• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI LEGISLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI LEGISLASI"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN

PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA

TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI

LEGISLASI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

oleh

Victoria Hidayat Tullah

NIM 6661083076

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan segala kerendahan hati dan

kekurangan, serta dengan seganap rasa

hormat , kupersembahkan karya ini

untuk yang teristimewa dalam hidupku:

Kedua orangtuaku tercinta, Adiku

tersayang, dan Bidadari yang kelak

(6)

ABSTRAK

Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. Skripsi. Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. dan Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Funsi Legislasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data diolah dari hasil pengamatan dan wawancara dengan anggota DPRD serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD Kabupaten Pandeglang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari secretariat DPRD dan Tokoh Masyarakat. Objek dalam penelitian ini adalah DPRD Kabupaten Pandeglang sebagai suatu lembaga organisasi. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Responsivitas, Responbiitas dan Akuntabilitas sebagai variabel Independen. Sedangkan yang menjadi variable dependen adalah kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 sudah baik tapi belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indicator Responsivitas, Responbilitas dan Akuntabilitas. Belum maksimalnya kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang ini dikarenakan banyaknya ketidak sesuaian kebijakan DPRD dengan apa yang di aspirasikan oleh masyarakat, , karena masih lambannya pelayanan, dalam hal pengaduan aspirasi, kritik dan permasalahan yang dialami konstituennya Dalam peran serta pemberdayaan DPRD untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja DPRD Pandeglang dimasa yang akan datang Perlu dilakukan peningkatan kualitas anggota, baik dari segi pengalaman dan juga pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya agar kualitas kinerja anggota semakin baik.

(7)

ABSTRACT

Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. The Performance Of DPRD As Well As The Factors That Affect The Performance Of DPRD Pandeglang Period 2009-2014 (In Years 2012-2014) In The Legislative Functtion. The 1st advisor is Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. and the 2nd advisor is Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

The purpose of this study was to determine and describe the performance of DPRD Pandeglang Period 2009-2014 (In Years 2012-2014). The data used in this study are primary and secondary data. Data compiled from the observations and interviews with legislators and the parties related to the execution of the duties and functions of DPRD Pandeglang. While secondary data obtained from the secretariat of DPRD and Community Leaders. The object of this research is Pandeglang district legislature as an institution organization. The variables in this study are the responsiveness, Responbiitas and Accountability as an independent variable. While the dependent variable is the performance Pandeglang district legislature. The analysis method used in this research is descriptive qualitative. These results indicate that the performance of DPRD Pandeglang 2009-2014 period has been good but not maximized. It can be seen from the indicators Responsiveness, Responbilitas and Accountability. Not maximal performance DPRD is because many discrepancies policy in DPRD with the aspiration of public, because they slow the service, in terms of the aspirations of complaints, critic and problems experienced by constituents in the role and empowerment of DPRD to improve and enhance the performance of DPRD in the future need to improve the quality of members, both in terms of experience and also training related to the duties and functions that the better the quality of the performance of members.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan mengucap alhamdulilah penulis bersyukur atas berkat rahmat

Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karena dengan izinNya lah

penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat

beserta salam senantiasa selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tidak lupa kita yang selalu

istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya.

Penulisan skripsi diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian

sarjana S-1 pada program studi Administrasi Negara Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul : “Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak akan berhasil dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada orang tua

yang sangat penulis cintai yaitu Bapak dan Ibu. Terima kasih selama ini telah

memberikan semangat dan tak henti-hentinya selalu memanjatkan do‟a untuk penulis dan selalu memberikan kasihsayangnya sehingga penulis dengan

semangat dalam penulisan skripsi dan dengan segera untuk menyelesaikannya.

Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan

(9)

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.S.i, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho S.sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwiana M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultang Ageng Tirtayasa

5. Gandung Ismanto S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rahmawati S.Sos, M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultang Ageng

Tirtayasa.

8. Anis Fuad S.Sos, M.S.i, Dosen pembimbing akademik yang

memberikan arahan selama perkuliahan.

9. Dr. Suwaib Amirudin, M.Si., Dosen pembimbing I skripsi yang

memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses

(10)

10.Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Dosen pembimbing II skripsi yang

memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses

penyusunan skripsi.

11.Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12.Sekretaris Dewan Sekretariat DPRD yang telah memberikan ijin

kepada peniliti untuk melakukan penelitian di Sekretariat DPRD.

13.Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, serta para Staf di Sekretariat

DPRD yang telah memberikan data dan informasi kepada peneliti.

14.Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Drs. Taupik Hidayat,M. M.Pd.,

dan Ibunda Asmawati, S.Pd., yang selalu mengiringi setiap langkahku

dengan do‟a dan restunya dan adiku tersayang Vitaria Hidayati yang

selalu memberi wwarna keceriaan di dalam keluarga.

15.Nuri Sulhatul Imamah A.Md.Keb., Terimakasih telah memberikan

support dan perhatian nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

16.Sahabatku Aif, Emat, Yayat, Om Ipul, Ompong, John, Ojan, Alul,

Bombom, terimakasih atas persahabatan yang luar biasa ini, suka duka

telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan ini.

17.Saudara-saudara seperjuangan kelas G Administrasi Negara 2008

selama kita menuntut ilmu terima kasih atas kenangan selama

(11)

18.Para informan yang telah membantu dengan meluangkan waktunya

untuk wawancara dengan peneliti.

Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-

kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, Juni 2015 Peneliti

(12)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 13

1.3. Rumusan Masalah ... 14

1.4. Tujuan Penelitian ... 15

1.5. Manfaat Penelitian ... 15

1.6. Sistematika Penelitian ... 15

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 19

2.1.1. Organisasi Publik ... 19

2.1.2. Kinerja ... 23

2.1.3. Kinerja Organisasi Publik ... 27

2.1.4. Pengukuran Kinerja ... 29

2.1.5. Faktor-Faktor Kinerja ... 31

2.1.6. Peraturan Daerah ... 39

2.1.7 Konsep DPRD ... 42

(13)

2.3 Penelitian Terdahulu ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 54

3.2. Ruang Lingkup ... 54

3.3 Lokasi Penelitian ... 55

3.4 Variabel Penelitian ... 55

3.4.1 Definisi Konsep ... 55

3.4.2 Definisi Operesional ... 56

3.5 Intstrument Penelitian ... 58

3.6 Informan Penelitian ... 59

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.7.1 Wawancara ... 61

3.7.2 Observasi ... 65

3.7.3 Studi Dokumentasi ... 66

3.8 Teknik Analisis Data ... 66

3.9 Jenis Penelitian ... 69

3.10 Sumber Data ... 70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 73

4.1.1. Deskripsi Kabupaten Pandeglang ... 73

4.1.2. Kependudukan ... 74

4.1.3 Gambaran Umum DPRD Kabupaten Pandeglang... 75

4.1.4 Struktur Organisasi ... 76

4.1.5 Bentuk Struktur Organisasi ... 77

4.1.6 Uraian Tugas ... 77

4.1.7 Daftar Keanggotaan Alat Kelengkapan DPRD ... 82

4.1.8 Susunan Fraksi DPRD ... 83

4.1.9 Pembidangan Komisi-Komisi ... 86

4.2. Deskripsi Data ... 90

(14)

4.3.1 Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang

Periode 2012-2014 ... 92

4.3.2 Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang ... 96

4.3.2.1 Kemampuan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam mengenali

kebutuhan masyarakat ... 99

4.3.2.2 Keselarasan Program-Program DPRD dengan Aspirasi

Masyarakat ... 104

4.3.3 Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam

Bidang Legislasi ... 107

4.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan DPRD Kabupaten Pandeglang

sesuai dengan Fungsi dan Tugas DPRD dalam bidang

Legislasi ... 108

4.3.4 Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang

Legislasi ... 111

4.3.4.1 Kesesuaian Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang

dalam Bidang Legislasi ... 112

4.3.4.2 Tindakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam

Pembuatan kebijakan ... 114

V. PENUTUP

5.1.Kesimpulan ... 118

5.2.Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 RAPERDA Tahun 2012 ... 4

1.2 RAPERDA Tahun 2013 ... 5

1.3 RAPERDA Tahun 2014 ... 5

1.4 Tingkat Pendidikan ... 8

3.1 Informan Penelitian ... 60

3.2 Pedoman Wawancara 1 ... 62

3.3 Pedoman Wawancara 2 ... 64

3.4 Jadwal Penelitian ... 70

4.1 Fraksi Demokrat ... 83

4.2 Fraksi PPP ... 83

4.3 Fraksi Golkar ... 84

4.4 Fraksi PDIP ... 84

4.5 Fraksi PKS ... 84

4.6 Fraksi PBB ... 85

4.7 Fraksi Hanura Plus ... 85

4.8 Fraksi Akir ... 85

4.8 Komisi I Bidang Pemerintahan dan Perundang-undangan ... 86

4.9 Komisi II Bidang Perekonomian, Keuangan Dan Asset Daerah ... 87

4.10 Komisi III Bidang Pembangunan ... 88

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.2 Kerangka Berfikir ... 51

3.1 Analisis data menurut Miles & Huberman ... 67

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan salah satu lembaga

atau badan perwakilan rakyat di Daerah yang mencerminkan struktur dan sistem

pemerintahan demokratis di Daerah, sebagaimana terkandung dalam pasal 18

UUD 1945, penjabarannya lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah. DPRD berdasarkan pasal 1 ayat (4) UUD No. 32 Tahun

2004 adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan Daerah. Hal ini menunjukan bahwa secara hukum DPRD

mempunyai kedudukan yang strategis dalam melaksanakan kebijaksanaan

pembangunan di Daerah. Sebab DPRD merupakan suatu lembaga Perwakilan

Rakyat yang mencerminkan aspirasi politik masyarakat. DPRD berkedudukan

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Daerah, sehingga mampu

memberikan pelayanan kepada masyarakat, dengan mengembangkan prinsip– prinsip Good Governance.

Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

adalah Negara yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut

prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Untuk melaksanakan prinsip - prinsip kedaulatan

(18)

maupun di Daerah yang mampu mewujudkan nilai-nilai demokrasi dalam

kehidupan ketatanegaraan. Untuk mengembangkan kehidupan demokrasi dalam

penyelenggara pemerintahan Daerah bersama dengan Pemerintah Daerah yang

diharapkan mampu mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

DPRD dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan

21), wewenang (Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) didalam mengemban tugas

sebagai wakil rakyat. Pemberian hak-hak yang luas kepada DPRD, merupakan

suatu petunjuk bahwa upaya demokratisasi pemerintahan Daerah diharapkan

makin menunjukkan bentuk yang lebih nyata. Pada masa reformasi sekarang ini

sering mendapat sorotan kritis dari masyarakat, dimana selama pelaksanaan

otonomi Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian dirubah

dengan UU No. 32 Tahun 2004 diharapkan peran dan fungsi DPRD ini dapat

ditingkatkan.

DPRD semakin populer dikalangan masyarakat. Terbukti dari semakin

banjirnya kelompok masyarakat dan mahasiswa yang datang aktif memanfaatkan

DPRD untuk dapat mengaspirasikan aspirasi mereka. Disisi lain, sering sekali

terdengar suara sumbang dari masyarakat terhadap keberadaan DPRD seperti

anekdot 5 D, yaitu datang, duduk, dengar, diam, duit. Anekdot ini sering muncul

sebagai akibat belum optimalnya fungsi DPRD sebagai aspirsi rakyat Daerah.

(19)

rekruitment yang belum sepenuhnya mencerminkan kemandirian Lembaga

Legislatif.

Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi

perundang-undangan, fungsi keuangan dan fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD yang

diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya telah memuat

fungsi-fungsi tersebut. Sebagai lembaga legislatif, DPRD berfungsi-fungsi membuat peraturan

perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai

wakil rakyat. Pasal 18 (d) dan 19 (d) UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur

kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi perundang-undangan.

Fungsi lain DPRD adalah menetapkan kebijaksanaan keuangan. Dalam

UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diatur hak anggaran sebagai salah satu hak

DPRD. Hak anggaran memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut

menetapkan atau merumuskan kebijakan Daerah dalam menyusun Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Disamping itu, DPRD juga mempunyai

hak untuk menentukan anggaran belanja sendiri (pasal 19 g). Dalam konteks

pengawasan, penetapan kebijakan dan peraturan perundangan oleh DPRD,

merupakan tahap pertama dari proses pengawasan. Penilaian terhadap

pelaksanaan peraturan-peraturan Daerah oleh eksekutif adalah bentuk pengawasan

lainnya. DPRD sebagai lembaga politik melakukan pengawasan secara politis,

yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak

meminta keterangan dan hak penyelidikan.

Selanjutnya, DPRD sebagai organisasi publik. Senantiasa mengalami

(20)

sehingga dalam organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar

lebih efektif, efisien, kompetitif, adaptif dan responsibility dalam pencapaian

tujuan.

Kinerja para pejabat Daerah dan anggota lembaga Daerah juga dipandang

masih rendah, dan ini telah menjadi perbincangan luas dikalangan masyarakat.

Sebagai contoh adalah dalam pembuatan perda pada masa persidangan tahun

2012,2013 dan 2014 perda yang telah ditentukan belum memenuhi target hal ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.1

RAPERDA Tahun 2012

No RAPERDA STATUS

1 Pertanggung jawaban pelaksanaan APBD Tahun

anggaran 2011 SELESAI

2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 SELESAI

3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI

4 Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah SELESAI

5 Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana

Daerah (BPBD) SELESAI

6 Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten

Pandeglang SELESAI

7 Pembentukan Sekretariat Korpri Kabupaten

Pandeglang TIDAK SELESAI

8 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI

9 Pengelola Daerah Penyangga Taman Nasional

Ujung Kulon (TNUK) TIDAK SELESAI

10 Biaya Transportasi Jamaah Haji dan Panitia

Penyelenggara Haji Daerah TIDAK SELESAI

11 Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI

12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di

Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI

(21)

Tabel 1.2

RAPERDA Tahun 2013

No RAPERDA STATUS

1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun

Anggaran 2012 SELESAI

2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI 3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI 4 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI

5 Pembentukan PDAM TIDAK SELESAI

6 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah TIDAK SELESAI

7 Insentif Pajak dan Retribusi Daerah KEK

Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI

8 Raperda Tentang Pengelolaan Daerah Penyangga

Taman Nasional Ujung Kulon SELESAI

9 Raperda Tentang Biaya Transportasi Jamaah Haji

dan Panitia Penyelenggara Haji Daerah SELESAI 10 Raperda Tentang Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI 11 Raperda Tentang Standar Pelayanan Mnimal TIDAK SELESAI

12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di

Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI

13 Raperda Tentang Bongkaran aset Daerah TIDAK SELESAI Sumber : DPRD Kab. Pandeglang

Tabel 1.3

RAPERDA Tahun 2014

No RAPERDA STATUS

1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun

Anggaran 2013 SELESAI

2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI

3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI

4 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah SELESAI

5 Pembentukan PDAM SELESAI

6 Raperda Tentang Insentif Pajak dan Retribusi

Daerah KEK Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI 7 Raperda Tentang Pengelolaan Sampah TIDAK SELESAI 8 Dana Cadangan Pemilu Kepala Daerah TIDAK SELESAI

9 Retribusi Perpanjangan Ijin Memperkerjakan

Tenaga Kerja Asing TIDAK SELESAI

10 Raperda Tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi TIDAK SELESAI

(22)

12 Raperda Tentang Bongkaran Aset Daerah TIDAK SELESAI

13 Revisi Raperda Tentang Rencana Tata Ruang dan

Rencana Tata Wilayah TIDAK SELESAI

14 Raperda Tentang arencana Induk Pengelolaan

Pariwisata di Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI 15 Raperda Tentang Pemerataan Modal BUMD TIDAK SELESAI

Sumber : DPRD Kab. Pandeglang

Lembaga perwakilan memiliki peran sentral untuk secara optimal

mewujudkan apa yang menjadiharapan masyarakat atau paling tidak

memperjuangkan aspirasi rakyatnya (konstituen). Dalam konteks ini, perlu

tercipta kedekatan hubungan antar konstituen, baik dalam arti pemilih maupun

dalam arti penduduk wilayah yang diwakili, dengan wakil-wakilnya di DPRD.

Dalam lain perkataan, apa yang dilakukan DPRD semestinya dalam rangka

menuju apa yang menjadi harapan masyarakat dan tentu saja kesemuanya itu

harus mampu dipertanggungjawabkan pada rakyat (accountable).

Untuk dapat mennetukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak

rakyat yang diwakilinya, DPRD dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi

rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beraneka ragam, baik karena jumlah

rakyat yang sangat besar, maupun karena rakyat terdiri dari berbagai lapisan yang

masing - masing memiliki kepentingan sendiri - sendiri. Aspirasi atau kepentingan

rakyat dapat berwujud material seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan,

dan sebagainya, maupun bersifat spiritual seperti pendidikan, kebebasan.

Keadilan, keagamaan, dan sebagainya. Kadang-kadang keinginan tersebut saling

bertentangan satu sama lain.

Kepentingan rakyat tersebut akan dapat diselenggarakan dengan baik

(23)

memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta menetukan

cara-cara pelaksanaannya. Sehingga adanya hubungan timbal balik bagi

masyarakat maupun anggota Dewan.

Pendidikan dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam

tentang bidang yang dipilih atau yang dipelajari seseorang. Dan juga dapat

melatih berfikir secara rasional dan menggunakan kecerdasan kearah yang tepat,

melatih manusia menggunakan akalnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam

berfikir, menyatakan pendapat maupun bertindak. Pendidikan juga dapat

memberikan kemampuan dan keterampilan kepada amnesia untuk merumusakan

pikiran, pendapat yang hendak disampaikan orang lain secara logis dan sistematis

sehingga mudah dimengerti.

Hal itu akan diperoleh anggota DPRD bila mereka memperoleh

pendidikan yang cukup, pengetahuan yang luas dan mendalam akan memberikan

kemampuan untuk mengartikulasi segala kepentingan rakyat serta menetukan cara

yang lebih tepat dan efisien. Kemampuan berfikir secara rasional diperlukan

untuk mempertimbangkan dan menilai berbagai kepentingan rakyat dan cara-cara

pelaksanaannya serta menetapkan kebijaksanaan Daerah berdasarkan urutan

prioritas dan kemampuan dari Pemerintah Daerah.

Keterampilan untuk merumuskan pikiran secara logis dan sitematis

diperlukan untuk merumusakan kebijaksanaan Daerah, sehingga mudah dipahami

oleh para pelaksana dan masyarakat umum. faktor latar belakang keilmuan dan

latar belakang pekerjaan menjadi catatan tersendiri dalam melihat kendala DPRD

(24)

DPRD Kabupaten Pandeglang periode 2009-2014 yang berlatar belakang

pendidikan hukum hanya 5 orang.

Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan No Anggota DPRD berdasar latar

belakang pendidikan Jumlah Prosentase 1 Pendidikan setara sarjana dengan

latar belakang bidang Hukum 5 10 %

2 Pendidikan setara sarjana dengan

latar belakang non Hukum 18 36 %

3 Pendidikan dibawah sarjana 27 54% Sumber : DPRD Kab. Pandeglang

Menjadi ironi manakala lembaga yang bertugas memproduk aturan namun

diisi oleh orang-orang dengan pengalaman minim dibidangnya. Tidak heran

ketika aturan yang dihasilkannya banyak yang berorientasi pada pemenuhan solusi

pemerintahan yang tidak sistematis. Apalagi dari ke 50 anggota DPRD tersebut

ada yang belum pernah mengenyam pendidikan diperguruan tinggi. Akan terjadi

pemaksaan ide ketika kekuasaan legislasi dipegangnya.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 2003

tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/D/DPD dan UU No. 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kekuasaan membuat Peraturan

Daerah (Perda) kepada DPRD sebagaimana yang diamanahkan dalam bab Ketiga

Pasal 77 tentang Fungsi DPRD yaitu “DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi: a. Legislasi;

b. Anggaran dan c. Pengawasan

Sedangkan pasal 78 mengatur tentang tugas dan wewenang DPRD, “DPRD

(25)

a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama;

b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan bupati/walikota;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota, APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah. d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati

atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;

e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Ketentuan tersebut diatur juga dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dalam pasal 41 “DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan”. Dan Pasal 42 yang berbunyi :

DPRD mempunyai tugas dan wewenang :

a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama;

b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan bupati/walikota;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah danperaturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota. APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah. d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau

walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur; e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan

f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Namun pergeseran kekuasan legislasi di Daerah dari eksekutif kepada

legislative tersebut belum disertai dengan peningkatan produktifitas DPRD dalam

(26)

selama ini terjadi di DPRD Kabupaten Pandeglang. Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Pandeglang masih tetap lebih banyak berasal dari eksekutif dari pada

legislatif, lalu dimana letak urgensi dari pergeseran tersebut kalau pergeseran itu

tidak dibarengi dengan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas peraturan

Daerah dari inisiatif DPRD.

Kesinergisan hubungan yang harmonis antara penyelengara Daerah yaitu

DPRD dengan masyarakat, maka perlunya adanya komunikasi timbal balik antara

penyelenggara pemerintah DPRD sebagai jembatan aspirasi dari masyarakat

sebagai pembuat kebijakan dengan masyarakat Kabupaten Pandeglang sebagai

bagian dari pertimbangan pembuat serta pengawas kebijakan.

Komunikasi politik dapat memberikan pengaruh dalam proses pembuatan

kebijakan, juga berfungsi sebagai jalan mengalirnya informasi politik, sehingga

secara lebih spesifik dapat mengetahui apa-apa yang menjadi aspirasi rakyat yang

akan dirumuskan dalam suatu kebijakan yang dapat dirasakan oleh rakyat sebagai

aspirasi mereka. Melalui kegiatan komunikasi politik yang dilandasi oleh

kepentingan seluruh rakyat serta memberikan kelangsungan hidup dari lembaga

perwakilan rakyat Daerah sekaligus berfungsinya lembaga tersebut yang bekerja

dalam suatu sistem politik melalui informasi-informasi dari hasil

komunikasi-komunikasi politik yang merupakan input bagi DPRD.

Komunikasi DPRD dapat berjalan efektif dan efesien jika adanya alat

penunjang sebagai jembatan aspirasi dan penyaluran informasi antara masyarakat

dengan anggota dewan, atupun sebaliknya anggota dewan terhadap masyarakat

(27)

efesien dan adanya transparansi mengenai agenda kegaiatan-kegiatan yang

dilaksankan DPRD serta keterbukaan data-data mengenai APBD.

Kinerja DPRD dapat dilihat melalui pelaksanaan kegiatan reses. Kegiatan

reses merupakan kewajiban bagi Pimpinan dan Anggota DPRD dalam rangka

jaring aspirasi masyarakat secara berkala untuk bertemu konstituen pada daearah

pemilihan masing-masing. Bertujuan untuk meyerap dan menghimpun aspirasi

konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, untuk menampung dan

menindaklanjuti aspirsi dan pengaduan masyarakat, dan guna memberikan

pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di Daerah

pemilihannya.

Ketidakpuasan yang dirasakan masyarakat mengenai kinerja anggota

dewan dapat dilihat dari data aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat dan

mahasiswa. Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk kekecewaan masyarakat

terhadap kinerja anggota DPRD dalam hal kinerja dan hasil perda. Disinilah

anggota dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menjelaskannya kepada

masyarakat sebagai konstituennya mengenai hasil-hasil kebijakan yang di

keluarkan DPRD.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga

legislatif sebagai representasi dari masyarakat/rakyat yang diwakilinya,

peningkatan kinerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan output guna

pencapaian tujuan dari keberadaan lembaga ini.

Kinerja organisasi adalah seberapa jauh output yang dihasilkan memenuhi

(28)

Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan otonomi Daerah Kabupaten

Pandeglang menjadi sangat krusial. Itu bukan saja karena ia merupakan tempat

lahirnya semua peraturan yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan publik

yang diterapkan di DaerahKabupaten Pandeglang, tetapi karena posisinya yang

menentukan dalam proses pengawasan pemerintahan. Karena itu, penguatan

posisi lembaga DPRD di era otonomi Daerah ini merupakan kebutuhan yang

harus diupayakan jalan keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, wewenang dan

hak-haknya secara efektif sebagai lembaga legislatif DaerahKabupaten

Pandeglang.

Optimalisasi peran ini sangat dipengaruhi, baik faktor internal maupun

eksternal lembaga ini. Peran yang diharapkan dari Lembaga DPRD amat strategis

dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan

DaerahKabupaten Pandeglang. DPRD diharapkan mampu menjadi penyambung

aspirasi dan kepentingan masyarakat DaerahKabupaten Pandeglang, guna

kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga dengan keluarnya Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan paradigma baru terhadap

penyelenggaraan pemerintahan Daerah.

Sebagai lembaga perwakilan rakyat di DaerahKabupaten Pandeglang,

DPRD mempunyai peran yang sangat besar dalam mewarnai jalannya

pemerintahan Daerah otonom. Denganyang demikian itu, aspek responsibilitas

dalam pelaksanaan tugas menjadi salah satu faktor penentu dalam memaknai dan

memberikan manfaat terhadap jalannya pemerintahan di Daerah guna

(29)

menyajikan pandangan bahwa lembaga legislatif perlu terus mengembangkan

dirinya, yang tentunya tidak bisa terlepas dari dinamika kualitas infrastruktur

politik, hubungan dengan lembaga lainnya dalam bingkai nilai-nilai pemerintahan

nasional.

Dari masalah kinerja anggota DPRD yang belum maksimal tersebut dalam

rangka mencapai efektivitas kinerjanya diperlukan penerapan kode etik atau tata

tertib yang mengatur segala akitivitasnya. Disamping itu dengan memberikan

motivasi yang intensif diharapkan akan menciptakan kondisi kinerja yang selalu

semangat dan termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain bahwa

setiap perilaku, sikap dan kinerjanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab

seluruh individu anggota DPRD. Dari uraian di atas penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang diberi judul :“Kinerja Anggota Dprd Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam

Fungsi Legislasi”

1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang

masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kinerja anggota DPRD dalam pembentukan PERDA sebagai penjabaran

dari fungsi legislasi belum sesuai target.

2. Disiplin anggota DPRD belum optimal. Dari absensi kehadiran anggota

DPRD yang jarang terlihat di kantor, di komisi ataupun rapat-rapat,

(30)

perubahan yang begitu signifikan yang dirasakan oleh masyarakat

Kabupaten Pandeglang.

3. Kurangnnya pemahaman anggota DPRD terhadap legislasi.

4. Masih banyaknya aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD, merupakan salah

satu bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota dewan.

5. Tingkat pendidikan para anggota DPRD Kabupaten Pandeglang

(2009-2014) yang masih rendah.

Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam

Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun

2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi, maka peneliti melakukan pembatasan ruang

lingkup masalah yang akan diteliti. Yaitu sebagai berikut : Kinerja Anggota

DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014)

Dalam Fungsi Legislasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dibuat oleh peneliti, maka

masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014

(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsivitas Dalam

Fungsi Legislasi ?

2. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014

(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsibilitas Dalam

(31)

3. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014

(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Akuntabilitas Dalam Fungsi

Legislasi ?

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Anggota DPRD Kabupaten

Pandeglang Periode 2009-2014(Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adpun manfaat penelitian dapat dilihat dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Bagi khasanah keilmuan dan civitas akademika, hasil penelitian ini dapat

menambah khasanah keilmuan dan bahan referensi bagi pengembangan

pengetahuan serta penelitian yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dapat memberikan hasil atau manfaat dalam usaha meningkatkan serta

mengembangkan kualitas agar menghasilkan kinerja yang lebih baik sebagai

lembaga DPRD, khususnya DPRD Kabupaten Pandeglang

1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian.

(32)

Menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti

dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga

menukik ke masalah yang spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.

1.2Identifikasi Masalah

Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena

yang akan diteliti.

1.3Rumusan masalah

Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena

yang akan diteliti.

1.4Tujuan penelitian

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan

dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan.

1.5Manfaat penelitian

Menjelaskan masnfaat teoritis dan praktis temuan peneliti.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian.

Kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan

dari kajian teori. Yang terdiri dari:

2.1Tinjauan Pustaka

Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan

permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusun secara teratur dan rapi

(33)

perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan merujuk ke sumber

aslinya. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perludikaitkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.

2.2Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur berfikir peneliti dalam

penelitiannya.

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh

peneliti sebelum nya, yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penulis menggambarkan tentang metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini, kemudian instrumen penelitian, populasi dan

sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis data serta lokasi dan jadwal

penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari

deskripsi obyek penelitian, deskripsi data, kemudian dilakukan pengujian

hipotesis dan ditafsirkan data tersebut dalam bentuk interpretasi hasil penelitian,

serta dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang hasil penelitian ini. Deskripsi

obyek penelitian memaparkan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi

penelitian dengan jelas, struktur organisasi yang telah ditentukan serta hal lain

(34)

Sementara, deskripsi data menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah

diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan yang menyimpulkan hasil penelitian

secara singkat, jelas serta sesuai dengan permasalahan penelitian. Serta saran yang

berisi masukan dari peneliti terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis dan

praktis.

(35)

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Organisasi Publik

Untuk memahami konsep organisasi publik secara utuh, perlu memahami

definisi dari “organisasi” dan makna kata “publik” itu sendiri. Banyak pakar yang

telah mendefinisikan organisasi, berikut ini beberapa pakar yang memberikan

pendefinisian tersebut, yaitu :

Menurut Prajudi Atmosudirdjo menggambarkan bahwa organisasi memiliki sifat

yang abstrak, sulit dilihat namun bisa dirasakan eksistensinya. (Prajudi

Atmosudirdjo, 1982:77)

Menurut James D. Mooney, organisasi adalah segala bentuk setiap

perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. (Inu Kencana

Syafiie, 2006:113)

Menurut D. Millet, organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana

pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan

bersama. (Inu Kencana Syafiie, 2006:113)

Menurut Herbert A. Simon, organisasi adalah sebagai pola komunikasi

yang lengkap dan hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang. (Inu

Kencana Syafiie, 2006:113)

Secara teoritis, organisasi memang dapat dipahami dari berbagai macam

(36)

Thoha memaknai organisasi sebagai kesatuan rasional dalam upaya untuk

mengejar tujuan, sebagai koalisi pendukung yang kuat di mana organisasi

merupakan instrumen untuk mengejar kepentingan masing-masing, sebagai suatu

sistem terbuka di mana kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung input

dari lingkungan, sebagai alat dominasi dan banyak lagi perspektif yang dapat

dipakai untuk memaknai organisasi.

Paling tidak ada 2 (dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk

memaknai organisasi yaitu pendekatan struktural dan pendekatan behavioral atau

perilaku. Pendekatan struktural menyoroti organisasi sebagai wadah, sehingga

dapat dikatakan pendekatan ini melihat organisasi sebagai sesuatu yang statis.

Organisasi disini diartikan sebagaitempat penyelenggaraan berbagai kegiatan

dengan penggambaran yang jelas tentang hierarki kedudukan, jabatan serta

saluran wewenang dan pertanggungjawaban.

Adapun organisasi dengan pendekatan perilaku menyoroti organisasi

sebagai suatu organisasi yang bersifat dinamis yang dapat juga dikatakan bahwa

organisasi merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang di dalam

perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkial yang berfikir dan bertindak

seirama demi terciptanya tujuan secara efektif dan efisien.

Teori tentang Organisasi telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat dari waktu ke waktu dari mulai Teori klasik, Teori Modern sampai dengan

teori Post Modern. Teori Klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur

hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,

(37)

bekerjasama. Teori Modern lebih menekankan bahwa organisasi harus bersifat

terbuka atau berhubungan dengan lingkungan, sedangkan Teori Post Modern lebih

memperhatikan pada sifat politis organisasi dimana organisasi merupakan koalisi

dari berbagai kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda-beda.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka pada dasarnya terdapat

kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi tentang organisasi yaitu

menyatakan bahwa organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok

manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap

anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Dari pengertian

tersebut maka jika diuraikan secara lebih terperinci setiap organisasi pasti akan

memiliki berbagai dimensi yang penting sebagai ciri suatu organisasi yaitu, antara

lain :(Miftah Thoha, 2008:36)

a. Wadah atau struktur yang menjadi kerangka orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi tersebut melakukan aktivitasnya;

b. Anggota yang menjadi bagian dari organisasi;

c. Interaksi yang terpolakan dengan mekanisme tertentu sehingga terjadi koordinasi yang baik antara satu orang atau bagian dengan orang atau bagian yang lain; dan

d. Tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi tadi.

Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus

hidup. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya

manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit

dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai

menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan

lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman. (Herbert G.

(38)

Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” berkenaan dengan masyarakat. Mengenai pengertian publik, (Inu Kencana Syafiie

dkk 1999) memberikan pengertian sebagai berikut: “Sejumlah manusia yang

memiliki kebersamaan berpikir,perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang

benar danbaik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”. Itulah

sebabnya, Inu Kencana Syfiie dkk. , mengatakan bahwa publik tidak langsung

diartikan sebagai penduduk, masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena

kata-kata tersebut berbeda.

Organisasi publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang

dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Menurut Prof.

Dr. Taliziduhu Ndraha Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan untuk

memenuhi kebutuhan msyarakat akan jasa publik dan layanan civil. (Taliziduhu

Ndraha, 2005:18)Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang

mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan

mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi

pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban

melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula

memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi

penegakan peraturan.

Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi

kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam

operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat

(39)

Miftah Thoha telah memprediksi organisasi-organisasi dimasa mendatang

yang salah satunya di bidang penataan organisasi, dimana organisasi dimasa

mendatang akan mempunyai sifat-sifat yang unik. Struktur organisasi formal

akan mengalami penambahan dan perubahan yang bervariasi, sehingga banyak

dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa menganalisis lebih lanjut struktur

formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi tandingan yang

nonstruktural. Keadaan seperti ini sering dinamakan gejala proliferation dalam

organisasi. Suatu pertumbuhan yang cepat dari suatu organisasi, sehingga banyak

dijumpai organisasi-organisasi formal yang nonstruktural yang dibentuk untuk

menerobos kesulitan birokrasi.

Kelebihan dari kejadian diatas adalah organisasi akan lebih memberikan

perhatian terhadap pemecahan persoalan dibandingkan dari penekanan program.

Dengan demikian, organisasi-organisasi masa mendatang akan merupakan suatu

kombinasi dari gejala-gejala adaptasi (adaptive process), pemecahan masalah

(problem solving), sistem temporer (temporary system) dari aneka macam

spesialis, dan evaluasi staf tidak lagi didasarkan atas hierarki vertikal berdasarkan

posisi dan pangkat. Inilah bentuk organisasi masa depan yang bakal menganti

birokrasi. (Miftah Thoha, 2006:196)

2.1.2 Kinerja

Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk

mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun

(40)

untuk menilai prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu. Beberapa

pendapat mengenai kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :

Menurut Keban (2004) kinerja merupakan terjemahan dari performance

yang sering diartikan sebagai “penampilan”, “unjuk rasa” atau “prestasi”. Hal ini

juga sependapat dengan yang dikatakan Mangkunegara (2008:67) bahwa istilah

kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yakni prestasi

kerja atau prestasi yang ingin dicapai.

Menurut Keban (2004:183) pencapaian hasil (kinerja) dapat dinilai

menurut pelaku yaitu:

1. Kinerja individu yang menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.

2. Kinerja kelompok, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang elah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.

3. Kinerja organisasi, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh satu kelompok telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi dan misi institusi.

4. Kinerja program, yaitu berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan dari program tersebut.

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006

:25).

Kinerja adalah seperangkat keluaran (outcome) yang dihasilkan oleh

pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu (Tangkilisan, 2003 :

(41)

Menurut The Scibner Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat

dan Canada tahun 1979 (Widodo, 2005:77-78) kinerja diartikan sebagai berikut :

1. To do or carry out; execute. 2. To discharge or fulfill; as a vow. 3. To potray, as a character in a play.

4. To render by the voice or a musical instrument. 5. To execute or complete an undertaking.

6. To act a part in a play. 7. To perform music.

8. To do what is expectedof a person in machine.

Dalam Encyclopedia of Public Administration and Public Policy tahun

2003, Kinerja menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut mencapai

hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance)

dibandingkan dengan organisasi lain (brenchmarking) dan sampai seberapa jauh

pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. ” (Keban, 2004:193).

Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (Pasolong,

2007:175) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Menurut Prawirosentono (Pasolong, 2007:176) berpendapat bahwa kinerja

adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau kelompok pegawai dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa konsep

kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau kelompok

(42)

mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini menjelaskan pula bahwa konsep kinerja berhubungan erat dengan konsep

organisasi. Adapun pengertian organisasi dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai

berikut :

Menurut Reitz (Prastowo, 1999:20) yang menyatakan suatu organisasi

adalah unit sosial yang dibentuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan. Pengertian

sebuah organisasi bergantung dari sudut pandang yang digunakan untuk melihat

Hal itu. Dua pendekatan dalam memahami pengertian organisasi yang umumnya

yaitu pandangan obyektif dan subyektif.

a. Pandangan obyektif mengatakan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkrit, dan merupakan sebuah struktur.

b. Pandangan subyektif memandang organisasi sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan orang-orang dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang. (Paca dan Faules, 2000:11).

Menurut Mooney (Wursanto, 2005:52), menyatakan bahwa “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai

suatu tujuan bersama).

Mahsun (2006:1) memberikan konsep organisasi yaitu Organisasi sering

dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara

yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah

ditetapkan bersama. Kumpulan pedagang, kumpulan mahasiswa, kumpulan

pegawai, kumpulan pengusaha, bahkan kumpulan para pengangguran pun

merupakan suatu organisasi jika mereka mempunyai tujuan dan sasaran tertentu

(43)

Menurut Hodges (Sutarto, 1993:27) mengemukakan Organization was

defined as the procces of building, for any enterprise, a structure that will provide

for the separation of activities to be performed and for the arrangement of the

activities in a framework which indicated their hierarchical importance and

fungsional associations.

2.1.3 Kinerja Organisasi Publik

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak

dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan

maupun lembaga swasta. Dua pengertian konsep sebelumnya setidaknya

menjelaskan dimana posisi kinerja dan dimana posisi organisasi ketika dua konsep

tersebut masih berjalan secara terpisah. Jika digabungkan, konsep kinerja dan

organisasi membentuk satu variabel baru yaitu kinerja organisasi adalah

kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada organisasi

dengan sebaik-baiknya guna mencapai sasaran yang telah disepakati.

Jadi disini bukan hanya menitikberatkan pada pencapaian tujuan belaka

melainkan juga pada proses mengelola sub-sub tujuan dan hasil evaluasinya,

kondisi intern organisasi pengaruh lingkungan luar dan tenaga kerja atau

pihak-pihak yang terlibat.

Menurut Swanson (Keban, 2004:193) Kinerja organisasi adalah

mempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu organisasi telah sesuai dengan

kenyataan kondisi atau faktor ekonomi, politik, dan budaya yang ada; apakah

struktur dan kebijakannya mendukung kinerja yang diinginkan; apakah memiliki

(44)

kebijakan, budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja yang

diinginkan; dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan memelihara

kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber dayanya.

Kinerja organisasi oleh Bastian (2001:329) sebagai gambaran mengenai

tingkaat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi

dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa

fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,

dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu

mempengaruhi sebuah kinerja organisasi.

Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi

publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan

pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada

untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan

baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Sementara itu

(Dalam Pedoman Penerapan Pelaporan Kinerja InstansiPemerintah (AKIP) yang

diterbitkan oleh LAN di Jakarta pada tahun 2002), Kinerjadiartikan sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaankegiatan/program/kebijakan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visiorganisasi. Dari berbagai definisi

kinerja organisasi di atas maka dapat disimpulkanbahwa kinerja organisasi ialah

(45)

tugas suatu organisasi dalam upaya mewujudkansasaran, tujuan, misi dan visi

organisasi tersebut. Dan dapat diketahui bahwa unsurunsuryang terdapat dalam

kinerja organisasi terdiri dari :

a. Hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan

b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.

c. Pencapaian tujuan organisasi. d. Periode waktu tertentu.

2.1.4 Pengukuran Kinerja

Untuk dapat mempelajari kinerja suatu organisasi, harus diketahui ukuran

keberhasilan untuk menilai kinerja tersebut. Sehingga indikator atau ukuran

kinerja itu tentunya harus dapat merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi

yang bersangkutan, karena itu berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Dalam organisasi publik, masih sulit untuk menentukan kriteria kinerja

yang sesuai. Bila ditinjau dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik

adalah untuk memenuhi dan melindungi kepentingan publik, maka kinerja

organisasi publik dapat dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan

misinya dalam memenuhi kepentingan dan kebutuhan publik tersebut. Mengenai

kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Agus

Dwiyanto

“Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Staekholders organisasi publik seringkali memiliki kepentingan

yang berbenturan antara satu dengan yang lain”. (Dwiyanto1995:1)

Namun berdasarkan atas pemahaman terhadap tujuan dan misi organisasi,

(46)

organisasi publik, yaitu : produktifitas, kualitas layanan, responsivitas,

responsibilitas dan akuntabilitas. Mirip dengan pendapat tersebut Lenvine

mengusulkan tiga konsep untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu

:responsivenees (daya tanggap), responsibility (tanggung jawab) dan

accountability (pertanggungjawaban) (Dwiyanto, 1995:7). Guna mewujudkan

lembaga ini agar berfungsi sebagaimana keinginan tersebut maka kedudukan,

susunan, tugas, wewenang, hak dan kewajibannya diatur dalam Undang-Undang.

Hal mana lembaga perwakilan rakyat di Daerah melaksanakan fungsi legislatif

sepenuhnya sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. Sebagaimana dikemukakan

Imawan bahwa tujuan dari perwakilan politik adalah menerjemahkan will of the

people menjadi will of the state dimana fungsinya dibedakan kedalam 2 (dua)

katagori besar, yakni fungsi wakil dan fungsi lembaga perwakilan. (Imawan,

2000:23)

Lebih lanjut dikemukakan Imawan bahwa sebagai institusi, para wakil

dalam dewan atau lembaga perwakilan memiliki 4 (empat) fungsi dasar adalah :

(Imawan, 2000:8)

1. Fungsi legislasi (perundangan) meliputi pembuatan aturan sendiri, menentukan pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan rakyat dan pemerintah.

2. Fungsi budget (penganggaran) meliputi merancang dan menentukan arah serta tujuan aktivitas pemerintahan.

3. Fungsi pengawasan, meliputi aktivitas memfasilitasi perkembangan kepentingan dalam masyarakat vis-à-vis agenda yang telah ditentukan oleh pemerintah. Lembaga perwakilan menilai apakah aktivitas pemerintahan masih selaras dengan aspirasi masyarakat, serta memastikan bahwa perkembangan aspirasi masih bisa diakomodir dalam rencana kerja pemerintah.

(47)

lembaga perwakilan sebagai bagian dari sebuah sistem politik. (Imawan, 2000:8)

Dari keempat fungsi dasar lembaga perwakilan tersebut maka dalam

menjalankan tugas-tugasnya ia memiliki hak-hak untuk mengajukan pertanyaan,

mengajukan usul pernyataan pendapat, meminta keterangan (interplasi),

mengadakan penyelidikan (angket) dan mengubah aturan yang berlaku

(amandemen). Dalam mengaktualisasikan fungsi dan haknya anggota Dewan atau

lembaga perwakilan rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Kedua faktor ini sekaligus merefleksikan kualitas dan akuntabilitasnya

sebagai wakil rakyat.

Menurut Arbi Sanit, DPRD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan,

anggaran, pemilihan pejabat, internasional dan perwakilan, DPRD sebagai salah

satu unsur Pemerintah Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili

kepentingan atau aspirasi masyarakat. Sedangkan hak dan kewajiban DPRD

adalah melaksanakan secara konsekuen GBHN, Ketetapan-Ketetapan MPR, serta

mentaati segala Peraturan Perundangan yang berlaku. Kemudian DPRD bersama

Kepala Daerah menyusun APBD untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas

wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau melaksanakan Peraturan

Perundangan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah.

2.1.5 Faktor – Faktor Kinerja

Faktor-faktor yang menentukan kinerja dari sebuah organisasi adalah

faktor-faktor internal maupun eksternal organisasi yang menyumbang atau

(48)

faktor penentunya sendiri dalam mencapai kinerja sebab setiap organisasi

memiliki keunikan sendiri-sendiri.

Sejalan dengan itu Imawan mengemukakan bahwa mengklasifikasikan

faktor-faktor yang dapat menghambat anggota legislatif dalam melaksanakan

fungsinya kedalam 2 (dua) faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

(Imawan, 1993:79)

1. Faktor-faktor internal meliputi : a. Peraturan Tata Tertib

Tujuan diciptakannya sebuah peraturan adalah agar tugas-tugas yang dijalankan dapat dilaksanakan secara tertib dan efisien. Namun bila peraturan itu terlalu detail, hal ini dapat menghambat pelaksanaan satu tugas. Peraturan tata tertib yang terlalu detail yang menjerat para anggota legislatif untuk melaksanakan tugasnya.

b. Data dan Informasi

Hal yang paling menonjol dalam topik ini adalah terlambatnya anggota legislatif dalam memperoleh informasi yang diperlukan dibandingkan pihak Eksekutif. Kondisi ini dapat dimaklumi, sebab pihak Eksekutiflah yang bergelut dengan masalah kenegaraan sehari-hari. Selain itu untuk memutuskan satu tindakan/kebijakan yang sifatnya kolektif organisasi jauh lebih sulit dibandingkan pada pihak Eksekutif, mengingat banyaknya kepentingan yang ada dalam lembaga legislatif sehingga perlu adanya bargaining para anggota/kelompok. c. Kualitas Anggota Legislatif

Secara formal, kualitas teknis anggota legislatif mengalami peningkatan, akan tetapi hal ini tidak berimplikasi secara signifikan terhadap peningkatan kinerja anggota legislatif. Persoalannya terpulang pada tekad dan mental anggota legislatif untuk benar-benar mewakili rakyat. Bahkan rahasia umum, bahwa karena mereka dicalonkan oleh partai sehingga banyak anggota legislatif yang tidak memiliki akar dalam masyarakat. Kondisi semacam ini menimbulkan banyaknya anggota legislatif yang berperan seperti seorang birokrat, yang berfikir bahwa mereka harus dilayani rakyat dan bukan sebaliknya.

2. Sedangkan yang termasuk dalam katagori faktor eksternal, adalah : a. Mekanisme Sistem Pemilu

(49)

membuka kemungkinan bagi munculnya tokoh yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.

b. Kedudukan Eksekutif dan Legislatif

Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lemabaga legislatif ditempatkan sebagai partner eksekutif. Partner dalam konteks ini lebih bersifat kooptasi, dimana satu pihak (eksekutif) kedudukannya jauh lebih kuat dari pihak yang lain (legislatif) sehingga kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing institusi/lembaga.

Adapun argumen yang penulis ajukan adalah bahwa walaupun DPRD

merupakan lembaga politik, tetapi kinerjanya sebagai suatu organisasi tetap tidak

dapat dilepaskan dari faktor kelembagaan (organisasi), Sumber Daya Manusia dan

informasi. Walaupun diakui faktor politik memberi pengaruh terhadap kinerja

DPRD sebagai lembaga politik, tetapi ke 3 (tiga) faktor tersebut juga memberi

pengaruh pula terhadap kinerja DPRD sebagaimana halnya kinerja organisasi

pada umumnya.

Selain itu penelitian ini merupakan studi dibidang administrasi publik,

oleh karena itu layak pula menganalisis kinerja DPRD dari faktor kelembagaan

(organisasi), Sumber Daya Manusia dan informasi dan bukan dari faktor politik.

Maka variabel penjelas dari kinerja lembaga DPRD tersebut adalah :

1. Kelembagaan (Organisasi)

Organisasi dapat diartikan 2 macam yaitu :1). Dalam arti statis,

organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Dalam arti dinamis,

organisasi sebagai sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk

mencapai tujuan tertentu. (Syamsi, 1994:13) Sebagai kelembagaan

(50)

sebenaranya sudah cukup jelas, namun apakah hal ini dengan

sendirinya akan menjadi hal positif? syarat apa yang masih diperlukan?

Menurut Suhartono, ada dua hal yang perlu diperhatikan, Pertama,

bagaimana lembaga Daerah akan menjadi oposisi dari Eksekutif, tentu

akan dipandang sebagai gangguan atas kemampuan yang sudah ada.

Dalam posisi yang demikian, institusi atau kekuatan sosial politik apa

yang diharapkan akan mendorong pelaksanaan lembaga Daerah,

sehingga kualitas lembaga Daerah (DPRD) tidak dicemari oleh

unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kedua, sebagai

organisasi yang akan bekerja bagi kepentingan rakyat banyak, tentu

saja secara teknis, lembaga Daerah akan membutuhkan sarana dan

prasarana operasional. Yang menjadi masalah siapa atau dari mana

kebutuhan tersebut akan dipenuhi. (Suhartono, dkk, 2000:202)

Terhadap masalah ini muncul beberapa dugaan : 1) Pengurus lembaga

Daerah akan malas sebab tidak ada insentif yang jelas; 2) Pihak Daerah

(Perangkat Daerah) akan bisa mengendalikan karena pembiayaan masuk dalam

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola oleh Eksekutif; dan

3) Akan terjadi konflik baru di Daerah, sehubungan dengan kemungkinan

administrasi operasional DPRD pada rakyat. (Suhartono, dkk, 2000:204)

Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan fungsi dan tugas serta kinerja dari DPRD terletak dari daya dukung

organisasi dan sarana prasarana yang tersedia yang ada untuk menyelaraskan

Gambar

Tabel 1.1 RAPERDA Tahun 2012
Tabel 1.2 RAPERDA Tahun 2013
Tabel 1.4
Gambar 2. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa varietas ubi kayu dan proses modifikasi pati memberikan pengaruh terhadap kadar pati resisten, total

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “ Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional Pendidikan Berkelanjutan, Dan Independensi

Pembenahan sistem dan politik hukum pada tahun 2006 diarahkan kepada kebijakan untuk mendorong penyelenggaran penegakan dan kepastian hukum secara konsisten, terciptanya budaya

Dari perhitungan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment , diketahui terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara penerapan model non

Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini peneliti dapat lebih mengerti/memahami teoritis dari hasil penelitian tentang pengaruh kompensasi, motivasi berprestasi dan

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5

Beberapa mahasiswa diijinkan melakukan pemagangan di perusahaan yang sama, dengan syarat posisi dan lingkup kerja yang ditangani masing-masing mahasiswa di. perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa dampak informasi dengan media promosi yang digunakan untuk promosi iklan Djarum Black adalah baik dan efektif, hal