KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN
PANDEGLANG PERIODE 2009-2014 (PADA
TAHUN 2012-2014) DALAM FUNGSI
LEGISLASI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
oleh
Victoria Hidayat Tullah
NIM 6661083076
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Dengan segala kerendahan hati dan
kekurangan, serta dengan seganap rasa
hormat , kupersembahkan karya ini
untuk yang teristimewa dalam hidupku:
Kedua orangtuaku tercinta, Adiku
tersayang, dan Bidadari yang kelak
ABSTRAK
Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. Skripsi. Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi. Pembimbing I: Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. dan Pembimbing II: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Funsi Legislasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data diolah dari hasil pengamatan dan wawancara dengan anggota DPRD serta pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD Kabupaten Pandeglang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari secretariat DPRD dan Tokoh Masyarakat. Objek dalam penelitian ini adalah DPRD Kabupaten Pandeglang sebagai suatu lembaga organisasi. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah Responsivitas, Responbiitas dan Akuntabilitas sebagai variabel Independen. Sedangkan yang menjadi variable dependen adalah kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 sudah baik tapi belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari indicator Responsivitas, Responbilitas dan Akuntabilitas. Belum maksimalnya kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang ini dikarenakan banyaknya ketidak sesuaian kebijakan DPRD dengan apa yang di aspirasikan oleh masyarakat, , karena masih lambannya pelayanan, dalam hal pengaduan aspirasi, kritik dan permasalahan yang dialami konstituennya Dalam peran serta pemberdayaan DPRD untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja DPRD Pandeglang dimasa yang akan datang Perlu dilakukan peningkatan kualitas anggota, baik dari segi pengalaman dan juga pelatihan yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya agar kualitas kinerja anggota semakin baik.
ABSTRACT
Victoria Hidayat Tullah. NIM. 6661083076. The Performance Of DPRD As Well As The Factors That Affect The Performance Of DPRD Pandeglang Period 2009-2014 (In Years 2012-2014) In The Legislative Functtion. The 1st advisor is Dr. Suwaib Amirudin., M.Si. and the 2nd advisor is Listyaningsih, S.Sos., M.Si.
The purpose of this study was to determine and describe the performance of DPRD Pandeglang Period 2009-2014 (In Years 2012-2014). The data used in this study are primary and secondary data. Data compiled from the observations and interviews with legislators and the parties related to the execution of the duties and functions of DPRD Pandeglang. While secondary data obtained from the secretariat of DPRD and Community Leaders. The object of this research is Pandeglang district legislature as an institution organization. The variables in this study are the responsiveness, Responbiitas and Accountability as an independent variable. While the dependent variable is the performance Pandeglang district legislature. The analysis method used in this research is descriptive qualitative. These results indicate that the performance of DPRD Pandeglang 2009-2014 period has been good but not maximized. It can be seen from the indicators Responsiveness, Responbilitas and Accountability. Not maximal performance DPRD is because many discrepancies policy in DPRD with the aspiration of public, because they slow the service, in terms of the aspirations of complaints, critic and problems experienced by constituents in the role and empowerment of DPRD to improve and enhance the performance of DPRD in the future need to improve the quality of members, both in terms of experience and also training related to the duties and functions that the better the quality of the performance of members.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan mengucap alhamdulilah penulis bersyukur atas berkat rahmat
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Karena dengan izinNya lah
penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat
beserta salam senantiasa selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tidak lupa kita yang selalu
istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya.
Penulisan skripsi diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian
sarjana S-1 pada program studi Administrasi Negara Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan judul : “Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak akan berhasil dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada orang tua
yang sangat penulis cintai yaitu Bapak dan Ibu. Terima kasih selama ini telah
memberikan semangat dan tak henti-hentinya selalu memanjatkan do‟a untuk penulis dan selalu memberikan kasihsayangnya sehingga penulis dengan
semangat dalam penulisan skripsi dan dengan segera untuk menyelesaikannya.
Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.S.i, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho S.sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultang Ageng Tirtayasa
5. Gandung Ismanto S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati S.Sos, M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultang Ageng
Tirtayasa.
8. Anis Fuad S.Sos, M.S.i, Dosen pembimbing akademik yang
memberikan arahan selama perkuliahan.
9. Dr. Suwaib Amirudin, M.Si., Dosen pembimbing I skripsi yang
memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses
10.Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Dosen pembimbing II skripsi yang
memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses
penyusunan skripsi.
11.Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
12.Sekretaris Dewan Sekretariat DPRD yang telah memberikan ijin
kepada peniliti untuk melakukan penelitian di Sekretariat DPRD.
13.Kepala Bagian, Kepala Sub Bagian, serta para Staf di Sekretariat
DPRD yang telah memberikan data dan informasi kepada peneliti.
14.Kedua orang tuaku tercinta ayahanda Drs. Taupik Hidayat,M. M.Pd.,
dan Ibunda Asmawati, S.Pd., yang selalu mengiringi setiap langkahku
dengan do‟a dan restunya dan adiku tersayang Vitaria Hidayati yang
selalu memberi wwarna keceriaan di dalam keluarga.
15.Nuri Sulhatul Imamah A.Md.Keb., Terimakasih telah memberikan
support dan perhatian nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
16.Sahabatku Aif, Emat, Yayat, Om Ipul, Ompong, John, Ojan, Alul,
Bombom, terimakasih atas persahabatan yang luar biasa ini, suka duka
telah kita lewati bersama selama masa perkuliahan ini.
17.Saudara-saudara seperjuangan kelas G Administrasi Negara 2008
selama kita menuntut ilmu terima kasih atas kenangan selama
18.Para informan yang telah membantu dengan meluangkan waktunya
untuk wawancara dengan peneliti.
Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, Juni 2015 Peneliti
DAFTAR ISI
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 13
1.3. Rumusan Masalah ... 14
1.4. Tujuan Penelitian ... 15
1.5. Manfaat Penelitian ... 15
1.6. Sistematika Penelitian ... 15
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 19
2.1.1. Organisasi Publik ... 19
2.1.2. Kinerja ... 23
2.1.3. Kinerja Organisasi Publik ... 27
2.1.4. Pengukuran Kinerja ... 29
2.1.5. Faktor-Faktor Kinerja ... 31
2.1.6. Peraturan Daerah ... 39
2.1.7 Konsep DPRD ... 42
2.3 Penelitian Terdahulu ... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 54
3.2. Ruang Lingkup ... 54
3.3 Lokasi Penelitian ... 55
3.4 Variabel Penelitian ... 55
3.4.1 Definisi Konsep ... 55
3.4.2 Definisi Operesional ... 56
3.5 Intstrument Penelitian ... 58
3.6 Informan Penelitian ... 59
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 61
3.7.1 Wawancara ... 61
3.7.2 Observasi ... 65
3.7.3 Studi Dokumentasi ... 66
3.8 Teknik Analisis Data ... 66
3.9 Jenis Penelitian ... 69
3.10 Sumber Data ... 70
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 73
4.1.1. Deskripsi Kabupaten Pandeglang ... 73
4.1.2. Kependudukan ... 74
4.1.3 Gambaran Umum DPRD Kabupaten Pandeglang... 75
4.1.4 Struktur Organisasi ... 76
4.1.5 Bentuk Struktur Organisasi ... 77
4.1.6 Uraian Tugas ... 77
4.1.7 Daftar Keanggotaan Alat Kelengkapan DPRD ... 82
4.1.8 Susunan Fraksi DPRD ... 83
4.1.9 Pembidangan Komisi-Komisi ... 86
4.2. Deskripsi Data ... 90
4.3.1 Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang
Periode 2012-2014 ... 92
4.3.2 Responsivitas DPRD Kabupaten Pandeglang ... 96
4.3.2.1 Kemampuan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam mengenali
kebutuhan masyarakat ... 99
4.3.2.2 Keselarasan Program-Program DPRD dengan Aspirasi
Masyarakat ... 104
4.3.3 Responsibilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam
Bidang Legislasi ... 107
4.3.3.1 Pelaksanaan Kegiatan DPRD Kabupaten Pandeglang
sesuai dengan Fungsi dan Tugas DPRD dalam bidang
Legislasi ... 108
4.3.4 Akuntabilitas DPRD Kabupaten Pandeglang dalam Bidang
Legislasi ... 111
4.3.4.1 Kesesuaian Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang
dalam Bidang Legislasi ... 112
4.3.4.2 Tindakan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam
Pembuatan kebijakan ... 114
V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan ... 118
5.2.Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 RAPERDA Tahun 2012 ... 4
1.2 RAPERDA Tahun 2013 ... 5
1.3 RAPERDA Tahun 2014 ... 5
1.4 Tingkat Pendidikan ... 8
3.1 Informan Penelitian ... 60
3.2 Pedoman Wawancara 1 ... 62
3.3 Pedoman Wawancara 2 ... 64
3.4 Jadwal Penelitian ... 70
4.1 Fraksi Demokrat ... 83
4.2 Fraksi PPP ... 83
4.3 Fraksi Golkar ... 84
4.4 Fraksi PDIP ... 84
4.5 Fraksi PKS ... 84
4.6 Fraksi PBB ... 85
4.7 Fraksi Hanura Plus ... 85
4.8 Fraksi Akir ... 85
4.8 Komisi I Bidang Pemerintahan dan Perundang-undangan ... 86
4.9 Komisi II Bidang Perekonomian, Keuangan Dan Asset Daerah ... 87
4.10 Komisi III Bidang Pembangunan ... 88
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.2 Kerangka Berfikir ... 51
3.1 Analisis data menurut Miles & Huberman ... 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan salah satu lembaga
atau badan perwakilan rakyat di Daerah yang mencerminkan struktur dan sistem
pemerintahan demokratis di Daerah, sebagaimana terkandung dalam pasal 18
UUD 1945, penjabarannya lebih lanjut pada UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah. DPRD berdasarkan pasal 1 ayat (4) UUD No. 32 Tahun
2004 adalah lembaga perwakilan rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Daerah. Hal ini menunjukan bahwa secara hukum DPRD
mempunyai kedudukan yang strategis dalam melaksanakan kebijaksanaan
pembangunan di Daerah. Sebab DPRD merupakan suatu lembaga Perwakilan
Rakyat yang mencerminkan aspirasi politik masyarakat. DPRD berkedudukan
sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan Daerah, sehingga mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat, dengan mengembangkan prinsip– prinsip Good Governance.
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah Negara yang berkedaulatan rakyat yang dalam pelaksanaannya menganut
prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Untuk melaksanakan prinsip - prinsip kedaulatan
maupun di Daerah yang mampu mewujudkan nilai-nilai demokrasi dalam
kehidupan ketatanegaraan. Untuk mengembangkan kehidupan demokrasi dalam
penyelenggara pemerintahan Daerah bersama dengan Pemerintah Daerah yang
diharapkan mampu mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
DPRD dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai hak (Pasal 19, 20 dan
21), wewenang (Pasal 18) dan kewajiban (Pasal 22) didalam mengemban tugas
sebagai wakil rakyat. Pemberian hak-hak yang luas kepada DPRD, merupakan
suatu petunjuk bahwa upaya demokratisasi pemerintahan Daerah diharapkan
makin menunjukkan bentuk yang lebih nyata. Pada masa reformasi sekarang ini
sering mendapat sorotan kritis dari masyarakat, dimana selama pelaksanaan
otonomi Daerah berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian dirubah
dengan UU No. 32 Tahun 2004 diharapkan peran dan fungsi DPRD ini dapat
ditingkatkan.
DPRD semakin populer dikalangan masyarakat. Terbukti dari semakin
banjirnya kelompok masyarakat dan mahasiswa yang datang aktif memanfaatkan
DPRD untuk dapat mengaspirasikan aspirasi mereka. Disisi lain, sering sekali
terdengar suara sumbang dari masyarakat terhadap keberadaan DPRD seperti
anekdot 5 D, yaitu datang, duduk, dengar, diam, duit. Anekdot ini sering muncul
sebagai akibat belum optimalnya fungsi DPRD sebagai aspirsi rakyat Daerah.
rekruitment yang belum sepenuhnya mencerminkan kemandirian Lembaga
Legislatif.
Secara umum, fungsi badan perwakilan berkisar pada fungsi
perundang-undangan, fungsi keuangan dan fungsi pengawasan. Keseluruhan hak DPRD yang
diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya telah memuat
fungsi-fungsi tersebut. Sebagai lembaga legislatif, DPRD berfungsi-fungsi membuat peraturan
perundang-undangan. Melalui fungsi ini DPRD mengaktualisasikan diri sebagai
wakil rakyat. Pasal 18 (d) dan 19 (d) UU Nomor 32 Tahun 2004 mengatur
kewenangan DPRD dalam menjalankan fungsi perundang-undangan.
Fungsi lain DPRD adalah menetapkan kebijaksanaan keuangan. Dalam
UU Nomor 32 Tahun 2004 telah diatur hak anggaran sebagai salah satu hak
DPRD. Hak anggaran memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut
menetapkan atau merumuskan kebijakan Daerah dalam menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Disamping itu, DPRD juga mempunyai
hak untuk menentukan anggaran belanja sendiri (pasal 19 g). Dalam konteks
pengawasan, penetapan kebijakan dan peraturan perundangan oleh DPRD,
merupakan tahap pertama dari proses pengawasan. Penilaian terhadap
pelaksanaan peraturan-peraturan Daerah oleh eksekutif adalah bentuk pengawasan
lainnya. DPRD sebagai lembaga politik melakukan pengawasan secara politis,
yang tercermin dalam hak-hak DPRD yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak
meminta keterangan dan hak penyelidikan.
Selanjutnya, DPRD sebagai organisasi publik. Senantiasa mengalami
sehingga dalam organisasi perlu menyesuaikan dengan perubahan tersebut agar
lebih efektif, efisien, kompetitif, adaptif dan responsibility dalam pencapaian
tujuan.
Kinerja para pejabat Daerah dan anggota lembaga Daerah juga dipandang
masih rendah, dan ini telah menjadi perbincangan luas dikalangan masyarakat.
Sebagai contoh adalah dalam pembuatan perda pada masa persidangan tahun
2012,2013 dan 2014 perda yang telah ditentukan belum memenuhi target hal ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.1
RAPERDA Tahun 2012
No RAPERDA STATUS
1 Pertanggung jawaban pelaksanaan APBD Tahun
anggaran 2011 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012 SELESAI
3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI
4 Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah SELESAI
5 Pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) SELESAI
6 Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten
Pandeglang SELESAI
7 Pembentukan Sekretariat Korpri Kabupaten
Pandeglang TIDAK SELESAI
8 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI
9 Pengelola Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon (TNUK) TIDAK SELESAI
10 Biaya Transportasi Jamaah Haji dan Panitia
Penyelenggara Haji Daerah TIDAK SELESAI
11 Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI
12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di
Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI
Tabel 1.2
RAPERDA Tahun 2013
No RAPERDA STATUS
1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2012 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI 3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 SELESAI 4 Administrator Kawasan Ekonomi Khusus TIDAK SELESAI
5 Pembentukan PDAM TIDAK SELESAI
6 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah TIDAK SELESAI
7 Insentif Pajak dan Retribusi Daerah KEK
Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI
8 Raperda Tentang Pengelolaan Daerah Penyangga
Taman Nasional Ujung Kulon SELESAI
9 Raperda Tentang Biaya Transportasi Jamaah Haji
dan Panitia Penyelenggara Haji Daerah SELESAI 10 Raperda Tentang Pengelolaan Zakat TIDAK SELESAI 11 Raperda Tentang Standar Pelayanan Mnimal TIDAK SELESAI
12 Rencana Induk Pengelolaan Pariwisata di
Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI
13 Raperda Tentang Bongkaran aset Daerah TIDAK SELESAI Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Tabel 1.3
RAPERDA Tahun 2014
No RAPERDA STATUS
1 Pertangguangjawaban Pelaksanaan APBD Tahun
Anggaran 2013 SELESAI
2 Perubahan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI
3 Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2014 SELESAI
4 Pembentukan SOTK Perangkat Daerah SELESAI
5 Pembentukan PDAM SELESAI
6 Raperda Tentang Insentif Pajak dan Retribusi
Daerah KEK Pariwisata Tanjung Lesung TIDAK SELESAI 7 Raperda Tentang Pengelolaan Sampah TIDAK SELESAI 8 Dana Cadangan Pemilu Kepala Daerah TIDAK SELESAI
9 Retribusi Perpanjangan Ijin Memperkerjakan
Tenaga Kerja Asing TIDAK SELESAI
10 Raperda Tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi TIDAK SELESAI
12 Raperda Tentang Bongkaran Aset Daerah TIDAK SELESAI
13 Revisi Raperda Tentang Rencana Tata Ruang dan
Rencana Tata Wilayah TIDAK SELESAI
14 Raperda Tentang arencana Induk Pengelolaan
Pariwisata di Kabupaten Pandeglang TIDAK SELESAI 15 Raperda Tentang Pemerataan Modal BUMD TIDAK SELESAI
Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Lembaga perwakilan memiliki peran sentral untuk secara optimal
mewujudkan apa yang menjadiharapan masyarakat atau paling tidak
memperjuangkan aspirasi rakyatnya (konstituen). Dalam konteks ini, perlu
tercipta kedekatan hubungan antar konstituen, baik dalam arti pemilih maupun
dalam arti penduduk wilayah yang diwakili, dengan wakil-wakilnya di DPRD.
Dalam lain perkataan, apa yang dilakukan DPRD semestinya dalam rangka
menuju apa yang menjadi harapan masyarakat dan tentu saja kesemuanya itu
harus mampu dipertanggungjawabkan pada rakyat (accountable).
Untuk dapat mennetukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak
rakyat yang diwakilinya, DPRD dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi
rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beraneka ragam, baik karena jumlah
rakyat yang sangat besar, maupun karena rakyat terdiri dari berbagai lapisan yang
masing - masing memiliki kepentingan sendiri - sendiri. Aspirasi atau kepentingan
rakyat dapat berwujud material seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan,
dan sebagainya, maupun bersifat spiritual seperti pendidikan, kebebasan.
Keadilan, keagamaan, dan sebagainya. Kadang-kadang keinginan tersebut saling
bertentangan satu sama lain.
Kepentingan rakyat tersebut akan dapat diselenggarakan dengan baik
memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta menetukan
cara-cara pelaksanaannya. Sehingga adanya hubungan timbal balik bagi
masyarakat maupun anggota Dewan.
Pendidikan dapat memberikan pengetahuan yang luas dan mendalam
tentang bidang yang dipilih atau yang dipelajari seseorang. Dan juga dapat
melatih berfikir secara rasional dan menggunakan kecerdasan kearah yang tepat,
melatih manusia menggunakan akalnya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
berfikir, menyatakan pendapat maupun bertindak. Pendidikan juga dapat
memberikan kemampuan dan keterampilan kepada amnesia untuk merumusakan
pikiran, pendapat yang hendak disampaikan orang lain secara logis dan sistematis
sehingga mudah dimengerti.
Hal itu akan diperoleh anggota DPRD bila mereka memperoleh
pendidikan yang cukup, pengetahuan yang luas dan mendalam akan memberikan
kemampuan untuk mengartikulasi segala kepentingan rakyat serta menetukan cara
yang lebih tepat dan efisien. Kemampuan berfikir secara rasional diperlukan
untuk mempertimbangkan dan menilai berbagai kepentingan rakyat dan cara-cara
pelaksanaannya serta menetapkan kebijaksanaan Daerah berdasarkan urutan
prioritas dan kemampuan dari Pemerintah Daerah.
Keterampilan untuk merumuskan pikiran secara logis dan sitematis
diperlukan untuk merumusakan kebijaksanaan Daerah, sehingga mudah dipahami
oleh para pelaksana dan masyarakat umum. faktor latar belakang keilmuan dan
latar belakang pekerjaan menjadi catatan tersendiri dalam melihat kendala DPRD
DPRD Kabupaten Pandeglang periode 2009-2014 yang berlatar belakang
pendidikan hukum hanya 5 orang.
Tabel 1.4 Tingkat Pendidikan No Anggota DPRD berdasar latar
belakang pendidikan Jumlah Prosentase 1 Pendidikan setara sarjana dengan
latar belakang bidang Hukum 5 10 %
2 Pendidikan setara sarjana dengan
latar belakang non Hukum 18 36 %
3 Pendidikan dibawah sarjana 27 54% Sumber : DPRD Kab. Pandeglang
Menjadi ironi manakala lembaga yang bertugas memproduk aturan namun
diisi oleh orang-orang dengan pengalaman minim dibidangnya. Tidak heran
ketika aturan yang dihasilkannya banyak yang berorientasi pada pemenuhan solusi
pemerintahan yang tidak sistematis. Apalagi dari ke 50 anggota DPRD tersebut
ada yang belum pernah mengenyam pendidikan diperguruan tinggi. Akan terjadi
pemaksaan ide ketika kekuasaan legislasi dipegangnya.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 2003
tentang Susunan dan Kedudukan MPR/DPR/D/DPD dan UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah memberikan kekuasaan membuat Peraturan
Daerah (Perda) kepada DPRD sebagaimana yang diamanahkan dalam bab Ketiga
Pasal 77 tentang Fungsi DPRD yaitu “DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi: a. Legislasi;
b. Anggaran dan c. Pengawasan
Sedangkan pasal 78 mengatur tentang tugas dan wewenang DPRD, “DPRD
a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama;
b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan bupati/walikota;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota, APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah. d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati
atau walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur;
e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan
f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.
Ketentuan tersebut diatur juga dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dalam pasal 41 “DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan”. Dan Pasal 42 yang berbunyi :
DPRD mempunyai tugas dan wewenang :
a. Membentuk peraturan Daerah yang dibahas dengan bupati/walikota untuk mendapat persetujuan bersama;
b. Menetapkan APBD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan bupati/walikota;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Daerah danperaturan perundang-undangan lainnya, keputusan bupati/walikota. APBD, kebijakan pemerintah Daerah dalam melaksanakan programpembangunan Daerah, dan kerjasama internasional di Daerah. d. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/wakil bupati atau
walikota/wakil walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur; e. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan Daerah; dan
f. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.
Namun pergeseran kekuasan legislasi di Daerah dari eksekutif kepada
legislative tersebut belum disertai dengan peningkatan produktifitas DPRD dalam
selama ini terjadi di DPRD Kabupaten Pandeglang. Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang masih tetap lebih banyak berasal dari eksekutif dari pada
legislatif, lalu dimana letak urgensi dari pergeseran tersebut kalau pergeseran itu
tidak dibarengi dengan peningkatan baik kualitas maupun kuantitas peraturan
Daerah dari inisiatif DPRD.
Kesinergisan hubungan yang harmonis antara penyelengara Daerah yaitu
DPRD dengan masyarakat, maka perlunya adanya komunikasi timbal balik antara
penyelenggara pemerintah DPRD sebagai jembatan aspirasi dari masyarakat
sebagai pembuat kebijakan dengan masyarakat Kabupaten Pandeglang sebagai
bagian dari pertimbangan pembuat serta pengawas kebijakan.
Komunikasi politik dapat memberikan pengaruh dalam proses pembuatan
kebijakan, juga berfungsi sebagai jalan mengalirnya informasi politik, sehingga
secara lebih spesifik dapat mengetahui apa-apa yang menjadi aspirasi rakyat yang
akan dirumuskan dalam suatu kebijakan yang dapat dirasakan oleh rakyat sebagai
aspirasi mereka. Melalui kegiatan komunikasi politik yang dilandasi oleh
kepentingan seluruh rakyat serta memberikan kelangsungan hidup dari lembaga
perwakilan rakyat Daerah sekaligus berfungsinya lembaga tersebut yang bekerja
dalam suatu sistem politik melalui informasi-informasi dari hasil
komunikasi-komunikasi politik yang merupakan input bagi DPRD.
Komunikasi DPRD dapat berjalan efektif dan efesien jika adanya alat
penunjang sebagai jembatan aspirasi dan penyaluran informasi antara masyarakat
dengan anggota dewan, atupun sebaliknya anggota dewan terhadap masyarakat
efesien dan adanya transparansi mengenai agenda kegaiatan-kegiatan yang
dilaksankan DPRD serta keterbukaan data-data mengenai APBD.
Kinerja DPRD dapat dilihat melalui pelaksanaan kegiatan reses. Kegiatan
reses merupakan kewajiban bagi Pimpinan dan Anggota DPRD dalam rangka
jaring aspirasi masyarakat secara berkala untuk bertemu konstituen pada daearah
pemilihan masing-masing. Bertujuan untuk meyerap dan menghimpun aspirasi
konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, untuk menampung dan
menindaklanjuti aspirsi dan pengaduan masyarakat, dan guna memberikan
pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di Daerah
pemilihannya.
Ketidakpuasan yang dirasakan masyarakat mengenai kinerja anggota
dewan dapat dilihat dari data aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat dan
mahasiswa. Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk kekecewaan masyarakat
terhadap kinerja anggota DPRD dalam hal kinerja dan hasil perda. Disinilah
anggota dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menjelaskannya kepada
masyarakat sebagai konstituennya mengenai hasil-hasil kebijakan yang di
keluarkan DPRD.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh lembaga
legislatif sebagai representasi dari masyarakat/rakyat yang diwakilinya,
peningkatan kinerja merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan output guna
pencapaian tujuan dari keberadaan lembaga ini.
Kinerja organisasi adalah seberapa jauh output yang dihasilkan memenuhi
Kabupaten Pandeglang dalam pelaksanaan otonomi Daerah Kabupaten
Pandeglang menjadi sangat krusial. Itu bukan saja karena ia merupakan tempat
lahirnya semua peraturan yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan publik
yang diterapkan di DaerahKabupaten Pandeglang, tetapi karena posisinya yang
menentukan dalam proses pengawasan pemerintahan. Karena itu, penguatan
posisi lembaga DPRD di era otonomi Daerah ini merupakan kebutuhan yang
harus diupayakan jalan keluarnya, agar dapat melaksanakan tugas, wewenang dan
hak-haknya secara efektif sebagai lembaga legislatif DaerahKabupaten
Pandeglang.
Optimalisasi peran ini sangat dipengaruhi, baik faktor internal maupun
eksternal lembaga ini. Peran yang diharapkan dari Lembaga DPRD amat strategis
dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
DaerahKabupaten Pandeglang. DPRD diharapkan mampu menjadi penyambung
aspirasi dan kepentingan masyarakat DaerahKabupaten Pandeglang, guna
kemajuan kemakmuran masyarakat sehingga dengan keluarnya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 membawa perubahan dan paradigma baru terhadap
penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
Sebagai lembaga perwakilan rakyat di DaerahKabupaten Pandeglang,
DPRD mempunyai peran yang sangat besar dalam mewarnai jalannya
pemerintahan Daerah otonom. Denganyang demikian itu, aspek responsibilitas
dalam pelaksanaan tugas menjadi salah satu faktor penentu dalam memaknai dan
memberikan manfaat terhadap jalannya pemerintahan di Daerah guna
menyajikan pandangan bahwa lembaga legislatif perlu terus mengembangkan
dirinya, yang tentunya tidak bisa terlepas dari dinamika kualitas infrastruktur
politik, hubungan dengan lembaga lainnya dalam bingkai nilai-nilai pemerintahan
nasional.
Dari masalah kinerja anggota DPRD yang belum maksimal tersebut dalam
rangka mencapai efektivitas kinerjanya diperlukan penerapan kode etik atau tata
tertib yang mengatur segala akitivitasnya. Disamping itu dengan memberikan
motivasi yang intensif diharapkan akan menciptakan kondisi kinerja yang selalu
semangat dan termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain bahwa
setiap perilaku, sikap dan kinerjanya menjadi kewajiban dan tanggung jawab
seluruh individu anggota DPRD. Dari uraian di atas penulis merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut yang diberi judul :“Kinerja Anggota Dprd Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014) Dalam
Fungsi Legislasi”
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan dalam latar belakang
masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kinerja anggota DPRD dalam pembentukan PERDA sebagai penjabaran
dari fungsi legislasi belum sesuai target.
2. Disiplin anggota DPRD belum optimal. Dari absensi kehadiran anggota
DPRD yang jarang terlihat di kantor, di komisi ataupun rapat-rapat,
perubahan yang begitu signifikan yang dirasakan oleh masyarakat
Kabupaten Pandeglang.
3. Kurangnnya pemahaman anggota DPRD terhadap legislasi.
4. Masih banyaknya aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD, merupakan salah
satu bentuk ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja anggota dewan.
5. Tingkat pendidikan para anggota DPRD Kabupaten Pandeglang
(2009-2014) yang masih rendah.
Setelah melakukan identifikasi beberapa masalah yang terdapat dalam
Kinerja Anggota DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun
2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi, maka peneliti melakukan pembatasan ruang
lingkup masalah yang akan diteliti. Yaitu sebagai berikut : Kinerja Anggota
DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014 (Pada Tahun 2012-2014)
Dalam Fungsi Legislasi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dibuat oleh peneliti, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsivitas Dalam
Fungsi Legislasi ?
2. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Responsibilitas Dalam
3. Bagaimana Kinerja DPRD Kabupaten Pandeglang Periode 2009-2014
(Pada Tahun 2012-2014) ditinjau dari segi Akuntabilitas Dalam Fungsi
Legislasi ?
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis Kinerja Anggota DPRD Kabupaten
Pandeglang Periode 2009-2014(Pada Tahun 2012-2014) Dalam Fungsi Legislasi.
1.5 Manfaat Penelitian
Adpun manfaat penelitian dapat dilihat dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Bagi khasanah keilmuan dan civitas akademika, hasil penelitian ini dapat
menambah khasanah keilmuan dan bahan referensi bagi pengembangan
pengetahuan serta penelitian yang akan datang.
1.5.2 Manfaat Praktis
Dapat memberikan hasil atau manfaat dalam usaha meningkatkan serta
mengembangkan kualitas agar menghasilkan kinerja yang lebih baik sebagai
lembaga DPRD, khususnya DPRD Kabupaten Pandeglang
1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan Penelitian dan Manfaat penelitian.
Menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti
dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga
menukik ke masalah yang spesifik, yang relevan dengan judul skripsi.
1.2Identifikasi Masalah
Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena
yang akan diteliti.
1.3Rumusan masalah
Mengidentifikasikan dikaitkan dengan tema/topic/judul dan fenomena
yang akan diteliti.
1.4Tujuan penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan.
1.5Manfaat penelitian
Menjelaskan masnfaat teoritis dan praktis temuan peneliti.
BAB II DESKRIPSI TEORI
Teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian.
Kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan
dari kajian teori. Yang terdiri dari:
2.1Tinjauan Pustaka
Mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusun secara teratur dan rapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan merujuk ke sumber
aslinya. Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasannya perludikaitkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.
2.2Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir menggambarkan alur berfikir peneliti dalam
penelitiannya.
2.3Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti sebelum nya, yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, penulis menggambarkan tentang metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini, kemudian instrumen penelitian, populasi dan
sampel penelitian, teknik pengolahan dan analisis data serta lokasi dan jadwal
penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian yang terdiri dari
deskripsi obyek penelitian, deskripsi data, kemudian dilakukan pengujian
hipotesis dan ditafsirkan data tersebut dalam bentuk interpretasi hasil penelitian,
serta dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang hasil penelitian ini. Deskripsi
obyek penelitian memaparkan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi
penelitian dengan jelas, struktur organisasi yang telah ditentukan serta hal lain
Sementara, deskripsi data menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah
diolah dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan yang menyimpulkan hasil penelitian
secara singkat, jelas serta sesuai dengan permasalahan penelitian. Serta saran yang
berisi masukan dari peneliti terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis dan
praktis.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Organisasi Publik
Untuk memahami konsep organisasi publik secara utuh, perlu memahami
definisi dari “organisasi” dan makna kata “publik” itu sendiri. Banyak pakar yang
telah mendefinisikan organisasi, berikut ini beberapa pakar yang memberikan
pendefinisian tersebut, yaitu :
Menurut Prajudi Atmosudirdjo menggambarkan bahwa organisasi memiliki sifat
yang abstrak, sulit dilihat namun bisa dirasakan eksistensinya. (Prajudi
Atmosudirdjo, 1982:77)
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah segala bentuk setiap
perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. (Inu Kencana
Syafiie, 2006:113)
Menurut D. Millet, organisasi adalah sebagai kerangka struktur dimana
pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan suatu tujuan
bersama. (Inu Kencana Syafiie, 2006:113)
Menurut Herbert A. Simon, organisasi adalah sebagai pola komunikasi
yang lengkap dan hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang. (Inu
Kencana Syafiie, 2006:113)
Secara teoritis, organisasi memang dapat dipahami dari berbagai macam
Thoha memaknai organisasi sebagai kesatuan rasional dalam upaya untuk
mengejar tujuan, sebagai koalisi pendukung yang kuat di mana organisasi
merupakan instrumen untuk mengejar kepentingan masing-masing, sebagai suatu
sistem terbuka di mana kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung input
dari lingkungan, sebagai alat dominasi dan banyak lagi perspektif yang dapat
dipakai untuk memaknai organisasi.
Paling tidak ada 2 (dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk
memaknai organisasi yaitu pendekatan struktural dan pendekatan behavioral atau
perilaku. Pendekatan struktural menyoroti organisasi sebagai wadah, sehingga
dapat dikatakan pendekatan ini melihat organisasi sebagai sesuatu yang statis.
Organisasi disini diartikan sebagaitempat penyelenggaraan berbagai kegiatan
dengan penggambaran yang jelas tentang hierarki kedudukan, jabatan serta
saluran wewenang dan pertanggungjawaban.
Adapun organisasi dengan pendekatan perilaku menyoroti organisasi
sebagai suatu organisasi yang bersifat dinamis yang dapat juga dikatakan bahwa
organisasi merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang di dalam
perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkial yang berfikir dan bertindak
seirama demi terciptanya tujuan secara efektif dan efisien.
Teori tentang Organisasi telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat dari waktu ke waktu dari mulai Teori klasik, Teori Modern sampai dengan
teori Post Modern. Teori Klasik mendefinisikan organisasi sebagai struktur
hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,
bekerjasama. Teori Modern lebih menekankan bahwa organisasi harus bersifat
terbuka atau berhubungan dengan lingkungan, sedangkan Teori Post Modern lebih
memperhatikan pada sifat politis organisasi dimana organisasi merupakan koalisi
dari berbagai kelompok dan individu dengan tuntutan yang berbeda-beda.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka pada dasarnya terdapat
kesamaan pengertian dari keseluruhan definisi tentang organisasi yaitu
menyatakan bahwa organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok
manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap
anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing. Dari pengertian
tersebut maka jika diuraikan secara lebih terperinci setiap organisasi pasti akan
memiliki berbagai dimensi yang penting sebagai ciri suatu organisasi yaitu, antara
lain :(Miftah Thoha, 2008:36)
a. Wadah atau struktur yang menjadi kerangka orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi tersebut melakukan aktivitasnya;
b. Anggota yang menjadi bagian dari organisasi;
c. Interaksi yang terpolakan dengan mekanisme tertentu sehingga terjadi koordinasi yang baik antara satu orang atau bagian dengan orang atau bagian yang lain; dan
d. Tujuan bersama yang ingin diwujudkan oleh orang-orang yang menjadi bagian dari organisasi tadi.
Organisasi pada dasarnya seperti sebuah organisme yang memiliki siklus
hidup. Organisasi dalam siklus hidupnya mengalami masa-masa layaknya
manusia seperti lahir, tumbuh, dewasa tua dan mati. Namun agak berbeda sedikit
dengan manusia, organisasi dapat senantiasa diperbaharui. Ketika siklusnya mulai
menurun, organisasi harus segera berbenah dan menyesuaikan dengan
lingkungannya agar dapat sejalan dengan perkembangan zaman. (Herbert G.
Publik berasal dari bahasa latin “Public” yang berarti “of people” berkenaan dengan masyarakat. Mengenai pengertian publik, (Inu Kencana Syafiie
dkk 1999) memberikan pengertian sebagai berikut: “Sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berpikir,perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang
benar danbaik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”. Itulah
sebabnya, Inu Kencana Syfiie dkk. , mengatakan bahwa publik tidak langsung
diartikan sebagai penduduk, masyarakat, warga negara ataupun rakyat, karena
kata-kata tersebut berbeda.
Organisasi publik sering dilihat pada bentuk organisasi pemerintah yang
dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi pemerintahan). Menurut Prof.
Dr. Taliziduhu Ndraha Organisasi publik adalah organisasi yang didirikan untuk
memenuhi kebutuhan msyarakat akan jasa publik dan layanan civil. (Taliziduhu
Ndraha, 2005:18)Organisasi publik adalah organisasi yang terbesar yang
mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup Negara dan
mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi
pemerintahan, dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban
melindungi warga negaranya, dan melayani keperluannya, sebaliknya berhak pula
memungut pajak untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi
penegakan peraturan.
Organisasi ini bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat demi
kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi sebagai pijakan dalam
operasionalnya. Organisasi publik berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat
Miftah Thoha telah memprediksi organisasi-organisasi dimasa mendatang
yang salah satunya di bidang penataan organisasi, dimana organisasi dimasa
mendatang akan mempunyai sifat-sifat yang unik. Struktur organisasi formal
akan mengalami penambahan dan perubahan yang bervariasi, sehingga banyak
dijumpai organisasi-organisasi baru tanpa menganalisis lebih lanjut struktur
formal yang ada. Sehingga banyak dijumpai organisasi-organisasi tandingan yang
nonstruktural. Keadaan seperti ini sering dinamakan gejala proliferation dalam
organisasi. Suatu pertumbuhan yang cepat dari suatu organisasi, sehingga banyak
dijumpai organisasi-organisasi formal yang nonstruktural yang dibentuk untuk
menerobos kesulitan birokrasi.
Kelebihan dari kejadian diatas adalah organisasi akan lebih memberikan
perhatian terhadap pemecahan persoalan dibandingkan dari penekanan program.
Dengan demikian, organisasi-organisasi masa mendatang akan merupakan suatu
kombinasi dari gejala-gejala adaptasi (adaptive process), pemecahan masalah
(problem solving), sistem temporer (temporary system) dari aneka macam
spesialis, dan evaluasi staf tidak lagi didasarkan atas hierarki vertikal berdasarkan
posisi dan pangkat. Inilah bentuk organisasi masa depan yang bakal menganti
birokrasi. (Miftah Thoha, 2006:196)
2.1.2 Kinerja
Istilah kinerja secara mentah dapat diartikan sebagai suatu penilaian untuk
mengetahui tujuan akhir yang ingin dicapai oleh individu, kelompok maupun
untuk menilai prestasi atau kebijakan kelompok maupun individu. Beberapa
pendapat mengenai kinerja juga dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
Menurut Keban (2004) kinerja merupakan terjemahan dari performance
yang sering diartikan sebagai “penampilan”, “unjuk rasa” atau “prestasi”. Hal ini
juga sependapat dengan yang dikatakan Mangkunegara (2008:67) bahwa istilah
kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yakni prestasi
kerja atau prestasi yang ingin dicapai.
Menurut Keban (2004:183) pencapaian hasil (kinerja) dapat dinilai
menurut pelaku yaitu:
1. Kinerja individu yang menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
2. Kinerja kelompok, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh seseorang elah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat memberikan hasil yang telah ditetapkan oleh kelompok atau instansi.
3. Kinerja organisasi, yaitu menggambarkan sampai seberapa jauh satu kelompok telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi dan misi institusi.
4. Kinerja program, yaitu berkenaan dengan sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program yang telah dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan dari program tersebut.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun, 2006
:25).
Kinerja adalah seperangkat keluaran (outcome) yang dihasilkan oleh
pelaksanaan fungsi tertentu selama kurun waktu tertentu (Tangkilisan, 2003 :
Menurut The Scibner Bantam English Dictionary terbitan Amerika Serikat
dan Canada tahun 1979 (Widodo, 2005:77-78) kinerja diartikan sebagai berikut :
1. To do or carry out; execute. 2. To discharge or fulfill; as a vow. 3. To potray, as a character in a play.
4. To render by the voice or a musical instrument. 5. To execute or complete an undertaking.
6. To act a part in a play. 7. To perform music.
8. To do what is expectedof a person in machine.
Dalam Encyclopedia of Public Administration and Public Policy tahun
2003, Kinerja menggambarkan sampai seberapa jauh organisasi tersebut mencapai
hasil ketika dibandingkan dengan kinerjanya terdahulu (previous performance)
dibandingkan dengan organisasi lain (brenchmarking) dan sampai seberapa jauh
pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan. ” (Keban, 2004:193).
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (Pasolong,
2007:175) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
Menurut Prawirosentono (Pasolong, 2007:176) berpendapat bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau kelompok pegawai dalam
suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa konsep
kinerja adalah gambaran mengenai pencapaian oleh pegawai atau kelompok
mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini menjelaskan pula bahwa konsep kinerja berhubungan erat dengan konsep
organisasi. Adapun pengertian organisasi dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai
berikut :
Menurut Reitz (Prastowo, 1999:20) yang menyatakan suatu organisasi
adalah unit sosial yang dibentuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan. Pengertian
sebuah organisasi bergantung dari sudut pandang yang digunakan untuk melihat
Hal itu. Dua pendekatan dalam memahami pengertian organisasi yang umumnya
yaitu pandangan obyektif dan subyektif.
a. Pandangan obyektif mengatakan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkrit, dan merupakan sebuah struktur.
b. Pandangan subyektif memandang organisasi sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan orang-orang dari tindakan-tindakan, interaksi dan transaksi yang melibatkan orang-orang. (Paca dan Faules, 2000:11).
Menurut Mooney (Wursanto, 2005:52), menyatakan bahwa “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (organisasi merupakan bentuk dari setiap perserikatan manusia untuk mencapai
suatu tujuan bersama).
Mahsun (2006:1) memberikan konsep organisasi yaitu Organisasi sering
dipahami sebagai kelompok orang yang berkumpul dan bekerja sama dengan cara
yang terstruktur untuk mencapai tujuan atau sejumlah sasaran tertentu yang telah
ditetapkan bersama. Kumpulan pedagang, kumpulan mahasiswa, kumpulan
pegawai, kumpulan pengusaha, bahkan kumpulan para pengangguran pun
merupakan suatu organisasi jika mereka mempunyai tujuan dan sasaran tertentu
Menurut Hodges (Sutarto, 1993:27) mengemukakan Organization was
defined as the procces of building, for any enterprise, a structure that will provide
for the separation of activities to be performed and for the arrangement of the
activities in a framework which indicated their hierarchical importance and
fungsional associations.
2.1.3 Kinerja Organisasi Publik
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta. Dua pengertian konsep sebelumnya setidaknya
menjelaskan dimana posisi kinerja dan dimana posisi organisasi ketika dua konsep
tersebut masih berjalan secara terpisah. Jika digabungkan, konsep kinerja dan
organisasi membentuk satu variabel baru yaitu kinerja organisasi adalah
kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada organisasi
dengan sebaik-baiknya guna mencapai sasaran yang telah disepakati.
Jadi disini bukan hanya menitikberatkan pada pencapaian tujuan belaka
melainkan juga pada proses mengelola sub-sub tujuan dan hasil evaluasinya,
kondisi intern organisasi pengaruh lingkungan luar dan tenaga kerja atau
pihak-pihak yang terlibat.
Menurut Swanson (Keban, 2004:193) Kinerja organisasi adalah
mempertanyakan apakah tujuan atau misi suatu organisasi telah sesuai dengan
kenyataan kondisi atau faktor ekonomi, politik, dan budaya yang ada; apakah
struktur dan kebijakannya mendukung kinerja yang diinginkan; apakah memiliki
kebijakan, budaya dan sistem insentifnya mendukung pencapaian kinerja yang
diinginkan; dan apakah organisasi tersebut menciptakan dan memelihara
kebijakan-kebijakan seleksi dan pelatihan, dan sumber dayanya.
Kinerja organisasi oleh Bastian (2001:329) sebagai gambaran mengenai
tingkaat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi dalam upaya
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengeruhi oleh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi sebuah kinerja organisasi.
Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi
publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan
pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada
untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan
baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Sementara itu
(Dalam Pedoman Penerapan Pelaporan Kinerja InstansiPemerintah (AKIP) yang
diterbitkan oleh LAN di Jakarta pada tahun 2002), Kinerjadiartikan sebagai
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaankegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visiorganisasi. Dari berbagai definisi
kinerja organisasi di atas maka dapat disimpulkanbahwa kinerja organisasi ialah
tugas suatu organisasi dalam upaya mewujudkansasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi tersebut. Dan dapat diketahui bahwa unsurunsuryang terdapat dalam
kinerja organisasi terdiri dari :
a. Hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan
b. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti: motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.
c. Pencapaian tujuan organisasi. d. Periode waktu tertentu.
2.1.4 Pengukuran Kinerja
Untuk dapat mempelajari kinerja suatu organisasi, harus diketahui ukuran
keberhasilan untuk menilai kinerja tersebut. Sehingga indikator atau ukuran
kinerja itu tentunya harus dapat merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi
yang bersangkutan, karena itu berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Dalam organisasi publik, masih sulit untuk menentukan kriteria kinerja
yang sesuai. Bila ditinjau dari tujuan dan misi utama kehadiran organisasi publik
adalah untuk memenuhi dan melindungi kepentingan publik, maka kinerja
organisasi publik dapat dikatakan berhasil apabila mampu mewujudkan tujuan dan
misinya dalam memenuhi kepentingan dan kebutuhan publik tersebut. Mengenai
kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Agus
Dwiyanto
“Kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Staekholders organisasi publik seringkali memiliki kepentingan
yang berbenturan antara satu dengan yang lain”. (Dwiyanto1995:1)
Namun berdasarkan atas pemahaman terhadap tujuan dan misi organisasi,
organisasi publik, yaitu : produktifitas, kualitas layanan, responsivitas,
responsibilitas dan akuntabilitas. Mirip dengan pendapat tersebut Lenvine
mengusulkan tiga konsep untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu
:responsivenees (daya tanggap), responsibility (tanggung jawab) dan
accountability (pertanggungjawaban) (Dwiyanto, 1995:7). Guna mewujudkan
lembaga ini agar berfungsi sebagaimana keinginan tersebut maka kedudukan,
susunan, tugas, wewenang, hak dan kewajibannya diatur dalam Undang-Undang.
Hal mana lembaga perwakilan rakyat di Daerah melaksanakan fungsi legislatif
sepenuhnya sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat. Sebagaimana dikemukakan
Imawan bahwa tujuan dari perwakilan politik adalah menerjemahkan will of the
people menjadi will of the state dimana fungsinya dibedakan kedalam 2 (dua)
katagori besar, yakni fungsi wakil dan fungsi lembaga perwakilan. (Imawan,
2000:23)
Lebih lanjut dikemukakan Imawan bahwa sebagai institusi, para wakil
dalam dewan atau lembaga perwakilan memiliki 4 (empat) fungsi dasar adalah :
(Imawan, 2000:8)
1. Fungsi legislasi (perundangan) meliputi pembuatan aturan sendiri, menentukan pucuk pimpinan Eksekutif secara mandiri, serta menjadi mediator kepentingan rakyat dan pemerintah.
2. Fungsi budget (penganggaran) meliputi merancang dan menentukan arah serta tujuan aktivitas pemerintahan.
3. Fungsi pengawasan, meliputi aktivitas memfasilitasi perkembangan kepentingan dalam masyarakat vis-à-vis agenda yang telah ditentukan oleh pemerintah. Lembaga perwakilan menilai apakah aktivitas pemerintahan masih selaras dengan aspirasi masyarakat, serta memastikan bahwa perkembangan aspirasi masih bisa diakomodir dalam rencana kerja pemerintah.
lembaga perwakilan sebagai bagian dari sebuah sistem politik. (Imawan, 2000:8)
Dari keempat fungsi dasar lembaga perwakilan tersebut maka dalam
menjalankan tugas-tugasnya ia memiliki hak-hak untuk mengajukan pertanyaan,
mengajukan usul pernyataan pendapat, meminta keterangan (interplasi),
mengadakan penyelidikan (angket) dan mengubah aturan yang berlaku
(amandemen). Dalam mengaktualisasikan fungsi dan haknya anggota Dewan atau
lembaga perwakilan rakyat sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Kedua faktor ini sekaligus merefleksikan kualitas dan akuntabilitasnya
sebagai wakil rakyat.
Menurut Arbi Sanit, DPRD mempunyai fungsi legislasi, pengawasan,
anggaran, pemilihan pejabat, internasional dan perwakilan, DPRD sebagai salah
satu unsur Pemerintah Daerah merupakan fungsi legislatif yang mewakili
kepentingan atau aspirasi masyarakat. Sedangkan hak dan kewajiban DPRD
adalah melaksanakan secara konsekuen GBHN, Ketetapan-Ketetapan MPR, serta
mentaati segala Peraturan Perundangan yang berlaku. Kemudian DPRD bersama
Kepala Daerah menyusun APBD untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas
wewenang yang diserahkan kepada Daerah atau melaksanakan Peraturan
Perundangan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah.
2.1.5 Faktor – Faktor Kinerja
Faktor-faktor yang menentukan kinerja dari sebuah organisasi adalah
faktor-faktor internal maupun eksternal organisasi yang menyumbang atau
faktor penentunya sendiri dalam mencapai kinerja sebab setiap organisasi
memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Sejalan dengan itu Imawan mengemukakan bahwa mengklasifikasikan
faktor-faktor yang dapat menghambat anggota legislatif dalam melaksanakan
fungsinya kedalam 2 (dua) faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
(Imawan, 1993:79)
1. Faktor-faktor internal meliputi : a. Peraturan Tata Tertib
Tujuan diciptakannya sebuah peraturan adalah agar tugas-tugas yang dijalankan dapat dilaksanakan secara tertib dan efisien. Namun bila peraturan itu terlalu detail, hal ini dapat menghambat pelaksanaan satu tugas. Peraturan tata tertib yang terlalu detail yang menjerat para anggota legislatif untuk melaksanakan tugasnya.
b. Data dan Informasi
Hal yang paling menonjol dalam topik ini adalah terlambatnya anggota legislatif dalam memperoleh informasi yang diperlukan dibandingkan pihak Eksekutif. Kondisi ini dapat dimaklumi, sebab pihak Eksekutiflah yang bergelut dengan masalah kenegaraan sehari-hari. Selain itu untuk memutuskan satu tindakan/kebijakan yang sifatnya kolektif organisasi jauh lebih sulit dibandingkan pada pihak Eksekutif, mengingat banyaknya kepentingan yang ada dalam lembaga legislatif sehingga perlu adanya bargaining para anggota/kelompok. c. Kualitas Anggota Legislatif
Secara formal, kualitas teknis anggota legislatif mengalami peningkatan, akan tetapi hal ini tidak berimplikasi secara signifikan terhadap peningkatan kinerja anggota legislatif. Persoalannya terpulang pada tekad dan mental anggota legislatif untuk benar-benar mewakili rakyat. Bahkan rahasia umum, bahwa karena mereka dicalonkan oleh partai sehingga banyak anggota legislatif yang tidak memiliki akar dalam masyarakat. Kondisi semacam ini menimbulkan banyaknya anggota legislatif yang berperan seperti seorang birokrat, yang berfikir bahwa mereka harus dilayani rakyat dan bukan sebaliknya.
2. Sedangkan yang termasuk dalam katagori faktor eksternal, adalah : a. Mekanisme Sistem Pemilu
membuka kemungkinan bagi munculnya tokoh yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.
b. Kedudukan Eksekutif dan Legislatif
Dalam sistem pemerintahan Indonesia, lemabaga legislatif ditempatkan sebagai partner eksekutif. Partner dalam konteks ini lebih bersifat kooptasi, dimana satu pihak (eksekutif) kedudukannya jauh lebih kuat dari pihak yang lain (legislatif) sehingga kondisi ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing institusi/lembaga.
Adapun argumen yang penulis ajukan adalah bahwa walaupun DPRD
merupakan lembaga politik, tetapi kinerjanya sebagai suatu organisasi tetap tidak
dapat dilepaskan dari faktor kelembagaan (organisasi), Sumber Daya Manusia dan
informasi. Walaupun diakui faktor politik memberi pengaruh terhadap kinerja
DPRD sebagai lembaga politik, tetapi ke 3 (tiga) faktor tersebut juga memberi
pengaruh pula terhadap kinerja DPRD sebagaimana halnya kinerja organisasi
pada umumnya.
Selain itu penelitian ini merupakan studi dibidang administrasi publik,
oleh karena itu layak pula menganalisis kinerja DPRD dari faktor kelembagaan
(organisasi), Sumber Daya Manusia dan informasi dan bukan dari faktor politik.
Maka variabel penjelas dari kinerja lembaga DPRD tersebut adalah :
1. Kelembagaan (Organisasi)
Organisasi dapat diartikan 2 macam yaitu :1). Dalam arti statis,
organisasi sebagai wadah kerja sama sekelompok orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan tertentu. 2). Dalam arti dinamis,
organisasi sebagai sistem atau kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu. (Syamsi, 1994:13) Sebagai kelembagaan
sebenaranya sudah cukup jelas, namun apakah hal ini dengan
sendirinya akan menjadi hal positif? syarat apa yang masih diperlukan?
Menurut Suhartono, ada dua hal yang perlu diperhatikan, Pertama,
bagaimana lembaga Daerah akan menjadi oposisi dari Eksekutif, tentu
akan dipandang sebagai gangguan atas kemampuan yang sudah ada.
Dalam posisi yang demikian, institusi atau kekuatan sosial politik apa
yang diharapkan akan mendorong pelaksanaan lembaga Daerah,
sehingga kualitas lembaga Daerah (DPRD) tidak dicemari oleh
unsur-unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kedua, sebagai
organisasi yang akan bekerja bagi kepentingan rakyat banyak, tentu
saja secara teknis, lembaga Daerah akan membutuhkan sarana dan
prasarana operasional. Yang menjadi masalah siapa atau dari mana
kebutuhan tersebut akan dipenuhi. (Suhartono, dkk, 2000:202)
Terhadap masalah ini muncul beberapa dugaan : 1) Pengurus lembaga
Daerah akan malas sebab tidak ada insentif yang jelas; 2) Pihak Daerah
(Perangkat Daerah) akan bisa mengendalikan karena pembiayaan masuk dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikelola oleh Eksekutif; dan
3) Akan terjadi konflik baru di Daerah, sehubungan dengan kemungkinan
administrasi operasional DPRD pada rakyat. (Suhartono, dkk, 2000:204)
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan fungsi dan tugas serta kinerja dari DPRD terletak dari daya dukung
organisasi dan sarana prasarana yang tersedia yang ada untuk menyelaraskan