• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh AHMAD SU’ADI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

LarasSewestiNingrum

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh AHMAD SU’ADI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembel-ajaran menggunakan model Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika. Desain penelitian ini adalah one group posttest-only. Popu-lasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang terdistribusi dalam 7 rombongan belajar dan diperoleh kelas VIII-G sebagai sampel penelitian yang diambil secara acak. Data penelitian ini berupa data aktivitas belajar dan hasil belajar matematika. Teknik analisis data pada pene-litian ini menggunakan uji proporsi. Kesimpulan penepene-litian ini adalah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika.

(3)

EFEKTIVAS MODEL GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012

Oleh AHMAD SU’ADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL GROUP

INVESTIGATION DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Ahmad Su’adi

No. Pokok Mahasiswa : 0813021015

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Nurhanurawati, M.Pd. NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19670808 199103 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Gimin Suyadi, M.Si. ………...

Sekretaris : Dra. Nurhanurawati, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing: Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ..………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Tuba, pada tanggal 21 November 1989. Penulis

me-rupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Djumiran dan

Ibu Musriyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 3 Way Tuba pada tahun 2001,

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Ulum Way Tuba tahun 2004, dan SMA

Negeri 1 Way Tuba pada tahun 2007. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai

mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di UKMF FPPI (Forum

Pembinaan dan Pengkajian Islam) sebagai Anggota Biro BBQ periode 2008/2009

dan 2009/2010. Penulis juga pernah aktif di Himasakta (Himpunan Mahasiswa

Pendidikan Eksakta) sebagai Anggota Bidang Sosial dan Masyarakat periode

2009/2010. Pada tahun 2011, penulis melaksanakan PPL di SMA 17 Pagelaran,

Pringsewu dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila di Pekon

(7)

MOTTO

“Segala sesuatu itu ada jalan, dan jalan menuju surga adalah ilmu”

(Hadits Riwayat Dailany)

“Seseorang belum mendapatkan manisnya ilmu sebelum ia merasakan bagaimana pahitnya orang mencari ilmu”

“Orang yang hebat itu bukanlah yang tidak pernah gagal dalam hidupnya , melainkan orang yang selalu bangkit ketika ia

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini

untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku :

Bapak dan mamakku tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan tiada

henti memberikan kasih sayang, doa serta motivasi dengan rasa tulus ikhlas

demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Senyummu adalah surgaku,

tangismu adalah nerakaku.

Mbak Siti, Mbak Thoybah, dan Mbak Zuroidah yang selalu memberikan

semangat dalam hidupku, berbagi cerita, dan melukis cinta bersama.

Mas Ngabid, Mas Ridwan, dan Mas Syarif yang selalu menyemangati dan

mendoakanku.

Keponakanku tersayang, Niken Shofia Zahra, Farha SYifa Kaina, Faiza

Aulia Rahma, dan Keyza Alifa Syaida yang senantiasa memberikan senyum

dan tawa yang ceria. Semoga menjadi Anak yang shalihah dan berbakti.

Guru-guruku atas ketulusan dan kesabarannya dalam mendidikku.

(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat

untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

terse-lesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lam-pung beserta staf dan jajarannya

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP

Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembimbing I atas kesediannya memberikan bimbingan, saran dan kritik baik

selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan

(10)

x

6. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaannya

mem-berikan bimbingan, saran, dan kritik selama penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menye-lesaikan studi.

8. Bapak Sudjasman, S.H., selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian

9. Ibu Dra. Hj. Else Sari, selaku guru matematika kelas VIII SMP Negeri 8

Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

10. Siswa/ siswi kelas VIII-G SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran

2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

11. Bapak dan Mamakku tersayang, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan

dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya.

12. Mbak-mbakku serta seluruh keluarga besar yang selalu menyayangi,

men-doakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

13. Teman-temanku di asrama Syahlani: Kak Syaef, Kak Herman, Kak Joni, Kak

Sigit, Kak Rio, Mas Eda, Anam, Andre, Nalpa, Rizki, Usep, Hendra, Ardi,

Jumar, Kak Nandar, dan Ari atas kebersamaan selama ini yang senantiasa

memberikan motivasi serta keceriaannya.

14. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Reguler: Aan, Arifan, Angga,

April, Ayu, Astri, Bill, Desi, Doddy, Elvina, Eka, Erika, Erma, Fenty, Fenny,

Hefna, Herlangga, Herlin, Ika, Indah, Laras, Lukman, Nerry, Niki, Nicky,

Priska, Putty, Ratna, Rizky, Rovi, Shintia, Sudirman, Sutrisno, Tomi,

Wawan, Ummi, Yayan, Yunita D, Yunita M, Terima kasih untuk

(11)

xi

15. Teman-teman seperjuangan matematika mandiri 2008: Asep, Reza, Susi,

Nay, Safitri, Rini, Dwi, dan lainnya atas kebersamaan selama ini.

16. Rekan- rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMA 17 Pagelaran tahun 2011:

Relian, Isa, Alif, Yudi, Ulivina, Ria, Beti, Mbak Ari, dan Vero atas

keber-samaannya. Perjuangan kita selama ini menjadi kenangan indah yang tiada

pernah bosan untuk diceritakan

17. Seluruh Mahasiswa Pendidikan Matematika Angkatan 2006, 2007, 2009,

2010 dan 2011 atas kebersamaannya.

18. Semua teman-teman alumni XII IPA SMAN 1 Way Tuba 2007 yang selalu

menyemangatiku dan sahabat-sahabatku di MTs Miftahul Ulum Way Tuba

yang tergabung dalam “Armacho Riyadi” yang selalu memberi nasihat,

motivasi, dan menjaga ukhuwah di antara kita.

19. Pengurus Referensi P. MIPA dan Perpustakaan Unila yang telah membantu

menyediakan referensi selama studi di Unila.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulispun

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E.Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II.TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 10

1. Efektivitas Pembelajaran ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation ... 13

4. Aktivitas Siswa ... 16

5. Hasil Belajar... 18

B.Kerangka Pikir ... 20

C.Anggapan Dasar ... 22

D.Hipotesis Penelitian ... 22

(13)

xiii III.METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 24

C. Prosedur penelitian ... 24

D. Data Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 35

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 40

2. Hasil Belajar matematika ... 41

33333 B. Pembahasan ... 42

V.SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kategori Tingkat kesukaran Butir Tes ... 31

3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 33

3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1 ... 33

3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2 ... 34

3.5 Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran ... 35

4.1 Data Aktivitas Belajar siswa ... 40

4.2 Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 41

(15)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini : nama : Ahmad Su’adi NPM : 0813021015

program studi : Pendidikan Matematika jurusan : Pendidikan MIPA

menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Yang Menyatakan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2011. Langkah Strategis Peningkatan Kualitas Pendidikan. [online].

Tersedia:

http://www.masbied.com/2011/06/19/analisis-wacana-pendidikan-langkah-strategis-peningkatan-kualitas-pendidikan/ [22 Maret 2012]

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2007. Prestasi Belajar Indonesia [on line] tersedia: http://litbangkemdiknas.net/detail.php?id=214 [31 Januari 2012] Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

________. 2011. Penilaian Hasil Belajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem

Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003 dan Undang- Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 tahun 2005. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hobri dan Susanto. 2006. Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model Group Investigation untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas III SLTP

N 8 Jember tentang Volume Tabung. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 7, No.2

:74-83

Ibrahim, M, Fida R, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Koperatif. Surabaya: Unessa Press.

John Biggs dan David Watkins. 1995. Classroom Learning Educational

Psychology for the Asian Teacher. Singapore

(17)

50

Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan

Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Studi pada Siswa SMP Negeri Bandar Lampung) Disertasi UPI: Tidak diterbitkan

Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). 2010. PISA

2009 Results: What Students Know and Can Do, Student Performance In Reading, Mathematics And Science, Volume I.

Purwanto, M. Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert. 2011. Cooperative Learning Teory, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Smith, Bettye P. 2006. Contextual Teaching and Learning Practics In The Family and Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1

Soedjadi. 2005. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena

kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat

pendi-dikannya. Pendidikan juga berperan dalam menciptakan insan yang cerdas,

kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Oleh karena itu,

pendidikan membutuhkan inovasi sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi saat ini tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan agar mencetak sumber

daya manusia yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2011)

yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan bangsa

dan salah satu bentuk modal investasi yang akan menentukan kualitas sumber

daya manusia suatu bangsa.

Mengingat pentingnya peranan pendidikan tersebut maka perlu adanya upaya dari

pemerintah, lembaga, dan masyarakat yang peduli untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui penelitian dan pengembangan,

pela-tihan dan pendidikan guru, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.

Berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun

2006 menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan

(19)

2

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

lebih lanjut. Hal ini dapat diketahui dengan ketercapaian standar kompetensi yang

dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar sedangkan ketercapaian kompetensi

dasar dapat dilihat dari ketuntasan indikator pada kompetensi dasar tersebut.

Setiap satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM)

dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa, kompleksitas

kompetensi, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan

pembelajaran.

Salah satu upaya pemerintah dalam melakukan suatu inovasi pendidikan di

sekolah adalah dengan memperhatikan tiga hal, yaitu efisien, efektif, dan

kenyamanan dalam proses pembelajaran. Efisien berarti waktu yang tersedia

dapat digunakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Efektif berarti mata pelajaran

yang diberikan menghasilkan suatu hal yang bermanfaat bagi peserta didik,

sedangkan kenyamanan berarti sumber, alat, dan model pembelajaran yang

mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas sesuai tujuan pembelajaran

sehingga dapat diharapkan tercapainya pendidikan yang berkualitas.

Kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di bidang matematika, belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Menurut TIMSS (Trends in International

Mathematics and Science Study) tahun 2007, yaitu suatu lembaga yang mengukur

pendidikan dunia, mengatakan bahwa prestasi matematika peserta didik di

Indonesia menduduki peringkat ke-36 dari 49 negara yang diteliti dengan

perolehan skor rata-rata 397. Hasil tersebut didapat setelah melakukan penelitian

(20)

3

performance, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Apabila dibandingkan dengan

skor rata-rata internasional, yaitu 500, tampak bahwa prestasi belajar peserta didik

di Indonesia sangat jauh dengan standar internasional, bahkan yang

mem-prihatinkan sekali, Indonesia di bawah peringkat tiga negara tetangganya, yaitu

Singapura, Malaysia, dan Thailand. Singapura berada pada posisi ke-3 dengan

skor rata-rata 593, Malaysia berada pada peringkat ke-20 dengan memperoleh

skor rata-rata 474, dan Thailand pada peringkat ke-29 dengan memperoleh skor

rata-rata 441 sedangkan Taiwan berada pada peringkat pertama dengan perolehan

skor 598. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemampuan matematika siswa

di Indonesia masih rendah.

Di samping itu, Organisation for Economic Cooperation and Development

(OECD) 2010 menyebutkan bahwa dari penelitian Programme for International

Student Assessment (PISA) 2009 diketahui bahwa kemampuan matematika siswa

Indonesia menduduki peringkat ke-61 dari 65 negara yang diteliti dengan

perolehan skor 371. Hal yang dikaji pada kemampuan matematika adalah

me-rumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam berbagai

konteks, termasuk menggunakan konsep matematika, prosedur, fakta dan

penggunaan alat untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu

fenomena. Fakta tersebut mencerminkan bahwa pendidikan di Indonesia,

khu-susnya matematika, masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.

Rendahnya hasil belajar matematika juga ditemukan di kelas VIII SMP Negeri 8

Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012. Sekolah tersebut

(21)

4

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun 2006. Berdasarkan

observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung diperoleh

bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah. Rata-rata nilai ujian

semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 siswa kelas VIII hanya 30,99 padahal

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk mata

pelajaran matematika adalah 68. Banyaknya siswa yang tuntas belajar

(mem-peroleh nilai lebih besar atau sama dengan 68) hanya 10,57 %. Rendahnya hasil

belajar tersebut dimungkinkan karena pemilihan model pembelajaran belum tepat

sehingga tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal.

Pemilihan model pembelajaran yang tepat sangatlah penting dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2005: 4) yang

menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan

oleh proses pembelajaran yang ditangani langsung oleh guru. Walaupun tujuan

pembelajaran dirumuskan dengan baik, namun jika model pembelajaran yang

digunakan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan pembelajaran yang diinginkan

belum dapat tercapai dengan baik. Hal ini karena model pembelajaran adalah hal

yang penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sebaiknya adalah model

pembelajaran yang memberikan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antar

siswa yang nantinya akan membentuk sinergi yang menguntungkan untuk semua

anggota (Lie, 2008: 33). Pembelajaran matematika akan mendapatkan hasil yang

lebih optimal jika guru memilih model pembelajaran yang tepat, yaitu

(22)

5

lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Jadi, faktor yang paling menentukan

tercapainya tujuan pembelajaran adalah pembelajaran yang mampu melibatkan

siswa secara optimal.

Salah satu upaya dalam mengembangkan keterlibatan peserta didik adalah melalui

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model

pem-belajaran koperatif adalah pembelajaran yang menuntut peserta didik agar lebih

berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kelompoknya

dengan bersama-sama.

Spencer Kagan (dalam Lie, 2008: 31), mengungkapkan bahwa ada lima unsur

yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan

positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan

evaluasi proses kelompok. Hal tersebut sangat berguna dalam memberikan

stimulus agar peserta didik dapat beraktivitas lebih leluasa. Hal ini karena

aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar

untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang

membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif

dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang

berprestasi tinggi. Selain itu, melalui model pembelajaran koperatif ini, setiap

anggota dalam kelompok memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Salah satu tipe model pembelajaran koperatif adalah Group Investigation. Model

ini dianggap sesuai dengan karakteristik siswa yang diteliti. Hal ini dapat

(23)

6

dalam kelompok belajar matematika, akan tetapi kelompok belajar tersebut belum

dikembangkan secara optimal, yaitu terbatas pada saat pengerjaan soal-soal

latihan saja. Apabila model Group Investigation diterapkan pada pembelajaran

matematika di kelas tersebut, diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas dalam

kelompok belajar tersebut sehingga memperoleh hasil belajar matematika yang

optimal dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Model Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa sejak perencanaan, baik dalam mengidentifikasi topik, maupun cara untuk

mempelajarinya melalui investigasi di dalam kelompok. Model Group

Inves-tigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Ibrahim, dkk (2000: 23) menyatakan dalam model Group Investigation guru

membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa yang

heterogen dengan mempertimbangkan minat yang sama dalam topik tertentu.

Siswa memilih sendiri topik yang dipelajari dan kelompok merumuskan

investigasi dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep yang telah

dirumuskan. Kegiatan investigasi tersebut menuntut siswa untuk mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui diskusi siswa. Diskusi di dalam

model ini mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran siswa sehingga

diharapkan dapat memberikan aktivitas dan hasil belajar yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian efektivitas model

Group Investigation ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika pada

pem-belajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung semester genap

(24)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran

matematika ditinjau dari aktivitas belajar matematika?

2. Apakah model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran

matematika ditinjau dari hasil belajar matematika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau

dari aktivitas belajar matematika siswa.

2. Efektivitas model Group Investigation pada pembelajaran matematika ditinjau

dari hasil belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi guru, yaitu untuk memberikan informasi mengenai alternatif model

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, dan

membantu guru melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif.

2. Bagi siswa, yaitu untuk memberikan suasana baru dalam pembelajaran

matematika yang akan membuat siswa berperan aktif dalam pembelajaran serta

(25)

8

3. Bagi sekolah, yaitu memberikan informasi dan pemikiran tentang alternatif

pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu sekolah.

E. Ruang Lingkup

Untuk memberikan kejelasan tentang penelitian dan mencapai sasaran

sebagaimana yang telah dirumuskan, berikut dikemukakan beberapa batasan.

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek,

yaitu:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas siswa selama

pem-belajaran berlangsung. Pempem-belajaran dikatakan efektif apabila minimal

70% siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran.

b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes. Pembelajaran dikatakan

efektif apabila minimal 60% siswa tuntas belajar.

2. Model Group Investigation adalah model pembelajaran yang memberi

ke-sempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi topik dan merencanakan

investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan

di-presentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses

pembelajaran yang telah berlangsung.

3. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi di dalam kelompok saat melakukan

investigasi, mempresentasikan hasil investigasi atau menanggapi presentasi,

memperhatikan presentasi, membuat kesimpulan atau rangkuman materi

(26)

9

4. Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran matematika pada materi kubus dan balok yang diukur

melalui tes.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII semester genap di SMP Negeri

(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), efektivitas

berasal dari kata “efektif” yang berarti dapat membawa hasil, berhasil guna, yang

bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.

Efektivitas berhubungan dengan kegiatan pencapaian tujuan, hasil dan manfaat

dari hasil yang diperoleh. Terkait efektivitas pembelajaran, Hamalik (2008: 171)

berpendapat bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut

menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya

kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan

ber-aktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu dalam memahami konsep

yang sedang dipelajari sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Definisi serupa juga diungkapkan Mulyasa (2006: 193) yang berpendapat bahwa

pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman baru dan

membentuk kompetensi siswa serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin

dicapai secara optimal. Siswa akan mendapat pengalaman baru apabila mereka

diberi kesempatan untuk belajar menemukan konsep secara mandiri melalui

(28)

11

Suryosubroto (2006: 16) mengemukakan beberapa hal agar pelaksanaan

pem-belajaran menjadi efektif, yaitu sebagai berikut.

1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum dilihat dari

aspek-aspek:

a. Tujuan pengajaran

b. Bahan pengajaran yang diberikan

c. Alat pengajaran yang digunakan

d. Strategi evaluasi/penilaian yang digunakan

2) Keterlaksanaan proses belajar mengajar, meliputi:

a. Mengkondisikan kegiatan belajar siswa

b. Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar

c. Menggunakan waktu yang tersedia untuk KBM secara efektif

d. Motivasi belajar siswa

e. Menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan

f. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar

g. Melaksanakan komunikasi/interaksi belajar mengajar

h. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar mengajar kepada siswa

i. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa

j. Menggeneralisasikan hasil belajar dan tindak lanjut

Oleh karena itu, untuk mencapai pembelajaran yang efektif, guru harus

mengetahui dengan baik mengenai karakteristik mata pelajaran, siswa, materi ajar

dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini akan memudahkan guru

untuk memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

(29)

12

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran

adalah tingkat keberhasilan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pem-belajaran yang diharapkan. Efektivitas tersebut dapat ditinjau dari aktivitas siswa

selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Lie (2008:34) mendefinisikan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja

sama dalam mengerjakan tugas terstruktur. Hal ini sesuai pendapat Biggs dan

Watkins (1995:36) yang menyatakan:

In a class room organised for Cooperative Learning, groups of

students strive for common goal in which all members of the group

are responsible for one another….

Pada pembelajaran kooperatif, siswa yang berada dalam kelompok akan berusaha

untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan bekerjasama dan bertanggungjawab

atas siswa lainnya.

Lebih lanjut, Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2008 : 31) mengemukakan bahwa

ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model

pembelajaran kelompok biasa, yaitu: (1) saling ketergantungan positif, (2)

tang-gung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota, dan (5)

evaluasi proses kelompok.

Keberhasilan kelompok dalam model sangat bergantung pada setiap usaha

(30)

13

dan memastikan bahwa setiap anggota dalam kelompok tersebut telah mencapai

tujuan yang diinginkan. Hal ini memberikan akibat terjadinya rasa tanggung

jawab pada setiap anggota untuk memberikan kontribusinya dalam pencapaian

tujuan pembelajaran.

Selain itu, pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada setiap

kelompok untuk bertatap muka, berdiskusi dan berargumentasi sehingga

mem-bangun pengetahuan dan menutup kesenjangan pemahaman di antara mereka.

Selanjutnya melalui komunikasi antar anggota dalam kelompok, secara

bersama-sama setiap anggota mengevaluasi proses pembelajaran dan hasil kerja kelompok

mereka.

Jadi, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif sehingga dapat mengoptimalisasikan

kompetensi individu mealalui kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan

pem-belajaran bersama.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran

koo-peratif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari

kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama,

untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik tertentu. Siswa pada model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dituntut untuk lebih aktif dalam

mengembangkan sikap dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. (Eggen dan

(31)

14

Model Group Investigation membantu siswa memahami masalah dan memberi

kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri melalui kegiatan

in-vestigasi yang telah mereka lakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bettye

(2006):

The problem occurs when student is unable to identify what knowledge is needed to address a problem outside of the context in which it was learned. It is believed that when student are taught in a context that closely resembles the situation in which they will have to apply the information, a greater chance for transfer of learning occurs.

Model Group Investigation akan lebih efektif apabila guru memahami konsep

penting dalam pembelajaran kooperatif. Selain itu, guru juga dirasa perlu menilai

kemampuan siswa untu merencanakan pembelajaran, memilih topik yang sesuai

untuk Group Investigation, berpikir berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang

muncul dari permasalahan dan menggunakan berbagai sumber untuk bahan

pembelajaran.

Model Group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model

ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

ber-komunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skill).

(Kunandar, 2007: 344).

Slavin (2011: 218) menjabarkan model Group Investigation menjadi enam tahap,

yaitu sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi topik dan mengatur peserta didik ke dalam kelompok

a) Siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

(32)

15

b) Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

mereka pilih.

c) Guru membantu pengumpulan informasi/memfasilitasi pengaturan.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari

Siswa merencanakan bersama mengenai: Apa yang kita pelajari? Bagaimana

kita mempelajari? Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

3) Melaksanakan investigasi

a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat

ke-simpulan kelompok.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

untuk kelompoknya.

c) Siswa saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

men-sintesis semua gagasan.

4) Menyiapkan laporan akhir

a) Anggota kelompok menentukan pesan esensial dan investigasi mereka.

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mereka secara kelompok akan membuat presentasi mereka.

c) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

meng-koordinasikan rencana-rencana presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.

b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran secara

aktif.

(33)

16

6) Evaluasi

a) Para peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik

tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai

ke-efektifan pengalaman-pengalaman mereka.

Jadi, model Group Investigation adalah model yang memberi kesempatan kepada

siswa untuk menentukan topik, mengidentifikasinya, dan merencanakan kegiatan

investigasi, melakukan investigasi, membuat laporan yang selanjutnya akan

dipresentasikan oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses

pembelajaran yang telah berlangsung.

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam belajar merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Melalui aktivitas, siswa akan menggunakan segala potensi

yang dimilikinya untuk mendapatkan keberhasilan dalam pembelajaran.

Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2007: 277) yang

meng-ungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,

pikiran, perhatian, dalam kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses

belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Di sisi lain, Sanjaya (2006 : 174) berpendapat yang dimaksud dengan aktivitas

adalah segala sesuatu yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi

kegiatan belajar siswa seperti kegiatan diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan

percobaan, dan sebagainya. Terkait perihal tersebut, Dierich (dalam Sardiman,

2007: 101) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang digolongkan sebagai

(34)

17

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

mem-perhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan

pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi.

4) Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.

5) Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model

mereparasi, bermain.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

me-mecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Hamalik (2008: 91) menyatakan bahwa penggunaan aktivitas dalam proses

pem-belajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain sebagai berikut.

1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa.

3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri,

sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan

individual.

5) Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

(35)

18

6) Membina kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru

dan orang tua, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga

mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan

ter-jadinya verbalisme.

8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya

kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Jadi, di dalam pembelajaran seharusnya aktivitas siswa perlu diperhatikan, dalam

hal ini, aktivitas siswa akan memberikan pengetahuan, pengalaman, dan mampu

mengembangkan pemahamannya.

Berdasarkan uraian tersebut, aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa dalam

proses pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat berupa kegiatan bertanya,

menge-mukakan pendapat atau ide, mengerjakan latihan atau tugas, berdiskusi,

me-nanggapi presentasi, memperhatikan penjelasan guru dan lain sebagainya.

5. Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono (2002:3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu

interaksi pembelajaran. Dari sisi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses

belajar. Oleh sebab itu, hasil belajar menjadi suatu tolok ukur keberhasilan siswa

dalam pembelajaran.

Sejalan dengan itu, Hamalik (2008: 146) menyatakan pengertian hasil belajar

(36)

19

Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Jadi, hasil belajar menunjukkan tingkat keberhasilan siswa dalam proses

pem-belajaran yang telah diikuti oleh siswa dan merupakan hasil dari interaksi

pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk skor.

Gagne (dalam Dimyati dan mujiono, 2002: 10) menyatakan bahwa ada lima unsur

dalam hasil belajar, yaitu:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan

pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek

berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.

Mengenai hasil belajar, Davies, Jarolimek, dan Foster dalam Dimyati dan

Mudjiono (2002: 201) mengatakan bahwa:

Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

(37)

20

setelah mengikuti pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

yang diukur dengan sebuah tes (aspek kognitif) serta sikap dan aktivitas siswa

saat pembelajaran berlangsung (aspek afektif).

B. Kerangka Pikir

Belajar adalah proses yang berperan penting dalam meraih pengetahuan. Model

pembelajaran yang digunakan dalam proses itu sebaiknya adalah model

pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat

sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

ter-sebut sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi antar

siswa dan antara siswa dengan gurunya.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa di dalam kelompok dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan

kepada siswa untuk terlibat secara aktif, saling berbagi pengetahuan, pengalaman,

tugas, dan tanggung jawab sehingga memungkinkan siswa agar berlatih,

ber-interaksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang merupakan suatu hal yang

diperlukan di dalam hidup bermasyarakat.

Model Group Investigation adalah salah satu tipe dari model pembelajaran

kooperatif yang memiliki beberapa tahap, yaitu: mengidentifikasi topik dan

membentuk kelompok, merencanakan investigasi dalam kelompok, melaksanakan

investigasi, menyiapkan laporan akhir, dan evaluasi. Selama pembelajaran, guru

(38)

21

lebih mandiri dalam melakukan investigasi. Model pembelajaran ini menekankan

pada partisipasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat diperhatikan dalam model Group

Investigation. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik model ini yang menuntut

siswa untuk berperan lebih aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama sehingga dapat

memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensi dirinya.

Selain itu, kegiatan investigasi di dalam model Group Investigation menuntut

siswa untuk telibat secara aktif dalam menemukan konsep dan membangun

pengetahuannya. Melalui investigasi itu siswa pun akan lebih memahami secara

dalam mengenai materi pembelajaran karena siswa terlatih untuk selalu

menggunakan keterampilan pengetahuannya dalam menyelesaikan suatu masalah

sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang siswa peroleh tersebut akan

dapat tertanam dalam jangka waktu yang lama.

Apabila meninjau fase-fase pada model Group Investigation, terlihat bahwa

dengan model tersebut, siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran.

Melalui kegiatan menyelidiki, menemukan, dan memecahkan suatu masalah

secara mandiri, akan membuat siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang

bermakna, pengetahuan dan pengalaman yang baru serta mendapatkan hasil

belajar yang lebih optimal. Oleh karena itu, model Group Investigation efektif

diterapkan di dalam pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil

(39)

22

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, selain penggunaan model

pem-belajaran, diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis

sebagai berikut:

1. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika

ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa.

2. Model Group Investigation efektif diterapkan pada pembelajaran matematika

(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap

SMP Negeri 8 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 254 siswa

yang terdistribusi dalam tujuh rombongan belajar dengan kemampuan siswa antar

rombongan belajar relatif homogen. Karakteristik siswa pada populasi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi, suku

dan agama.

2. Kemampuan siswa di dalam kelas adalah heterogen.

3. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran yang bervariasi.

4. Siswa memiliki kelompok belajar matematika walaupun belum

dikem-bangkan secara optimal.

5. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum berkembang.

6. Siswa kurang diberi kesempatan untuk terampil dalam menggunakan

model/alat peraga dalam pembelajaran.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil satu kelas

secara random sebagai kelas eksperimen. Kelas yang terpilih menjadi sampel pada

(41)

24

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak dapat

mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh terhadap variabel yang

diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono (2003: 82-83) bahwa

tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang

merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen

yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol

semua variabel yang relevan. Variabel yang diukur di dalam penelitian ini adalah

aktivitas dan hasil belajar matematika.

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok eksperimen, yaitu kelompok

siswa yang mendapatkan perlakuan pembelajaran model Group Investigation.

Tes hasil belajar dilakukan setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan

pembelajaran menggunakan model Group Investigation. Tes hasil belajar di

da-lam penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali. Desain yang digunakan dada-lam

penelitian ini adalah one group posttest only design.

C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyusun Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

(42)

25

2. Tahap Pelaksanaan

a. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 4-5 siswa.

(Tahap Grouping)

b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembel-ajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal

a) Guru memberitahu siswa bahwa mereka akan belajar dengan

menggunakan model Group Investigation.

b) Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh

siswa dan kegunaan mempelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Kegiatan Inti

a) Guru membagikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

b) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan semua

kelompok sesuai topik pembelajaran masing-masing.

c) Siswa melakukan pembagian tugas di masing-masing kelompok

untuk memecahkan masalah sesuai topik dan mendiskusikan

bagaimana mereka akan belajar.

d) Siswa melakukan investigasi sebagai berikut: (1) siswa

me-ngumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat simpulan

atas permasalahan yang diselidiki, (2) setiap anggota kelompok

memberikaan saran, pendapat, ide, dan gagasan pada setiap kegiatan

kelompok, (3) siswa mempersatukan ide dan pendapat di dalam

(43)

26

e) Siswa menentukan sebagai berikut: (1) anggota kelompok

me-nentukan pesan-pesan penting dalam praktiknya masing-masing, (2)

anggota kelompok menentukan apa yang akan mereka laporkan

berdasarkan hasil investigasi yang telah dilakukan dan bagaimana

mereka akan mempresentasikannya di depan kelas mereka.

f) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari investigasi yang telah

mereka lakukan: (1) kelompok penyaji mempresentasikan hasil

praktiknya atau hasil investigasinya pada keseluruhan kelas dalam

berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai

penyaji terlibat aktif sebagai pendengar dan memperhatikan

presentasi, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan

mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang telah

dipresentasikan kelompok penyaji.

g) Guru dan siswa mengkolaburasi dan mengevaluasi pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

3) Kegiatan Penutup

a) Secara bersama-sama, siswa dan guru membuat kesimpulan dari

materi yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan PR dan menginformasikan materi yang akan

(44)

27

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data aktivitas belajar matematika siswa yang diperoleh dari hasil observasi

terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan model Group

Investigation berlangsung.

2. Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes yang

dilaksanakan setelah siswa mendapatkan perlakuan menggunakan

pembel-ajaran model Group Investigation.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode observasi dan metode tes.

1. Metode Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi di dalam penelitian ini

dibuat dalam bentuk lembar observasi yang bertujuan untuk mengamati aktivitas

siswa selama pembelajaran menggunakan model Group Investigation.

2. Metode Tes

Metode tes adalah metode pengumpulan data yang mempunyai tujuan untuk

mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes ini untuk mengukur hasil belajar

matematika siswa yang dilaksanakan sebanyak dua kali. Jumlah Soal pada tes

(45)

28

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk esai. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukardi (2008: 101) yang menyatakan bahwa tes esai memiliki

beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut.

a) Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban

item secara tepat.

b) Mengukur kemampuan dalam menjawab pertanyaan melalui bahasa sendiri.

c) Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan

pemikiran siswa secara aktif.

d) Memberikan stimulus kepada siswa untuk berani mengemukakan pendapat

serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat mereka sendiri sehingga

mem-buat siswa berpikir kreatif .

e) Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan menguasai suatu

permasalahan dari pertanyaan yang diberikan kepadanya.

F. Instrumen Penelitian

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar instrumen penelitian yang

digunakan mendapatkan data yang akurat, yaitu validitas, reliabilitas, daya beda,

dan taraf kesukaran. Keempat kriteria itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Validitas (Validity)

Sebuah instrumen penelitian tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut

dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan adalah

validitas isi, yakni kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak

(46)

29

yang menyatakan bahwa isi tes harus sesuai dengan isi kurikulum yang sudah

diajarkan. Penyusunan soal instrumen tes diawali dengan kisi-kisi soal.

Penyusunan kisi-kisi soal tersebut harus memperhatikan setiap indikator yang

ingin dicapai. Penilaian terhadap butir tes dilakukan oleh guru mata pelajaran

matematika kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung dengan asumsi bahwa

guru tersebut memahami dengan baik mengenai kurikulum SMP. Oleh karena itu,

valid atau tidaknya instrumen tes ini didasarkan pada judgment guru tersebut.

2. Reliabilitas (Reliability)

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat

di-percaya dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataaan Budiyono (2003:65)

bahwa suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan

instrumen tersebut adalah sama apabila pengukuran tersebut dilakukan pada orang

yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlaianan

(tetapi mempunyai kondisi yang sama) pada waktu yang sama atau pada waktu

berlainan. Suatu instrumen dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi

apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa

yang hendak diinginkan.

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha dalam

Sudijono (2008: 208), yaitu:

r = n − 1 1 −n ∑ σ

σ

Keterangan:

(47)

30

n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

dimana:

= ∑ − ∑

Keterangan :

= varians total

= banyaknya data

∑ = jumlah semua data

= jumlah kuadrat semua data

Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap

koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu

apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji memiliki reliabilitas

yang baik. Berdasarkan analisis hasil uji coba instrumen pada tes 1 dan tes

ke-2, masing-masing diperoleh reliabilitas 0,783 dan 0,779, yang dapat

diin-terpretasikan bahwa reliabilitas instrumen penelitian ini adalah baik.

3. Tingkat Kesukaran (Difficulty)

Menurut Budiyono (2011:30), tingkat kesukaran butir soal menyatakan proporsi

banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut terhadap seluruh

peserta tes. Untuk mengetahui indeks tingkat kesukaran instrumen tes digunakan

(48)

31

= ̅

dengan

P = indeks tingkat kesukaran butir tes ke-i

̅ = rata-rata skor butir tes

Smaks = skor maksimum untuk butir tersebut

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir tes digunakan tolak ukur

sebagai berikut.

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Tes

Indeks Tingkat kesukaran Kategori Butir Tes

0,00 ≤ P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,70 < P ≤ 1,00 Mudah

(Budiyono, 2011:40)

Berdasarkan perhitungan hasil tes uji coba tes ke-1 yang dilakukan pada siswa

kelas VIII-C SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diketahui bahwa pada nomor 1a,

1b, dan 6 memiliki tingkat kesukaran mudah, nomor 1c, 2, 3a, 3b, 5, dan 7

memiliki tingkat kesukaran sedang, dan nomor 1d dan 4 memiliki tingkat

kesukaran yang sukar. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji coba tes ke-1

dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Selanjutnya untuk hasil uji coba tes ke-2 yang dilakukan pada siswa kelas VIII-A

SMP Negeri 8 Bandar Lampung, diperoleh bahwa pada soal nomor 1a, 1b, 2, 3,

dan 7 memiliki tingkat kesukaran mudah, sedangkan pada soal nomor 4, 5a, 5b, 6,

dan 8 memiliki tingkat kesukaran sedang. Rekapitulasi tingkat kesukaran hasil uji

(49)

32

4. Daya Pembeda (Discrimination Power)

Budiyono (2003:65) mengemukakan bahwa semua butir dari suatu instrumen

harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai

(berkemampuan rendah). Teknik yang digunakan untuk menghitung daya

pem-beda butir soal dalam penelitian ini adalah dengan menghitung perpem-bedaan dua

buah rata-rata (mean), yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata

dari kelompok bawah untuk tiap-tiap butir.

Perhitungan daya pembeda soal uraian dapat menggunakan rumus yang Karno To

(dalam Noer, 2010: 23), yaitu:

= −

Keterangan:

DP = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah

JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Lebih lanjut, hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasikan berdasarkan

(50)

33

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki daya pembeda lebih dari

atau sama dengan 0,30.

Berdasarkan perhitungan tes uji coba diperoleh daya pembeda sebagai berikut:

Untuk daya pembeda uji coba tes ke-1, nomor 1a dan 7 memiliki daya pembeda

sangat buruk, nomor 1b memiliki daya pembeda buruk, nomor 1d, 2,3a, 3b, 4, 5,

dan 6 memiliki daya pembeda baik sedangkan nomor 1c memiliki daya pembeda

sangat baik. Rekapitulasi hasil uji coba tes ke-1 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-1

Nomor

soal Daya Pembeda Interpretasi Daya Pembeda Kesukaran Tingkat

Interpretasi

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat

beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, dan nomor 7 tidak memenuhi kriteria daya

(51)

34

matematika ke-1. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator dari soal yang

tidak digunakan tersebut telah terwakili oleh nomor soal lainnya sehingga tidak

mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan

dari proses pembelajaran.

Selanjutnya berdasarkan perhitungan hasil uji coba tes ke-2 diketahui bahwa pada

nomor 1b dan 5a memiliki daya pembeda sangat buruk, nomor 1 memiliki daya

pembeda buruk, nomor 2 dan 7 memiliki daya pembeda kurang baik, dan nomor

3, 4, 5b, 6, dan 8 memiliki daya pembeda yang baik. Rekapitulasi hasil uji coba

tes ke-2 dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Ke-2

Nomor

soal Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Kesukaran Taraf

Interpretasi

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil tes uji coba di atas, terlihat bahwa terdapat

beberapa soal, yaitu soal nomor 1a, 1b, 2, 5a, dan 7 tidak memenuhi kriteria daya

pembeda yang baik sehingga soal pada nomor tersebut tidak digunakan dalam tes

hasil belajar matematika ke-2. Setelah dilakukan pengecekan kembali, indikator

(52)

35

sehingga tidak mengurangi keutuhan kisi-kisi soal yang sesuai dengan indikator

yang diharapkan dari proses pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data

Efektivitas pembelajaran menyatakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

pembelajaran, yang ditinjau dari dua aspek berikut.

1. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas belajar matematika siswa.

Aktivitas belajar matematika siswa ditunjukkan dengan jumlah skor yang

diperoleh siswa tersebut yang diperoleh melalui lembar aktivitas siswa yang

diisi oleh observer selama pembelajaran. Penentukan pencapaian proses

pem-belajaran dilihat dari skor aktivitas belajar matematika siswa apabila

tercapai-nya skor minimal 70% siswa aktif.

2. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil belajar matematika siswa.

Hasil belajar matematika ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan kepada

siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model Group

Investi-gation. Penentukan pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari hasil belajar

matematika siswa apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang

ditetapkan sekolah minimal 68 yaitu minimal 60% siswa tuntas belajar.

Oleh karena itu, pada penelitian ini pembelajaran dengan model Group

Inves-tigation dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria pada tabel berikut.

Tabel 3.5. Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Aspek Kriteria Pencapaian Efektivitas Kesimpulan

Aktivitas Siswa ≥ 70% siswa aktif

(53)

36

Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Teknik Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang telah diisi oleh observer

yang selanjutnya disajikan dalam persentase. Siswa mendapat tanda check list (√)

atau skor 1 jika melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.

Se-baliknya, siswa mendapat tanda silang (X) atau skor 0 jika tidak melakukan

aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.

Persentase aktivitas siswa saat pembelajaran dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

% =∑ × 100%

Keterangan :

% = persentase aktivitas siswa

∑ = jumlah aktivitas siswa- dalam lima pertemuan

= jumlah skor maksimal dalam lima pertemuan

Siswa dikatakan aktif apabila persentase skor aktivitas yang diperoleh lebih dari

atau sama dengan 65%.

Pengujian pencapaian kriteria efektivitas dilakukan analisis data dengan prosedur

sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor aktivitas sampel

(54)

37

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati

= frekuensi yang diharapkan.

Sudjana (2005: 293)

Kriteria uji: terima H0 jika < dengan taraf nyata 5%. Jika

po-pulasi berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji proporsi menggunakan uji-z.

b. Uji Proporsi

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah sebagai berikut.

H0 :

< 0,70 (persentase siswa aktif < 70%)

H1 :

≥ 0,70 (persentase siswa aktif ≥ 70%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah:

= − 0,70

0,70(1 − 0,70)/ Keterangan:

x = banyaknya siswa aktif

n = jumlah sampel

0,70 = proporsi siswa aktif yang diharapkan

(55)

38

Kriteria uji: tolak H0 jika zhitungz0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga z0,5

diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5 - α).

2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar siswa dilihat dari nilai hasil belajar matematika siswa setelah

diadakan tes. Dari nilai tersebut, siswa dikatakan tuntas belajar apabila

mem-peroleh nilai hasil belajar ≥ 68. Pengujian pencapaian kriteria efektivitas

dila-kukan analisis data dengan prosedur sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor hasil belajar sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dikarenakan data

yang berdistribusi normal akan lebih mudah untuk menyajikannya dalam bentuk

membedakan, mencari hubungan, atau meramalkannya.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi yang diamati

Gambar

Tabel 3.1. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Tes
Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Tabel 3.5. Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar passing dan servis bolavoli dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII B SMP

Penyelenggaraan J.Arx berupa bazaar dan pameran yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan siswa/i yang dikemas dalam bentuk pameran seni dan budaya, yang dikelola

Skripsi dengan judul ” Variasi Gambaran Foto Thorax Tuberkulosis Paru pada Anak Sebelum dan Sesudah Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) selama 6 bulan di RSUD.. Moewardi Surakarta

Pada uji mutu hedonik konsistensi perlakuan pelapisan kitosan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan formalin

good corporate governance dan karakteristik perusahaan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dalam penelitian ini kualitas GCG dinilai dengan skor

Pada dasarnya prinsip ini merupakan konsekuensi logis dari prinsip perseimbangan (indemnitas), yaitu tertanggung akan menerima ganti kerugian seimbang dengan kerugian yang

ANALISIS KESANTUNAN TINDAK TUTUR PADA KUMPULAN CRITA CEKAK BLANGKON SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JAWA SMP.. Skripsi, Surakarta:

Pertama penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan