• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

(Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

TRI AGUSTI ELIATI

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang menekankan belajar dalam kelompok untuk membantu siswa dalam memahami konsep. Dengan adanya belajar kelompok tersebut siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep karena siswa yang pintar akan membantu siswa yang kesulitan dalam memahami konsep, dan kelompok yang masih mengalami kesulitan akan mendapat bimbingan dari guru. Selain itu, siswa akan semangat dalam belajar karena ada penghargaan untuk setiap kelompok yang unggul. Hal ini akan membuat siswa aktif dalam mengikuti jalannya pembelajaran sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat.

(2)

melalui tes yang bentuk instrumennya adalah essay (uraian).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa rata-rata pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran dengan STAD lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa pembelajaran STAD memberikan pengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Tetapi pembelajaran STAD tidak memberikan pengaruh jika dilihat dari KKM, karena rata-rata nilai pemahaman konsep siswa tidak lebih tinggi dari KKM.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 berbunyi sebagai berikut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif me-ngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dari pernyataan undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan potensi diri dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara maka dibutuhkan pendidikan. Negara Indonesia memiliki tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang termuat dalam UUD 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta.

(4)

ke-depan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibutuhkan proses pembelajaran yang kondusif dan efisien, agar siswa dapat memaksimalkan perkembangan pola pikirnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Bloom dalam Uno (2006 :35) tujuan pembelajaran dibagi dalam tiga kawasan yaitu kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor. Tujuan pembelajaran perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran, sebab kegiatan pembelajaran berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Model pembelajaran dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran agar menciptakan interaksi yang kondusif dan efisien antara guru dan siswa. Diantaranya adalah pembelajaran kooperatif yang mempunyai banyak variasi, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Slavin (dalam Yusron, 2005 : 143) menyatakan bahwa STAD merupakan model yang paling sederhana dari model pembelajaran kooperatif dan merupakan model yang cocok untuk para guru yang akan memulai model pembelajaran kooperatif.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. Pembelajaran dimulai dengan penjelasan materi oleh guru tentang konsep secara garis besarnya. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru dalam rangka memantapkan pemahaman terhadap konsep yang sudah diberikan oleh guru.

(5)

kelompok benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Dalam belajar kelompok, setiap siswa bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompoknya betul-betul memahami konsep yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok, bukan masing-masing individu. Oleh karena itu, kerjasama di dalam kelompok sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan.

Keberhasilan individu sangat mempengaruhi keberhasilan kelompok, karena setiap individu akan menyumbangkan nilainya untuk menentukan poin peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Untuk mengukur keberhasilan belajar kelompok, guru memberikan tes kepada masing-masing siswa. Dalam tes ini, setiap anggota kelompok tidak diperkenankan membantu anggota kelompoknya yang lain. Selanjutnya, hasil tes ini dibandingkan dengan rata-rata pencapaian sebelumnya agar dapat diketahui poin sumbangan yang di dapat.

Poin sumbangan anggota kelompok ditentukan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Gabungan poin sumbangan dari semua anggota kelompok menjadi poin kelompok dan hasilnya dibandingkan dengan poin kelompok lainnya. Kelompok yang berhasil memperoleh poin tertinggi berhak mendapat sertifikat atau penghargaan. Dengan adanya pemberian penghargaan kelompok, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar matematika. Pada setiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota kelompok melakukan yang terbaik untuk kelompok, dan kelompok pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu setiap anggotanya.

(6)

tersebut membutuhkan pemahaman dan ketelitian dari yang sederhana hingga rumit sehingga siswa akan sulit untuk memahami materi jika hanya mendengarkan penjelasan guru. Kesulitan siswa yaitu pada saat merubah satuan sudut, menggambar sudut menggunakan busur dan jangka, menentukan sifat-sifat garis dan sudut. Untuk mengatasi kesulitan ini perlu dilakukan belajar dalam kelompok. Dengan berkelompok proses belajar siswa akan lebih mudah. Dengan adanya tanggung jawab bersama siswa akan saling membantu dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Penghargaan yang diberikan untuk setiap peningkatan kinerja belajar akan membuat siswa semangat untuk meningkatkan kinerjanya yang belum maksimal dan mempertahankan prestasi yang sudah didapat. Siswa tetap mandiri dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri untuk mencapai yang terbaik meski kriteria penghargaan ditujukan untuk kelompok bukan individu. Hal ini akan membuat pemahaman konsep siswa meningkat.

(7)

sifat-sifat tertentu, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu kosep, Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

Kesulitan dalam memahami konsep garis dan sudut dialami siswa di SMPN 20 Bandar Lampung. Melalui wawancara diperoleh keterangan bahwa proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru di SMPN 20 Bandar Lampung menggunakan model pembelajaran konvensional. Mengajar dengan berpedoman pada buku paket atau LKS, dengan memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Akibatnya banyak siswa yang sulit untuk fokus pada jalannya pembelajaran. Saat guru menjelaskan materi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan pada saat siswa diberikan latihan dan tugas, masih banyak siswa yang tidak mengerjakan, ada juga yang hanya menyontek dari pekerjaan temannya. Hal ini dapat mengakibatkan siswa tertinggal dalam memahami konsep, sehingga pemahaman konsep siswa menjadi rendah. Nilai rata-rata pemahaman konsep siswa pelajaran matematika pada ulangan semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 adalah 40,5 sedangkan kriteria ketuntasan minimalnya 62.

Berdasarkan uraian di atas, STAD diduga memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami konsep khususnya materi garis dan sudut karena dalam STAD siswa yang memiliki pemahaman yang baik akan membantu siswa yang pemahamannya kurang.

(8)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Apakah rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?

2. Apakah rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari KKM (kriteria ketuntasan minimal) yang telah ditentukan yaitu 62?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah.

1. Untuk mengetahui apakah rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 62.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan:

1. Bagi Guru di tempat penelitian, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

(9)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut.

1. Pengaruh merupakan daya yang ada atau ditimbulkan dari sesuatu yang dominan. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dikatakan berpengaruh bila :

a) Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika pada pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada pembelajaran konvensioal. b) Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari KKM yaitu 62.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif, dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang heterogen, terutama dari segi kognitifnya untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu presentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

3. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa dalam memperoleh pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak. Adapun indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan dalam penelitian ini adalah. a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

(10)
(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Abdurrahman (1999:28) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sardiman (2001 : 20) bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

Nasution (2006:35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya me-ngenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang.

(12)

dalam diri seseorang dan interaksinya dengan lingkungannya, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku. Sedangkan Gagne (dalam Gredler 1994:207) mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang sifatnya internal.

Hal ini sesuai dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan definisi pembelajaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses belajar siswa yang melibatkan guru dalam mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran harus mempunyai tujuan yang jelas untuk memberikan arah dan menuntun siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan. Menurut Sardiman (1990:25) tujuan belajar ada tiga yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep keterampilan baru, dan pembentukan sikap.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu perilaku bersama dalam membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (dalam Solihatin, 2007:5) yaitu.

(13)

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok.

Sedangkan menurut Ismail (2003:18) pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah 1. belajar dengan teman,

2. tatap muka antar teman,

3. mendengarkan diantara anggota,

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok, 5. belajar dalam kelompok kecil,

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat, 7. siswa membuat keputusan,

8. siswa aktif.

Hal ini diperkuat oleh Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2004:31), ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorang-an, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

1. Saling ketergantungan positif

(14)

memberikan sumbangan nilai. Dengan kondisi yang demikian tidak ada siswa yang dirugikan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari ketergantungan positif. Jika tugas dan penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap muka

Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.

Kegiatan interaksi ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan intelektual, kete-rampilan berkomunikasi setiap anggota dalam kelompoknya.

5. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelom-pok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajar-an dimpembelajar-ana siswa belajar dpembelajar-an bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada usaha dan kemampuan belajar anggota kelompok.

(15)

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menurut Slavin (dalam Yusron, 2005:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individuan, rekognisi tim.

a. Presentasi kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.

b. Tim

Tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Kuis

Sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual.

d. Skor kemajuan individual

(16)

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Hal ini membuat siswa menghargai bahwa skor awal akan berubah sejalan dengan pengetahuan mereka yang berubah. Skor awal didapat dari kinerja siswa sebelumya dalam mengerjakan kuis yang sama.

e. Rekognisi tim

Rekognisi tim adalah penghargaan tim. Tim akan mendapatkan penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Menurut Trianto (2009: 71) Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 6 fase yaitu

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa 2. Menyampaikan informasi

3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

5. Evaluasi

6. Memberikan penghargaan.

Menurut Slavin (dalam Ibrahim: 2000) untuk memberikan skor perkembangan individu dihitung seperti pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu

Nilai tes Skor perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10 poin 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

(17)

Sedangkan untuk menghitung skor tim bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria(rata-rata tim) Predikat

5≤x15 Tim baik

15≤x25 Tim sangat baik 25≤x30 Tim super

4. Pemahaman Konsep Matematika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak yang memungkinkan seorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Untuk mencapai pemahaman konsep matematika, kita perlu mengetahui definisi matematika.

Menurut Soedjadi (2000: 11) matematika merupakan disiplin ilmu yang meliputi fakta, konsep, operasi atau relasi dan prinsip. Berikut beberapa definisi matematika:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

2. Matematika adalah pengetahun tentang bilangan dan kalkulasi.

(18)

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Matematika memiliki karakteristik yang unik dan penting untuk diketahui, hal ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000: 13) bahwa matematika memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lain, yaitu:

1. Memiliki objek kajian abstrak. 2. Bertumpu pada kesepakatan. 3. Berpola pikir deduktif.

4. Memiliki simbol yang kosong dari arti. 5. Memperhatikan semesta pembicaraan. 6. Konsisten dalam sistemnya.

Pemahaman akan karakteristik-karakteristik matematika dapat membantu siswa dalam mempelajari matematika yang sedang dipelajari. Pemahaman ini dimaksud-kan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang diharapdimaksud-kan. Abdurrahman (1999:254) berpendapat bahwa konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifiksikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.

(19)

terhambat. Begitu pentingnya pemahaman konsep bagi proses berpikir kita, sehingga dapat ditarik kesimpulan tentang manfaat pemahaman tentang suatu konsep, yaitu

1.

-kita menemukan informasi baru.

2. Konsep membantu proses mengingat dan membuatnya menjadi lebih efisien. 3. Konsep membantu kita menyederhanakan dan meringkas informasi,

komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut. 4. Konsep-konsep merupakan dasar untuk proses mental yang lebih tinggi. 5. Konsep sangat diperlukan untukproblem solving.

6. Konsep menentukan apa yang diketahui atau diyakini seseorang.

Selain itu, konsep juga memiliki beberapa kegunaan seperti yang dikemukakan Hamalik (2002:164) yaitu

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan,

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka,

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat meng-gunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari se-suatu yang baru, 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental,

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran,

(20)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pemahaman konsep matematika merupa-kan kemampuan matematika seseorang untuk memahami suatu materi atau objek dalam suatu pembelajaran matematika.

Kriteria dari pemahaman konsep menurut Kilpatrick (dalam Herman, 2011:2) adalah

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.

Berikut pedoman penskoran tes pemahaman konsep menurut Sartika (2011: 22). Tabel 2.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2

2

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4

Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah 1

Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar 2

Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari

(21)

cukup suatu konsep

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan benar 2

6

Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

7 Mengaplikasik an konsep

Tidak menjawab 0

Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Dimyati (2002: 3) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pembelajaran dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

Menurut pendapat Suparno (dalam Sardiman, 2004: 38) hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

(22)

tujuan-tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (1999: 30) yang mengatakan bahwa seorang anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar, yaitu berupa skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes.

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian Dwiyanti (2008) mengunkapkan bahwa Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut terjadi karena adanya peningkatan aktivitas belajar siswa.

(23)

sebesar 74,74 % dan pada siklus III nilai rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat sebesar 81,38 %.

C. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep adalah bagian yang sangat penting bagi proses berfikir. Sehingga pemahaman konsep yang baik akan sangat membantu siswa dalam memperoleh hasil tes yang baik, khususnya pada pelajaran matematika. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama, karena dengan belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Karena itu, kemampuan pemahaman matematika adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematika juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (dalam herdian,2010) tahuan yang disampaikan

membawa siswa kepada tujuan yang ingin dicapai.

(24)

bahwa pemahaman konsep sangat penting dalam peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

Masalah siswa pada pembelajaran konvensional yaitu banyak siswa yang sulit untuk fokus pada jalannya pembelajaran. Saat guru menjelaskan materi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan pada saat siswa diberikan latihan soal lalu diberi tugas, masih banyak siswa yang tidak mengerjakan, ada juga yang hanya menyontek.

Hal ini dapat mengakibatkan siswa tertinggal dalam memahami konsep. Sehingga pemahaman konsep matematika siswa menjadi rendah. Untuk mempermudah siswa memahami suatu konsep dibutuhkan kerja sama dengan siswa lain untuk saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki. Kerja sama dalam bentuk diskusi tim, membahas suatu permasalah yang muncul dari latihan yang diberikan dalam bentuk lembar kegiatan. Kerja sama dalam tim akan membuat siswa saling membantu tentang kesulitan teman satu timnya.

(25)

dapat dicapai apabila mereka belajar lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk tim yang skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan suatu penghargaan. Hal ini akan membuat tiap siswa menjadi semangat dalam mengikuti pembelajaran, dan mendorong siswa untuk terus berusaha mendapat skor kuis yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah.

1. Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran STAD lebih tinggi dari KKM yang ditentukan yaitu 62.

Populasi Sampel Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Pemahaman Konsep Matematika

(26)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 20 Bandar Lampung, dengan populasi seluruh siswa kelas VII. Banyak kelas VII disekolah tersebut ada 7 kelas, dan setiap kelas memiliki kemampuan yang merata dan tidak memiliki kelas unggulan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas secara acak dari 7 kelas yang ada, dengan masing-masing siswa sebanyak 30 siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain post-test only. sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982:356) sebagai berikut:

Tabel 3.1. Postes Kontrol Desain

Kelas Perlakuan Postes

E X O1

P C O2

Keterangan:

E : kelas eksperimen

X : perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

P : Kelas kontrol

C : Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skorposttestpada kelas ekperimen

O2 = Skorposttestpada kelas control

(27)

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Tahap perencanaan

a. Observasi ke sekolah, untuk melihat kondisi lapangan seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

c. Membuat Lembar Kerja Kelompok yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

d. Membuat soal tes formatif. 2. Tahap pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan selama 6 kali pertemuan dan pada materi garis dan sudut. Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

a. Membagi siswa ke dalam 6 kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan peringkat siswa yang heterogen dalam tiap kelompoknya. Penentuan peringkat siswa dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru mitra yang lebih tahu kinerja anak didiknya.

b. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, mengenai tugas, dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.

c. Menentukan skor awal

(28)

Urutan pembelajaran yang dilakukan: 1. Kegiatan Awal

a. Mengarahkan siswa untuk berkumpul dengan kelompok yang telah di-tentukan.

b. Memberikan motivasi dan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dibahas. 2. Kegiatan Inti

a. Guru meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan lembar kerja kegiatan (LKK).

b. Guru membagikan LKK kepada setiap kelompok, meminta siswa berdiskusi mengerjakan LKK dalam kelompok dan memantau jalannya diskusi

kelompok.

c. Guru memanggil siswa secara acak agar para siswa selalu mempersiapkan diri untuk menjawab.

3. Kegiatan Penutup

a. Guru dan siswa membahas hasil LKK.

b. Guru mengadakan kuis kepada para siswa, dan siswa dilarang berkerja sama. Kuis dilakukan setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim.

c. Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikasi atau bentuk penghargaan tim. Skor tim siswa dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka (individu). D. Teknik Pengumpulan Data

(29)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran. Validitas lembar tes dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru mitra. Lembar tes tersebut dikategorikan valid karena dosen pembimbing dan guru mitra menyatakan butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur, selanjutnya diuji coba di luar sampel tapi masih dalam populasi. Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes, daya beda tes dan tingkat kesukaran butir tes.

1. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Alpha dalam Sudijono (2003:208-209) dengan kriteria menurut Anas Sudijono suatu tes dikatakan baik bila memiliki reliabilitas lebih dari 0,70.

Rumus Alpha yang digunakan sebagai berikut.

2

r = Reliabilitas yang dicari

2

i = Jumlah varians skor tiap-tiap item 2

(30)

IA

JB

JA

DP

2. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang ber-kemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Daya pembeda ditentukan dengan rumus

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Tabel 3.2. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

(31)

3. Tingkat Kesukaran

Berdasarkan pendapat, Safari (2004:23) menyatakan tingkat kesukaran butir tes adalah peluang untuk menjawab benar suatu butir tes pada tingkat kemampuan tertentu. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

maks

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Witherington dalam Sudijono (2003:374) berikut:

Tabel 3.3. Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interprestasi

Untuk keperluan pengambilan data dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan daya beda lebih dari atau sama dengan 0,4.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan Lampiran C.1, didapatkan data pada tabel 3.4.

Tabel 3.4. Data Uji Coba Tes Pemahaman Konsep

Test No

Soal Reliabilitas Daya Pembeda

(32)

uji

2 0,44 (baik) 0,65 (sedang)

3 0,56 (baik) 0,67 (sedang)

4 0,47 (baik) 0,84 (sedang)

5 0,41 (baik) 0,60 (sedang)

Dari tabel rekapitulasi hasil tes uji coba diatas, seluruh butir soal telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data penelitian dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Untuk melihat keberartian perbedaan kedua sampel maka digunakan uji-t. Uji-t digunakan karena data sampel memenuhi dua syarat, yaitu sampel berasal dari polulasi yang berdistribusi normal, dan kedua kelas memiliki varians yang homogen. Maka dilakukan pengujian normalitas dan homogenitas. Langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Rumusan hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana (2005: 293) adalah

H0: populasi berdistribusi normal

(33)

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat: = ( )

( )( )

dengan kriteria uji: terima H0jika < dengan taraf nyata 5%

Keterangan:

: frekuensi pengamatan

: frekuensi yang diharapkan.

2. Uji Homogenitas Varians Populasi

Uji ini digunakan untuk menguji kesamaan k (k 2) varians. Adapun hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana ( 2005: 263) adalah:

H0: 12 22 (variansi homogen)

H1:

2 2 2

1 (variansi tidak homogen)

Statistik yang digunakan dalam uji ini adalah ujiBartlettyaitu:

= ( ( 1) / ( 1))

= (log ) (n 1)

= (ln 10) ( 1) log

dengan kriteria uji : tolak H0jika 2 2(1 )(k 1) dimana 2(1 )(k 1) didapat dari distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 - ), dk (k 1) dan taraf nyata

= 0,05

(34)

Data yang didapat ternyata normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Hipotesis uji dalam penelitian yaitu.

a. H0: 1 2 (Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

b. : > (Rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut : 1) Hipotesis uji

H0: 1 2

H1 : 1 2

: rata-rata skorposttestdalam kelompok eksperimen. : rata-rata skor posttestdalam kelompok kontrol.

2) Taraf signifikansi : = 5 %

3) Statistik uji

dengan :

1

(35)

2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2 1

n = ukuran sampel ke-1 2

n = ukuran sampel ke-2

4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1+ n2 2 ) dan peluang (1 ),

(36)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa rata rata pemahaman konsep matematika siswa dalam pembelajaran dengan STAD lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematika siswa dengan pembelajaran konvensional. Selain itu, diperoleh temuan dalam penelitian ini bahwa pada saat pembelajaran STAD dikelas berlangsung siswa menjadi lebih aktif dalam usahanya memahami konsep, serta siswa menjadi semangat karena keinginannya dalam memperoleh penghargaan, baik penghargaan dari diri sendiri maupun penghargaan yang diberikan guru. Namun, jika ditinjau dari KKM yang ditentukan, pembelajaran STAD tidak memberikan pengaruh yang signifikan, karena rata - rata nilai pemahaman konsep matematika siswa tidak lebih tinggi dari KKM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

(37)
(38)

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

TRI AGUSTI ELIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

TRI AGUSTI ELIATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(40)

Halaman

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9

1. Belajar dan Pembelajaran... 9

2. Pembelajaran Kooperatifl ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 13

4. Pemahaman Konsep Matematika ... 15

5. Hasil Belajar ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Pikir ... 21

D. Hipotesis Penelitian ... 24

(41)

C. Prosedur Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Instrumen Penelitian... 28

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ... 35

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta dan Depdikbud. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1995.Strategi Belajar Mengajar.Rineka Cipta. Jakarta. Dwiyanti, Hesti. 2008. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Usaha Nasional. Surabaya.

Gendler. 1994.Belajar dan Membelajarkan. PT Rajagrafindo persada. Jakarta Hamalik, Oemar. 2001.Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta

Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. (25 April 2012)

Herman.2011.Tren Pembelajaran Matematika pada Era Informasi Global. http://file.upi.edu/direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19621 0111991011-TATANG_HERMAN/Artikel/artikel18.pdf. Tanggal akses 25 april 2012

Ibrahim dkk.. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(43)

Margianto, Aan. 2009. Upaya meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XII IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di MA AL HIKMAH Bandar Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Soedjadi,R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta.

Soedjadi. 2000.Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Depdiknas. Jakarta. Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS.

Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Suherman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.IMSTEP. Bandung.

Tim Penyusun. 2008. Undang-Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Asa Mandiri. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Surabaya.

UU RI No 20 Tahun 2003. 2008. Sistem P endidikan Nasional. CV Karya Gemilang.

Uno, Hamzah. 2006.Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

(44)
(45)

xvi

Tabel Halaman

2.1 Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Indivu ... 15

2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 15

2.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep... 19

3.1 Postes Control Desain ... 25

3.2 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 30

3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 30

3.4 Data Uji Coba Tes Pemahaman Konsep ... 31

4.1 Statistik Deskriptif Data Pemahaman Konsep Matematika ... 36

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 37

(46)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. ..

Sekretaris : Drs. M.Coesamin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing :Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003

(47)

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

.

(48)

Segala Puji hanya milik Allah SWT, atas Rahmat dan Nikmat yang tak terhitung.

Shalawat dan Salam kepada Rasululloh Muhammad SAW

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada

Kedua Orangtuaku Bapak Daryono dan Ibu Ermiati yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini serta senantiasa memberikan semangat, dan selalu

berdoa

tanpa lelah untuk keberhasilanku.

Mbak dan Adikku tersayang (Mb Mei , dan Rida) yang senantiasa memberikan perhatian dan mendoakan keberhasilanku

Seluruh keluarga besar, yang terus memberikan doanya, terima kasih.

Para Guru dan Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan ilmu yang sangat berharga.

Semua Sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku.

(49)
(50)

Penulis dilahirkan di Karang Tanjung Padangratu Lampung Tengah, pada tanggal 13 Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua pasangan Bapak Daryono dan Ibu Ermiati. Penulis memiliki dua saudari yaitu Dwi Meidayanti, dan Arni Novaridaniati.

(51)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat dan sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

(52)

8. Ibu Dra. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

9. Ibu Nurwana, S.Pd., selaku guru matematika kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 10. Siswa/ siswi kelas VII-D, VII-E, dan VII-B SMP Negeri 20 Bandar Lampung

tahun pelajaran 2011/2012 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 11. Bapak dan Ibu tercinta, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan

segala ketulusan dan kasih sayangnya.

12. Mbak dan adikku tersayang, serta semua keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku. 13. Sahabat kost Pondok Ratu yang senantiasa memberikan dukungan, dan

motivasinya.

14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 NR Pendidikan Matematika atas semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah untuk selamanya.

15. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Tri Sukses Natar.

16. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

17. Almamater yang telah mendewasakanku.

(53)

semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penulis

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu
Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Tabel 2.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.2.  Interpretasi Nilai Daya Pembeda
+2

Referensi

Dokumen terkait

(2) The reading skill of the students who have high interest is significantly different from that of those who have low interest and (3) There is an interaction

STUD I RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN TEKNIK REFRIGERASI D I PERGURUAN TINGGI DAN DI SMK D ENGAN STAND AR UJI KOMPETENSI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul: “ANALISIS

Improving Writing Skill of Tenth Grade Students of SMA N 1 Prambanan by Using P icture Series in the Academic Year of 2011/2012.. Techniques in

Hasil penelitian pada permasalahan hukum terhadap perkawinan poligami yang tidak dicatatkan yang dilakukan oleh pejabat Negara dihubungkan dengan Undang-Undang No.1

Alas sebuah prisma tegak segitiga berbentuk segitiga siku-siku.. Panjang sisi siku- sikunya 7 cm dan

Adapun lainnya dari hasil analisis menunjukkan bahwa ada 7 responden yang berpengetahuan kurang tapi efikasi dirinya cukup, hal ini dikarenakan pasien tidak memiliki

Jalan Kolonel Wahid