• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang 1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang - Analisis putusan pengadilan agama tentang hak hadhanah pada mantan suami:studi di pengadilan agama kelas 1A Tanjung Karang - R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang 1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang - Analisis putusan pengadilan agama tentang hak hadhanah pada mantan suami:studi di pengadilan agama kelas 1A Tanjung Karang - R"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang 1. Sejarah Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

Pengadilan Agama Tanjung Karang ini, dibangun Pemerintah melalui Dana Repelita pada tahun 1975/1976 dengan luas 150 m2 diatas tanah seluas 400 m2. Bangunan yang terletak di Jalan Cendana N0. 5 Rawa Laut Tanjungkarang ini sebenarnya sudah mengalami sedikit penambahan luas bangunan, namun statusnya masih berupa BALAI SIDANG karena belum memenuhi persyaratan standar untuk disebut sebagai gedung kantor, akan tetapi dalam sebutan sehari-hari tetap Kantor Pengadilan Agama Tanjung Karang.

Sebelum di jalan Cendana Rawa Laut ini, Pengadilan Agama

Tanjung Karang yang dulu bernama Mahkamah Syar’iah pernah berkantor

di komplek Hotel Negara Tanjung Karang Jalan Imam Bonjol, yang sekarang menjadi Rumah Makan Begadang I. Kemudian pindah ke Jalan Raden Intan yang sekarang jadi Gedung Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Semasa dipimpin oleh K. H. Syarkawi, Mahkamah Syar’iah Lampung

berkantor di ex. Rumah Residen R. Muhammad di Teluk Betung, kemudian pindah lagi ke Jalan Veteran I Teluk Betung. Sedangkan untuk saat ini Pengadilan Agama kelas IA Tanjung Karang berada di Jalan Untung Suropati No. 2 Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar lampung.1

1 Pengadilan Agama Tanjungkarang, “sejarah berdirimya Pengadilan Agama

(2)

a. Dasar Kebutuhan

Sebelum bangsa penjajah Portugis, Inggris dan Belanda datang di bumi Nusantara Indonesia, Agama Islam sudah lebih dulu masuk melalui Samudra Pasai, yang menurut sebagian besar ahli sejarah bahwa Islam itu sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 12 yang dibawa oleh para pedagang bangsa Gujarat. Di zaman kolonial Belanda, daerah keresidenan Lampung tidak mempunyai Pengadilan Agama, yang ada adalah Pengadilan Negeri atau Landraad, yang mengurusi sengketa/ perselisihan masyarakat.

Persoalan atau urusan masyarakat di bidang Agama Islam seperti masalah perkawinan, perceraian dan warisan ditangani oleh Pemuka Agama, Penghulu Kampung, Kepala Marga atau Pasirah. Permusyawaratan Ulama atau orang yang mengerti Agama Islam menjadi tumpuan Umat Islam dalam menyelesaikan masalah agama. Sehingga dalam kehidupan beragama, dimasyarakat Islam ada lembaga tak resmi yang berjalan/ hidup.

(3)

b. Dasar Yuridis

Menyadari bahwa menjalankan ajaran agama itu adalah hak azasi bagi setiap orang, apalagi bagi pribumi yang dijajah, maka Pemerintah Kolonial Belanda akhirnya mengeluarkan :

1) Peraturan tentang Peradilan Agama di Jawa dan Madura (Staatsblad Tahun 1882 Nomor 152 dan Staatsblad Tahun 1937 Nomor 116 dan Nomor 610)

2) Peraturan tentang Kerapatan Qodi dan Kerapatan Qodi Besar untuk sebagian Residen Kalimantan Selatan dan Timur (Staatsblad Tahun 1937 Nomor 638 dan Nomor 639)

c. Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung

Secara Yuridis Formal Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dibentuk lewat kawat Gubernur Sumatera tanggal 13 Januari 1947 No. 168/1947, yang menginstruksikan kepada Jawatan Agama Provinsi Sumatera di Pematang Siantar dengan kawatnya tanggal 13 Januari 1947 No. 1/DJA PS/1947 menginstruksikan Jawatan Agama Keresidenan Lampung di Tanjung Karang untuk menyusun formasi

Mahkamah Syar’iah berkedudukan di Teluk Betung dengan susunan :

ketua, wakil ketua, dua orang anggota, seorang panitera dan seorang pesuruh kantor.

(4)

tanggal 13 Januari 1947 Nomor 13 tentang berdirinya Mahkamah

Syari’ah Keresidenan Lampung, dalam Besluit tersebut dimuat tentang

dasar hukum, daerah hukum dan tugas serta wewenangnya.

Kewenangan Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dalam

Pasal 3 dari Besluit 13 Januari 1947 itu meliputi :

1. Memeriksa perselisihan suami istri yang beragama Islam, tentang nikah, talak, rujuk, fasakh, kiswah dan perceraian karena melanggar taklik talak.

2. Memutuskan masalah nasab, pembagian harta pusaka (waris) yang dilaksanakan secara Islam.

3. Mendaftarkan kelahiran dan kematian.

4. Mendaftarkan orang-orang yang masuk islam. 5. Mengurus soal-soal peribadatan.

6. Memberi fatwa dalam berbagai soal.

Dengan hanya dasar hukum Besluit P.T. Resident Lampung tanggal 13 Januari 1947 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Lampung, maka timbul sementara pihak beranggapan

bahwa kedudukan Badan Peradilan Agama (Mahkamah Syar’iah

Keresidenan Lampung) tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, tidak sah dan sebagainya. Konon sejarahnya hal ini pulalah yang menjadi dasar Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan Lampung pada Tahun 1951, bernama A. Razak Gelar Sutan Malalo menolak memberikan eksekusi bagi putusan Mahkamah Syariáh, karena dianggap tidak mempunyai status hukum.

(5)

Lampung dengan surat tanggal 6 Oktober 1952 dan telah dibalas oleh

Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung dengan suratnya tertanggal

26 November 1952. Hal yang mengejutkan adalah munculnya surat dari Kepala Bagian Hukum Sipil Kementerian Kehakiman RI (Prof. Mr. Hazairin) Nomor : Y.A.7/i/10 tanggal 11 April 1953 yang

menyebutkan, “Kedudukan dan Kompetensi Pengadilan Agama/

Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung adalah terletak di luar

hukum yang berlaku dalam Negara RI”.

Surat Kementerian Kehakiman itu ditujukan kepada Kementerian Dalam Negeri. Kemudian Kementerian Dalam Negeri melalui suratnya tanggal 24 Agustus Tahun 1953 menyampaikan kepada Pengadilan Negeri atau Landraad Keresidenan Lampung di Tanjung Karang, atas dasar itu Ketua Pengadilan Negeri Keresidenan Lampung dengan suratnya tanggal 1 Oktober 1953 menyatakan kepada

Jawatan Agama Keresidenan Lampung bahwa “Status hukum

Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung di Teluk Betung tidak sah.”

Ketua Mahkamah Syar’iah Keresidenan Lampung melaporkan peristiwa tersebut kepada Kementerian Agama di Jakarta melalui surat tertanggal 27 Oktober 1953 kemudian Kementerian Agama C.q Biro Peradilan Agama (K. H. Junaidi) dalam suratnya tanggal 29 Oktober 1953 yang ditujukan kepada Mahkamah Syar’iah Keresidenan

Lampung menyatakan bahwa, “Pengadilan Agama Lampung boleh

(6)

musyawarah antara Kementerian Agama dan Kementerian Kehakiman

di Jakarta”.

Ketua Mahkamah Syar’iah Lampung dengan suratnya Nomor : 1147/B/PA, tanggal 7 November 1953 ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri langsung yang isinya menyampaikan isi Surat Kementerian Agama C.q Biro Peradilan Agama yang menyangkut status Pengadilan Agama Lampung, di tengah perjuangan tersebut K. H. Umar Murod menyerahkan jabatan ketua kepada wakil ketua K. H. Nawawi. Kemudian dengan Surat Keputusan Menteri Agama tanggal 10 Mei 1957 mengangkat K. H. Syarkawi sebagai Ketua Mahkamah

Syar’iah Lampung, sedangkan K. H. Umar Murod dipindahkan ke Kementerian Luar Negeri di Jakarta.

Walaupun untuk sementara Mahkamah Syar’iah Lampung

merasa aman dengan Surat dari Kementerian Agama itu, akan tetapi di sana sini masih banyak tanggapan yang kurang baik dan sebenarnya juga di dalam tubuh Mahkamah Syar’iah sendiri belum merasa puas bila belum ada dasar hukum yang kompeten. Diyakini keadaan ini terjadi juga di daerah lain sehingga perjuangan-perjuangan melalui lembaga-lembaga resmi pemerintah sendiri dan lembaga keagamaan yang menuntut agar keberadaan Mahkamah Syar’iah itu dibuatkan landasan hukum yang kuat. Lembaga tersebut antara lain :

(7)

b. Organisasi Jamiátul Washliyah di Medan, sebagai hasil keputusan sidangnya tanggal 14 Mei 1954;

c. Alim Ulama Bukit Tinggi, sebagai hasil sidangnya bersama Nenek Mamak pada tanggal 13 Mei 1954, Sidang ini konon dihadiri pula oleh Prof. Dr. Hazairin, S.H. dan H. Agus salim.

d. Organisasi PAMAPA (Panitia Pembela Adanya Pengadilan Agama) sebagai hasil sidang tanggal 26 Mei 1954 di Palembang.

Meskipun menunggu lama dan didahului dengan peninjauan/ survei dari Komisi E Parlemen RI dan penjelasan Menteri Agama berkenaan dengan status Pengadilan Agama di Sumatera, akhirnya Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1957 yang menjadi Landasan Hukum bagi Pengadilan Agama (Mahkamah

Syar’iah) di Aceh yang diberlakukan juga untuk Mahkamah Syar’iah di

Sumatera. Kemudian diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957 tanggal 9 Oktober 1957 untuk landasan hukum Pengadilan Agama di luar Jawa, Madura dan Kalimantan Selatan. Peraturan Pemerintah tersebut direalisasikan oleh Keputusan Menteri Agama Nomor 58 Tahun 1957 tentang Pembentukan Pengadilan Agama/

Mahkamah Syar’iah di Sumatera termasuk Mahkamah Syar’iah

Keresidenan Lampung di Teluk Betung.

Wewenang Mahkamah Syar’iah dalam PP 45 Tahun 1957

tersebut dicantumkan dalam Pasal 4 ayat (1) yaitu: “Pengadilan Agama/

Mahkamah Syar’iah memeriksa dan memutuskan perselisihan antara

(8)

hukum yan

, baitulmal dan lain-lain yang berhubungan dengan itu, demikian juga memutuskan perkara perceraian dan mengesahkan bahwa syarat taklik talak sesudah berlaku.”

Pada tahun 1970 diundangkan UU Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman, pada Pasal 10 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman sebagaimana disebutkan pada Pasal 24 dan 25 UUD 1945 dilaksanakan oleh empat lingkungan peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.

Pasal 10 UU Nomor 14 Tahun 1970 ini merupakan peneguhan pengakuan Negara terhadap eksistensi peradilan agama di Repulik Indonesia ini. Selanjutnya pada tahun 1989 diundangkanlah UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dengan diundangkannya UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ini, peradilan agama mengalami babak baru karena terjadi peristiwa penting dan bersejarah bagi keberlangsungan peradilan agama. Adapun arti penting UU Nomor 7 Tahun 1989 antara lain: penyatuan nama dan aturan hukum, penyamaan wewenang, putusan PA berkekuatan hukum tetap, adanya lembaga kasasi dan adanya hukum acara.

Dalam perkembangan selanjutnya Badan Peradilan Agama

(9)

mendapat landasan hukum yang mantap dan kokoh dengan di undangkannya UU Nomor 35 Tahun 1999 tentang perubahan UU Nomor 14 Tahun 1970 kemudian diganti dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 yang berlaku mulai tanggal 15 Januari 2004 tentang kekuasaan

kehakiman. Pasal 10 Ayat (2) menyebutkan: “Badan peradilan yang

berada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan

Peradilan Tata Usaha Negara”.

Landasan Hukum yang lebih kuat dan kokoh lagi bagi Peradilan Agama dan juga bagi peradilan lain adalah sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneisa Tahun 1945 setelah amandemen, dimana pada Bab IX Pasal 24 ayat (2) menyebutkan:

“Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.”2

2. Visi dan Misi

Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah "Terwujudnya Pengadilan Agama Tanjung Karang yang Bersih, Berwibawa, dan Profesional dalam Penegakan Hukum dan Keadilan Menuju Supremasi Hukum".

2

(10)

Merupakan kondisi yang diharapkan dapat memotivasi seluruh pejabat fungsional maupun struktural serta karyawan-karyawati Pengadilan Agama Tanjung Karang dalam melaksanakan aktivitas peradilan. Visi tersebut mengandung makna bahwa bersih dari pengaruh tekanan luar dalam upaya supremasi hukum. Bersih dan bebas KKN merupakan topik yang harus selalu dikedepankan pada era reformasi. Terbangunnya suatu proses penyelenggaraan yang bersih dalam pelayanan hukum menjadi prasyarat untuk mewujudkan peradilan yang berwibawa.

Berdasarkan Visi Pengadilan Agama Tanjung Karang yang telah ditetapkan tersebut maka ditetapkan beberapa Misi Pengadilan Agama Tanjung Karang untuk mewujudkan Visi tersebut.

Misi Pengadilan Agama Tanjung Karang adalah:

1. Mewujudkan Peradilan yang Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan. 2. Meningkatkan Sumber Daya Aparatur Peradilan.

3. Meningkatkan Pengawasan yang Terencana dan Efektif. 4. Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum Masyarakat. 5. Meningkatkan Kualitas Administrasi dan Manajemen Peradilan. 6. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Hukum.3

3. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjungkarang a. Tugas pokok

Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang mempunyai tugas pokok sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 49 Undang -

3http://www.pa-tanjungkarang.go.id/index.php/profil-mainmenu-119/visi-dan-misi-main

(11)

Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-UndangNo. 3 Tahun 2006, disebutkan bahwa : Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang :4

perkawinan, yang meliputi :

1. Izin beristri lebih dari seorang ;

2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; 3. Dispensasi kawin ;

4. Pencegahan perkawinan ;

5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. Pembatalan perkawinan;

7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri; 8. Perceraian karena talak ;

9. Gugatan perceraian ;

10. Penyelesaian harta bersama ; 11. Penguasaan anak-anak ;

12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya ;

13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri

14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak ; 15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua ; 16. Pencabutan kekuasaan wali ;

17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut ;

18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya ;

19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya ;

20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam ;

21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran ;

4

(12)

22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-UndangNomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain ;

Waris ;

6. Obligasi Syari’ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah

Syari’ah ;

7. Sekuritas Syari’ah ; 8. Pembiayaan Syari’ah ; 9. Pegadaian Syari’ah ;

10. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari’ah ; dan 11. Bisnis Syari’ah;

b. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas - tugas pokok tersebut Pengadilan Agama mempunyai fungsi sebagai berikut 5:

1. Fungsi Mengadili (judicial power), yaitu memeriksa dan mengadili perkara perkara yang menjadi kewenangan pengadilan agama di wilayah hukum masing-masing ; (vide Pasal 49 Undang - Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006) ;

2. Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera / Sekretaris, dan seluruh jajarannya (vide : Pasal 53 ayat (1) Undang - Undang No. 7 Tahun 1989 jo. Undang - Undang No. 3 Tahun 2006) ; Serta terhadap pelaksanaan administrasi umum. (vide : Undang - Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman). Pengawasan tersebut dilakukan secara berkala oleh Hakim Pengawas Bidang.

3. Fungsi Pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada jajarannya, baik yang menyangkut tugas teknis yustisial, administrasi peradilan maupun administrasi umum.

5

(13)

(vide : Pasal 53 ayat (3) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-UndangNomor 3 Tahun 2006) ;

4. Fungsi Administratif, yaitu memberikan pelayanan administrasi kepaniteraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi, perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi peradilan lainnya. Dan memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di lingkungan Pengadilan Agama (Bidang Kepegawaian, Bidang Keuangan dan Bidang Umum)

5. Fungsi Nasehat, yaitu memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam pada instansi pemerintah di wilayah hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-UndangNomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama ;

6. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum, riset dan penelitian serta lain sebagainya, seperti diatur dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI. Nomor : KMA/004/SK/II/1991 ;

4. Pimpinan Pengadilan Agama Kelas 1ATanjungkarang sejak berdirinya sampai sekarang.

Sejak terbentuknya Mahkamah syariah Keresidenan Lampung berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Nomor 189 Tahun 1947 tanggal 13 Januari 1947 telah terukir beberapa nama sebagai ketua Pengadilan Agama Tanjungkarang yaitu :6

1) KH. Nawawi periode tahun 1947 sampai dengan 1950. 2) KH. Umar Murod periode tahun 1950 sampai dengan 1957. 3) KH. Syarkowi Zain periode tahun 1957 sampai dengan 1963. 4) KH. Syafe’i periode tahun 1963 sampai dengan 1971.

5) H. Suratul Kahfi, Bchk periode 1971 sampai dengan 1979. 6) Drs. Subari Kholik periode tahun 1979 sampai dengan 1990. 7) H. Abdullah Dhia, SH periode tahun 1990 sampai dengan 1994.

6

(14)

8) Drs. H. Asmuni HS. periode tahun 1994 sampai dengan 2001. 9) Drs. Syamsul Ma’arif periode tahun 2001 sampai dengan 2003. 10) Drs. Busri Harun, SH, M.Ag. periode tahun 2003 sampai dengan

2005.

11) Drs. Ahud Misbahudin, SH periode tahun 2005 sampai dengan 2008.

12) H. Damsyi, MH periode tahun 2008 sampai dengan 2012. 13) Dr Khalis, dari tahun 2012 sampai sekarang.

5. Daftar Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Tabel 1

Daftar Nama Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang7

No Nama Jabatan

6 Drs.Hj.Abusemen Bastoni, S.H. Hakim 7 Dra. Hj. Maisunah, S.H. Hakim 8 Dra.M. Hasanah,S.H.,M.H. Hakim

9 Dra. Elfina Fitriani Hakim

16 Itna Fauza Qadriyah, S.H.,M.H. Panitera/Sekretaris 17 H. Sulaiman Marzuki. S.H. Wakil Panitera

18 Sudiman, S.H. Wakil Sekretaris

19 Deska Pitra, S.H.,M.H. Panmud Permohonan

20 Dra. Husnidar Panmud Gugatan

21 Syukur, S.Ag. Panmud Hukum

22 H. Rusbani, S.H. Kasub Bag Kepegawaian

7 Pengadilan Agama Tanjungkarang, “

(15)

23 Anis Khoirunnisa, S.Ag. Kasub Bag Keuangan 24 M. Zachrizal Anwar, S.H. Kasub Bag Umum 25 Mastur Ali, S.H. Panitera Pengganti 26 Nelmi Rodiah Harahap, S.H. Panitera Pengganti 27 Deska Pitrah, S.H.,M.H Panitera Pengganti 28 Mahmilawati, S.H. Panitera Pengganti 29 Dra. Hj. Maisarah. Panitera Pengganti 30 Linda Hastuti, S.H.,M.H. Panitera Pengganti 31 Amnia Burmella, S.H. Panitera Pengganti 32 Hj. Elok Diantika, S.H. Panitera Pengganti

33 Rosmiati, S.H. Panitera Pengganti

34 Astri Kurniawati, S.H. Panitera Pengganti 35 Eliyati Sury, S.Ag.,M.H. Panitera Pengganti

36 M. Rosyidi Jurusita

37 Ahmad Subroto, S.E., M.H. Jurusita 38 Yosrinaldo Syarief, S.H. Jurusita

39 Himbauan, S.H. Jurusita

40 Sri Widaryani, S.E., M.H. Jurusita Pengganti 41 Edhi Hartoyo, S.Pd. Jurusita Pengganti

42 Dra. Masturah Jurusita Pengganti

43 Ali Haidar, S.H. Jurusita Pengganti

44 Mulyati, S.H. Jurusita Pengganti

45 Haryati Jurusita Pengganti

46 Nurhayati, S.H.I. Jurusita Pengganti 47 Yudi Wanari, S.H., M.M. Jurusita Pengganti

48 Adriyadi, S.H. Jurusita Pengganti

49 Mega Octaria S., A.Md. Jurusita Pengganti 50 Shilvy Sagita, S.H. Jurusita Pengganti 51 Ety Hasniyati, S.H.I. Jurusita Pengganti 52 Rahmatiah Oktafiana, S.H.I. Jurusita Pengganti

B. Prosedur Penyelesaian Perkara Permohonan Hadhanah di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

Hadhanah merupakan perkara yang bersifat permohonan. Prosedur

pengajuan permohonan sama dengan prosedur mengajukan gugatan, diproses di bagian kepaniteraan permohonan. Adapun prosedur dalam pengajuan perkara permohonan Hadhanah nikah ke Pengadilan Agama, sebagai berikut:8

8

(16)

1. Meja I

a. Menerima surat permohonan dan salinannya yang telah dibuat dan ditandatangani oleh pemohon beserta bukti tanda pengenal (KTP) yang bersangkutan. Surat permohonan yang diterima petugas Meja I sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk majelis hakim. b. Petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan berkas dengan

menggunakan daftar periksa (check list).

c. Menaksir panjar biaya perkara. Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama tentang Panjar Biaya Perkara. Dalam menentukan Panjar Biaya Perkara, Ketua Pengadilan Agama harus merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang PNBP, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya serta peraturan terkait lainnya.

d. Dalam menaksir biaya perkara perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Jumlah pihak yang berperkara

b) Jarak tempat tinggal dan kondisi daerah para pihak (radius). Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo (cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari Lurah/ Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp 0,- dan ditulis dalam SKUM.

e. Setelah menaksir panjar biaya perkara, Petugas Meja I membuat Surat Kuasa Untuk Membayar (SKUM) dalam rangkap 4 (empat):

a) Lembar pertama warna hijau untuk bank. b) Lembar kedua warna putih untuk pemohon. c) Lembar ketiga warna merah untuk kasir.

d) Lembar keempat warna kuning untuk dimasukkan dalam berkas. f. Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada pemohon untuk di membukukannya dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara.

c. Pemegang kas memberi nomor, membubuhkan tanda tangan dan cap tanda lunas pada SKUM.

d. Nomor urut perkara adalah nomor urut pada Buku Jurnal Keuangan Perkara.

(17)

3. Meja II

a. Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam Buku Register Induk Permohonan sesuai dengan nomor perkara yang tercantum dalam SKUM.

b. Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap surat permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap pertama kepada pemohon.

c. Petugas Meja II memasukkan surat permohonan tersebut dalam map berkas perkara yang telah dilengkapi dengan formulir: PMH, penunjukkan Panitera Pengganti, penunjukan Jurusita Pengganti, PHS dan instrumen.

d. Petugas Meja II menyerahkan berkas perkara kepada panitera melalui wakil panitera untuk disampaikan kepada ketua pengadilan agama. 4. Panitera

a. Menyerahkan berkas kepada Majelis.

b. Panitera menunjuk panitera pengganti untuk membantu majelis hakim dalam menangani perkara.

c. Penunjukan panitera pengganti dicatat oleh petugas Meja II dalam Buku Register Induk Perkara.

5. Ketua Pengadilan Agama a. Mempelajari berkas perkara.

b. Membuat Penetapan Majelis Hakim dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari, Ketua menunjukkan Majelis Hakim untuk memeriksa dan mengadili perkara dalam sebuat penetapan majelis hakim yang ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Agama dan dicatat dan Register Induk Perkara yang bersangkutan.

6. Majelis Hakim

a. Membuat Penetapan Hari Sidang dan perintah untuk memanggil para pihak oleh jurusita.

b. Atas perintah ketua majelis, panitera pengganti melaporkan hari sidang pertama kepada petugas Meja II dengan menggunakan lembar instrumen.

c. Menyidangkan Perkara. 7. Meja III

a. Menerima berkas perkara yang telah diminta dari Majelis Hakim. b. Memberitahukan isi penetapan kepada pihak yang tidak hadir oleh

jurusita.

c. Memberitahukan kepada Meja II dan Kasir yang bertalian dengan tugas mereka.

d. Menyerahkan salinan penetapan kepada pemohon dan instansi terkait serta menyerahkan berkas yang telah dijahit kepada Panitera Muda Hukum.

(18)

b. Melaporkan Perkara.

c. Mengarsipkan Berkas Perkara.

C. Data Hasil Penelitian di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang Adapun perkara hadhanah yang terdaftar pada Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir yakni periode 2012, 2013, 2014 dan 2015, sebagai berikut:

Tabel 1

Rekapitulasi tentang Perkara hadhanah yang Terdaftar di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang

Tahun 2011-20159

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari keseluruhan perkara yang ada di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung Karang tersebut terdapat 21 perkara hadhanah pada tahun 2011-2015. Dari 21 perkara sengketa hadhanah tersebut penulis mengambil 3 sempel perkara untuk dijadikan sebagai obyek dalam penelitian ini, yakni perkara Nomor:

9

(19)

0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, perkara Nomor: 0679/Pdt.G/2014/PA.Tnk, perkara Nomor: 0780/Pdt.G/2014/PA.Tnk.

D. Analisis Data

1. Perkara Nomor 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk

Pengadilan Agama mempunyai tugas untuk menerima, memeriksa dan mengadili semua perkara yang diajukan kepadanya. Bagi seseorang yang akan mengajukan permohonan/ gugatan, maka pihak pemohon/penggugat dapat mengajuka permohonannya/ gugatannya ke pengadilan, baik secara lisan maupun tulis.

Gugatan yang diputus oleh Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang dengan Nomor Perkara 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk, termasuk gugatan yang dilakukan secara tertulis. Kasus hak hadhanah pada perkara ini berawal dari gugatan yang diajukan Pemohon. Umur 41 tahun, agama Islam, pendidikan S1 (Ekonomi), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dengan Pangkat Penata Muda Tingkat I (III/b), alamat di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung. Melawan Termohon, , Umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan DIII (Tehnik), Pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung.10

Pemohon dalam surat permohonan Pemohon tertanggal 26 Mei 20013, yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang dibawah Register Nomor : 0482/Pdt.G/2013/PA.Tnk,

10

(20)

tanggal 26 Mei 2013, yang pada pokoknya mengemukakan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Bahwa pada tanggal 11 Juni 2004, Pemohon dengan Termohon melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Ilir Barat II Palembang (Kutipan Akta Nikah Nomor : 320/18/VI/2000 tanggal 12 Juni 2004);

2. Bahwa Pernikahan Pemohon dan Termohon berdasarkan suka sama suka, Pemohon berstatus jejaka dan Termohon berstatus gadis;

3. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon bertempat tinggal di rumah orangtua Termohon di Palembang selama lebih kurang 1 tahun, setelah itu Pemohon dan Termohon pindah ke Bandar Lampung dan tinggal di rumah kontrakan di Jalan Dr. Harun II Kota Bandar Lampung dan terakhir Pemohon dan Termohon pindah dan tinggal sebagaimana alamat Penggugat dan Tergugat tersebut diatas sampai dengan sekarang;

4. Bahwa sesudah akad nikah antara Pemohon dan Termohon telah berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri dan dikaruniai 1 orang anak bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun dan sekarang anak tersebut ikut dengan Termohon:

(21)

Pemohon dan Termohon mulai tidak harmonis dan sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya adalah - Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain, bahkan

Termohon telah mengakui berhubungan badan dengan laki-laki tersebut;

- Termohon sering pulang malam sekitar pukul 21.00 WIB dengan alasan lembur;-

6. Bahwa Pemohon telah berusaha mempertahankan kehidupan rumah tangga Pemohon dan Termohon dengan menasehati Termohon agar merubah sikapnya, bahkan Pemohon telah meminta bantuan keluarga Termohon untuk menasehati Termohon agar mau merubah sikapnya, tetapi tidak pernah berhasil;

7. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran Pemohon dan Termohon terjadi sekitar tanggal 26 Mei 2012 ketika itu Termohon telah selingkuh dengan laki-laki bernama XXXXXXXXXX dan mengaku telah berhubungan badan dua kali dengan laki-laki tersebut mendengar dan melihat peristiwan tersebut Pemohon marah dan terjadi pertengkaran antara Pemohon dan Termohon dan sejak peristiwa tersebut Pemohon dan Termohon telah pisah tempat tinggal sampai dengan sekarang;

(22)

9. Bahwa atas perbuatan Termohon tersebut, Pemohon tidak sanggup lagi mempertahankan rumah tangga antara Pemohon dan Termohon dan Pemohon berkesimpulan lebih baik bercerai;

10. Bahwa anak Pemohon dan Termohon bernama ANAK PEMOHON & TERMOHON, perempuan, umur 4 tahun masih dibawah umur yang memerlukan kasih sayang dan perhatian dari Pemohon sebagai ayah kandungnya, maka apabila permohonan ini dikabulkan Pemohon mohon untuk ditetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak Pemohon dan Termohon tersebut kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak tersebut mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun;

11. Bahwa Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;

Pemohon dalam menguatkan dalil-dalilnya mengajukan alat-alat bukti dipersidangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 283-284 R.Bg sebagai berikut :

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia atas nama Pemohon (bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor: 1871051201680008, yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung tanggal 29 Januari 2013, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

(23)

Agama Kecamatan Ilir Barat II Kabupaten Palembang Propinsi Sumatera Selatan tanggal 12 Juni 2004, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

3. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran anak Pemohon dan Termohon bernama ” ANAK PEMOHON DAN TERMOHON” (bermaterai cukup dan telah dilegalisir), Nomor : 474.1/U/00928/14/2008, yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kependudukan Kota Bandar Lampung tanggal 01 Februari 2012, kemudian dicocokkan dengan aslinya dan ternyata sama.

4. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Termohon tanggal 26 Mei 2012.

5. Asli Surat Pernyataan yang dibuat dan ditandatangani oleh Pungki Zulkarnaen tanggal 26 Mei 2012.

Saksi-Saksi

1. SAKSI KE-1, umur 49 tahun, agama Islam, pekerjaan PNS, bertempat tinggal di Kecamatan Kedaton Kota Bandar Lampung, selanjutnya diatas sumpahnya menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah teman kerja Pemohon sejak tahun 2010 dan Pemohon pernah menjadi staf saksi; a. Bahwa saksi kenal dengan Termohon;

b. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri:

(24)

d. Bahwa setelah menikah Pemohon dan Termohon tinggal di Kaliawi;

e. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan Termohon pada bulan Januari dan Februari 2012 Pemohon jarang masuk kantor sehingga saksi memanggil Pemohon, ketika itu Pemohon masih menjadi staf saksi, dan saat itu saksi mengetahui bahwa Pemohon ada masalah keluarga, yaitu rumah tangganya tidak harmonis karena Termohon berselingkuh dengan pria lain Pemohon juga bercerita bahwa Pemohon dan Termohon telah pisah ranjang, kemudian ketika Pemohon bermohon untuk menindak lanjuti surat izin dari atasan, selingkuhan Termohon bernama XXXXXXXX datang ke rumah saksi dan cerita tentang selingkuh dengan Termohon dan lelaki tersebut mohon kepada Pemohon untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik, setelah itu saksi tidak tahu lagi karena proses selanjutnya Pemohon diperiksa oleh Bawasda;

f. Bahwa Pemohon dan Termohon tidak satu rumah lagi atau jarang serumah sejak bulan Februari 2012 sampai dengan sekarang; g. Bahwa saksi terakhir melihat Pemohon dan Termohon bersama

tahun 2012, ketika itu saksi bertemu Pemohon dan Termohon diacara arisan ;

(25)

i. Bahwa Anak Pemohon dan Termohon ikut dengan Pemohon; j. Bahwa saksi tidak pernah berkunjung ke rumah Pemohon; k. Bahwa Termohon pernah dipanggil Bawasda untuk diperiksa;11

Bahwa atas keterangan saksi tersebut, oleh Pemohon ada yang diperbaiki bahwa benar Termohon pernah dipanggil oleh Bawasda, tetapi karena Termohon tidak hadir ke Bawasda maka petugas dari Bawasda yang datang kerumah Termohon

SAKSI KE-2, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan, bertempat tinggal di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung, selanjutnya dibawah sumpahnya menerangkan pada pokoknya sebagai berikut:

a. Bahwa saksi kenal dengan Pemohon karena saksi adalah kakak kandung Pemohon

b. Bahwa saksi kenal dengan Termohon namanya TERMOHON c. Bahwa Pemohon dan Termohon menikah 9 tahun yang lalu

d. Bahwa sepengetahuan saksi keadaan rumah tangga Pemohon dan Termohon pada awalnya rukun, namun sejak 2 tahun yang lalu rumah tangga Pemohon dan Termohon tidak rukun lagi karena Termohon berselingkuh dengan laki-laki lain:

e. Bahwa saksi pernah melihat sendiri Termohon dengan laki-laki lain di dalam mobil Termohon, saat itu laki-laki tersebut yang memeggang kemudi mobil, selain itu saksi juga pernah melihat Termohon bersama laki-laki lain sedang makan sate di Pahoman

11

(26)

jam 7 malam, sedangkan Termohon beralasan lembur dikantor sehingga pulang terlambat;

f. Bahwa berdasarkan SMS dan peristiwa-peristiwa tersebut, maka Pemohon dansaksi meminta laki-laki tersebut datang untuk menyelesaikan masalah, selanjutnya laki-laki tersebut yang bernama XXXX datang dengan isterinya menemui saksi, Pemohon dan Termohon, di dalam pertemuan itu XXXXX dan Termohon mengakui perselingkuhan tersebut, saat itu isteri XXXXX marah kepada Termohon dan mengingatkan Termohon untuk menjauhi XXXXX;

g. Bahwa Aib Termohon tersebut sulit diterima dan tidak mungkin untuk berdamai;

h. Bahwa anak Pemohon dan Termohon dalam pemeliharaan Pemohon, serta selama ikut dengan Pemohon terpelihara dengan baik dan keluarga besar Pemohon siap membantu memelihara dan mengasuh anak tersebut.

(27)

umur 4 tahun, kepada Pemohon sebagai ayah kandungnya sampai anak tersebut mumayyiz atau berumur sekurang-kurangnya 12 tahun, serta membebankan biaya perkara menurut hukum.12

Demikian dijatuhkan Putusan ini di Pengadilan Agama Kelas IA Tanjungkarang dalam Musyawarah Majelis Hakim pada hari Selasa tanggal 28 Juli 2013M bertepatan dengan tanggal 6 Sya’ban 1433H. Oleh kami Drs. BAIDHOWI HB, S.H. sebagai Ketua Majelis, Dra. MUFIDATUL HASANAH, S.H. dan Drs MANANI HS sebagai Hakim-Hakim Anggota. Putusan tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis tersebut dan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut serta dihadiri oleh DESKA PITRAH, S.H. sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Agama tersebut dengan dihadiri Pemohon tanpa hadirnya Termohon.13

Dalam hal memberikan keputusan seoarang hakim tidak boleh memihak kepada salah satu antara orang yang berperkara, bersifat bebas dan tidak pula terpengaruh oleh pemerintah. Disamping itu seorang hakim wajib pula menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang ada dalam agama, dan masyarakat, apabila di Pengadilan Agama yang menangani tentang kasuskasus perdata, maka dalam hal ini hakim wajib dituntut utnuk menerapkan asas hukum yang sebenarnya, sebab kesalahan hakim adalah merupakan petaka bagi hakim sendiri maupun pihak yang telah dirugikannya, yang pada akhirnya harus dipertanggung jawabkan, baik di dunia maupun di akhirat.

12

Dokumentasi, Putusan Pengadilan Agama kelas1A tanjungkarang, tahun 2013.

13

(28)

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim menilai bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah pecah (broken meried) tidak ada keharmonisan lagi dan sudah sulit untuk rukun kembali, sehingga tujuan perkawinan yang dimaksud Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam dan Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah telah tidak terwujud.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim perlu mengetengahkan dalil Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 227 yang berbunyi : maka sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “;

(29)

Menimbang, bahwa Majelis Hakim dengan tidak bermaksud mengkesampingkan ketentuan Pasal 105 huruf (a) KHI, namun semata-mata untuk kemaslahatan dan masa depan anak itu sendiri, yang senyatanya pula saat ini anak tersebut dalam pemeliharaan Pemohon yang diasuh oleh kakak perempuan Pemohon dan dalam keadaan baik-baik (vide keterangan saksi kedua Pemohon) di satu sisi, sedang di sisi lain Termohon dalam pernyataan tertulis tanggal 26 Mei 2012 dan tanggal 10 Juli 2013 telah melepaskan dan menyetujui hak asuhnya atas anak tersebut kepada Pemohon (vide bukti Pg.4) sedang selama persidangan berlangsung Termohon tidak hadir dan pula tidak mengutus orang lain sebagai kuasa, untuk setidak-tidaknya menyampaikan suatu keberatan dan atau meminta hak asuh atas anak tersebut, maka Majelis Hakim semata-mata untuk kepastian dan kepentingan anak tersebut, dengan tidak mengurangi hak Termohon untuk bertemu dan mencurahkan kasih sayangnya kepada anak tersebut, dan kepada Pemohon tidak dapat menghalang-halangi dan atau melarangnya, maka Majelis Hakim dapat mengabulkan dan ditetapkan dalam putusan ini hak pemeliharan anak Pemohon dan Termohon tersebut kepada Pemohon sampai anak tersebut mumayyiz atau sekurang-kurangnya beumur 12 tahun.

(30)

harus diperhatikan adalah kepentingan anak tersebut dan memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan rasa aman kepada anak yang menjadi korban perceraian, dalam hal ini Majelis Hakim mengutamakan bagaimana memberi perlindungan dan kebaikan bagi anak demi kemaslahatan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

2. Perkara Nomor 0679/Pdt.G/2014/PA.Tnk.

Pengadilan Agama Tanjungkarang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan putusan dalam perkara pengasuhan anak antara, Penggugat umur 33 tahun, Agama Islam, Pendidikan D.III (keperawatan), Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, bertempat tinggal di Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung, Termohon, umur 30 tahun, Agama Islam, Pendidikan S.1 (keperawatan), Pekerjaan Karyawati Swasta, Tempat tinggal di Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung. 1. Bahwa pada tanggal 28 April 2005, Penggugat dengan Tergugat

melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Tanjungkarang Barat Kota Bandar Lampung (Kutipan Akta Nikah Nomor : 194/08/V/2005 tanggal 02 Mei 2005);

2. Bahwa dalam perkawinan Penggugat dengan Tergugat tersebut telah dikaruniai 2 (dua) orang anak bernama :

(31)

b. ANAK KE-2, lahir tanggal 01 Oktober 2011;

4. Bahwa kemudian pada tanggal 06 Januari 2014 antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perceraian berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Tanjungkarang Nomor 1131/Pdt.G/2013/PA.Tnk, tanggal 04 Desember 2013 dengan Akta Cerai Nomor : 0062/AC/2014/PA.Tnk tanggal 28 Januari 2014;

5. Bahwa selama dalam pengasuhan Tergugat anak tersebut dalam keadaan kurang terurus dan kurang perhatian dari Tergugat, sedangkan Penggugat sendiri tidak diberi kesempatan untuk mengurus anak Penggugat dan Tergugat tersebut;

6. Bahwa Penggugat bertanggung jawab dan sayang kepada anak-anak Penggugat dan Tergugat tersebut dan Penggugat mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Tergugat tidak bertanggung jawab dengan anak-anak Penggugat dan Tergugat dan Tergugat sudah menikah lagi dengan laki-laki lain;

(32)

kepada Penggugat sebagai ayah kandungnya sampai anak-anak tersebut dewasa atau mandiri.

Majelis Hakim Pengadilan Agama Kelas 1A Tanjung Karang dalam putusannya menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon, dan menyatakan pemeliharaan dua orang anak yang lahir dari perkawinan Penggugat dengan Tergugat yang bernama ANAK KE-1, lahir tanggal 11 Agustus 2005 dan ANAK KE-2, lahir tanggal 01 Oktober 2011 dipelihara oleh Penggugat, serta membebankan biaya perkara menurut hukum.14

Dalam kasus ini penulis melihat pertimbangan-pertimbangan Majelis Hakim sangat relevan, sebagaimana tersebut di atas Majelis Hakim mempertimbangkan ketentuan hak pengasuhan anak jika dilihat

dari segi normatif “bahwa anak yang belum berumur 12 tahun (belum

mumayyiz) adalah hak asuh pada ibunya“, namun berdasarkan Yurisprudendi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 110 K/AG/007 tanggal 7 Desember 2007 yang pada pokoknya menyatakan bahwa mengenai pemeliharaan anak, bukan dilihat semata-mata dari siapa yang paling berhak, akan tetapi yang harus dilihat dan dikedepankan adalah kepentingan yang terbaik bagi anak. Fakta yang terungkap di persidangan bahwa anak yang bernama ANAK KE-1 ketika ikut bersama Tergugat, kurang terurus, korengan, di sekolah suka diam dan melamun, sehingga nilai ulangan sekolahnya menurun, hal ini menunjukkan kekurang mampuan Tergugat selaku ibu

14

(33)

kandungnya melaksanakan fungsinya sebagai ibu untuk merawat dan mengasuh lebih - lebih setelah Tergugat menikah lagi dengan laki-laki lain. Sementara ketika anak ikut bersama Penggugat anak tersebut terusus dengan baik, ada kemajuan dalam belajarnya, PR dikerjakan dengan bimbingan dari Penggugat selaku ayah kandungnya dan prestasi sekolahnya makin bagus hal ini terlihat dari hasil ulangan semester kemarin. Penulis juga melihat dari pertimbangkan Psycologis anak, dan kenyamanan anak juga kepentingan yang terbaik bagi anak dalam memutus perkara ini sudah tepat.

3. Perkara Nomor 0780/Pdt.G/2014/PA.Tnk.

Pengadilan Agama Tanjungkarang yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat pertama dalam pe rsidangan Majelis telah menjatuhkan putusan dalam perkara pengasuhan anak antara:

PENGGUGAT, umur 33 tahun, Agama Islam, Pendidikan S.1, Pekerjaan Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Kota Bandar Lampung, disebut sebagai Penggugat. TERGUGAT, umur 36 tahun, Agama Islam, Pendidikan S.1, Pekerjaan PNS, Tempat tinggal di Kecamatan Buay Bahuga Kabupaten Way Kanan, disebut sebagai Tergugat.15

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan hak Pengasuhan anak dengan suratnya tanggal 11 Agustus 2014 dan telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjungkarang dengan register Nomor:

15

(34)

0780/Pdt.G/2014/PA-Tnk, tanggal 12 Agustus 2014 setelah diperbaiki posita dan petitumnya sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dengan Tergugat adalah suami isteri sah yang nikahnya dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2005 di rumah orang tua Tergugat dengan wali nikah ayah kandung Penggugat mas kawin berupa emas 2,5 gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cidadap sebagaimana bukti berupa Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor : 340/08/VII/2005, tertanggal 04 Juli 2005, yang dikeluarkan oleh KUA Cidadap Bandung Jawa Barat.

2. Bahwa dalam perkawinan Penggugat dengan Tergugat tersebut telah dikaruniai 2 orang anak bernama :

1. ANAK KE-1, umur 9 tahun. 2. ANAK KE-2, umur 7 tahun.

Anak-anak tersebut sekarang bersama Penggugat;

3. Bahwa kemudian pada tanggal 12 Maret 2014 antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perceraian berdasarkan Putusan Pengadilan Agama Tanjungkarang Nomor : 0925/Pdt.G/2013/PA.Tnk, tanggal 05 Desember 2013 dengan Akta Cerai Nomor : 0190/AC/2014/PA.Tnk tanggal 12 Maret 2014.

4. Bahwa selama dalam pengasuhan Penggugat anak-anak tersebut dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

(35)

pekerjaan sebagai Karyawan Swasta PT.Bukit Randu Sentosa di Bandar Lampung, sedangkan Tergugat sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemda Way Kanan, tidak memberikan nafkah anak dan keperluan sekolah dan juga pernah membawa anak – anak secara paksa pada tahun 2013 tanpa sepengetahuan Penggugat.

6. Bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat bernama ANAK KE-1, umur 9 tahun dan ANAK KE-2, umur 7 tahun yang masih memerlukan kasih sayang dan perhatian dari Penggugat sebagai ibu kandungnya, sedangkan Tergugat kurang bertanggung jawab terhadap nafkah anak-anak dan kurang kasih sayang dan Perhatian kepada anak-anak Penggugat dan Tergugat, maka apabila gugatan ini dikabulkan Penggugat mohon untuk ditetapkan hak pengasuhan dan pemeliharaan anak-anak Penggugat dan Tergugat tersebut kepada Penggugat sebagai ibu kandungnya sampai anak-anak tersebut mumayyiz atau sekurang-kurangnya berumur 12 tahun.16

Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam keputusannya, Mengabulkan gugatan Penggugat, menetapkan pemeliharaan Kedua orang anak yang lahir dari perkawinan Penggugat dan Tergugat yang bernama ANAK KE-1, umur 9 tahun dan ANAK KE-2, umur 7 tahun dipelihara oleh Penggugat sebagai Ibu Kandungnya sampai anak-anak tersebut mumayyiz atau sekurang-kurangnya berumur 12 tahun, dan membebankan biaya perkara kepada Penggugat.

16

(36)

Dalam kasus ini penulis melihat pertimbangan-pertimbangan hakim sudah tepat, dimana dijelaskan dalam ketentuan hak asuh dalam Islam karena anak yang kedua Pemohon dan Termohon belum mumayyiz seperti yang diatur dalam 105 KHI huruf a yang menjelaskan :

“Dalam hal terjadi perceraian, pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berusia 12 tahun adalah hak ibunya.17 Meskipun anak tersebut sudah ditetapkan dalam asuhan Penggugat, maka Tergugat selaku ayah kandungnya mempunyai hak untuk bertemu, berkomunikasi dan berjumpa sewaktu-waktu dengan kedua anak tersebut, apabila dibutuhkan oleh Tergugat, guna memberikan kasih sayang terhadap anak – anaknya.

17

Gambar

Daftar Nama Pegawai Pengadilan Agama Kelas IA Tanjung KarangTabel 1 7
Rekapitulasi tentang Perkara Tabel 1 hadhanah yang Terdaftar di

Referensi

Dokumen terkait

hlm.. dinyatakan dalam nilai dan setiap ahli waris berhak menurut kadar bagiannya tanpa harus terikat dengan ahli waris lainnya. Konsekwensi dari ketentuan ini

[r]

Karena adanya keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan kemampuan peneliti maka yang dijadikan fokus penelitian adalah yang diduga mempunyai hubungan yang signifikan dengan minat

Baja karbon tinggi memiliki karbon 0,6% C-1,5% C serti memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari baja karbon sedang, namun keuletannya rendah. Baja dengan karbon

perceraian di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus tahun 2015.. 3) Untuk mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi BP4. Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus dalam pemberian

In this chapter, we’ll learn to use standard library and open source commu- nity tools that make it incredibly simple to create a conventional, idiomatic command-line interface

Masalah penggajian terutama dalam Sistem penggajian Pemetintah Kabupaten Probolinggo merupakan hal yang sangat urgen untuk ditangani lebih serius karena hal

Penelitian ini dilaksanakan pada lahan sawah yang diairi Daerah Irigasi Bahal Gajah/Tiga Bolon di Kecamatan Sidamanik dengan luas 530 Ha, analisis tanah dilakukan