• Tidak ada hasil yang ditemukan

RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.25 32

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RTRWBAB IV Renc. Struktur Ruang H.25 32"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

B. Energi lainnya

Energi lainnya meliputi jaringan Gas dan ketersediaan SPPBE (Stasiun

Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) di Kabupaten Ngawi. Untuk jaringan

Gas di Kabupaten Ngawi potensi yang ada masih belum dapat dikembangkan

karena belum dipersiapkannya studi pengembangan yang dilakukan terhadap

kelayakan energi alternatif ini bagi Kabupaten Ngawi. Sedangkan pengadaan

SPPBE di Kabupaten Ngawi perlu melibatkan pihak swasta sebagai investor. Di

Kabupaten Ngawi saat ini baru memiliki satu depo SPPBE di perkotaan Ngawi,

sedangkan target yang dibutuhkan adalah sesuai jumlah perkotaan hingga

ketingkat pelayanan PKLp yang ada di Kabupaten Ngawi yaitu 3 SPPBE.

4.4.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat meliputi

prasarana telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana

telekomunikasi diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan

kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base

Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan sebagai

prasarana pendukung. Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk

peningkatan kebutuhan dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan

peningkatan jumlah dan mutu telekomunikasi pada tiap wilayah, yaitu :

1. Menerapkan teknologi telekomunikasi berbasis teknologi modern.

2. Pembangunan teknologi telekomunikasi pada wilayah - wilayah pusat

pertumbuhan.

3. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan

setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten.

4. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS

untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama

pula (diarahkan agar Satu Tower untuk Tiga Operator) dan

5. Mengatur jarak antar tower berdasarkan skala pelayanan secara teratur dan

tetap memperhatikan keindahan

Gambar 4.10

Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Ngawi

Kebutuhan akan sarana telekomunikasi (telepon) ditentukan oleh

pendapatan, harga dan juga gaya hidup. Kebutuhan telepon di Kabupaten Ngawi

dimasa mendatang diperhitungkan dengan prioritas terhadap permintaan

sambungan sebagai berikut :

a. Keperluan rumah / pribadi

b. Keperluan fasilitas lain seperti : perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan,

kesehatan, industri , wartel dan lain-lain.

c. Keperluan umum (telepon umum)

Pengembangan jaringan telepon mengikuti pola jaringan yang telah ada

saat ini. Pengembangan yang akan dilakukan mempertimbangkan jumlah calon

pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh Telkom, tingkat

perkembangan kawasan yang akan terjadi, dan efisiensi serta efektifitas

pemasangan sambungan.

Disamping itu secara aspek Planologis pengembangan jaringan telepon

dikaitkan dengan perkembangan hunian yang telah diprediksikan, adapun

ketentuan yang digunakan yaitu sebagi berikut ;

- Rumah tangga kapling besar dengan tingkat pelayanan 100%

- Rumah tangga kapling sedang dengan tingkat pelayanan 50%

- Fasum dan Fasos 25% dari kebutuhan rumah tangga

(2)

Akan tetapi permintaan secara pasti sambungan telepon sangat sulit

dipastikan selain beberapa faktor tersebut diatas juga karena jumlah

permintaan dan penawaran tidak selalu seiring. Ketersediaan jasa telepon akan

,menjadi faktor pendorong pengembangan kabupaten. Pada umumnya jasa

telepon sangat dibutuhkan masyarakat namun keterbatasan jasa beli (tingkat

pendapatan) dari masyarakat yang bervariasi sehingga kebutuhan telepon hanya

mampu dibeli masyarakat tertentu. Dilain pihak fenomena telepon seluler

dengan harga murah dengan segala fasilitas dan kemudahan berikut perang

tarif juga ikut menentukan kebutuhan telepon kabel.

Prakonstruksi jaringan telepon di wilayah perencanaan akan

dikembangkan sebagai berikut ;

1. Pendistribusian jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan adalah ;

- Jaringan distribusi primer, jaringan kabel tanah yang menghubungkan

STO dengan terminal utama pembagi Main Distribution Frame (MDF) dan

RK, dan atar RK.

- Jaringan distribusi sekunder, merupakan kabel tanah atau udara yang

menghubungkan RK dan DP.

- Jaringan distribusi tersier, merupakan jaringan kabel udara yang

menghubungkan DP dengan masing – masing pelanggan.

2. Berdasarkan ketentuan PP No. 26 Tahun 1985 tentang ruang bebas di dalam

batas Damija, maka pemasangan jaringan kabel telepon di wilayah

perencanaan dilakukan di bawah jalur pejalan kaki/ trotoar diluar

perkerasan jalan.

Keberadaan Menara Telekomunikasi atau tower sangatlah penting untuk

perkembangan teknologi saat ini, mengingat dengan prasarana ini masarakat

dengan mudah bisa menerima informasi terbaru dari suatu ilmu baru. Untuk

wilayah Kabupaten Ngawi perkembangan menara telekomunikasi ini cukup

- Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan RTH, jauh

dari permukiman.

- Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan, karena mempunyai tegangan tinggi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan Informatika tentang

pedoman pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran, beberapa ketentuan

yang diatur dalam pengembangan menara telekomunikasi, antara lain :

a. Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran

 Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung.

 Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib

memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan dengan:

- pondasi;

- pembebanan; dan - struktur.

b. Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran Bersama

 Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa :

- Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu antena

atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau penyiaran;

atau

- Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan beberapa antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi dan atau

penyiaran.

 Dalam upaya meminimalkan jumlah menara telekomunikasi, para operator yang mengajukan pembangunan menara telekomunikasi baru,

diharuskan menyiapkan konstruksi menara telekomunikasi yang

(3)

 Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama dilarang menimbulkan interferensi antar sistem jaringan.

 Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama wajib saling berkoordinasi dalam hal terjadi suatu masalah.

 Beban maksimal untuk menara bersama tidak boleh melebihi

perhitungan struktur menara.

 Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar antenna pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.

c. Ketentuan Pendirian Menara Di Sekitar Bandar Udara Dan Cagar Budaya

 Setiap pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran di kawasan keselamatan operasi penerbangan wajib mendapatkan rekomendasi dari

Dirjen Perhubungan Udara atau pejabat yang ditunjuk.

 Kawasan keselamatan operasi penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

- Kawasan di sekitar bandar udara;

- Kawasan di sekitar alat bantu navigasi penerbangan.

 Dalam hal pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran berada di kawasan situs cagar budaya dan kawasan pariwisata, bentuk menara

harus disesuaikan dengan ketentuan estetika lingkungan kawasan

setempat.

 Ketentuan estetika lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh instansi yang berwenang.

d. Radiasi Komunikasi Radio

 Ketentuan batasan maksimum radiasi selama pemancar beroperasi adalah :

- Di kawasan tempat umum;

- Di kawasan rumah tinggal dan rumah sakit.

Tabel 4.6

Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum

RENTANG

Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Rumah Tinggal dan Rumah Sakit

Bertolak dari kondisi eksisting dan dalam dalam rangka mewujudkan

konsep dasar menara telekomunikasi di Kabupaten Ngawi yang efisien dan

efektif, maka menara yang akan dikembangkan harus dapat digunakan

secara bersama. Menara bersama dimaksud dapat disediakan oleh

penyelenggara telekomunikasi dan atau penyedia menara. Merujuk pada

konsep tersebut, maka dilakukan identifikasi sebaran menara eksisting

untuk dikomparasikan dengan titik sementara tower rencana pemanfaatan

bersama.

Rencana titik tentative tower rencana dirumuskan berdasarkan titik

paling optimum dari area optimum pengembangan tower, sebagaimana telah

diarahkan pengembangannya. Rencana pengembangan menara bersama

diklasifikasikan berdasarkan tinggi gelombang (band width) yang

(4)

1. Rencana Pemanfaatan Menara Bersama

Rencana pengembangan pemanfaatan menara bersama di Kabupaten

Ngawi meliputi:

a. Rencana Lokasi Pengembangan Menara Bersama

Metode yang digunakan dalam menghitung kebutuhan BTS yang

dibutuhkan untuk menyediakan layanan selular dengan kecukupan traffic

yang sebanding dengan potensi pelanggan dan mampu meng-cover

seluruh area potensial selular sebuah BTS di Kawasan perkotaan adalah :

 menggunakan parameter jumlah penduduk di setiap Kecamatan,

 menentukan teledensity jumlah pengguna selular di sebuah kota,

 menentukan intensitas trafik per pengguna selular,

 menghitung kapasitas trafik per BTS,

 menghitung jumlah BTS yang diperlukan melakukan plotting per-sebaran posisi Tower pada peta digital dengan meng-overlay seluruh

kelengkapan peta digital dan

 melakukan prediksi coverage dari sebuah BTS dan coverage dari keseluruhan konfigurasi BTS untuk mendapatkan coverage yang

paling optimal.

Beberapa data yang didefinisikan sebagai asumsi :

a. Tingkat teledensitas layanan selular di Indonesia pada saat ini adalah

berkisar antara 20%~40%. Adapun untuk Kabupaten Ngawi

teledensitas selular pada tahun 2014 adalah diasumsikan 50% yang

berarti setiap 2 (dua) penduduk memiliki 1 handphone.

b. Intensitas trafik per pelanggan selular per hari adalah 75 mili Erlang

pada area urban, 67 mili Erlang pada area sub_urban dan 50 mili

Erlang pada area rural.

c. Berdasarkan data-data teknis traffic handling BTS per sector maksimal

dengan 4 kanal frekuensi adalah 20,15 Erlang pada tingkat kualitas

asumsi seluruh BTS menggunakan 3 sector dan total 12 kanal

frekuensi mampu untuk menghandle traffic sebesar 60.45 Erlang

(60.45 jam panggil/calling dan terima/called)

Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi diarahkan pada

peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dalam

hal ini, penyediaan tower BTS (Base Transceiver Station) sangat penting untuk

mendukung kebutuhan telekomunikasi masyarakat, apalagi BTS dapat

menjangkau ke pelosok perdesaan. Dalam pemanfaatannya BTS direncanakan

menjadi BTS bersama, hal ini dilakukan untuk mengindari terciptanya hutan

tower. Untuk rencana pengembangan BTS di Kabupaten Ngawi 20 tahun

mendatang adalah sebagai berikut :

 2013 : 338 BTS

 2018 : 345 BTS

 2023 : 353 BTS

 2028 : 361 BTS

Dengan cara demikian, maka dihasilkan kawasan dengan beberapa

menara dalam satu area layanan yang sama. Hasil perbandingan tingkat

kemampuan layanan (dalam %) dari BTS pada masing-masing menara

digunakan sebagai rencana (rekomendasi) pemanfaatan menara bersama.

Menara dengan posisi dan tingkat kapasitas layanan terbaik baik dari segi

prosentase maupun kemampuan melingkupi sasaran-sasaran (fasilitas kegiatan)

penting diarahkan untuk menjadi pilihan lokasi menara bersama. Berdasarkan

uraian diatas rencana pengembangan atau penambahan kebutuhan BTS di

Kabupaten Ngawi adalah sebesar 361 unit BTS.

(5)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(6)

4.3.4. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi rencana sistem

jaringan sumber daya air, wilayah sungai termasuk waduk, situ, dan embung,

jaringan irigasi, jaringan air baku untuk air bersih, jaringan air bersih dan

system pengendalian banjir.

A. Sumber Air Baku dan Sistem Jaringan air Baku Wilayah

Kabupaten Ngawi banyak memiliki sumber kecil dan besar, serta memiliki

cadangan air tanah yang cukup besar, mengingat banyak gunung dan

kawasan yang mampu meresapkan air yang juga dapat dimanfaatkan untuk

pemenuhan kebutuhan air minum dalam bentuk air kemasan.

Meskipun demikian diperlukan pengaturan bila akan mengambil potensi air

bawah tanah dalam jumlah besar. Dengan demikian diperlukan kajian kemampuan

cadangan air bawah tanah disertai dengan AMDAL jika akan melakukan eksplorasi

dan eksploitasi.

Untuk itu diperlukan pengelolaan untuk dapat memenuhi kebutuhan air

bersih. agar kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh

wilayah. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, perlu adanya

peningkatan sarana dan prasarana pendukung seperti pipa, tandon,

reservoir, dan prasarana pendukung lainnya.

Upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih di

Kabupaten Ngawi seperti :

1. Perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan

2. Perluasan daerah tanggapan air;

3. Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air bersih oleh PDAM dengan

peningkatan sistem jaringan air bersih hingga ke wilayah perdesaan.

Sedangkan upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan

cara :

2. Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran

irigasi, serta daerah aliran sungai;

3. Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;

4. Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

B. Sistem Jaringan Irigasi

Pemenuhan kebutuhan akan irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan

sampai ke wilayah yang belum terjangkau dan dengan peningkatan saluran

dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi

teknis. Berdasarkan potensi pengairan yang dimiliki Kabupaten Ngawi yang

meliputi Sungai Bengawan Solo, Kali Madiun, sungai-sungai kecil dan

Waduk-waduk terutama Waduk Pondok di Kecamatan Bringin dan sumber

air di kecamatan Jogorogo, diperlukan pengelolaan irigasi yang baik agar

kebutuhan tersebut dapat merata dan dinikmati oleh seluruh wilayah

Kebutuhan air irigasi pada wilayah Kabupaten Ngawi dibagi menurut unit

pelayanan Lokal (UPTD) yaitu UPTD Dero, Walikukun, Ngrambe,

(7)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(8)

4.4.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan

Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan meliputi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan Tempat Penampungan Sampah (TPS), kebutuhan sanitasi dan tempat pengelolaan limbah.

4.4.5.1.Rencana Persampahan

Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan

persampahan di Kabupaten Ngawi dibedakan berdasarkan perwilayahan yaitu

perkotaan dan perdesaan. Secara umum penanganan sampah dilakukan dengan

sistem :

a. Pembuangan Terbuka (Open Dumping)

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan membuang

begitu saja sampah yang telah dikumpulkan pada tempat yang telah

disediakan.

b. Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill)

Penimbunan saniter adalah teknik penimbunan sampah yang dapat

meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang

digunakan adalah dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 - 5

meter dan kemudian ditimbun dengan tanah setebal 15 - 30 cm.

c. Pembakaran (Incineration)

Pembakaran merupakan salah satu cara pemusnahan sampah dengan cara

mengurangi volume maupun berat sampah melalui proses pembakaran.

d. Pembuatan Kompos (Composting)

Pembuatan kompos merupakan salah satu cara mengolah sampah organik

agar dapat dimanfaatkan kembali yakni dengan mengelola sampah menjadi

pupuk.

e. Pemanfaatan Ulang (Recycling)

Pemanfaatan ulang adalah cara pengolahan sampah anorganik agar dapat

Diagram 4.1 : Pengelolaan Sampah Perkotaan dan Perdesaan

A. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan

Untuk penanganan masalah persampahan perkotaan di Kabupaten Ngawi

diperlukan sebuah wadah penampungan sampah yang dihasilkan masyarakat

perkotaan. Arahan penanganan persampahan di wilayah perkotaan Kabupaten

Ngawi diperlukan sebuah LPS skala lokal dan LPA . LPS lokal ini direncanakan

untuk menampung dan mengelola sampah yang ada di setiap kecamatan, jadi

akan dikembangkan 1 LPS disetiap kecamatan di Kabupaten Ngawi sehingga

total ada 19 LPS yang dapat mengcover setiap kebutuhan pembuangan sampah

masyarakat di perdesaan. Sedangkan untuk 4 LPA akan dikembangkan di setiap

bagian wilayah yang ada di Wilayah Pengembangan antara lain Wilayah

Pengembangan Ngawi, Wilayah Pengembangan Widodaren, Wilayah

Pengembangan Karangjati, Wilayah Pengembangan Ngrambe. Keberadaan LPA KELEBIHAN :

LAHAN RELATIF KECIL

DAPAT DIBANGUN DEKAT LOKASI INDUSTRI

DAPAT DIGUNAKAN SBG SUMBER ENERGI

HASIL PEMBAKARAN BERSIFAT ORGANIK

PERKOTAAN

PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Gambar

Gambar 4.10 Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi di Kabupaten Ngawi
Tabel 4.6 Batas Maksimum Radiasi Komunikasi Radio di Kawasan Tempat Umum

Referensi

Dokumen terkait

Pada pemilu 2009 dengan ditetapkannya undang-undang tentang suara terbanyak, maka peluang besar bagi perempuan untuk menunjukkan bahwa mereka bisa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah pembelian rata-rata persediaan, frekuensi pembelian persediaan, total biaya persediaan, persediaan pengaman (safety stock)

Semakin sedikit terjadi kepecahan kayu pada pohon yang ditebang akan menyebabkan semakin besar volume kayu dari batang bebas cabang yang dapat dimanfaatkan sebagai produksi kayu

Waktu TMS hidung sebelum dan sesudah terapi pada kelompok NaCl 0,9% dan Minyak Biji Jintan Hitam masing-masing memiliki p>0,05 Perbandingan penurunan waktu TMS pada kedua

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, penulis panjatkan karena hanya berkat rahmat, hidayah dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Dan lagi, dia tidak bisa meninggalkan serigala dan angsa dalam satu tempat, karena serigala akan memangsa angsa.. Demikian pula dia tidak bisa meninggalkan angsa dengan padi

21) Bagaimana menurut saudara dampak pembangunan Bandara Kuala Namu dalam penyediaan sarana dan prasarana ekonomi dan sosial bagi masyarakat ? A. Keberadaan Bandara Kuala Namu

Bab ini berisi tentang analisa dan perancangan sistem dalam pembuatan Tugas Akhir Robot Pengantar Makanan dengan Penentuan Posisi Meja Menggunakan Rotary Encoder