggi) yang tidak menggunakan hutang,

akan tetapi didalam teori diperlukan untuk mengurangi efek dari ketidaksimetrisan

informasi.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling

pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai

pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas

kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk

dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan

pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara

(24)

keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja

membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi.

Hubungan keagenan dalam kontrak kerja adalah hubungan antara

pemegang saham (principal) dengan manager (agent), yang pemegang saham

memperkerjakan manajer untuk memberikan jasa kepada pemegang saham untuk

kepentingan pemegang saham. Pemegang saham melakukan pendelegasian

wewenang pembuatan keputusan kepada manajer perusahaan.

Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses

langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap

pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi

yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal

perusahaan, termasuk investor.

Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan

harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan

dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut

teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi

kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya

enforcement-nya.

Menurut Widodo (2012) teori keagenan mengasumsikan bahwa manajer

mementingkan diri sendiri. Manajer akan bertindak oportunistik untuk mencapai

(25)

buruknya dengan melakukan manajemen laba yang menaikkan laba. Sebaliknya,

apabila kinerja manajer baik, maka manajer cenderung menunda kinerja baiknya

dengan melakukan manajemen laba yang menurunkan laba

2.1.3 Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk

menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Menurut PSAK No.1 ,paragraph 7

“Laporan Keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang meliputi :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4.

Laporan arus kas

5.

Catatan atas laporan keuangan

Menurut SAK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan,kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua

informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan

ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian

masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang tekah dilakukan

(26)

dipercayakan kepadanaya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan

atau pertanggungjawaban manajemen lakukan demikian agar mereka dapat

membuat keputusan ekonomi. Keputusan ekonomi mencakup, misalnya

keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen

2.1.4 Pasar Modal

Pasar modal merupakan tempat perusahaan mencari dana segar untuk

mengingkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak

keuntungan. Dana segar yang ada di pasar modal berasal dari masyarakat yang

disebut juga sebagai investor. Para investor melakukan berbagai teknik analisis

dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi kemungkinan suatu

perusahaan menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka

semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para

investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan

instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.

Berlangsungnya fungsi pasar modal adalah dengan meningkatkan dan

menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara

efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan

(Lliyd,1976).

Di dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pengertian

(27)

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek.”

Manfaat pasar modal menurut Sunariah (2000) adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia

usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber daya secara

optimal.

2.Memberikan wahan investasi bagi investor sekaligus

memungkinkan upaya diversifikasi.

3.Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi Negara.

4.Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat

menengah.

5.Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme,

menciptakan iklim berusahan yang sehat.

6.Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

7.Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan

memiliki prospek.

2.1.5 Saham

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen

finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Wujud

(28)

Porsi kepemilikan ditentukan seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di

perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 6).

Defenisi saham menurut Rahardjo (2006) adalah sebagai berikut:

“Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti

kepemilikan atau penyertaan dari individu atau instansi dalam suatu perusahaan.”

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham menurut

Darmadji dan Fakhruddin (2001: 6), yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim.

a. Saham biasa (Common stock)

Mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki

perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya,

jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang

saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred stock)

Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham

biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi

juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Serupa

saham biasa karena mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal

jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar

deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas laba dan aktiva

sebelumnya, devidennya tetap selama masa berlaku dari saham, dan memiliki hak

(29)

2. Ditinjau dari cara peralihannya.

a. Saham Atas Unjuk (Bearer stock)

Pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah

dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa

yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan

berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham atas nama (Registered stock)

Merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di

mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan

a. Blue-chip stock

Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai

leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam

membayar dividen.

b. Income stock

Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen

lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan

secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan

(30)

c. Growth stock

c.i. Well - known

Saham – saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang

tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

c.ii. Lesser – known

Saham dari emiten yang tidak sebagai leader dalam industri, namun

memiliki ciri growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah dan kurang

populer di kalangan emiten.

d. Speculative stock

Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh

penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan

penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Counter cyclical stock

Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun

situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap

tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat

dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa

resesi.

2.1.5.1 Harga Saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang

(31)

perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Selembar saham

mempunyai nilai atau harga. Menurut Widoatmojo (1996: 46) harga saham dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Harga Nominal

Harga tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk

menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal

memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya

ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa

efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin

emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa

harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk

menentukan harga perdana.

c. Harga Pasar

Jika harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada

investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.

Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang

disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benarp-benar

mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder

kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga

(32)

2.1.5.2 Keuntungan investasi pada Saham

Pada dasarnya,terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh investor

dengan membeli atau memiliki saham:

a. Deviden

Merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit

saham tersebut atas keuantungan yang dihasilkan perusahaan, deviden diberikan

setelah mendapat persetyujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Deviden yang

dibagikan perusahaan dapat berupa deviden tunai, artinya kepada setiap pemegang

saham diberikan deviden berupa uang tunai dalam jumlah rupiahtertentu untuk

setiap saham atau dapat pula berupa deviden stock yang artinya setiap pemegan

saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian deviden stock

tersebut.

b. Capital Gain

Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual

lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas

perdagangan di pasar sekunder. Misalnya investor membeli saham perusahaan

ABC dengan harga perlembar Rp.4000 kemudian menjualnya dengan harga

Rp.4500 per lembarnya, yang berarti pemodal tersebut telah mendapatkan capital

gain sebesar Rp.500 untuk setiap saham yang dijualnya. Umumya pemodal

dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain

Saham bonus (jika ada) yaitu saham yang dibagikan perusahaan kepada

pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara

(33)

melakukan penawaran umum dipasar perdana, misalnya setiap saham dengan nilai

nominal Rp.500 dijual dengan harga Rp.700 maka setiap saham akan memberikan

agio kepada perusahaan sebesar Rp.200 setiap sahamnya

2.1.5.3 Resiko dalam berinvestasi saham

Di dalam berinvestasi saham, kerugian bisa dialami oleh para investor

antara lain:

a. Tidak mendapat deviden

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan

menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan

deviden jika perusahan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi

keuntungan pemodal untuk mendapatkan deviden ditentukan oleh kinerja

perusahaan tersebut.

b. Capital Loss

Merupakan kebalikan dari capital gain, dimana suatu kondisi dimana

investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. ABC

yang dibeli harga Rp.4000,- per saham, kemudian harga saham terus mengalami

penurunan hingga mencapai Rp.1500,- per saham. Karena tidak ingin mengalami

kerugian lebih besar akibat harga saham tersebut terus menurun, investor menjual

pada harga Rp.1500,- per lembar sehingga investor mengalami kerugian sebesar

Rp.500,- per saham.

c. Perusahaan bangkrut dan dilikuidasi

Jika suatu perusahaan, maka tentu saja akan berdampak secara langsung

(34)

saham di bursa efek. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang

saham akan mendapatkan posisi lebih rendah dibandingkan kreditor atau

pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa baru akan dibagikan kepada

pemegang saham.

d. Saham di delist dari bursa (delisting)

Resiko lain yang dihadapi oleh para investor adalah jika saham perusahaan

dikeluarkan dari pencatatan bursa efek (delist). Suatu saham perusahaan di delist

di bursa umumnya karena kinerja perusahaan di delist di bursa umumnya karena

kinerja perusahaan yang buruk, misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah

diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden

secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai

dengan peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang di delist keluar

dari bursa dengan tujuan Go Private, perusahan yang melakukan Go Private tidak

merugikan investor karena perusahaan penerbit saham tersebut melakukan Buy

Back terhadap saham yg diterbitkan.

e. Saham di Suspend

Jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya oleh

otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya

hingga saham yang di suspend tersebut dicabut dari status suspend. Suspend

biasanya berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam 1 sesi perdagangan, 1

hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari

perdagangan. Hal yang menyebabkan saham di suspend yaitu suatu saham

(35)

kreditornya, atau berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa

menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian diminta

konfirmasi lainnya. Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak

menjadi ajang spekulasi, jika setelah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka

status suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat

diperdagangkan lagi seperti semula.

2.1.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Weston dan Brigham (2001: 26), faktor-faktor yang

mempengaruhi harga saham adalah:

a. Laba per lembar saham (Earning Per Share)

Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan

menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar

saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang

cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih

besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.

b. Tingkat Bunga

Tingkat bunga mempengaruhi harga saham dengan cara :

• Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi,

apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk

ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal

sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan.

• Mempengaruhi laba perusahaaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya,

(36)

Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan

mempengaruhi laba perusahaan.

c. Jumlah Kas Deviden yang diberikan

Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian

dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba

ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham,

makapeningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang

besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

d. Jumlah Laba yang didapat perusahaan

Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang

mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah

sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi

harga saham perusahaan.

e. Tingkat Resiko dan Pengembalian

Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan

meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin

tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang

diterima.

2.1.6 Rasio Profitabilitas

Merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga

(37)

melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba

yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut

juga rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Dari sini permasalahannya menyangkut efektivitas manajemen dalam

menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca

untuk menghasilkan laba. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih

terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Bentuk paling mudah

dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih)

yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca (Return on Asset)

Jenis-jenis rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:

a. Gross Profit Margin

Merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan penjualan.

Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,

karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah

dibandingkan dengan sales. Demikian pula sebaliknya,semakin rendah gross

profit margin maka semakin kurang baik operasi perusahaan

(Syamsuddin,2009:61).

Gross profit margin di hitung dengan formula:

Gross Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan

(38)

b. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin

tinggi Net Profit margin maka semakin baik operasi suatu perusahaan. Net profit

margin dihitung dengan rumus:

Rentabilitas Ekonomi = Laba bersih sebelum pajak

Total Aktiva

c. Basic Earning Power(Rentabilitas Ekonomi)

Merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi

Basic Earning Power mengindikasikan seberapa besar kemampuan aset yang

dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan

kata lain Basic Earning Power menunjukkan kemampuan total aset dalam

menghasilkan laba.

Basic Earning Power dihitung dengan rumus:

Basic Earning Power = Laba Bersih Sebelum Pajak

Total Aktiva

d. Return On Assets (ROA)

Merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total

aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai

aktiva) dikeluarkan dari analisis.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan

kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang

(39)

setelah pajak yang dihasilkan perusahaan, dimana data yang digunakan adalah

data yang tercantum di dalam laporan keuangan yang di publikasikan. ROA

adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat

pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif

disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif juga atau rugi. Hal ini

menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan

belum mampu untuk menghasilkan laba. Adapun rumus untuk mencari ROA

adalah sebagai berikut:

Return On Asset = Laba setelah pajak X 100%

Total Aktiva

e. Return On Equity (ROE)

Merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia

bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun saham

preferen) atas modal mereka diinvestasikan di dalam perusahaan. Secara umum

tentu sama semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik

kedudukan pemilik perusahaan. Hal ini berpengaruh dalam meningkatkan daya

tarik investor terhadap perusahaan. Peningkatan daya tarik ini menjadikan

perusahaan tersebut semakin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan

semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa return saham dari perusahaan

tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROE

(40)

Adapun rumus untuk mencari ROE adalah sebagai berikut:

Return On Equity = Laba Bersih x100%

Total Equity

f. Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang

menggunakan konsep laba. EPS adalah informasi yang penting bagi investor

untuk mengetahui keuntungan dari saham. EPS merupakan perbandingan antara

keuntungan

yang dihasilkan (laba bersih) dan jumlah saham yang beredar. EPS atau

laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar

sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.

Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi

pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Menurut Gitman, EPS dapat diperoleh dengan rumus:

EPS = Laba Operasi – Deviden saham prioritas

Rata – rata saham biasa yang beredar

2.1.7 Economic Value Added

Economic Value Added merupakan suatu konsep penilaian kerja keuangan

perusahaan yang dikembangkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan

(41)

adalah kriteria untuk mengukur kinerja dengan cara menunjukkan keuntungan

yang tersisa setelah dikurangi biaya modal (Anvari et al, 2005).

Economic Value Added sendiri dapat didefenisikan sebagai keuntungan

operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal dari investasi atau

modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak

dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. EVA

berusaha mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan

memperlihatkan biaya modal yang meningkat, karena biaya modal

menggambarkan resiko perusahaan. Metode EVA akan sesuai dengan kepentingan

para investor. Oleh karenanya, jika manager berfokus pada EVA, hal ini akan

dapat membantu memastikan bahwa mereka telah menjalankan operasi dengan

cara yang konsisten dengan tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang

saham.

EVA dianggap sebagai kriteria kinerja yang sederhana dan sebagai

gambaran nyata penciptaan kekayaan bagi pemegang saham membantu manager

membuat keputusan investasi dan mengidentifikasi peluang untuk memperbaiki

serta mempertimbangkan keuntungan jangka pendek seperti sumber daya jangka

panjang. Dengan kata lain, EVA merupakan kriteria efektif pada kualitas

kebijakan manajerial dan merupakan indeks yang dapat diandalkan mengenai cara

(42)

2.1.5.1 Manfaat EVA

EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan dimana fokus

penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai. Penilaian kinerja dengan

menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai

dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir

dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang

memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal

sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

EVA terdiri dari dua prinsip utama dalam pengambilan keputusan

manajer, yaitu:

a. Tujuan utama keuangan dari setiap perusahaan harus memaksimalkan

kekayaan pemegang saham dan nilai.

b. Nilai dari masing-masing perusahaan tergantung pada fakta bahwa

keuntungan masa depan yang diharapkan kurang dari biaya modal.

2.1.5.2 Tolak Ukur EVA

Konsep Economic Value Added (EVA) megukur nilai tambah dengan cara

mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul akibat investasi yang

dilakukan oleh perusahaan. EVA yang positif menandakan perusahaan berhasil

menciptakan nilai bagi pemilik modal karena perusahaan mampu menghasilkan

tingkat pengembalian melebihi tingkat modalnya. Hal ini sejalan dengan tujuan

(43)

menunjukkan bahwa nilai perusahaan menurun karena tingkat pengembalian

lebih rendah dari biaya modal (Utama, 1997)

Tolak ukur analisi EVA menurut Wijayanto (1993) dapat dinyatakan

sebagai berikut:

a. EVA > 0 (positif).

Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam

perusahaan setelah perusahaan membayar semua kewajiban pada para

penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya

b. EVA = 0 (impas)

Maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua

laba yang ada digunakan untuk membayar kewajiban pemegang saham (tidak

mampu menutup nilai perusahaan)

c. EVA < 0 (negatif)

Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban kepada para

penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi

return saham tidak dapat tercapai.

2.1.5.3 Keunggulan dan Kelemahan EVA

EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:

a. EVA memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan Net Present Value

(NPV).

b. EVA membangtu manajer senior dari perusahaan lebih responsive terhadap

indeks yang sangat dikontrol oleh mereka.

(44)

d. EVA merupakan indeks yang tepat untuk menentukan reward manager.

e. Adanya hubungan antara EVA dan pasar perusahaan.

f. EVA sebagai indeks kinerja ekonomi kompatibel dengna indeks lain seperti

nilai tambah kas investasi, nilai pemegang saham dan arus kas output pada

investasi.

g. EVA menunjukkan bahwa nilai perusahaan tergantung langsung pada kinerja

manajemen.

h. EVA bisa menjadi dasar untuk menentukan tujuan investasi dalam

proyek-proyek.

i. EVA tidak banyak mengalami defenisi akuntansi sebagai indeks untuk

mengukur penilaian kinerja.

Walaupun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun EVA juga memiliki

beberapa kelemahan,antara lain:

a. Sulit untuk menghitung EVA termasuk tingkat pengembalian dan tingkat

biaya modal.

b. EVA biasanya dihitung berdasarkan angka historis.

c. Analisis nilai tambah terkadang tidak praktis, misalnya perusahan-perusahaan

yang telah dibentuk baru-baru ini atau perusahaan investasi.

2.1.5.4 Langkah-langkah Dalam Menentukan EVA

Ada beberapa langkah dalam menentukan EVA menurut Brigham &

Houston (2006 : 69) ,yakni:

a. Menghitung laba bersih setelah pajak ( Net Operating Profit After Tax /

(45)

Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih tidaklah selalu

mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi sebuah perusahaan atau

keefektifan dari para manager operasi dan karyawannya. Ukuran yang lebih baik

untuk membandingkan kinerja diantara para manajer adalah laba operasi bersih

setelah pajak, yang merupakan jumlah laba yang dilakukan oleh perusahaan jika

tidak memiliki utang dan aktiva non operasi

.NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan rumus:

NOPAT = EBIT (1- Tax)

Keterangan :

EBIT : Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga

dan pajak

Tax : Tarif pajak

b. Menghitung Invested Capital

Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang

diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan yang sudah terlepas dari

kewajiban jangka pendek yang tidak menanggung bunga. Total kewajiban dan

ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan hutang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan

pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasannya maupun pembayarannya

akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan

menggunakan aktiva lancer yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak

dikenai bunga, seperti hutang usaha/kewajiban segera,hutang pajak, biaya yang

(46)

Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka

Pendek.

c. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)

Weighted Average Cost of Capital (WACC) merupakan rata-rata

tertimbang biaya hutang dan biaya modal sendiri, menggambarkan tingkat

pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan required rate of

return(tingkat pengembalian yang diharapkan) oleh investor, yaitu kreditor dan

pemegang saham. Dengan demikian di dalam perhitungannya akan mencakup

perhitungan masing-masing komponennya, yaitu cost of debt ( biaya hutang) dan

cost of equity ( biaya modal sendiri) serta proporsi masing-masing di dalam

struktur modal perusahaan.

Untuk menghitung biaya modal kita menggunakan WACC, yaitu rata-rata

tertimbang dari seluruh komponen modal. Komponen modal yang sering dipakai

adalah: saham biasa, saham preferen, utang, dan laba ditahan. Seluruh komponen

modal (capital components) mempunyai satu kesamaan, yaitu investor yang

menyediakan dana berharap untuk mendapatkan return dari investasi mereka.

Di dalam perhitungan biaya modal tertimbang ini yang dipakai adalah

modal yang tertanam dalam jangka panjang dalam perusahaan.

Adapun rumus untuk mencari WACC adalah:

WACC = {(D x rd) (1 - Tax) + (E x re)}

Keterangan:

(47)

Rd : Biaya hutang

E : Tingkat modal dan ekuitas

Re : Biaya ekuitas

Tax : Beban pajak

Dimana:

Tingkat Modal (D) = Total Kewajiban x 100% Total Kewajiban dan Ekuitas

Cost of Debt (rd) = Beban Bunga x 100% Total Kewajiban

Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = Total Ekuitas x100% Total Kewajiban dan Ekuitas

Cost of Equity (re) = Laba Bersih setelah Pajak x100% Total Ekuitas

d. Menghitung Capital Charges

Capital charges merupakan biaya modal yang memperhitungkan biaya

kewajiban yang harus dibayarkan kepada keditor, serta biaya ekuitas yang

seharusnya dibayarkan kepada para pemegang saham.

Capital Charges = WACC x Invested Capital

e. Menghitung EVA

Eva diukur dengan rumus:

(48)

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai return saham telah pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic

Value Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang saham.

Hasil dari penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value

Added, ROA, ROE, tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Firdha (2010), yang meneliti tentang pengaruh ROA, EPS, dan EVA

terhadap harga saham pada perusahaan industri telekomunikasi. Hasil dari

penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian secara parsial dimana ROA dan

EVA tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan

EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

Jhonatan (2011), yang meneliti tentang pengaruh EVA, MVA, dan rasio

Prifitabilitas terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasil

penelitiannya ditemukan bahwa hasil pengujian hipotesis dimana EVA tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham dan memiliki arah pengaruh

negatif, sedangkan MVA, ROA, dan ROE tidak mempunyai pengaruh yang

(49)

Berikut adalah review Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1.

Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)

No Nama Peneliti & Tahun penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian

1. Lucky Bani Wibowo (2005)

(50)

Lanjutan Tabel 2.1.

Review Penelitian Terdahulu ( Theoretical Mapping)

No Nama Peneliti & Tahun penelitian

Judul Penelitian Variabel Penelitian

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana

hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui

dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan

teoritis yang telah diuraikan di awal maka penelitian ini dapat dilihat pada gambar

(51)

Return On Equity (ROE) H1

(X1)

Earning Per Share (EPS) H2 Return

(X2) Saham

(Y) Economic Value Added H3

(X3)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Return on Equity (ROE) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

H2 : Earning Per Share(EPS) bepengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

H3 : Economic Value Added (EVA) bepengaruh secara signifikan terhadap harga

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono (2007 : 30)

desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab

akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel

dependen

( variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji pengaruh rasio Profitabilitas

( ROE dan EPS) dan Economic Value Added terhadap harga saham perusahaan.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Ditetapkannya Bursa Efek

Indonesia sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa BEI merupakan

pusat penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Adapun waktu

untuk melakukan penelitian adalah Tahun 2007 – 2012.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2007:72). Populasi

(53)

tahun 2007 - 2012. Selama tahun 2007 – 2012 perusahaan yang terdaftar di BEI

terdapat 131 perusahaan manufaktur aneka industri. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari 30 ( tiga puluh) perusahaan manufaktur aneka

sektor industri. Sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan metode purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono,2007 : 71)

Adapun kriteria – kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

a. Data yang digunakan merupakan data dari perusahaan yang tercatat dan

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan menerbitkan laporan keuangna yang

telah diaudit pada periode tahun 2007 – 2012.

b. Perusahaan tersebut memiliki laba positif dan membagikan deviden setiap

tahunnya selama periode penelitian ini yakni pada tahun 2007 – 2012.

c. Perusahaan memiliki data – data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk

2 ALMI PT Alumindo Light Metal Industry Tbk 3 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk

4 AUTO PT Astra Otoparts Tbk

5 ASII PT Astra International Tbk

6 BRNA PT Berlina Tbk

7 CLPI PT Colorpak Indonesia Tbk 8 CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk

9 CTBN PT Citra Tubindo Tbk

(54)

Lanjutan Tabel 3.1

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian

No Kode Nama Perusahaan

11 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 12 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk

13 GGRM PT Gudang Garam Tbk

14 HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk 15 IMAS PT Indomobil Sukses Internasional Tbk

16 INAF PT Indofarma Tbk

17 INDS PT Indospring Tbk

18 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 19 JPFA PT JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 20 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

21 KLBF PT Kalbe Farma Tbk

22 MERC PT Merck Tbk

23 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk

24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk

25 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 26 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 27 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 28 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 29 UNTR PT United Tractors Tbk 30 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk

3.4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data

sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan

pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa data kualitatif maupun

data kuantitatif (Teguh, 2005 : 121). Data yang diperoleh adalah kombinasi antara

data time series dengan data cross section (Pooled Data).

Data time series merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu

yang di dapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu

mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data cross section merupakan

sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu

(55)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cross

section,time series,dan studi dokumentasi. Studi dokumentasi yaitu dengan

mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder yang terkait

dengan lingkup penelitian. Data tersebut diperoleh dari laporan keuangan

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2012.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari media internet dengan cara

mengunduh melalui situs

keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Ratio Profitabilitas (

Return on Equity dan Earning Per Share) dan Economic Value Added, sedangkan

variabel dependen (Y) adalah Harga Saham.

3.7. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran untuk masing – masing variabel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X)

a. Return on Equity (X1) adalah Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan

memanfaatkan kontribusi pemilik dan/atau seberapa efektif perusahaan

menggunakan sumber – sumber lain untuk kepentingan pemilik. Skala

(56)

b. Earning Per Share (X2) adalah Rasio yang menunjukkan berapa besar

kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba

c. Economic Value Added (X3) adalah laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)

selama satu tahun buku dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh modal (capital charge) yang didasarkan atas WACC dan dikalikan

dengan invested capital. Skala pengukurannya adalah skala rasio.

2. Variabel Dependen (Y).

a. Harga Saham (Y) adalah harga pasar pada waktu penutupan (closing price)

aktivitas di Bursa Efek Indonesia. Harga saham yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah rata-rata harga saham 2 (dua) bulan setelah publikasi

laporan keuangan pada masing-masing periode pengamatan. Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

Tabel 3.2 – Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

(57)

Lanjutan Tabel 3.2 – Operasional Variabel

penutupan rata – rata

selama dua bulan

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah model

analisis regresi berganda,analisi uji-F dan uji t menggunakan software EViews

(Econometric Views). Peneliti melakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik

sebelum melakukan pengujian hipotesis.

1. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing – masing

variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian

menggunakan Jarque – Bera Test (J-B test). Uji Jarque – Bera Test (J-B test)

(58)

Menurut Widarjono (2013 : 50), dasar pengambilan keputusan dapat

dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu:

• Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.

• Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model uji regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas adalah

adanya hubungan yang kuat antar variabel independen dalam persamaan regresi.

Adanya Multikolinearitas akan mengakibatkan ketidaktepatan estimasi, sehingga

mengarahkan kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini menyebabkan

koefisien dan standar deviasi sangat sensitif terhadap perubahan harga (Gujarati,

1995). Selain itu akibat terjadinya multikolinearitas adalah :

• Koefisien regresi tidak dapat ditaksir.

• Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak berharga.

• Koefisien regresi setiap variabel bebas secara sistematis tidak signifikan

sehingga tidak diketahui variabel independen yang mempengaruhi variabel

dependen

• Tanda koefisien regresi akan berlawanan dengan yang diramalkan secara

teoritis.

• Jika salah satu variabel bebas dihilangkan dari model regresi yang ditaksir, ini

dapat menyebabkan koefisien regresi variabel bebas yang masih ada

Gambar

Tabel 2.1.
Gambar 2.1.
Tabel 3.1
Tabel 3.2 – Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi harga tekanan inflasi pada 3 bulan (Oktober) dan 6 bulan (Januari) mendatang diprediksi meningkat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 dan 6 bulan

Kami sebelumnya telah melaksanakan audit, berdasarkan standar auditing yang ditetapkan lnstitut Akuntan Publik lndonesia, atas laporan posisi keuangan konsolidasian

ىتح اهبيلاسأو اهطامنأو ةيبرعلا ةيوحنلا دعاوقلا قيبطت ميلعت يف زكرتي ءاشنلإا وأ ةباتكلا ميلعت رثكأ نأ فورعلمابو دعاوقلا ةدام يف ةبلطلا ملعتي امم اراركت ميلعتلا

Proses kerja uji untai reaktor riset merupakan miniatur untuk mempelajari proses pendinginan primer dan sekunder sebuah reaktor , sehingga sistem pemipaan yang digunakan

penelitian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajamya, baik yang secara langsung dibiayai oleh dana Universitas Negeri Padang maupun dana dari sumber lain yang

Demikian pula nilai- nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Kekuasaan Soeharto

18 If Mother Tongue is other than Tamil, whether studied Tamil Language as Part I If No, Specify the Qualifying Test Passed.. 19 .If any Punishment given for the past 5 years