• Tidak ada hasil yang ditemukan

informasi hilal awal syawwal 1432h

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "informasi hilal awal syawwal 1432h"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM

TANGGAL 29 AGUSTUS 2011 M

PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1432 H

Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan manusia untuk mengetahui penentuan waktu. Salah satunya adalah penentuan awal bulan qomariah, yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Penentuan awal bulan qomariah ini sangat penting bagi umat Islam, misalnya dalam penentuan awal tahun baru Hijriah, awal dan akhir shaum Syawwal, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah yang salah satu tupoksinya adalah pelayanan data tanda waktu tentu sangat berkepentingan dalam penentuan awal bulan qomariah ini. Untuk itu, BMKG menyampaikan Informasi Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 29 Agustus 2011 M: Penentu Awal Bulan Syawwal 1432 H sebagai berikut.

1. Waktu Konjungsi (Ijtima’) dan Terbenam Matahari

Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Kejadian ini akan kembali terjadi pada Senin, 29 Agustus 2011, pukul 03 : 04 UT pukul 10 : 04 WIB atau 11 : 04 WITA atau 12 : 04 WIT, yaitu ketika nilai bujur Ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 155,458o. Pada saat konjungsi tersebut, jarak sudut Matahari dan Bulan (elongasi) adalah 4,851o. Elongasi ini lebih besar daripada jumlah semi diameter Bulan dan Matahari pada saat tersebut, yaitu 0,538o. Periode sinodis Bulan sendiri terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 8 jam 24 menit.

Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon teramati. Keadaan ini bergantung pada berbagai hal, yang di antaranya adalah semi diameter Matahari, efek refraksi atmosfer Bumi dan elevasi lokasi pengamat di atas permukaan laut (dpl). Dalam perhitungan standar1), semi diameter Matahari dianggap 16’, efek refraksi dianggap 34’ dan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl. Berdasarkan hal ini Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2011 paling awal terjadi pada pukul 17 : 37 WIT di Merauke dan paling akhir pada pukul 18 : 47 WIB di Sabang.

(2)

2

2. Data Hilal dan Matahari untuk Beberapa Kota di Indonesia

Pada Tabel tentang “Data Hilal dan Matahari saat Matahari Terbenam: Penentu Awal Bulan Syawwal 1432 H, Senin, 29 Agustus 2011 M” ditampilkan informasi astronomis Hilal dan Matahari untuk beberapa kota di Indonesia saat Matahari terbenam tanggal 29 Agustus 2011. Informasi ini adalah informasi dasar penentu awal bulan Syawwal 1432 H. Pada tabel tersebut, tinggi Bulan dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon dengan ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan.

Dalam kenyataannya, efek refraksi atmosfer Bumi, tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dan semi diameter Bulan akan berpengaruh terhadap tinggi Hilal. Nantinya, tinggi Hilal dinyatakan sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat dengan pusat Matahari dari horizon teramati. Untuk menghitung tinggi Hilal dari horizon teramati, dapat digunakan persamaan (1) berikut, yaitu keperluan praktis, nilai s dapat dinyatakan oleh

dengan SD adalah semi diameter Bulan dalam satuan derajat, |DAz| adalah nilai mutlak selisih Azimuth Bulan dengan Matahari dan Da adalah selisih tinggi antara Bulan dan Matahari. Sebagai catatan, s ini bernilai negatif, jika Da bernilai negatif. Rata-rata, tinggi Matahari dan semi diameter Bulan saat Matahari terbenam di wilayah Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2011 masing adalah –50’ 11,11” dan 16’ 29,52”.

Pada persamaan (1) di atas, R adalah efek refraksi atmosfer dalam satuan derajat. Untuk kepentingan praktis, nilai R ini dapat dinyatakan oleh1)



dengan P adalah tekanan barometrik dalam satuan milibars dan T adalah temperatur lokasi pengamatan dalam satuan oC. Sedangkan d pada persamaan (1) di atas adalah kerendahan horizon (dip) yang, dalam satuan menit busur, dinyatakan oleh1,2)

h

d 1,75 , (4)

dengan h adalah tinggi lokasi pengamat di atas permukaan laut dalam satuan meter.

(3)

3

Dengan demikian, tinggi Hilal di Pelabuhan Ratu dari horizon teramati saat Matahari terbenam tanggal 29 Agustus 2011 adalah 1o 45,53’. Prosedur yang sama dapat dilakukan untuk lokasi lainnya.

3. Peta Ketinggian Hilal

Pada Gambar 1 ditampilkan peta ketinggian Hilal untuk pengamat di antara 60o LU sampai dengan 60o LS saat Matahari terbenam di masing-masing lokasi pengamat di permukaan Bumi pada tanggal 29 Agustus 2011. Pada Gambar 1 tersebut ditampilkan pula ketinggian Hilal untuk pengamat yang berada di Indonesia. Hal ini lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Pada kedua gambar tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari Horizon dengan ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer Bumi belum diikutsertakan dalam perhitungan.

Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat antara 60o LU s.d. 60o LS.

(4)

4

Gambar 2. Peta ketinggian Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia

Pada Gambar 2 terlihat ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 29 Agustus 2011 berkisar antara -0,60o sampai dengan 1,40o. Setelah efek refraksi standar1,2) dan semi diameter Bulan diikutsertakan dalam perhitungan, akan diperoleh peta ketinggian Hilal sebagaimana ditampilkan Gambar 3. Pada Gambar 3 tersebut, ketinggian Hilal dinyatakan sebagai ketinggian titik di piringan Bulan yang jarak sudutnya paling dekat dengan pusat Matahari dari horizon teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl. Sebagaimana terlihat pada Gambar 3, ketinggian Hilal dari horizon teramati di Indonesia saat Matahari terbenam pada 29 Agustus 2011 antara -0,10o sampai dengan 1,60o.

(5)

5 4. Peta Elongasi

Gambar 4. Peta Elongasi tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia

Elongasi adalah jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari untuk pengamat di permukaan Bumi. Pada Gambar 4 ditampilkan peta elongasi untuk pengamat di Indonesia saat matahari terbenam tanggal 29 Agustus 2011. Elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Sebagaimana terlihat pada Gambar 4, elongasi saat Matahari terbenam tanggal 29 Agustus 2011 di Indonesia berkisar antara 5,58o sampai dengan 6,83o.

5. Peta Umur Bulan

(6)

6

Umur Bulan didefinisikan sebagai selisih waktu antara terbenam Matahari dengan waktu terjadinya konjungsi dan ketinggian pengamat dianggap 0 meter dpl. Pada Gambar 5 ditampilkan peta umur Bulan saat Matahari terbenam tanggal 29 Agustus 2011. Sebagaimana terlihat pada Gambar 5, umur Bulan di Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2011 berkisar antara 5,50 jam sampai dengan 8,62 jam.

6. Peta Lag

Lag adalah selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari. Waktu terbenam Bulan dinyatakan saat bagian atas piringan Bulan tepat di horizon teramati. Dalam perhitungan standar1), efek refraksi dianggap 34’ dan elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl. Pada Gambar 6 ditampilkan peta Lag untuk pengamat di Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2011. Sebagaimana terlihat pada gambar tersebut, selisih waktu terbenam Bulan dengan Matahari di Indonesia pada tanggal 29 Agustus 2011 berkisar antara 1 menit sampai dengan 9 menit.

Gambar 6. Peta Lag tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia

7. Peta Fraksi Illuminasi Bulan

(7)

7

Gambar 8. Peta Fraksi Illuminasi Bulan tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia

8. Objek Astronomis Lainnya yang Berpotensi Mengacaukan Rukyat Hilal

Dalam perencanaan rukyat Hilal, perlu diperhitungkan juga objek-objek astronomis selain Hilal dan Matahari yang posisinya berdekatan dengan Bulan dan kecerlangannya tidak berbeda jauh dengan Hilal atau lebih lebih cerlang daripada Hilal. Objek astronomis ini bisa berupa planet, misalnya Venus atau Merkurius, atau berupa bintang yang cerlang, seperti Sirius. Adanya objek astronomis lainnya ini berpotensi menjadikan pengamat untuk menganggapnya sebagai Hilal.

Pada tanggal 29 Agustus 2011, sejak Matahari terbenam hingga Bulan terbenam tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya kurang dari 5o dari Bulan. Namun demikian, posisi Venus yang di atas posisi terbenamnya Matahari dengan tinggi lebih dari 2o perlu untuk diperhatikan agar tidak menjadikan pengamat untuk menganggapnya sebagai Hilal.

Referensi

1)

Seidelmann P.K. (Ed.) (1992), Explanatory Supplement to the Astronomical Almanac, University Science Books, Mill Valley, CA.

2)

Badan Hisab & Rukyat Departemen Agama (1981), Almanak Hisab Rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Jakarta.

Informasi Lanjut

Sub Bidang Gravitasi dan Tanda Waktu BMKG

Gedung Operasional Baru Lantai 2

Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720

Telepon : (021) 4246321 ext. 8203

Situs : http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Geofisika/Tanda_Waktu/

(8)

KONJUNGSI GEOSENTRIK:SENIN, 29 AGUSTUS 2011 M, PUKUL 3 : 4 UT

o

' o ' j m j m o ' o ' o ' o ' %

1 SABANG 95 21.00 BT 5 54.00 LU 18 : 47 WIB 18 : 52 WIB 279 31.15 272 47.18 0 19.07 6 49.85 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.36 2 BANDA ACEH 95 45.00 BT 5 31.00 LU 18 : 45 WIB 18 : 50 WIB 279 30.45 272 47.88 0 20.85 6 48.78 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.35 3 MEULABOH 96 7.00 BT 4 11.00 LU 18 : 43 WIB 18 : 48 WIB 279 28.17 272 49.43 0 29.08 6 46.54 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.35 4 GUNUNG SITOLI 97 42.30 BT 1 10.00 LU 18 : 34 WIB 18 : 41 WIB 279 24.22 272 55.43 0 45.69 6 40.42 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.34 5 MEDAN 98 40.60 BT 3 33.70 LU 18 : 32 WIB 18 : 38 WIB 279 27.36 272 52.92 0 27.93 6 42.09 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.34 6 SIBOLGA 98 53.70 BT 1 33.10 LU 18 : 30 WIB 18 : 36 WIB 279 24.72 272 55.96 0 40.67 6 39.22 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.34 7 PADANG 100 21.30 BT 0 53.00 LS 18 : 22 WIB 18 : 30 WIB 279 22.53 273 2.24 0 53.25 6 34.09 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.33 8 PEKANBARU 101 26.70 BT 0 27.70 LU 18 : 19 WIB 18 : 25 WIB 279 23.73 273 0.46 0 42.33 6 34.27 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.33 9 JAMBI 103 38.30 BT 1 38.10 LS 18 : 9 WIB 18 : 16 WIB 279 22.23 273 7.01 0 50.93 6 28.60 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.32 10 BENGKULU 102 20.30 BT 3 51.80 LS 18 : 13 WIB 18 : 21 WIB 279 21.26 273 11.96 1 7.61 6 27.61 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.32 11 PALEMBANG 104 42.10 BT 2 54.20 LS 18 : 4 WIB 18 : 11 WIB 279 21.68 273 11.17 0 56.53 6 25.56 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.32 12 BANDAR LAMPUNG 105 14.40 BT 5 14.40 LS 17 : 60 WIB 18 : 8 WIB 279 21.31 273 18.64 1 9.64 6 21.93 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 13 BATAM 104 6.80 BT 1 7.10 LU 18 : 9 WIB 18 : 15 WIB 279 24.55 273 1.95 0 32.47 6 31.41 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.33 14 TANJUNG PINANG 104 31.80 BT 0 55.00 LU 18 : 7 WIB 18 : 13 WIB 279 24.36 273 2.69 0 32.87 6 30.59 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.32 15 RANAI 108 27.00 BT 3 50.00 LU 17 : 53 WIB 17 : 57 WIB 279 28.35 273 3.40 0 5.95 6 29.01 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.32 16 PANGKAL PINANG 106 8.40 BT 2 8.70 LS 17 : 58 WIB 18 : 5 WIB 279 22.10 273 10.46 0 48.71 6 24.56 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 17 TANJUNG PANDAN 107 45.20 BT 2 45.10 LS 17 : 52 WIB 17 : 59 WIB 279 21.92 273 13.38 0 48.96 6 21.64 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 18 MERAK 106 0.00 BT 5 56.00 LS 17 : 56 WIB 18 : 5 WIB 279 21.42 273 21.57 1 12.13 6 20.05 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 19 PANDEGLANG 106 6.00 BT 6 18.00 LS 17 : 56 WIB 18 : 5 WIB 279 21.50 273 22.94 1 14.10 6 19.47 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 20 SERANG 106 9.00 BT 6 6.00 LS 17 : 56 WIB 18 : 4 WIB 279 21.46 273 22.26 1 12.79 6 19.64 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 21 RANGKAS BITUNG 106 14.00 BT 6 22.00 LS 17 : 55 WIB 18 : 4 WIB 279 21.52 273 23.27 1 14.20 6 19.20 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 23 JAKARTA 106 50.47 BT 6 9.31 LS 17 : 53 WIB 18 : 2 WIB 279 21.51 273 22.96 1 11.59 6 18.65 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.30 24 PELABUHAN RATU 106 33.46 BT 7 1.74 LS 17 : 54 WIB 18 : 3 WIB 279 21.73 273 25.94 1 17.41 6 17.96 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.30 25 BANDUNG 107 35.00 BT 6 54.00 LS 17 : 50 WIB 17 : 58 WIB 279 21.75 273 26.17 1 14.37 6 16.74 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.30 26 LEMBANG 107 36.96 BT 6 49.55 LS 17 : 49 WIB 17 : 58 WIB 279 21.72 273 25.92 1 13.85 6 16.79 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.30 27 SEMARANG 110 22.80 BT 6 59.00 LS 17 : 38 WIB 17 : 47 WIB 279 21.94 273 28.42 1 8.63 6 12.94 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.30 28 YOGYAKARTA 110 26.00 BT 7 47.00 LS 17 : 38 WIB 17 : 46 WIB 279 22.27 273 31.42 1 13.20 6 11.89 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 29 PANGGUNG REJO 112 13.00 BT 8 20.00 LS 17 : 30 WIB 17 : 39 WIB 279 22.67 273 34.70 1 12.40 6 8.90 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 30 TANJUNG KODOK 112 21.00 BT 6 52.00 LS 17 : 30 WIB 17 : 38 WIB 279 22.02 273 29.37 1 3.57 6 10.52 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 31 NGLIYEP 112 26.00 BT 8 21.00 LS 17 : 29 WIB 17 : 38 WIB 279 22.69 273 34.91 1 12.01 6 8.60 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 32 PRAPAT,BAWEAN 112 35.00 BT 5 48.00 LS 17 : 30 WIB 17 : 38 WIB 279 21.80 273 25.97 0 56.77 6 11.53 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 33 SURABAYA 112 47.10 BT 7 23.00 LS 17 : 28 WIB 17 : 37 WIB 279 22.23 273 31.51 1 5.62 6 9.33 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 34 PASIBAN 113 20.00 BT 8 20.00 LS 17 : 26 WIB 17 : 34 WIB 279 22.73 273 35.42 1 9.90 6 7.47 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 35 AMBAT,PAMEKASAN 113 25.00 BT 7 13.00 LS 17 : 26 WIB 17 : 34 WIB 279 22.20 273 31.34 1 3.24 6 8.73 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.29 36 TERANGULASI 114 22.00 BT 8 40.00 LS 17 : 21 WIB 17 : 30 WIB 279 23.00 273 37.37 1 9.50 6 5.75 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.28 37 PONTIANAK 109 24.50 BT 0 8.60 LS 17 : 47 WIB 17 : 52 WIB 279 23.65 273 9.26 0 29.21 6 22.71 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31 38 SINTANG 111 28.60 BT 0 3.90 LS 17 : 38 WIB 17 : 44 WIB 279 23.84 273 11.11 0 24.31 6 20.10 Bulan di sebelah Selatan - Atas Matahari 0.31

(9)

Gambar

Gambar 1. Peta ketinggian Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat antara 60o LU s.d
Gambar 2. Peta ketinggian Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia
Gambar 4. Peta Elongasi tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia
Gambar 6. Peta Lag tanggal 29 Agustus 2011 untuk pengamat di Indonesia
+2

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan senyawa baru O-(4- nitrobenzoil)piroksikam mempunyai aktivitas analgesik lebih besar dibanding piroksikam, dan dapat

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa aplikasi enkripsi SMS dapat mengimplementasikan algoritma Vigenere dan Advanced Encryption

Tugasnya adalah memecah modul secara rinci ke tingkat yang lebih rendah sampi mencapai keadaan programmer siap untuk melakukan pemrograman.. Ini disebut

Output berupa gambar sebelum di sisipkan akan sama setelah disisipkan oleh pesan rahasia tersebut dengan kata lain, tidak ada yang berbeda dari citra gambar yang

Sistem distribusi air bersih antar pulau melalui interkoneksi jaringan pipa air bersih bawah laut telah mulai dilaksanakan pada tahun 2011 yaitu interkoneksi

Ttrgas pokok dan tanggungjawab Tim Pelaksana kegiatan Layanan * Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (LPSE) di lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Gambar 11 Pengujian Pengaruh Ukuran File Pesan Terhadap Waktu Kompresi dan Dekompresi Berdasarkan hasil pengujian 5 pada Tabel 6 dan grafik pada Gambar 11,

Demikian juga proses ekstraksi dimana sebelum dilakukan proses ekstraksi, user harus memasukkan stego audio yang akan diekstrak, setelah itu dilakukan proses