• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS III SDN 1 WIYONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS III SDN 1 WIYONO"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

KELAS III SDN 1 WIYONO

Oleh

DWI PUTUT APRIYANTO

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat pada siswa kelas III SDN 1 Wiyono Kabupaten Pesawaran melalui model pembelajaran kelompok.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar serangna tinjuan pencak silat pada siswa kelas III SDN 1 Wiyono Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Data penelitian terdiri dari data aktivitas siswa dan hasil belajar. Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dari siklus I, II, dan III. Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.

Setelah di laksanakan tes awal, hasil yang diperoleh tidak memenuhi standar KKM, yaitu prosentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebesar 0%. Lalu dilaksanakan penelitian tindakan kelas dan hasil yang diperoleh adalah persentase siswa yang mendapat nilai ≥ 65 pada siklus I, siklus II, dan siklus III berturut-turut adalah 75,4%, 78,5%, dan 85,6%. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.

Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat pada siswa kelas III SDN 1 Wiyono melalui model pembelajaran kelompok dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar serangan tinjuan dan telah mencapai peningkatan hasil yang signifikan.

(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencak silat merupakan materi pelajaran pendidikan jasmani yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kwalitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas, titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dengan wilayah pendidikan lainnya, hubungan dari perkembangan fisik dengan pikiran dan jiwanya. Intinya pendidikan jasmani mempengaruhi perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia. Tidak ada bidang yang lain seperti bidang pendidikan jasmani yaitu bidang ilmu yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

(4)

serta emosional adalah dalam masalah penekanannya yang berbeda dengan bidang lain. Misalnya pendidikan moral hanya menekankan moral namun masalah fisik tidak turut terkembangkan atau bidang kedokteran hanya mengembangkan bagaimana fisik sehat namun masalah emosi dan mentalnya tidak turut terkembangkan.

Pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata. Arti dari pendidikan jasmani tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak sebagai satu proses pembentukan

kwalitas pikiran juga tubuh.

Pendidikan jasmani diistilahkan sebagai proses menciptakan tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa. Artinya di dalam tubuh yang sehat diharapkan pula terdapat jiwa yang sehat. Oleh karenanya, pendidikan jasmani mengembangkan dua aspek hasil belajar, yaitu aspek psikomotor dan kognitif secara seimbang dan tidak menekankan salah satunya saja. Selain itu unsur emosi dan perasaan juga terdapat dalam pembelajaran gerak.

(5)

Prestasi melalui kejuaraan tingkat SD adalah salah satu tujuan dari pembuatan PTK ini sehingga di SDN 1 Wiyono telah memasukan materi pencak silat kedalam salah satu materi dalam pendidikan jasmani.Pencak silat memang tidak terdapat dalam silabus namun menurut ketetapan kurikulum baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki otonomi atau wewenang untuk mengganti atau menambah materi yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisak pencak silat di sekolah. Dalam pembelajaran gerak dasar silat di SD tidak terlalu menekankan pada aspek kecepatan dan kekuatan seperti yang di ajarkan untuk pencak silat prestasi tetapi hanya menekankan pada penguasaan indikator agar keterampilan gerak yang ditampilkan dapat terlihat indah.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, ketika mengajar pencak silat pada siswa kelas III SDN 1 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, masih terdapat kelemahan dan kekurangan seperti kemampuan dasar pencak silat, yaitu pukulan jenis serangan tinjuan masih kurang maksimal, pada penguasaan indikatornya sehingga nanti akan menghasilkan gerak dasar yang kurang maksimal. Hal ini dikarenakan oleh: (1) proses pembelajaran yang monoton, (2) guru kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dasar pencak silat, (3) ketidakseriusan siswa dalam melakukan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat.

Dari uraian di atas peneliti ingin melakukan suatu tindakan dalam proses

(6)

kelompok dengan tujuan agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran di kelas III SDN 1 Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain:

1. Proses pembelajaran pencak silat masih berjalan monoton.

2. Guru kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dasar pencak silat. 3. Ketidakseriusan siswa dalam melakukan gerak dasar serangan tinjuan pencak

silat.

C. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan model pembelajaran kelompok pada siswa kelas III SDN I Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat meningkatkan kemampuan dasar serangan tinjuan pencak silat?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dasar siswa dalam melakukan gerakan serangan tinjuan pencak silat agar dalam pembelajarannya tidak bersifat monoton. 2. Meningkatkan kemampuan guru agar mampu mengembangkan kegiatan

(7)

3. Menumbuhkan minat siswa dalam melakukan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Siswa

Menambah ketrampilan khususnya dalam kemampuan dasar pencak silat. 2. Guru Penrdidikan Jasmani

Sebagai informasi dalam mengembangkan berbagai keterampilan yang terkait dengan kemampuan pencak silat.

3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila

Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa penjaskes yang akan melakukan PPL di sekolah terutama dalam menngatasi kesulitan belajar gerak khususnya yang berkaitan dengan kemampuan dasar pencak silat dan metode yang digunakan. 4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pencak silat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti : Guru Penjaskes

Objek penelitian : Peningkatan keterampilan gerak dasar tinjuan pencak silat Subjek penelitian : Siswa kelas III SDN 1 Wiyono

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses berkesinambungan yang berlangsung seumur hidup. Menurut Callahan dan Clark (2003:204) bahwa, walaupun belajar berlangsung seumur hidup, namun disadari bahwa tidak semua belajar dilakukan secara sadar. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Secara umum, belajar dikatakan sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud fakta, konsep, dan teori.

Pendidikan Jasmani pada dasamya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik

(9)

Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah ,mengumpulkan berbagai

pengalaman tentang ilmu pengetahuan. Adapun cirri kegiatan yang disebut belajar adalah sebagai berikut (Nasution, 1994:2):

1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar,baik actual maupun potensial.

2. Perubahan itu pada dasarnya berubah dan mendapatkan kemampuan baru,yang berlaku dan relative lama.

3. Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku ini mencakup pengetahuan ,ketrrampilan dan sikap. Sedangkan menurut A Tabrani Rusyan (1989:7) mengatakan bahwa:

“Belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap atau mengenal sikap dan nilai,pewngetahuan dan kecakapan dasar yang

terdapat dalam berbagai bidang study atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses

perubahanm tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

B. Pengertian Pendidikan Jasmani

(10)

development), kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health), dan penampilan fisik (physical appearance). Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas yang mengembangkan dan emelihara tubuh manusia. Menurut Nixon dan Jawett (1980 : 10) pendidkan jasmani itu sendiri diartikan sebagai :

“Tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan yang dilakukan atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi, dan sosial”.

Sedangkan arti pendidikan jasmani menurut Abdul Gafur (1983) yaitu :“Suatu proses pendidikan seseorang maupun golongan masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani”.

Dari pengertian dan definisi Pendidikan Jasmani (penjas), olahraga dan bermain menurut teori para ahli, pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani.

(11)

pendidikan jasmani itu sendiri berarti “semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksakan sesusai tujuan yang ingin dicapainya”.

Nixon and Cozens (1963:51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani

didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut. Dauer dan Pangrazi (1989:1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak.

Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Dan pendidikan jasmani menurut Singer (1976) adalah “Pendidikan dari jasmani yang berbentuk satu sistem atau program aktivitas jasmani yang melibatkan otot-otot besar “.

(12)

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk ketrampilan berolahraga. Tidaklah mengherankan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik. Pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Toho Cholik Mutohir dan Rusli Lutan (1996 :16) mengembangkan definisi pendidikan jasmani sebagai berikut:

“pendidikan jasmani adalah proses yang dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan dan perkembangan watak, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkwalitas berdasarkan Pancasila”.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan melalui berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan individu secara organic, neunomoscular, intelektual, dan emosional, selain itu melalui aktivitas jasmani dikembangkan ketrampilan motorik,pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif. Pengertian pendidikan jasmani dalam pedoman khusus yang diterbitkan oleh Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2003, mengemukakan definisi pendidikan sebagai berikut:

(13)

C. Keterampilan Gerak

Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu dan tanpa memikirkan gerak itu merotasi ,maka dengan itu dapat ditentukan jarak dan arah dari titik pangkalnya.(Soedarminto, 1993:360) mengemukakan definisi gerak sebagai perpindahan tempat ke tempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efektif dan efisien. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Keteraurpilan gerak diperoleh melalui proies belajar, yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerak yang telah dilakukan.

Untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu lamanya waktu yang di peroleh oleh setiap individu berbeda-beda. Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli Lutan (1998:42) membagi gerakan dalam yang melekat pada individu yaitu, (1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) dan manipulatif.

(14)

Olahraga pencak silat dikelompokan menjadi kategori laga, kategori seni tunggal, kategori seni ganda, kategori seni beregu baik kelas putra atau putrid sama. Didalam pencak silat, rata-rata pesilat mempunyai spesifikasi masing-masing atau bidang yang special yang ia tekuni dan tidak bisa bercampur dalam beberapa kategori tanding, karena akan mengacaukan teknik yang dimiliki pesilat.

D. Pengertian Belajar Mengajar

Beberapa ahli yang memberikan tafsiran tentang belajar dan mengajar diantaranya Menurut A. Tabrani Rusyani (1939:7) belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut rumusan tersebut berarti bahwa belajar bukan hanya sekedar mengingat melainkan lebih luas dari itu, yaitu mengalami.

Hasil belajar bukan hanya penguasaan latihan, melainkan juga terjadi perubahan prilaku. Sedangkan mengajar menurut pandangan Burton dalam Chauhan (1977:5) mendefinisikan sebagai “upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus),

bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar’.

(15)

Menurut John Dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia. Sejalan dengan rumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan proses tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Dibandingkan dengan pengertian pertama, nampak jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, sedangkan bedanya adalah cara atau usaha untuk pencapaian (Oemar Hamalik, 2003:27 ). Didalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, yang dimaksud belajar menurut Husdartra dan Saputra (2002:2) adalah:

“belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tingkah laku ini mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap".

Tingkah laku dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang dapat diamati dan yang tidak. Tingkah laku yang dapat diamati disebut dengan behavioral

performance, sedangkan yang tidak dapat diamati disebui behavioral tendency. Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya perubahan sementara karena semua hal.

(16)

kendala yang terjadi pada saat proses pendidikan berlangsung baik dalam bentuk bimbingan, pengajaran, dan dalam bentuk tanya jawab yang mengharuskan pendidik mengetahui lebih banyak tentang materi yang akan disampaikan dan tepat menyikapi permasalahan yang ada pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

E. Tahap Pembelajaran Gerak

Proses keterampilan gerak terjadi dalam tiga tahap belajar: 1. Tahap kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak,pada tahap ini diberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula mereka belum memahami mengenai apa kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu kemampuan kognitif sangat berpengaruh pada tahap ini. Pada tahap ini awal dalam belajar gerak diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari, pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya.

Informasi yang diberikan bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal ialah informasi yang berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat, informasi dapat berupa gerakan atau gambar gerakan. Intruksi, demonstrasi, film, sangat bermanfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang telah dipelajari sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang di hadapinya sekarang. Misalnya, beberapa

(17)

sebelumnya dapat digunakan untuk pengajaran yang baru. Juga beberapa bentuk gerakan yang sudah dipelajari sebelumnya dapat disesuaikan dengan keterampilan yang diinginkan menjadi pijakan bahan pengajaran selanjutnya. 2. Tahap Fiksasi

Tahap fiksasi disebut juga tahap tengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan gerakan dalam rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap

mempraktekan berulang-ulang, pelaksanaan gerakannyaakan menjadi efesien, lancer, sesuai dengan keinginannya dan kesalahan gerakan semakin berkurang.

Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, peserta didik perlu tahu kesalahan yang diperbuatnya. Peserta didik membutuhkan motivasi dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan sudah benar atau salah melalui pemberitahuan orang yang mengamatinya. Dari pengetahuan tentang kesalahan itulah peserta didik perlu mengerahkan perhatiannya untuk

(18)

3. Tahap otomatisasi

Tahap otomatisasi dapat dikatakan sebagi tahap akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan secara otomatis tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu peserta didik harus memperhatikan hal-hal lainnya selain gerakan yang dilakukan. Peserta didik sudah menjadi lebih trampil dan dalam setiap gerakan yang dilakukan lebih efesien dan efektif. Untuk mencapai tahap ini, diperlukan praktik berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai tahap otomatisasi, kelancaran dan kebenarangerakan masih bias ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada tahap-tahap berikutnya.

Pada tahap ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah gerakan cukup sulit dan untuk mengubahnya diperlukan ketekunan dan latihan yang kontinyu.

F. Perkembangan Gerak Dasar Untuk Anak Usia SD

Anak usia 2-7 tahun pada dasarnya sedang mengalami masa pertumbuhan, mengalami bertambahnya pengalaman, mereka bergantung pada instruksi dan meniru yang lain. Fase perkembangan gerak dasar ini di bagi menjadi dua tingkatan, yaitu:

(19)

2. Tingkat dasar, merupakan proses menuju pematangan ke arah pola gerak dasar, kesadaran mengenai ruang dan waktu sudah terbentuk, sehingga gerak koordinasi sudah mulai lebih baik daripada tahap sebelumnya.

G. Model Latihan Kelompok

Menurut Rusli Lutan (1998:91), bahwa beberapa model pembelajaran pendidikan jasmani menurut Mosston adalah gaya komando (command style), pemberian tugas (task teaching), pengajaran individu (individual teaching), pengajaran berpasangan (reciprocal teaching), pengajaran kelompok (group teaching), pemecahan masalah (problem solving), dan penemuan terbimbing (guided discovery).

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman mengajar yang selama ini dilakukan, untuk mengatasi tingkat kesulitan dan mengatasi kurang minat siswa dalam melaksanakan pembelajaran pencak silat maka model pembelajaran kelompok sangat tepat untuk meningkatkan pembelajaran gerak tersebut, karena kemungkinan siswa mendapat bantuan dari temannya dalam melakukan gerakan tersebut sangat besar, sehingga keadaan ini menjadi motivasi pula dalam meningkatkan minat siswa dalam belajar gerak yang dianggap sangat kompleks tersebut.

H. Pengertian Biomekanika

(20)

adalah cabang ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides (287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan

Issac Newton (1642-1727) yang merupakan peletak dasar bidang ilmu ini.

Galileo adalah peletak dasar analisa dan eksperimen. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi. Mekanika teknik atau disebut juga denagn mekanika terapan adalah ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip mekanika. Mekanika terapan mempelajari analisis dan disain dari system mekanik.

Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.

Biomekanika erat kaitannya dengan ilmu keolahragaan sehingga, biomekanika memiliki fungsi penting bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga, dalam hal ini fungsi dan kegunaan biomekanika bagi guru pendidikan jasmani dan pelatih olahraga menurut Abdulah (1994 : 202) dijelaskan bahwa; (1) pemahaman biomekanika akan menghasilkan peningkatan pengetahuan tentang kerumitan fungsi anatomis – fisiologi – dan mekanika dari tubuh manusia dan akan membantu meniadakan kesalahan yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar

(21)

khusus lebih cepat dan sempurna; (2) pengetahuan biomekanika juga penting bagi atlet karena ia akan menyadari kekeliruan untuk mencoba meniru gaya atlet lain karena gaya tersebut memberikan keberhasilan bagi atlet tersebut, sehingga atlet harus mengembangkan gayanya sendiri, sebab pada umumnya tidak ada dua manusia yang sama dalam karakteristik jasmani, seperti kekuatan otot, kelentukan, tipe tubuh dan begitupula karakteristik psikologis.

Untuk meningkatkan agar siswa mau melakukan gerak harus adanya stimulus dan gerak motorik. Motorik adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik) yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan suatu gerakan yang baik.

Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan satu sama lainya. Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh.

(22)

Dengan adanya gerak berpasangan akan menjadi stimulus dan motivasi tersendiri bagi siswa untuk lebih giat melakukan gerak dasar pada pencak silat dan pengaruh teman dalam hal ini sangat berperan penting terhadap hasil akhir dari gerak dasar pencak silat yang dilakukan siswa, dan berharap siswa mampu mengaplikasikannya secara lebih baik lagi, sesuai dengan tujuan kurikulum pendidikan dan standar kompetensi yang harus dicapai dalam proses belajar mengajar yang dibimbing langsung oleh oleh guru yang bersangkutan yaitu guru pendidikan jasmani yang ada disekolah itu sendiri.

I. Pengertian bermain

Bermain didifinisikan oleh Huizinga sebagai aktivitas bebas yang dilakukan tidak sungguh-sungguh, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta aturan-aturan tertentu. Siendentop, menyatakan bahwa bermain merupakan dunia bagi kehidupan anak-anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang diklakukan dengan atau tanpa memperegunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.(Sudono 2010:1)

Buitendyik menyebutkan prinsip-prinsip yang terdapat pada permainan yaitu: 1. Kita bermain dengan suatu barang atau seseorang

2. Kemungkinan bermain banyak sekali, tetapi ada batas-batas yang menentukan yaitu aturan-aturan.

3. Dalam bermain ada klimaks, mula-mula dari lemah kemudian semakin lama samakin kuat lalu kembali lagi ke keadaan semula

(23)

5. Selain berguna sebagai media untuk pembentukan gerak, sebagian besar para ahli psikologi meyakini bahwa bermain merupakan dasar bagi pembentukan prilaku dimasa anak-anak, sehingga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai kehidupan social dan perkembangan fisiknya.

J. Hipotesis

(24)

III. METEDOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Penelitian ini bercirikan

sebagai berikut :

1. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

2. Tujuan untuk meningkatkan pelaksanaan suatu program pembelajaran yang efektif dan efesien.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral.

Tujuan utama dari PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan praktik

pembelajaran secara berkesinambungan, juga untuk pengembangan kemampuan

keterampilan guru dalam menghadapi permasalahan aktual pembelajaran dikelasnya dan atau di sekolahnya sendiri.

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas (PTK)

(25)

B. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SD Negeri I Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama satu bulan.

C. Desain Penelitian

Adapun gambar siklus dapat dilihat sebagai berikut:

Rencana Awal

Refleksi Tindakan/Observasi Rencana yang direvisi

Refleksi Tindakan/Observasi

Rencana yang direvisi Refleksi

Tindakan/Observasi

[image:25.595.214.411.387.656.2]

Pemaknaan hasil

(26)

D. Subyek Penelitian

Adapun sebagai subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri I

Wiyono Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran berjumlah 28 orang, terdiri 17 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

E. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kemampuan Dasar Pencak Silat

1. Tujuan gerakan dasar ini untuk memaksa lawan agar tidak bisa melakukan

serangan.

2. Variasi arah dan sasaran jurus dan gerak dasar ini dapat dilatih secara serius

dan sistematis.

3. Sikap badan dan kuda-kuda harus siap saat akan melakukan serangan maupun pertahanan.

4. Pada saat melakukan gerakan dasar pencak silat, siswa harus dlam posisi siap untuk menghindari cidera dan salah bela yang mungkin akan terjadi saat

lengah, dan perhatikan peralihan titik berat badan.

5. Cara latihannya dilakukan secara berulang-ulang agar gerakan menjadi sempurna dan tidak terjadi salah bela.

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

(27)

2) Menyiapkan dan mengelompokan siswa untuk mengikuti proses belajar

mengajar pendidikan jasmani khususnya gerak dasar serangan tinjuan pencak silat.

3) Menyiapkan alat dokumentasi.

4) Menyiapkan/membimbing siswa untuk memperhatikan dan

mengevaluasi setiap gerakan yang dilakukan pada setiap kelompoknya.

b. Tindakan (Action)

1) Siswa dikelompokkan menjadi lima kelompok belajar dan pada saat pelaksanaan untuk melakukan gerakan dan dilakukan secara

berpasangan pada setiap kelompok.

2) Menunjukan dan menjelaskan pentingnya proses tangan, sasaran tinjuan dan gerakan badan dalam gerakan serangan tinjuan pada pencak silat.

3) Setelah melihat dan dijelaskan oleh guru, maka siswa pada setiap kelompok melakukan gerakan secara berpasangan yaitu dengan posisi

satu siswa di kanan dan satu siswa di kiri atau berdampingan namun tetap ada jarak antara keduanya,kemudian siswa melakukan gerakan serangan tinjuan mengarah ke ulu hati dan muka sebanyak 30 kali.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kesalahan gerakan yang dilakukan, kemudian memperbaiki gerakan yang salah

dengan berpedoman pada petunjuk pelaksanaan gerakan dasar serangan tinjuan pencak silat.

(28)

c. Observasi

1) Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi maka berilah waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2) Jumlah testor 3 orang, pada saat penilaian antara testor satu dan

lainnya agar berjauhan, sehingga akan mendapatkan nilai yang objektif.

d. Refleksi

1) Hasil observasi kemudian disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan siklus pertama dengan menggunakan model pembelajaran kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan dasar pencak silat, namun masih terdapat kekurangan.

2) Merencanakan tindakan untuk siklus kedua,

2. Siklus II

a. Rencana

1) Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan materi gerak

dasar serangan tinjuan pencak silat.

2) Menyiapkan instrument berupa indikator-indikator keterampilan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat dari awal hingga akhir.

3) Menyiapkan dan mengelompokkan siswa.

b. Tindakan:

1) Memberikan kepada setiap kelompok siswa, jika ada teman yang ada

(29)

2) Melakukan gerakkan dasar serangan tinjuan dengan gerakan yang

benar.

3) Setiap siswa berdiri saling berhadapan dan diberikan kesempatan untuk melakukan gerakan tinjuan sebanyak 20 kali kea rah ulu hati dan 20

kali kearah muka namun tetap siswa yang menjadi sasarannya berada dalam jarak yang aman setelah itu siswa bergantian peran, yang mana

siswa melakukan gerakan tinjuan berganti menjadi sasaran tinjuan. 4) Diberikan gerakan pengulangan secara lambat dan cepat.

c. Observasi

1) Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi maka berilah waktu pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2) Jumlah testor 3 orang, pada saat penilaian antara testor satu dan

lainnya agar berjauhan, sehingga akan mendapatkan nilai yang objektif.

d. Refleksi

1) Hasil observasi kemudian disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan

siklus kedua dengan menggunakan model pembelajaran kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar pencak silat, namun bila masih terdapat kekurangan maka akan direncanakan untuk

siklus berikutnya.

(30)

3. Siklus III

a. Rencana

1) Menyiapkan metode dan alat yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan instrutnent yang diperlukan untuk melakukan

observasi tindakan.

2) Menyiapkan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar kemampun gerak dasar serangan tinjuan pada olahraga pencak silat.

b. Tindakan:

1) Setiap siswa diberikan kesempatan untuk melakukan gerakan tinjuan sebanyak 10 kali kearah ulu hati dan 10 kali kearah muka.

2) Setiap kelompok mendemonstrasikan gerakannya secara kompak dan sekecil mungkin melakukan kesalahan dengan formasi kelompok dua siswa yang sudah mampu berdiri di depan dan dua lainnya di belakang,

ini dimaksudkan agar siswa yang kurang menguasai gerakan dapat mencontoh siswa yang ada didepannya yang lebih mahir.

3) Di berikan pengulangan gerak secara perorangan dalam kelompok.

c. Observasi

1) Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi maka berilah waktu

pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

(31)

d. Refleksi

1) Hasil observasi kemudian disimpulkan, bahwa pelaksanaan tindakan siklus ketiga dengan menggunakan model pembelajaran kelompok sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan gerak dasar

pencak silat, namun bila masih terdapat kekurangan maka akan direncanakan untuk siklus berikutnya.

2) Merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.

F. Instrument Penelitian

Instrument adalah alat yang digunakan untuk mengukur Penelitian Tindakan Kelas di setiap siklusnya. Menurut Frier dan Cruningham dalam Muhajir {1997:58) bahwa

alat untuk mengukur (instrumen) dalam PTK dikatakan valid bila tindakan itu memang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi.

Siswa yang dikatakan tuntas apabila :

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai 65 atau presentase ketercapaian 65 % secara perorangan.

2. Kenaikan secara klasikal dicapai bila kelas tersebut terdapar 85 % siswa yang

telah mendapat nilai > 65.

Adapun instrumen atau alat ukur untuk mengumpulkan sejumlah data dari masing- masing siswa dalam melakukan kemampuan dasar pencak silat dapat dilihat pada

(32)
[image:32.595.113.513.181.486.2]

Tabel 1. Alat Ukur (Instrumen) Kemampuan Dasar Serangan Tinjuan dalam Pencak Silat

Nama : ... : Nomor lnduk : ...

No Aspek Indikator 1 2 3 Skor

1 Aspek

Persiapan  Berdiri dengan kaki direnggangkan Posisi kaki kanan didepan

 Pandangan lurus kedepan dengan posisi badan menghadap kedepan

 Kedua Tangan berada dipinggang dengan tangan mengepal menghadap keatas

 Berat badan pada kaki yg berada dititik tumpu tengah

2 Aspek

Pelaksanaan  Berat badan dipindahkan Gunakan tangan kanan untuk melakukan serangan tinjuan dengan meluruskan lengan kanan ke depan

 Ketika melakukan pukulan telapak tangan menjadi menghadap kebawah

 Sasaran tinjuan adalah ulu hati 3 Gerakan

lanjutan  Kembali ke sikap semula

Keterangan:

1. Gerak salah (descriptor tidak tampak) 2. Gerak sedang (sebagian descriptor tampak) 3. Gerak benar dan baik (semua descriptor tampak)

Penilaian :

1. Nilai skor maksimal dalam penilaian ini adalah 100

2. Mencari nilai skor maksimal = jumlah total indikator di bagi jumlah skor maksimal dikalikan 100, seperti rumus berikut:

(33)

G. Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui tes dan pengukuran, selanjutnya data dianalisis

melalui tabulasi, prosentase dan normative. Untuk melihat hasil tindakan dapat dilihat dari tigas sisi, yaitu (1) rerata mutlak,(2) rerata kelas, dan (3) ketuntasan

belajar.

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

% 100 N

f

P 

Keterangan:

P = Prosentase keberhasilam

(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil dan pembahasan pada BAB IV maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran kemampuan gerak dasar

serangan tinjuan pencak silat melalui model pembelajaran kelompok dapat

meningkatkan aktivitas siswa pada setiap siklusnya.

2. Dengan meningkatnya kemampuan gerak dasar serangan tinjuan pencak silat

pada siswa kelas III SDN 1 Wiyono maka penelitian ini telah mencapai

ketuntasan .

B. Saran

Berdasarkan penelitian,pembahasan dan kesimpulan maka perlu diajukan saran

sebagai berikut:

1. Agar guru lebih inovatif dalam memberikan strategi pembelajaran kepada

siswa terutama siswa yang kurang mencapai KKM.

2. Didalam kelompok siswa harus ditanamkan sikap solidaritas terhadap teman

(35)

3. Untuk siswa agar selalu berupaya meningkatkan kemampuan gerak dasar

(36)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

KELAS III SDN 1 WIYONO

(Skripsi)

Oleh :

DWI PUTUT APRIYANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

(37)
(38)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

KELAS III SDN 1 WIYONO

Oleh

DWI PUTUT APRIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK PADA SISWA

(39)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggarts ... 23

2. Grafik nilai serangan tinju dalam pencak silat dan nilai rata-ratanya ... 33

(40)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Kegunaan Penelitian ... 5

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Belajar ... 6

B. Pengertian Pendidikan Jasmani. ... 7

C. Keterampilan Gerak ... 11

D. Pengertian Belajar Mengajar ... 12

E. Tahap Pembelajaran Gerak ... 14

F. Perkembangan Gerak Dasar untuk Anak Usia SD ... 16

G. Model Latihan Kelompok ... 17

H. Pengertian Biomekanika ... 17

I. Pengertian Bermain ... 20

J. Hipotesis ... 21

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metode Penelitian. ... 22

B. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Subjek Penelititan ... 24

E. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Kemampuan Dasar Pencak Silat 24 F. Instrumen Penelitian ... 29

G. Analisis Data ... 31

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran. ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A.Manadji, A.1994. Materi pendidikan jasmani dan Kesehatan,

Erlangga. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi). Yrama Widya.

Bandung.

Burton dan Cauhan. 1977. Educational Psychology. Vikas. New Delhi.

Callahan. Josef F. and Clark. H. 2003. Teaching In The Midle and Secondary

School. Merril. New York.

Dauer dan Pangrazi. 1989.Esential of Psichological Testing. Rajawali. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri 2005. Guru dan Peserta Didiknya Dalam Proses

Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Elliot. John. 1991. Action Research for Education. Uhange. Open University

Press. Philadelphia..

Gafur, Abdul. 1983. Pendidikan Jasmani. Depdikbud. Dikti. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Balai Pustaka. Jakarta.

Husdarta dan Saputra. 2002. Metode Belajar Mengajar. Balai Pustaka. Jakarta.

Januarno. 1989. Pedoman Pembinaan Olahraga Prestasi Olahraga Pencak Silat.

Yayasan setia hati teratai,.Jakarta.

Joko Subroto. 1994. Pembinaan Pencak Silat. CV Aneka. Jakarta.

Kemmis, S. and Mc. Taggart, R. 1990. The Action Research Reader. The Deakin

University. Victoria.

Lutan, Rusli. 1998. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.

(43)

Maryono, Oong. 2000. Pencak Silat Merentang Waktu. Galang Press. Yogyakarta.

Murhanato.1993. Menyelami Pencak Silat. Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara. Jakarta.

Mutohir, Toho Cholil dan Lutan, Rusli. 1996. Teori Belajar Motorik. Fakultas

Olahraga dan Kesehatan IKIP. Bandung.

Nasution, Noehi. Dkk. 1994. Psikologi Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta.

Nixon, JE. and Jewett, A.e. 1980. An Introduction to physical education. Dalam

Abdullah A. & Manadji A., Dasar-Dasar Pendidikan Jasmani. Dirjen

Dikti Depdikbud. Jakarta

Nixon, JE. and Cozens. 1963. Pengantar Sosiologi. Yayasan Kanisius.

Yogyakarta.

Rusyan A, Tabrani.1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

CV.Rosdakarya. Bandung.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaja. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Singer. 1976. Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan. Connecticut. New York.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, PT Rineka

Cipta. Jakarta.

Soedarminto. 1993. Fleksibilitas Berkembang Cepat pada Anak Besar.

Kedokteran EGC. Jakarta.

Sudono. 2010. Pengetahuan Modern Anak Cerdas. Platinum. Jakarta.

Suryad. 1991. Majalah Jurus. Dian Rakyat. Bandung.

(44)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat Ukur (Instrumen) Kemampuan Dasar Serangan Tinjuan dalam Pencak Silat ... 30

(45)

DASAR SERANGAN TINJUAN PENCAK SILAT MELALUI MODEL PEMBELAJARANKELOMPOK PADA SISWA KELAS IIISDN 1WIYONO

Nama Mahasiswa : Dwi Putut Apriyanto

No. Pokok Mahasiswa : 1013108005

Program Studi : S1 Pendidikan Guru Penjaskes Sekolah Dasar Sarjana

Kependidikan Guru dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

MENYETUJUI

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin R., M.Pd NIP. 195105071981031002

Dosen Pembimbing

(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Penguji : Drs. Wiyono, M.Pd. _______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Akor Sitepu, M.Pd _______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(47)
(48)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis ini kepada :

Kedua Orang Tua saya, Bapak Widiharjo dan Ibu Manisah yang telah mendidik membimbing dan membesarkan saya.

Serta

(49)
(50)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dwi Putut Apriyanto dilahirkan di Wayberulu, Kecamatan

Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung tanggal 12 April 1979,

dari pasangan Bapak Widiharjo dan Ibu Manisah.

Pendidikan formal yang telah penulis lalui adalah:

1. SD Negri 5 Kebagusan, lulus Tahun 1991

2. SMP Negri 1 Gadingrejo, lulusTahun 1994

3. SMK Patria Gadingrejo, lulusTahun 1997

4. D2 Penjaskes, lulus Tahun 2001

5. PadaTahun 2010

penulismenjadimahasiswaFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas

Lampung pada Program StudiPendidikanJasmanidanKesehatan yang

ditempuhmelalui Program S1 dalamJabatan.

Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sejak Tahun 2005 dan bertugas di

SD Negeri 1Wiyono Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran sampai

(51)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, hingga

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada

junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.Skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan

Kemampuan Gerak Dasar Pukulan Pencak Silat Melalui Pembelajaran Kelompok pada Siswa Kelas

III SDN 1 Wiyono” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar

Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd, selaku pembimbing atas kesediaannya memberi bimbingan,

saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi;

4. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes, selaku dosen pembahas atas masukan dan saran-saran

pada saat seminar;

5. Ibu Tri Wahyuti, selaku Kepala SD Negeri 1 Wiyono Kecamatan Gedongtataan Kabupaten

Pesawaran atas izin yang diberikan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian di

SD tersebut;

(52)

semangat dan dukungan selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

8. Rekan-rekan mahasiswa Program S1 Penjaskes Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung, yang selalu memberikan rasa persahabatan dan kenangan

yang indah; serta

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sampai

selesainya studi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak yang harus disempurnakan dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu, saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi

ini. Mudah-mudahan skripsi ini akan bermanfaat bagi kita semua serta dapat memberikan

sumbangan perkembangan khasanah keilmuan dimasa kini maupun dimasa yang akan datang

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Pesawaran, November 2012

Penulis,

(53)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Dwi Putut Apriyanto

No. Pokok Mahasiswa : 1013108005

Program Studi : S1 Pendidikan Guru Penjaskes Sekolah Dasar Sarjana

Kependidikan Guru dalam Jabatan

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Gerak Dasar Pukulan Pencak Silat Melalui Pembelajaran Kelompok pada Siswa Kelas III SDN 1 Wiyono“ adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 1 September 2011 s.d 30 Oktober 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikianlah pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Pesawaran, November 2012

Yang Membuat Pernyataan,

(54)

Gambar

Gambar 1.  Siklus Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggarts
Tabel 1.   Alat Ukur (Instrumen) Kemampuan Dasar Serangan Tinjuan dalam Pencak Silat

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan akan diadakannya kegiatan pelantikan anggota Tim Bantuan Medis IKM FKUI 205 di Gunung Salak pada tanggal 30 Oktober 2015 – 1 November 2015, melalui surat ini,

• Teman-temanku, Anink, Anggi, Haeckel, Bangkit, Agus Tri, Agus Padi, Deni, Bayu Ngapak, Ito, Thitis, yang selalu saling support dalam meraih gelar sarjana. • Saudara-saudara

[r]

PEJABAT PENGADAAN BARANG / JASA I KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014 DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN

Hasil uji ANAVA satu arah motilitas spermatozoa pada saat before freezing, menunjukkan bahwa penambahan alfa tokoferol ke dalam pengencer CEP-D memberikan

Pendapat Dosen Luar Biasa Tentang Kompetensi Kepribadian Mahasiswa Praktikan Ppl Prodi Pendidikan Tata Boga. Universitas Pendidikan Indonesia |

ANALISIS KEBUTUHAN LATIHAN TEKNIK PEMAIN SEPAKBOLA DALAM LIGA SUPER INDONESIA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

[r]