EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh AHMAD SU’ADI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
LarasSewestiNingrum
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh AHMAD SU’ADI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembel-ajaran menggunakan model Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika. Desain penelitian ini adalah one group posttest-only. Popu-lasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terdistribusi dalam 7 rombongan belajar dan diperoleh kelas VIII-G sebagai sampel penelitian yang diambil secara acak. Data penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan hasil belajar matematika. Teknik analisis data pada pene-litian ini menggunakan uji proporsi. Kesimpulan penepene-litian ini adalah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika.
EFEKTIVAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012
Oleh AHMAD SU’ADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL GROUP
INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Ahmad Su’adi
No. Pokok Mahasiswa : 0813021015
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Nurhanurawati, M.Pd. NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19670808 199103 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. ………...
Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing: Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ..………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Tuba, pada tanggal 21 November 1989. Penulis
me-rupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djumiran dan
Ibu Musriyati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Way Tuba pada tahun 2001,
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Way Tuba tahun 2004, dan SMA
Negeri 1 Way Tuba pada tahun 2007. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai
mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di UKMF FPPI (Forum
Pembinaan dan Pengkajian Islam) sebagai Anggota Biro BBQ periode 2008/2009
dan 2009/2010. Penulis juga pernah aktif di Himasakta (Himpunan Mahasiswa
Pendidikan Eksakta) sebagai Anggota Bidang Sosial dan Masyarakat periode
2009/2010. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan PPL di SMA 17 Pagelaran,
Pringsewu dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila di Pekon
MOTTO
“Segala sesuatu itu ada jalan, dan jalan menuju surga adalah ilmu”
(Hadits Riwayat Dailany)
“Seseorang belum mendapatkan manisnya ilmu sebelum ia merasakan bagaimana pahitnya orang mencari ilmu”
“Orang yang hebat itu bukanlah yang tidak pernah gagal dalam hidupnya , melainkan orang yang selalu bangkit ketika ia
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini
untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku :
Bapak dan mamakku tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan tiada
henti memberikan kasih sayang, doa serta motivasi dengan rasa tulus ikhlas
demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Senyummu adalah surgaku,
tangismu adalah nerakaku.
Mbak Siti, Mbak Thoybah, dan Mbak Zuroidah yang selalu memberikan
semangat dalam hidupku, berbagi cerita, dan melukis cinta bersama.
Mas Ngabid, Mas Ridwan, dan Mas Syarif yang selalu menyemangati dan
mendoakanku.
Keponakanku tersayang, Niken Shofia Zahra, Farha SYifa Kaina, Faiza
Aulia Rahma, dan Keyza Alifa Syaida yang senantiasa memberikan senyum
dan tawa yang ceria. Semoga menjadi Anak yang shalihah dan berbakti.
Guru-guruku atas ketulusan dan kesabarannya dalam mendidikku.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat
untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
terse-lesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lam-pung beserta staf dan jajarannya
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika FKIP Unila.
4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik baik
selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan
x
6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya
mem-berikan bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
menye-lesaikan studi.
8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang
telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian
9. Ibu Dra. Hj. Else Sari, selaku guru matematika kelas VIII SMP Negeri 8
Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
10. Siswa/ siswi kelas VIII-G SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran
2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
11. Bapak dan Mamakku tersayang, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan
dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya.
12. Mbak-mbakku serta seluruh keluarga besar yang selalu menyayangi,
men-doakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
13. Teman-temanku di asrama Syahlani: Kak Syaef, Kak Herman, Kak Joni, Kak
Sigit, Kak Rio, Mas Eda, Anam, Andre, Nalpa, Rizki, Usep, Hendra, Ardi,
Jumar, Kak Nandar, dan Ari atas kebersamaan selama ini yang senantiasa
memberikan motivasi serta keceriaannya.
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Reguler: Aan, Arifan, Angga,
April, Ayu, Astri, Bill, Desi, Doddy, Elvina, Eka, Erika, Erma, Fenty, Fenny,
Hefna, Herlangga, Herlin, Ika, Indah, Laras, Lukman, Nerry, Niki, Nicky,
Priska, Putty, Ratna, Rizky, Rovi, Shintia, Sudirman, Sutrisno, Tomi,
Wawan, Ummi, Yayan, Yunita D, Yunita M, Terima kasih untuk
xi
15. Teman-teman seperjuangan matematika mandiri 2008: Asep, Reza, Susi,
Nay, Safitri, Rini, Dwi, dan lainnya atas kebersamaan selama ini.
16. Rekan- rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMA 17 Pagelaran tahun 2011:
Relian, Isa, Alif, Yudi, Ulivina, Ria, Beti, Mbak Ari, dan Vero atas
keber-samaannya. Perjuangan kita selama ini menjadi kenangan indah yang tiada
pernah bosan untuk diceritakan
17. Seluruh Mahasiswa Pendidikan Matematika Angkatan 2006, 2007, 2009,
2010 dan 2011 atas kebersamaannya.
18. Semua teman-teman alumni XII IPA SMAN 1 Way Tuba 2007 yang selalu
menyemangatiku dan sahabat-sahabatku di MTs Miftahul Ulum Way Tuba
yang tergabung dalam “Armacho Riyadi” yang selalu memberi nasihat,
motivasi, dan menjaga ukhuwah di antara kita.
19. Pengurus Referensi P. MIPA dan Perpustakaan Unila yang telah membantu
menyediakan referensi selama studi di Unila.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Bandar Lampung, September 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 7
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 7
E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II.TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 10
1. Efektivitas Pembelajaran ... 10
2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ... 13
4. Aktivitas Siswa ... 16
5. Hasil Belajar... 18
B.Kerangka Pikir ... 20
C.Anggapan Dasar ... 22
D.Hipotesis Penelitian ... 22
xiii III.METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 23
B. Desain Penelitian ... 24
C. Prosedur penelitian ... 24
D. Data Penelitian ... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 28
G. Teknik Analisis Data ... 35
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
1. Aktivitas Belajar Siswa ... 40
2. Hasil Belajar matematika ... 41
33333 B. Pembahasan ... 42
V.SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kategori Tingkat kesukaran Butir Tes ... 31
3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 33
3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1 ... 33
3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2 ... 34
3.5 Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran ... 35
4.1 Data Aktivitas Belajar siswa ... 40
4.2 Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 41
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini : nama : Ahmad Su’adi NPM : 0813021015
program studi : Pendidikan Matematika jurusan : Pendidikan MIPA
menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Agustus 2012 Yang Menyatakan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2011. Langkah Strategis Peningkatan Kualitas Pendidikan. [online].
Tersedia:
http://www.masbied.com/2011/06/19/analisis-wacana-pendidikan-langkah-strategis-peningkatan-kualitas-pendidikan/ [22 Maret 2012]
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Prestasi Belajar Indonesia [on line] tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 [31 Januari 2012] Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
________. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem
Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003 dan Undang- Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 tahun 2005. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hobri dan Susanto. 2006. Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SLTP
N 8 Jember tentang Volume Tabung. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 7, No.2
:74-83
Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.
John Biggs dan David Watkins. 1995. Classroom Learning Educational
Psychology for the Asian Teacher. Singapore
50
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan
Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung) Disertasi UPI: Tidak diterbitkan
Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2010. PISA
2009 Results: What Students Know and Can Do, Student Performance In Reading, Mathematics And Science, Volume I.
Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert. 2011. Cooperative Learning Teory, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Smith, Bettye P. 2006. Contextual Teaching and Learning Practics In The Family and Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1
Soedjadi. 2005. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena
kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat
pendi-dikannya. Pendidikan juga berperan dalam menciptakan insan yang cerdas,
kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Oleh karena itu,
pendidikan membutuhkan inovasi sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan agar mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2011)
yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan bangsa
dan salah satu bentuk modal investasi yang akan menentukan kualitas sumber
daya manusia suatu bangsa.
Mengingat pentingnya peranan pendidikan tersebut maka perlu adanya upaya dari
pemerintah, lembaga, dan masyarakat yang peduli untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui penelitian dan pengembangan,
pela-tihan dan pendidikan guru, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun
2006 menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan
2
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Hal ini dapat diketahui dengan ketercapaian standar kompetensi yang
dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar sedangkan ketercapaian kompetensi
dasar dapat dilihat dari ketuntasan indikator pada kompetensi dasar tersebut.
Setiap satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas
kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan
pembelajaran.
Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan suatu inovasi pendidikan di
sekolah adalah dengan memperhatikan tiga hal, yaitu efisien, efektif, dan
kenyamanan dalam proses pembelajaran. Efisien berarti waktu yang tersedia
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Efektif berarti mata pelajaran
yang diberikan menghasilkan suatu hal yang bermanfaat bagi peserta didik,
sedangkan kenyamanan berarti sumber, alat, dan model pembelajaran yang
mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas sesuai tujuan pembelajaran
sehingga dapat diharapkan tercapainya pendidikan yang berkualitas.
Kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di bidang matematika, belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Menurut TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) tahun 2007, yaitu suatu lembaga yang mengukur
pendidikan dunia, mengatakan bahwa prestasi matematika peserta didik di
Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara yang diteliti dengan
perolehan skor rata-rata 397. Hasil tersebut didapat setelah melakukan penelitian
3
performance, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Apabila dibandingkan dengan
skor rata-rata internasional, yaitu 500, tampak bahwa prestasi belajar peserta didik
di Indonesia sangat jauh dengan standar internasional, bahkan yang
mem-prihatinkan sekali, Indonesia di bawah peringkat tiga negara tetangganya, yaitu
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura berada pada posisi ke-3 dengan
skor rata-rata 593, Malaysia berada pada peringkat ke-20 dengan memperoleh
skor rata-rata 474, dan Thailand pada peringkat ke-29 dengan memperoleh skor
rata-rata 441 sedangkan Taiwan berada pada peringkat pertama dengan perolehan
skor 598. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan matematika siswa
di Indonesia masih rendah.
Di samping itu, Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) 2010 menyebutkan bahwa dari penelitian Programme for International
Student Assessment (PISA) 2009 diketahui bahwa kemampuan matematika siswa
Indonesia menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara yang diteliti dengan
perolehan skor 371. Hal yang dikaji pada kemampuan matematika adalah
me-rumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai
konteks, termasuk menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta dan
penggunaan alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu
fenomena. Fakta tersebut mencerminkan bahwa pendidikan di Indonesia,
khu-susnya matematika, masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.
Rendahnya hasil belajar matematika juga ditemukan di kelas VIII SMP Negeri 8
Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Sekolah tersebut
4
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006. Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung diperoleh
bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rata-rata nilai ujian
semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 siswa kelas VIII hanya 30,99 padahal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk mata
pelajaran matematika adalah 68. Banyaknya siswa yang tuntas belajar
(mem-peroleh nilai lebih besar atau sama dengan 68) hanya 10,57 %. Rendahnya hasil
belajar tersebut dimungkinkan karena pemilihan model pembelajaran belum tepat
sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangatlah penting dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2005: 4) yang
menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan
oleh proses pembelajaran yang ditangani langsung oleh guru. Walaupun tujuan
pembelajaran dirumuskan dengan baik, namun jika model pembelajaran yang
digunakan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan pembelajaran yang diinginkan
belum dapat tercapai dengan baik. Hal ini karena model pembelajaran adalah hal
yang penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya adalah model
pembelajaran yang memberikan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antar
siswa yang nantinya akan membentuk sinergi yang menguntungkan untuk semua
anggota (Lie, 2008: 33). Pembelajaran matematika akan mendapatkan hasil yang
lebih optimal jika guru memilih model pembelajaran yang tepat, yaitu
5
lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Jadi, faktor yang paling menentukan
tercapainya tujuan pembelajaran adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
siswa secara optimal.
Salah satu upaya dalam mengembangkan keterlibatan peserta didik adalah melalui
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model
pem-belajaran koperatif adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik agar lebih
berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kelompoknya
dengan bersama-sama.
Spencer Kagan (dalam Lie, 2008: 31), mengungkapkan bahwa ada lima unsur
yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan
evaluasi proses kelompok. Hal tersebut sangat berguna dalam memberikan
stimulus agar peserta didik dapat beraktivitas lebih leluasa. Hal ini karena
aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar
untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang
membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif
dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi. Selain itu, melalui model pembelajaran koperatif ini, setiap
anggota dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Salah satu tipe model pembelajaran koperatif adalah Group Investigation. Model
ini dianggap sesuai dengan karakteristik siswa yang diteliti. Hal ini dapat
6
dalam kelompok belajar matematika, akan tetapi kelompok belajar tersebut belum
dikembangkan secara optimal, yaitu terbatas pada saat pengerjaan soal-soal
latihan saja. Apabila model Group Investigation diterapkan pada pembelajaran
matematika di kelas tersebut, diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas dalam
kelompok belajar tersebut sehingga memperoleh hasil belajar matematika yang
optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi topik, maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Model Group
Inves-tigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Ibrahim, dkk (2000: 23) menyatakan dalam model Group Investigation guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang
heterogen dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu.
Siswa memilih sendiri topik yang dipelajari dan kelompok merumuskan
investigasi dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep yang telah
dirumuskan. Kegiatan investigasi tersebut menuntut siswa untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui diskusi siswa. Diskusi di dalam
model ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa sehingga
diharapkan dapat memberikan aktivitas dan hasil belajar yang tinggi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas model
Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika pada
pem-belajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung semester genap
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran
matematika ditinjau dari aktivitas belajar matematika?
2. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran
matematika ditinjau dari hasil belajar matematika?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau
dari aktivitas belajar matematika siswa.
2. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau
dari hasil belajar matematika siswa.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi guru, yaitu untuk memberikan informasi mengenai alternatif model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, dan
membantu guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif.
2. Bagi siswa, yaitu untuk memberikan suasana baru dalam pembelajaran
matematika yang akan membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran serta
8
3. Bagi sekolah, yaitu memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif
pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah.
E. Ruang Lingkup
Untuk memberikan kejelasan tentang penelitian dan mencapai sasaran
sebagaimana yang telah dirumuskan, berikut dikemukakan beberapa batasan.
1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek,
yaitu:
a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama
pem-belajaran berlangsung. Pempem-belajaran dikatakan efektif apabila minimal
70% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.
b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes. Pembelajaran dikatakan
efektif apabila minimal 60% siswa tuntas belajar.
2. Model Group Investigation adalah model pembelajaran yang memberi
ke-sempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi topik dan merencanakan
investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan
di-presentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi di dalam kelompok saat melakukan
investigasi, mempresentasikan hasil investigasi atau menanggapi presentasi,
memperhatikan presentasi, membuat kesimpulan atau rangkuman materi
9
4. Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok yang diukur
melalui tes.
5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas
berasal dari kata “efektif” yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, yang
bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Efektivitas berhubungan dengan kegiatan pencapaian tujuan, hasil dan manfaat
dari hasil yang diperoleh. Terkait efektivitas pembelajaran, Hamalik (2008: 171)
berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya
kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan
ber-aktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu dalam memahami konsep
yang sedang dipelajari sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Definisi serupa juga diungkapkan Mulyasa (2006: 193) yang berpendapat bahwa
pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman baru dan
membentuk kompetensi siswa serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal. Siswa akan mendapat pengalaman baru apabila mereka
diberi kesempatan untuk belajar menemukan konsep secara mandiri melalui
11
Suryosubroto (2006: 16) mengemukakan beberapa hal agar pelaksanaan
pem-belajaran menjadi efektif, yaitu sebagai berikut.
1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum dilihat dari
aspek-aspek:
a. Tujuan pengajaran
b. Bahan pengajaran yang diberikan
c. Alat pengajaran yang digunakan
d. Strategi evaluasi/penilaian yang digunakan
2) Keterlaksanaan proses belajar mengajar, meliputi:
a. Mengkondisikan kegiatan belajar siswa
b. Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar
c. Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif
d. Motivasi belajar siswa
e. Menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan
f. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar
g. Melaksanakan komunikasi/interaksi belajar mengajar
h. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar mengajar kepada siswa
i. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa
j. Menggeneralisasikan hasil belajar dan tindak lanjut
Oleh karena itu, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, guru harus
mengetahui dengan baik mengenai karakteristik mata pelajaran, siswa, materi ajar
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini akan memudahkan guru
untuk memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
12
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pem-belajaran yang diharapkan. Efektivitas tersebut dapat ditinjau dari aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Lie (2008:34) mendefinisikan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
sama dalam mengerjakan tugas terstruktur. Hal ini sesuai pendapat Biggs dan
Watkins (1995:36) yang menyatakan:
In a class room organised for Cooperative Learning, groups of
students strive for common goal in which all members of the group
are responsible for one another….
Pada pembelajaran kooperatif, siswa yang berada dalam kelompok akan berusaha
untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerjasama dan bertanggungjawab
atas siswa lainnya.
Lebih lanjut, Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2008 : 31) mengemukakan bahwa
ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model
pembelajaran kelompok biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2)
tang-gung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5)
evaluasi proses kelompok.
Keberhasilan kelompok dalam model sangat bergantung pada setiap usaha
13
dan memastikan bahwa setiap anggota dalam kelompok tersebut telah mencapai
tujuan yang diinginkan. Hal ini memberikan akibat terjadinya rasa tanggung
jawab pada setiap anggota untuk memberikan kontribusinya dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Selain itu, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk bertatap muka, berdiskusi dan berargumentasi sehingga
mem-bangun pengetahuan dan menutup kesenjangan pemahaman di antara mereka.
Selanjutnya melalui komunikasi antar anggota dalam kelompok, secara
bersama-sama setiap anggota mengevaluasi proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok
mereka.
Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif sehingga dapat mengoptimalisasikan
kompetensi individu mealalui kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan
pem-belajaran bersama.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran
koo-peratif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari
kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama,
untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik tertentu. Siswa pada model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dituntut untuk lebih aktif dalam
mengembangkan sikap dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. (Eggen dan
14
Model Group Investigation membantu siswa memahami masalah dan memberi
kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri melalui kegiatan
in-vestigasi yang telah mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bettye
(2006):
The problem occurs when student is unable to identify what knowledge is needed to address a problem outside of the context in which it was learned. It is believed that when student are taught in a context that closely resembles the situation in which they will have to apply the information, a greater chance for transfer of learning occurs.
Model Group Investigation akan lebih efektif apabila guru memahami konsep
penting dalam pembelajaran kooperatif. Selain itu, guru juga dirasa perlu menilai
kemampuan siswa untu merencanakan pembelajaran, memilih topik yang sesuai
untuk Group Investigation, berpikir berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul dari permasalahan dan menggunakan berbagai sumber untuk bahan
pembelajaran.
Model Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
ber-komunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill).
(Kunandar, 2007: 344).
Slavin (2011: 218) menjabarkan model Group Investigation menjadi enam tahap,
yaitu sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok
a) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan
15
b) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang
mereka pilih.
c) Guru membantu pengumpulan informasi/memfasilitasi pengaturan.
2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari
Siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana
kita mempelajari? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)
3) Melaksanakan investigasi
a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
ke-simpulan kelompok.
b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan
untuk kelompoknya.
c) Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
men-sintesis semua gagasan.
4) Menyiapkan laporan akhir
a) Anggota kelompok menentukan pesan esensial dan investigasi mereka.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mereka secara kelompok akan membuat presentasi mereka.
c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
meng-koordinasikan rencana-rencana presentasi.
5) Mempresentasikan laporan akhir
a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran secara
aktif.
16
6) Evaluasi
a) Para peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik
tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai
ke-efektifan pengalaman-pengalaman mereka.
Jadi, model Group Investigation adalah model yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk menentukan topik, mengidentifikasinya, dan merencanakan kegiatan
investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan
dipresentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah berlangsung.
4. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam belajar merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Melalui aktivitas, siswa akan menggunakan segala potensi
yang dimilikinya untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2007: 277) yang
meng-ungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,
pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Di sisi lain, Sanjaya (2006 : 174) berpendapat yang dimaksud dengan aktivitas
adalah segala sesuatu yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi
kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan
percobaan, dan sebagainya. Terkait perihal tersebut, Dierich (dalam Sardiman,
2007: 101) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang digolongkan sebagai
17
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
mem-perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi.
4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model
mereparasi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
me-mecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Hamalik (2008: 91) menyatakan bahwa penggunaan aktivitas dalam proses
pem-belajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain sebagai berikut.
1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.
3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada
gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.
4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,
sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan
individual.
5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan
18
6) Membina kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru
dan orang tua, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.
7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga
mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan
ter-jadinya verbalisme.
8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya
kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.
Jadi, di dalam pembelajaran seharusnya aktivitas siswa perlu diperhatikan, dalam
hal ini, aktivitas siswa akan memberikan pengetahuan, pengalaman, dan mampu
mengembangkan pemahamannya.
Berdasarkan uraian tersebut, aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan bertanya,
menge-mukakan pendapat atau ide, mengerjakan latihan atau tugas, berdiskusi,
me-nanggapi presentasi, memperhatikan penjelasan guru dan lain sebagainya.
5. Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2002:3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi pembelajaran. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses
belajar. Oleh sebab itu, hasil belajar menjadi suatu tolok ukur keberhasilan siswa
dalam pembelajaran.
Sejalan dengan itu, Hamalik (2008: 146) menyatakan pengertian hasil belajar
19
Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Jadi, hasil belajar menunjukkan tingkat keberhasilan siswa dalam proses
pem-belajaran yang telah diikuti oleh siswa dan merupakan hasil dari interaksi
pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor.
Gagne (dalam Dimyati dan mujiono, 2002: 10) menyatakan bahwa ada lima unsur
dalam hasil belajar, yaitu:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
Mengenai hasil belajar, Davies, Jarolimek, dan Foster dalam Dimyati dan
Mudjiono (2002: 201) mengatakan bahwa:
Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
20
setelah mengikuti pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
yang diukur dengan sebuah tes (aspek kognitif) serta sikap dan aktivitas siswa
saat pembelajaran berlangsung (aspek afektif).
B. Kerangka Pikir
Belajar adalah proses yang berperan penting dalam meraih pengetahuan. Model
pembelajaran yang digunakan dalam proses itu sebaiknya adalah model
pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat
sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
ter-sebut sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi antar
siswa dan antara siswa dengan gurunya.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa di dalam kelompok dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara aktif, saling berbagi pengetahuan, pengalaman,
tugas, dan tanggung jawab sehingga memungkinkan siswa agar berlatih,
ber-interaksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang merupakan suatu hal yang
diperlukan di dalam hidup bermasyarakat.
Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif yang memiliki beberapa tahap, yaitu: mengidentifikasi topik dan
membentuk kelompok, merencanakan investigasi dalam kelompok, melaksanakan
investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan evaluasi. Selama pembelajaran, guru
21
lebih mandiri dalam melakukan investigasi. Model pembelajaran ini menekankan
pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat diperhatikan dalam model Group
Investigation. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik model ini yang menuntut
siswa untuk berperan lebih aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama sehingga dapat
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensi dirinya.
Selain itu, kegiatan investigasi di dalam model Group Investigation menuntut
siswa untuk telibat secara aktif dalam menemukan konsep dan membangun
pengetahuannya. Melalui investigasi itu siswa pun akan lebih memahami secara
dalam mengenai materi pembelajaran karena siswa terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan pengetahuannya dalam menyelesaikan suatu masalah
sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang siswa peroleh tersebut akan
dapat tertanam dalam jangka waktu yang lama.
Apabila meninjau fase-fase pada model Group Investigation, terlihat bahwa
dengan model tersebut, siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran.
Melalui kegiatan menyelidiki, menemukan, dan memecahkan suatu masalah
secara mandiri, akan membuat siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang
bermakna, pengetahuan dan pengalaman yang baru serta mendapatkan hasil
belajar yang lebih optimal. Oleh karena itu, model Group Investigation efektif
diterapkan di dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil
22
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi
aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, selain penggunaan model
pem-belajaran, diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis
sebagai berikut:
1. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika
ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa.
2. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap
SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 254 siswa
yang terdistribusi dalam tujuh rombongan belajar dengan kemampuan siswa antar
rombongan belajar relatif homogen. Karakteristik siswa pada populasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi, suku
dan agama.
2. Kemampuan siswa di dalam kelas adalah heterogen.
3. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang bervariasi.
4. Siswa memiliki kelompok belajar matematika walaupun belum
dikem-bangkan secara optimal.
5. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum berkembang.
6. Siswa kurang diberi kesempatan untuk terampil dalam menggunakan
model/alat peraga dalam pembelajaran.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil satu kelas
secara random sebagai kelas eksperimen. Kelas yang terpilih menjadi sampel pada
24
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak dapat
mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang
diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono (2003: 82-83) bahwa
tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
semua variabel yang relevan. Variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah
aktivitas dan hasil belajar matematika.
Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok eksperimen, yaitu kelompok
siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran model Group Investigation.
Tes hasil belajar dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan
pembelajaran menggunakan model Group Investigation. Tes hasil belajar di
da-lam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali. Desain yang digunakan dada-lam
penelitian ini adalah one group posttest only design.
C. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).
25
2. Tahap Pelaksanaan
a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 4-5 siswa.
(Tahap Grouping)
b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembel-ajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu sebagai berikut.
1) Kegiatan Awal
a) Guru memberitahu siswa bahwa mereka akan belajar dengan
menggunakan model Group Investigation.
b) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh
siswa dan kegunaan mempelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Kegiatan Inti
a) Guru membagikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).
b) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan semua
kelompok sesuai topik pembelajaran masing-masing.
c) Siswa melakukan pembagian tugas di masing-masing kelompok
untuk memecahkan masalah sesuai topik dan mendiskusikan
bagaimana mereka akan belajar.
d) Siswa melakukan investigasi sebagai berikut: (1) siswa
me-ngumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat simpulan
atas permasalahan yang diselidiki, (2) setiap anggota kelompok
memberikaan saran, pendapat, ide, dan gagasan pada setiap kegiatan
kelompok, (3) siswa mempersatukan ide dan pendapat di dalam
26
e) Siswa menentukan sebagai berikut: (1) anggota kelompok
me-nentukan pesan-pesan penting dalam praktiknya masing-masing, (2)
anggota kelompok menentukan apa yang akan mereka laporkan
berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan dan bagaimana
mereka akan mempresentasikannya di depan kelas mereka.
f) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari investigasi yang telah
mereka lakukan: (1) kelompok penyaji mempresentasikan hasil
praktiknya atau hasil investigasinya pada keseluruhan kelas dalam
berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai
penyaji terlibat aktif sebagai pendengar dan memperhatikan
presentasi, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan
mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang telah
dipresentasikan kelompok penyaji.
g) Guru dan siswa mengkolaburasi dan mengevaluasi pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
3) Kegiatan Penutup
a) Secara bersama-sama, siswa dan guru membuat kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari.
b) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan
27
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Data aktivitas belajar matematika siswa yang diperoleh dari hasil observasi
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Group
Investigation berlangsung.
2. Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes yang
dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan menggunakan
pembel-ajaran model Group Investigation.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode observasi dan metode tes.
1. Metode Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi di dalam penelitian ini
dibuat dalam bentuk lembar observasi yang bertujuan untuk mengamati aktivitas
siswa selama pembelajaran menggunakan model Group Investigation.
2. Metode Tes
Metode tes adalah metode pengumpulan data yang mempunyai tujuan untuk
mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes ini untuk mengukur hasil belajar
matematika siswa yang dilaksanakan sebanyak dua kali. Jumlah Soal pada tes
28
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk esai. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sukardi (2008: 101) yang menyatakan bahwa tes esai memiliki
beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.
a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban
item secara tepat.
b) Mengukur kemampuan dalam menjawab pertanyaan melalui bahasa sendiri.
c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan
pemikiran siswa secara aktif.
d) Memberikan stimulus kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat
serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat mereka sendiri sehingga
mem-buat siswa berpikir kreatif .
e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan menguasai suatu
permasalahan dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.
F. Instrumen Penelitian
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang
digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu validitas, reliabilitas, daya beda,
dan taraf kesukaran. Keempat kriteria itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Validitas (Validity)
Sebuah instrumen penelitian tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan adalah
validitas isi, yakni kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak
29
yang menyatakan bahwa isi tes harus sesuai dengan isi kurikulum yang sudah
diajarkan. Penyusunan soal instrumen tes diawali dengan kisi-kisi soal.
Penyusunan kisi-kisi soal tersebut harus memperhatikan setiap indikator yang
ingin dicapai. Penilaian terhadap butir tes dilakukan oleh guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung dengan asumsi bahwa
guru tersebut memahami dengan baik mengenai kurikulum SMP. Oleh karena itu,
valid atau tidaknya instrumen tes ini didasarkan pada judgment guru tersebut.
2. Reliabilitas (Reliability)
Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat
di-percaya dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Budiyono (2003:65)
bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan
instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan pada orang
yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlaianan
(tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu
berlainan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi
apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa
yang hendak diinginkan.
Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam
Sudijono (2008: 208), yaitu:
r = n − 1 1 −n ∑ σ
σ
Keterangan:
30
n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
dimana:
= ∑ − ∑
Keterangan :
= varians total
= banyaknya data
∑ = jumlah semua data
∑ = jumlah kuadrat semua data
Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap
koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu
apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji memiliki reliabilitas
yang baik. Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen pada tes 1 dan tes
ke-2, masing-masing diperoleh reliabilitas 0,783 dan 0,779, yang dapat
diin-terpretasikan bahwa reliabilitas instrumen penelitian ini adalah baik.
3. Tingkat Kesukaran (Difficulty)
Menurut Budiyono (2011:30), tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi
banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh
peserta tes. Untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran instrumen tes digunakan
31
= ̅
dengan
P = indeks tingkat kesukaran butir tes ke-i
̅ = rata-rata skor butir tes
Smaks = skor maksimum untuk butir tersebut
Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir tes digunakan tolak ukur
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Tes
Indeks Tingkat kesukaran Kategori Butir Tes
0,00 ≤ P < 0,30 Sukar
0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
(Budiyono, 2011:40)
Berdasarkan perhitungan hasil tes uji coba tes ke-1 yang dilakukan pada siswa
kelas VIII-C SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diketahui bahwa pada nomor 1a,
1b, dan 6 memiliki tingkat kesukaran mudah, nomor 1c, 2, 3a, 3b, 5, dan 7
memiliki tingkat kesukaran sedang, dan nomor 1d dan 4 memiliki tingkat
kesukaran yang sukar. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba tes ke-1
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Selanjutnya untuk hasil uji coba tes ke-2 yang dilakukan pada siswa kelas VIII-A
SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diperoleh bahwa pada soal nomor 1a, 1b, 2, 3,
dan 7 memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan pada soal nomor 4, 5a, 5b, 6,
dan 8 memiliki tingkat kesukaran sedang. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji
32
4. Daya Pembeda (Discrimination Power)
Budiyono (2003:65) mengemukakan bahwa semua butir dari suatu instrumen
harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah). Teknik yang digunakan untuk menghitung daya
pem-beda butir soal dalam penelitian ini adalah dengan menghitung perpem-bedaan dua
buah rata-rata (mean), yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata
dari kelompok bawah untuk tiap-tiap butir.
Perhitungan daya pembeda soal uraian dapat menggunakan rumus yang Karno To
(dalam Noer, 2010: 23), yaitu:
= −
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)
Lebih lanjut, hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan
33
Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi
Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda lebih dari
atau sama dengan 0,30.
Berdasarkan perhitungan tes uji coba diperoleh daya pembeda sebagai berikut:
Untuk daya pembeda uji coba tes ke-1, nomor 1a dan 7 memiliki daya pembeda
sangat buruk, nomor 1b memiliki daya pembeda buruk, nomor 1d, 2,3a, 3b, 4, 5,
dan 6 memiliki daya pembeda baik sedangkan nomor 1c memiliki daya pembeda
sangat baik. Rekapitulasi hasil uji coba tes ke-1 dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1
Nomor
soal Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda Kesukaran Tingkat
Interpretasi
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat
beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, dan nomor 7 tidak memenuhi kriteria daya
34
matematika ke-1. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang
tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya sehingga tidak
mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan
dari proses pembelajaran.
Selanjutnya berdasarkan perhitungan hasil uji coba tes ke-2 diketahui bahwa pada
nomor 1b dan 5a memiliki daya pembeda sangat buruk, nomor 1 memiliki daya
pembeda buruk, nomor 2 dan 7 memiliki daya pembeda kurang baik, dan nomor
3, 4, 5b, 6, dan 8 memiliki daya pembeda yang baik. Rekapitulasi hasil uji coba
tes ke-2 dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2
Nomor
soal Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Kesukaran Taraf
Interpretasi
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat
beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, 2, 5a, dan 7 tidak memenuhi kriteria daya
pembeda yang baik sehingga soal pada nomor tersebut tidak digunakan dalam tes
hasil belajar matematika ke-2. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator
35
sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator
yang diharapkan dari proses pembelajaran.
G. Teknik Analisis Data
Efektivitas pembelajaran menyatakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran, yang ditinjau dari dua aspek berikut.
1. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar matematika siswa.
Aktivitas belajar matematika siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang
diperoleh siswa tersebut yang diperoleh melalui lembar aktivitas siswa yang
diisi oleh observer selama pembelajaran. Penentukan pencapaian proses
pem-belajaran dilihat dari skor aktivitas belajar matematika siswa apabila
tercapai-nya skor minimal 70% siswa aktif.
2. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa.
Hasil belajar matematika ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan kepada
siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model Group
Investi-gation. Penentukan pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari hasil belajar
matematika siswa apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan sekolah minimal 68 yaitu minimal 60% siswa tuntas belajar.
Oleh karena itu, pada penelitian ini pembelajaran dengan model Group
Inves-tigation dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria pada tabel berikut.
Tabel 3.5. Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran
Aspek Kriteria Pencapaian Efektivitas Kesimpulan
Aktivitas Siswa ≥ 70% siswa aktif
36
Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer
yang selanjutnya disajikan dalam persentase. Siswa mendapat tanda check list (√)
atau skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.
Se-baliknya, siswa mendapat tanda silang (X) atau skor 0 jika tidak melakukan
aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.
Persentase aktivitas siswa saat pembelajaran dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
% =∑ × 100%
Keterangan :
% = persentase aktivitas siswa
∑ = jumlah aktivitas siswa- dalam lima pertemuan
= jumlah skor maksimal dalam lima pertemuan
Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas yang diperoleh lebih dari
atau sama dengan 65%.
Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur
sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor aktivitas sampel
37
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
= ( − )
Keterangan:
= frekuensi yang diamati
= frekuensi yang diharapkan.
Sudjana (2005: 293)
Kriteria uji: terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika
po-pulasi berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji proporsi menggunakan uji-z.
b. Uji Proporsi
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.
H0 :
< 0,70 (persentase siswa aktif < 70%)H1 :
≥ 0,70 (persentase siswa aktif ≥ 70%)Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:
= − 0,70
0,70(1 − 0,70)/ Keterangan:
x = banyaknya siswa aktif
n = jumlah sampel
0,70 = proporsi siswa aktif yang diharapkan
38
Kriteria uji: tolak H0 jika zhitung ≥ z0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5
diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 - α).
2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa
Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah
diadakan tes. Dari nilai tersebut, siswa dikatakan tuntas belajar apabila
mem-peroleh nilai hasil belajar ≥ 68. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas
dila-kukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor hasil belajar sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan data
yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk menyajikannya dalam bentuk
membedakan, mencari hubungan, atau meramalkannya.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:
= ( − )
Keterangan:
= frekuensi yang diamati